52224136 Transformasi Fourier Waktu Diskrit PPT

Embed Size (px)

Citation preview

1Bab 3aTransformasi Fourier Waktu-DiskritKuliah PSD 01 (MFS4617)[email protected]@ugm.ac.id III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit2Latar Belakang Sistem LTI dinyatakan dalam tanggapan terhadap masukan cuplikan satuan (tanggap cuplikan satuan unit impulse response h(n)): Bentuknya Konvolusi: sembarang sinyal bisa dinyatakan dengan kombinasi linear cuplikan satuan yang terskala dan yang tertunda ; Sembarang sinyal diskrit kombiasi sinyal dasar tiap sinyal dasar penyajian sinyal baru punya kelebihan dan kelemahan; Ada satu cara penyajian yang sangat bermanfaat berbasis sinyal eksponensial kompleks ejnDTFT;[email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit3DTFT DTFT = Discrete-time Fourier TransformTransformasi Fourier dalam Waktu-diskrit; Rumus DTFT: Rumus IDTFT:[email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit4Contoh 3.1 & Solusinya Tentukan DTFT dari x(n) = 0.5n u(n)[email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit5Contoh 3.2 & Solusinya Karena X(ejn) merupakan sebuah fungsi nilai-kompleks perlu digambarkan bagian besaran dan sudut-nya (bagian nyata dan imajiner-nya) terhadap w secara terpisah untuk mendeskripsikan X(ejn) secara visual; Menggunakan nilaiantara 0 hingga ;[email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit62 (dua) Sifat Penting Periodisitas: DTFT X(ejn) bersifatperiodikdalamranah-; dengan periode2;hanya dibutuhkan satu periode saja (;e[0,2>] atau[->,>]) untuk analisa: Simetris: untuk nilai-nyata x(n), X(ejn) bersifatsimetrikkonjugat: Ataudituliskan:[email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit72 (dua) Sifat Penting Implikasi Simetrik untuk menggambar X(ejn) hanya perlu diperhatikan setengah periode-nya saja secara umum periode ini adalahe [0,] Contoh 3.3: untuk persamaan x(n) = 0.5n u(n)[email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit8Solusi Contoh 3.3w = [0:1:500]*pi/500;% [0, pi] axis divided into 501 points.X = exp(j*w) ./ (exp(j*w) - 0.5*ones(1,501));magX = abs(X); angX = angle(X);realX = real(X); imagX = imag(X);% --subplot(2,2,1); plot(w/pi,magX); gridxlabel('frequency in pi units'); title('Magnitude Part'); ylabel('Magnitude')% --subplot(2,2,3); plot(w/pi,angX); gridxlabel('frequency in pi units'); title('Angle Part'); ylabel('Radians')% --subplot(2,2,2); plot(w/pi,realX); gridxlabel('frequency in pi units'); title('Real Part'); ylabel('Real')% --subplot(2,2,4); plot(w/pi,imagX); gridxlabel('frequency in pi units'); title('Imaginary Part'); ylabel('Imaginary')[email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit9Solusi Contoh 3.30 0.2 0.4 0.6 0.8 10.511.52frequency in pi unitsMagnitude PartMagnitude0 0.2 0.4 0.6 0.8 1-0.8-0.6-0.4-0.20frequency in pi unitsAngle PartRadians0 0.2 0.4 0.6 0.8 10.511.52frequency in pi unitsReal PartReal0 0.2 0.4 0.6 0.8 1-0.8-0.6-0.4-0.20frequency in pi unitsImaginary [email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit10Komputasi Numerik DTFT Misalkan x(n) memiliki N cuplikan (data) antara n1 E n En2 (tidak perlu dalam jangkauan [0,N-1]) dan akan dievaluasi X(ejn) pada: yang panjangnya (M+1) antara [0,t] sehingga persamaan (3.1) dituliskan: Jika {x(nl)} dan {X(ejn)} disusun dalam vektor kolom masing-masing x dan X, maka:[email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit11Komputasi Numerik DTFT Dengan W adalah matriks (M+1) x N: Jika kita susun {k} dan {nl} masing-masing sebagai vektor baris kdan n, maka: Di MATLAB, disajikan sebagaivetkor baris, sehingga persamaan (3.3)menjadi: Bentuk nTk merupakan matriks N x (M+1). Sekarang persamaan (3.4) dapat dituliskan dalam MATLAB:[email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit12Contoh 3.4 & Solusinya Hitunglah DTFT dari deret di contoh 3.2 secara numerik dengan MATLAB! Solusinya:n = -1:3; x = 1:5;% sequence x(n)k = 0:500; w = (pi/500)*k;% [0, pi] axis divided into 501 points.X = x * (exp(-j*pi/500)) .^ (n'*k); % DTFT using matrix-vector productmagX = abs(X); angX = angle(X);realX = real(X); imagX = imag(X);subplot(2,2,1); plot(w/pi,magX); gridxlabel('frequency in pi units'); title('Magnitude Part'); ylabel('Magnitude')subplot(2,2,3); plot(w/pi,angX); gridxlabel('frequency in pi units'); title('Angle Part'); ylabel('Radians')subplot(2,2,2); plot(w/pi,realX); gridxlabel('frequency in pi units'); title('Real Part'); ylabel('Real')subplot(2,2,4); plot(w/pi,imagX); gridxlabel('frequency in pi units'); title('Imaginary Part');ylabel('Imaginary')[email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit13Contoh 3.4 & Solusinya0 0.2 0.4 0.6 0.8 1051015frequency in pi unitsMagnitude PartMagnitude0 0.2 0.4 0.6 0.8 1-4-2024frequency in pi unitsAngle PartRadians0 0.2 0.4 0.6 0.8 1-5051015frequency in pi unitsReal PartReal0 0.2 0.4 0.6 0.8 1-10-505frequency in pi unitsImaginary [email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit14Contoh 3.5 & Solusinya Diketahui persamaan x(n)=(0.9 e(j/3))n.untuk 0n10. Tentukan X(ejn) dan periksalah periodisitas-nya! Solusi: Karena merupakan deret bilangan kompleks hanya memenuhi sifat periodisitas; Hanya untuk satu periode saja (hingga 2>); Akan digambarkan sebanyak 401 titik antara dua periode [- 2>, 2>] untuk melihat periodisitas-nya;[email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit15Contoh 3.5 & Solusinyasubplot(1,1,1)n = 0:10; x = (0.9*exp(j*pi/3)).^n;k = -200:200; w = (pi/100)*k;X = x * (exp(-j*pi/100)) .^ (n'*k);magX = abs(X); angX =angle(X);subplot(2,1,1);plot(w/pi,magX);gridaxis([-2,2,0,8])xlabel('frequency in units of pi'); ylabel('|X|')title('Magnitude Part')subplot(2,1,2);plot(w/pi,angX/pi);gridaxis([-2,2,-1,1]);xlabel('frequency in units of pi');ylabel('radians/pi');title('Angle Part');[email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit16Contoh 3.5 & Solusinya-2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 202468frequency in units of pi|X|Magnitude Part-2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2-1-0.500.51frequency in units of piradians/piAngle [email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit17Contoh 3.6 & Solusinya Diketahui persamaan x(n)=(-0.9)nuntuk-5EnE5. Periksalah sifat simetrik konjugat pada DTFT-nya! Solusi: Terlihat bahwa persamaan merupakan bilangan nyata (real) sehingga ada sifat simetrik [email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit18Contoh 3.6 & Solusinyasubplot(1,1,1)n = -5:5; x = (-0.9).^n;k = -200:200; w = (pi/100)*k;X = x * (exp(-j*pi/100)) .^ (n'*k);magX = abs(X); angX =angle(X);subplot(2,1,1);plot(w/pi,magX);gridaxis([-2,2,0,15])xlabel('frequency in units of pi'); ylabel('|X|')title('Magnitude Part')subplot(2,1,2);plot(w/pi,angX)/pi;gridaxis([-2,2,-1,1])xlabel('frequency in units of pi');ylabel('radians/pi')title('Angle Part')[email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit19Contoh 3.6 & Solusinya-2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2051015frequency in units of pi|X|Magnitude Part-2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2-3-2-10123frequency in units of piradians/piAngle [email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit20Bersambung Berikutnya... 3B: Sifat-sifat Transformasi Fourier Waktu Diskrit (TFWD)!1Kuliah PSD 01 (MFS4617)[email protected] Sifat-sifat Transformasi Fourier Waktu Diskrit (TFWD)[email protected] III.B. Sifat2 TFWD 2Linearitas1. Linearity (Linearitas): TransformasiFourier waktu-diskritmerupakansuatubentuk transformasiyanglinear,halinidicirikan melalui persamaan berikut:[email protected] III.B. Sifat2 TFWD 3Penggeseran waktu dan frekuensi2. Time Shifting (Pergeseran Waktu): suatu perpindahan dalam ranah waktu ditujukan untuk perpindahan fase, hal ini dinyatakan dengan persamaan berikut:3. Frequency shifting (Pergeseran Frekuensi):Perkalian dengan sebuah eksponensial kompleks merupakan suatu penggeseran dalam ranah frekuensi:[email protected] III.B. Sifat2 TFWD 44. Conjugation (konjugasi): Konjugasi dalam ranah waktu merupakan lipatan dan konjugasi dalam ranah frekuensi:5. Folding (pelipatan): Lipatan dalam ranah waktu merupakan lipatan dalam ranah frekuensiKonjugasi dan [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 56. Simetri dalam deret nyata:Implikasi:Jikaurutanx(n)adalahrealdangenap, hanyasatuplot[0,t] yangdapatdigunakanuntuk penyajian lengkap.Simetri dalam deret [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 67. Convolution(Konvolusi): ini merupakan salah satu dari sifat-sifat yang sangat berguna dalam analisis sistem yang sesuai dalamranahfrekuensi8. Multiplication(Perkalian): inimerupakansuatusifatkonvolusi rangkapduaConvolution (konvolusi) seperti operasi diatas disebut dengankonvolusiperiodik (periodicconvolution).Konvolusi vs. [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 7Energi sinyal9. Energy (energi): Energi dari sinyal x(n) dituliskan dengan persamaan berikut:[email protected] III.B. Sifat2 TFWD 8HalinijugadikenalsebagaiTeoremaParseval.Dari (3.13)spektrumdensitasenergidarix(n)didefinisikan sebagai berikutSelanjutnyaenergidarix(n)dalampitaataujangkauan[e1,e2] dinyatakan denganCatatan Sifat-sifat [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 9Contoh soal 3.7 Dalam contoh ini akan dibuktikan sifat linearitas menggunakan sinyal/deret real durasi-terbatas x1(n) dan x2(n), yang merupakan dua deret acak yang didistribusikan antara [0,1] untuk jangkauan 0 s n s 10. Selanjutnya kita dapat menggunakan prosedur TFWD sebagai berikut(Matlab):[email protected] III.B. Sifat2 TFWD 10x1 = rand(1,11); x2 = rand(1,11); n = 0:10;alpha = 2; beta = 3;k = 0:500; w = (pi/500)*k;X1 = x1 * (exp(-j*pi/500)).^(n'*k);% DTFT of x1X2 = x2 * (exp(-j*pi/500)).^(n'*k);% DTFT of x2x = alpha*x1 + beta*x2;% Linear combination of x1 & x2X = x * (exp(-j*pi/500)).^(n'*k);% DTFT of x% verificationX_check = alpha*X1 + beta*X2;% Linear Combination of X1 & X2error = max(abs(X-X_check))% Differenceerror =7.9441e-015Contoh soal 3.7 Solusi [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 11Contoh soal 3.8 x(n) merupakan deret acak yang didistribusikan antara [0,1] untuk jangkauan 0 s n s 10 dan y(n) = x(n 2). Selanjutnya kita dapat membuktikan contoh sifat penggeseran sebagai [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 12Contoh soal 3.8 Solusi Matlabx = rand(1,11); n = 0:10;k = 0:500; w = (pi/500)*k;X = x * (exp(-j*pi/500)).^(n'*k);% DTFT of x% signal shifted by two samplesy = x; m = n+2;Y = y * (exp(-j*pi/500)).^(m'*k);% DTFT of y% verificationY_check = (exp(-j*2).^w).*X; % multiplication by exp(-j2w)error = max(abs(Y-Y_check))% Differenceerror [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 13Contoh soal 3.9 Untuk membuktikan sifat penggeseran frekuensi kita akan menggunakan pendekatan grafik (visualisasi)[email protected] III.B. Sifat2 TFWD 14Contoh soal 3.9 Solusi Matlabn = 0:100; x = cos(pi*n/2);k = -100:100; w = (pi/100)*k;% frequency between -pi and +piX = x * (exp(-j*pi/100)).^(n'*k);% DTFT of x%y = exp(j*pi*n/4).*x;% signal multiplied by exp(j*pi*n/4)Y = y * (exp(-j*pi/100)).^(n'*k);% DTFT of y% Graphical verificationsubplot(1,1,1)subplot(2,2,1); plot(w/pi,abs(X)); grid; axis([-1,1,0,60])xlabel('frequency in pi units'); ylabel('|X|')title('Magnitude of X')subplot(2,2,2); plot(w/pi,angle(X)/pi); grid; axis([-1,1,-1,1])xlabel('frequency in pi units'); ylabel('radiands/pi')title('Angle of X')subplot(2,2,3); plot(w/pi,abs(Y)); grid; axis([-1,1,0,60])xlabel('frequency in pi units'); ylabel('|Y|')title('Magnitude of Y')subplot(2,2,4); plot(w/pi,angle(Y)/pi); grid; axis([-1,1,-1,1])xlabel('frequency in pi units'); ylabel('radians/pi')title('Angle of Y')[email protected] III.B. Sifat2 TFWD 15-1 -0.5 0 0.5 10102030405060frequency in pi units|X|Magnitude of X-1 -0.5 0 0.5 1-1-0.500.51frequency in pi unitsradiands/piAngle of X-1 -0.5 0 0.5 10102030405060frequency in pi units|Y|Magnitude of Y-1 -0.5 0 0.5 1-1-0.500.51frequency in pi unitsradians/piAngle of [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 16Contoh soal 3.10 Membuktikan sifat konjugasi diketahui sinyal x(n) merupakan sinyal acak bilangan kompleks untuk 5 s n s 10 yang secara umum didistribusikan antara [0,1]. [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 17Contoh soal 3.10 Solusi Matlabn = -5:10; x = rand(1,length(n)) + j*rand(1,length(n));k = -100:100; w = (pi/100)*k;% frequency between -pi and +piX = x * (exp(-j*pi/100)).^(n'*k);% DTFT of x% conjugation propertyy = conj(x); % signal conjugationY = y * (exp(-j*pi/100)).^(n'*k);% DTFT of y% verificationY_check = conj(fliplr(X)); % conj(X(-w))error = max(abs(Y-Y_check))% Differenceerror [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 18Contoh soal 3.11 Untuk membuktikan sifat pelipatan, diketahui sinyal x(n) merupakan sinyal acak untuk 5 s n s 10 yang secara umum didistribusikan antara [0,1][email protected] III.B. Sifat2 TFWD 19Contoh soal 3.11 Solusi Matlabn = -5:10; x = rand(1,length(n));k = -100:100; w = (pi/100)*k;% frequency between -pi and +piX = x * (exp(-j*pi/100)).^(n'*k);% DTFT of x% folding propertyy = fliplr(x); m = -fliplr(n); % signal foldingY = y * (exp(-j*pi/100)).^(m'*k);% DTFT of y% verificationY_check = fliplr(X); % X(-w)error = max(abs(Y-Y_check))% Differenceerror [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 20 Dalam masalah ini akan dibuktikan sifat simetri dari sinyal real kemudian menggunakan fungsi evenodd.m (pada Bab 2), dapat dihitung bagian genap dan ganjil-nya, kemudian dievaluasi TFWD-nyaContoh soal [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 21Contoh soal 3.12 Solusi Matlabn = -5:10; x = sin(pi*n/2);k = -100:100; w = (pi/100)*k;% frequency between -pi and +piX = x * (exp(-j*pi/100)).^(n'*k);% DTFT of x% signal decomposition[xe,xo,m] = evenodd(x,n);% even and odd partsXE = xe * (exp(-j*pi/100)).^(m'*k);% DTFT of xeXO = xo * (exp(-j*pi/100)).^(m'*k);% DTFT of xo% verificationXR = real(X);% real part of Xerror1 = max(abs(XE-XR)) % DifferenceXI = imag(X);% imag part of Xerror2 = max(abs(XO-j*XI)) % [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 22Contoh soal 3.12 Solusi Matlab% graphical verificationsubplot(1,1,1)subplot(2,2,1); plot(w/pi,XR); grid; axis([-1,1,-2,2])xlabel('frequency in pi units'); ylabel('Re(X)');title('Real part of X')subplot(2,2,2); plot(w/pi,XI); grid; axis([-1,1,-10,10])xlabel('frequency in pi units'); ylabel('Im(X)');title('Imaginary part of X')subplot(2,2,3); plot(w/pi,real(XE)); grid; axis([-1,1,-2,2])xlabel('frequency in pi units'); ylabel('XE');title('Transform of even part')subplot(2,2,4); plot(w/pi,imag(XO)); grid; axis([-1,1,-10,10])xlabel('frequency in pi units'); ylabel('XO');title('Transform of odd part')[email protected] III.B. Sifat2 TFWD 23-1 -0.5 0 0.5 1-2-1012frequency in pi unitsRe(X)Real part of X-1 -0.5 0 0.5 1-10-50510frequency in pi unitsIm(X)Imaginary part of X-1 -0.5 0 0.5 1-2-1012frequency in pi unitsXETransform of even part-1 -0.5 0 0.5 1-10-50510frequency in pi unitsXOTransform of odd [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 24Bersambung Berikutnya... 3C: Penyajian sistem LTI dalam Ranah-Frekuensi!13C Penyajian Sistem LTI dalam Ranah FrekuensiKuliah PSD 01 (MFS4617)[email protected]@ugm.ac.id III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi2Tanggap Eksponensial Kompleks x(n)=ejonmerupakan suatu masukan terhadap sistem LTI yang dinyatakan dengan tanggap impuls h(n)[email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi3Definisi-1: Tanggap Frekuensi TFWD dari suatu tanggap impuls disebut tanggap frekuensi (Fungsi Alih) dari suatu sistem LTI dan dinyatakan dengan persamaan Dengan demikian persamaan (3.15) dapat dituliskan sebagai n j n je n h e He e) ( ) ([email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi4Definisi-1: Tanggap Frekuensi Hasil selanjutnya dapat diperluas dengan kombinasi linear antar eksponensial kompleks menggunakan linearitas sistem LTI PadaumumnyatanggapfrekuensiH(ej) adalahsuatu fungsikompleksdarie. Magnitude|H(ej)|dariH(ej)disebutsebagaifungsitanggapmagnitude(ataugain)dan sudut ZH(ej) disebut fungsi tanggap [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi5Tanggap thd Deret Sinusoidal x(n)=A.cos(0n+0) sebagai masukan ke sistem LTI h(n). Maka dari persamaan (3.17) dapat ditunjukkan bahwa tanggap y(n) merupakan sinusoid lain dari frekuensi ;0yang sama, dengan amplitudo yang dikuatkan |H(ej)|sebesar dan fase yang digeser sebesar ZH(ej),[email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi6Tanggap thd Deret Sinusoidal Tanggap ini (persamaan 3.18) disebut dengan Tanggap Kondisi-Tetap (Steady State) dan dinyatakan dengan yss(n).Persamaan tersebut dapat diperluas menjadi sebuah kombinasi linear deret sinusoidal:[email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi7Tanggap thd Sembarang Deret Persamaan 3.17 dapat digeneralisasi ke bentuk deret yang dapat secara absolut-dijumlahkan (absolute summable).Jika X(ejn)=F[x(n)] dan Y(ejn)=F[y(n)], maka dengan menggunakan Sifat konvolusi diperoleh Dengan demikian, sebuah sistem LTI dapat dinyatakan dalam ranah frekuensi [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi8Contoh Soal 3.13 Tentukan tanggap frekuensi H(ej) dari suatu sistem yang dicirikan dengan h(n)=(0.9)nu(n). Gambarkan besaran dan tanggap [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi9Contoh Soal 3.13 - [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi10Contoh Soal 3.13 - Solusi Untuk menggambarkan tanggap ini, dapat diimplementasikan fungsi |H(ej)| dan ZH(ej) atau tanggap frekuensi H(ej),kemudian melakukan proses perhitungan besaran dan fase-nya, berikut [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi11Contoh Soal 3.13 - Solusiw = [0:1:500]*pi/500;% [0, pi] axis divided into 501pts.X = exp(j*w) ./ (exp(j*w) - 0.9*ones(1,501));magX = abs(X); angX = angle(X);subplot(2,1,1); plot(w/pi,magX); grid; axis([0,1,0,10])xlabel('frequency in pi units'); ylabel('|H|');title('Magnitude Response');subplot(2,1,2); plot(w/pi,angX/pi); gridxlabel('frequency in pi units'); ylabel('Phase in pi Radians');title('Phase Response');[email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi12Contoh Soal 3.13 Visualisasi Matlab0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 10246810frequency in pi units|H|Magnitude Response0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1-0.4-0.3-0.2-0.10frequency in pi unitsPhaseinpiRadiansPhase [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi13Contoh Soal 3.14 Misalkan masukan ke sistem pada contoh 3.13 adalah 0.1u(n), tentukan tanggap kondisi-tetap (steady-state) yss(n)[email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi14Contoh Soal 3.14 - Solusi Masukan bukan deret yang secara absolut-dapat-dijumlahkan TFWD tidak terlalu bermanfaat! Tapi bisa dipakai untuk menghitung tanggap kondisi-tetap (steady-state response)! Dalam kondisi tetap, untuk n U, masukan merupakan konstanta (atau sebuah sinusoidal dengan ;0= V0= 0), dengan demikian keluarannya adalahyss(n) = 0.1 x H(ej0) = 0.1 x 10 = 1 Dengan penguatan sistem pada ;=0 (penguatan DC) adalah H(ej)=10 (dari gambar contoh sebelumnya)[email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi15Fungsi Tanggap Frekuensi dari Persamaan Beda Jika sebuah Sistem LTI dinyatakan dengan persamaan beda maka untuk mengevaluasi tanggap frekuensi dari pers 3.16, dibutuhkan tanggap impuls h(n). Namun dengan pers 3.17 dapat dengan mudah diperoleh H(ej) Jika x(n)=ejn, maka y(n) harus , substitusikan ke pers 3.20 [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi16Fungsi Tanggap Frekuensi dari Persamaan [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi17Contoh Soal 3.15 Sebuah sistem LTI dinyatakan dengan persamaan beda berikuty(n) = 0.8y(n-1) + x(n)1. Tentukan H(ej)2. Hitung dan gambarkan tanggap kondisi-tetap yss(n) untuk x(n)=cos(0.05tn)u(n)[email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi18Contoh Soal 3.15 - Solusi Tuliskan kembali persamaan beda menjadiy(n) 0.8y(n-1) = x(n)1. Menggunakan pers 3.21 diperoleh2. Untuk kondisi-tetap, masukannya adalah x(n)=cos(0.05tn) dengan frekuensi e0=0.05tdan u0=0. Tanggap sistemnya adalah [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi19Contoh Soal 3.15 Solusi Matlabsubplot(1,1,1)b = 1; a = [1,-0.8];n=[0:100];x = cos(0.05*pi*n);y = filter(b,a,x);subplot(2,1,1); stem(n,x);xlabel('n'); ylabel('x(n)'); title('Input sequence')subplot(2,1,2); stem(n,y);xlabel('n'); ylabel('y(n)'); title('Output sequence')[email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi20Contoh Soal 3.15 Visualisasi Matlab0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100-1-0.500.51nx(n)Input sequence0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100-505ny(n)[email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi21Asumsi vs. Kenyataan Contoh 3.15 persamaan beda orde pertama (1storder) dengan mudah dapat diimplementasikan dengan 3.22 menggunakan Matlab; Kenyataannya orde persamaan lebih tinggi perlu prosedur yang efektif atau singkat untuk implementasi 3.21; Gunakan perkalian vektor matriks sederhana Jika kita evaluasi H(ej) pada frekuensi k=0,1,,K yang sama jaraknya dari [0,t], [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi22Asumsi vs. Kenyataan Jika {bm}, {al} (dengan a0=1), {m=0,..,M}, {l=0,..,N} dan {ek}merupakan larik (atau vektor baris), maka pembilang dan penyebut pada 3.23 [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi23Asumsi vs. Kenyataan Dengan demikian, larik H(ej) pada 3.23 dapat dihitung menggunakan operasi ./ di dalam [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi24Contoh Soal 3.15 Penapis lolos-rendah orde-3 dituliskan sebagai berikut Gambarkan tanggap besaran dan fase dari penapis ini dan verifikasi-lah bahwa persamaan beda tersebut merupakan penapis [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi25Contoh Soal 3.15 - Solusib = [0.0181,0.0543, 0.0543,0.0181];a = [1.0000, -1.7600, 1.1829, -0.2781];m = 0:length(b)-1; l = 0:length(a)-1;K = 500; k = 1:1:K;w = pi*k/K;% [0, pi] axis divided into 501 points.num = b * exp(-j*m'*w); % Numerator calculationsden = a * exp(-j*l'*w); % Denominator calculationsH = num ./ den;magH = abs(H); angH = angle(H);[email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi26Contoh Soal 3.15 - Solusisubplot(1,1,1);subplot(2,1,1); plot(w/pi,magH);grid; axis([0,1,0,1])xlabel('frequency in pi units'); ylabel('|H|');title('Magnitude Response');subplot(2,1,2); plot(w/pi,angH/pi); gridxlabel('frequency in pi units'); ylabel('Phase in pi Radians');title('Phase Response');[email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi27Contoh Soal 3.15 Visualisasi Matlab0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 100.20.40.60.81frequency in pi units|H|Magnitude Response0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1-1-0.500.51frequency in pi unitsPhaseinpiRadiansPhase ResponseCiri-ciri [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi28Bersambung Berikutnya 3C: Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal [email protected]@ugm.ac.id 13D Pencuplikan & Rekonstruksi Sinyal AnalogKuliah PSD 01 (MFS4617)[email protected]@ugm.ac.id III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog2Pendahuluan Dalam berbagai aplikasi misalnya dunia komunikasidigital sinyal analog dikonversi ke sinyal diskritmenggunakan pencuplikan dan operasi kuantisasi(Konversi Analog ke Digital atau ADC). Sinyal diskrit ini diolah oleh Prosesor Sinyal Digital dansinyal yang diproses dikonversi kembali ke sinyal analog menggunakan operasi rekonstruksi (Konversi Digital keAnalog atau DAC). Menggunakan Analisa Fourier, kita dapat menjelaskan operasi pencuplikan dari sudut pandang ranah-frekuensi, analisa efek dan melakukan operasi rekonstruksi yang [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog3Pencuplikan xa(t) merupakan sinyal analog. Transformasi Fourier Waktu-Kontinyu diberikan oleh persamaan sebagai berikut: Dimana O adalah frekuensi analog dalam radian/detik. Kebalikan dari Tranformasi Fourier Waktu Kontinyu diberikan denganpersamaan berikut:[email protected]@ugm.ac.id [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog4 Sekarang kita cuplik xa(t) pada pencuplikan tersendiri Interval Tsdetik untuk memperoleh sinyal waktu diskrit x(n): Transformasi Fourier Waktu Diskrit X(ejn)dari x(n)merupakan jumlah yang dapat dihitung dari skala-amplitudo, skala-frekuensi dan versi terjemahan dari Transformasi Fourier Xa(jO)[email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog5Pencuplikan Persamaan 3.26 tersebut dikenal dengan Persamaan Aliasing. Frekuensi analog dan digital dihubungkanlewat Ts. Frekuensi Pencuplikan diberikan oleh persamaan berikut:[email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal [email protected]@ugm.ac.id [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog8Definisi 2: Sinyal Pita-Terbatas Suatu sinyal memiliki Pita-Terbatas jika terdapat frekuensi Radian terbatas O0sedemikianhingga Xa(jO) adalah 0 untuk |O| > O0. Frekuensi F0=O0/2t disebut lebarpita sinyal dalam Hz. Merujuk gambar 3.10 maka jika t > O0Tsatau Fs/2 > F0maka bentuk persamaannya adalah sebagaiberikut:[email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog9Teorema-3: Prinsip Pencuplikan Suatu sinyal pita-terbatas xa(t) dengan lebar pita F0dapatdirekonstruksi dari nilai cuplikannya x(n) = xa(nTs), jikapencuplikan frekuensi Fs= 1/Tslebih besar daripada duakali lebar pita F0dari xa(t).Fs > 2Fo Sebaliknya aliasing akan menghasilkan x(n). Laju pencuplikan 2F0untuk suatu sinyal analog pita-terbatasdisebut Laju [email protected]@ugm.ac.id [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog10Implementasi MATLAB: Pencuplikan Tidak mungkin menganalisa sinyal analog dengan MATLAB kecuali menggunakan Toolbox Symbolic proses lama; Jika kita mencuplik xa(t) dengan grid yang baik yang memiliki kenaikan waktu yang cukup kecil sedemikian hingga menghasilkan plot yang halus dan waktu maksimum yg cukup besar untuk bisa menampilkan semua data, maka dapat dilakukan analisa pendekatan. Misalkan At sebagai interval grid sedemikian hinggaAt