Upload
independent
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Etika bisnis adalah bagian dari filsafat. Secara
garis besar pengertian filsafat, etika dan etika bisnis
berhubungan erat satu sama lain.
Filsafat dalam arti luas adalah suatu usaha sistematis
untuk memahami pengalaman manusia secara pribadi dan
kolektif/kelompok. Berbeda dengan teologi maka filsafat
menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman manusia
dan bukan mengandalkannya pada wahyu Ilahi.
Dalam masyarakat, manusia mengadakan hubungan-
hubungan antara lain hubungan agama, keluarga,
perdagangan, politik dan sebagainya. Sifat hubungan ini
sangat rumit dan coraknya berbagai ragam. Hubungan
antara manusia ini sangat peka, sebab sering
dipengaruhi oleh emosi yang tidak rasional. Manusia
selalu berusaha agar tercapai kerukunan dan kebahagiaan
di dalam suatu masyarakat. Timbullah peraturan baik
tertulis maupun tidak tertulis yang kita sebut etik,
etika, norma, kaidah, tolak ukur.
Kebanyakan orang tidak senantiasa sadar akan fungsi
etika. Salah satu sebabnya, etika menjadi bagian yang
integral dari pribadi seseorang sehingga tidak lagi
dipersoalkan oleh yang bersangkutan. Artinya seseorang
jarang sekali memikirkan etika yang dimilikinya,
1
kecuali bila ia merasa bahwa dalam hubungannya dengan
orang lain etika tersebut mendapat tantangan. Pada saat
tertentu kita pasti berhadapan dan berinteraksi dengan
orang yang memiliki etika yang berbeda.
Sasaran etika adalah moralitas (etika merupakan
filsafat tentang moral). Moralitas adalah istilah yang
dipakai untuk mencakup praktek dan kegiatan yang
membedakan apa yang baik dan apa yang buruk, aturan-
aturan yang mengendalikan kegiatan itu dan nilai-nilai
yang tersimbul di dalamnya yang dipelihara atau
dijadikan sasaran oleh kegiatan praktek tersebut.
1.2 Dasar Teori
Menurut kamus, istilah etika memiliki beragam makna
berbeda. Salah satu maknanya adalah “prinsip tingkah
laku yang mengatur individu dan kelompok”. Makna kedua
menurut kamus – lebih penting – etika adalah “kajian
moralitas”. Tapi meskipun etika berkaitan dengan
moralitas, namun tidak sama persis dengan moralitas.
Etika adalah semacam penelaahan, baik aktivitas
penelaahan maupun hasil penelaahan itu sendiri,
sedangkan moralitas merupakan subjek.
A. Moralitas
Moral berasal dari kata ‘mos’ dalam bahasa latin,
yang bentuk jamaknya ‘mores’, yang artinya adalah
2
tata cara atau adat istiadat
(http//:staff.uny.ac.id)
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:592), “moral
diartikan sebagai aklak, budi pekerti, atau susila”.
Sehingga moralitas dapat dipahami sebagai pedoman
yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa
itu benar dan salah, atau baik dan jahat.
Pedoman moral mencakup norma-norma yang kita miliki
mengenai jenis-jenis tindakan yang kita yakini benar
atau salah secara moral, dan nilai-nilai yang kita
terapkan pada objek-objek yang kita yakini secara
moral baik atau secara moral buruk. Norma moral
seperti “selalu katakan kebenaran”, “membunuh orang
tak berdosa itu salah”. Nilai-nilai moral biasanya
diekspresikan sebagai pernyataan yang
mendeskripsikan objek-objek atau ciri-ciri objek
yang bernilai, semacam “kejujuran itu baik” dan
“ketidakadilan itu buruk”. Standar moral pertama
kali terserap ketika masa kanak-kanak dari keluarga,
teman, pengaruh kemasyarakatan seperti gereja,
sekolah, televisi, majalah, music dan perkumpulan.
Hakekat standar moral :
1. Standar moral berkaitan dengan persoalan
yang kita anggap akan merugikan secara serius
atau benar-benar akan menguntungkan manusia.
2. Standar moral tidak dapat ditetapkan atau
3
diubah oleh keputusan dewan otoritatif tertentu.
3. Standar moral harus lebih diutamakan daripada
nilai lain termasuk (khususnya) kepentingan diri.
4. Standar moral berdasarkan pada pertimbangan
yang tidak memihak.
5. Standar moral diasosiasikan dengan emosi
tertentu dan kosa kata tertentu.
Standar moral, dengan demikian, merupakan standar
yang berkaitan dengan persoalan yang kita anggap
mempunyai konsekuensi serius, didasarkan pada
penalaran yang baik bukan otoritas, melampaui
kepentingan diri, didasarkan pada pertimbangan yang
tidak memihak, dan yang pelanggarannya
diasosiasikan dengan perasaan bersalah dan malu dan
dengan emosi dan kosa kata tertentu.
B. Etika
Etika berasal dari dari kata Yunani „Ethos (jamak –
ta etha), berarti adat istiadat. Etika berkaitan
dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri
seseorang maupun pada suatu masyarakat. Etika
berkaitan dengan nilai-nilai, tatacara hidup yg baik,
aturan hidup yg baik dan segala kebiasaan yg dianut
dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain
atau dari satu generasi ke generasi yg lain
Etika merupakan ilmu yang mendalami standar moral
perorangan dan standar moral masyarakat. Ia
4
mempertanyakan bagaimana standar-standar
diaplikasikan dalam kehidupan kita dan apakah
standar itu masuk akal atau tidak masuk akal –
standar, yaitu apakah didukung dengan penalaran yang
bagus atau jelek.
Etika merupakan penelaahan standar moral, proses
pemeriksaan standar moral orang atau masyarakat untuk
menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau
tidak untuk diterapkan dalam situasi dan permasalahan
konkrit. Tujuan akhir standar moral adalah
mengembangkan bangunan standar moral yang kita rasa
masuk akal untuk dianut.
C. Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan
mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini
berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana
diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku
bisnis.
Menurut Zimmerer (1996:20), etika bisnis adalah
suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai
– nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam
membuat keputusan dan memecahkan persoalan.
5
Menurut Ronald J. Ebert dan Ricky M. Griffin
(2000:80), etika bisnis adalah istilah yang sering
digunakan untuk menunjukkan perilaku dari etika
seseorang manajer atau karyawan suatu organisasi.
Menurut K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis,
(Yogjakarta: PenerbitKanisius, 2000, Hal. 5), Etika
Bisnis adalah pemikiran refleksi kritis tentang
moralitas dalam kegiatan ekonomi dan bisnis.
Etika Bisnis merupakan studi yang dikhususkan
mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini
berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana
diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku
bisnis (Velasquez, 2005)
Etika bisnis merupakan suatu ajaran untuk
membedakan antara salah dan benar guna memberikan
pembekalan kepada setiap pemimpin perusahaan ketika
mempertimbangkan untuk mengambil keputusan strategis
yang terkait dengan masalah moral yang kompleks.
(Hill dan Jones, 1998)
Etika bisnis adalah standar etika yang berkaitan
dengan tujuan dan cara membuat keputusan bisnis.
(Steade et al (1984: 701) dalam bukunya ”Business,
Its Natura and Environment An Introduction”).
Etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan
kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang
berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan
juga masyarakat. (Business & Society - Ethics and
Stakeholder Management, Caroll&Buchholtz.
6
Etika bisnis merupakan studi standar formal dan
bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system
dan organisasi yang digunakan masyarakat modern
untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan
jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di
dalam organisasi.
Sarina H. Manaroinsong dalam jurnal Etika Bisnis
menulis keutamaan, sasaran dan lingkup etika
bisnis.
a. Keutamaan Etika bisnis
Dalam bisnis modern, para pelaku bisnis
dituntut untuk menjadi orang-orang profesional di
bidangnya. Perusahaan yang unggul bukan hanya
memiliki kinerja dalam bisnis,manajerial dan
finansial yang baik akan tetapi juga kinerja etis
dan etos bisnis yang baik
Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat,maka
konsumen benar-benar raja. Kepercayaan konsumen
dijaga dengan memperlihatkan citra bisnis yang
baik dan etis.
Dalam sistem pasar terbuka dengan peran
pemerintah yang menjamin kepentingan dan hak bagi
semua pihak, maka perusahaan harus menjalankan
bisnisnya dengan baik dan etis.
Perusahaan modern sangat menyadari bahwa
karyawan bukanlah tenaga yang harus dieksploitasi
7
demi mendapat keuntungan.
Kenneth Blanchard dan Norman Vincent Peale:
“perlakuan yang baik terhadap karyawan telah
menaikkan keuntungan perusahaan sebesar 20% atau
telah menurunkan harga produk perusahaan tersebut
sebesar 20%”.
b. Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis
Etika bisnis bertujuan untuk menghimbau pelaku
bisnis agar menjalankan bisnisnya secara baik dan
etis.
Untuk menyadarkan masyarakat khususnya konsumen,
buruh atau karyawan dan masyarakat luas akan hak
dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar
oleh praktek bisnis siapapun juga.
Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem
ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya suatu
praktek bisnis.
D. Integritas
Integritas berasal dari bahasa Latin integer;
incorruptibility , firm adherence to a code of especially moral a acristic
values, yaitu , sikap yang teguh mempertahankan prinsip ,
tidak mau korupsi, dan menjadi dasar yang melekat
pada diri sendiri sebagai nilai-nilai moral.
Definisi integritas secara kamus :
8
Integrity is a personal quality of fairness that we
all aspire to — unless you're a dishonest, immoral
scoundrel, of course.
Having integrity means doing the right thing in a
reliable way. It's a personality trait that we
admire, since it means a person has a moral compass
that doesn't waver. It literally means having
Dalam kamus Indonesia terkait mutu, sifat, atau
keadaan yg menunjukkan kesatuan yg utuh sehingga
memiliki potensi dan kemampuan yg memancarkan
kewibawaan; kejujuran
Integritas bukan hanya sekedar bicara, pemanis
retorika, tetapi juga sebuah tindakan. Bila kita
menelusuri karakter yang dibutuhkan para pemimpin
saat ini dan selamanya mulai dari integritas,
kredibilitas dan segudang karakter mulia yang
lainnya-pastilah akan bermuara pada pribadi agung
manusia pilihan al-mustofa Muhammad saw. Yang di
utus untuk menyempurnakan karakter manusia.
9
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengambilan Keputusan Moral dalam Etika Bisnis
Scholars George dan John Steiner telah
mengidentifikasi enam sumber utama etika dalam arena
bisnis Amerika .
1. Warisan genetik . Sifat-sifat kebaikan sering
dikaitkan dengan perilaku etis mungkin , dalam
beberapa ukuran , menjadi produk dari sifat
genetik diperkuat dari waktu ke waktu oleh proses
evolusi .
2. Agama. Moralitas agama jelas merupakan kekuatan
utama dalam membentuk etika sosial kita .
3. Sistem filsafat . Filosofi telah berperan dalam
perkembangan moral masyarakat kita .
4. Pengalaman budaya . Nilai-nilai individu dibentuk
dalam ukuran besar oleh norma-norma masyarakat .
10
5. Sistem hukum. Hukum merupakan pendekatan kasar
dari standar etika masyarakat . Dengan demikian ,
hukum berfungsi untuk mendidik kita tentang
kursus etika dalam kehidupan.
6. Kode etik . Steiner dan Steiner mengidentifikasi
tiga kategori utama dari aturan-aturan tersebut .
Kode perusahaan , biasanya singkat dan sangat
umum , mengungkapkan luas harapan tentang
perilaku fit . Kedua , kebijakan operasi
perusahaan sering mengandung dimensi etika .
Ketiga , banyak asosiasi profesi dan industri
telah mengembangkan kode etik .
Secara pengertian pengambilan keputusan (desicion
making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan
pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui
beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif.
Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang
mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan
tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah
utama, menyusn alternatif yang akan dipilih dan
sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik.
Secara umum, pengertian pengambilan keputusan
telah dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya
adalah :
1. G. R. Terry : Mengemukakan bahwa pengambilan
keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan
11
kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif
yang mungkin.
2. Claude S. Goerge, Jr : Mengatakan proses
pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh
kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran,
kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan,
penilaian dan pemilihan diantara sejumlah
alternatif.
3. Horold dan Cyril O’Donnell : Mereka mengatakan
bahwa pengambilan keputusan adalah pemilihan
diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak
yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak
dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada
keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya,
petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
4. P. Siagian : Pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan sistematis terhadap suatu masalah,
pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang
atas alternatif dan tindakan.
Pengambilan keputusan semata-mata bukan karena
kepentingan pribadi dari seorang si pengambil
keputusannya. Beberapa hal kriteria dalam
pengambilan keputusan yang etis diantaranya adalah :
1) Pendekatan bermanfaat (utilitarian approach),
yang dudukung oleh filsafat abad kesembilan
belas , pendekatan bermanfaat itu sendiri adalah
konsep tentang etika bahwa prilaku moral
12
menghasilkan kebaikan terbesar bagi jumlah
terbesar.
2) Pendekatan individualisme adalah konsep tentang
etika bahwa suatu tindakan dianggap pantas ketika
tindakan tersebut mengusung kepentingan terbaik
jangka panjang seorang indivudu.
3) Konsep tentang etika bahwa keputusan yang
dengan sangat baik menjaga hak-hak yang harus
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
hak persetujuan bebas. Individu akan
diperlakukan hanya jika individu tersebut
secara sadar dan tidak terpaksa setuju untuk
diperlakukan.
hak atas privasi. Individu dapat memilih untuk
melakukan apa yang ia inginkan di luar
pekerjaanya.
hak kebebasan hati nurani. Individu dapat
menahan diri dari memberikan perintah yang
melanggar moral dan norma agamanya.
hak untuk bebas berpendapat. Individu dapat
secara benar mengkritik etika atau legalitas
tindakan yang dilakukan orang lain.
hak atas proses hak. Individu berhak untuk
berbicara tanpa berat sebelah dan berhak atas
perlakuan yang adil.
hak atas hidup dan keamanan. Individu berhak
untuk hidup tanpa bahaya dan ancaman terhadap
kesehatan dan keamananya.
13
http://chipachupz.blogspot.com/2013/10/pengambilan-keputusan-dalam-etika_25.html diakses pada 1 April 2014 pukul 23.45
Pengambilan keputusan moral seseorang dapat
dijelaskan melalui teori Kohlberg, dalam hal ini
Kohlberg mengemukakan teori perkembangan moral
berdasar teori Piaget, yaitu dengan pendekatan
organismik (melalui tahap-tahap perkembangan yang
memiliki urutan pasti dan berlaku secara universal).
Selain itu Kohlberg juga menyelidiki struktur proses
berpikir yang mendasari perilaku moral (moral
behavior).
Tahap-tahap perkembangan moral Kohlberg terdiri
dari 3 tingkat, yang masing-masing tingkat terdapat
2 tahap, yaitu:
I. Tingkat Pra Konvensional (Moralitas Pra-
Konvensional) à perilaku anak tunduk pada kendali
eksternal:
Tahap 1: Orientasi pada kepatuhan dan hukuman à
anak melakukan sesuatu agar memperoleh hadiah
(reward) dan tidak mendapat hukuman (punishment)
Tahap 2: Relativistik Hedonism à anak tidak
lagi secara mutlak tergantung aturan yang ada.
Mereka mulai menyadari bahwa setiap kejadian
bersifat relative, dan anak lebih berorientasi
pada prinsip kesenangan. Menurut Mussen, dkk.
Orientasi moral anak masih bersifat
individualistis, egosentris dan konkrit.
14
II. Tingkat Konvensional (Moralitas Konvensional) à
fokusnya terletak pada kebutuhan social
(konformitas).
Tahap 3: Orientasi mengenai anak yang baik à
anak memperlihatkan perbuatan yang dapat
dinilai oleh orang lain.
Tahap 4: Mempertahankan norma2 sosial dan
otoritas à menyadari kewajiban untuk
melaksanakan norma-norma yang ada dan
mempertahankan pentingnya keberadaan norma,
artinya untuk dapat hidup secara harmonis,
kelompok sosial harus menerima peraturan yang
telah disepakati bersama dan melaksanakannya
III. Tingkat Post-Konvensional (Moralitas Post-
konvensional) à individu mendasarkan penilaian
moral pada prinsip yang benar secara inheren.
Tahap 5: Orientasi pada perjanjian antara
individu dengan lingkungan sosialnya à pada
tahap ini ada hubungan timbal balik antara
individu dengan lingkungan sosialnya, artinya
bila seseorang melaksanakan kewajiban yang
sesuai dengan tuntutan norma social, maka ia
berharap akan mendapatkan perlindungan dari
masyarakat.
Tahap 6: Prinsip Universal à pada tahap ini
ada norma etik dan norma pribadi yang bersifat
subjektif. Artinya: dalam hubungan antara
15
seseorang dengan masyarakat ada unsur2
subjektif yang menilai apakah suatu
perbuatan/perilaku itu baik/tidak baik;
bermoral/tidak bermoral. Disini dibutuhkan
unsur etik/norma etik yang sifatnya universal
sbg sumber utk menentukan suatu perilaku yang
berhubungan dengan moralitas.
Menurut Kohlberg, seorang Manager harus melewati
ketiga level tersebut dengan baik. Kohlberg
menemukan bahwa banyak orang dewasa yang tidak
pernah melewati atau keluar dari Level 2.
Konsekuensinya, apabila Kohlberg benar, banyak
manager yang akan bersikap tidak beretika, yang
secara sederhana karena mereka tidak memilki
kedewasaan moral.
Tanggung Jawab Perusahaan
Menurut K. Bertens dalam buku Pengantar Etika Bisnis
menyebutkan beberapa hal mengenai tanggung jawab
perusahaan.
1. Tanggung Jawab legal dan tanggung jawab moral
perusahaan
Perusahaan harus mempunyai tanggung jawab legal,
karena sebagai badan hukum ia memiliki status
legal. Karena merupakan badan hukum, perusahaan
mempunyai banyak hak dan kewajiban legal yang
dimiliki juga oleh manusia perorangan , seperti
menuntut di pengadilan, dituntut di pengadilan,
16
mempunyai milik, mengadakan kontrak, dll.
Seperti subyek hukum biasa (manusia perorangan),
perusahaan pun harus mentaati perturan hukum dan
memenuhi hukumannya, bila terjadi pelanggaran.
“Suatu korporasi adalah suatu makhluk buatan,
tidak terlihat, tidak terwujud, dan hanya berada
di mata hukum. Karena semata – mata ciptaan
hukum, ia hanya memiliki ciri-ciri yang oleh
akta pendiriannya diberikan kepada…” (Hakim
Agung, Marshal,1819).
Ciri-ciri yang ditentukan dalam akte pendirian
korporasi bisa mengakibatkan bahwa korporasi itu
berperan penting dan mempunyai dampak besar atas
dunia di sekelilingnya. Supaya mempunyai
tanggung jawab moral, perusahaan perlu berstatus
moral atau dengan kata lain perusahaan merupakan
pelaku moral. Pelaku moral (moral agent) bisa
melakukan perbuatan yang kita beri kualifikasi
etis atau tidak etis. Salah satu syarat penting
adalah miliki kebebasan atau kesanggupan
mengambil keputusan bebas.
Apakah pimpinan perusahaan atau orang-orang
pembentuk perusahaan merupakan pelaku moral.
Mereka masing-masing miliki status moral. Yang
dipersoalkan adalah apakah perusahaan sendiri
merupakan pelaku moral, terlepas dari orang yang
termasuk dalam perusahaan ini. Ada argument pro
dan kontra. Disatu pihak harus diakui bahwa
17
hanya individu atau manusia perorangan yang
mempunyai kebebasan untuk mengambil keputusan,
dan akibatnya hanya individu yang dapat memikul
tanggung jawab. Tetapi di lain pihak suli juga
untuk menerima pandangan bahwa perusahaan
hanyalah semacam benda mati yang dikemudikan
oleh para manager.
Perusahaan yang mepunyai sejarah tertentu yang
sering dilukiskan pada kesempatan yubileum 100
tahun berdirinya atau sebagainya., perusahaan
bisa tumbuh , perusahaan bisa menjalankan
pengaruh atas politik local, kita sering
mendengar ada corporate culture yang tertentu,
dan sebagainya. Ciri-ciri tersebut tidak mungkin
ditemukan pada benda mati.
Menurut Peter Frence 1979, “corporate can be
full-fledge moral person and have whatever
previleges, rights and duties as are. In the
normal course of affairs, accorded to moral
persons”. Pernyataan ini jelas membela status
moral perusahaan. Ada keputusan yang diambil
oleh korporasi yang hanya bisa dihubungkan
dengan korporasi itu sendiri dan tidak dengan
beberapa orang yang bekerja untuk korporasi
tersebut.
2. Pandangan Milton Friedman tentang tanggung
jawab social perusahaan
18
Yang dimaksud disini adalah tanggung jawab moral
perusahaan terhadap masyarakat. Tanggung jawab
moral perusahaan bisa diarahkan kepada banyak
hal : kepada diri sendiri, kepada para karyawan,
kepada perusahaan lain, dsb. Namun yang paling
disoroti adalah tanggung jawab moral terhadap
masyarakat dalam kegiatan perusahaan tsb.
Tanggung jawab perusahaan adalah meningkatkan
keuntungan menjadi sebanyak mungkin. Tanggung
jawab ini diletakkan dalam tangan manajer.
Pelaksanaanya tentu harus sesuai dengan aturan-
aturan main yang berlaku di masyarakat, baik
dari segi hukum, maupun dari segi kebiasaan
etis.
Menurut Friedman maksud dari perusahaan adalah
perusahaan publik dimana kepemilikan terpisah
dari manajemen. Para manajer hanya menjalakan
tugas yang dipercayakan kepada mereka oleh para
pemegang saham. Sehingga tanggung jawab social
boleh dijalankan oleh para manajer secara
pribadi, seperti juga oleh orang lain, akan
tetapi sebagai manajer mereka mereka mewakili
pemegang saham dan tanggung jawab mereka adalah
mengutamakan kepentingan mereka, yakni
memperoleh keuntungan sebanyak mungkin.
Friedman menyimpulkan bahwa doktrin tanggung
jawab social dari bisnis merusak system ekomoni
pasar bebas. Terdapat satu dan hanya satu
19
tanggung jawab social untuk bisnis, yakni
memanfaatkan sumber dayanya dan melibatkan diri
dalam kegiatan-kegiatan yang bertujuan
meningkatkan keuntungan, selama masih dalam
batas aturan main, artinya melibatkan diri dalam
kompetisi yang terbuka dan bebas tanpa penipuan
atau kecurangan.
3. Tanggung jawab ekonomis dan tangung jawab
sosial
Masalah tanggung jawab sosial perusahaan dapat
menjadi lebih jelas, jika kita membedakan dari
tanggung jawab lain. Bisnis selalu mempunya dua
tanggung jawab : tanggung jawab ekonomis dan
tanggung jawab social.
Jika Milton Friedman menyebutkan peningkatan
keuntungan perusahaan sebagai tanggung jawab
sosialnya, sebenarnya hal ini justru
membicarakan tanggung jawab ekonomi saja, bukan
tanggung jawab social. Kinerja setiap perusahaan
menyumbangkan kepada kinereja ekonomi nasioal
sebuah Negara.
Tanggung jawab social perusahaan adalah tanggung
jawab terhadap masyarakat di luar tanggung jawab
ekonomis. Secara positif perusahaan bisa
melakukan kegiatan yang tidak membawa keuntungan
ekonomis dan semata-mata dilangsungkan demi
kesejahteraan masyarakat atau salah satu
kelompok di dalamnya. Secara negative perusahaan
20
bisa menahan diri untuk tidak melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu yang sebenarnya
menguntungkan dari segi bisnis, tetapi akan
merugikan masyarakat atau sebagian masyarakat.
Dalam mengambil keputusan, perusahaan tentu
tidak boleh menutup mata terhadap akibat-akibat
sosialnya., tetapi jika sudah diusahakan
perbaikan ekononomis dan tidak berhasil mereka
tidak wajib menerima kerugian ekonomis itu demi
suatu tujuan diluar bisnis.
4. Kinerja social perusahaan
Ada beberapa alasan mengapa bisnis menyalurkan
sebagian labanya kepada karya amal melalui
yayasan independent. Alasan pertama berkaitan
dengan perusahaan-perusahaan itu berstatus
public. Rapat umum pemegang saham dapat
menyetujui bahwa sebagian laba tahunan
disisihkan untuk karya amal sebuah yayasan
khusus. Disamping alasan financial seperti
pajak, alasan lain lagi adalah bahwa pemimpin
perusahaan tidak bisa ikut campur dalam urusan
suata yayasan independent, dan dengan demikian
bantuan mereka lebuh tulus, bukan demi
kepentingan perusahaan saja.
Upaya kinerja sosial perusahaan sebaiknya tidak
dikategorikan sebagai pelaksanaa tanggung jawab
sosial perusahaan. Walaupun secara langsung
tidak dikejar keuntungan, namun usaha-usaha
21
kinerja social perusahaan ini tidak bisa
dilepaskan dari tanggung jawab ekonomis
perusahaan.
Konsepsi kinerja sosial perusahaan ini memang
tidak asing terhadap tanggung jawab ekonomis
perusahaan, tetapi konsepsi ini sangat cocok
juga dengan paham stakeholders management.
Menurut Zimmerer, ada beberapa macam
pertanggungjawaban perusahaan, yaitu:
1. Tanggung jawab terhadap lingkungan. Perusahaan
harus ramah lingkungan, artinya perusahaan harus
memerhatikan, melestarikan, dan menjaga
lingkungan, misalnya tidak membuang limbah yang
mencemari lingkungan, berusaha mendaur ulang
limbah yang merusak lingkungan, dan menjalin
komunikasi dengan kelompok masyarakat yang ada di
lingkungan sekitarnya.
2. Tanggung jawab terhadap karyawan. Tanggung jawab
perusahaan terhadap karyawan dapat diakukan dengan
cara:
a. Mendengarkan dan menghormati pendapat karyawan
b. Meminta input kepada karyawan
c. Memberikan umpan balik positif maupun negative
d. Selalu menekankan tentang kepercayaan kepada
karyawan
e. Membiarkan karyawan mengetahui apa yang
sebenarnya mereka harapkan
22
f. Memberikan imbalan kepada karyawan yang bekerja
dengan baik
g. Memberi kepercayaan kepada karyawan
Prinsip-prinsip Etika Bisnis
Prinsip otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia
untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan
kesadaran sendiri tentang apa yang dianggapnya baik
untuk dilakukan.
Prinsip Kejujuran, antara lain:
Kejujuran dalam pemenuhan syarat-syarat
perjanjian dan kontrak.
Kejujuran dalam penawaran barang dan jasa
dengan mutu dan harga sebanding.
Kejujuran dalam hubungan kerja intern
dalam suatu perusahaan.
Prinsip Keadilan menuntut agar setiap orang
diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang
adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional,
objektif dan dapat dipertanggung jawabkan.
Prinsip Saling Menguntungkan menuntut agar bisnis
dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan
semua pihak & menuntut agar persaingan bisnis
haruslah melahirkan win solution.
Prinsip Integritas Moral dihayati sebagai tuntutan
internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan
agar menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama
baiknya atau nama baik perusahaan.
23
Realisasi Moral bisnis
Norma etis berbeda antara satu tempat dengan
tempat yang lain. ‘’Kalau di Amerika, bertindaklah
sebagaimana dilakukan orang Amerika’’( kubu
komunitarian ). Artinya perusahaan harus mengikuti
norma dan aturan moral yang berlaku di negara itu.
Norma sendirilah yang paling benar dan tepat.
“Bertindaklah di mana saja sesuai dengan prinsip
yang dianut dan berlaku di negaramu sendiri”.
Pandangan ini mewakili kubu moralisme universal,
bahwa pada dasarnya norma dan nilai moral berlaku
universal (prinsip yang dianut sendiri juga berlaku
di negara lain).
Tidak ada norma moral yang perlu diikuti sama
sekali (De George menyebutnya sebagai
dengan”immoralis naif”). Pandangan ini sama sekali
tidak benar.
Pendekatan-Pendekatan stakeholders
Pendekatan stakeholder ialah cara mengamati dan
menjelaskan secara analitis bagaimana berbagai unsur
akan dipengaruhi dan juga mempengaruhi keputusan dan
tindakan bisnis, memetakan hubungan-hubungan yang
terjalin.
Pendekatan Stakeholder dalam kegiatan bisnis pada
umumnya untuk memperlihatkan siapa saja yang
mempunyai kepentingan, terkait, dan terlibat dalam
bisnis itu.
24
Kelompok stakeholders:
Kelompok primer yaitu pemilik modal atau saham,
kreditor, karyawan, pemasok, konsumen, penyalur
dan pesaing atau rekanan. Perusahaan harus
menjalin relasi bisnis yang baik dan etis dengan
kelompok ini.
Kelompok sekunder yaitu pemerintah setempat,
pemerintah asing, kelompok sosial, media massa,
kelompok pendukung, masyarakat.
(ETIKA BISNIS ~ Sarina H. Manaroinsong #16210388 @4EA21)
2.2 ETIKA INTEGRITAS
Etika Integritas secara total yang berikut adalah
disampaikan oleh Stephen R. Covey
Dalam bukunya yang berjudul The Seven Habit of
Effective People Stephen R. Covey membahas hal-hal
yang kritis tentang integritas dalam bisnis dan
tindakan. Menurut Covey, “We can grow our own goodness in
our organizations if our integrity is a natural consequence of our
humility and courage.”
Dapatkah kita pikir adanya perbedaan dalam bisnis
apabila seorang pengambil keputusan bertindak dalam
Integritas yang terbaik ?
25
“Ethical Movement” pada beberapa tahun yang lalu
telah menyebabkan banyak organisasi salah jalan.
Banyak pemimpin organisasi telah bingung antara
etika dengan isu hukum atau saat mereka mengambil
tindakan dengan pendekatan terpisah dari pendekatan
integritas dan alamiah dalam etika.
Dengan pendekatan alami, seorang eksekutif akan
melihat segala sesuatunya dari kacamata Etika,
secara konsekuen, secara menyeluruh, tidak dalam
kerangka yang berbeda-beda.
Dalam pendekatan alami juga semua dilakukan secara
tulus (sincere) , yang berasal dari bahasa latin Sin
dan Cere“ yang berarti tanpa polesan, tanpa kosmetik,
tanpa sesuatu yang menutupi muka, tanpa mengandalkan
personal, relasi dan penampilan, terlihat apa
adanya. Etika personal adalah terlihat apa adanya.
Untuk eksekutif yang telah kehilangan integritas,
penampilan adalah mereka. Mereka hidup dan bekerja
dalam dunia penampilan yang bukan diri mereka
sendiri. Mereka selalu khawatir terhadap apa yang
orang lain lihat bukan pada siapa mereka. Mereka
adalah aktor yang selalu memoles penampilan mereka
dan memelihara citra mereka.
Moto seorang eksekutif seharusnya “to be rather than to
seem” , Menjadi seseorang yang utuh daripada dalam
kepura-puraan. Sayangnya kepura-puraan telah
menggantikan integritas aslinya. Pura-pura adalah
26
lawan dari kenyataannya. Secara menyeluruh dan
terpadu, bukan bagian dari kelompok.
Kita tidak akan memiliki anak integritas apabila ada
kekurangan dalam ibu kerendahan hati, atau memiliki
kerendahan hati tapi kurang keberanian dalam
bertindak dalam keyakinan. Malah kita akan berada
dalam kemunafikan.
Menurut Stephen R. Covey, Integritas hanya dapat
dilahirkan dari 2 karakter : kerendahan hati dan
keteguhan hati.
Generasi pertama adalah kerendahan hati dan
keteguhan hati.
Kerendahan hati berarti merealisasikan prinsip-
prinsip tak berbatas waktu dan hukum alam dengan
mengesampingkan nilai sosial, nilai dan hasrat
pribadi.
Sedangkan keteguhan hati merupakan puncak kualitas
dari nilai yang telah teruji dimana setiap nilai
akan diuji. Suka atau tidak kita akan menyelaraskan
nilai-nilai kita, hidup kita dan kebiasaan hidup
kita pada prinsip-prinsip tersebut. Rendah hati
berbeda dengan keteguhan hati, saat diri kita
berenang dalam arus utama yang bertentangan dengan
nilai-nilai alami maka disinilah keteguhan hati
bekerja.
27
Generasi kedua : Integritas. Saat seseorang sudah
memiliki kerendahan hati dan keteguhan hati maka
akan melahirkan Integritas. Integritas berarti kita
memadukan prinsip dengan sekitarnya dan dimana rasa
aman diri berasal dari dalam bukan dari luar. Hal
ini juga berarti integritas merupak level tertinggi
dari kejujuran dan kredibiltas dalam semua hubungan
(relationship).
Kita tidak memiliki integritas apabila tidak
memiliki kerendahan hati, atau memiliki kerendahan
hati tapi tidak memilki keteguhan hati dalam
keyakinan. Malah kita akan menjadi seorang pengekor,
munafik (hipokrit) dan bermasalah dalam etis
kepribadian. Dengan kata lain rasa aman diri kita
berasal dari luar dimana derajatnya tergantung
sejauh mana tingkat ketergantungan kita terhadap
luar.
Generasi ketiga : buah integritas. Generasi ketiga
adalah banyak buah atau anak-anak integritas.
Anak pertama dari integritas adalah wisdom
(bijaksana). Kita akan menilai segala sesuatu
secara lebih baik. Kita tidak akan dalam kondisi
overactive, tidak akan dikhotomi, tidak akan menjadi
sumber bencana, tidak akan berlaku ekstrim. Kita
akan menjalani hidup secara seimbang dengan
kebijaksanaan (wisdom), akan melihat segala
sesuatu secara perspektif yang benar dan seimbang.
28
Tidak akan bereaksi berlebihan ataupun kurang
bereaksi.
Anak kedua dari integritas adalah Abundance
Mentality (mentalitas kelimpahan). Apabila timbul
dari dalam maka kita tidak akan terus menerus
membandingkan dengan yang lain. Segala sesuatu
dilihat secara melimpah dan sangat luas.
Anak ketiga dari integritas adalah synergy. Kamu
akan datang dengan idea yang lebih baik, pemikiran
transformasi dan semangat win-win dalam kemitraan
saat ada merasakan ada ancaman atau bagaimana kita
membandingkan dengan yang lain. Kita akan
menyampaikan ide-ide dengan berani dan penuh
pertimbangan untuk menemukan alternatif yang
terbaik, tidak secara sederhana menyilakan atau
memenuhi tuntutan yang lain.
Buah manis yang lain dari pribadi dan organisasi
yang berintegritas adalah relationships of thrust
(hubungan yang saling percaya) dengan semua
pemegang kepentingan (stakeholders). Secara
jelas, kepercayaan akan meningkat saat kita
membangun kredibilitas tinggi berdasarkan pada
kepercayaan. Secara sederhana kita tidak akan
memilki hubungan yang utuh tanpa integritas
pribadi yang asli apa adanya. Pada keuntungan pada
line bisnis termasuk persaingan , fleksibilitas,
kemampuan respon, kualitas, nilai tambah ekonimis
29
dan pelayanan pelanggan, tergantung pada hubungan
kepercayaan.
2.3 Penerapan Psikologi ke dalam Etika Bisnis
(Psycoethics)
Anita Roddick, adalah wanita pengusaha asal
Inggris, pendiri perusahaan kosmetik The Body Shop
yang memproduksi dan menjual produk kecantikan dari
bahan-bahan alami dan ramah lingkungan.
Lahir tahun 1942 di Littlehampton, Sussex, England
dari keluarga imigran Yahudi-Italia, nama kecilnya
adalah Anita Lucia Perilli. Ibunya mengelola sebuah
kafe, dan keempat anaknya diminta membantu
sepulangnya mereka dari sekolah dan pada akhir
pekan.
Masa sekolah dilewatkannya di St Joseph’s Convent,
dan diteruskannya di Maude Allen Secondary Modern.
Selanjutnya Anita masuk sekolah guru di Bath College
of Higher Education (sekarang Universitas Bath Spa).
Ia senang pergi berkelana keliling dunia ke Tahiti,
Australia, dan Afrika Selatan, dan akhirnya
diperkenalkan oleh ibunya dengan seorang penyair
Skotlandia bernama Gordon Roddick. Anita dan Gordon
menikah pada tahun 1970, ketika mereka sudah
memiliki seorang putri dan Anita sedang hamil putri
kedua. Mereka berdua membuka rumah makan, dan
mengembangkan bisnis dengan membuka sebuah hotel.
Sewaktu suaminya berkelana di Amerika, Anita Roddick
membuka toko The Body Shop dengan uang hasil pinjaman.
30
Toko pertama didirikannya di Brighton pada tahun
1976, dan belum banyak mempunyai barang. Ketika baru
dibuka, tokonya hanya menjual sejumlah krim dan
produk perawatan rambut.
Pada tahun 1990, Roddick membantu pendirian majalah
The Big Issue yang keuntungan penjualannya digunakan
untuk membantu tunawisma. Selain itu, Roddick
mendirikan yayasan amal Children On The Edge untuk
membantu anak-anak yang kurang beruntung di Eropa
Timur dan Asia. Roddick juga banyak membantu
sejumlah organisasi amal termasuk Greenpeace. Pada
bulan Februari 2007, Roddick mengumumkan dirinya
menderita Hepatitis C menahun, dan mempromosikan
yayasan Hepatitis C Trust, dan ikut serta melakukan
kampanye penanggulangan Hepatitis.
Bennett "Ben" Cohen (lahir 18 Maret 1951) adalah
seorang Amerika pengusaha, aktivis, dan dermawan.
Dia adalah co-pendiri perusahaan es krim Ben & Jerry
.
Lahir di Brooklyn, New York dan dibesarkan di kota
Merrick di Long Island oleh orang tuanya Frances dan
Irving, Cohen pertama kali bertemu dan berteman
dengan mitra bisnis masa depannya, Jerry
Greenfield , dalam kelas olahraga SMA kelas tujuh
pada tahun 1963. Dalam tahun berikutnya, Cohen
menemukan pekerjaan sebagai tukang es krim sebelum
kuliah di Colgate University
31
Sekitar 1977, Ben telah memutuskan untuk masuk ke
bisnis makanan dengan teman lamanya Jerry Greenfield
, dan pada bulan Mei tahun depan, dua orang membuka
Ben & Jerry Homemade Ice Cream Parlor di Burlington,
Vermont. Mereka awalnya berniat untuk memulai bisnis
bagel, tetapi menemukan biaya peralatan mahal dan
beralih ke es krim sebaliknya, memilih Burlington
sebagai lokasi karena itu adalah kota perguruan
terkemuka yang tidak memiliki sebuah toko es krim.
Ben & Jerry langsung menjadi hit di Burlington,
gambar orang banyak dengan es krim yang dicampur
krim lokal segar dan susu dengan rasa baru liar dan
"sebagian besar dari bahan-bahan apa pun yang mereka
merasa baik."
Ben & Jerry secara bertahap berkembang menjadi
bisnis nasional dan salah satu yang usaha terbesar
perusahaan es krim di Amerika Serikat. Selanjutnya
Cohen menggunakan keuntungan dari es krim tersebut
untuk aktif secara sosial, umumnya melalui Ben &
Jerry Yayasan. Yayasan menerima 7,5% dari semua
keuntungan Ben & Jerry
Leona Helmsley
• Ambisius dalam bekerja, termasuk mengalahkan
kepentingan keluarga demi karier & bisnis Perjalanan
karier dimulai dari bawah sampai bisa memiliki usaha
sendiri
• Menyusul tuduhan oleh kontraktor yang belum
dibayar yang kerja yang dilakukan di rumahnya telah
32
dibebankan pada perusahaan, dia diselidiki dan
dihukum karena penggelapan pajak penghasilan dan
kejahatan lainnya pada tahun 1989. Meskipun memiliki
awalnya menerima hukuman dari 16 tahun, Helmsley
diminta untuk melayani hanya 19 bulan penjara dan
dua bulan di bawah tahanan rumah.
Michael Milken
• Didakwa atas pemerasan dan penipuan sekuritas
pada tahun 1989 dalam insider trading investigasi.
Sebagai hasil dari tawar-menawar pembelaan , ia
mengaku bersalah atas surat berharga dan pelanggaran
pelaporan tetapi tidak untuk pemerasan atau insider
trading. Milken dijatuhi hukuman sepuluh tahun
penjara, didenda $ 600 juta, dan secara permanen
dilarang dari industri sekuritas oleh Securities and
Exchange Commission . Hukumannya kemudian dikurangi
menjadi dua tahun untuk bekerja sama dengan
kesaksian terhadap mantan rekan-rekannya dan untuk
perilaku yang baik.
• Sejak dibebaskan dari penjara, Milken telah
mendanai penelitian medis . Dia adalah co-pendiri
Milken Family Foundation, ketua Milken Institute ,
dan pendiri filantropi medis mendanai penelitian
melanoma , kanker dan penyakit yang mengancam jiwa
lainnya.
VENTURING BEYOND COMPLIANCE
33
Menurut identifikasi Lynn Sharp Paine, pendekatan yang
dilakukan untuk mendukung business ethics dalam
perusahaan/korporasi ada 2 hal :
1. Legal Compliance
2. Integritas Organisasi
Strategi tsb ditempuh dengan beberapa cara :
Ethos kerja
Objektiv
Leadership
Metods
Asumsi behavior
Keterbatasan pendekatan Compliance based
Tidak responsif terhadap permasalahan keseharian
Sulit memberikan solusi pada area ‘abu-abu’
Tidak memberikan kesempatan pada personal
empowerment
Tidak bisa melihat detail permasalahan pada industri
Tantangan pendekatan Integrity based
Pembuatan framework ethic
Alignment antara praktis & prinsip
Harus bisa mengatasi sinisme publik
Memecahkan konflik ethics
Navigasi dengan kompas Ethic
Purpose : tujuan organisasi
People : Siapa subyek & obyek? Apa wewenangnya?
Power : Otoritas Organisasi & kemampuan bertindak
Prinsip : Kewajiban organisasi
34
3.1. Studi Kasus
Dalam studi kasus kali ini, kami mengambil contoh
dalam Etika Perbankan
Seorang pejabat bank mengadakan manipulasi
secara licik sehingga sulit dibuktikan bahwa bank
dirugikan. Pejabat tersebut begitu licik, sehingga
tidak mudah dibuktikan tentang adanya manipulasi yang
menguntungkan pejabat. Pejabat Bank, bermaksud
mengantongi uang manipulasi beberapa ratus juta rupiah
dan mendiamkannya. Sewaktu pejabat bank merenungkan
perbuatannya, ia sadar bahwa bank yang dirugikan,
seandainya uang tidak dikembalikan. Seandainya
beberapa pejabat bank melakukan hal yang sama, maka
kemungkinan besar bank akan jatuh pailit. Uang yang
tertanam di bank itu bukan hanya milik beberapa
gelintir pemegng saham, melainkan juga ratusan orang
menyimpan uangnya di bank tersebut.
Menurut etika perbankan, setiap uang milik bank
tidak boleh diambil atau ditarik oleh pejabat bank
untuk dimiliki secara pribadi. Hal ini bertentangan
dengan etika perbankan. Karena pejabat bank tersebut
sadar akan etika perbankan yang melarang mengambil
uang bank untuk kepentingan pribadinya, maka pejabat
bank tersebut wajib untuk mengembalikan uang bank.
Kesadaran terakhir ini kita sebut kesadaran moral.
Keputusan ini secara sadar diambil oleh pejabat,
36
karena ia merasa bahwa itu adalah tanggung jawabnya
bukan saja sebagai karyawan bank, melainkan juga
sebagai manusia yang memiliki moral atau kesusilaan
berlandaskan ajaran Tuhan Yang Maha Esa yang tercantum
dalam sila pertama Pancasila. Ajaran Agama melarang
mengambil uang atau barang milik orang lain untuk
kepentingan diri sendiri.
3.2. Kesimpulan
a. Dalam bisnis dengan para pelakunya yang merupakan
orang biasa, maka diperlukan prinsip-prinsip etika
bisnis dan moral yang melandasi setiap pelaku bisnis
tersebut. Adanya etika bisnis membuktikan bahwa bagi
bisnis justru tidak ada pengecualian serta bukan
pula bentuk permusuhan yang lama terhadap bisnis dan
kegiatan ekonomis.
b. Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku
pengusaha berdasarkan nilai – nilai moral dan norma
yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan
memecahkan persoalan. Kelompok pemilik kepentingan
yang memengaruhi keputusan bisnis adalah Para
pengusaha dan mitra usaha, Petani dan perusahaan
37
pemasok bahan baku, Organisasi pekerja, pemerintah,
bank, investor, masyarakat umum serta pelanggan
c. Etika bisnis bisa membantu untuk mengambil keputusan
moral yang dapat dipertanggungjawabkan, tapi tidak
berniat mengganti tempat dari para pelaku moral
dalam perusahaan.
d. Setiap perusahaan harus memiliki tanggung jawab
terhadap semua pihak yang bersangkutan dengan
perusahaannya seperti tanggung jawabnya terhadap
lingkungan, karyawan, investor, pelanggan,
masyarakat. Karena dengan beretika bisnis yang baik
selain dapat menjamin kepercayaan dan loyalitas dari
semua unsur yang berpengaruh pada perusahaan, juga
sangat menentukan maju / mundurnya suatu perusahaan.
e.Integritas menjadi kunci kepemimpinan bagaimana
membuat keputusan yang benar pada waktu yang
benar dalam bersikap dan berperilaku karena
disitulah terletak pondasi dalam membangun
kepercayaan dan hubungan antara individu dalam
organisasi. Integritas seseorang dapat menuntun
mana yang jujur dan yang tidak jujur yang tidak
mudah di kacaukan hal-hal yang bersifat formal
tapi dapat menyesatkan.
f. Banyak organisasi yang menerapkan desain budaya
organisasi yang bukan didasarkan pada budaya
etis tapi mengadopsi penalaran moral pada tahap
rendah dengan hanya menitikberatkan perhatian
pada perilaku, berujung pada pengambilan
38
keputusan dan perilaku yang tidak etis yang
dilakukan oleh karyawan, Menerapkan integritas
moral di dalam konteks organisasi dengan
demikian perlu memikirkan bagaimana membentuk
perilaku anggota organisasi agar sejalan dengan
perilaku yang diharapkan oleh organisasi dan
sekaligus membentuk kesadaran moral yang
berorientasi kepada nilai moral universal.
39