52224136 Transformasi Fourier Waktu Diskrit PPT

Embed Size (px)

DESCRIPTION

transformasi

Citation preview

  • 1Bab 3aTransformasi Fourier Waktu-Diskrit

    Kuliah PSD 01 (MFS4617)[email protected]

    [email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit

    2

    Latar Belakang Sistem LTI dinyatakan dalam tanggapan terhadap

    masukan cuplikan satuan (tanggap cuplikan satuan unit impulse response h(n)):

    Bentuknya Konvolusi: sembarang sinyal bisa dinyatakan dengan kombinasi linear cuplikan satuan yang terskala dan yang tertunda ;

    Sembarang sinyal diskrit kombiasi sinyal dasar tiap sinyal dasar penyajian sinyal baru punya kelebihan dan kelemahan;

    Ada satu cara penyajian yang sangat bermanfaat berbasis sinyal eksponensial kompleks ejn DTFT;

    [email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit

    3

    DTFT

    DTFT = Discrete-time Fourier Transform Transformasi Fourier dalam Waktu-diskrit;

    Rumus DTFT:

    Rumus IDTFT:

  • [email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit

    4

    Contoh 3.1 & Solusinya

    Tentukan DTFT dari x(n) = 0.5n u(n)!

    [email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit

    5

    Contoh 3.2 & Solusinya

    Karena X(ejn) merupakan sebuah fungsi nilai-kompleks perlu digambarkan bagian besaran dan sudut-nya (bagian nyata dan imajiner-nya) terhadap w secara terpisah untuk mendeskripsikan X(ejn) secara visual;

    Menggunakan nilai antara 0 hingga ;

    [email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit

    6

    2 (dua) Sifat Penting Periodisitas: DTFT X(ejn) bersifat periodik dalam ranah-; dengan

    periode 2; hanya dibutuhkan satu periode saja (;[0,2>] atau[->,>]) untuk analisa:

    Simetris: untuk nilai-nyata x(n), X(ejn) bersifat simetrik konjugat:

    Atau dituliskan:

  • [email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit

    7

    2 (dua) Sifat Penting Implikasi Simetrik untuk menggambar

    X(ejn) hanya perlu diperhatikan setengah periode-nya saja secara umum periode ini adalah [0,]

    Contoh 3.3: untuk persamaan x(n) = 0.5n u(n)!

    [email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit

    8

    Solusi Contoh 3.3w = [0:1:500]*pi/500; % [0, pi] axis divided into 501 points.X = exp(j*w) ./ (exp(j*w) - 0.5*ones(1,501));magX = abs(X); angX = angle(X);realX = real(X); imagX = imag(X);% --subplot(2,2,1); plot(w/pi,magX); gridxlabel('frequency in pi units'); title('Magnitude Part'); ylabel('Magnitude')% --subplot(2,2,3); plot(w/pi,angX); gridxlabel('frequency in pi units'); title('Angle Part'); ylabel('Radians')% --subplot(2,2,2); plot(w/pi,realX); gridxlabel('frequency in pi units'); title('Real Part'); ylabel('Real')% --subplot(2,2,4); plot(w/pi,imagX); gridxlabel('frequency in pi units'); title('Imaginary Part'); ylabel('Imaginary')

    [email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit

    9

    Solusi Contoh 3.3

    0 0.2 0.4 0.6 0.8 10.5

    1

    1.5

    2

    frequency in pi units

    Magnitude Part

    Mag

    nitu

    de

    0 0.2 0.4 0.6 0.8 1-0.8

    -0.6

    -0.4

    -0.2

    0

    frequency in pi units

    Angle Part

    Rad

    ians

    0 0.2 0.4 0.6 0.8 10.5

    1

    1.5

    2

    frequency in pi units

    Real Part

    Rea

    l

    0 0.2 0.4 0.6 0.8 1-0.8

    -0.6

    -0.4

    -0.2

    0

    frequency in pi units

    Imaginary Part

    Imag

    inar

    y

  • [email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit

    10

    Komputasi Numerik DTFT Misalkan x(n) memiliki N cuplikan (data) antara n1 E n E

    n2 (tidak perlu dalam jangkauan [0,N-1]) dan akan dievaluasi X(ejn) pada:

    yang panjangnya (M+1) antara [0,] sehingga persamaan (3.1) dituliskan:

    Jika {x(nl)} dan {X(ejn)} disusun dalam vektor kolom masing-masing x dan X, maka:

    [email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit

    11

    Komputasi Numerik DTFT Dengan W adalah matriks (M+1) x N:

    Jika kita susun {k} dan {nl} masing-masing sebagai vektor baris kdan n, maka:

    Di MATLAB, disajikan sebagai vetkor baris, sehingga persamaan (3.3) menjadi:

    Bentuk nTk merupakan matriks N x (M+1). Sekarang persamaan (3.4) dapat dituliskan dalam MATLAB:

    [email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit

    12

    Contoh 3.4 & Solusinya Hitunglah DTFT dari deret di contoh 3.2 secara numerik dengan MATLAB! Solusinya:

    n = -1:3; x = 1:5; % sequence x(n)k = 0:500; w = (pi/500)*k; % [0, pi] axis divided into 501 points.X = x * (exp(-j*pi/500)) .^ (n'*k); % DTFT using matrix-vector productmagX = abs(X); angX = angle(X);realX = real(X); imagX = imag(X);subplot(2,2,1); plot(w/pi,magX); gridxlabel('frequency in pi units'); title('Magnitude Part'); ylabel('Magnitude')subplot(2,2,3); plot(w/pi,angX); gridxlabel('frequency in pi units'); title('Angle Part'); ylabel('Radians')subplot(2,2,2); plot(w/pi,realX); gridxlabel('frequency in pi units'); title('Real Part'); ylabel('Real')subplot(2,2,4); plot(w/pi,imagX); gridxlabel('frequency in pi units'); title('Imaginary Part');ylabel('Imaginary')

  • [email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit

    13

    Contoh 3.4 & Solusinya

    0 0.2 0.4 0.6 0.8 10

    5

    10

    15

    frequency in pi units

    Magnitude Part

    Mag

    nitu

    de

    0 0.2 0.4 0.6 0.8 1-4

    -2

    0

    2

    4

    frequency in pi units

    Angle Part

    Radi

    ans

    0 0.2 0.4 0.6 0.8 1-5

    0

    5

    10

    15

    frequency in pi units

    Real Part

    Rea

    l

    0 0.2 0.4 0.6 0.8 1-10

    -5

    0

    5

    frequency in pi units

    Imaginary Part

    Imag

    inar

    y

    [email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit

    14

    Contoh 3.5 & Solusinya

    Diketahui persamaan x(n)=(0.9 e(j/3))n.untuk 0n10. Tentukan X(ejn) dan periksalah periodisitas-nya!

    Solusi: Karena merupakan deret bilangan kompleks hanya memenuhi sifat periodisitas;

    Hanya untuk satu periode saja (hingga 2>); Akan digambarkan sebanyak 401 titik antara

    dua periode [- 2>, 2>] untuk melihat periodisitas-nya;

    [email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit

    15

    Contoh 3.5 & Solusinyasubplot(1,1,1)n = 0:10; x = (0.9*exp(j*pi/3)).^n;k = -200:200; w = (pi/100)*k;X = x * (exp(-j*pi/100)) .^ (n'*k);magX = abs(X); angX =angle(X);subplot(2,1,1); plot(w/pi,magX);gridaxis([-2,2,0,8])xlabel('frequency in units of pi'); ylabel('|X|')title('Magnitude Part')subplot(2,1,2); plot(w/pi,angX/pi);gridaxis([-2,2,-1,1]);xlabel('frequency in units of pi');ylabel('radians/pi');title('Angle Part');

  • [email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit

    16

    Contoh 3.5 & Solusinya

    -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 20

    2

    4

    6

    8

    frequency in units of pi

    |X|

    Magnitude Part

    -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2-1

    -0.5

    0

    0.5

    1

    frequency in units of pi

    radi

    ans/

    pi

    Angle Part

    [email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit

    17

    Contoh 3.6 & Solusinya

    Diketahui persamaan x(n)=(-0.9)n untuk-5EnE5. Periksalah sifat simetrik konjugat pada DTFT-nya!

    Solusi: Terlihat bahwa persamaan merupakan

    bilangan nyata (real) sehingga ada sifat simetrik konjugat-nya

    [email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit

    18

    Contoh 3.6 & Solusinyasubplot(1,1,1)n = -5:5; x = (-0.9).^n;k = -200:200; w = (pi/100)*k;X = x * (exp(-j*pi/100)) .^ (n'*k);magX = abs(X); angX =angle(X);subplot(2,1,1); plot(w/pi,magX);gridaxis([-2,2,0,15])xlabel('frequency in units of pi'); ylabel('|X|')title('Magnitude Part')subplot(2,1,2); plot(w/pi,angX)/pi;gridaxis([-2,2,-1,1])xlabel('frequency in units of pi');ylabel('radians/pi')title('Angle Part')

  • [email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit

    19

    Contoh 3.6 & Solusinya

    -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 20

    5

    10

    15

    frequency in units of pi

    |X|

    Magnitude Part

    -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2-3

    -2

    -1

    0

    1

    2

    3

    frequency in units of pi

    radi

    ans/

    pi

    Angle Part

    [email protected] III.A. Transformasi Fourier Waktu Diskrit

    20

    Bersambung

    Berikutnya... 3B: Sifat-sifat Transformasi Fourier Waktu

    Diskrit (TFWD)!

  • 1Kuliah PSD 01 (MFS4617)[email protected]

    3B Sifat-sifat Transformasi Fourier Waktu Diskrit (TFWD)

    [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 2

    Linearitas

    1. Linearity (Linearitas): Transformasi Fourier waktu-diskrit merupakan suatu bentuk transformasi yang linear, hal ini dicirikan melalui persamaan berikut:

    [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 3

    Penggeseran waktu dan frekuensi

    2. Time Shifting (Pergeseran Waktu): suatu perpindahan dalam ranah waktu ditujukan untuk perpindahan fase, hal ini dinyatakan dengan persamaan berikut:

    3. Frequency shifting (Pergeseran Frekuensi):Perkalian dengan sebuah eksponensial kompleks merupakan suatu penggeseran dalam ranah frekuensi:

  • [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 4

    4. Conjugation (konjugasi): Konjugasi dalam ranah waktu merupakan lipatan dan konjugasi dalam ranah frekuensi:

    5. Folding (pelipatan): Lipatan dalam ranah waktu merupakan lipatan dalam ranah frekuensi

    Konjugasi dan Pelipatan

    [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 5

    6. Simetri dalam deret nyata:

    Implikasi: Jika urutan x(n) adalah real dan genap, hanya satu plot [0,] yang dapat digunakan untuk penyajian lengkap.

    Simetri dalam deret nyata

    [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 6

    7. Convolution (Konvolusi): ini merupakan salah satu dari sifat-sifat yang sangat berguna dalam analisis sistem yang sesuai dalam ranah frekuensi

    8. Multiplication (Perkalian): ini merupakan suatu sifat konvolusi rangkap dua

    Convolution (konvolusi) seperti operasi diatas disebut dengan konvolusi periodik (periodic convolution).

    Konvolusi vs. Perkalian

  • [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 7

    Energi sinyal

    9. Energy (energi): Energi dari sinyal x(n) dituliskan dengan persamaan berikut:

    [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 8

    Hal ini juga dikenal sebagai Teorema Parseval. Dari (3.13) spektrum densitas energi dari x(n) didefinisikan sebagai berikut

    Selanjutnya energi dari x(n) dalam pita atau jangkauan [1,2] dinyatakan dengan

    Catatan Sifat-sifat TFWD

    [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 9

    Contoh soal 3.7

    Dalam contoh ini akan dibuktikan sifat linearitas menggunakan sinyal/deret real durasi-terbatas x1(n) dan x2(n), yang merupakan dua deret acak yang didistribusikan antara [0,1] untuk jangkauan 0 n 10.

    Selanjutnya kita dapat menggunakan prosedur TFWD sebagai berikut(Matlab):

  • [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 10

    x1 = rand(1,11); x2 = rand(1,11); n = 0:10;alpha = 2; beta = 3;k = 0:500; w = (pi/500)*k;X1 = x1 * (exp(-j*pi/500)).^(n'*k); % DTFT of x1X2 = x2 * (exp(-j*pi/500)).^(n'*k); % DTFT of x2x = alpha*x1 + beta*x2; % Linear combination of x1 & x2X = x * (exp(-j*pi/500)).^(n'*k); % DTFT of x% verificationX_check = alpha*X1 + beta*X2; % Linear Combination of X1 & X2error = max(abs(X-X_check)) % Difference

    error =

    7.9441e-015

    Contoh soal 3.7 Solusi Matlab

    [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 11

    Contoh soal 3.8

    x(n) merupakan deret acak yang didistribusikan antara [0,1] untuk jangkauan 0 n 10 dan y(n) = x(n 2).

    Selanjutnya kita dapat membuktikan contoh sifat penggeseran sebagai berikut

    [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 12

    Contoh soal 3.8 Solusi Matlab

    x = rand(1,11); n = 0:10;k = 0:500; w = (pi/500)*k;X = x * (exp(-j*pi/500)).^(n'*k); % DTFT of x% signal shifted by two samplesy = x; m = n+2;Y = y * (exp(-j*pi/500)).^(m'*k); % DTFT of y% verificationY_check = (exp(-j*2).^w).*X; % multiplication by exp(-j2w)error = max(abs(Y-Y_check)) % Difference

    error =

    8.4843e-015

  • [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 13

    Contoh soal 3.9

    Untuk membuktikan sifat penggeseran frekuensi kita akan menggunakan pendekatan grafik (visualisasi)

    [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 14

    Contoh soal 3.9 Solusi Matlabn = 0:100; x = cos(pi*n/2);k = -100:100; w = (pi/100)*k; % frequency between -pi and +piX = x * (exp(-j*pi/100)).^(n'*k); % DTFT of x%y = exp(j*pi*n/4).*x; % signal multiplied by exp(j*pi*n/4)Y = y * (exp(-j*pi/100)).^(n'*k); % DTFT of y% Graphical verificationsubplot(1,1,1)subplot(2,2,1); plot(w/pi,abs(X)); grid; axis([-1,1,0,60])xlabel('frequency in pi units'); ylabel('|X|')title('Magnitude of X')subplot(2,2,2); plot(w/pi,angle(X)/pi); grid; axis([-1,1,-1,1])xlabel('frequency in pi units'); ylabel('radiands/pi')title('Angle of X')subplot(2,2,3); plot(w/pi,abs(Y)); grid; axis([-1,1,0,60])xlabel('frequency in pi units'); ylabel('|Y|')title('Magnitude of Y')subplot(2,2,4); plot(w/pi,angle(Y)/pi); grid; axis([-1,1,-1,1])xlabel('frequency in pi units'); ylabel('radians/pi')title('Angle of Y')

    [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 15

    -1 -0.5 0 0.5 10

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    frequency in pi units

    |X|

    Magnitude of X

    -1 -0.5 0 0.5 1-1

    -0.5

    0

    0.5

    1

    frequency in pi units

    radi

    ands

    /pi

    Angle of X

    -1 -0.5 0 0.5 10

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    frequency in pi units

    |Y|

    Magnitude of Y

    -1 -0.5 0 0.5 1-1

    -0.5

    0

    0.5

    1

    frequency in pi units

    radi

    ans/

    pi

    Angle of Y

  • [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 16

    Contoh soal 3.10

    Membuktikan sifat konjugasi diketahui sinyal x(n) merupakan sinyal acak bilangan kompleks untuk 5 n 10 yang secara umum didistribusikan antara [0,1].

    [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 17

    Contoh soal 3.10 Solusi Matlab

    n = -5:10; x = rand(1,length(n)) + j*rand(1,length(n));k = -100:100; w = (pi/100)*k; % frequency between -pi and +piX = x * (exp(-j*pi/100)).^(n'*k); % DTFT of x% conjugation propertyy = conj(x); % signal conjugationY = y * (exp(-j*pi/100)).^(n'*k); % DTFT of y% verificationY_check = conj(fliplr(X)); % conj(X(-w))error = max(abs(Y-Y_check)) % Difference

    error =

    1.1382e-013

    [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 18

    Contoh soal 3.11

    Untuk membuktikan sifat pelipatan, diketahui sinyal x(n) merupakan sinyal acak untuk 5 n 10 yang secara umum didistribusikan antara [0,1].

  • [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 19

    Contoh soal 3.11 Solusi Matlab

    n = -5:10; x = rand(1,length(n));k = -100:100; w = (pi/100)*k; % frequency between -pi and +piX = x * (exp(-j*pi/100)).^(n'*k); % DTFT of x% folding propertyy = fliplr(x); m = -fliplr(n); % signal foldingY = y * (exp(-j*pi/100)).^(m'*k); % DTFT of y% verificationY_check = fliplr(X); % X(-w)error = max(abs(Y-Y_check)) % Difference

    error =

    1.6012e-015

    [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 20

    Dalam masalah ini akan dibuktikan sifat simetri dari sinyal real

    kemudian menggunakan fungsi evenodd.m (pada Bab 2), dapat dihitung bagian genap dan ganjil-nya, kemudian dievaluasi TFWD-nya

    Contoh soal 3.12

    [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 21

    Contoh soal 3.12 Solusi Matlab

    n = -5:10; x = sin(pi*n/2);k = -100:100; w = (pi/100)*k; % frequency between -pi and +piX = x * (exp(-j*pi/100)).^(n'*k); % DTFT of x% signal decomposition[xe,xo,m] = evenodd(x,n); % even and odd partsXE = xe * (exp(-j*pi/100)).^(m'*k); % DTFT of xeXO = xo * (exp(-j*pi/100)).^(m'*k); % DTFT of xo% verificationXR = real(X); % real part of Xerror1 = max(abs(XE-XR)) % DifferenceXI = imag(X); % imag part of Xerror2 = max(abs(XO-j*XI)) % Difference

  • [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 22

    Contoh soal 3.12 Solusi Matlab

    % graphical verificationsubplot(1,1,1)subplot(2,2,1); plot(w/pi,XR); grid; axis([-1,1,-2,2])xlabel('frequency in pi units'); ylabel('Re(X)');title('Real part of X')subplot(2,2,2); plot(w/pi,XI); grid; axis([-1,1,-10,10])xlabel('frequency in pi units'); ylabel('Im(X)');title('Imaginary part of X')subplot(2,2,3); plot(w/pi,real(XE)); grid; axis([-1,1,-2,2])xlabel('frequency in pi units'); ylabel('XE');title('Transform of even part')subplot(2,2,4); plot(w/pi,imag(XO)); grid; axis([-1,1,-10,10])xlabel('frequency in pi units'); ylabel('XO');title('Transform of odd part')

    [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 23

    -1 -0.5 0 0.5 1-2

    -1

    0

    1

    2

    frequency in pi units

    Re(

    X)

    Real part of X

    -1 -0.5 0 0.5 1-10

    -5

    0

    5

    10

    frequency in pi units

    Im(X

    )

    Imaginary part of X

    -1 -0.5 0 0.5 1-2

    -1

    0

    1

    2

    frequency in pi units

    XE

    Transform of even part

    -1 -0.5 0 0.5 1-10

    -5

    0

    5

    10

    frequency in pi units

    XO

    Transform of odd part

    [email protected] III.B. Sifat2 TFWD 24

    Bersambung

    Berikutnya... 3C: Penyajian sistem LTI dalam Ranah-

    Frekuensi!

  • 13C Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    Kuliah PSD 01 (MFS4617)[email protected]

    [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    2

    Tanggap Eksponensial Kompleks

    x(n)=ejon merupakan suatu masukan terhadap sistem LTI yang dinyatakan dengan tanggap impuls h(n)

    [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    3

    Definisi-1: Tanggap Frekuensi

    TFWD dari suatu tanggap impuls disebut tanggap frekuensi (Fungsi Alih) dari suatu sistem LTI dan dinyatakan dengan persamaan

    Dengan demikian persamaan (3.15) dapat dituliskan sebagai

    njnj enheH )()(

  • [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    4

    Definisi-1: Tanggap Frekuensi Hasil selanjutnya dapat diperluas dengan kombinasi

    linear antar eksponensial kompleks menggunakan linearitas sistem LTI

    Pada umumnya tanggap frekuensi H(ej) adalah suatu fungsi kompleks dari . Magnitude |H(ej)| dari H(ej)disebut sebagai fungsi tanggap magnitude (atau gain)dan sudut H(ej) disebut fungsi tanggap fase.

    [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    5

    Tanggap thd Deret Sinusoidal

    x(n)=A.cos(0n+ 0) sebagai masukan ke sistem LTI h(n). Maka dari persamaan (3.17) dapat ditunjukkan bahwa tanggap y(n) merupakan sinusoid lain dari frekuensi ;0 yang sama, dengan amplitudo yang dikuatkan |H(ej)|sebesar dan fase yang digeser sebesar H(ej),sehingga

    [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    6

    Tanggap thd Deret Sinusoidal

    Tanggap ini (persamaan 3.18) disebut dengan Tanggap Kondisi-Tetap (Steady State) dan dinyatakan dengan yss(n).Persamaan tersebut dapat diperluas menjadi sebuah kombinasi linear deret sinusoidal:

  • [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    7

    Tanggap thd Sembarang Deret Persamaan 3.17 dapat digeneralisasi ke bentuk

    deret yang dapat secara absolut-dijumlahkan (absolute summable).Jika X(ejn)=F[x(n)] dan Y(ejn)=F[y(n)], maka dengan menggunakan Sifat konvolusi diperoleh

    Dengan demikian, sebuah sistem LTI dapat dinyatakan dalam ranah frekuensi sebagai

    [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    8

    Contoh Soal 3.13

    Tentukan tanggap frekuensi H(ej) dari suatu sistem yang dicirikan dengan h(n)=(0.9)nu(n). Gambarkan besaran dan tanggap fase-nya

    [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    9

    Contoh Soal 3.13 - Solusi

  • [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    10

    Contoh Soal 3.13 - Solusi

    Untuk menggambarkan tanggap ini, dapat diimplementasikan fungsi |H(ej)| dan H(ej) atau tanggap frekuensi H(ej),kemudian melakukan proses perhitungan besaran dan fase-nya, berikut Matlab-nya

    [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    11

    Contoh Soal 3.13 - Solusiw = [0:1:500]*pi/500; % [0, pi] axis divided into 501pts.X = exp(j*w) ./ (exp(j*w) - 0.9*ones(1,501));magX = abs(X); angX = angle(X);subplot(2,1,1); plot(w/pi,magX); grid; axis([0,1,0,10])xlabel('frequency in pi units'); ylabel('|H|');title('Magnitude Response');subplot(2,1,2); plot(w/pi,angX/pi); gridxlabel('frequency in pi units'); ylabel('Phase in pi Radians');title('Phase Response');

    [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    12

    Contoh Soal 3.13 Visualisasi Matlab

    0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 10

    2

    4

    6

    8

    10

    frequency in pi units

    |H|

    Magnitude Response

    0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1-0.4

    -0.3

    -0.2

    -0.1

    0

    frequency in pi units

    Phas

    ein

    piR

    adia

    ns

    Phase Response

  • [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    13

    Contoh Soal 3.14

    Misalkan masukan ke sistem pada contoh 3.13 adalah 0.1u(n), tentukan tanggap kondisi-tetap (steady-state) yss(n)

    [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    14

    Contoh Soal 3.14 - Solusi Masukan bukan deret yang secara absolut-dapat-

    dijumlahkan TFWD tidak terlalu bermanfaat! Tapi bisa dipakai untuk menghitung tanggap kondisi-

    tetap (steady-state response)! Dalam kondisi tetap, untuk n U, masukan merupakan

    konstanta (atau sebuah sinusoidal dengan ;0 = V0 = 0), dengan demikian keluarannya adalah

    yss(n) = 0.1 x H(ej0) = 0.1 x 10 = 1 Dengan penguatan sistem pada ;=0 (penguatan DC)

    adalah H(ej)=10 (dari gambar contoh sebelumnya).

    [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    15

    Fungsi Tanggap Frekuensi dari Persamaan Beda

    Jika sebuah Sistem LTI dinyatakan dengan persamaan beda

    maka untuk mengevaluasi tanggap frekuensi dari pers 3.16, dibutuhkan tanggap impuls h(n). Namun dengan pers 3.17 dapat dengan mudah diperoleh H(ej)

    Jika x(n)=ejn, maka y(n) harus , substitusikan ke pers 3.20 diperoleh

  • [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    16

    Fungsi Tanggap Frekuensi dari Persamaan Beda

    [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    17

    Contoh Soal 3.15

    Sebuah sistem LTI dinyatakan dengan persamaan beda berikut

    y(n) = 0.8y(n-1) + x(n)1. Tentukan H(ej)2. Hitung dan gambarkan tanggap kondisi-

    tetap yss(n) untuk x(n)=cos(0.05n)u(n)

    [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    18

    Contoh Soal 3.15 - Solusi Tuliskan kembali persamaan beda menjadi

    y(n) 0.8y(n-1) = x(n)1. Menggunakan pers 3.21 diperoleh

    2. Untuk kondisi-tetap, masukannya adalah x(n)=cos(0.05n) dengan frekuensi 0=0.05dan 0=0. Tanggap sistemnya adalah

  • [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    19

    Contoh Soal 3.15 Solusi Matlabsubplot(1,1,1)b = 1; a = [1,-0.8];n=[0:100];x = cos(0.05*pi*n);y = filter(b,a,x);subplot(2,1,1); stem(n,x);xlabel('n'); ylabel('x(n)'); title('Input sequence')subplot(2,1,2); stem(n,y);xlabel('n'); ylabel('y(n)'); title('Output sequence')

    [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    20

    Contoh Soal 3.15 Visualisasi Matlab

    0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100-1

    -0.5

    0

    0.5

    1

    n

    x(n)

    Input sequence

    0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100-5

    0

    5

    n

    y(n)

    Output sequence3.42

    4.092

    [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    21

    Asumsi vs. Kenyataan Contoh 3.15 persamaan beda orde pertama (1st

    order) dengan mudah dapat diimplementasikan dengan 3.22 menggunakan Matlab;

    Kenyataannya orde persamaan lebih tinggi perlu prosedur yang efektif atau singkat untuk implementasi 3.21;

    Gunakan perkalian vektor matriks sederhana Jika kita evaluasi H(ej) pada frekuensi k=0,1,,K yang sama jaraknya dari [0,], maka

  • [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    22

    Asumsi vs. Kenyataan

    Jika {bm}, {al} (dengan a0=1), {m=0,..,M}, {l=0,..,N} dan {k}merupakan larik (atau vektor baris), maka pembilang dan penyebut pada 3.23 menjadi

    [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    23

    Asumsi vs. Kenyataan

    Dengan demikian, larik H(ej) pada 3.23 dapat dihitung menggunakan operasi ./ di dalam Matlab

    [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    24

    Contoh Soal 3.15

    Penapis lolos-rendah orde-3 dituliskan sebagai berikut

    Gambarkan tanggap besaran dan fase dari penapis ini dan verifikasi-lah bahwa persamaan beda tersebut merupakan penapis lolos-rendah!

  • [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    25

    Contoh Soal 3.15 - Solusib = [0.0181, 0.0543, 0.0543, 0.0181];a = [1.0000, -1.7600, 1.1829, -0.2781];m = 0:length(b)-1; l = 0:length(a)-1;K = 500; k = 1:1:K;w = pi*k/K; % [0, pi] axis divided into 501 points.num = b * exp(-j*m'*w); % Numerator calculationsden = a * exp(-j*l'*w); % Denominator calculationsH = num ./ den;magH = abs(H); angH = angle(H);

    [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    26

    Contoh Soal 3.15 - Solusisubplot(1,1,1);subplot(2,1,1); plot(w/pi,magH);grid; axis([0,1,0,1])xlabel('frequency in pi units'); ylabel('|H|');title('Magnitude Response');subplot(2,1,2); plot(w/pi,angH/pi); gridxlabel('frequency in pi units'); ylabel('Phase in pi Radians');title('Phase Response');

    [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    27

    Contoh Soal 3.15 Visualisasi Matlab

    0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 10

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    frequency in pi units

    |H|

    Magnitude Response

    0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1-1

    -0.5

    0

    0.5

    1

    frequency in pi units

    Phas

    ein

    piR

    adia

    ns

    Phase Response

    Ciri-ciri penapislolos-rendah!

  • 10

    [email protected] III.C. Penyajian Sistem LTI dalam Ranah Frekuensi

    28

    Bersambung

    Berikutnya 3C: Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal

    Analog!

  • [email protected]

    [email protected] 1

    3D Pencuplikan & Rekonstruksi Sinyal Analog

    Kuliah PSD 01 (MFS4617)[email protected]

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    2

    Pendahuluan Dalam berbagai aplikasi misalnya dunia komunikasi

    digital sinyal analog dikonversi ke sinyal diskritmenggunakan pencuplikan dan operasi kuantisasi(Konversi Analog ke Digital atau ADC).

    Sinyal diskrit ini diolah oleh Prosesor Sinyal Digital dansinyal yang diproses dikonversi kembali ke sinyal analog menggunakan operasi rekonstruksi (Konversi Digital keAnalog atau DAC).

    Menggunakan Analisa Fourier, kita dapat menjelaskan operasi pencuplikan dari sudut pandang ranah-frekuensi, analisa efek dan melakukan operasi rekonstruksi yang tepat.

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    3

    Pencuplikan xa(t) merupakan sinyal analog. Transformasi Fourier

    Waktu-Kontinyu diberikan oleh persamaan sebagai berikut:

    Dimana adalah frekuensi analog dalam radian/detik. Kebalikan dari Tranformasi Fourier Waktu Kontinyu diberikan dengan persamaan berikut:

  • [email protected]

    [email protected] 2

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    4

    Sekarang kita cuplik xa(t) pada pencuplikan tersendiri Interval Ts detik untuk memperoleh sinyal waktu diskrit x(n):

    Transformasi Fourier Waktu Diskrit X(ejn)dari x(n)merupakan jumlah yang dapat dihitung dari skala-amplitudo, skala-frekuensi dan versi terjemahan dari Transformasi Fourier Xa(j)

    Pencuplikan

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    5

    Pencuplikan Persamaan 3.26 tersebut dikenal dengan

    Persamaan Aliasing. Frekuensi analog dan digital dihubungkan lewat Ts.

    Frekuensi Pencuplikan diberikan oleh persamaan berikut:

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    6

  • [email protected]

    [email protected] 3

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    7

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    8

    Definisi 2: Sinyal Pita-Terbatas Suatu sinyal memiliki Pita-Terbatas jika terdapat

    frekuensi Radian terbatas 0 sedemikian hingga Xa(j) adalah 0 untuk || > 0. Frekuensi F0=0/2 disebut lebarpita sinyal dalam Hz.

    Merujuk gambar 3.10 maka jika > 0Ts atau Fs/2 > F0 maka bentuk persamaannya adalah sebagai berikut:

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    9

    Teorema-3: Prinsip Pencuplikan

    Suatu sinyal pita-terbatas xa(t) dengan lebar pita F0 dapatdirekonstruksi dari nilai cuplikannya x(n) = xa(nTs), jikapencuplikan frekuensi Fs = 1/Ts lebih besar daripada duakali lebar pita F0 dari xa(t).

    Fs > 2Fo Sebaliknya aliasing akan menghasilkan x(n). Laju

    pencuplikan 2F0 untuk suatu sinyal analog pita-terbatasdisebut Laju Nyquist

  • [email protected]

    [email protected] 4

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    10

    Implementasi MATLAB: Pencuplikan

    Tidak mungkin menganalisa sinyal analog dengan MATLAB kecuali menggunakan Toolbox Symbolic proses lama;

    Jika kita mencuplik xa(t) dengan grid yang baik yang memiliki kenaikan waktu yang cukup kecil sedemikian hingga menghasilkan plot yang halus dan waktu maksimum yg cukup besar untuk bisa menampilkan semua data, maka dapat dilakukan analisa pendekatan.

    Misalkan t sebagai interval grid sedemikian hinggat

  • [email protected]

    [email protected] 5

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    13

    Contoh 3.17 Solusi (lanjt) Yang merupakan suatu fungsi nilai-nyata karena xa(t)

    merupakan sinyal nyata dan genap. Untuk mengevaluasi Xa(j) secara numerik maka xa(t)

    harus didekati dengan deretan grid durasi-terbatas xG(m).

    Menggunakan pendekatan e-5 % 0, maka sinyal xa(t)dapat didekati dengan sinyal berdurasi-terbatas antara -0.005 t 0.005 (atau [-5,5] mdetik)

    Persamaan 3.32, Xa(j&) % 0 untuk & ' 2(2000), sehingga dipilih

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    14

    Contoh 3.17 Solusi Matlab% Analog SignalDt = 0.00005;t = -0.005:Dt:0.005;xa = exp(-1000*abs(t));%% Continuous-time Fourier TransformWmax = 2*pi*2000;K = 500; k = 0:1:K;W = k*Wmax/K;Xa = xa * exp(-j*t'*W) * Dt;Xa = real(Xa);W = [-fliplr(W), W(2:501)]; % Omega from -Wmax to WmaxXa = [fliplr(Xa), Xa(2:501)];

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    15

    Contoh 3.17 Solusi Matlabsubplot(1,1,1)subplot(2,1,1);plot(t*1000,xa);xlabel('t in msec.'); ylabel('xa(t)')title('Analog Signal')subplot(2,1,2);plot(W/(2*pi*1000),Xa*1000);xlabel('Frequency in KHz');ylabel('Xa(jW)*1000')title('Continuous-time Fourier Transform')

  • [email protected]

    [email protected] 6

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    16

    Contoh 3.17 Visualisasi Matlab

    -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 50

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    t in msec.

    xa(t)

    Analog Signal

    -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 20

    0.5

    1

    1.5

    2

    Frequency in KHz

    Xa(

    jW)*1

    000

    Continuous-time Fourier Transform

    4000

    - 4000

    xa(t)

    Xa(j2)

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    17

    Contoh 3.18 Untuk mempelajari efek pencuplikan pada

    kuantitas ranah frekuensi, kita akan mencuplik xa(t) pada contoh 3.17 dengan frekuensi pencuplikan yang berbeda:

    a. Cuplik xa(t) pada Fs 5000 cuplik/detik untuk menghasilkan x1(n).Tentukan dan gambarkan X1(ej)!

    b. Cuplik xa(t) pada Fs 1000 cuplik/detik untuk menghasilkan x2(n).Tentukan dan gambarkan X2(ej)!

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    18

    Contoh 3.18 Solusi (a)

    Karena lebar-pita dari xa(t) adalah 2 kHz maka laju Nyquist-nya adalah 4000 cuplikan/detik, kurang dari Fs yang diinginkan aliasing (hampir) bisa dihindari

  • [email protected]

    [email protected] 7

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    19

    Contoh 3.18 Solusi Matlab (a)% Analog SignalDt = 0.00005;t = -0.005:Dt:0.005;xa = exp(-1000*abs(t));% Discrete-time SignalTs = 0.0002; n = -25:1:25;x = exp(-1000*abs(n*Ts));% Discrete-time Fourier transformK = 500; k = 0:1:K;w = pi*k/K;X = x * exp(-j*n'*w);X = real(X);w = [-fliplr(w), w(2:K+1)];X = [fliplr(X), X(2:K+1)];

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    20

    Contoh 3.18 Solusi Matlab (a)subplot(1,1,1)subplot(2,1,1);plot(t*1000,xa);xlabel('t in msec.'); ylabel('x1(n)')title('Discrete Signal'); hold onstem(n*Ts*1000,x); gtext('Ts=0.2 msec'); hold offsubplot(2,1,2);plot(w/pi,X);xlabel('Frequency in pi units'); ylabel('X1(w)')title('Discrete-time Fourier Transform')

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    21

    Contoh 3.18 Visualisasi Matlab (a)

    -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 50

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    t in msec.

    x1(n

    )

    Discrete Signal

    Ts=0.2 msec

    -1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 10

    2

    4

    6

    8

    10

    Frequency in pi units

    X1(

    w)

    Discrete-time Fourier Transform

    Bentukmirip!

  • [email protected]

    [email protected] 8

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    22

    Contoh 3.18 Solusi (b)

    Karena Fs = 1000 < 4000 akan terjadi efek aliasing

    Perhatikan MATLAB dan hasilnya

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    23

    Contoh 3.18 Solusi Matlab (b)% Analog SignalDt = 0.00005;t = -0.005:Dt:0.005;xa = exp(-1000*abs(t));% Discrete-time SignalTs = 0.001; n = -5:1:5;x = exp(-1000*abs(n*Ts));% Discrete-time Fourier transformK = 500; k = 0:1:K;w = pi*k/K;X = x * exp(-j*n'*w);X = real(X);w = [-fliplr(w), w(2:K+1)];X = [fliplr(X), X(2:K+1)];

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    24

    Contoh 3.18 Solusi Matlab (b)subplot(1,1,1)subplot(2,1,1);plot(t*1000,xa);xlabel('t in msec.'); ylabel('x2(n)')title('Discrete Signal'); hold onstem(n*Ts*1000,x); gtext('Ts=1 msec');hold offsubplot(2,1,2);plot(w/pi,X);xlabel('Frequency in pi units'); ylabel('X2(w)')title('Discrete-time Fourier Transform')

  • [email protected]

    [email protected] 9

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    25

    Contoh 3.18 Visualisasi Matlab (b)

    -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 50

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    t in msec.

    x2(n

    )

    Discrete Signal

    Ts=1 msec

    -1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 10

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    Frequency in pi units

    X2(

    w)

    Discrete-time Fourier Transform

    Bentuktidak sama!

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    26

    Rekonstruksi Dari Teorema Pencuplikan dan contoh-contoh

    sebelumnya sangat jelas bahwa jika kita mencuplik xa(t) pita-terbatas diatas laju Nyquist, maka kita dapat merekonstruksi xa(t) dari cuplikan x(n).

    Rekonstruksi ini dapat dilakukan dengan proses dua langkah:

    Pertama: Cuplikan dikonversi menjadi deretan impuls berbobot:

    Kedua: Deretan impuls berbobot tsb di-tapis melalui sebuah penapis lolos-bawah ideal dibatasi pada pita [-Fs/2,Fs/2].

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    27

    Rekonstruksi

    Dua langkah ini dapat dinyatakan secara matematis

    Perhatikan gambar berikut sin( )sinc(x) x

    x

    =

    Fungsi Interpolasi

  • [email protected]

    [email protected] 10

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    28

    Rekonstruksi Gambar 3.14

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    29

    Rekonstruksi Gambar 3.14

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    30

    Konverter D/A praktis

    Perlu dipikirkan implementasi praktis (selain menggunakan persamaan 3.33).

    Tetap menggunakan dua langkah, penapis lolos-bawah ideal penapis lolos-bawah analog yang praktis!

    Persamaan 3.33 suatu interpolasi orde tak-berhingga interpolasi orde berhingga, beberapa pendekatan

  • [email protected]

    [email protected] 11

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    31

    Konverter D/A praktis: Interpolasi

    Interpolasi Zero-Order-Hold (ZOH): pada interpolasi ini, nilai cuplikan saat ini ditahan hingga cuplikan berikutnya diterima:

    Yang dapat diperoleh dengan cara menapis sederetan impuls melalui penapis interpolasi:

    Yang merupakan pulsa kotak hasilnya berupa gelombang undah (staircase)

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    32

    Konverter D/A praktis: Interpolasi

    Interpolasi First-Order-Hold (FOH): Dalam kasus ini cuplikan yang berdampingan digabungkan dengan garis lurus.

    Yang dapat diperoleh dengan cara menapis sederetan impuls melalui penapis interpolasi (masih membutuhkan post-filter):

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    33

    Konverter D/A praktis: Interpolasi Interpolasi Kubik Spline (Cubic Spline): Pendekatan ini

    menggunakan interpolan spline untuk penghalusan, tetapi tidak terlalu akurat, memperkirakan sinyal analog antar cuplikan.

    Tidak lagi membutuhkan post-filter analog. Rekonstruksi yang halus diperoleh menggunakan sekumpulan

    potongan-potongan kontinyu polinomial orde-ketiga cubic spline:

    dengan merupakan koefisien polinomial, yang ditentukan menggunakan analisa least-square pada tiap-tiap cuplikan.

  • [email protected]

    [email protected] 12

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    34

    Implementasi MATLAB: Rekonstruksi

    Untuk Interpolasi antara cuplikan MATLAB menyediakan beberapa pendekatan

    Fungsi sinc(x), yang menghasilkan Fungsi(sin x)/x, dapat digunakan untuk implementasi persamaan 3.33.

    Jika diketahui {x(n), n1 n n2} dan jika kita ingin untuk menginterpolasi xa(t) pada suatu grid yang sangat baik dengan interval grid t, maka dengan persamaan 3.33 diperoleh

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    35

    Implementasi MATLAB: Rekonstruksi

    Dengan MATLAB dituliskan

    n = n1:n2; t = t1:t2; Fs = 1/Ts; nTs = n*Ts;% Ts is the sampling intervalxa = x * sinc(Fs*(ones(length(n),1)*t-nTs*ones(1, length(t)));

    Perhatikan contoh-contoh soal dan penyelesaian-nya berikut

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    36

    Contoh 3.19

    Dari cuplikan-cuplikan x1(n) dalam contoh 3.18a, rekonstruksi-kan xa(t) dan berikan komentar pada hasilnya!

  • [email protected]

    [email protected] 13

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    37

    Contoh 3.19 - Solusi

    Catatan: x1(n) diperoleh dengan mencuplik xa(t) padaTs = 1/Fs = 0.0002 detik.

    Kita akan menggunakan spasi grid 0.00005 detik pada jangakuan-0.005 t 0.005, yang akan menghasilkan x(n) pada jangkauan -25 n 25.

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    38

    Contoh 3.19 Solusi Matlab% Discrete-time Signal x1(n)Ts = 0.0002; Fs = 1/Ts; n = -25:1:25; nTs = n*Ts;x = exp(-1000*abs(nTs));% Analog Signal reconstructionDt = 0.00005;t = -0.005:Dt:0.005;xa = x * sinc(Fs*(ones(length(nTs),1)*t-nTs'*ones(1,length(t))));% checkerror = max(abs(xa - exp(-1000*abs(t))))error =

    0.0363

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    39

    Contoh 3.19 Solusi Matlab% Plotsplot(t*1000,xa);xlabel('t in msec.'); ylabel('xa(t)')title('Reconstructed Signal from x1(n) using sinc function');hold onstem(n*Ts*1000,x); hold off

  • [email protected]

    [email protected] 14

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    40

    Contoh 3.19 Visualisasi Matlab

    -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 50

    0.1

    0.2

    0.3

    0.4

    0.5

    0.6

    0.7

    0.8

    0.9

    1

    t in msec.

    xa(t)

    Reconstructed Signal from x1(n) using sinc function

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    41

    Contoh 3.20 & Solusi Dari cuplikan-cuplikan x2(n) dalam contoh 3.18b,

    rekonstruksi-kan xa(t) dan berikan komentar pada hasilnya!

    Dalam kasus ini x2(n) diperoleh dengan pencuplikan xa(t) pada Ts = 1/Fs = 0.001 detik.

    Kita akan menggunakan lagi spasi grid dari 0.00005 detik pada jangkauan-0.005 t 0.005, yang menghasilkan x(n) pada jangkauan -5 n 5.

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    42

    Contoh 3.20 Solusi Matlab% Discrete-time Signal x1(n)Ts = 0.001; Fs = 1/Ts; n = -5:1:5; nTs = n*Ts;x = exp(-1000*abs(nTs));% Analog Signal reconstructionDt = 0.00005;t = -0.005:Dt:0.005;xa = x * sinc(Fs*(ones(length(nTs),1)*t-nTs'*ones(1,length(t))));% checkerror = max(abs(xa - exp(-1000*abs(t))))error =

    0.1852

  • [email protected]

    [email protected] 15

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    43

    Contoh 3.20 Solusi Matlabplot(t*1000,xa);xlabel('t in msec.'); ylabel('xa(t)')title('Reconstructed Signal from x2(n) using sinc function'); hold onstem(n*Ts*1000,x);hold off

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    44

    Contoh 3.20 Visualisasi Matlab

    -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5-0.2

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    1.2

    t in msec.

    xa(t)

    Reconstructed Signal from x2(n) using sinc function

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    45

    Rekonstruksi Pendekatan lain (MATLAB)

    Pendekatan MATLAB yang kedua adalah pendekatan plot/gambar;

    Fungsi stairs digunakan untuk menggambarkan ZOH sinyal analog, sedangkan fungsi plot digunakan untuk FOH

  • [email protected]

    [email protected] 16

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    46

    Contoh 3.21 & Solusi

    Gambarkan rekonstruksi sinyal dari cuplikan-cuplikan x1(n) dalam contoh 3.18 menggunakan interpolasi ZOH dan POH. Berikan Komentar pada hasilnya!

    Sebagai catatan bahwa dalam rekonstruksi ini kita tidak menghitung xa(t)tetapi hanya menggunakan cuplikan-cuplikan-nya.

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    47

    Contoh 3.21 Solusi Matlabfigure(1); clf% Discrete-time Signal x1(n) : Ts = 0.0002Ts = 0.0002; n = -25:1:25; nTs = n*Ts;x = exp(-1000*abs(nTs));% Analog Signal reconstruction using stairssubplot(2,1,1); stairs(nTs*1000,x);xlabel('t in msec.'); ylabel('xa(t)')title('Reconstructed Signal from x1(n) using zero-order-hold'); hold onstem(n*Ts*1000,x); hold off% Analog Signal reconstruction using plotsubplot(2,1,2); plot(nTs*1000,x);xlabel('t in msec.'); ylabel('xa(t)')title('Reconstructed Signal from x1(n) using first-order-hold'); hold onstem(n*Ts*1000,x); hold off

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    48

    Contoh 3.21 Visualisasi Matlab

    -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 50

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    t in msec.

    xa(t)

    Reconstructed Signal from x1(n) using zero-order-hold

    -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 50

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    t in msec.

    xa(t)

    Reconstructed Signal from x1(n) using first-order-hold

  • [email protected]

    [email protected] 17

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    49

    Contoh 3.22 & Solusi

    Dari cuplikan x1(n) dan x2(n) dalam contoh 3.18, tentukan rekonstruksi xa(t)menggunakan fungsi spline. Berikan komentar pada hasilnya!

    Contoh ini hampir sama dengan contoh 3.19 dan 3.20. Oleh sebab itu parameter pencuplikan sama dengan sebelumnya.

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    50

    Contoh 3.22 Solusi Matlab% a) Discrete-time Signal x1(n): Ts = 0.0002Ts = 0.0002; n = -25:1:25; nTs = n*Ts;x = exp(-1000*abs(nTs));% Analog Signal reconstructionDt = 0.00005;t = -0.005:Dt:0.005;xa = spline(nTs,x,t);% checkerror = max(abs(xa - exp(-1000*abs(t))))error =

    0.0317

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    51

    Contoh 3.22 Solusi Matlabfigure(1); clfsubplot(2,1,1);plot(t*1000,xa);xlabel('t in msec.'); ylabel('xa(t)')title('Reconstructed Signal from x1(n) using cubic spline function');hold onstem(n*Ts*1000,x); hold off

  • [email protected]

    [email protected] 18

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    52

    Contoh 3.22 Solusi Matlab% b) Discrete-time Signal x2(n): Ts = 0.001Ts = 0.001; n = -5:1:5; nTs = n*Ts;x = exp(-1000*abs(nTs));% Analog Signal reconstructionDt = 0.00005;t = -0.005:Dt:0.005;xa = spline(nTs,x,t);% checkerror = max(abs(xa - exp(-1000*abs(t))))error =

    0.1679

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    53

    Contoh 3.22 Solusi Matlab% Plotssubplot(2,1,2);plot(t*1000,xa);xlabel('t in msec.'); ylabel('xa(t)')title('Reconstructed Signal from x2(n) using cubic spline function');hold onstem(n*Ts*1000,x); hold off

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    54

    Contoh 3.22 Visualisasi Matlab

    -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 50

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    t in msec.

    xa(t)

    Reconstructed Signal from x1(n) using cubic spline function

    -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 50

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    t in msec.

    xa(t)

    Reconstructed Signal from x2(n) using cubic spline function

  • [email protected]

    [email protected] 19

    [email protected] III.D. Pencuplikan dan Rekonstruksi Sinyal Analog

    55

    Terima Kasih!

    TFWD selesai... Berikutnya

    4A: Transformasi Z bilateral!