12
EMFISEMA 1. DEFINISI Emfisema merupakan salah satu penyakit yang tergolong dalam COPD ( Chronic Obstructive Pulmonal Disease). Emfisema adalah pembesaran permanen yang abnormal dari ruang udara pada posisi distal terhadap bronkiol terminal disertai kerusakan dindingnya, tetapi tanpa fibrosis yang jelas. Emfisema paru-paru merupakan penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran napas, karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas. Sesuai dengan definisi tersebut, maka jika ditemukan kelainan berupa pelebaran ruang udara (alveolus) tanpa disertai adanya destruksi jaringan maka keadaan ini sebenarnya tidak termasuk emfisema, melainkan hanya sebagai “overinflation”. Udara pernafasan akan terdapat di dalam rongga jaringan interstitial atau tetap  berada di dalam rongga alveoli saja. Proses dapat berjalan secara akut maupun kronik. Secara umum, emfisema paru- paru ditandai dengan dipsnoea ekspiratorik, hyperpnoea dan mudahnya penderita meng alami kelelahan (Subronto, 2003).

223471047-emfisema

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/24/2018 223471047-emfisema

    1/12

    EMFISEMA

    1. DEFINISIEmfisema merupakan salah satu penyakit yang tergolong dalam COPD (Chronic

    Obstructive Pulmonal Disease). Emfisema adalah pembesaran permanen yang abnormal dari

    ruang udara pada posisi distal terhadap bronkiol terminal disertai kerusakan dindingnya,

    tetapi tanpa fibrosis yang jelas. Emfisema paru-paru merupakan penyakit yang gejala

    utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran napas, karena kantung udara di paru

    menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas. Sesuai dengan

    definisi tersebut, maka jika ditemukan kelainan berupa pelebaran ruang udara (alveolus)

    tanpa disertai adanya destruksi jaringan maka keadaan ini sebenarnya tidak termasuk

    emfisema, melainkan hanya sebagai overinflation.

    Udara pernafasan akan terdapat di dalam rongga jaringan interstitial atau tetap

    berada di dalam rongga alveoli saja. Proses dapat berjalan secara akut maupun kronik.

    Secara umum, emfisema paru- paru ditandai dengan dipsnoea ekspiratorik, hyperpnoea

    dan mudahnya penderita mengalami kelelahan (Subronto, 2003).

  • 5/24/2018 223471047-emfisema

    2/12

    2. PATOGENESISTerdapat 4 perubahan patologik yang dapat timbul pada pasien emfisema, yaitu :

    Hilangnya elastisitas paru

    Protease (enzim paru) merubah atau merusakkan alveoli dan saluran nafas kecil

    dengan jalan merusakkan serabut elastin. Akibat hal tersebut, kantung alveolar

    kehilangan elastisitasnya dan jalan nafas kecil menjadi kollaps atau menyempit.

    Beberapa alveoli rusak dan yang lainnya mungkin dapat menjadi membesar.

    Hyperinflation paruPembesaran alveoli mencegah paru-paru untuk kembali kepada posisi istirahat normal

    selama ekspirasi.

    Terbentuknya bullaeDinding alveolar membengkak dan berhubungan untuk membentuk suatu bullae

    (ruangan tempat udara) yang dapat dilihat pada pemeriksaan X-ray.

    Kollaps jalan nafas kecil dan udara terperangkapKetika klien berusaha untuk ekshalasi secara kuat, tekanan positif intratorak akan

    menyebabkan kollapsnya jalan nafas.

    3. KLASIFIKASI EMFISEMA Terdapat tiga tipe dari emfisema berdasarkan lokasi kerusakannya :a. Emfisema Centriolobular

    Merupakan tipe yang sering muncul, menghasilkan kerusakan bronchiolus, biasanya

    pada region paru atas. Inflamasi berkembang pada bronchiolus tetapi biasanya

    kantung alveolar tetap bersisa.

    b. Emfisema Panlobular (Panacinar)Merusak ruang udara pada seluruh asinus dan biasanya termasuk pada paru bagian

    bawah. Bentuk ini bersama disebut centriacinar emfisema, timbul sangat sering pada

    seorang perokok.

    c. Emfisema ParaseptalMerusak alveoli pada lobus bagian bawah yang mengakibatkan isolasi dari blebs

    sepanjang perifer paru. Paraseptal emfisema dipercaya sebagai sebab dari

    pneumothorax spontan. Panacinar timbul pada orang tua dan klien dengan defisiensi

  • 5/24/2018 223471047-emfisema

    3/12

    enzim alpha-antitripsin. Pada keadaan lanjut, terjadi peningkatan dyspnea dan

    infeksi pulmoner, seringkali timbul Cor Pulmonal (CHF bagian kanan) timbul.

    Berdasarkan radiologik

    o Emfisema obstruktif :a. Akut

    b. Kronikc. Bullous

    o Emfisema non-obstruktif :a. Kompensasi

    b. Senilis (postural)

    Gambar 1. Gambaran radiologi emfisema secara umum

  • 5/24/2018 223471047-emfisema

    4/12

    a. Emfisema lobarisEmfisema lobaris biasanya terjadi pada bayi baru lahir dengan kelainan

    tulang rawan, bronkus, mukosa bronchial yang tebal, sumbatan mucus

    (mucous plug), penekanan bronkus dari luar oleh anomaly pembuluh darah.

    Gambaran radiologiknya berupa bayangan radiolusen pada bagian paru

    yang bersangkutan dengan pendorongan mediastinum kearah kontra-lateral.

    Gambar 2. Emfisema lobaris

    Gambar 3. Emfisema lobaris

  • 5/24/2018 223471047-emfisema

    5/12

    b. Hiperlusen idiopatik unilateralHiperlusen idiopatik unilateral ialah emfisema yang unilateral dengan

    hipoplasi arteri pulmonalis dan gambaran bronkiektasis. Secara radiologic, paru

    yang terkena lebih radiolusen tanpa penambahan ukuran paru seperti pada

    umumnya emfisema lainnya.

    c. Emfisema hipertrofik kronikTerjadi sebagai akibat komplikasi penyakit paru seperti asma bronchial

    yang parah, bronkiektasis, peradangan paru berat, pneumokinosis ganas, dan

    tuberculosis. Gambaran radiologic menunjukkan peningkatan aerasi dan

    penambahan ukuran toraks yang biasanya hanya terjadi pada satu sisi. Sering

    ditemukan bleb atau bulla yang berupa bayangan radiolusen tanpa struktur

    jaringan paru.

    d. Emfisema bullaBulla merupakan emfisema vesikuler setempat dengan ukuran antara 1-2

    cm atau lebih besar, yang kadang-kadang sukar dibedakan dengan

    pneumotoraks. Penyebabnya sering tidak diketahui tapi dianggap sebagai akibat

    suatu penyakit paru yang menyebabkan penyumbatan seperti bronkiolitis atau

    peradangan akut lainnya dan perangsangan atau iritasi gas yang terhisap. Sering

    factor penyebabnya sudah tidak tampak lagi, tetapi akibatnya adalah emfisema

    bulla yang tetap atau bertambah besar. Gambaran radiologik berupa suatu

    kantong radiolusen di perifer lapangan paru, terutama bagian apeks paru dan

    bagian basal paru dimana jaringan paru normal sekitarnya akan terkompresi

    sehingga menimbulkan keluhan sesak nafas.

  • 5/24/2018 223471047-emfisema

    6/12

    Gambar 4. Emfisema Bulosa

    e. Emfisema kompensasiKeadaan ini merupakan usaha tubuh secara fisiologik menggantikan

    jaringan paru yang tidak berfungsi (atelektasis) atau mengisi toraks bagian paru

    yang terangkat pada pneumoektomi.

    f. Emfisema senilisMerupakan akibat proses degenerative org tua pada kolumna vertebra

    yang mengalami kifosis di mana ukuran anterior-posterior toraks bertambah

    sedangkan tinggi toraks secara vertical tidak bertambah, begitu pula bentuk

    diafragma dan peranjakan diafragma tetap tidak berubah. Keadaan ini akan

    menimbulkan atrofi septa alveolar dan jaringan paru berkurang dan akan diisi

    oleh udara sehingga secara radiologic tampak toraks yang lebih radiolusen,

    corakan bronkovaskuler yang jarang dan diafragma yang normal.

  • 5/24/2018 223471047-emfisema

    7/12

    Gambar 5. emfisema senilis

    4. PATOFISIOLOGIEmfisema merupakan kelainan dimana terjadinya kerusakan pada dinding

    alveolar, yang mana akan menyebabkan overdistensi permanen ruang udara. Perjalanan

    udara terganggu akibat dari perubahan ini. Kesulitan selama ekspirasi pada emfisema

    merupakan akibat dari adanya destruksi dinding (septum) diantara alveoli, kollaps jalan

    nafas sebagian dan kehilangan elastisitas recoil. Pada saat alveoli dan septa kollaps,

    udara akan tertahan diantara ruang alveolar (disebut blebs) dan diantara parenkim paru

    (disebut bullae). Proses ini akan menyebabkan peningkatan ventilatory pada dead

    space atau area yang tidak mengalami pertukaran gas atau darah.

    Kerja nafas meningkat dikarenakan terjadinya kekurangan fungsi jaringan paru untuk

    melakukan pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Emfisema juga menyebabkan

    destruksi kapiler paru, lebih lanjut terjadi penurunan perfusi oksigen dan penurunan

    ventilasi. Pada beberapa tingkat emfisema dianggap normal sesuai dengan usia, tetapi

    jika hal ini timbul pada awal kehidupan (usia muda), biasanya berhubungan dengan

    bronchitis kronis dan merokok.

  • 5/24/2018 223471047-emfisema

    8/12

    5. PEMERIKSAAN PENUNJANG1.Chest X-Ray: dapat menunjukkan hiperinflation paru, flattened diafragma,

    peningkatan ruang udara retrosternal, penurunan tanda vaskular/bulla (emfisema),

    peningkatan bentuk bronchovaskular (bronchitis), normal ditemukan saat periode

    remisi (asthma)

    2.Pemeriksaan Fungsi Paru: dilakukan untuk menentukan penyebab dari dyspnea,menentukan abnormalitas fungsi tersebut apakah akibat obstruksi atau restriksi,

    memperkirakan tingkat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek dari terapi, misal:

    bronchodilator.

    3.TLC: meningkat pada bronchitis berat dan biasanya pada asthma, menurun padaemfisema.

    4.Kapasitas Inspirasi:menurun pada emfisema.5.FEV1/FVC: ratio tekanan volume ekspirasi (FEV) terhadap tekanan kapasitas vital

    (FVC) menurun pada bronchitis dan asthma.

    6.ABGs:menunjukkan proses penyakit kronis, seringkali PaO2 menurun dan PaCO2normal atau meningkat (bronchitis kronis dan emfisema) tetapi seringkali menurun

    pada asthma, pH normal atau asidosis, alkalosis respiratori ringan sekunder terhadap

    hiperventilasi (emfisema sedang atau asthma).

    7.Bronchogram: dapat menunjukkan dilatasi dari bronchi saat inspirasi, kollapsbronchial pada tekanan ekspirasi (emfisema), pembesaran kelenjar mukus

    (bronchitis).

    8.Darah Komplit: peningkatan hemoglobin (emfisema berat), peningkatan eosinofil(asthma).

    9.Kimia Darah: alpha 1-antitrypsin dilakukan untuk kemungkinan kurang padaemfisema primer.

    10.Sputum Kultur: untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen,

    pemeriksaan sitologi untuk menentukan penyakit keganasan atau allergi.

    11.ECG:deviasi aksis kanan, gelombang P tinggi (asthma berat), atrial disritmia (bronchitis),

    gel. P pada Leads II, III, AVF panjang, tinggi (bronchitis, emfisema), axis QRS vertikal

    (emfisema).

    12.Exercise ECG, Stress Test:menolong mengkaji tingkat disfungsi pernafasan, mengevaluasi

    keefektifan obat bronchodilator, merencanakan/evaluasi program.

  • 5/24/2018 223471047-emfisema

    9/12

    6. PENATALAKSANAANPenatalaksanaan utama pada pasien emfisema adalah untuk meningkatkan kualitas hidup,

    memperlambat perkembangan proses penyakit dan mengobati obstruksi saluran nafas yang

    berguna untuk mengatasi hipoxia. Pendekatan terapi mencakup :

    b. Pemberian terapi untuk meningkatkan ventilasi dan menurunkan kerja nafas. Mencegah dan mengobati infeksi Teknik terapi fisik untuk memperbaiki dan meningkatkan ventilasi paru Memelihara kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk memfasilitasi

    pernafasan.

    Support psikologis Patient education and rehabilitation.

    c. Jenis obat yang diberikan : Bronchodilators Aerosol therapy Treatment of infection Corticosteroids

    Oxygenation

    Gambar 6. Emfisema pulmonal pada proyeksi foto AP dan Lateral

  • 5/24/2018 223471047-emfisema

    10/12

    Gambar 7. Emfisema Pulmonal

    gambar 8. Emfisema pulmonal

  • 5/24/2018 223471047-emfisema

    11/12

    Gambar 9. Emfisema pulmonal

    Gambar 10. Emfisema Pulmonal

  • 5/24/2018 223471047-emfisema

    12/12

    DAFTAR PUSTAKA

    Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). Global strategy for the

    diagnosis, management, and prevention of chronic obstructive pulmonary disease.

    Bethesda (MD): Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). 2008

    Hanania NA, Donohue JF. Pharmacologic interventions in chronic obstructive pulmonary

    disease: bronchodilators.Proc Am Thorac Soc. Oct 1 2007;4(7):526-34

    Rasad S. 2008.Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. p131-144.

    Snell R.S. 2007. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta : Penerbit

    Buku Kedokteran EGC. p82-94.

    Takahashi M, Fukuoka J, Nitta N, Takazakura R, Nagatani Y, Murakami Y, et al. Imaging of

    pulmonary emphysema: a pictorial review. Int J Chron Obstruct Pulmon Dis.

    2008;3(2):193-204.