Upload
dewa-perang
View
331
Download
12
Embed Size (px)
Citation preview
1
RANCANGAN QANUN KOTA LANGSA
NOMOR TAHUN 2009
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA LANGSA
TAHUN 2008 – 2027
BISMILLAHHIRRAMANIRRAHIM
DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
WALIKOTA LANGSA,
Menimbang : a. Bahwa pembangunan daerah adalah merupakan salah satu unsur
penunjang dalam mencapai tujuan pembangunan Nasional untuk
mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata
material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang
Dasar 1945 didalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. Bahwa dalam rangka Pembangunan Daerah, Kota Langsa sebagai
salah satu pusat pertumbuhan dalam Wilayah Pembangunan III di
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam perlu diarahkan
pengembangannya dengan pemanfaatan ruang secara optimal,
berdayaguna, berhasilguna, selaras, serasi, seimbang, terpadu dan
berkelanjutan;
c. Bahwa pertumbuhan dan perkembangan kota sebagaimana
dimaksud di atas akan membawa berbagai permasalahan yang
dapat menimbulkan berbagai hambatan sehingga diperlukan suatu
landasan hukum bagi penataan pertumbuhan dan
pengembangannya;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, b dan c, perlu menetapkan Qanun Kota Langsa tentang
Rencana Tata Ruang Kota Langsa.
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2043).
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1980 tentang
Jalan (LNRI Tahun 1980 No.83, Tambahan LNRI Nomor 3186)..
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1982 tentang
ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup (LNRI
Tahun 1982 No.12).
5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi dan Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
Pengelolaan (LNRI Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan LNRI Nomor
3419).
6. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Permukiman (LNRI Tahun 1992 Nomor 23,
Tambahan LNRI Nomor 3469)
2
7. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup (LNRI Tahun 1997 Nomor 68,
Tambahan LNRI Nomor 3699).
8. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Keistimewaan Aceh meliputi agama, Pendidikan
dan adat Istiadat
9. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2001 tentang
Pembentukan Kota Langsa.
10. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus bagi Propinsi Daerah Istimewa Aceh.
11. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah
12. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pusat Dan Daerah.
13. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh;
13. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang.
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1985
tentang Jalan (LNRI Tahun 1985 Nomor 37, Tambahan LNRI Nomor
3293).
15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1988
tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah.
16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1996
tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Peran
Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang.
17. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990
Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1982 Tentang
Pedoman Penyusunan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan
Daerah.
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Kota.
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 592 Tahun 1988 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Permendagri Nomor 2 Tahun 1987.
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1988 Tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah.
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Tata
Cara dan Peran Serta Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata
Ruang di Daerah.
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 650-658 Tentang
Keterbukaan Rencana Kota Untuk Umum.
24. Inmendagri Nomor 14 Tahun 1988 Tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan.
3
25. Inmendagri Nomor 27 Tahun 1989 Tentang Pengaturan dan
Pengendalian Secara Proporsional Tentang Pembangunan Rumah
Tinggal di Wilayah Perkotaan.
26. Daerah.
27. Surat Menteri Dalam Negeri No. 650/1496/BANGDA, tanggal 3 Juni
1991 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Rencana Kota di
Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 640/KPTS/1986
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota.
28. Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam.
29. Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Kota Langsa.
30. Rencana Strategis (Renstra) Kota Langsa.
31. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam.
32. Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) Kota Langsa.
33. Rencana Program Jangka Menengah (RPJM) Kota Langsa.
34. Qanun Kota Langsa Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Daerah dan
Kecamatan Kota Langsa
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN KOTA LANGSA
Dan
WALIKOTA LANGSA
M E M U T U S K A N :
Menetapkan : QANUN KOTA LANGSA TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA
LANGSA TAHUN 2008 – 2027
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal : 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Daerah adalah Kota Langsa.
b. Pemerintah Daerah adalah Walikota Langsa dan DPRK Langsa.
c. Kepala Daerah adalah Walikota Langsa dan Perangkat Daerah Kota Langsa
d. Wilayah Kota Langsa adalah seluas 26.241 Ha yang meliputi 5 (lima) Kecamatan,
yaitu : Kecamatan Langsa Kota, Kecamatan Langsa Barat, Kecamatan Langsa
Timur, Kecamatan Langsa Baro dan Kecamatan Langsa Lama.
4
e. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRW) adalah suatu pola umum pembangunan
kota yang meliputi pembangunan dibidang Sosial, Ekonomi, Pemerintahan dan Tata
Ruang Fisik secara menyeluruh dan terpadu untuk jangka panjang.
f. Wilayah Pembangunan adalah suatu kesatuan wilayah menggambarkan kesatuan
strategi pembangunan mencantumkan fungsi dari wilayah bersangkutan.
g. Bagian Wilayah Kota (BWK) adalah unit wilayah perencanaan yang wilayahnya
merupakan pembagian wilayah perencanaan.
h. Lahan adalah bidang permukaan tanah yang dipergunakan untuk suatu jenis
pemanfaatan tertentu.
i. Regional adalah suatu wilayah yang mencakup kehidupan keseluruhan kota – kota
yang ditentukan dalam suatu sistem tertentu.
j. Kawasan adalah suatu ruang/ lahan dengan fungsi tertentu.
k. Lingkungan adalah suatu satuan ruang yang menggambarkan kesatuan sistem
kehidupan baik dari aspek sosial, ekonomi maupun pemerintahan.
B A B II
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA LANGSA
Bagian Pertama
Dasar Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota Langsa
Pasal 2
(1) Dalam menunjang kebijaksanaan pemerintah terhadap Pembangunan Nasional
yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya untuk terciptanya masyarakat
yang adil, makmur, maka Pemerintah Daerah mengambil suatu kebijaksanaan
untuk menyelenggarakan penataan ruang wilayah kota yang berdasarkan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Langsa sebagaimana ditetapkan dalam uraian dibawah ini.
(2) Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Langsa adalah merupakan garis kebijaksanaan
utama bagi penyusunan pelaksanaan pembangunan jangka panjang, yang
mendasari strategi pembangunan fisik kota sesuai dengan yang dimaksud dalam
Keputusan Menteri Prasarana Wilayah No. 327/KPTS/M/2002 Tentang Penyusunan
Tata Ruang Propinsi, Kawasan Perkotaan dan Kabupaten.
Bagian Kedua
Tujuan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Langsa
Pasal 3
Tujuan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Langsa adalah untuk
meningkatkan fungsi dan peranan Kota Langsa dalam perimbangan wilayah yang lebih
luas, agar mampu berfungsi sebagai pusat atau sub pusat pengembangan dalam suatu
sistem pengembangan wilayah regional.
a. Tujuan Utama :
1. Menunjang Program Pembangunan Nasional.
2. Menunjang Program Pembangunan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
3. Menunjang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Langsa.
5
b. Tujuan Khusus :
1. Memberi arahan pembangunan kota sehingga tercipta Pola Tata Ruang
Kota Langsa yang serasi dan optimal, serta persebaran fasilitas dan utilitas yang
merata sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya tanpa mengabaikan usaha
peningkatan kualitas lingkungan kehidupan kota sesuai dengan norma –
norma yang berlaku.
2. Membentuk suatu kehidupan dan penghidupan kota yang aman, tertib, lancar,
sehat dan efisien dalam lingkungan yang serasi dan daya dukung yang lestari.
3. Memberikan kewenangan kepada Walikota dalam menata wilayah Kota Langsa
dan memberikan kepastian hukum dalam pemanfaatan ruang bagi semua pihak.
Bagian Ketiga
Fungsi Kota Langsa
Pasal 4
Fungsi Kota Langsa meliputi fungsi primer dan sekunder yang menentukan perwujudan
penyelenggaraan fungsi kota.
a. Fungsi Primer
Merupakan fungsi kota sebagai simpul jasa bagi wilayah pengembangan dan wilayah
belakangnya, antara lain :
1. Daerah Wilayah Pembangunan III di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
2. Pusat kegiatan perdagangan dan industri.
b. Fungsi Sekunder
Merupakan fungsi kota yang bersifat pelayanan lokal antara lain:
1. Pusat Pemerintahan Kota Langsa
2. Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa
3. Pusat Industri
4. Pusat Pendidikan
5. Pusat Permukiman dan Perumahan
B A B III
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA LANGSA
Bagian Pertama
Rencana Tata Ruang Wilayah
Pasal 5
(1) Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Langsa sampai dengan Tahun 2027 meliputi 5
(Lima) kecamatan, yaitu : Kecamatan Langsa Kota, Kecamatan Langsa Barat,
Kecamatan Langsa Timur, Kecamatan Langsa Lama dan Kecamatan Langsa Baro.
(2) Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Langsa disusun dan dirumuskan dalam bentuk
uraian dan peta yang meliputi :
6
a. Pola pertumbuhan dan pengembangan kota
b. Rencana pengembangan fisik daerah perencanaan
c. Rumusan pokok – pokok pelaksanaan rencana
(3) Strategi pengembangan Kota Langsa dengan memperhatikan potensi serta
persoalan yang dihadapi kota berisi rumusan – rumusan tentang :
a. Arahan perkembangan penduduk
b. Arahan perkembangan kegiatan ekonomi
c. Arahan perkembangan fasilitas dan utilitas
d. Arahan perkembangan ruang kota
(4) Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Langsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pasal ini ditetapkan untuk jangka waktu 20 (sepuluh) tahun selanjutnya disebut
jangka panjang yang dibagi dalam 4 tahap, 5 (lima) tahunan.
(5) Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Langsa terbuka untuk Umum dan diletakkan di
Kantor Pemerintahan Kota Langsa pada tempat – tempat yang mudah dilihat orang
setiap saat.
(6) Masyarakat Kota Langsa atas nama Organisasi Formal dan atau non Formal dapat
berperan aktif untuk mengajukan saran perbaikan atas Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Langsa kepada Pemerintah Kota Langsa.
(7) Saran sebagaimana dimaksud pada ayat (6) Pasal ini merupakan bahan
pertimbangan dalam penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Langsa.
Bagian Kedua
Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah
Pasal 6
(1). Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Langsa yang telah ditetapkan dapat ditinjau
kembali untuk disesuaikan dengan keadaan.
(2) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dilakukan
secara berkala dan paling lama lima tahun sekali.
(3) Saran sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (6) dan (7) Peraturan Daerah ini
merupakan bahan pertimbangan dalam peninjauan kembali Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Langsa.
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan
Pasal 7
(1) Wilayah Perencanaan Kota Langsa seluas 26.241 Ha, meliputi Kecamatan Langsa
Kota, Kecamatan Langsa Barat dan Kecamatan Langsa Timur, Kecamatan Langsa
Lama dan Kecamatan Langsa Baroh.
(2) Perencanaan Unit Pelayanan Kota terdiri dari dua bagian pelayanan dan unit
lingkungan kota, yaitu :
7
a. Pusat Kota
b. Pusat BWK/ Kecamatan
(3) Wilayah Perencanaan Kota Langsa dibagi dalam 5 Bagian Wilayah Kota (BWK)
yaitu :
a. Bagian Wilayah Kota (BWK) A (Pusat Kota)
b. Bagian Wilayah Kota (BWK) B terdiri dari 1 Sub BWK.
c. Bagian Wilayah Kota (BWK) C terdiri dari 1 Sub BWK
d. Bagian Wilayah Kota (BWK) D terdiri dari 1 Sub BWK.
e. Bagian Wilayah Kota (BWK) E terdiri dari 2 Sub BWK.
B A B – IV
ARAHAN PERKEMBANGAN DAN
STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA
Bagian Pertama
Arah Perkembangan Kota
Pasal 8
Dalam rangka mencapai fungsi dan peranan kota sebagaimana dimaksud pada pasal 4
Peraturan Daerah ini, arahan perkembangan kota adalah :
a. Perkembangan penduduk Kota Langsa sampai dengan tahun 2027 tidak melebihi
jumlah 234.236 jiwa.
b. Kegiatan yang berperan menunjang fungsi kota antara lain adalah :
1. Pelayanan Pemerintah
2. Pelayanan Jasa
3. Perdagangan skala lokal/ regional
4. Pelabuhan dan industri
Bagian Kedua
Strategi Pengembangan Kota
Pasal 9
Strategi Pengembangan Kota sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (3) Peraturan
Daerah ini sampai dengan tahun 2027 meliputi :
(1) Arahan Perkembangan Penduduk
a. Perkembangan penduduk kota setiap tahun rata – rata diharapkan tidak melebihi
3% agar jumlah penduduk pada tahun 2027 tidak melebihi dari 234.226 jiwa
b. Perkembangan sebagaimana dimaksud pada huruf (a) pasal ini dicapai dengan
pengaturan perkembangan secara ketat melalui pelaksanaan program Keluarga
Berencana secara konsisten.
8
(2) Arahan Perkembangan Kegiatan Ekonomi
Kegiatan Ekonomi yang didorong perkembangannya meliputi:
a. Jasa dan perdagangan skala lokal/ regional terutama menunjang fungsi Kota
Langsa.
b. Usaha industri dan pengembangan pelabuhan yang menunjang kegiatan
perekonomian di Kota Langsa.
(3) Arahan Perkembangan Fasilitas dan Utilitas
a. Pengembangan fasilitas dan utilitas diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
penduduk sehingga dapat tercapai standar hidup yang layak.
b. Untuk mencapai perkembangan sebagaimana dimaksud pada huruf (a) ayat
ini maka pengembangan diarahkan pada kawasan baru dan peningkatan/
pemeliharaan pada kawasan lama.
(4) Arahan Perkembangan Kota
a. Mengarahkan pemanfaatan ruang terutama untuk permukiman yang
mendukung kegiatan perkotaan, transportasi dan ruang terbuka hijau.
b. Pengembangan kawasan pusat kota sebagai pusat perdagangan dan Jasa dan
pusat utama kota secara keseluruhan.
c. Mengembangkan lokasi lingkungan perumahan pada wilayah kota yang
diprioritaskan pada wilayah pengembangan kota dan kawasan perumahan
dengan kepadatan rendah.
d. Pengembangan pusat – pusat pelayanan secara menyebar dan merata.
e. Mengembangkan pelayanan angkutan umum.
f. Mengembangkan jalur hijau diseluruh wilayah kota.
g. Memprioritaskan pembangunan jalan penghubung untuk menghubungkan
wilayah kota dengan daerah belakangnya.
BAB – V
RENCANA PENGEMBANGAN KOTA LANGSA
Bagian Pertama
Arahan Pengembangan Penduduk
Pasal 10
(1) Arahan Pengembangan penduduk Kota Langsa merupakan rencana pengembangan
kawasan berdasarkan kepadatan penduduk.
(2) Klasifikasi kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dapat dirinci
sebagai berikut :
a. Kawasan kepadatan tinggi, yaitu kawasan dengan kepadatan penduduk antara
150 jiwa/ha - 200 jiwa/ha.
b. Kawasan kepadatan sedang, yaitu kawasan dengan kepadatan penduduk
antara 100 jiwa/ha - 150 jiwa/ha
c. Kawasan kepadatan rendah, yaitu kawasan dengan kepadatan penduduk
berkisar antara 50 jiwa/ha – 100 jiwa/ha
9
d. Kawasan kepadatan sangat rendah, yaitu kawasan dengan kepadatan
penduduk dibawah 50 jiwa/ha.
Bagian Kedua
Arahan Peruntukan Ruang Kota
Pasal 11
(1) Peruntukan Ruang Kota dalam Kota Langsa dibagi dalam kawasan – kawasan yang
menunjukkan tingkat pemanfaatan ruang.
(2) Kawasan – kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini meliputi :
a. Kawasan Lindung, meliputi :
Kawasan Hutan Bakau/ Mangrove
Kawasan Hutan Lindung Darat
Kawasan Konservasi/ Daerah Aliran Sungai (DAS)
Kawasan Perlindungan Setempat (mata air)
Kawasan Hutan Kota
b. Kawasan Budidaya Kehutanan
Hutan Produksi Terbatas Mangrove
Hutan Produksi Darat
c. Kawasan Budidaya Pertanian, Perkebunan dan Perikanan
Kawasan Pertanian Lahan Basah (Sawah)
Kawasan Perkebunan
Kawasan Perikanan
d. Kawasan Budidaya Perkotaan
Kawasan Permukiman dan Perumahan
Kawasan Industri
Kawasan Perdagangan dan Jasa
Kawasan Pendidikan
Kawasan Kesehatan
Kawasan Peribadatan
Kawasan Pelabuhan
(3) Kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) pasal ini menunjukkan
kedominanan fungsi berikut penunjangnya pada kawasan tersebut.
Pasal 12
(1) Kawasan Lindung dialokasikan pada BWK A, B, C dan D, antara lain :
10
Hutan Lindung Mangrove di BWK C dan BWK D.
Hutan Lindung Darat di BWK B.
Kawasan Konservasi/ DAS di sepanjang kiri-kanan sungai.
Kawasan Perlindungan Setempat dialokasikan pada sumber air baku PDAM dan
Mata Air (BWK B).
Hutan Kota di BWK D.
(2) Kawasan Budidaya Kehutanan dialokasikan pada BWK C, D dan E.
Hutan Produksi terbatas mangrove terdapat di BWK C dan BWK D.
Hutan Produksi Darat terdapat di BWK E.
(3) Kawasan Budidaya Pertanian, Perkebunan dan Perikanan dialokasikan pada :
Kawasan Pertanian Lahan Basah (Sawah) dialokasikan pada BWK C.
Kawasan Perkebunan dialokasikan pada BWK B dan D.
Kawasan Perikanan dialokasikan pada BWK C dan D.
(4) Kawasan Budidaya Perkotaan, antara lain :
Kawasan Permukiman disebarkan kesetiap BWK.
Kawasan Perumahan dialokasikan pada seluruh BWK.
Kawasan Industri di BWK D.
Kawasan Perdagangan dan jasa, meliputi perdagangan regional (BWK A/ Pusat
Kota) dan Perdagangan lokal dialokasikan pada setiap pusat BWK dan unit
lingkungan.
Kawasan Pendidikan dialokasikan pada BWK B dan setiap BWK.
Kawasan Kesehatan skala regional dialokasikan pada BWK A/ Pusat Kota serta
pelayanan kesehatan lokal dialokasikan pada tiap pusat BWK.
Kawasan Peribadatan dialokasikan ketiap-tiap BWK dan unit lingkungan.
Kawasan Pelabuhan dialokasikan pada BWK D.
Bagian Ketiga
Arahan Struktur Pelayanan Kegiatan Kota
Pasal 13
(1) Pelayanan di arahkan sesuai dengan rencana sehingga membentuk struktur
pelayanan kegiatan yang menggambarkan tingkatan pelayanan “Kegiatan kota”.
(2) Tingkatan pelayanan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini
menggambarkan luas jangkauan pelayanan dan sifat pelayanan.
(3) Tingkatan pelayanan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dirinci
menjadi :
a. Pelayanan Tingkat Kota/ regional
11
b. Pelayanan Tingkat Kecamatan
(4) Pelayanan tingkat regional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pasal ini adalah
tingkat pelayanan yang bersifat melayani tingkat kota.
(5) Pelayanan tingkat kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pasal ini adalah
tingkat pelayanan yang bersifat melayani seluruh wilayah kecamatan.
Pasal 14
(1) Pusat pelayanan kegiatan tingkat regional sebagaimana dimaksud pada pasal 13
ayat (4) Peraturan Daerah ini dialokasikan di kawasan BWK Pusat Kota.
(2) Pusat Pelayanan kegiatan tingkat kecamatan sebagaimana dimaksud pada pasal 13
ayat (5) Peraturan Daerah ini dialokasikan ketiap kecamatan.
Bagian Keempat
Rencana Penyediaan Utilitas Kota
Pasal 15
(1) Rencana Penyediaan utilitas kota ditujukan bagi pemenuhan kebutuhan penduduk
yang pelaksanaan pembangunannya merupakan wewenang dan tanggung jawab
dari instansi sektoral terkait masing – masing.
(2) Utilitas kota yang berupa jaringan, polanya mengikuti pola jaringan jalan yang ada
dan ditempatkan pada kawasan sepanjang pinggiran jaringan jalan.
(3) Dalam rangka pelaksanaan penyediaan Utilitas kota baik listrik, telepon, air minum
maupun pembuangan sampah mengikutsertakan masyarakat secara aktif.
Pasal 16
(1) Penyediaan air minum dan jaringannya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat
berdasarkan standar kebutuhan.
(2) Tahapan perluasan jaringan air minum daerah dilakukan dengan memperhatikan
skala prioritas dan perimbangan kebutuhan masyarakat.
(3) Pembangunan pengelolaan air minum dimaksudkan untuk memperhatikan
kebutuhan dan kelangkaan akan air bersih.
(4) Sumber air bersih yang direncanakan menggunakan pipa distribusi dengan
ukuran diameter 25 mm-300 mm, yang terdiri atas jaringan primer, sekunder dan
tersier.
Pasal 17
(1) Penyediaan saluran pembuangan dilakukan secara terpisah, bagi buangan air
permukaan dan air hujan dengan sistem terbuka sedangkan buangan air kotor
dengan sistem tertutup.
(2) Rencana jaringan drainase ini bertujuan :
12
a. Menghindarkan terjadinya genangan air terutama pada kawasan terbangun
untuk mencegah timbulnya kerugian masyarakat akibat masalah kebersihan dan
kesehatan serta kerusakan bangunan.
b. Terusan untuk menjaga stabilitas badan jalan akibat erosi dan perubahan daya
dukung tanah di bawah permukaan jalan.
(3) Rencana jaringan drainase terdiri dari : Saluran Primer, Saluran Sekunder dan
Saluran Tersier.
(4) Rencana penanggulangan limbah rumah tangga yang berupa limbah manusia
menggunakan sistem Septic Tank
Pasal 18
(1) Penyediaan fasilitas penampungan, pembuangan dan pengolahan sampah
diarahkan untuk terjaminnya kesehatan lingkungan masyarakat.
(2) Rencana pembuangan sampah di Kota Langsa diarahkan dengan sistem
penampungan ditingkat lingkungan dan pembuangan akhir yang dapat memenuhi
persyaratan dari segi lokasi.
(3) Persyaratan lokasi pembuangan akhir adalah sebagai berikut :
a. Jauh dari kawasan pemukiman dan aktivitas masyarakat.
b. Tingkat aksesibilitas cukup baik sampai ke lokasi pembuangan akhir.
c. Muka air tanah sebaiknya dalam, untuk menghindari pencemaran lingkungan.
(4) Lokasi pembuangan akhir (TPA) diarahkan diluar Kota Langsa tepatnya di Gampong
Geudebang Aceh.
Pasal 19
(1) Penyediaan kebutuhan listrik beserta jaringannya disesuaikan dengan program
pengembangan kota untuk dapat memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat baik
bagi kawasan perumahan maupun non perumahan.
(2) Penyediaan penerangan listrik di daerah pemukiman diusahakan dengan memenuhi
kebutuhan seluruh penduduk.
(3) Sistem jaringan listrik mengikuti pola jaringan jalan yang telah ada dan jaringan
jalan yang direncanakan.
(4)
Pasal 20
(1) Penyediaan kebutuhan telepon beserta jaringannya disesuaikan dengan program
pengembangan kota yang dapat memenuhi keperluan masyarakat
(2) Jaringan primer jaringan telepon mengikuti jaringan jalan utama kota.
13
Bagian Kelima
Rencana Penyediaan Sarana dan Prasarana
Pasal 21
(1) Penyediaan sarana dan prasarana perhubungan diarahkan serasi dengan tata ruang
kota untuk menunjang perkembangan sosial – ekonomi.
(2) Penyediaan jaringan jalan kota berikut kelengkapannya meliputi :
a. Jalan Arteri Primer
b. Jalan Arteri Sekunder
c. Jalan Kolektor Primer
d. Jalan Kolektor Sekunder
e. Jalan lokal
(3) Jaringan jalan dan pelabuhan dimanfaatkan untuk menunjang sistem transportasi
kota secara optimal dalam pelayanan angkutan penumpang dan barang.
(4) Pada batas daerah milik jalan disediakan areal bagi Fasilitas dan Utilitas lainnya,
antara lain jaringan air bersih, listrik dan telepon.
Pasal 22
(1) Rencana Pola Jaringan Jalan adalah membangun jalan Arteri Primer, Arteri
Sekunder, Kolektor Primer, Kolektor Sekunder dan Lokal
(2) Jaringan jalan arteri primer merupakan jaringan jalan utama yang direncanakan
menghubungkan Kota Langsa dengan Kota lainnya (diluar wilayah Kota Langsa):
a. Daerah Manfaat Jalan (Damaja) 23 m
b. Daerah Milik Jalan (Damija) 30 m
c. Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) 46 m diukur dari as jalan.
(3) Jaringan jalan arteri sekunder merupakan jaringan jalan utama yang memiliki
fungsi sama dengan jalan arteri primer:
a. Daerah Manfaat Jalan (Damaja) 19 m
b. Daerah Milik Jalan (Damija) 25 m
c. Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) 45 m diukur dari as jalan.
(4) Jaringan jalan kolektor primer merupakan jaringan jalan utama kota yang
direncanakan menghubungkan pusat kota dengan berbagai kegiatan kota, dengan
besaran jaringan sebagai berikut :
a. Daerah Manfaat Jalan (Damaja) 16,5 m
b. Daerah Milik Jalan (Damija) 20 m
c. Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) 36 m diukur dari as jalan
(5) Jaringan jalan kolektor sekunder merupakan jaringan jalan yang menghubungkan
lokasi pusat kota dengan lokasi pusat lingkungan termasuk juga daerah perumahan
dengan besaran jaringan sebagai berikut :
14
a. Daerah Manfaat Jalan (Damaja) 12 m
b. Daerah Milik Jalan (Damija) 15 m
c. Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) 25 m diukur dari as Jalan.
(6) Jaringan jalan lokal merupakan jaringan jalan yang direncanakan untuk melayani di
dalam lingkungan perumahan. dengan besaran jaringan sebagai berikut :
a. Daerah Manfaat Jalan (Damija) 8 m
b. Daerah Milik Jalan (Damija) 12 m
c. Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) 18 m diukur dari as jalan.
Bagian Keenam
Rencana Pengaturan Bangunan
Pasal 23
(1) Rencana pengaturan bangunan merupakan unsur penting bagi pelaksanaan
pembangunan kawasan perkotaan, yang berkaitan dengan pemberian ijin
mendirikan bangunan (IMB).
(2) Rencana pengaturan ini meliputi rencana kepadatan bangunan seperti lantai dasar
bangunan, ketinggian bangunan dan garis sempadan.
Pasal 24
(1) Yang dimaksud dengan rencana kepadatan bangunan sebagaimana dimaksud pada
pasal 23 ayat (2) Peraturan Daerah ini adalah rumusan kebijaksanaan
perbandingan luas lahan yang dimaksudkan bagi bangunan dengan luas wilayah
perencanaan.
(2) Kepadatan bangunan yang dikaitkan dengan klasifikasi dalam Koefisien Dasar
Bangunan di wilayah perencanaan terdiri antara 5 – 90%.
(3) Klasifikasi Koefisien Dasar Bangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pasal
ini dapat dirinci sebagai berikut :
Pasal 25
(1) Rencana Koefisien Dasar Bangunan ditentukan oleh koefisien luas dasar bangunan
yang merupakan perbandingan luas tapak bangunan dengan luas lahan pekarangan
dikali 100%.
(2) Rencana Koefisien Dasar Bangunan untuk wilayah Kota Langsa adalah sebagai
berikut :
a. Koefisien Dasar Bangunan untuk kawasan perumahan bekisar antara 30 -
60 %.
b. Koefisien Dasar Bangunan pendidikan antara 20 – 30%.
c. Koefisien Dasar Bangunan perkantoran antara 30%.
d. Koefisien Dasar Bangunan untuk kawasan perdagangan dan jasa antara 60 –
90%.
e. Koefisien Dasar Bangunan untuk kawasan fasilitas lain sebesar 40%.
15
f. Koefisien Dasar Bangunan untuk kawasan cadangan perkotaan maksimal 5%.
Pasal 26
(1) Rencana ketinggian bangunan ditentukan oleh koefisien lantai bangunan yang
merupakan perbandingan luas keseluruhan lantai bangunan dengan luas lahan
pekarangan.
(2) Rencana ketinggian bangunan di wilayah kota adalah sebagai berikut :
a. Di sepanjang jalan arteri primer dan sekunder diperbolehkan maksimum 3/2
lantai dengan ketinggian maksimum 25 meter (pusat Kota).
b. Di sepanjang jalan kolektor primer dan sekunder diperbolehkan maksimum 3/2
lantai dengan ketinggian maksimum 18-25 meter.
c. Di sepanjang jalan lokal diperbolehkan maksimum 2 lantai dengan ketinggian
maksimum 8-12 meter (sub pusat kota).
Pasal 27
(1) Sempadan bangunan ditentukan menurut klasifikasi bangunan dan jaringan jalan
yang berada di depan bangunan tersebut, dibedakan untuk jaringan arteri, kolektor
dan lokal.
(2) Rencana garis sempadan bangunan di wilayah kota adalah sebagai berikut:
a. Disepanjang jalan arteri, sempadan bangunan ditetapkan 10 meter.
b. Disepanjang jalan kolektor, sempadan bangunan ditetapkan 5 meter.
c. Disepanjang jalan lokal, sempadan bangunan ditetapkan 3 meter.
d. Disepanjang jalan lingkungan, sempadan bangunan ditetapkan 3 meter.
BAB – VI
PELAKSANAAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA LANGSA
Pasal 28
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Langsa dilaksanakan secara bertahap, setiap tahapan
perencanaan dicantumkan dan dijabarkan melalui rencana anggaran pendapatan dan
belanja daerah.
Pasal 29
Pembiayaan pelaksanaan rencana kota ini bersumber dari APBD, APBN dan masyarakat
serta sumber dana lainnya sesuai dengan ketentuan perundang – undangan yang
berlaku.
Pasal 30
Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Langsa sebagaimana dimaksud pada
pasal 28 peraturan daerah ini dilaporkan oleh Kepala Daerah kepada DPRD.
16
Pasal 31
Evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Langsa dilaksanakan oleh Kepala Daerah
setiap 5 (lima) tahun sekali.
BAB – VII
PELAKSANAAN DAN WEWENANG TATA RUANG
Pasal 32
(1) Kepala Daerah berwenang untuk mengambil langkah – langkah kebijaksanaan
dalam melaksanakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Langsa secara keseluruhan
sesuai dengan prosedur dan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
(2) Dalam melaksanakan pembangunan dan pengawasan rencana kota, Kepala Daerah
dapat menghunjuk aparat pelaksanaan dan pengawasan pembangunan sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.
BAB – VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 33
(1) Barang siapa dengan sengaja atau karena kelalaiannya menghambat atau
menghalang – halangi pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Langsa ini,
dipidana dengan kurungan selama – lamanya 3 (tiga) bulan atau dengan denda
setinggi – tingginya Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah tindak pidana
pelanggaran.
BAB – IX
PENYIDIKAN
Pasal 34
Selain oleh Pejabat Penyidik Umum, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam pasal 33, Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai
Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai
dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
BAB - X
KETENTUAN LAIN – LAIN
Pasal 35
Peraturan Daerah ini diperinci lebih lanjut dalam bentuk Fakta dan Analisa serta Rencana
sebagai lampiran yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Daerah ini.
17
Pasal 36
Peraturan Daerah ini dilampiri peta Penggunaan Tanah Tahun 2027, peta Rencana
Fasilitas Pelayanan Sistem Jaringan Jalan, dengan skala 1 : 50.000 - 20.000 sebagai satu
kesatuan yang tidak dipisahkan dengan Peraturan Daerah ini.
Pasal 37
Peraturan Daerah ini dalam operasionalnya akan ditindak lanjuti dengan Rencana Detail
Tata Ruang Kota yang akan dituangkan dalam suatu Peraturan Daerah tersendiri.
BAB – XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 38
Hal-hal yang belum diatur dalam Qanun ini diatur kemudian dengan Peratutan Walikota
sepanjang mengenai peraturan pelaksananya dengan berpedoman pada Peraturan
Perundang-undangan.
Pasal 39
Dengan berlakunya Qanun ini, maka segala ketentuan yang bertentangan dengan Qanun
ini dinyatakan tidak berlaku
Pasal 40
Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan qanun ini dengan
penempatannya dalam lembaran Daerah Kota Langsa.
Disahkan di Langsa
Pada tanggal ..........................2009 M
1430 H
Diundangkan di Langsa
Pada tanggal ........................2009 M
1430 H
SEKRETARIS DAERAH KOTA LANGSA,
SYAIFULLAH
LEMBARAN DAERAH KOTA LANGSA TAHUN 2009 NOMOR
WALIKOTA LANGSA,
ZULKIFLI ZAINON
18
PENJELASAN QANUN DAERAH KOTA LANGSA NOMOR : ……………
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA LANGSA TAHUN 2008 – 2027
I. PENJELASAN UMUM
1. Pengertian Umum
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota secara umum dapat diartikan sebagai suatu rencana tata ruang fisik yang menggambarkan garis besar pola penggunaan tanah, untuk mencapai efisiensi pemanfaatan lahan yang lebih baik. Meskipun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota mempunyai sasaran pengaturan aspek fisik, namun dalam penyusunannya harus didasarkan oleh berbagai pertimbangan baik segi sosial, ekonomi maupun politis.
Suatu rencana kota pada hakekatnya merupakan pengaturan lahan secara umum dan menyeluruh, serta mengemukakan segi – segi perencanaan kota yang bersifat operasional melalui perencanaan struktur kota yang jelas. Didalam perencanaan tersebut telah dikemukakan besaran luas atau besaran
19
pengembangan fisik wilayah yang merupakan bagian terbangun kota pada masa yang akan datang. Dengan perkataan lain Rencana Tata Ruang Wilayah Kota merupakan kebijaksanaan pembangunan dan pengembangan Tata Ruang Fisik kota yang teratur, serasi, luwes dan optimal sesuai dengan kebijaksanaan penduduk dan kegiatannya serta sesuai dengan kebijaksanaan, yang diarahkan dengan memperhatikan pertimbangan – pertimbangan yang bersifat memberikan arahan bagi kecenderungan perkembangan fisik kota dimasa mendatang.
Sifat penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota adalah menyeluruh dan terpadu dengan beberapa pendekatan sesuai dengan kaidah – kaidah planologis yang mencakup penilaian normatif, ekstrapolatif dan struktural baik pada sektor – sektor pertumbuhan dan perkembangan kota maupun pola tingkah laku dan aspirasi masyarakat kota itu sendiri.
Fungsi utama Rencana Tata Ruang Wilayah Kota adalah sebagai wadah bagi kepentingan/aspirasi Pemerintah dan masyarakat. Dalam pembangunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota sebenarnya merupakan wadah mengkoordinasikan kegiatan perkembangan, oleh sebab itu setelah ditetapkan Rencana secara Hukum, rencana tersebut harus ditaati oleh semua pihak yang berkepentingan dan berkewajiban membangun kota tersebut.
Kewajiban untuk mentaati ketentuan – ketentuan yang telah digariskan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota tidak saja terletak ditangan pemerintah tetapi juga pada masyarakat secara luas.
Dengan demikian sebelum penetapan hukum diberikan, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota harus sudah disetujui melalui keputusan umum antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi, serta masyarakat kota yang bersangkutan mengenai bentuk, arah, strategi dan prioritas pembangunan dan pengembangan kotanya. Dengan ketentuan bahwa suatu kota harus mempunyai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota didasari oleh Undang-undang No 26 tahun 2007 tentang penataan ruang dan Keputusan Menteri Prasarana Wilayah (Kepmenwil) N0.327/KPTS/M/2002 tentang penyusunan Rencana Tata Ruang Propinsi, Kawasan Perkotaan dan Kabupaten.
2. Maksud dan Tujuan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Langsa
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Langsa merumuskan Program Pembangunan kota beserta penjabarannya dalam bentuk tindakan – tindakan jangka pendek, menengah dan panjang sehingga dapat memberikan gambaran dan arahan pembangunan kota secara terarah, menyeluruh dan terpadu dalam meningkatkan fungsi dan peranan kota sebagai berikut :
a. Kebutuhan pengembangan kota yang sesuai dengan fungsi dan peranannya.
b. Mengendalikan pengembangan kota yang sudah ada saat ini sedemikian rupa sehingga sesuai dengan fungsi dan peranan kota.
Selain itu Kota Langsa dalam pengembangannya sampai dengan tahun 2027 mempunyai kebijaksanaan antara lain :
a. Penekanan jumlah perkembangan penduduk.
b. Pengendalian sumber daya alam khususnya sumber daya lahan.
c. Penyebaran kegiatan pada sub – sub pusat pengembangan.
20
Kebijaksanaan tersebut diatas bagi Kota Langsa menuntut perlakuan khusus pula untuk itu terdapat beberapa tujuan pokok Rencana Tata Ruang Wilayah Kota dalam memberikan arahan pembangunan Kota Langsa, yaitu :
a. Memberikan arahan pembangunan kota sehingga Kota Langsa tetap dapat berfungsi sebagai pusat pemerintahan, pemukiman, pusat pelayanan pendidikan, kesehatan dan perdagangan.
b. Memberikan arahan pembangunan Kota Langsa khususnya didalam pengembangan kegiatan industri dan pelabuhan, sedemikian rupa sehingga tidak membawa dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya.
c. Mengharap terbentuknya kota yang :
Aman : Suasana kehidupan kota yang aman dan terjamin ketenangan hidup bagi penduduknya.
Tertib : Pengembangan kota yang berpedoman pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan kegiatan – kegiatan perkotaan yang teratur dan tertib.
Lancar : Pengembangan kota pada masa yang akan datang diharapkan dapat menciptakan suatu lingkungan yang dapat memberikan daya dukung tinggi dan dapat mencakup tingkat interaksi antar bagian – bagian tersebut adalah lancar secara fisik dapat tercermin melalui penyediaan Fasilitas dan Utilitas transportasi yang cukup memadai untuk menunjang kelancaran pergerakan manusia, barang dan informasi.
Sehat : Sehat yakni lingkungan kehidupan kota yang bersih yang sesuai dengan norma – norma kesehatan lingkungan.
Indah : Indah yakni lingkungan kehidupan kota yang enak dipandang, cantik dan asri.
Anggun : Anggun dalam arti memberikan nilai – nilai estetika baik dalam penampilan pola tata ruangnya, aspek desain kotanya serta jaringan jalan, jalur hijau maupun pola – pola lainnya.
Pengembangan kebijaksanaan pembangunan nasional, regional dan lokal adalah menjadi acuan dari dimensi pengembangan Kota Langsa dimasa mendatang karena pada hakekatnya pengembangan Kota Langsa tidak saja tergantung dan mempunyai dampak terhadap wilayah sekitarnya akan tetapi juga menyangkut skala wilayah regional yang lebih luas. Bagi kepentingan Kota Langsa, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota ini mempunyai sasaran antara lain :
a. Merupakan pedoman dasar bagi Pemerintah Kota didalam menggariskan kebijaksanaan, strategi dan program – program pembangunan kota dimasa mendatang baik dalam RPJM maupun RPJP.
b. Merupakan alat pengendali yang jelas dan tegas bagi Lembaga/ Instansi Pemerintah, Masyarakat setempat, maupun lembaga – lembaga swasta melalui mekanisme pemberian izin mendirikan bangunan maupun penetapan pungutan pajak/retribusi pada lokasi – lokasi tertentu.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
21
Pasal 1 sampai dengan pasal 3 cukup jelas
Pasal 4 : Wilayah Pengembangan Kota Langsa adalah Satuan Wilayah Pengembangan yang mencakup 5 kecamatan, yaitu : Kecamatan Langsa Kota, Langsa Barat, Langsa Timur, Langsa Lama dan Langsa Baro.
Pasal 5 : Strategi pengembangan Kota Langsa dengan memperhatikan potensi serta persoalan yang dihadapi kota berisi rumusan – rumusan tentang antara lain arahan perkembangan ruang kota serta kebijaksanaan Pemerintah yang dituangkan dalam peraturan perundang – undangan baik yang sudah ada maupun yang akan ada, ruang Kota Langsa disesuaikan dengan kebijaksanaan Pemerintah dimaksud.
Pasal 6 : Secara berkala dan paling lama 5 (lima) tahun sekali Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Langsa harus dievaluasi yakni :
Evalusi penduduk meliputi kemungkinan – kemungkinan pergeseran perkembangan, pergeseran sosial ekonomi, maupun pergeseran lainnya yang akan berpengaruh kepada sistem kota secara keseluruhan.
Pasal 7 : Cukup Jelas
Pasal 8 : Jumlah penduduk 234.226 jiwa pada tahun 2027 angka tersebut bukan merupakan angka yang pasti, melainkan angka tersebut direncanakan/ diproyeksikan tidak dilampaui, walaupun dalam penyediaan berupa utilitas dan fasilitas sudah diperhitungkan sesuai dengan perkiraan jumlah tertentu.
Pasal 9 sampai dengan pasal 11 cukup jelas
Pasal 12: Kawasan memberikan gambaran fungsi pemanfaatan ruang dalam kawasan tersebut ini berarti akan memilih kemungkinan adanya pemanfaatan ruang lainnya memanfaatkan kawasan tersebut, hanya jenis pemanfaatan ruang yang diizinkan adalah yang tidak akan mengganggu fungsi dari kawasan yang diperuntukan.
Pasal 13 sampai dengan pasal 20 cukup jelas.
Pasal 21: Pengembangan sarana dan prasarana perhubungan sesuai dengan Undang – Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1985 tentang Jalan.
Pasal 22 sampai dengan pasal 31 cukup jelas
Pasal 32 : Kepala Daerah dengan memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Langsa dapat menghentikan pembangunan, melaksanakan pembongkaran bangunan dan tidak mengizinkan pembangunan yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota, untuk pelaksanaannya Kepala Daerah memerintahkan kepada petugas dari instansi yang bertanggung jawab dibidang pengawasan pembangunan.
Pasal 33 : Selain pidana kurungan maupun denda bangunan dan atau benda – benda lainnya yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota harus dibongkar.
22
Hal ini berarti bahwa si terpidana harus telah melaksanakan pembongkaran bangunan meskipun sudah membayar denda maupun sudah menjalani hukuman kurungan.
Pasal 34 sampai dengan pasal 38 cukup jelas.