Upload
independent
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang pelayanan
kesehatan yang sehari-hari melakukan kontak dengan pasien. Oleh karena itu sebuah
rumah sakit harus mampu memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh pasien sehingga
dapat meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kelanggengan suatu
rumah sakit salah satunya ditentukan dari banyaknya jumlah pasien yang berkunjung ke
rumah sakit untuk memperoleh jasa pelayanan kesehatan, semakin meningkatnya jumlah
kunjungan pasien maka semakin baik keberadaan rumah sakit tersebut.
Data Singapore Medicine yang dikutip oleh Akhmadi (2005) menyebutkan,
kunjungan pasien khusus untuk berobat sebanyak 374.000 pasien dari manca negara,
sebagian pasien mengunjungi Rumah Sakit Mount Elizabeth, sekitar 90% pasiennya dari
Indonesia. Salah satu stasiun TV swasta di Indonesia (2008) menayangkan statistik
bahwa tahun 2006 pasien dari Indonesia yang berobat di rumah sakit Singapura sebanyak
30% dan pada tahun 2007 meningkat lagi menjadi 50%.
Data dari Konjen RI Penang (2004) menyebutkan dalam kurun waktu Januari
hingga Juni 2004, jumlah kunjungan pasien Indonesia yang berobat ke Rumah Sakit Lam
Wah Ee Penang mencapai 9000 orang atau rata-rata 50 pasien per hari. Kurun waktu
yang sama di Rumah Sakit Adventist Penang tercatat 10.000 orang atau 55 pasien
perhari. Abdillah (2006) mengatakan hampir 80% kunjungan pasien ke rumah sakit di
Penang adalah warga Medan dan Sumut, sebagian lainnya berasal dari Nanggroe Aceh
Darussalam (NAD), jika kondisi ini dibiarkan, maka rumah sakit di daerah ini hanya
dikunjungi oleh pasien-pasien miskin yang mengandalkan Askeskin dan Askes (saat itu),
sedangkan warga kelas menengah dan atas akan berobat ke luar negeri. Harian Aceh
(2008) menyebutkan bahwa angka kunjungan masyarakat Aceh yang berobat ke
Malaysia sebanyak 200 orang sebesar 20% setiap minggunya.
Fenomena banyaknya pasien Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri diakui
Soeparman (2004), Kepala Pusat Pengembangan Pembangunan Kesehatan Departemen
Kesehatan, disebabkan masih buruknya sistem pelayanan dokter dan rumah sakit di
Indonesia. Kasus malpraktek, kurang komunikasinya dokter kepada pasien, salah
diagnosis sehingga menurunnya motivasi pasien untuk berobat ke rumah sakit yang ada
1
di Indonesia. Fadilah (2008) mengakui, perkembangan fasilitas kesehatan yang maksimal
bagi publik di tanah air saat ini cenderung melambat, sebagai dampak krisis ekonomi
keuangan global. Nadesul (2008) mengatakan, masyarakat lebih memilih berobat ke luar
karena kurangnya sarana medik, rendahnya tingkat kepercayaan pasien, dan minimnya
perhatian dokter. Husein (2008), Dirjen Pelayanan Medis Departemen Kesehatan
mengatakan ada tiga faktor yang menentukan rumah sakit diminati pasien yaitu;
pelayanan, teknologi dan sumber daya manusia.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti Badan Penelitian dan
Pengembangan Propinsi Sumatera (2005), tentang beberapa faktor penyebab dan dampak
meningkatnya minat masyarakat berobat ke luar negeri mengemukakan di antaranya
faktor utama yang menyebabkan masyarakat berobat ke luar negeri dipengaruhi oleh
faktor psikologis yang meliputi: a) Keyakinan akan kemampuan dokter untuk mengatasi
penyakit/masalah yang diderita (36,50%), percaya akan akurasi diagnosis yang diberikan
dokter (30,50%), merasa lebih cepat sembuh (42,50%), butuh pelayanan prima (32,50%).
Faktor lingkungan meliputi: biaya lebih murah (26,50%), fasilitas dan teknologi rumah
sakit/pelayanan kesehatan lebih canggih dan modern (34.00%), pelayanan yang diberikan
lebih baik (31%), penanganan terhadap pasien lebih cepat (30%),
keramahtamahan/keterampilan tenaga medis lebih baik (36,50%), rekomendasi dokter
dalam negeri (38,00%). Data di atas memperlihatkan perilaku konsumen pelayanan
kesehatan segmen menengah ke atas di negeri kita.
Untuk konsumen pelayanan kesehatan di segmen menengah ke bawah, saat ini
sedang merasakan euforia era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Era Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN), telah merubah pola pelayanan kesehatan di Indonesia dalam
setahun terakhir, tak terkecuali di wilayah Kabupaten Sidoarjo. Hingga triwulan pertama
tahun 2015, menurut data BPJS Kesehatan (2015), cakupan kepesertaan BPJS Kesehatan
di wilayah Surabaya mencapai (27,12%), di Kabupaten Sidoarjo mencapai (32,80%), di
Kabupaten Gresik mencapai (48,98%), dan di Kabupaten Mojokerto mencapai (45,27%).
Meski cakupan kepesertaan BPJS Kesehatan belum mencapai 100% seperti yang
diamanatkan UU No.40/2004 tentang SJSN dan Perpres No.12 Tahun 2013 tentang JKN,
namun dampaknya telah banyak dirasakan khususnya oleh rumah sakit milik swasta.
Rumah sakit milik swasta dengan segmen pasar menengah ke bawah,
mengalami penurunan kunjungan dan atau utilisasi/ pemanfaatan layanan kesehatan yang
2
mereka disediakan, manakala tidak menjadi faskes tingkat lanjut (FKTL) dari BPJS
Kesehatan selaku pengelola JKN.
Di RSIA Arafah Anwar Medika Sukodono, yang termasuk dalam rumah sakit
milik swasta yang belum bekerja sama sebagai FKTL BPJS Kesehatan, dalam dua tahun
terakhir yaitu tahun 2014 (saat program JKN dimulai) dan 2015, telah mengalami
penurunan yang cukup signifikan terutama pada utilisasi/ pemanfaatan pelayanan rawat
jalan untuk spesialis kandungan dari tahun 2013 (sebelum program JKN dilaksanakan).
Kunjungan rawat jalan spesialis kandungan menurun terus dalam kurun waktu
dua tahun terakhir, pada tahun 2014 kunjungannya turun sebanyak 382 kunjungan atau
sekitar 19,03% dari tahun 2013. Dan kemudian pada tahun 2015, kunjungan kembali
turun sebanyak 205 kunjungan atau sekitar 12,61% dari tahun 2014.
Faktor psikologis dan faktor lingkungan merupakan bagian dari perilaku pasien
dalam pengambilan keputusan untuk berkunjung ke rumah sakit. Menurut Engel dalam
Suryani (2008), perilaku konsumen (pasien) mencakup pemahaman terhadap tindakan
yang langsung yang dilakukan konsumen dalam mendapatkan, mengonsumsi dan
mengabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan
mengikuti tindakan tersebut.
Selanjutnya Prasetijo (2005) mengatakan bahwa perilaku konsumen merupakan
proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi, dan bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan
bisa memenuhi kebutuhannya. Seseorang atau perusahaan dalam memahami perilaku
konsumen bukanlah suatu pekerjaan yang mudah karena banyaknya variabel yang saling
berinteraksi.
Perilaku konsumen merupakan proses yang kompleks dan multi dimensional, yang
mencakup proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang dilakukan konsumen secara
fisik dalam pengevaluasian, perolehan penggunaan atau mendapatkan barang dan jasa.
Jadi di dalam menganalisis perilaku konsumen tidak hanya menyangkut faktor-faktor
yang mempengaruhi pengambilan keputusan kegiatan, akan tetapi juga meliputi proses
pengambilan keputusan yang menyertainya (Suryani, 2008).
Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan memberikan dua
jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan
administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang
medik, rehabilitasi medik dan pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan
3
melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan dan unit rawat inap. Sasaran pelayanan
kesehatan rumah sakit bukan hanya individu pasien, tapi sudah berkembang mencakup
keluarga pasien dan masyarakat umum. Fokus perhatiannya adalah pasien sebagai
individu maupun sebagai bagian dari sebuah keluarga. Dengan demikian pelayanan
kesehatan di rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan paripurna (komprehensif dan
holistik) (Muninjaya, 2004).
Rais (2003) dalam penelitiannya menguji pengaruh kualitas pelayanan, fasilitas
rumah sakit, biaya rawat inap terhadap keputusan konsumen dalam memilih rumah sakit
untuk berobat rawat inap di RS Muhammadiyah Surakarta. Hasilnya menunjukkan
bahwa semua variabel tersebut mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan
konsumen dalam memilih rumah sakit untuk berobat rawat inap. Kurnia (2007) dalam
penelitiannya menguji pengaruh persepsi pasien partikulir tentang kualitas pelayanan
terhadap kepuasan pasien rawat inap di RSU PTPN II Tembakau Deli Medan. Hasilnya
semua variabel berpengaruh positip dan signifikan terhadap kepuasan pasien. Hasan
(2006) dalam penelitiannya menguji pengaruh kualitas pelayanan terhadap kunjungan
pasien rawat jalan studi kasus puskesmas di Aceh Utara, hasilnya menunjukkan bahwa
kualitas pelayanan mempunyai pengaruh signifikan terhadap kunjungan pasien rawat
jalan.
Berdasarkan psikososial orang yang sedang sakit atau keluarga dari orang yang
sakit adalah dalam kondisi ketidaknyamanan: rasa sakit, kekhawatiran, kecemasan,
kebingungan, dan sebagainya. Oleh karena itu, pasien sangat memerlukan bantuan bukan
saja pengobatan, tetapi juga bantuan lain seperti informasi, nasihat, dan petunjuk-
petunjuk dari para petugas rumah sakit berkaitan dengan masalah atau penyakit yang
mereka alami (Notoatmojo, 2005).
Berdasarkan uraian tersebut di atas, diduga ada permasalahan dengan faktor
lingkungan (pendidikan, ekonomi, kebijakan, tindakan keluarga, tindakan petugas
kesehatan, sarana dan prasarana), faktor individu (motivasi/ kebutuhan, persepsi, sikap),
serta faktor strategi pemasaran (marketing mix yang diterapkan oleh perusahaan
pesaing), sehingga menyebabkan menurunnya kunjungan kembali pasien baik di rumah
sakit dengan segmen menengah ke atas maupun rumah sakit dengan segmen menengah
ke bawah.
4
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana perilaku konsumen pelayanan kesehatan rumah sakit?
b. Apakah faktor lingkungan (pendidikan, ekonomi, kebijakan, tindakan keluarga,
tindakan petugas kesehatan, sarana dan prasarana), faktor individu (motivasi/
kebutuhan, persepsi, sikap), serta faktor strategi pemasaran (marketing mix yang
diterapkan oleh perusahaan pesaing), merupakan faktor-faktor yang mempegaruhi
perilaku konsumen pelayanan kesehatan rumah sakit?
c. Bagaimanakah model perilaku konsumen pelayanan kesehatan rumah sakit?
1.3. Tujuan
a. Memahami tentang perilaku konsumen dalam pelayanan kesehatan rumah sakit.
b. Mempelajari apakah faktor lingkungan (pendidikan, ekonomi, kebijakan,
tindakan keluarga, tindakan petugas kesehatan, sarana dan prasarana), faktor
individu (motivasi/ kebutuhan, persepsi, sikap), serta faktor strategi pemasaran
(marketing mix yang diterapkan oleh perusahaan pesaing), merupakan faktor-
faktor yang mempegaruhi perilaku konsumen pelayanan kesehatan rumah sakit.
c. Menggambarkan model perilaku konsumen dalam pelayanan kesehatan rumah
sakit.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian perilaku konsumen
Pada dasarnya perilaku konsumen merupakan tindakan atau perilaku, termasuk di
dalamnya aspek-aspek yang mempengaruhi tindakan itu, yang berhubungan dengan
usaha untuk mendapatkan produk (barang dan jasa) guna memenuhi kebutuhannya.
Tidak ada kesamaan definisi yang dikemukanan para ahli, perbedaan itu disebabkan
adanya perbedaan sudut pandang. Perilaku manusia sangat komplek sehingga sangat sulit
digambarkan dengan kata-kata.
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah
“Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in searching
for, purchasing, using, evaluating, and disposintog of products, services, and ideas they
expect will satisfy they needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan
konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan
produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat
memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
Selain itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah:
“Consumer behavior may be defined as the decision process and physical activity
individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and
services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan
kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai,
mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.
Pengertian perilaku konsumen menurut Engel et al. (1994:3) adalah tindakan yang
langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan
jasa, termasuk proses yang mendahului dan menyusul dari tindakan ini.
Mowen (1990:5) mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah studi unit-unit dan
proses pembuatan keputusan yang terlibat dalam menerima, menggunakan dan penentuan
barang, jasa, dan ide. Difinisi tersebut menggunakan istilah unit-unit pembuat keputusan,
6
karena keputusan bisa dibuat oleh individu atau kelompok. Difinisi tersebut juga
mengatakan bahwa konsumsi adalah proses yang diawali dengan penerimaan, konsumsi,
dan diakhiri dengan penentuan (disposition). Tahap penerimaan menganalisa faktor-
faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen terhadap produk, tahap konsumsi
menganalisa bagaimana konsumen senyatanya menggunakan produk yang diperoleh.
Tahap penentuan menunjukkan apa yang dilakukan konsumen setelah selesai
menggunakan produk tersebut.
Swastha dan Handoko (1987:9) mendifinisikan perilaku konsumen sebagai
tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan
menggunakan barang dan jasa ekonomi misalnya, termasuk kegiatan pengambilan
keputusan.
Menurut Ebert dan Griffin (1995) perilaku konsumen dijelaskan sebagai: “the
various facets of the decision of the decision process by which customers come to
purchase and consume a product”. Dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk
membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan serta proses psikologis yang
mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli,
menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan kegiatan mengevaluasi
(Sumarwan, 2003). “Niat membeli, pembelian, evaluasi pembelian (apakah barang atau
jasa yang dibeli itu betul-betul dibutuhkan, berguna dan memuaskan) serta upaya
mendapatkan barang dan jasa disebut perilaku konsumen.
Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pengaruh (afeksi) dan kognisi,
perilaku dan kejadian di sekitar. Untuk memahami konsumen dan mengembangkan
strategi pemasaran kita harus memahami apa yang dipikirkan (kognisi) apa yang
dirasakan (afeksi) dan apa yang mereka lakukan serta kejadian sekitar yang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan
konsumen.
Perilaku Konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung
terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk di dalamnya
7
proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut
(Swastha dkk., 1997). Perilaku konsumen mempelajari di mana, dalam kondisi macam
apa, dan bagaimana kebiasaan seseorang membeli produk tertentu dengan merk tertentu.
Secara umum, definisi dari perilaku konsumen adalah “interaksi dinamis antara
pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian disekitar kita, dimana terdapat aspek
pertukaran didalamnya” (Peter & Olson, 1999). Dari definisi umum tersebut, dapat
diambil kesimpulan bahwa terdapat tiga faktor penting didalam definisi tersebut, yaitu
perilaku konsumen adalah dinamis, melibatkan interaksi antara pengaruh dan kognisi,
perilaku dan kejadian sekitar, adanya aspek pertukaran. Perilaku konsumen adalah
dinamis artinya bahwa seorang individu konsumen, suatu komunitas konsumen, atau
masayarakat luas akan selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini berdampak
tidak hanya pada studi perilaku konsumen itu sendiri akan tetapi juga pada
pengembangan strategi pemasaran.
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, menurut Simamora (2008) yaitu:
1. Faktor kebudayaan
Faktor kebudayaan merupakan faktor yang paling luas dan paling dalam terhadap
perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh:
1. Kultur, adalah faktor paling pokok dari keinginan dan perilaku seseorang.
Makhluk yang lebih rendah umumnya dituntut oleh naluri. Sedangkan manusia,
perilakunya biasanya dipelajari dari lingkungan sekitarnya. Sehingga nilai,
persepsi, preferensi, dan perilaku antara seorang yang tinggal pada daerah tertentu
dapat berbeda dengan orang lain yang berada di lingkungan yang lain pula.
Sehingga pemasar sangat berkepentingan untuk melihat pergeseran kultur
tersebut agar dapt menyediakan produk-produk baru yang diinginkan konsumen.
2. Subkultur, tiap kultur mempunyai mempunyai subkultur yang lebih kecil, atau
kelompok orang dengan sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dari
situasi hidup yang sama. Seperti kelompok kebangsaan yang bertempat tinggal
pada suatu daerah mempunyai citarasa dan minat etnik yang khas. Demikian pula
halnya dengan kelompok keagamaan.
8
3. Kelas sosial, adalah susunan yang relatif permanen dan teratur dalam suatu
masyarakat yang anggotanya mempunyai nilai,minat, dan perilaku yang sama.
Kelas sosial ditentukan oleh faktor tunggal seperti pendapatan tetapi diukur
sebagai kombinasi pekerjaan, pendapatan, kekayaan dan variabel lainnya. Kelas
sosial memperlihatkan preferensi produk dan merek yang berbeda.
2. Faktor sosial
Perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti: kelompok
kecil,keluarga, peran dan status sosial dari konsumen. Faktor-faktor ini sangat
mempengaruhi tanggapan konsumen, oleh karena itu pemasar harus benar-benar
memperhitungkannya untuk menyusun strategi pemasaran.
1. Kelompok, perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil.
Anggotanya disebut kelomok keanggotaaan. Ada yang disebut dengan kelompok
primer, di mana anggotanya berinteraksi secara tidak formal seperti
keluarga,teman dan sebagainya. Ada pula yang disebut dengan kelompok
sekunder, yaitu seseorang berinteraksi secara formal tetapi tidak reguler.
Kelompok rujukan adalah kelompok yang merupakan titik perbandingan atau
tatap muka atau tak langsung dalam pembentukan sikap seseorang. Orang sering
dipengaruhi oleh kelompok rujukan dimana ia tidak menjadi anggotanya.
2. Keluarga, anggota keluarga pembeli dapat memberikan pengaruh yang kuat
terhadap perilaku pembeli. Keluarga orientasi adalah kelarga yang terdiri dari
orangtua yang memberikan arah dalam hal tuntutan agama, politik, ekonomi dan
harga diri. Bahkan jika pembeli sudah tidak berhubungan lagi dengan orang tua,
pengaruh terhadap perilaku tetap ada. Sedangkan pada keluarga prokreasi, yaitu
keluarga yang tediri atas suami-istri dan anak pengaruh pembelian itu akan sangat
terasa.
3. Peran dan status, posisi seorang dalam tiap kelompok dapat ditentukan dari segi
peran dan status. Tiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan
umum oleh masyarakat.
3. Faktor pribadi
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti:
9
1. Usia dan tahap daur hidup, orang akan mengubah barang dan jasa yang mereka
beli sepanjang kehidupan mereka. Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah
sesuai dengan usia. Pembelian dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga. Sehingga
pemasar hendaknya memperhatikan perubahan minat pembelian yang terjadi yang
berhubungan dengan daur hidup manusia.
2. Pekerjaan, pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya
dengan jabatan yang mempunyai minat diatas rata-rata terhadap produk mereka.
3. Keadaan ekonomi, keadaan ekonomi sangat mempengaruhi pilihan produk.
Pemasar yang produknya peka terhadap pendapatan dapat dengan seksama
memperhatikan kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan tingkat
bunga. Jadi indikator-indikator ekonomi tersebut menunjukkan adanya resesi,
pemasar dapat mencari jalan untuk menetepkan posisi produknya.
4. Gaya hidup, orang yang berasal dari subkultur, kelas sosial dan pekerjaan yang
sama dapat mempunyai gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup seseorang
menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan yang tercermin dalm
kegiatan, minat, dan pendapatnya. Konsep gaya hidup apabila digunakan oleh
pemasar secara cermat, dapat membantu untuk memahami nilai-nilai konsumen
yang terus berubah dan bagimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi perilaku
konsumen.
5. Kepribadian dan konsep diri, tiap orang mempunyai kepribadian yang khas dan
ini akan mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian mengacu pada
karekteristik psikologi yang unik yang menimbulkan tanggapan realtif konstan
terhadap lingkungannya sendiri. Kepribadian sangat bermanfaat untuk
menganalisis perilaku konsumen bagi beberapa pilihan produk atau merek.
4. Faktor psikologis
Pada suatu saat tertentu seseorang mempunyai banyak kebutuhan baik yang bersifat
biologis. Kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu seperti rasa lapar,
haus, dan sebagainya. Sedangkan kebutuhan yang bersifat psikologis adalah kebutuhan
yang timbul dari keadaan fisiologi tertentu seperti kebuthan untuk diakui,harga diri, atau
kebutuhan untuk diterima oleh lingkungannya.
Pihak pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologi yang utama, yaitu:
10
1. Motivasi, kebanyakan dari kebutuhan yang ada tidak cukup kuat untuk
memotivasi seseorang untuk bertindak pada suatu saat tertentu. Suatu kebutuhan
akan berubah menjadi motif apabila kebutuhan itu telah mencapai tingkat
tertentu. Motif adalah suatu kebutuhan yang cukup menekan seseorang untuk
mengejar kepuasan.
Kebutuhan Konsumen Muncul Karena:
Kebutuhan yang dirasakan konsumen (felt need) muncul dari diri konsumen
(fisiologis) misalnya rasa lapar dan haus
Kebutuhan yang dimunculkan dari luar konsumen misalnya aroma makanan
yang merangsang, iklan dan pemasaran yang bisa membangkitkan kebutuhan
konsumen
Jenis Kebutuhan Konsumen
Kebutuhan primer (primary needs) untuk mempertahankan hidupnya seperti
kebutuhan bioloigis dan fisiologis (innate needs) kebutuhan air, makanan,
udara, pakaian dan rumah.
Kebutuhan sekunder disebut juga kebutuhan yang muncul sebagai reaksi
terhadap lingkungan dan budayanya. Kebutuhan ini bersifat psikologis karena
muncul dari sikap subjektif konsumen dan lingkungannya misalnya citra diri
(self esteem), harga diri (prestige), kekuatan (power).
Kebutuhan yang muncul sebagai reaksi konsumen terhadap lingkungan dan
budayanya misalnya rumah adalah kebutuhan primer bagi konsumen, karena
adanya kebutuhan ingin sebagai orang sukses dan mampu, sehingga ia memilih
lokasi yang menggambarkan kelas sosial atas.
Pemilihan bentuk dan lokasi akan menggambarkan kebutuhan sekunder dari
seorang konsumen. Kebutuhan yang dirasakan seringkali dibedakan berdasarkan
kepada manfaat yang diharapkan dari pembelian dan penggunaan produk;
pertama karena manfaat fungsional dan karakteristik objektif dari produk tersebut
misalnya obeng akan memberikan manfaat fungsional untuk memudahkan dalam
membuka dan memasang kembali mur pada pada peralatan mesin. Seorang
konsumen yang membeli obeng memiliki tujuan karena ia tidak bisa membuka
mur dengan tangannya sendiri. Yang kedua adalah kebutuhan ekspresif atau
hedonic yaitu kebutuhan yang bersifat psikologis seperti rasa puas, gengsi, emosi
11
dan perasaan subjektif lainnya. Kebutuhan ini muncul seringkali untuk memenuhi
tuntutan sosial estetika. Misalnya seorang laki-laki merasa perlu membeli dasi
untuk digunakan di kantor.
2. Persepsi, seseorang yang termotivasi akan siap bereaksi. Bagaimana orang itu
bertindak dipengaruhi oleh persepsi mengenai situasi. Dua orang dalam kondisi
motivasi yang sama dan tujuan situasi yang sama mungkin bertindak secara
berbeda karena perbedaan persepsi mereka terhadap situasi itu. Persepsi sebagai
proses di mana individu memilih, merumuskan dan menafsirkan masukan
informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti mengenai dunia.
3. Proses belajar (learning), proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku
seseorang yang timbul dari pengalaman dan kebanyakan perilaku manusia adalah
hasil proses belajar. Secara teori, pembelajaran seseorang dihasilkan melalui
dorongan, rangsangan, isyarat,tanggapan, dan penguatan. Para pemasar dapat
membangun permintaan akan produk dengan menghubungkannya dengan
dorongan yang kuat, dengan menggunakan isyarat motivasi, dan dengan
memberikan penguatan yang posiitif.
4. Kepercayaan dan sikap, melalui tindakan dan proses belajar, orang akan
mendapatkan kepercayaan dan sikap yang kemudian mempengaruhi perilaku
pembeli. Kepercayaan adalah suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang
tentang sesuatu. Sedangkan sikap adalah organisasi dan motivasi, perasaan
emosional,persepsi, dan proses kognitif kepada suatu aspek.
2.3 Langkah-langkah pengambilan keputusan konsumen
Disiplin perilaku konsumen telah mengalami perjalanan yang cukup panjang
sebelum berkembang dan menjadi sebuah disiplin yang sangat penting dan dibutuhkan.
Menurut Engel, dkk (1990) bahwa perilaku konsumen memiliki akar utama dari ilmu
ekonomi. Teori perilaku konsumen merupakan salah satu landasan teori ekonomi mikro
yang sangat esensial, sebelum memahami mengenai teori permintaan dan teori
perusahaan. Teori perilaku konsumen menjelaskan bahwa seorang konsumen akan
melakukan pilihan terbaik dengan cara memaksimumkan kepuasan atau utilitasnya.
Dalam usaha memaksimumkan kepuasan seorang konsumen menghadapi kendala
12
pendapatan dan harga-harga barang. Sedangkan preferensi dan faktor-faktor lain yang
dianggap mempengaruhi pengambilan keputusan dianggap tetap atau diabaikan yang
dikenal dengan istilah ceteris paribus.
Engel, dkk (1990) mengemukakan bahwa teori perilaku konsumen yang
berkembang tidak diuji secara empiris sampai pertengahan abad 20. Pengujian empiris
dengan survey dan eksperimen banyak dilakukan setelah disiplin pemasaran pada
program studi bisnis dan disiplin studi konsumen pada program studi ekonomi rumah
tangga berkembang. Pada dekade 1960-an disiplin perilaku konsumen muncul sebagai
sebuah disiplin yang berbeda. Perkembangan ini pengaruh dari penulis: George Katona,
Robert Ferber, John A. Howard. George Katona dikenal sebagai bapak ekonomi
psikologi;
Mengkritik teori ekonomi perilaku konsumen dan kemudian mengembangkannya
dengan memasukkan elemen-elemen psikologi dalam pengambilan keputusan konsumen.
Menjadi professor di University of Michigan, Amerika. Disanalah dia menjadi pionir
penelitian mengenai consumer’s confidence.
Langkah-langkah pengambilan keputusan konsumen
a. Pengenalan kebutuhan: muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah yaitu
suatu keadaan dimana terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan
keadaan yang sebenarnya terjadi (memilih pembantu atau mesin cuci).
b. Pencarian informasi: mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa
kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk.
Konsumen akan mencari informasi yang tersimpan didalam ingatannya (pencarian
internal) dan mencari informasi dari luar (pencarian eksternal); model,/jenis, merk,
harga, cara pembayaran.
c. Evaluasi alternatif: muncul karena banyak alternatif pilihan (merk, jenis, ukuran,
harga) sehingga konsumen harus memiliki atribut dalam mengevaluasi alternatif dari
suatu produk yang akan memberikan manfaat yang diharapkannya; ukuran, harga dan
penggunaannya.
d. Pembelian: jika konsumen telah memutuskan alternatif yang akan dipilih dan
mungkin penggantinya jika diperlukan, maka akan melakukan pembelian (tempat dan
cara pembayarannya).
13
e. Evaluasi hasil: segera setelah membeli konsumen akan menggunakan produk, lalu
mengevaluasi produk tersebut; apakah sesuai dengan harapannya dan apakah produk
tersebut berfungsi sebagaimana yang dijanjikan oleh produsen. Konsumen akan
merasa kepuasan atau ketidakpuasan terhadap produk yang dibelinya. Jika merasa
puas akan mengkomunikasikan kepada orang lain dan menstimulasi konsumen
potensial untuk membeli produk yang sama, sebaliknya konsumen yang tidak puas
akan menghambat pembelian berikutnya dari pembeli potensial.
Secara ringkas proses pengambilan keputusan konsumen dapat digambarkan sebagai
berikut:
2.4 Tipe Pengambilan Keputusan Konsumen
1. Pemecahan masalah yang diperluas: dilakukan pada pembelian barang-barang tahan
lama, barang mewah, elektronik juga keputusan untuk berlibur yang mengharuskan
pilihan yang tepat.
14
2.Pemecahan masalah yang terbatas: konsumen menyederhanakan proses
pengambilan keputusan disebabkan konsumen memiliki waktu dan sumber daya yang
terbatas, iklan dan peragaan produk ditempat penjualan telah membantu konsumen
untuk mengenali produ tersebut, juga media berperan menstimulasi minat dan
mendorong tindakan pembelian.
3. Pemecahan masalah rutin: konsumen telah memiliki pengalaman terhadap produk
yang akan dibelinya, konsumen hanya mereview apa yang diketahuinya dan hanya
membutuhkan informasi yang sedikit.
15
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Perilaku konsumen pelayanan kesehatan
Perilaku konsumen pelayanan kesehatan rumah sakit adalah semua kegiatan,
tindakan serta proses psikologis pada saat sebelum membeli, ketika membeli/
menggunakan hingga kegiatan mengevaluasi jasa pelayanan kesehatan rumah sakit
(Sumarwan, 2003).
Michael R. Solomon (2013) menyatakan bahwa pengambilan keputusan konsumen
untuk memilih/ membeli/ menggunakan produk atau jasa adalah bagian inti dari perilaku
konsumen. Demikian halnya dengan konsumen dalam pelayanan kesehatan rumah sakit.
Seperti yang disampaikan oleh Muninjaya (2004), bahwa rumah sakit sebagai
salah satu sub sistem pelayanan kesehatan memberikan dua jenis pelayanan kepada
masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan
mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik dan
pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit
rawat jalan dan unit rawat inap. Sasaran pelayanan kesehatan rumah sakit bukan hanya
individu pasien, tapi sudah berkembang mencakup keluarga pasien dan masyarakat
umum. Fokus perhatiannya adalah pasien sebagai individu maupun sebagai bagian dari
sebuah keluarga. Dengan demikian pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan
pelayanan kesehatan paripurna (komprehensif dan holistik).
Selain itu pelayanan kesehatan rumah sakit yang awalnya merupakan kebutuhan
primer (fisiologis), saat ini juga merupakan kebutuhan hedonic yaitu kebutuhan yang
bersifat psikologis yang menyangkut rasa puas, gengsi, emosi dan perasaan subjektif
lainnya. Kebutuhan ini muncul seringkali untuk memenuhi tuntutan sosial. Misalnya
untuk menunjukkan posisi kelas sosialnya atau untuk menggambarkan gaya hidupnya,
konsumen dengan segmen menengah ke atas di Indonesia, seperti yang telah disebutkan
sebelumnya lebih memilih pelayanan rumah sakit yang ada di luar negeri seperti
Singapura dan Malaysia. Data Singapore Medicine yang dikutip oleh Akhmadi (2005)
menyebutkan, kunjungan pasien khusus untuk berobat sebanyak 374.000 pasien dari
manca negara, sebagian pasien mengunjungi Rumah Sakit Mount Elizabeth, sekitar 90%
pasiennya dari Indonesia. Salah satu stasiun TV swasta di Indonesia (2008)
16
menayangkan statistik bahwa tahun 2006 pasien dari Indonesia yang berobat di rumah
sakit Singapura sebanyak 30% dan pada tahun 2007 meningkat lagi menjadi 50%.
Data dari Konjen RI Penang (2004) menyebutkan dalam kurun waktu Januari
hingga Juni 2004, jumlah kunjungan pasien Indonesia yang berobat ke Rumah Sakit Lam
Wah Ee Penang mencapai 9000 orang atau rata-rata 50 pasien per hari. Kurun waktu
yang sama di Rumah Sakit Adventist Penang tercatat 10.000 orang atau 55 pasien
perhari. Abdillah (2006) mengatakan hampir 80% kunjungan pasien ke rumah sakit di
Penang adalah warga Medan dan Sumut, sebagian lainnya berasal dari Nanggroe Aceh
Darussalam (NAD). Meskipun faktanya di Indonesia juga ada rumah sakit dengan
fasilitas dan pelayanan paripurna kelas atas, sebagian besar segmen menengah atas di
Indonesia lebih memilih belanja pelayanan kesehatan rumah sakit ke luar negeri.
Sebaliknya konsumen dengan segmen menengah ke bawah cenderung lebih
memilih rumah sakit di dalam negeri, apalagi dengan adanya kebijakan JKN (Jaminan
Kesehatan Nasional) saat ini. Dengan pengorbanan sumber daya yang kecil (relatif jauh
lebih murah), konsumen (peserta BPJS Kesehatan) dapat memperoleh pelayanan
kesehatan rumah sakit dengan full coverage (tanpa ditarik biaya) apabila mereka
mengikuti prosedur pelayanan JKN yang berlaku. Karena itulah saat ini konsumen
pelayanan kesehatan rumah sakit di segmen menengah ke bawah ini berbondong-
bondong memadati rumah sakit yang menjadi provider BPJS kesehatan untuk
mendapatkan solusi masalah kesehatannya. Fenomena ini terlihat di banyak rumah sakit
provider BPJS Kesehatan hampir di seluruh Indonesia, yang mana konsumen rela untuk
mengantri panjang demi mendapatkan pelayanan kesehatan yang murah/ gratis.
Fenomena ini menuntut rumah sakit (terutama swasta) yang belum menjadi provider
BPJS Kesehatan harus mengembangkan strategi pemasaran untuk mengantisipasi
kecenderungan ini dengan membidik segmen yang tepat dan menciptakan produk
pelayanan yang sesuai dengan perilaku konsumen yang dibidiknya agar dapat bertahan
dalam situasi seperti saat ini.
17
3.2 Faktor-faktor yang mempegaruhi perilaku konsumen pelayanan kesehatan
Dalam pelayanan kesehatan rumah sakit seperti halnya pada produk atau jasa
lainnya dipengaruhi oleh faktor:
1. Faktor kebudayaan
Faktor kebudayaan merupakan faktor yang paling luas dan paling dalam terhadap
perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh kultur,
sub kultur dan kelas sosial. Sebagai contoh untuk menggambarkan pengaruh faktor
kebudayaan terhadap perilaku konsumen pelayanan kesehatan rumah sakit, pada
masyarakat di daerah pedesaan ada budaya/ norma dimana seorang ibu dan bayinya
tidak boleh keluar rumah sebelum mencapai 40 hari setelah proses persalinan. Pada
masyarakat dengan budaya seperti ini, tidak akan memanfaatkan pelayanan
imunisasi bayi di rumah sakit namun lebih memilih memanggil bidan ke rumah
atau memanfaatkan pelayanan imunisasi dengan sistem home visit.
2. Faktor sosial
Perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti: kelompok
kecil, keluarga, peran dan status sosial dari konsumen. Faktor-faktor ini sangat
mempengaruhi tanggapan konsumen, oleh karena itu pemasar harus benar-benar
memperhitungkannya untuk menyusun strategi pemasaran. Contoh dari pengaruh
faktor sosial ini adalah perilaku konsumen pelayanan kesehatan rumah sakit untuk
melakukan belanja pelayanan kesehatan di luar negeri, guna menunjukkan kelas
sosial mereka.
3. Faktor pribadi
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti usia
dan daur hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep
diri. Contoh pengaruh pribadi dalam perilaku konsumen pelayanan kesehatan
rumah sakit, misalkan seorang pekerja pabrik dengan ekonomi menengah kebawah
yang diikutkan program jaminan kesehatan dan kecelakaan akan lebih memilih
menggunakan pelayanan rumah sakit yang dapat mencover jaminan kesehatan dan
kecelakaannya pada saat dia sedang mengalami kecelakaan kerja yang
membutuhkan penanganan medis.
18
4. Faktor psikologis
Pada suatu saat tertentu seseorang mempunyai banyak kebutuhan baik yang bersifat
biologis. Kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu seperti rasa lapar,
haus, dan sebagainya. Sedangkan kebutuhan yang bersifat psikologis adalah kebutuhan
yang timbul dari keadaan fisiologi tertentu seperti kebutuhan untuk diakui, harga diri,
atau kebutuhan untuk diterima oleh lingkungannya. Perilaku pembelian seseorang juga
dipengaruhi oleh faktor psikologi yang utama, yaitu motivasi, persepsi, proses belajar,
kepercayaan dan sikap.
Contoh pengaruh psikologis ini dapat dijelaskan dari hasil penelitian Rais (2003)
dalam penelitiannya menguji pengaruh kualitas pelayanan, fasilitas rumah sakit, biaya
rawat inap terhadap keputusan konsumen dalam memilih rumah sakit untuk berobat
rawat inap di RS Muhammadiyah Surakarta. Hasilnya menunjukkan bahwa semua
variabel tersebut mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen dalam
memilih rumah sakit untuk berobat rawat inap. Kurnia (2007) dalam penelitiannya
menguji pengaruh persepsi pasien tentang kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien.
Konsumen akan memilih tempat pelayanan kesehatan yang dipersepsikannya memiliki
kualitas pelayanan yang bagus, fasilitas yang lengkap dan tarif yang sesuai.
19
3.3 Model perilaku konsumen pelayanan kesehatan rumah sakit
Secara singkat model perilaku konsumen pelayanan kesehatan rumah sakit dapat
digambarkan sebagai berikut:
20
EVALUASI PASCA PEMANFAATAN BRAND & PRODUK PELAYANAN
KESEHATAN YANG TELAH DIPILIH
PEMILIHAN ATAS BRAND & PRODUK PELAYANAN KESEHATAN YANG AKAN
DIMANFAATKAN
EVALUASI BERBAGAI ALTERNATIF BRAND & PRODUK PELAYANAN
KESEHATAN
PENCARIAN BERBAGAI INFORMASI PELAYANAN KESEHATAN
PENGENALAN MASALAH:KEUTUHAN & KEINGINAN PELAYANAN
KESEHATAN
KONSUMEN PELAYANAN KESEHATAN
BUDAYA KULTUR SUB KULTUR KELAS SOSIAL
SOSIAL KELOMPOK KELUARGA PERAN & STATUS
PRIBADI USIA & DAUR HIDUP PEKERJAAN EKONOMI GAYA HIDUP KEPRIBADIAN & KONSEP
DIRI
PSIKOLOGIS MOTIVASI PERSEPSI PROSES BELAJAR KEPERCAYAAN & SIKAP
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Perilaku konsumen pelayanan kesehatan rumah sakit adalah semua kegiatan,
tindakan serta proses psikologis pada saat sebelum membeli, ketika membeli/
menggunakan hingga kegiatan mengevaluasi jasa pelayanan kesehatan rumah
sakit.
2. Pengambilan keputusan konsumen untuk memilih/ membeli/ menggunakan
produk atau jasa adalah bagian inti dari perilaku konsumen. Demikian halnya
dengan konsumen dalam pelayanan kesehatan rumah sakit.
3. Dalam pelayanan kesehatan rumah sakit perilaku konsumen dipengaruhi oleh
faktor:
a. Faktor kebudayaan
Faktor kebudayaan merupakan faktor yang paling luas dan paling dalam
terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang
dimainkan oleh kultur, sub kultur dan kelas sosial.
b. Faktor sosial
Perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti:
kelompok kecil, keluarga, peran dan status sosial dari konsumen.
c. Faktor pribadi
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi
seperti usia dan daur hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup,
kepribadian dan konsep diri.
d. Faktor psikologis
Perilaku pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologi yang
utama, yaitu motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap.
21
4. Model perilaku konsumen pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:
22
EVALUASI PASCA PEMANFAATAN BRAND & PRODUK PELAYANAN
KESEHATAN YANG TELAH DIPILIH
PEMILIHAN ATAS BRAND & PRODUK PELAYANAN KESEHATAN YANG AKAN
DIMANFAATKAN
EVALUASI BERBAGAI ALTERNATIF BRAND & PRODUK PELAYANAN
KESEHATAN
PENCARIAN BERBAGAI INFORMASI PELAYANAN KESEHATAN
PENGENALAN MASALAH:KEUTUHAN & KEINGINAN PELAYANAN
KESEHATAN
KONSUMEN PELAYANAN KESEHATAN
BUDAYA KULTUR SUB KULTUR KELAS SOSIAL
SOSIAL KELOMPOK KELUARGA PERAN & STATUS
PRIBADI USIA & DAUR HIDUP PEKERJAAN EKONOMI GAYA HIDUP KEPRIBADIAN & KONSEP
DIRI
PSIKOLOGIS MOTIVASI PERSEPSI PROSES BELAJAR KEPERCAYAAN & SIKAP
DAFTAR PUSTAKA
1. http://himamika09.blogspot.com/2009/03/konsep-perilaku-konsumen.html.Diakses tanggal 2 Oktober 2009.
2. Hamidah. Perilaku Konsumen Dan Tindakan Pemasaran. library.usu.ac.id. Diakses 2 Oktober 2009.
3. Engel, James F, BlackWell Roger D, Miniard Paul W..1994.PerilakuKonsumen.Jakarta.Binarupa Aksara.
4. http://danidena.blogspot.com/2009/10/konsep-dasar-perilaku-konsumen.html5. Solomon, Consumer Behaviour, 10th Edition, Copyright © 2013 Pearson Education, Inc. publishing as Prentice Hall
23