Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN FORMAL TERHADAP TINGKAT
PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MENGENAI BASIC LIFE SUPPORT
Diusulkan Oleh :
OCTAVIA OLLEN PALAYUKAN
C11115039
Pembimbing:
dr. Muh. Firdaus Kasim, M.Sc
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat
menyelesaikan program studi Pendidikan Dokter
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh skripsi ini adalah hasil karya saya.
Apabila ada kutipan atau pemakaian dari hasil karya orang lain baik berupa tulisan, data,
gambar, atau ilustrasi baik yang telah dipublikasi atau belum dipublikasi, telah direferensi
sesuai dengan ketentuan akademis.
Saya menyadari plagiarisme adalah kejahatan akademik, dan melakukannya akan
menyebabkan sanksi yang berat berupa pembatalan skripsi dan sanksi akademik yang
lain.
Makassar,11 Desember 2018
Penulis
Octavia Ollen Palayukan
NIM C111 15 039
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar akhir di Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dengan judul :
“PENGARUH PENDIDIKAN FORMAL TERHADAP TINGKAT
PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MENGENAI BASIC LIFE SUPPORT”
Hari, Tanggal : Kamis, 13 Desember 2018
Waktu : 13.00 WITA – Selesai
Tempat :Ruang Pertemuan Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran UNHAS
Makassar, 13 Desember 2018
( dr. Muh. Firdaus Kasim, M.Sc)
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Octavia Ollen Palayukan
NIM : C111 15 039
Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Pendidikan Dokter
Judul Skripsi : Pengaruh Pendidikan Formal terhadap Tingkat
Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin mengenai Basic Life
Support.
Telah Berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
sarjana kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Dewan Penguji
Pembimbing : dr. Muh. Firdaus Kasim, M.Sc
(...................................................)
Penguji 1 : dr. Andi Alfian Zainuddin, M.KM
(...................................................)
Penguji 2 : Dr. dr. Hj. Sri Ramadany, M.Kes
(...................................................)
Ditetapkan di : Makassar
Tanggal : 13 Desember 2018
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter pada Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1) dr. Muh. Firdaus Kasim, M.Sc, selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini;
2) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unhas sebagai responden dalam
penelitian ini yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data
yang saya perlukan;
3) orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral; dan
4) sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Makassar, 11 Desember 2018
Octavia Ollen Palayukan
v
ABSTRAK
Latar Belakang Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa
seseorang yang membutuhkan pertolongan secara cepat, tepat dan akurat, apabila
tidak segera diatasi kegawatdaruratan akan menyebabkan seseorang mengalami
kecacatan bahkan kehilangan nyawanya. Respon yang cepat dalam pertolongan
pertama pada keadaan darurat dapat mencegah terjadinya kecacatan atau
kematian. Pertolongan tersebut bisa diberikan dari petugas kesehatan ataupun
masyarakat, termasuk di dalamnya mahasiswa Fakultas Kedokteran. Dengan
demikian, tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin mengenai Basic Life Support perlu dievaluasi. Tujuan Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh Pendidikan Formal terhadap Tingkat
Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin mengenai
Basic Life Support. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian dengan
metode analitik dengan desain penelitian cross sectional. Responden
penelitian merupakan mahasiswa FK UNHAS angkatan 2018 mewakili
kelompok yang belum mendapatkan pendidikan formal mengenai Basic Life
Support dan angkatan 2015 mewakili kelompok yang telah mendapatkan
pendidikan formal mengenai Basic Life Support terdiri atas masing-masing 70
responden. Sampel pada penelitian dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan
eksklusi. Data diambil dengan instrument kuesioner kemudian dianalisis
menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil. Didapatkan bahwa dari 70 responden
yang pernah mendapatkan pendidikan formal mengenai Basic Life Support
terdapat 65 responden dengan tingkat pengetahuan baik, dan 5 responden dengan
tingkat pengetahuan kurang. Sedangkan, dari 70 responden yang belum
mendapatkan pendidikan formal terdapat 13 responden dengan tingkat
pengetahuan baik, dan 57 responden dengan tingkat pengetahuan kurang. Dari
hasil analisis diperoleh nilai P sebesar 0.000. Kesimpulan. Terdapat perbedaan
yang bermakna pada tingkat pengetahuan mahasiswa yang telah mendapatkan
pendidikan formal mengenai Basic Life Support dengan yang belum.
Kata Kunci : Pendidikan formal, Basic Life Support, tingkat pengetahuan
vi
ABSTRACT
Background. Emergency is a life threatening condition requiring immediately,
appropriately, and accurately management, otherwise can cause disability even
death. Immediate response in first aid in an emergency can prevent disability or
death. This can be done by health care personnel or the society, including
students of the Faculty of Medicine. Therefore, knowledge of the Hasanuddin
University Medical Students about Basic Life Support needs to be evaluated.
Objective. This study was done to determine the effect of Formal Education on the
knowledge of Hasanuddin University Medical Students about Basic Life Support.
Methods. This study is an analitic study with cross-sectional design.
Respondents of the study were medical students in Hasanuddin University batch
2018 representing group who had not received formal education about Basic Life
Support and batch 2015 representing group who had received formal education
about Basic Life Support and each one group consisting 70 respondents. The
sample in the study was chosen according to the inclusion and exclusion criteria.
Data was taken with questionnaire instruments then analyzed using the Mann-
Whitney test. Result. It was found that out of 70 respondents who had received
formal education about Basic Life Support there were 65 respondents with a good
level of knowledge, and 5 respondents with a lack of knowledge. Whereas, from
70 respondents who had not received formal education there were 13 respondents
with a good level of knowledge, and 57 respondents with a lack of knowledge.
From the results of the analysis obtained a P value of 0.000. Conclusion. There
are significant differences in the level of knowledge of students who had received
formal education about Basic Life Support with those who had not.
Keywords : formal education, basic life support, level of knowledge
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
2.1 Basic Life Support ........................................................................................ 5
2.2 Pengetahuan ............................................................................................... 12
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS PENELITIAN ................. 16
3.1 Kerangka Teori........................................................................................... 16
3.2 Kerangka Konsep ....................................................................................... 16
3.3 Variabel ...................................................................................................... 17
3.4 Hipotesis ..................................................................................................... 18
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 19
4.1 Rancangan Penelitian ...................................................................................... 19
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................... 19
viii
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................................... 19
4.4 Alur Penelitian ................................................................................................ 21
4.5 Etika Penelitian ............................................................................................... 22
4.6 Uji Statistik...................................................................................................... 22
BAB V HASIL PENELITIAN.............................................................................. 23
5.1 Lokasi Penelitian ............................................................................................. 23
5.2 Karakteristik Responden ................................................................................. 23
5.3 Hasil Analisis Data. ......................................................................................... 24
BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................... 30
6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil ......................................................................... 30
BAB VII PENUTUP ............................................................................................. 36
7.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 36
7.2 Saran ................................................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 38
LAMPIRAN .......................................................................................................... 41
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Variabel Penelitian ................................................................................ 17
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, dan
Riwayat Pendidikan/Pelatihan BLS ...................................................................... 23
Tabel 5.2 Distribusi Jawaban Responden berdasarkan Pertanyaan ...................... 25
Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden mengenai Basic Life
Support .................................................................................................................. 26
Tabel 5.4 Hubungan antara Riwayat Pendidikan BLS dengan Tingkat
Pengetahuan Responden........................................................................................ 27
Tabel 5.5 Perbandingan Rata-rata Score Angkatan 2015 dan 2018...................... 28
x
DAFTAR GAMBAR
Tabel 3.1 Kerangka Teori ..................................................................................... 16
Tabel 3.2 Kerangka Konsep .................................................................................. 16
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................... 41
LAMPIRAN 2 ETHICAL CLEARANCE .............................................................. 42
LAMPIRAN 3 LEMBAR PENJELASAN ........................................................... 43
LAMPIRAN 4 INFORMED CONSENT ............................................................... 44
LAMPIRAN 5 KUESIONER PENELITIAN ....................................................... 45
LAMPIRAN 6 TABEL HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ......... 49
LAMPIRAN 7 DATA INDUK PENELITIAN .................................................... 50
LAMPIRAN 8 OUTPUT UJI STATISTIK .......................................................... 54
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa seseorang yang
membutuhkan pertolongan secara cepat, tepat dan akurat, apabila tidak segera diatasi
kegawatdaruratan akan menyebabkan seseorang mengalami kecacatan bahkan
kehilangan nyawanya (Magfuri, 2014) Kejadian gawat darurat dapat terjadi kapan
saja dan di mana saja, dan memerlukan penanganan yang segera, karena dapat
mengancam jiwa atau menimbulkan kecacatan permanen. Kejadian gawat darurat
dapat disebabkan antara lain karena kecelakaan lalu lintas, penyakit, kebakaran
maupun bencana alam (Depkes,2016)
Berdasarkan Global Status Report on Road Safety 2015 yang dikeluarkan
oleh WHO, lebih dari 1,2 juta orang meninggal setiap tahun di jalan, dengan jutaan
lebih menderita luka serius dan hidup dengan konsekuensi kesehatan buruk jangka
panjang. Cedera lalu lintas, saat ini diperkirakan menjadi yang kesembilan penyebab
kematian di semua kelompok umur secara global, dan diprediksi menjadi penyebab
utama kematian ketujuh pada 2030. Sedangkan menurut Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah kejadian bencana alam hingga Mei 2018
adalah 1,134 kejadian.
Respon yang cepat dalam pertolongan pertama pada kecelakaan dapat
mencegah terjadinya kecacatan atau kematian. Pertolongan tersebut bisa diberikan
2
dari petugas kesehatan ataupun masyarakat. Contoh dari penanganan yang bisa
diberikan segera adalah Basic Life Support. Mahasiswa adalah bagian dari
masyarakat yang juga ikut bertanggung jawab atas permasalahan di atas, terutama
mahasiswa kesehatan oleh karena itu penting sekali untuk memiliki pengetahuan dan
memiliki keterampilan tentang Basic Life Support.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (2012), Basic Life
Support dalam hal ini Resusitasi Jantung Paru menjadi kompetensi 4A yang artinya
seorang dokter harus mampu melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas
terkait bantuan hidup dasar atau Basic Life Support. Oleh karena itu, Basic Life
Support menjadi salah satu materi yang diberikan pada mahasiswa kedokteran bahkan
pada saat masih di tingkat preklinik. Di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
sendiri, materi tentang Basic Life Support diberikan pada sebuah sistem blok yaitu
Sistem Traumatologi dan Kegawatdaruratan di semester yang ketujuh. Walaupun
demikian Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang belum melewati sistem blok tersebut
tetap dianggap perlu untuk mengetahui ilmu tentang Basic Life Support lebih awal
berhubung keadaan darurat yang dapat terjadi kapan saja.
Saat ini, belum ada data yang melihat tingkat pengetahuan mahasiswa
preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin mengenai Basic Life Support.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh Sistem Blok Traumatologi dan Kegawatdaruratan terhadap tingkat
pengetahuan mahasiswa mengenai Basic Life Support
3
1.2 Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah
dalam penelitian ini yaitu: “Bagaimanakah pengaruh Pendidikan Formal terhadap
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
mengenai Basic Life Support?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh Pendidikan Formal terhadap Tingkat Pengetahuan
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin mengenai Basic Life
Support.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengukur tingkat pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Dokter Umum
mengenai Basic Life Support.
b. Mengukur tingkat pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin angkatan 2018 Program Studi Pendidikan Dokter Umum
mengenai Basic Life Support.
c. Membandingkan tingkat pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin angkatan 2015 dan angkatan 2018 Program Studi
Pendidikan Dokter Umum mengenai Basic Life Support.
4
d. Mendapatkan gambaran elemen pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin angkatan 2015 dan angkatan 2018 Program Studi
Pendidikan Dokter Umum mengenai Basic Life Support
1.4 Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
dalam melaksanakan penelitian, terkhusus yang terkait dengan Basic Life
Support
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti
selanjutnya yang terkait dengan Basic Life Support.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pedoman akan pentingnya
pengetahuan mengenai Basic Life Support sehingga mahasiswa memiliki
kesadaran untuk senantiasa dapat meningkatkan pengetahuannya.
d. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat
pengetahuan mahasiswa mengenai Basic Life Support sehingga dapat menjadi
baha evaluasi untuk penyelenggaraan sistem blok kedepannya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Basic Life Support
2.1.1 Definisi Basic Life Support
Bantuan hidup dasar atau Basic Life Support merupakan sekumpulan intervensi
yang bertujuan untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ
pada korban henti jantung dan henti nafas. Intervensi ini terdiri dari pemberian
kompresi dada dan bantuan nafas (Hardisman, 2014). Aspek dasar pada bantuan
hidup dasar dimulai dari mengenali penolong-penolong seseorang mengalami
henti jantung, mengaktifkan Emergency Medical Service (EMS), melakukan
resusitasi jantung paru, dan defibrilasi dengan segera menggunakan Automated
External Defibrilator (AED) pada korban (Berg et all, 2010)
2.1.2 Tujuan
Tujuan Basic Life Support menurut American Heart Association (AHA, 2015)
antara lain:
a. Mengurangi tingkat morbiditas dan kematian dengan mengurangi
penderitaan.
b. Mencegah penyakit lebih lanjut atau cedera
c. Mendorong pemulihan
2.1.3 Indikasi
Basic Life Support dilakukan pada pasien-pasien dengan keadaan sebagai
berikut
a. Henti Napas
Henti napas adalah berhentinya pernafasaan spontan disebabkan
karena gangguan jalan nafas persial maupun total atau karena gangguan
dipusat pernafasaan. Henti nafas primer (respiratory arrest) dapat disebabkan
oleh banyak hal,misalnya serangan stroke, keracunan obat, tenggelam,
inhalasi asap/uap/gas,obstruksi jalan napas oleh benda asing, tersengat listrik,
tersambar petir, serangan infark jantung, radang epiglottis, tercekik
(suffocation), trauma dan lain-lain (Latief & Kartini, 2009)
Pada awal henti nafas, jantung masih berdenyut, masih teraba nadi,
pemberian O2 ke otak dan organ vital lainnya masih cukup sampai
beberapa menit. Jika henti napas mendapat pertolongan dengan segera
maka pasien akan terselamatkan hidupnya dan sebaliknya jika terlambat
akan berakibat henti jantung yang mungkin menjadi fatal (Latief & Kartini
2009)
b. Henti Jantung
Henti jantung adalah berhentinya sirkulasi peredaran darah karena
kegagalan jantung untuk melakukan kontraksi secara efektif, keadaan tersebut
bias disebabkan oleh penyakit primer dari jantung atau penyakit sekunder non
jantung. Henti jantung adalah bila terjadi henti jantung primer, oksigen
tidak beredar dan oksigen tersisa dalam organ vital akan habis dalam
beberapa detik (Mansjoer & Sudoyo 2010). Henti jantung ditandai oleh
denyut nadi besar tidak teraba (A. karotis, A. femoralis, A. radialis),
disertai kebiruan (sianosis) atau pucat sekali, pernapasan berhenti atau
satu-satu (gasping, apnu), dilatasi pupil tidak bereaksi dengan rangsang
cahaya dan pasien dalam keadaan tidak sadar (Latief & Kartini 2009).
2.1.4 Prosedur
American Heart Association dalam guidelines 2015 menyebutkan tahap-
tahapan terkait Basic Life Support adalah sebagai berikut :
a. Identifikasi korban henti jantung dan aktivasi Sistem Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) segera
a) Melakukan 3A (Aman)
Sebelum melakukan pertolongan harus diingat bahwa tidak jarang
penolong memasuki keadaan yang berbahaya. Selain resiko infeksi,
penolong juga dapat menjadi korban jika tidak memperhatikan
kondisi sekitar pada saat melakukan pertolongan. Maka ada
beberapa hal yang harus dilakukan penolong pada korban yaitu :
(1) Memasikan keamanaan penolong
Keamanaan sendiri merupakan prioritas utama karena bagaimana
kita dapat melakukan pertolongan jika kondisi kita sendiri berada
dalam bahaya. Akan merupakan hal yang ironiis seandainya
penolong bermaksud menolong tetapi karena tidak memperhatikan
situasi penolong sendiri yang terjerumus dalam bahaya.
(2) Memastikan keamanan lingkungan
Ingat rumus do no futher harm karena ini meliputi juga
lingkungan sekitar penderita yang belum terkena sedera. Sebagai
contoh ketika terjadi kecelakaan lalu lintas. Ingatlah para
penonton untuk cepat-cepat menyingkir karena ada bahaya seperti
ledakan/api.
(3) Memastikan keamanan penderita
Betatapun ironisnya, tetapi prioritas terakhir adalah penderita
sendiri karena penderita ini sudah mengalami cedera dari awal.
b. Memastikan kesadaran korban
Penolong juga perlu memeriksa pernafasaan korban, jika korban
tidak sadarkan diri dan bernafas secara abnormal (terengah-engah)
penolong harus mngasumsikan korban mengalami henti jantung. Penolong
harus memastikan korban tidak merespon dengan cara memanggil korban
dengan jelas, lalu menepuk-nepuk korban atau menggoyang-goyangkan
baru korban.
c. Pengaktifan Emergency Call
Penolong yang telah memastikan korban tidak sadarkan diri, harus segera
mengaktifkan atau memanggil bantuan EMS, disesuaikan wilayah kejadian
karena setiap lokasi memiliki kode emergency masing-masing. Data yang
disampaikan adalah nama penolong, jumlah pasien dan kondisinya, lokasi
kejadian secara detail, serta diakhiri meminta intruksi dari EMS serta
meminta untuk pemberian AED.
d. Circulation (sirkulasi)
Merupakan suatu tindakan resusitasi jantung dalam usaha
mempertahankan sirkulasi darah dengan cara memijat jantung, sehingga
kemampuan hidup sel-sel saraf otak dalam batas minimal dapat
dipertahankan (Alkatri, 2007)
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah sekumpulan intervensi yang
bertujuan untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ
pada korban henti jantung dan henti nafas. Intervensi ini terdiri dari
pemberian kompresi dada dan bantuan nafas. Resusitasi jantung paru
dilakukan ketika seseorang menghalami henti jantung atau cardiac arrest.
Untuk memaksimalkan efektifitas kompresi dada, posisi pasien dan
penolong harus tepat. Pasien di tempatkan pada daerah yang datar dan keras
serta dengan posisi supinasi. Lutut penolong berada di samping dada
korban. Posisi tangan atau landmark untuk RJP adalah pada pertengahan
dada korban, dua hingga tiga jari diatas ujung tulang sternum, taju pedang.
Tangan dominan dibawah dan kemudian tangan lainya diatas punggung
tangan dominan dengan posisi mengunci sehingga tangan tidak berpindah
posisi. Kompresi dilakukan dengan beban tekanan dari bahu dan posisi
tangan tegak lurus dengan siku tidak boleh menekuk (tegak lurus).
Tenaga kesehatan dalam hal ini harus melakukan resusitasi jantung dan
paru yaitu kombinasi dari kompresi dada dan bantuan terhadap pernafasan
korban. Tenaga kesehatan harus menyediakan “high quality CPR” atau
resusitasi yang berkualitas tinggi kepada korban (AHA,2015) Kriteria
resusitasi dilakukan dengan berkualitas (High Quality CPR) yaitu:
1) Kedalaman kompresi dada adalah 2 inci atau 5 cm-6cm
2) Recoil atau pengembalian dinding dada sempurna
3) Meminimalkan interupsi dalam pemberian kompresi dada
4) Rasio pemberian kompresi dada dengan bantuan napas adalah 30 : 2
5) Kecepatan kompersi dada minimal 100 -120 kali/ menit
Hentikan usaha RJP bila terdapat salah satu dari berikut ini (Mansjoer,
2000):
1) Telah timbul kembali sirkulasi dan ventilasi spontan yang efektif.
2) Ada penolong yang lebih ahli mengambil alih tanggung jawab.
3) Penolong kelelahan sampai tidak sanggup meneruskan RJP.
4) Pasien dinyatakan mati biologis.
e. Airway (jalan napas)
Tindakan ini dilakukan untuk membebaskan jalan nafas dari sumbatan.
Sumbatan jalan nafas dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti lidah
atau benda asing yang terdapat dijalan nafas. Tindakan yang dapat
dilakukan adalah head tilt, chin lift digunakan untuk pasien non trauma
servikal (AHA, 2015). Apabila korban dicurigai terdapat trauma servikal
maka tindakan yang dilakukan adalah jaw thrust maneuver (AHA, 2015).
Benda asing tersebut diambil dengan tindakan cross finger untuk membuka
mulut dan finger sweap untuk membersihkanya dari dalam mulut
(Pusbankes 118, 2013).
f. Breathing (Pernapasan)
Setiap bantuan nafas yang diberikan dalam waktu dalam waktu 1 detik
pada panduan yang baru, tindakan ini tidak harus dilakukan oleh
masyarakat awam yang belum mendapatkan pelatihan atau tidak percaya
diri untuk melakukanya. Pemberian nafas bantuan harus cukup untuk
meningkatkan pengembangan dada korban. Pemberianya dapat dilakukan
dengan cara mouth to mouth dan mouth to barrier device breathing (AHA,
2015). Bantuan nafas untuk korban henti nafas tanpa henti jantung adalah
10 –12 kali/menit (bantuan nafas setiap 5-6 detik) pada korban dewasa.
Korban anak-anak dan bayi dilakukan sebanyak 12-20 kali/menit (1
bantuan napas setiap 3-5 detik) (pusbankes 118, 2013).
g. Recovery Position (Posisi pemulihan)
AHA (2010) menjelaskan bahwa recovery position dilakukan pada
pasien tidak sadarkan diri setelah pernafasanya normal dan sirkulasinya
efektif. Posisi ini dibuat untuk menjaga patensi jalan nafas dan
menurunkan resiko obstruksi jalan nafas dan aspirasi. Terdapat banyak
variasi dalam melakukan posisi ini. Tidak ada posisi yang sempurna untuk
semua jenis korban. Posisi korban harus stabil tanpa penekanan pada dada
serta kepala yang menggantung. Tindakan ini dilakukan setelah
melakukan BHD pada korban.
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Definisi
Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni: indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007)
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor yang mempengaruhi
pengetahuan meliputi:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau
kelompok dan merupakan usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan (Budiman & Riyanto, 2013). Semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin cepat menerima dan memahami suatu
informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki juga semakin tinggi
(Sriningsih, 2011).
b. Informasi/ Media Massa
Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan
informasi dengan tujuan tertentu. Informasi diperoleh dari pendidikan formal
maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga
menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan. Semakin
berkembangnya teknologi menyediakan bermacam-macam media massa
sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat. Informasi
mempengaruhi pengetahuan seseorang jika sering mendapatkan informasi
tentang suatu pembelajaran maka akan menambah pengetahuan dan
wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering menerima informasi
tidak akan menambah pengetahuan dan wawasannya.
c. Sosial, Budaya dan Ekonomi
Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa penalaran apakah
yang dilakukan baik atau buruk akan menambah pengetahuannya walaupun
tidak melakukan. Status ekonomi juga akan menentukan tersedianya
fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu sehingga status ekonomi
akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Seseorang yang mempunyai
sosial budaya yang baik maka pengetahuannya akan baik tapi jika sosial
budayanya kurang baik maka pengetahuannya akan kurang baik. Status
ekonomi seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan karena seseorang
yang memiliki status ekonomi dibawah rata-rata maka seseorang tersebut
akan sulit untuk memenuhi fasilitas yang diperlukan untuk meningkatkan
pengetahuan.
d. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan ke dalam
individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan
direspons sebagai pengetahuan oleh individu.Lingkungan yang baik akan
pengetahuan yang didapatkan akan baik tapi jika lingkungan kurang baik
maka pengetahuan yang didapat juga akan kurang baik.
e. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman orang lain maupun diri
sendiri sehingga pengalaman yang sudah diperoleh dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang. Pengalaman seseorang tentang suatu permasalahan
akan membuat orang tersebut mengetahui bagaimana cara menyelesaikan
permasalahan dari pengalaman sebelumnya yang telah dialami sehingga
pengalaman yang didapat bisa dijadikan sebagai pengetahuan apabila
medapatkan masalah yang sama.
f. Usia
Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh juga akan
semakin membaik dan bertambah.
16
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Teori
Gambar 3.1 Kerangka Teori
3.2 Kerangka Konsep
Variabel dependent
Variabel independent
Gambar 3.2 Kerangka Konsep
Pengetahuan terkait Basic Life
Support
Informasi dari Pendidikan Formal
(Sistem Blok Traumatologi dan
Kegawatdaruratan)
Pengetahuan
Mahasiswa mengenai
Basic Life Support
Tingkat Pendidikan
Informasi dari Pendidikan
Formal
Sosial, Budaya, Ekonomi
Lingkungan
Informasi dari Pendidikan Non
Formal
Pengalaman
Usia
3.3 Variabel
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
No Variabel Defenisi
Operasional
Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1
Tingkat
Pengetahuan
tentang
Basic Life
Support
Pemahaman
Mahasiswa
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Hasanuddin
mengenai
Basic Life
Support
Kuesioner Responden
menjawab
kuesioner
dengan memilih
salah satu
jawaban yang
benar dari
beberapa
pilihan jawaban
Baik jika
jumlah
jawaban
benar > 10
Kurang jika
jumlah
jawaban
benar < 11
Ordinal
2 Riwayat
menerima
informasi
dari
Pendidikan
Formal
Pemahaman
yang
diperoleh
oleh
Mahasiswa
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Kuesioner Responden
menjawab
kuesioner
dengan
menyatakan
dirinya telah
melewati
Sistem Blok
Pernah
Tidak Pernah
Nominal
Hasanuddin
yang
bersumber
dari mata
kuliah
Sistem Blok
Traumatolog
i dan
Kegawatdar
uratan
Traumatologi
dan
Kegawatdarurat
an (angkatan
2015).
3.4 Hipotesis
Hipotesis Nol : Pendidikan formal tidak mempengaruhi tingkat
pengetahuan mahasiswa mengenai Basic Life Support
Hipotesis Alternatif : Pendidikan formal mempengaruhi tingkat pengetahuan
mahasiswa mengenai Basic Life Support
19
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. Pada penelitian ini dilakukan
dengan penyebaran kuesioner secara cross sectional yaitu jenis penelitian ini
menekankan waktu pengukuran atau observasi dari data variabel independen dan
dependen hanya satu kali pada saat itu (Nursalam, 2013)
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas pada
Hasanuddin pada bulan November 2018.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin angkatan 2015 dan 2018 Program Studi Pendidikan
Dokter Umum.
4.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu
cara mengambil sampel yang representatif (mewakili) dari populasi.
“Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh
sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan
populasi yang sebenarnya”. Sampel dari penelitian ini adalah Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan 2015 dan 2018 Program
Studi Pendidikan Dokter Umum yang memenuhi kriteri inklusi dan tidak
memenuhi kriteria eksklusi.
a. Kriteria Inklusi
a) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan
2015 dan 2018
b) Mengisi kuesioner secara lengkap
b. Kriteria Eksklusi
a) Tidak menyetujui informed consent
b) Tidak mengisi kuesioner dengan lengkap
4.3.3 Besar Sampel
Pada penelitian ini sampel minimal penelitian dihitung menggunakan
menggunakan rumus yaitu :
Dalam penelitian ini nilai d didapatkan melalui rumus, yaitu
Keterangan :
n = Jumlah sampel minimal
d = 0.5 (Perbedaan terstandarisasi)
p = 0.05
Power = 80% (power penelitian)
Target Difference = 1
Standard deviation = 2
C p,power = 7.9
Dengan demikian jumlah sampel minimal berdasarkan rumus diatas
diperoleh sebanyak 63 pada setiap angkatan yang akan diteliti.
4.4 Alur Penelitian
Identifikasi variabel dependent dan variabel independent
Penentuan subjek penelitian (populasi dan sampel)
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
Pengumpulan data (pengisian kuesioner)
Pengolahan dan analisis data
Hasil
Penelitian
4.5 Etika Penelitian
4.5.1 Informed Consent
Sebelum melakukan penelitian, lembar persetujuan diberikan kepada
responden yang memenuhi kriteria inklusi. Apabila responden tidak menyetujui
lembar persetujuan, maka peneliti tidak akan memaksakan dan tetap
menghargai hak-hak responden
4.5.2 Kerahasiaan
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian
4.6 Uji Statistik
Uji statistik yang digunakan adalah independent sample t-test digunakan
untuk membandingkan 2 kelompok sampel data dan kedua kelompok sampel tersebut
bersifat independen/bebas, serta uji chi square untuk melihat adanya hubungan antara
kedua variabel.
23
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,
Jalan Perintis Kemerdekaan Km 10, Tamalarea Makassar
5.2 Karakteristik Responden
Berikut adalah tabel yang mendeskripsikan karakteristik responden pada
penelitian ini
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Angkatan, Jenis
Kelamin, Usia dan Riwayat Pendidikan/Pelatihan BLS
BLS = Basic Life Support
Dari tabel 5.1, Pada mahasiswa angkatan 2018, terlihat bahwa dari
keseluruhan 70 responden, didapatkan responden terbanyak ialah perempuan dengan
total sebanyak 67 orang (95.7%) dibandingkan dengan laki-laki dengan total
Angkatan
2018 2015
N % N %
Jenis Kelamin Perempuan 67 95.7 47 67.1
Laki-laki 3 4.3 23 32.9
Usia
Mean 18 21
Standar Deviasi 0.73 0.85
Riwayat
Pendidikan/Pelatihan
BLS
Tidak Pernah 70 100 0 0
Pernah 0 0 70 100
sebanyak 3 orang (4.3%). Sedangkan pada mahasiswa angkatan 2015, dapat
dilihatbahwa dari keseluruhan 70 responden, didapati responden terbanyak ialah
perempuan dengan total sebanyak 47 orang (67.1%) dibandingkan dengan laki-laki
dengan total sebanyak 23 orang (32.9%).
Pada mahasiswa angkatan 2018, terlihat bahwa dari keseluruhan 70
responden, didapati sebanyak sebanyak 70 responden (100.0%) yang tidak pernah
mendapatkan pendidikan BLS. Sedangkan pada mahasiswa angkatan 2015, terlihat
bahwa dari keseluruhan 70 responden didapati bahwa semua responden pernah
mendapatkan pendidikan BLS (100%)
Adapun untuk karakteristik berupa usia, pada angkatan 2018 responden
berusia antara 16 tahun hingga 20 tahun sehingga diperoleh usia rata-rata adalah 18
tahun. Sedangkan untuk angkatan 2015, responden berada di kisaran usia 18 tahun
hingga 23 tahun sehingga diperoleh rata-rata usia untuk angkatan 2015 adalah 21
tahun.
5.3 Hasil Analisis Data
5.3.1 Distribusi Jawaban Responden berdasarkan Pertanyaan
Data mengenai distribusi jawaban responden menurut pertanyaan pada penelitian ini
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
5.2 Tabel Distribusi Jawaban Responden berdasarkan Pertanyaan
Dari data pada tabel 5.2, dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang paling
banyak dijawab benar oleh mahasiswa tahun angkatan 2015 adalah pertanyaan
kedelapan, kesepuluh, dan keempatbelas berturut-turut mengenai cara membebaskan
No Item Pertanyaan
Angkatan
2015 2018 TOTAL
N(%) N(%) N(%)
1 Pengertian Basic Life Support 49 (70) 58 (82.9) 107 (76.4)
2 Tujuan Basic Life Support 67 (95.7) 49 (70) 116 (82.8)
3 Siapa yang dapat melakukan Basic Life
Support 69 (98.6) 65 (92.9) 134 (95.7)
4 Indikasi Basic Life Support 58 (82.9) 26 (37.1) 84 (60)
5 Rangkaian Basic Life Support 64 (91.4) 51 (72.9) 115 (82.1)
6 Penanganan awal korban jika tidak sadar 67 (95.7) 47 (67.1) 114 (81.4)
7 Penanganan selanjutnya korban tidak
sadar 30 (42.9) 12 (17.1) 42 (30)
8 Cara membebaskan jalan napas 70 (100) 15 (21.4) 85 (60.7)
9 Lokasi titik tumpu Resusitasi Jantung
Paru 61 (87.1) 28 (40) 89 (63.6)
10 Tempat melakukan Resusitasi Jantung
Paru 70 (100) 40 (57.1) 110 (78.6)
11 Frekuensi Resusitasi Jantung Paru 54 (77.1) 18 (25.7) 72 (51.4)
12 Kedalaman tekanan Resusitasi Jantung
Paru 63 (90) 26 (37.1) 89 (63.6)
13 Recovery Position 66 (94.3) 44 (62.9) 110 (78.6)
14 Indikasi Pemberhentian Resusitasi
Jantung Paru 70 (100) 42 (60) 112 (80)
15
Mengetahui bahwa Basic Life Support
bisa dilakukan dimana saja tanpa
peralatan
51 (72.9) 32 (45.7) 83 (59.3)
jalan napas, tempat melakukan RJP, dan indikasi pemberhentian RJP dimana ketiga
pertanyaan ini dijawab oleh 70 responden angkatan 2015 (100%), sedangkan untuk
mahasiswa tahun angkatan 2018, pertanyaan yang paling banyak dijawab benar
adalah pertanyaan ketiga yaitu mengenai siapa saja yang dapat melakukan BLS
sebanyak 65 responden (95.9%). Kemudian untuk pertanyaan yang paling banyak
dijawab salah oleh mahasiswa tahun angkatan 2015 adalah pertanyaan ketujuh
mengenai penanganan selanjutnya jika menemukan korban tidak sadar, dimana hanya
30 responden (42.9%) yang menjawab dengan benar dan untuk mahasiswa tahun
angkatan 2018 juga adalah pertanyaan ketujuh yaitu hanya sebanyak 12 responden
(17.1%) yang menjawab dengan benar.
5.3.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden mengenai Basic Life Support
Data mengenai tingkat pengetahuan responden mengenai Basic Life Support
pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden mengenai Basic Life
Support
Tingkat Pengetahuan
Angkatan
2018 2015
N % N %
Kurang 57 81.4 5 7.1
Baik 13 18.6 65 92.9
Total 70 100.0 70 100.0
Dari tabel 5.3, pada mahasiswa angkatan 2018 diperoleh kelompok
responden tertinggi memiliki tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 57 orang
(81.4%), sedangkan kelompok responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak
13 orang (18.6). Sedangkan pada mahasiswa angkatan 2015 diperoleh kelompok
responden tertinggi memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 65 orang
(92.9%), kemudian kelompok responden dengan tingkat pengetahuan kurang
sebanyak 5 orang (7.1%)
5.3.3 Hubungan antara Riwayat Pendidikan BLS dengan Tingkat Pengetahuan
Responden
Data mengenai Hubungan antara Riwayat Pendidikan BLS dengan Tingkat
Pengetahuan Responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.4 Hubungan antara Riwayat Pendidikan BLS dengan Tingkat
Pengetahuan Responden
Berdasarkan tabel 5.4, didapatkan bahwa dari 70 responden yang pernah
mendapatkan pendidikan BLS, sebanyak 65 orang (92.9%) memiliki tingkat
Riwayat
Pendidikan/Pelatihan
Basic Life Support
Tingkat Pengetahuan P
Value
Odd
Ratio
Confidence
Interval 95% Odd
Ratio
Baik Kurang Lower Upper
N % N %
Pernah 65 92.9 5 7.1
0.000
57
19.1
169.7
Tidak Pernah 13 18.6 57 81.4
pengetahuan yang baik sedangkan sebanyak 5 orang (7.1%) memiliki tingkat
pengetahuan yang yang termasuk dalam kategori kurang. Sementara, dari 70
responden yang tidak pernah mendapatkan pendidikan BLS, sebanyak 57 orang
(81.4%) memiliki tingkat pengetahuan yang termasuk dalam kategori kurang, dan
sebanyak 13 orang (18.6%) memiliki tingkat pengetahuan baik. Hasil pengujian
dengan Chi Square menunjukkan p-value = 0,000 ≤ 0,05 berarti kesimpulannya
adalah terdapat hubungan atau pengaruh antara Riwayat Pendidikan BLS dengan
Tingkat Pengetahuan mahasiswa mengenai BLS.
5.3.4 Perbandingan Rata-rata Score Angkatan 2018 dan 2015
Data mengenai Hubungan antara Perbandingan Rata-rata Score Angkatan
2018 dan 2015 pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 5.5 Perbandingan Rata-rata Score Angkatan 2018 dan 2015
Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa rata-rata skor yang diperoleh oleh
angkatan 2015 adalah 13.01 sedangankan angkatan 2018 memperoleh skor rata-rata
7.98.Uji statistik yang digunakan untuk menentukan perbandingan skor rata-rata
kedua kelompok tersebut adalah independent sample t test, namun karena hasil uji
normalitas dari data menunjukan bahwa data tidak terdistribusi normal, maka
digunakan uji alternative yaitu uji non parametric mann whitney. Berdasarkan hasil
Angkatan Frekuensi Mean (Standar Deviasi) P-Value
2018 70 7.98 (2.5) 0.000
2015 70 13.01 (1.5)
uji mann whitney diperoleh p-value = 0.000 (p<0.05) yang berarti bahwa skor
pengetahuan rata-rata menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik di
antara angkatan 2015 dan 2018.
30
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil
6.1.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang diteliti pada penelitian ini adalah jenis kelamin,
usia, dan riwayat mengikuti pendidikan/pelatihan tentang Basic Life Support. Pada
penelitian ini, didapatkan bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan lebih
banyak dibanding laki-laki. Hal ini diakibatkan karena perempuan lebih banyak
mendominasi di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin khusunya angkatan
2015 dan 2018.
Pada penelitian ini juga, didapatkan bahwa usia responden berkisar antara usia
16 tahun hingga 23 tahun, dimana pada angkatan 2018 berkisar antara usia 16 hingga
20 tahun sedangkan angkatan 2015 berkisar antara usia 18 tahun hingga usia 23
tahun. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pada angkatan 2018 usia
terbanyak adalah 18 tahun sedangkan pada angkatan 2015 adalah 21 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian ini, responden yang berasal dari angkatan 2015
secara keseluruhan telah mendapatkan pendidikan mengenai Basic Life Support pada
Sistem Blok Traumatologi dan Kegawatdaruratan yang baru saja dilewatinya (kurang
dari 2 minggu sebelum kuesioner diisi oleh responden) sedangkan responden yang
berasal dari angkatan 2018 secara keseluruhan belum pernah mendapatkan
pendidikan mengenai Basic Life Support. Pendidikan adalah proses perubahan sikap
dan perilaku seseorang atau kelompok dan merupakan usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Budiman & Riyanto, 2013). Semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin cepat menerima dan memahami suatu informasi
sehingga pengetahuan yang dimiliki juga semakin tinggi (Sriningsih, 2011)
6.1.2 Hubungan antara Riwayat Pendidikan mengenai BLS dengan Tingkat
Pengetahuan Responden
Pengetahuan merupakan faktor penting untuk mempengaruhi sikap dan
perilaku seseorang. Kurangnya pengetahuan dapat berpengaruh pada tindakan yang
dilakukan karena pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi untuk
terjadinya perilaku (Jurissa, 2013). Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman
dan informasi yang disampaikan guru, orang tua, teman, dan media massa
(Notoatmodjo, 2003). Pada penelitian ini, angkatan 2015 merupakan kelompok yang
telah diberi pengetahuan mengenai Basic Life Support dalam suatu sistem blok yaitu
Traumatologi dan Kegawatdaruratan sedangkan angkatan 2018 merupakan kelompok
yang belum diberi pengetahuan mengenai Basic Life Support. Berdasarkan hasil
analisis data, didapatkan bahwa terdapat hubungan antara riwayat menerima
informasi/pengetahuan dari Pendidikan/Pelatihan mengenai Basic Life Support
dengan tingkat pengetahuan responden. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo
(2007) bahwa pengetahuan merupakan hasil tidak tahu menjadi tahu, ini terjadi
setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Dalam
penelitian ini, dari 70 responden yang belum pernah mendapatkan informasi
mengenai Basic Life Support terdapat 13 (18.6%) responden yang memiliki tingkat
pengetahuan yang baik, dan 57 (81.4%) responden yang memiliki tingkat
pengetahuan kurang. Sedangkan dari 70 responden yang telah mendapatkan informasi
mengenai Basic Life Support terdapat 65 (92.9%) responden yang memiliki tingkat
pengetahuan yang baik, dan 5 (7.1%) responden yang memiliki tingkat pengetahuan
kurang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian (Icha, 2017) yang meneliti
faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan polisi lalu lintas mengenai Basic Life
Support di Kabupaten Ponorogo. Dari hasil penelitian tersebut, dikatakan bahwa
informasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan mengenai
Basic Life Support. Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan
informasi dengan tujuan tertentu. Informasi diperoleh dari pendidikan formal maupun
nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan
perubahan dan peningkatan pengetahuan (Budiman dan Riyanto, 2013). Selain itu
penelitian ini juga sesua dengan penelitian yang dilakukan oleh Raghava Sharma, et
al pada penelitian yang berjudul “Adult Basic Life Support (BLS) Awareness and
Knowledge among Medical and Dental Interns Completing Internship from Deemeed
University” tahun 2012 yang meneliti kelompok responden dokter internship yang
pernah mengikuti workshop dan pelatihan Basic Life Support sebelumnya memiliki
perbedaan yang bermakna dibandingkan kelompok responden yang tidak mengikuti
workshop dan pelatihan Basic Life Support.
Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Septiana (2014) tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi, bahwa tidak ada pengaruh
terhadap rata-rata pengetahuan seseorang antara sebelum dan sesudah pendidikan
kesehatan (p=0,683). Terdapatnya perbedaan hasil penelitian dapat disebabkan
karena adanya faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang terdiri
dari faktor internal yaitu usia, pendidikan, pekerjaan dan faktor eksternal yaitu
lingkungan dan sosial budaya (Notoadmojo, 2003). Pada penelitian Septiana (2014)
responden berasal dari golongan remaja yang merupakan siswa kelas VIII SMP.
Sementara pada penelitian ini responden berusia 16 sampai 23 tahun.
6.1.3 Perbandingan Rata-rata Score yang diperoleh Angkatan 2018 dan 2015
Terkadang, mahasiswa kedokteran merupakan personel tenaga kesehatan yang
seringkali menemukan keadaan darurat di layanan kesehatan primer. Untuk itu, Basic
Life Support merupakan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang esensial bagi
mahasiswa kedokteran (Mani, 2014).
Rata-rata skor pengetahuan dalam penelitian ini adalah 10.45. Perbandingan
rata-rata skor yang diperoleh angkatan 2018 dan 2015 memperoleh perbedaan yang
signifikan dimana dengan uji non parametric mann whitney diperoleh nilai p sebesar
0.000 (p<0.05). Dalam penelitian ini angkatan 2015 adalah kelompok yang telah
menerima pendidikan mengenai Basic Life Support sedangkan 2018 adalah kelompok
yang belum menerima pendidikan mengenai Basic Life Support.
Dengan mengetahui jawaban responden pada pertanyaan yang menilai
pengetahuan responden, dapat diketahui tingkat pengetahuan dari responden. Pada
mahasiswa angkatan 2015, tingkat pengetahuan mayoritas responden adalah baik
yaitu sebanyak 65 orang (92.8%) dari total 70 responden. Sedangkan pada mahasiswa
angkatan 2018, tingkat pengetahuan mayoritas responden adalah sedang yaitu
sebanyak 46 orang (65.7%) dari total 70 responden. Dengan demikian, maka tingkat
pengetahuan mahasiswa angkatan 2015 mengenai Basic Life Support adalah lebih
baik dibandingkan dengan mahasiswa angkatan 2018.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Raveli pada
tahun 2015 yang membandingkan tingkat pengetahuan antara mahasiswa tahun
angkatan 2012 dan 2014 mengenai Basic Life Support dan didapatkan bahwa
mahasiswa dengan tahun angkatan yang lebih tinggi yaitu 2012 memiliki
pengetahuan yang jauh lebih baik daripada mahasiswa tahun angkatan 2014.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mubarokah dan
Veria pada tahun 2012 yang membandingkan pengetahuan, sikap, dan perilaku
seksual mahasiswa semester 2 dan 6 di Universitas Dian Nuswantoro Semarang dan
didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna (p=0,605) antara pengetahuan
mahasiswa semester 2 dan semester 4. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Chyntia
pada tahun 2017 mengenai Perbandingan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU
Tahun Angkatan 2014 dan 2015 Mengenai Paparan Sinar Matahari Sebagai Penyebab
Basalioma juga menunjukkan hasil yang sama dimana didapatkan nilai p value
sebesar 0,084. Hal ini dapat terjadi karena pada penelitian ini kelompok angkatan
2018 belum mendapatkan pengetahuan melalui pelatihan/pendidikan BLS dalam
sistem blok Traumatologi dan Kegawatdaruratan, sementara angkatan 2015
merupakan kelompok responden yang telah mendapatkan pengetahuan mengenai
BLS dalam sistem blok tersebut.
36
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
1. Terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat pendidikan/pelatihan
terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin mengenai Basic Life Support
2. Terdapat perbedaan bermakna antara rata-rata skor yang diperoleh responden
yang berasal dari angkatan 2015 dengan 2018.
3. Tingkat pengetahuan mahasiswa angkatan 2015 mayoritas tergolong kedalam
tingkat pengetahuan baik, sedangkan pada angkatan 2018 mayoritas tergolong
kedalam tingkat pengetahuan kurang.
7.2 Saran
1. Menjadi masukan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin untuk meningkatkan pengetahuan mengenai Basic Life Support
melalui pendidikan secara formal maupun non formal yang dapat diperoleh di
media massa, buku, maupun pelatihan-pelatihan yang diperoleh di organisasi.
2. Menjadi masukan bagi organisasi-organisasi intra dan ekstra kampus agar
menggalakkan pelatihan-pelatihan informal mengenai Basic Life Support
sebagai bekal untuk mahasiswa ketika menghadapi situasi kegawatdaruratan.
3. Menjadi masukan bagi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin agar
memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat luas mengenai
Basic Life Support.
38
DAFTAR PUSTAKA
Alkatiri, J., Syakir B. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbit
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
American Heart Association (AHA). 2010. Adult Basic Life Support: Guidelines
for CPR and Emergency Cardiovascular Care.
(Online),(https://www.heart.org/idc/groups/heartpublic/@wcm/@ecc/document
s/downloadable/ucm_317350.pdf, Diakses tanggal 24 Agustus 2018)
American Heart Association. 2015. Guidelines Update for CPR and ECC. (Online),
(https://eccguidelines.heart.org/index.php/circulation/cpr-ecc-guidelines-2/,
Diakses tanggal 23 Agustus 2018)
BNPB. 2018. Data & Informasi Bencana Indonesia. (Online),
(http://dibi.bnpb.go.id/dibi/, Diakses tanggal 20 Agustus 2018).
Budiman & Riyanto A. 2013. Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan Dan Sikap Dalam
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika
Chyntia. 2017, Perbandingan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU Tahun
Angkatan 2014 dan 2015 Mengenai Paparan Sinar Matahari Sebagai Penyebab
Basalioma, Medan : Universitas Sumatera Utara
Depkes. 2016. Cara Baru Atasi Kegawatdaruratan Secara Terpadu. (Online)
(w.depkes.go.id/article/print/16020900003/cara-baru-atasi-kegawatdaruratan-
secara-terpadu.html, diakses tanggal 21 Agustus 2018)
Hardisman. 2014. Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Icha S, Fillia. 2017. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Polisi Lalu Lintas
tentang Basic Life Support (BLS) di Kabupaten Ponorogo. Jurnal Ilmu
Keperawatan Vol 5.
Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta :
Konsil Kedokteran Indonesia
Latief, S. A. Kartini. (2009). Petunjuk Praktis Anestesiologi dan Terapi Intensif.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Magfuri, Ali.2014. Buku Saku Keterampilan Dasar P3K dan Kegawatdaruratan di
Rumah. Jakarta: Trans Info Media
Mani, G., Annadurai, K., Danasekaran, R. 2014. A cross-sectional study to assess
knowledge and attitudes related to Basic Life Support among undergraduate
medical students in Tamil Nadu, India. Prog Health Sci, Vol 4
Mubarokah K. dan Veria, V.A. 2012. Perbandingan Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Seksual Mahasiswa Semester 2 dan 6 di Universitas Dian
Nuswantoro Semarang. Semarang : Universitas Dian Nuswantoro.
Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. 2013.Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Jakarta : Salemba Medika
Pusbankes 118. 2013. Penanggulan Penderita Gawat Darurat (ppgd),Basic Trauma
And Cardiac Support (BTCLS). Yogyakarta : Persi DIY.
Raveli,K. 2015. Perbandingan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Stambuk 2014
Dengan Stambuk 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
mengenai Basic Life Support. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Septiani. 2014. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan
Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Di SMP Islam Ruhama Ciputat.
Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Sharma, Ragava et al.2012. Adult Basic Life Support (BLS) Awareness and
Knowledge among Medical and Dental Interns Completing Internship from
Deemeed University. Nitte University Journal of Health Science Vol 2.
Sriningsih, I,. 2011. Faktor Demografi, Pengetahuan Ibu Tentang Air Susu Ibu dan
Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 6(2). (Online)
(https://media.neliti.com/media/publications/, diakses pada tanggal 24
Agustus 2018)
World Health Organization. 2015. Global Status Report On Road Safety 2013.
Geneva: World Health Organization.
.
41
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Octavia Ollen Palayukan
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat / Tanggal Lahir : Rantepao/22 Oktober 1997
Agama : Katolik
Alamat : Jl. Kowilham 3 No. 23 Makassar
Telepon : +6285340831500
Riwayat Pendidikan :
1. TK Pertiwi Ge’tengan 2002 – 2003
2. SDN No. 143 Inpres Ge’tengan 2003 – 2009
3. SMP Negeri 1 Makale 2009 – 2012
4. SMA Negeri 1 Makale 2012 – 2015
5. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar 2015 – sekarang
LAMPIRAN 3
LEMBAR PENJELASAN
Salam sejahtera, Pertama-tama, saya ucapkan terima kasih atas kesediaannya
untuk meluangkan waktu untuk mengisi surat persetujuan ini. Nama saya Octavia
Ollen Palayukan. Saya sedang menjalani kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin (Unhas) angkatan 2015. Saat ini saya sedang mengerjakan penelitian
guna melengkapi Tugas Akhir/Skripsi yang menjadi kewajiban saya untuk
menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran. Saya akan mengadakan penelitian
dengan judul “Pengaruh Pendidikan Formal terhadap Tingkat Pengetahuan
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin mengenai Basic Life
Support”.
Saya mengikutsertakan Saudara dalam penelitian ini dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan Saudara tentang Basic Life Support. Untuk itu, saya
mengharapkan kesediaan dan kerja sama dari Saudara. Informasi yang didapat tidak
akan digunakan untuk maksud-maksud lain selain penelitian ini. Partisipasi Saudara
dalam penelitian ini bersifat bebas, dan sukarela. Bebas untuk ikut atau menolak
tanpa adanya sanksi apapun. Pada penelitian ini identitas Saudara akan dirahasiakan
dan kerahasiaan akan dijamin sepenuhnya. Demikian saya beritahukan. Atas
kesediaan saudara saya ucapkan terimakasih. Semoga partisipasi saudara dalam
penelitian ini membawa manfaat besar bagi kita semua.
Terima kasih
(Octavia Ollen Palayukan)
44
LAMPIRAN 4
LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Pendidikan Formal terhadap Tingkat
Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin mengenai
Basic Life Support”. Penelitian ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas akhir mata
kuliah Skripsi.Penelitian ini akan dilakukan di Universitas Hasanuddin dan yang
menjadi respondennya adalah mahasiswa angkatan 2018 dan 2015 Program Studi
Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Dalam
penelitian ini responden akan diminta untuk mengisi kuesioner yang dibagikan oleh
peneliti. Setelah mendapatkan penjelasan atas tindakan yang akan dilakukan, maka
saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden (subjek penelitian).
Persetujuan ini diambil dan disepakati dalam keadaan sadar dan tanpada paksaan dari
pihak manapun.
Makassar, ………………2018
Peneliti Yang membuat pernyataan,
(Octavia Ollen Palayukan) ( )
45
LAMPIRAN 5
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PENDIDIKAN FORMAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MENGENAI BASIC LIFE SUPPORT
1. Data Pribadi
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Angkatan :
2. Riwayat Pendidikan Basic Life Support ( lingkari jawaban yang benar )
Apakah anda pernah menerima pendidikan Basic Life Support ?
Jawaban : ( Ya/Tidak )
Jika Ya, kapan dan dimana anda mendapat pendidikan tersebut ?
3. Pertanyaan Mengenai Penelitian ( semua pertanyaan wajib di isi )
1. Bantuan Hidup Dasar(Basic Life Support) adalah pertolongan pertama dalam
kegawatdaruratan untuk menunjang pernafasan dan sirkulasi tanpa
menggunakan alat bantu:
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu
2. Tujuan dilakukannya Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) adalah untuk
mencegah berhentinya sirkulasi (jantung) atau berhentinya respirasi (nafas)
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu
3. Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) dapat dilakukan oleh:
a. Kalangan medis saja
b. Siapa saja baik dari kalangan medis maupun non-medis
c. Kalangan non-medis saja
4. Indikasi dilakukannya Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) adalah
a. Denyut jantung lemah dan/atau sesak nafas
b. Henti jantung dan/atau henti napas
c. Kekurangan oksigen dan/atau tekanan darah rendah
5. Tindakan Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) terdiri dari:
a. Pembebasan jalan nafas dan memberikan bantuan hidup dasar
b. Pembebasan jalan udaradan sirkulasi
c. Pembebasan jalan nafas, memberikan bantuan nafas, dan pijat jantung
6. Saat menemukan korban yang tidak sadar hal yang pertama sekali kita
lakukan adalah:
a. Mengukur tekanan darah korban dan beri bantuan nafas
b. Memberikan air gula agar korban sadar kembali
c. Periksa kesadaran dengan menepuk pundak korban sambil memanggil
“Pak! Pak!” atau “Bu! Bu!”
7. Apabila korban tidak sadar,yang perlu dilakukan adalah:
a. Membebaskan jalan nafas
b. Meminta bantuan atau hubungi nomor darurat (ambulans atau rumah sakit
terdekat)
c. Periksa denyut nadi korban
8. Dalam mempertahankan jalan napas pada korban dalam keadaan tidak
sadarkan diri, terdapat 3 manuver yang dapat dilakukan langsung tanpa
bantuan alat, salah satunya adalah :
a. Artificial Mask Bag Unit
b. Nasopharyngeal airway
c. Jaw thrust
9. Lokasi yang tepat untuk melakukan pijat jantung adalah:
a. Di antara tulang rusuk 1 dan 2
b. Di tengah dada
c. Di bawah dada
10. Tindakan pijat jantung dilakukan pada:
a. Alas yang keras dan datar
b. Alas yang keras dan tidak datar
c. Alas yang lunak dan datar
11. Pijat jantung dilakukan dengan frekuensi:
a. 120x per menit
b. 200x per menit
c. 100x per menit
12. Dalam pelaksanaan pijat jantung, minimal kedalaman pijat jantung adalah:
a. 10 inch
b. 5 cm
c. 5 inch
13. Setelah melakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) dan
korban telah sadar yang kita lakukan pada korban adalah posisi pemulihan
(recovery position):
a. Membantu korban tidur telungkup
b. Membantu korban tidur dengan posisi miring
c. Membantu korban tidur dengan posisi bebas
14. Tindakan Resusitasi Jantung Paru dapat dihentikan apabila:
a. Penolong dalam keadaan letih atau bantuan medis sudah datang dan
korban kembali pulih
b. Penolong merasa menjadi cedera akibat Resusitasi Jantung Paru
c. Penolong merasa Resusitasi Jantung Paru tidak berguna
15. Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) hanya dapat dilakukan diluar
rumah sakit dan tanpa peralatan yang lengkap
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu
50
LAMPIRAN 7
DATA INDUK PENELITIAN
No
responden
Jenis
Kelamin Usia Angkatan Skor
Tingkat
Pengetahuan
Riwayat
Pelatihan
1 P 18 2018 6 kurang TIDAK
2 P 18 2018 8 kurang TIDAK
3 P 18 2018 9 kurang TIDAK
4 P 18 2018 9 kurang TIDAK
5 P 18 2018 7 kurang TIDAK
6 P 17 2018 10 kurang TIDAK
7 P 17 2018 10 kurang TIDAK
8 P 18 2018 7 kurang TIDAK
9 L 18 2018 4 kurang TIDAK
10 L 18 2018 9 kurang TIDAK
11 L 18 2018 4 kurang TIDAK
12 P 18 2018 8 kurang TIDAK
13 P 18 2018 6 kurang TIDAK
14 P 18 2018 5 kurang TIDAK
15 P 19 2018 8 kurang TIDAK
16 P 18 2018 12 baik TIDAK
17 P 18 2018 11 baik TIDAK
18 P 18 2018 12 baik TIDAK
19 P 18 2018 10 kurang TIDAK
20 P 17 2018 8 kurang TIDAK
21 P 18 2018 11 baik TIDAK
22 P 17 2018 10 kurang TIDAK
23 P 19 2018 11 baik TIDAK
24 P 17 2018 8 kurang TIDAK
25 P 17 2018 8 kurang TIDAK
26 P 18 2018 12 baik TIDAK
27 P 17 2018 11 baik TIDAK
28 P 17 2018 3 kurang TIDAK
29 P 18 2018 9 kurang TIDAK
30 P 18 2018 7 kurang TIDAK
31 P 18 2018 10 kurang TIDAK
32 P 16 2018 11 baik TIDAK
33 P 16 2018 13 baik TIDAK
34 P 17 2018 10 kurang TIDAK
35 P 18 2018 6 kurang TIDAK
36 P 18 2018 6 kurang TIDAK
37 P 17 2018 11 baik TIDAK
38 P 17 2018 7 kurang TIDAK
39 P 19 2018 4 kurang TIDAK
40 P 17 2018 11 baik TIDAK
41 P 19 2018 9 kurang TIDAK
42 P 18 2018 8 kurang TIDAK
43 P 18 2018 7 kurang TIDAK
44 P 18 2018 9 kurang TIDAK
45 P 19 2018 11 baik TIDAK
46 P 18 2018 6 kurang TIDAK
47 P 18 2018 2 kurang TIDAK
48 P 18 2018 5 kurang TIDAK
49 P 18 2018 5 kurang TIDAK
50 P 18 2018 6 kurang TIDAK
51 P 17 2018 6 kurang TIDAK
52 P 17 2018 8 kurang TIDAK
53 P 18 2018 7 kurang TIDAK
54 P 19 2018 6 kurang TIDAK
55 P 18 2018 8 kurang TIDAK
56 P 19 2018 10 kurang TIDAK
57 P 18 2018 11 baik TIDAK
58 P 18 2018 4 kurang TIDAK
59 P 18 2018 4 kurang TIDAK
60 P 18 2018 10 kurang TIDAK
61 P 18 2018 10 kurang TIDAK
62 P 19 2018 4 kurang TIDAK
63 P 18 2018 7 kurang TIDAK
64 P 19 2018 6 kurang TIDAK
65 P 20 2018 6 kurang TIDAK
66 P 18 2018 9 kurang TIDAK
67 P 18 2018 7 kurang TIDAK
68 P 17 2018 6 kurang TIDAK
69 P 17 2018 6 kurang TIDAK
70 P 17 2018 7 kurang TIDAK
71 L 21 2015 11 baik YA
72 P 20 2015 15 baik YA
73 L 21 2015 14 baik YA
74 P 20 2015 10 kurang YA
75 P 21 2015 14 baik YA
76 L 22 2015 12 baik YA
77 P 21 2015 11 baik YA
78 P 18 2015 13 baik YA
79 P 21 2015 15 baik YA
80 L 19 2015 14 baik YA
81 P 22 2015 13 baik YA
82 L 19 2015 15 baik YA
83 L 21 2015 14 baik YA
84 P 21 2015 14 baik YA
85 P 20 2015 13 baik YA
86 P 21 2015 12 baik YA
87 P 20 2015 15 baik YA
88 P 20 2015 12 baik YA
89 P 21 2015 14 baik YA
90 P 20 2015 15 baik YA
91 L 21 2015 12 baik YA
92 L 21 2015 14 baik YA
93 L 20 2015 15 baik YA
94 L 20 2015 14 baik YA
95 P 21 2015 13 baik YA
96 L 21 2015 14 baik YA
97 P 20 2015 15 baik YA
98 L 21 2015 11 baik YA
99 L 21 2015 11 baik YA
100 P 21 2015 10 kurang YA
101 P 22 2015 10 kurang YA
102 P 21 2015 13 baik YA
103 P 21 2015 14 baik YA
104 P 21 2015 12 baik YA
105 P 21 2015 13 baik YA
106 L 19 2015 13 baik YA
107 P 20 2015 15 baik YA
108 P 21 2015 11 baik YA
109 P 20 2015 13 baik YA
110 P 22 2015 13 baik YA
111 L 21 2015 14 baik YA
112 P 21 2015 14 baik YA
113 P 21 2015 14 baik YA
114 P 20 2015 15 baik YA
115 P 20 2015 14 baik YA
116 P 20 2015 13 baik YA
117 P 21 2015 12 baik YA
118 P 19 2015 11 baik YA
119 P 21 2015 14 baik YA
120 L 21 2015 14 baik YA
121 P 22 2015 12 baik YA
122 P 21 2015 10 kurang YA
123 P 22 2015 11 baik YA
124 P 20 2015 13 baik YA
125 L 21 2015 13 baik YA
126 L 20 2015 11 baik YA
127 L 20 2015 14 baik YA
128 L 21 2015 13 baik YA
129 P 22 2015 13 baik YA
130 L 20 2015 13 baik YA
131 P 20 2015 13 baik YA
132 P 20 2015 14 baik YA
133 P 21 2015 12 baik YA
134 L 23 2015 12 baik YA
135 P 21 2015 10 kurang YA
136 P 21 2015 12 baik YA
137 L 21 2015 13 baik YA
138 P 20 2015 15 baik YA
139 P 21 2015 15 baik YA
140 P 21 2015 15 baik YA
54
LAMPIRAN 8
OUTPUT UJI STATISTIK
Angkatan * Jenis Kelamin Crosstabulation
Count
Jenis Kelamin
Total Perempuan Laki-laki
Angkatan 2018 67 3 70
2015 47 23 70
Total 114 26 140
Usia * Angkatan Crosstabulation
Count
Angkatan
Total 2018 2015
Usia 16 2 0 2
17 17 0 17
18 41 1 42
19 9 4 13
20 1 25 26
21 0 33 33
22 0 6 6
23 0 1 1
Total 70 70 140
Riwayat Pendidikan * Angkatan Crosstabulation
Count
Angkatan
Total 2018 2015
Riwayat Pendidikan Tidak 70 0 70
Ya 0 70 70
Total 70 70 140
Tingkat Pengetahuan * Riwayat Pendidikan Crosstabulation
Count
Riwayat Pendidikan
Total Tidak Ya
Tingkat Pengetahuan Kurang 57 5 62
Baik 13 65 78
Total 70 70 140
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 78.280a 1 .000
Continuity Correctionb 75.298 1 .000
Likelihood Ratio 89.031 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 77.720 1 .000
N of Valid Cases 140
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 31.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Tingkat Pengetahuan * Riwayat Pendidikan Crosstabulation
Count
Riwayat Pendidikan
Total Tidak Ya
Tingkat Pengetahuan Kurang 57 5 62
Baik 13 65 78
Total 70 70 140
Angkatan * Tingkat Pengetahuan Crosstabulation
Count
Tingkat Pengetahuan
Total Kurang Baik
Angkatan 2018 57 13 70
2015 5 65 70
Total 62 78 140
Tests of Normality
Angkatan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Skor
dimension1
2018 .114 70 .025 .969 70 .079
2015 .175 70 .000 .913 70 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Ranks
Angkatan N Mean Rank Sum of Ranks
Skor
dimension1
2018 70 38.20 2674.00
2015 70 102.80 7196.00
Total 140
Test Statisticsa
Skor
Mann-Whitney U 189.000
Wilcoxon W 2674.000
Z -9.469
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: Angkatan
Test Statisticsa
Skor
Most Extreme Differences Absolute .757
Positive .757
Negative .000
Kolmogorov-Smirnov Z 4.479
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: Angkatan
Statistics
Usia 2015 Usia 2018 Skor 2015 Skor 2015
N Valid 70 70 70 70
Missing 70 70 70 70
Mean 20.67 17.86 13.01 7.89
Std. Deviation .847 .728 1.489 2.517
Statistics
Skor
N Valid 140
Missing 0
Mean 10.45
Std. Deviation 3.297
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate 57.000
ln(Estimate) 4.043
Std. Error of ln(Estimate) .557
Asymp. Sig. (2-sided) .000
Asymp. 95% Confidence
Interval
Common Odds Ratio Lower Bound 19.145
Upper Bound 169.703
ln(Common Odds Ratio) Lower Bound 2.952
Upper Bound 5.134
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate 57.000
ln(Estimate) 4.043
Std. Error of ln(Estimate) .557
Asymp. Sig. (2-sided) .000
Asymp. 95% Confidence
Interval
Common Odds Ratio Lower Bound 19.145
Upper Bound 169.703
ln(Common Odds Ratio) Lower Bound 2.952
Upper Bound 5.134
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the
common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step
1a
Riwayat 4.04
3
.557 52.755 1 .000 57.000 19.145 169.703
Constant -
5.52
1
.770 51.383 1 .000 .004
a. Variable(s) entered on step 1: Riwayat.