43
20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Mendengar kata bank sebenarnya tidak asing lagi bagi kita, terutama yang hidup di perkotaan. Bahkan, di pedesaan sekalipun saat ini kata bank bukan merupakan kata yang asing dan aneh. Menyebut kata bank setiap orang selalu mengaitkannya dengan uang sehingga selalu saja ada anggapan bahwa yang berhubungan dengan bank selalu ada kaitannya dengan uang. Hal ini tidak salah karena bank memang merupakan lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Sebagai lembaga keuangan, bank menyediakan berbagai jasa keuangan. Di negara-negara maju bank bahkan sudah merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat setiap kali bertransaksi. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bank adalah : “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Menurut Kasmir (2008:25) Bank adalah: “Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan, dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat

20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bank

2.1.1 Pengertian Bank

Mendengar kata bank sebenarnya tidak asing lagi bagi kita, terutama yang

hidup di perkotaan. Bahkan, di pedesaan sekalipun saat ini kata bank bukan

merupakan kata yang asing dan aneh. Menyebut kata bank setiap orang selalu

mengaitkannya dengan uang sehingga selalu saja ada anggapan bahwa yang

berhubungan dengan bank selalu ada kaitannya dengan uang. Hal ini tidak salah

karena bank memang merupakan lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak

di bidang keuangan. Sebagai lembaga keuangan, bank menyediakan berbagai jasa

keuangan. Di negara-negara maju bank bahkan sudah merupakan kebutuhan utama

bagi masyarakat setiap kali bertransaksi.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

bank adalah :

“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak.”

Menurut Kasmir (2008:25) Bank adalah:

“Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro,

tabungan, dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat

Page 2: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

21

untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang

membutuhkannya”.

Pengertian bank menurut Setiyaningrum dan Farah (2011) dalam jurnalnya

adalah :

“Bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan tidak kalah

pentingnya adalah sebagai lembaga yang menjadi sarana dalam

pelaksanaan kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan moneter.”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu lembaga

keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan giro, tabungan, dan deposito. Selanjutnya bank menyalurkan dana tersebut

dalam bentuk pinjaman atau kredit dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak.

2.1.2 Jenis-Jenis Bank

1. Dilihat dari Segi Fungsinya

a. Bank Umum

Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau

berdasarkan prinsip syariah yang salah satu kegiatannya memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran.

b. Bank Perkreditan Rakyat

Adalah bank yang melaksanakan kegiatannya secara konvensional atau

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak boleh memberikan

jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Dilihat dari Segi Kepemilikannya

Jenis bank selanjutnya dapat dilihat dari segi kepemilikannya. Jenis bank dilihat

dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut.

Page 3: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

22

Kepemilikan ini dapat dilihat dari akta pendirian dan penguasaan saham yang

dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan adalah

sebagai berikut :

a. Bank milik pemerintah

Dimana baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah,

sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.

b. Bank milik swasta nasional

Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta

nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula

pembagian keuntungannya diambil oleh swasta pula.

c. Bank milik asing

Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik

milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara.

d. Bank milik campuran

Bank milik campuran merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki

oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Di mana kepemilikan sahamnya

secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.

3. Dilihat dari Segi Status

Pembagian jenis bank dari segi status merupakan pembagian berdasarkan

kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status ini menunjukkan

ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah

produk, modal maupun kualitas pelayanan. Oleh karena itu, untuk memperoleh

status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu. Dalam

praktiknya, jenis bank dilihat dari status dibagi ke dalam dua macam, yaitu :

a. Bank devisa

Bank yang berstatus devisa atau bank devisa merupakan bank yang dapat

melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata

uang asing secara keseluruhan.

Page 4: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

23

b. Bank non devisa

Bank dengan status non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin

untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat

melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.

4. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga

Ditinjau dari segi menentukan harga dapat pula diartikan sebagai cara penentuan

keuntungan yang akan diperoleh. Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya

dalam menentukan harga baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam dua

kelompok, yaitu :

a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional

Dalam mencari keuntungan dan menetukan harga kepada para nasabahnya,

bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan 2 metode, yaitu :

1. Menetapkan bunga sebagai harga jual, baik untuk produk simpanan seperti

giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga beli untuk produk

pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga

tertentu (spread based).

2. Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan konvensional menggunakan

atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase

tertentu seperti biaya administrasi, biaya provisi, sewa, iuran, dan biaya-

biaya lainnya (fee based).

b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah

Bank berdasarkan prinsip syariah menetapkan aturan perjanjian berdasarkan

hukum islam antara bank dengan pihak lain baik dalam hal untuk menyimpan

dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

Page 5: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

24

Gambar 2.1

Struktur Perbankan Indonesia

Sumber : Darmawi (2011:21) “Manajemen Perbankan”

2.1.3 Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank

2.1.3.1 Sumber Dana Bank

Bagi bank yang merupakan bisnis keuangan, kegiatan membeli barang dan

menjual barang juga terjadi, hanya bedanya dalam bisnis bank yang dijual dan dibeli

adalah jasa keuangan. Sebelum dilakukan penjualan jasa keuangan, bank haruslah

terlebih dahulu membeli jasa keuangan yang tersedia di masyarakat dan membeli jasa

keuangan dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang ada, terutama sumber dana

dari masyarakat luas.

Menurut Kasmir (2010:45) menjelaskan bahwa:

“Sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari

masyarakat”.

Bank Sentral Indonesia

Bank-Bank Perkreditan Rakyat

Bank-Bank Umum

Bank Umum Non Devisa Bank Umum Devisa

Page 6: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

25

Jika tujuan perolehan dana untuk kegiatan sehari-hari, jelas berbeda

sumbernya, dengan jika bank hendak melakukan investasi baru atau untuk melakukan

perluasan suatu usaha. Kebutuhan dana untuk kegiatan utama bank diperoleh dalam

berbagai simpanan, sedangkan jika kebutuhan dana digunakan untuk investasi baru

atau perluasan usaha, maka diperoleh dari modal sendiri.

Menurut Kasmir (2010:46) secara garis besar sumber dana bank dapat

diperoleh dari:

1. Bank itu sendiri

2. Masyarakat luas

3. Lembaga lainnya

Sedangkan menurut Lukman Dendawijaya (2009:46) dana-dana yang

digunakan sebagai alat bagi operasional suatu bank bersumber dari dana-dana sebagai

berikut:

1. Dana pihak kesatu

2. Dana pihak kedua

3. Dana pihak ketiga

Penjelasan dari kutipan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dana pihak kesatu (Dana dari Modal Bank Sendiri)

Dana dari bank sendiri adalah dana yang berasal dari pemilik bank atau para

pemegang saham, baik para pemegang saham pendiri (yang pertama kalinya ikut

mendirikan bank tersebut) maupun pihak pemegang saham yang ikut dalam usaha

bank tersebut pada waktu kemudian, termasuk para pemegang saham publik (jika

misalnya bank tersebut sudah go public atau merupakan suatu badan usaha

terbuka) . Dana modal sendiri terdiri atas:

a. Modal disetor

Modal disetor adalah uang yang disetor secara efektif oleh pemegang saham

pada saat bank didirikan.

Page 7: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

26

b. Agio saham

Agio saham adalah nilai selisih jumlah uang yang dibayarkan oleh pemegang

saham baru dibandingkan dengan nilai nominal saham.

c. Cadangan-cadangan

Cadangan-cadangan adalah sebagian laba bank yang disisihkan dalam bentuk

cadangan modal dan cadangan lainnya yang digunakan untuk menutup

kemungkinan timbulnya risiko dikemudian hari.

d. Laba ditahan

Laba ditahan adalah laba milik para pemegang saham yang diputuskan oleh

mereka sendiri melalui rapat umum pemegang saham untuk tidak dibagikan

sebagai dividen, tetapi dimasukkan kembali dalam modal kerja untuk

operasional bank.

2. Dana pihak kedua

Dana pihak kedua adalah dana-dana pinjaman yang berasal dari pihak luar, yang

terdiri atas dana-dana sebagai berikut:

a. Call money

Call money adalah pinjaman dari bank lain yang berupa pinjaman harian antar

bank.

b. Pinjaman biasa antar bank

Pinjaman biasa antar bank adalah pinjaman dari bank lain yang berupa

pinjaman biasa dengan jangka waktu relatif lebih lama.

c. Pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank (LKBB)

Pinjaman ini terutama terjadi ketika lembaga keuangan-keuangan tersebut

masih berstatus LKBB, sebelum dikeluarkannya Undang-undang No.7 tahun

1992 tentang perbankan. Setelah dikeluarkannya undang-undang tersebut,

LKBB ini hampir semua berubah statusnya menjadi bank umum. Pinjman dari

LKBB ini lebih banyak berbentuk surat berharga yang dapat diperjual belikan

dalam pasar uang sebelum jatuh tempo daripada berbentuk kredit.

Page 8: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

27

d. Pinjaman dari bank sentral BI

Pinjaman dari bank sentral BI lebih dikenal dengan istilah Kredit Likuiditas

Bank Indonesia (KLBI). KLBI merupakan instrumen dari bank sentral dalam

rangka memberikan motivasi gerakan moneter bagi bank dan masyarakat

ekonomi, serta merupakan sumber dana yang tergolong murah dengan tingkat

bunga yang relatif sangat rendah.

3. Dana pihak ketiga

Dana pihak ketiga adalah dana berupa simpanan dari masyarakat yang merupakan

sumber dana terbesar yang paling di andalkan oleh bank. Dana dari masyarakat

terdiri atas beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

a. Giro (Demand Deposit)

Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat

dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, surat perintah

pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.

b. Deposito (Time Deposit)

Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak ketiga pada bank

yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu

berdasarkan perjanjian.

c. Tabungan (Saving Deposit)

Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya

dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu.

2.1.3.2 Penggunaan Dana Bank

Dana yang telah dikumpulkan dari sumber-sumber dana dibukukan sebagai

pasiva (hutang), kemudian dari pasiva ditransformasikan menjadi aset (harta). Aset

bank umum dapat digolongkan ke dalam empat kategori dasar, yaitu:

1. Kas (uang tunai)

2. Investasi dalam sekuritas finansial

3. Kredit yang diberikan

Page 9: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

28

4. Aset tetap

Penggunaan dana dalam praktiknya mengalokasikan dana ke dalam berbagai

aset. Pengalokasian dana ke dalam berbagai rekening aset dilakukan menurut prioritas

dan keperluannya.

1. Prioritas pertama untuk mengisi cadangan primer

2. Prioritas kedua untuk mengisi cadangan sekunder

3. Prioritas ketiga untuk mengisi portofolio kredit

4. Prioritas keempat untuk mengisi portofolio investasi

2.1.4 Asas, Fungsi dan Tujuan Perbankan

Asas, fungsi dan tujuan bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia

No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang telah diubah dengan Undang-Undang no

10 tahun 1998 :

1. Asas

Perbankan Indonesia dalam melaksanakan kegiatan usahanya berasaskan

demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.

2. Fungsi

Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana

masyarakat.

3. Tujuan

Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas

nasional ke arah peningkatan rakyat banyak.

Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa asas, fungsi dan tujuan bank

telah terkandung dalam pengertian bank yang dibahas sebelumnya, namun disini

dijelaskan bahwa bank melaksanakan kegiatannya dengan prinsip kehatihatian.

Page 10: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

29

2.2 Laporan Keuangan

2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah

organisasi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi

keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7

(Revisi 2009), “ Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstuktur dari posisi

keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”.

Sementara menurut Kasmir (2008:7) menjelaskan pengertian laporan

keuangan secara sederhana adalah sebagai berikut :

”Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi

keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.”

Pengertian Laporan Keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2009:105)

adalah sebagai berikut:

“Laporan Keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha

suatu perusahaan pada saat teretentu atau jangka waktu tertentu.

Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah : Neraca atau

Laporan Laba/Rugi, atau hasil usaha, Laporan Arus Kas, Laporan

Perubahan Posisi Keuangan.”

Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah

hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang didalamnya berisi berbagai informasi

mengenai keadaan keuangan sebuah perusahaan, yang dapat digunakan untuk

membantu dalam proses pengambilan keputusan bagi perusahaan tersebut.

Page 11: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

30

2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan

Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “tujuan laporan keuangan

adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus

kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam

pembuatan keputusan ekonomi”. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil

pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan

kepada mereka. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “dalam rangka

mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi

mengenai entitas yang meliputi: asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban

termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik

dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas”. Informasi tersebut, beserta

informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu

pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan khususnya, dalam hal

waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

Menurut Kasmir (2008:254) secara umum tujuan laporan keuangan suatu

bank adalalah sebagai berikut :

1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis-jenis aktiva

yang dimiliki.

2. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis

kewajiban bank jangka pendek (lancar) maupun jangka panjang.

3. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal

bank pada waktu tertentu.

4. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan

yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank tersebut.

5. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan

berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.

6. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva,

kewajiban dan modal suatu bank.

Page 12: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

31

7. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasil

laporan keuangan yang disajikan.

2.2.3 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Pengertian analisis laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap

(2009:190) adalah sebagai berikut :

“Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang

lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang

mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data

kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk

mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam

proses menghasilkan keputusan yang tepat.”

Menurut Kasmir (2008:67) mengemukakan tentang pengertian analisis

laporan keuangan adalah sebagai berikut:

“Analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan cara menentukan

dan mengukur pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan.”

Dari definisi diatas maka dapat diketahui bahwa analisis laporan keuangan

merupakan proses penelaahan, penginterpretasian laporan keuangan agar mudah

dimengerti untuk mencantumkan keputusan yang akan diambil serta mengetahui

kondisi keuangan perusahaan.

2.2.4 Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Tujuan analisis laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2009:195)

adalah sebagai berikut :

Page 13: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

32

1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat

dari laporan keuangan biasa.

2. Dapat menggali yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan

keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit)

3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.

4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya

dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan

keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh di luar perusahaan.

5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model

dan teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating).

6. Dapat memberikan informasi yang digunakan oleh para pengambil keputusan.

7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria teretentu yang

sudah dikenal dalam dunia bisnis.

8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode

sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.

9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik

posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya.

10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa

yang akan datang.

Sedangkan tujuan analisis laporan keuangan menurut Bernstein (1983) dalam

Sofyan Syafri Harahap (2009:197) adalah sebagai berikut :

1. Screening

Analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan

untuk memilih kemungkinan investasi atau merger.

2. Forecasting

Analisis dilakukan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang

akan datang.

Page 14: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

33

3. Diagnosis

Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah – masalah

yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain.

4. Evaluation

Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, efisiensi, dan

lain-lain.

2.2.5 Komponen Laporan Keuangan

Menurut PSAK No.1 Paragraf 49 (Revisi 2009), “laporan keuangan yang

lengkap terdiri dari komponen – komponen berikut ini:

1. Neraca,

2. Laporan laba rugi,

3. Laporan perubahan ekuitas,

4. Laporan arus kas,

5. Catatan atas laporan keuangan.”

Penjelasan dari kutipan di atas adalah sebagai berikut :

1. Neraca

Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menggambarkan posisi

keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu maksudnya adalah menunjukkan

keadaan keuangan pada tanggal tertentu biasanya pada saat tutup buku. Neraca

minimal mencakup pos – pos berikut (PSAK No.1 Paragraf 49, Revisi 2009):

a. Aktiva berwujud,

b. Aktiva tidak berwujud,

c. Aktiva keuangan,

d. Investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas,

e. Persediaan,

f. Piutang usaha dan piutang lainnya,

g. Kas dan setara kas,

Page 15: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

34

h. Hutang usaha dan hutang lainnya,

i. Kewajiban yang diestimasi,

j. Kewajiban berbunga jangka panjang,

k. Hak minoritas,

l. Modal saham dan pos ekuitas lainnya.

2. Laporan Laba Rugi

Menurut Kasmir (2008:257) Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank

yang menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Dalam

laporan ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan serta

jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Tujuan pokok laporan laba

rugi adalah melaporkan kemampuan riil perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan. Laporan laba rugi perusahan disajikan sedemikian rupa yang

menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian

secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos – pos berikut (PSAK

No.1 Paragraf 56, Revisi 2009) :

a. Pendapatan,

b. Laba rugi usaha

c. Beban pinjaman

d. Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlukan

menggunakan metode ekuitas,

e. Beban pajak,

f. Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan,

g. Pos luar biasa,

h. Hak minoritas,

i. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.

3. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva

bersih atau kekayaan selama periode yang bersangkutan. Perusahaan harus

Page 16: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

35

menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan

keuangan, yang menunjukan (PSAK No.1 Paragraf 66, Revisi 2009) :

a. Laba rugi bersih periode yang bersangkutan,

b. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta

jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam

ekuitas,

c. Pengaruh komulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan

terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait,

d. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik,

e. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahan,

f. Frekonsiliasi antar nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio

dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara

terpisah setiap perubahan.

Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi

dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen,

menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan

perusahaan selama periode yang bersangkutan.

4. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai

untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan

(termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi

jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan

dan peluang (PSAK No. 2, 2009). Informasi arus kas berguna untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan

memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan

membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flow) dari

berbagai perusahaan.

Page 17: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

36

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam

neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi

yang terdapat catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan

mengungkapkan (PSAK No.1 Paragraf 68, Revisi 2009) :

a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan

akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang

penting,

b. Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan

laporan perubahan ekuitas,

c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi

diperlukan dalam rangka penyajian secar wajar

2.3 Rasio Keuangan

2.3.1 Pengertian Rasio Keuangan

Pengertian rasio keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2009:297) adalah

sebagai berikut :

“Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan

dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai

hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).”

Pengertian rasio keuangan menurut Kasmir (2010:104) adalah :

“Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka

yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka

dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu

komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau

antarkomponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka

Page 18: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

37

yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode

maupun berbeda periode”

Pengertian rasio keuangan menurut James C. Van Horne dalam Kasmir

(2010:104) adalah sebagai berikut :

“Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka

akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka

lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi

keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan

terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan.”

Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan adalah suatu

perhitungan matematis yang dilakukan dengan cara membandingkan beberapa pos

tertentu dalam laporan keuangan yang memiliki hubungan untuk kemudian yang

ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan sebuah perusahaan.

2.3.2 Jenis – Jenis Rasio Keuangan Bank

Menurut Kasmir (2008:281), jenis-jenis rasio keuangan yang biasanya

terdapat di bank adalah sebagai berikut :

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam

memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain,

dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat

mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Semakin besar rasio ini

semakin likuid.

2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas merupakan ukuran kemampuan bank mencari sumber dana

untuk membiayai kegiatannya. Bisa juga dikatakan rasio ini merupakan alat ukur

Page 19: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

38

untuk melihat kekayaan bank untuk melihat efisiensi bagi pihak manajemen bank

tersebut.

3. Rasio Rentabilitas

Rentabilitas rasio sering disebut profitabilitas usaha. Rasio ini digunakan untuk

mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang

bersangkutan.

Selain menggunakan rasio di atas, penilian kinerja keuangan bank dapat

dilakukan dengan menilai kesehatan bank. Penilaian kesehatan bank telah ditentukan

oleh Bank Indonesia yaitu kepada bank-bank diharuskan membuat laporan baik yang

bersifat rutin maupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu

periode tertentu. Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank biasanya

menggunakan analisis CAMELS (Kasmir, 2008 : 50-53), yaitu:

1. Aspek Permodalan, yang dinilai adalah permodalan yang ada didasarkan kepada

kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan pada

Capital Adequacy Ratio (CAR) yang telah ditetapkan Bank Indonesia.

2. Aspek Kualitas Aset yaitu untuk menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank.

Penilaian aset harus sesuai dengan peraturan oleh Bank Indonesia dengan

memperbandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva

produktif. Kemudian rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap

aktiva produktif diklasifikasikan. Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang telah

dilaporkan secara berkala kepada Bank Indonesia.

3. Aspek Kualitas Manajemen yaitu aspek penilaian kegiatan bank yang dikelola

sehari-hari dari kulitas manajemennya. Kualitas manajemen juga dilihat dari

kualitas manusianya dalam bekerja. Kualitas manajemen juga dilihat dari sisi

pendidikan dan pengalaman dari karyawannya dalam menangani berbagai kasus-

kasus yang terjadi.

4. Aspek Likuiditas, yaitu penilaian atas kemampuan bank yang bersangkutan untuk

membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan tabungan, giro, dan

Page 20: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

39

deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit

yang layak dibiayai.

5. Aspek Rentabilitas merupakan ukuran kemampuan bank dalam meningkatkan

labanya atau untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang

dicapai bank yang bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara

rentabilitas yang terus meningkat.

6. Aspek Sensitivitas, merupakan aspek dimana perbankan harus memperhatikan

dua unsur, yaitu tingkat perolehan laba yang harus dicapai dan risiko yang akan

dihadapi. Pertimbangan risiko yang harus diperhitungkan berkaitan erat dengan

sensitivitas perbankan. Sensitivitas terhadap risiko ini penting agar tujuan

memperoleh laba dapat tercapai dan pada akhirnya kesehatan bank juga terjamin

2.3.3 Analisis Rasio Keuangan Bank

2.3.3.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Bank

Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank, maka dapat dilihat laporan

keuangan yang disajikan oleh suatu bank secara periodik. Laporan ini juga sekaligus

menggambarkan kinerja bank selama periode tersebut. Agar laporan ini dapat dibaca

sehingga menjadi berarti, maka perlu dilakukan analisis terlebih dahulu. Analisis

yang digunakan adalah dengan menggunakan rasio-rasio keuangan sesuai standar

yang berlaku (Kasmir, 2008:281).

Pengertian analisis rasio menurut Sugiyono (2009:64) adalah sebagai berikut :

“Suatu angka yang menunjukkan hubungan antara unsur-unsur dalam

laporan keuangan. Hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk

matematis yang sederhana.”

Menurut Kasmir (2008:104) mengemukakan bahwa pengertian analisis rasio

keuangan adalah sebagai berikut:

Page 21: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

40

“Analisis rasio keuangan adalah kegiatan membandingkan angka-angka

yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka

dengan angka lainnya.”

Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis

rasio keuangan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengetahui suatu

hubungan di dalam laporan keuangan.

2.3.3.2 Tujuan Analisis Rasio Keuangan Bank

Tujuan analisis rasio keuangan menurut Freddy Rangkuti (2009:69) adalah

sebagai berikut :

1. Mengevaluasi situasi yang terjadi saat ini.

2. Memprediksi kondisi keuangan masa yang akan datang.

Pada intinya, tujuan dilakukannya analisis rasio keuangan adalah untuk

mengevaluasi dan memprediksi. Evaluasi dilakukan untuk menilai situasi yang terjadi

atau fakta yang ada saat ini dibandingkan dengan rencana yang sudah ditentukan oleh

sebuah bank di masa lalu. Sementara prediksi dilakukan untuk membuat gambaran

masa depan berdasarkan menggunakan data yang ada di masa sekarang. Dengan

adanya prediksi, maka sebuah bank bisa menentukan target dan tujuan sehingga

dalam pelaksaannya pihak bank dapat mengendalikan semua operasional yang terkait

dengan pencapaian target dan tujuan tersebut.

2.4 Dana Pihak Ketiga

2.4.1 Pengertian Dana Pihak Ketiga

Dana pihak ketiga merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan

operasional bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai

operasinya dari sumber dana ini.

Page 22: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

41

Dalam Undang-Undang perbankan No.10 Tahun 1998, yang dimaksud dana

pihak ketiga adalah :

“Dana yang dihimpun bank umum dari masyarakat tersebut biasanya

berbentuk simpanan giro (demand deposits), simpanan tabungan (saving

deposits), dan simpanan deposito (time deposits).”

Sedangkan menurut Kasmir (2008:64), sumber dana dari masyarakat luas

merupakan sumber dana yang paling utama bagi bank, terdiri dari 3 jenis yaitu:

1. Simpanan Giro (Demand Deposit)

2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)

3. Simpanan Deposito (Time Deposit)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dana pihak ketiga adalah

dana yang bersumber dari masyarakat baik individu maupun badan usaha dan baik itu

dalam mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing. Dana dari masyarakat ini

merupakan pendapatan paling utama dalam bank, dan dana terbesar yang dimiliki

oleh bank dan ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana dari pihak-

pihak yang kelebihan dana dalam masyarakat. Sesuai dengan yang telah dikemukakan

di atas bahwa dana pihak ketiga merupakan salah satu pendapatan yang paling utama

dalam bank. Jika pihak bank tidak memliliki strategi yang baru maka para nasabah

tidak akan bertambah, dan berdampak pada berkurangnya dana pihak ketiga. Dan

apabila pihak bank selalu memiliki strategi dan ide baru untuk meningkatkan jumlah

para nasabahnya, maka dengan sendirinya dana pihak ketiga akan meningkat. Salah

satu untuk meningkatkan dana pihak ketiga pada bank yaitu dengan melakukan

promosi, penjualan produk baru, iklan, publisitas bank itu sendiri, dan lain-lain.

Dana pihak ketiga mencerminkan pangsa pasar yang diraih oleh bank. Pangsa

diukur dari dana pihak ketiga yang dihimpun oleh masing-masing bank dibagi dengan

dana pihak ketiga total bank. Rasio ini mencerminkan posisi perusahaan dalam

Page 23: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

42

persaingan pasar. Van Horne (1992) mengemukakan bahwa pangsa pasar yang luas

akan mempersempit peluang pasar bagi pesaing dan pendatang baru yang ingin

memasuki industri. Jadi semakin tinggi rasio ini, cenderung semakin menguntungkan

bagi perusahaan. Menurut Yuliani (2007) MSDN adalah pangsa pasar dana pihak

ketiga yang dihimpun oleh masing-masing bank secara individu.

������ ����� � �� � � � ��� � ����� � ����� � � � ��� � ����� ����� � �� � 100%

2.4.2 Jenis-Jenis Sumber Dana Pihak Ketiga

2.4.2.1 Giro ( Demand Deposit)

Giro merupakan deposito yang dapat ditarik setiap saat dengan menggunakan

alat pembayaran seperti cek, bilyet giro, surat perintah bayar yang lain ataupun surat

pemindahbukuan yang lain. Giro dikelompokkan sebagai sumber dana jangka pendek

bagi bank dan berbiaya murah.

Pengertian giro menurut Taswan (2008:89) mengatakan bahwa:

“Giro merupakan simpanan masyarakat pada bank yang penarikannya

dapat dilakukan dengan menggunakan cek, surat perintah bayar yang

lain, bilyet giro, atau surat pemindahbukuan yang lain”.

Sedangkan menurut Lukman Dendawijaya (2009:49) mengatakan bahwa:

“Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya

dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, dan

surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa giro merupakan simpanan

masyarakat yang pengambilannya dapat dilakukann dengan menggunakan cek, surat

Page 24: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

43

perintah bayar yang lain, bilyet giro, atau surat pemindahbukuan yang lain. Sifat

sumber dana ini dapat dikategorikan sangat labil, karena pemegang rekening giro

dapat menarik dananya setiap saat tanpa ada pemberitahuan terlebih dulu kepada

bank. Jenis simpanan masyarakat ini tidak memiliki jatuh tempo.

Perkembangan rekening giro pada bank bukan hanya berdasarkan kepentingan

bank semata-mata, melainkan kepentingan masyarakat modern juga, karena giro

adalah uang giral yang dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran melalui

penggunaan cek.

2.4.2.2 Deposito (Time Deposit)

Deposito merupakan salah satu tempat bagi nasabah untuk melakukan

investasi dalam bentuk surat-surat berharga. Kepada setiap deposan (pemilik

deposito) akan diberikan imbalan bunga atau depositonya. Bagi bank, bunga yang

diberikan kepada para deposan merupakan bunga tertinggi. Jika dibandingkan dengan

simpanan giro dan tabungan, sehingga deposito oleh sebagian bank di anggap sebagai

dana modal.

Keuntungan bagi bank dengan menghimpun dana lewat deposito adalah uang

yang tersimpan relatif lebih lama, mengingat deposito memiliki jangka waktu yang

relatif panjang dan frekuensi penarikan yang juga jarang. Dengan demikian bank

dapat dengan leluasa untuk menggunakan kembali dana tersebut untuk keperluan

penyaluran kredit.

Pengertian deposito menurut Taswan (2008:103) adalah:

“Deposito merupakan simpanan masayarakat atau pihak ketiga yang

penarikannya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut

perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan”.

Sedangkan pengertian deposito menurut Lukman Dendawijaya (2009:50)

adalah:

Page 25: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

44

“Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak ketiga pada

bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu

tertentu berdasarkan perjanjian”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa deposito merupakan

simpanan pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu

berdasarkan perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan. Persaingan

yang ketat dalam penghimpunan dana antar bank telah memunculkan produk-produk

baru dalam penghimpunan dana. produk-produk baru tersebut adalah :

1. Deposito Berjangka

Merupakan deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu tertentu, jangka

waktu deposito biasanya bervariasi mulai dari 1, 2, 3, 6, 12, 18 sampai 24 bulan.

Deposito diterbitkan atas nama baik seseorang atau lembaga, artinya didalam

bilyet deposito tercantum nama seseorang atau lembaga.

2. Sertifikat Deposito

Sertifikat deposito merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka waktu 2,

3, 6 dan 12 bulan. Sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam bentuk

sertifikat. Artinya dalam sertifikat deposito tidak tertulis nama seseorang atau

badan hukum tertentu.

3. Deposit On Call

Merupakan deposito yang berjangka waktu 7 hari dan paling lama kurang dari 1

bulan. Diterbitkan atas nama dan biasanya dalam jumlah yang besar.

Pencairan bunga dilakukan pada saat pencarian deposit on call dan sebelum

deposit on call terlebih dahulu 3 hari sebelumnya nasabah sudah memberitahukan

bank penerbit.

Page 26: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

45

2.4.2.3 Tabungan (Saving Deposit)

Seperti halnya simpanan giro, simpanan tabungan juga mempunyai syarat-

syarat tertentu bagi pemegangnya dan persyaratan masing-masing bank berbeda satu

sama lainnya. Disamping persyaratan yang berbeda, tujuan nasabah menyimpan uang

di rekening tabungan juga berbeda. Dengan demikian sasaran bank dalam

memasarkan produknya juga berbeda sesuai dengan sasarannya.

Pengertian tabungan menurut Taswan (2008:95) adalah:

“Tabungan merupakan simpanan masyarakat atau pihak lain yang

penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu

yang telah disepakati tetapi tidak lama ditarik dengan menggunakan cek,

bilyet giro atau yang dipersamakan dengan itu”.

Sedangkan menurut Lukman Dendawijaya (2009:51) tabungan adalah:

“Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya

hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu”.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tabungan merupakan

simpanan masyarakat yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu tetapi

dengan syarat-syarat tertentu yang telah disepakati dan juga tidak dapat diambil

dengan menggunakan cek, bilyet giro atau yang dipersamakan dengan itu. Syarat-

syarat tertentu misalnya harus ditarik secara tunai, penarikannya hanya dalam

kelipatan nominal tertentu, jumlah penarikannya tidak boleh melebihi saldo minimal

tertentu.

Tabungan dapat ditarik dengan cara-cara dan dalam waktu yang lebih relatif

fleksibel dibandingkan dengan deposito berjangka, namun masih kalah fleksibel

apabila dibandingkan dengan rekening giro. Ditinjau dari sisi bank, penghimpunan

dana melebihi tabungan termasuk lebih murah daripada deposito tapi lebih mahal

dibandingkan giro.

Page 27: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

46

2.5 Likuiditas

2.5.1 Pengertian Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan suatu bank untuk memenuhi kewajiban

keuangan dalam jangka pendek, atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban

keuangan pada saat ditagih.

Likuiditas bank berarti kemampuan perusahaan untuk dapat menyediakan

alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya

saat ditagih. Dalam hal ini bank harus memperhatikan apakah bank setiap saat dapat

memenuhi perubahan yang diperlukan untuk kelancaran jalannya operasional

perusahaan.

Likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajibannya yang harus segera dibayar. Kewajiban tersebut sering diartikan sebagai

utang. Pada lembaga perbankan, persoalan likuiditas adalah persoalan pada dua sisi

pada neraca bank (Dendawijaya, 2009 : 246).

Sedangkan menurut Kasmir (2009 : 130) rasio likuiditas atau rasio modal

kerja adalah :

“ Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan

membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar

dengan total passiva lancar (utang jangka pendek).”

Sebagai lembaga kepercayaan, bank harus sanggup menjalankan fungsinya

sebagai penghimpun dana dan sebagai penyalur dana untuk memperoleh profit yang

wajar. Pada sisi pasiva, bank harus mampu memenuhi kewajiban kepada nasabah

setiap ada penarikan simpanan nasabah, pada sisi aktiva bank harus menyanggupi

pencairan kredit yang telah diperjanjikan (komitmen kredit). Bila kedua aspek atau

salah satu aspek ini tidak dapat dipenuhi, maka bank tersebut akan kehilangan

kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu pengertian likuiditas bank adalah lebih luas

daripada likuiditas pada perusahaan non bank, yang mana likuiditas bank adalah

Page 28: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

47

kemampuan bank untuk memenuhi kemungkinan penarikan simpanan dan kewajiban

lainnya dan/ atau memenuhi kebutuhan masyarakat berupa kredit dan penempatan

lainnya.

2.5.2 Macam-Macam Rasio Likuiditas

Perhitungan likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi. Adapun

pengertian analisis rasio likuiditas menurut Lukman Dendawijaya (2009:114)

adalah sebagai berikut:

“Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap

kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka

pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo”.

Untuk melakukan pengukuran rasio ini memiliki beberapa jenis rasio yang

masing-masing memiliki maksud dan tujuan tersendiri. Adapun jenis-jenis rasio

likuiditas menurut Kasmir (2010:286) adalah sebagai berikut :

1. Quick Ratio

Quick Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam

memenuhi kewajibannya terhadap para deposan (pemilik simpanan giro,

tabungan dan deposito) dengan harta yang paling likuid yang dimiliki oleh suatu

bank. Rumus untuk mencari Quick Ratio adalah sebagai berikut :

����� ����� � � �� ��������� � ������� � 100%

2. Banking Ratio

Banking Ratio bertujuan untuk mengukur tingkat likuiditas bank dengan

membandingkan jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah deposit yang

dimiliki. Semakin tinggi rasio ini, maka tingkat likuiditas bank semakin rendah,

Page 29: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

48

karena jumlah dana yang digunakan untuk membiayai kredit semakin kecil,

demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari Banking Ratio adalah sebagai

berikut :

������� ����� � ��� � �� ����� � ������� � 100%

3. Loan to Assets Ratio

Loan to Assets Ratio merupakan rasio untuk mengukur jumlah kredit yang

disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki bank. Semakin tinggi tingkat rasio,

menunjukan semakin rendahnya tingkat likuiditas. Rumus untuk mencari Loan to

Assets Ratio adalah sebagai berikut :

���� �� ������ ����� � ��� � �� ����� � ������ � 100%

4. Cash Ratio

Cash Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank melunasi

kewajiban yang harus segera dibayar dengan harta likuid yang dimiliki bank

tersebut. Rumus untuk mencari Cash Ratio adalah sebagai berikut :

��������� � ����� ����������� ���� ��������� � 100%

5. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit

yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri

yang digunakan. Rumus untuk mencari Loan to Deposit Ratio adalah sebagai

berikut :

Page 30: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

49

���� �� ������� ����� � ��� � �� ����� � ��� �� �������� � 100%

Dalam penelitian ini rasio yang digunakan penulis untuk mengukur tingkat

likuiditas bank adalah loan to deposit ratio (LDR). Hal ini dikarenakan berdasarkan

surat edaran Bank Indonesia No.26/5/BPPP pada tanggal 29 Mei 1993, dijelaskan

bahwa loan to deposit ratio (LDR) sebagai pedoman analisa untuk mengukur tingkat

keseimbangan penjelasan pinjaman yang diberikan terhadap dana yang dihimpun, dan

memegang peran penting yang tidak dapat terabaikan karena pada posisi pencapaian

nilai hasil atau analisa ini akan dapat menggambarkan keadaan suatu bank dalam

memperoleh keuntungan atau kerugian dari peranan bank dalam masyarakat

(http://www.2lisan.com/rss/suratedaran-bank-indonesia).

2.6 Loan to Deposit Ratio (LDR)

LDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang

digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit.

Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu sumber

pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini. Semakin besarnya penyaluran dana

dalam bentuk kredit dibandingkan dengan deposit atau simpanan masyarakat pada

suatu bank membawa konsekuensi semakin besarnya risiko yang harus ditanggung

oleh bank yang bersangkutan. Menurut Kasmir (2008:290), rasio LDR merupakan

rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan

jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.

Sementara menurut Lukman Dendawijaya (2009:116), pengertian LDR adalah

sebagai berikut :

“LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank

dengan dana yang diterima oleh bank.”

Page 31: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

50

Semakin tinggi LDR, maka semakin tinggi dana yang disalurkan kepada

pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini maka semakin rendah pula kemampuan

likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang

diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar (suatu bank meminjamkan

seluruh dananya (loan-up)). Sebaliknya, semakin rendah LDR menunjukkan

kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Oleh karena itu, beberapa ahli

menyepakati bahwa batas aman LDR adalah sekitar 80%. Besarnya LDR menurut

peraturan pemerintah maksimum adalah 110% (Kasmir, 2008:290)

LDR dapat dirumuskan sebagai berikut (Lukman Dendawijaya, 2009).

��� � �� � ������ � �� ������� �� � ��� � ����� � ���� � �¡ � ¢��� � 100%

Menurut Lukman Dendawijaya (2009:147) jumlah kredit yang diberikan

dalam rumus di atas adalah kredit yang diberikan bank yang sudah direalisir / ditarik /

dicairkan. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993, yang

termasuk dalam pengertian dana yang diterima bank adalah sebagai berikut (Lukman

Dendawijaya, 2009:116).

1. Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) (jika ada) adalah volume pemberian

pinjaman (kredit) yang diberikan Bank Indonesia kepada bank yang

bersangkutan.

2. Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan

setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, dan surat perintah pembayaran

lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.

3. Deposito adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat

dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah dan

bank.

4. Tabungan masyarakat adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang

penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang

Page 32: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

51

disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau lainnya

yang dapat dipersamakan dengan itu.

5. Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, tidak

termasuk pinjaman subordinasi.

6. Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan.

7. Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari 3

bulan.

8. Modal pinjaman.

9. Modal inti bank terdiri atas modal yang telah disetor pemilik bank, agio saham

(terutama untuk bank yang telah go public), berbagai cadangan, laba ditahan

(setelah diputuskan oleh rapat umum pemegang saham bank), serta laba tahun

berjalan.

2.7 Rasio Profitabilitas

2.7.1 Pengertian Rasio Profitabilitas

Profitabilitas atau yang lazim disebut rentabilitas merupakan aspek yang

mencerminkan kemampuan setiap perusahaan untuk menghasilkan laba. Menurut

Malayu Hasibuan (2008:104) profitabilitas adalah:

“Kemampuan bank dalam menghasilkan laba.”

Menurut Harmono (2009:109), profitabilitas adalah :

“Analisis profitabilitas ini menggambarkan kinerja fundamental

perusahaan ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektifitas operasi

perusahaan dalam memperoleh laba”

Menurut Van Horne dan Wachowicz (2009:222), profitabilitas merupakan

rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi. Maka dari uraian di

atas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah kemampuan bank untuk

Page 33: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

52

menghasilkan laba sebagai hasil akhir dari keputusan yang dilakukan oleh

perusahaan.

2.7.2 Macam-Macam Rasio Profitabilitas

Rasio rentabilitas sering disebut profitabilitas usaha. Rasio ini digunakan

untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank

yang bersangkutan. Adapun pengertian analisis rasio rentabilitas menurut Lukman

Dendawijaya (2009:118) adalah sebagai berikut:

“Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau

mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh

bank yang bersangkutan”

Untuk melakukan pengukuran rasio ini memiliki beberapa jenis rasio yang

masing-masing memiliki maksud dan tujuan tersendiri. Adapun jenis-jenis rasio

profitabilitas menurut Lukman Dendawijaya (2009:118) adalah sebagai berikut:

1. Return On Assets (ROA)

ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank

dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA

suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut

dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Rumus

untuk mencari Return On Assets adalah sebagai berikut :

������ �� �� � � ���� ������ � ���� ��� ���� ������� ������ � 100%

2. Return On Equity (ROE)

ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Rumus

untuk mencari Return On Equity adalah sebagai berikut :

Page 34: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

53

������ �� ������ � ��� � ���������� ������� � 100%

3. Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba)

yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari

kegiatan operasionalnya. Rumus untuk mencari Net Profit Margin adalah sebagai

berikut :

��� ������ ������ � ��� � ����������� � � ���� � 100%

4. BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional)

Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan

pendapatan operasional. Rumus untuk mencari BOPO adalah sebagai berikut :

���� � ����� �������� ���� ������ �������� �� � 100%

Dalam penelitian ini, yang digunakan sebagai rasio yang mewakili rasio

profitabilitas adalah BOPO, yaitu rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap

pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya

operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu

bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya operasional dihitung

berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya.

Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total

pendapatan operasional lainnya.(SE BI No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001).

Page 35: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

54

2.8 Biaya Operasional Banding Pendapatan Operasional (BOPO)

2.8.1 Pengertian BOPO

BOPO merupakan rasio perbandingan biaya operasional terhadap pendapatan

operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan

bank dalam melakukan kegiatan operasinya, terutama kredit. Mengingat kegiatan

utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun

dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat), maka biaya dan pendapatan

operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan pendapatan bunga (Lukman

Dendawijaya, 2009 : 120).

Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka

menjalankan aktivitas usaha pokoknya. Biaya operasional terdiri atas biaya bunga,

biaya valuta asing lainnya, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, biaya penyusutan,

dan biaya operasional lainnya. Pendapatan operasional terdiri atas semua pendapatan

yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank yang benar-benar telah

diterima. Pendapatan operasional bank terdiri atas hasil bunga, provisi dan komisi,

pendapatan valuta asing lainnya, dan pendapatan operasional lainnya (Lukman

Dendawijaya, 2009:111).

BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi kemampuan bank dalam

melakukan kegiatan operasinya (Dendawijaya, 2009:120). Semakin tingga rasio ini

menunjukkan semakin tidak efisien biaya operasional bank. Rasio biaya operasional

digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan

kegiatan operasinya. Menurut ketentuan Bank Indonesia efisiensi operasi diukur

dengan BOPO dengan batas maksimum BOPO adalah 94%. Efisiensi operasi juga

mempengaruhi kinerja bank, BOPO menunjukkan apakah bank telah menggunakan

semua faktor produksinya dengan tepat guna dan berhasil. Predikat kesehatan bank

dari segi BOPO ditunjukkan dalam tabel berikut:

Page 36: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

55

Tabel 2.1

Matriks Kriteria Peringkat Komponen BOPO

Rasio Peringkat

BOPO ≤ 94% 1

94% < BOPO ≤ 95% 2

95% < BOPO ≤ 96% 3

96% < BOPO ≤ 97% 4

BOPO > 97% 5

(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)

Menurut Lukman Dendawijaya (2009:119) secara matematis BOPO dapat

dirumuskan sebagai berikut :

���� � ����� �������� ���� ������ �������� �� � 100%

2.8.2 Biaya Operasional

2.8.2.1 Pengertian Biaya Operasional

Untuk menjalankan suatu usaha termasuk perbankan diperlukan sumber daya

yang harus dikorbankan sebagai nilai pengganti untuk memperoleh keuntungan.

Sumber daya ini pada umumnya dinilai dengan satuan uang. Dimana sumber daya

yang dipergunakan seringkali disebut dengan biaya.

Pengertian biaya menurut Mulyadi (2009 : 8) adalah sebagai berikut :

“Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan

uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk

tujuan tertentu”.

Page 37: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

56

Terdapat empat unsur pokok dalam pengertian diatas, yaitu :

1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.

2. Diukur dalam satuan uang.

3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi.

4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

Pengertian biaya operasional yang dikemukakan oleh Jopie Jusuf (2008:33)

adalah sebagai berikut :

“Biaya operasional atau biaya operasi adalah biaya-biaya yang tidak

berhubungan langsung dengan produk perusahaan tetapi berkaitan

dengan aktivitas operasional perusahaan sehari-hari.”

Secara umum, biaya operasional diartikan sebagai biaya yang terjadi dalam

kaitannya dengan operasi yang dilakukan perusahaan dan diukur dalam satuan uang.

Dimana biaya operasi sering disebut juga sebagai operational cost atau biaya usaha.

2.8.2.2 Penggolongan Biaya-Biaya Operasional

Menurut Herman Darmawi (2011:198), biaya operasional selain dari biaya

(beban) bunga, dikelompokkan sebagai berikut :

1. Beban (penyisihan) penghapusan aktiva produktif

2. Beban estimasi kerugian komitmen dan kontijensi

3. Beban (biaya) administrasi dan umum

4. Beban (biaya) personalia

5. Beban (kerugian) penurunan nilai sekuritas

6. Beban (kerugian) transaksi valuta asing

7. Berbagai biaya operasional lainnya, meliputi semua biaya yang tidak termasuk ke

dalam kelompok biaya-biaya di atas, tapi diperlukan untuk keberhasilan operasi

bank yang bersangkutan, seperti biaya asuransi, iklan, biaya pemeriksaan oleh

pihak berwenang, biaya pengacara, penggunaan kendaraan, dan lain-lain

Page 38: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

57

2.8.3 Pendapatan Operasional

2.8.3.1 Pengertian Pendapatan Operasional

Pendapatan adalah arus masuk sumber daya ke dalam suatu perusahaan dalam

suatu periode dari penjualan barang atau jasa, dimana sumber daya pada umumnya

dalam bentuk kas, wesel tagih, atau piutang pendapatan yang tidak mencakup sumber

daya yang diterima dari sumber-sumber selain dari operasi, seperti penjualan aktiva

tetap, penerbitan saham atau peminjaman.

Pendapatan merupakan salah satu komponen untuk menentukan besarnya laba

yang diperoleh dalam suatu periode, ada beberapa definisi pendapatan, diantaranya

menurut IAI dalam PSAK nomor 23 (2009: 23) menyatakan :

“Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang

timbul dari aktifitas normal perusahaan selama satu periode bila arus

masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari

penanaman modal.”

Sementara Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) (2008:

181) menyatakan :

“Pendapatan (revenues) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu

periode akuntansi dalam bentuk arus masuk atau penambahan aset atau

penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak

berasal dari kontribusi penanam modal.”

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan

operasional adalah kenaikan manfaat ekonomis dalam bentuk arus masuk atau

penambahan aset atau penurunan kewajiban yang timbul dari aktivitas operasional

sebuah bank.

Page 39: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

58

2.8.3.2 Penggolongan Pendapatan Operasional

Menurut Herman Darmawi (2011:195), penghasilan operasional

dikelompokkan atas penghasilan bunga dan penghasilan non-bunga. Penjelasannya

adalah sebagai berikut :

1. Penghasilan bunga dari pemberian kredit

Sebagian besar penghasilan bank berupa bunga dari kredit yang diberikan, komisi

dan provisi yang timbul dari pemberian kredit, dikelompokkan ke dalam

penghasilan bunga. Pos penghasilan lain yang sebenarnya juga dapat

dikelompokkan ke dalam penghasilan bunga adalah pendapatan dari Sertifikat

Bank Indonesia (SBI) yang dijual, begitu pula sekuritas yang dibeli berdasarkan

perjanjian penjualan kembali.

2. Penghasilan operasional yang bukan bunga

Kelompok ini meliputi berbagai pos, misalnya komisi penjualan asuransi, biaya

penagihan cek, penjualan bank draft, penerimaan wesel, memberikan jasa

pengurusan hipotik atau pinjaman lain yang dimiliki pihak lain, jasa pengolahan

data, penghasilan dari sewa dari Safe Deposit Box, setiap pembayaran dari kredit

yang sudah dihapuskan, komisi dari komitmen yang diberikan, jasa administrasi

bank, pendapatan dari Departemen Trust. Penghasilan seperti ini dikelompokkan

dalam daftar laba/rugi sebagai berikut ini :

a. Provisi, komisi dan fee

b. Penghasilan dari transaksi valuta asing

c. Penghasilan dari kenaikan nilai sekuritas

d. Lainnya

2.9 Keterkaitan Antar Variabel Penelitian

2.9.1 Pengaruh Likuiditas (Loan to Deposit Ratio) Terhadap Profitabilitas

(BOPO)

Likuiditas merupakan salah satu indikator kesehatan perbankan dan likuiditas

merupakan penentu apakah bank itu mampu membayar kembali kewajiban-

Page 40: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

59

kewajiban, sementara laba mencakup salah satu tujuan fundamental bisnis perbankan

untuk memperoleh kentungan optimal dengan memberikan layanan jasa keuangan

kepada masyarakat yang saling mempengaruhi. Apabila likuiditas sebuah bank tidak

baik, maka artinya bank tersebut tidak mampu untuk membayar kembali kewajiban-

kewajiban yang ada, dengan demikian maka akan semakin menambah beban sebuah

bank dan akan mengurangi laba bank tersebut.

Menurut Lukman Dendawijaya (2009:116) mengatakan bahwa:

“Likuiditas (LDR) tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan

bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan

dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber

likuiditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi

semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan,

namun dalam praktiknya akan dapat mempengaruhi profitabilitasnya”.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Husnah pada tahun 2006 dalam

jurnal Fordema Volume 6 Nomor 2, November 2006:127-138 dengan judul “Analisis

Penggunaan Dana Bank Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Saldo Giro Wajib

Minimum (GWM) Pengaruhnya terhadap Rentabilitas PT. Bank Tabungan Negara

(Persero) di Indonesia”, secara simultan penggunaan dana bank khusus untuk

penyediaan kredit (LDR) untuk masyarakat dan simpanan wajib giro di Bank

Indonesia berpengaruh terhadap rentabilitas, sedangkan pengujian secara parsial

rnenyatakan bahwa LDR dan GWM tidak rnemiliki pengaruh yang berarti terhadap

rentabilitas PT. BTN (persero).

Sementara menurut penelitian Bambang Sudiyatno dan Jati Suroso seperti

yang sudah disebutkan sebelumnya, bahwa LDR berpengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap profitabilitas. Dengan kata lain, LDR berpengaruh sangat kecil

terhadap profitabilitas.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Atma Hayat tahun 2008 dalam jurnal

Jepma Volume 7 Nomor 1, April 2008:112-125 yang berjudul “ Analisis Faktor-

Page 41: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

60

Faktor yang Berpengaruh terhadap Rentabilitas Perusahaan Perbankan yang Go

Public di Pasar Modal Indonesia” menunjukkan bahwa LDR secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas (ROA).

Penelitian lainnya dilakukan oleh Yuliani pada tahun 2007 dalam jurnal

Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Volume 5 Nomor 10, Desember 2007:16-43 dengan

judul “Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada Sektor

Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta Periode 2004 - 2006”. Variabel-

variabel yang diteliti dalam penelitian ini antara lain MSDN (pangsa pasar dana pihak

ketiga yang dihimpun oleh masing-masing bank secara individu) sebagai variabel X1,

CAR sebagai variabel X2, BOPO sebagai variabel X3, LDR sebagai variabel X4 dan

ROA sebagai variabel Y untuk menunjukkan kinerja profitabilitas. Kesimpulan dari

penelitian tersebut adalah LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas

(dalam penelitian tersebut digunakan ROA).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat likuiditas berpengaruh

terhadap profitabilitas, walaupun pengaruhnya kecil. Namun bank harus memelihara

likuiditasnya tapi juga harus mencegah jumlah kas, investasi jangka pendek, piutang

kepada nasabah yang berlebihan agar tidak terjadi pengendapan dana yang

mengakibatkan penurunan profitabilitas bank.

2.9.2 Pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhadap Profitabilitas (BOPO)

Sumber dana yang berasal dari masyarakat sebagai dana pihak ketiga sangat

besar pengaruhnya. Sumber dana yang didapatkan oleh bank akan disalurkan kembali

oleh bank dalam bentuk kredit. Dengan penyaluran kredit tersebut bank akan

memperoleh pendapatan dari bunga kredit yang dibayarkan oleh debitur ke bank.

Dengan adanya pendapatan bagi bank, maka akan mempengaruhi laba yang akan

diperoleh oleh bank. Maka dengan kata lain, apabila dana pihak ketiga meningkat,

maka kemungkinan pendapatan bank akan meningkat dan pada akhirnya akan

mempengaruhi nilai BOPO.

Page 42: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

61

Menurut Taswan (2008:215) berpendapat bahwa:

“Dengan meningkatnya jumlah dana pihak ketiga sebagai sumber dana

utama pada bank, bank menempatkan dana tersebut dalam bentuk

aktiva produktif misalnya kredit. Penempatan dalam bentuk kredit akan

memberikan kontribusi pendapatan bunga bagi bank yang akan

berdampak terhadap profitabilitas (laba) bank.”

Sementara berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putu Nila Krisna

Dewi dan I Wayan Suartana pada tahun 2008 dalam jurnal Audi : Jurnal Akuntansi

dan Bisnis Volume 4 Nomor 2, Juli 2009:189-199 dengan judul “Pengaruh

Pertumbuhan Aktiva Produktif dan Dana Pihak Ketiga pada Kinerja Operasional

(BOPO) Lembaga Perkreditan Desa Badung periode 2003 - 2007”, variabel dana

pihak ketiga (pertumbuhan tabungan dan deposito) tidak signifikan mempunyai

pengaruh pada kinerja operasional (rasio BOPO) LPD di Kabupaten Badung periode

2003 - 2007.

Penelitian lainnya yang meneliti tentang pengaruh dana pihak ketiga terhadap

profitabilitas yaitu penelitian yang dilakukan oleh Bambang Sudiyatno dan Jati

Suroso dalam jurnal Dinamika Keuangan dan Perbankan Volume 2 Nomor 2, Mei

2010:125-137 dengan judul “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, BOPO, CAR dan

LDR terhadap Kinerja Keuangan (ROA) pada Sektor Perbankan yang Go Public di

Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2005 – 2008”. Dari hasil penelitian tersebut,

dapat disimpulkan bahwa DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap

profitabilitas.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dana pihak ketiga dapat

mempengaruhi profitabilitas (laba) bank. Sehingga jika dana pihak ketiga terhimpun

dengan baik dimana nasabah atau masyarakat menyimpan uangnya di bank maka

kegiatan usaha bank akan berjalan dengan lancar. Namun sebaliknya jika dana pihak

ketiga tidak terhimpun dengan baik maka akan menyebabkan terganggunya

kelancaran kegiatan usaha bank tersebut.

Page 43: 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank

62

2.9.3 Pengaruh Likuiditas (Loan to Deposit Ratio) dan Dana Pihak Ketiga

Terhadap Profitabilitas (BOPO)

Dana pihak ketiga atau dana yang dihimpun dari masyarakat ternyata

merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai

80%-90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank). Dana dari masyarakat tersebut

terdiri atas beberapa jenis, yaitu giro, tabungan, dan deposito.

Dengan meningkatnya jumlah dana pihak ketiga sebagai sumber dana utama

pada bank, bank menempatkan dana tersebut dalam bentuk aktiva produktif misalnya

kredit. Penempatan dalam bentuk kredit akan memberikan kontribusi pendapatan

bunga bagi bank yang akan berdampak terhadap profitabilitas (laba) bank. Kontribusi

pendapatan bunga kredit di Indonesia masih mendominasi pendapatan bank

dibanding dari fee base income.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bambang Sudiyatno dan Jati Suroso

LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas. Sementara DPK

berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Dengan demikian, maka

dapat disimpulkan bahwa LDR memiliki pengaruh yang kecil terhadap profitabilitas,

sementara DPK memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas.

Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa dana pihak ketiga dapat

berpengaruh terhadap tingkat likuiditas serta dapat menentukan tingkat profitabilitas

(laba) yang diperoleh oleh bank. Atau dengan kata lain, LDR dapat menunjukkan

seberapa besar DPK yang diraih oleh sebuah bank dan keduanya dapat menentukan

profitabilitas yang akan diperoleh oleh bank atau dalam hal ini dapat menentukan

seberapa besar nilai BOPO.