22
PT. BALINGA Bekerjasama dengan Prof. Ir. D. Haryanto, M.Sc, Ph.D Ir. Yanto Indonesianto, M.Sc Tedy Agung C., ST, MT

INFLATION AND ESCALATION

Embed Size (px)

Citation preview

PT. BALINGA

Bekerjasama dengan

Prof. Ir. D. Haryanto, M.Sc, Ph.DIr. Yanto Indonesianto, M.Sc

Tedy Agung C., ST, MT

PART 11INFLATION AND ESCALATION

INTRODUCTIONDalam evaluasi proyek mineral, perkiraan atas harga-harga (baik biaya maupun pendapatan) hendaknya dilakukan secara konsisten dengan mendasarkan pada nilai uang riil (konstan) ataupun nominal (eskalasi).

Dalam kegiatan ekonomi, adanya inflasi dapat menyebabkan uang yang akan dibelanjakan atau diterima di masa mendatang akan berkurang nilainya dibanding uang sekarang

INFLASISebagai suatu peningkatan tingkat harga umum (rata-rata) dalam suatu perekonomian nasional yang berlangsung secara terus menerus dari waktu ke waktu, di mana kenaikan harga tahunan ini tidak disertai dengan peningkatan dalam keluaran (produktivitas)

MACAM INFLASI1.Inflasi ringan (pertumbuhan < 10% per

tahun), 2.Inflasi sedang (10-30% per tahun), 3.Inflasi berat (30-100% per tahun) dan 4.Inflasi sangat berat (> 100% per tahun)

Di Indonesia, angka inflasi dihitung oleh Badan Pusat Statistik (BPS), berdasarkan perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK), yang mencakup :

1)bahan makanan; 2)makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; 3)perumahan; 4)sandang; 5)kesehatan; 6)pendidikan, rekreasi dan olah raga; 7)transportasi dan komunikasi.

Total barang-barang yang dihitung di 43 kota di Indonesia mencakup lebih dari 200 komoditi (Badan Pusat Statistik, 2002)

Persentase perubahan IHK (tingkat inflasi atau deflasi) per tahun dapat dihitung berdasar rumus

dimana:fn+1 = tingkat inflasi pada periode n+1IHKn+1 = Indeks Harga Konsumen pada periode n+1IHKn = Indeks Harga Konsumen pada periode n

Contoh IHK dan Tingkat Inflasi Dari Negara X SelamaTahun 1977 – 1998

Tahun IHKTingkat

Inflasi (%) TahunIHK Tingkat

Inflasi (%)

19771978197919801981198219831984198519861987

100104,2109,8116,3121,3125,3133,1147,7161,2170,5181,5

2,94,25,45,94,33,36,211,09,15,86,5

19881989199019911992199319941995199619971998

195,4217,4246,8272,4289,1298,4311,1322,2328,4340,4355,0

7,711,313,510,46,13,24,33,61,93,64,3

EskalasiPeningkatan tingkat harga dari suatu komoditi, barang atau jasa tertentu yang berlangsung secara terus menerus dari waktu kewaktu, di mana kenaikan ini disebabkan oleh suatu kombinasi dari inflasi, pasokan/permintaan dan efek lainnya, seperti misalnya lingkungan, politik ataupun perubahan teknologi

Eskalasi berkaitan dengan barang atau jasa tertentu, sedangkan inflasi berkaitan dengan sekelompok barang

dan jasa sehingga inflasi adalah menunjukkan suatu perubahan rata-rata.

Inflasi adalah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya eskalasi harga atau biaya

(Stermole and Stermole, 1996)

Untuk menangani adanya inflasi dan eskalasi, maka analisis ekonomi dapat dilakukan dengan menggunakan analisis dollar (rupiah, yen, ringgit, dsb) konstan ataupun analisis dollar (rupiah, yen, ringgit, dsb) eskalasi. Keduanya menghasilkan kesimpulan yang serupa

1. Pertama-tama melakukan perkiraan biaya maupun pendapatan proyek dalam nilai atau harga sekarang. Di sini dianggap bahwa proyek terjadi pada saat sekarang.

2. Mengingat proyek tidak terjadi sekaligus saat ini, maka dilakukan penyesuaian atas biaya dan pendapatan tersebut, berdasar eskalasi harga yang terjadi. Kalau yang terjadi adalah penurunan harga, maka dipergunakan tingkat eskalasi negatif.

3. Bila ingin melakukan analisis berdasar dollar konstan, maka biaya dan pendapatan yang telah dinyatakan dalam dollar eskalasi disesuaikan. Caranya adalah dengan mengalikan masing-masing dengan SP-PWF (Faktor Nilai Sekarang Pembayaran Sekali = Single Payment Present Worth Factor) pada perkiraan tingkat inflasi f, berdasar periode yang diperlukan untuk membawa nilai tersebut ke titik waktu dengan daya beli konstan.

Analisis dollar

konstan maupun dollar

eskalasi (Stermole

and Stermole,

1996)

Hubungan matematis antara i, i' dan f = tingkat inflasi

Contoh Perkiraan Dollar Eskalasi dan Dollar Konstan

JenisNilai Sekarang

($)Persen Kenaikan

(%)Nilai Eskalasi tahun ke-10

($)

Nilai Konstan tahun ke-10

($)

1 2 3 4 5

Karyawan, $/thBh Bakar, $/bbl

Emas, $/ozTembaga, $/lb

35.00018,003502,00

1,05,03,0

- 0,5

38.67529,332

470,4001,90

28.77821,83350,031,42

Bila dimisalkan kenaikan upah karyawan adalah 1% per tahun, maka dalam masa 10 tahun upah karyawan akan meningkat dari $ 35.000 menjadi = ($ 35.000)(F/P,1%,10) = ($ 35.000)(1,105) = $ 38.675, seperti terlihat pada kolom 2 dan 4. Bila tingkat inflasi adalah 3% per tahun, maka berdasar nilai dollar konstan (nilai dollar pada saat analisis dibuat), upah karyawan pada tahun ke-10 tersebut = ($ 38.675)(P/F,3%,10) = ($ 38.675)(0,7441) = $ 28.778. Apakah karyawan bertambah sejahtera selama 10 tahun tersebut? Bagaimana dengan harga bahan bakar, emas dan tembaga?

CONTOH POLA TREND HARGA

PENGARUH INFLASI DAN ESKALASI DALAM EVALUASI PROYEKHasil NPV, baik untuk analisis dollar eskalasi maupun dollar konstan memberikan hasil yang sama, meskipun terdapat perbedaan tingkat inflasi dan eskalasi setiap tahunnya, sehingga kesimpulan ekonominyapun juga sama.

Demikian juga dengan analisis menggunakan ROR, asalkan dalam membandingan ROR proyek dengan ROR minimum menggunakan acuan dollar yang sama (eskalasi atau konstan), maka kesimpulan yang akan didapat akan sama

Perbedaan akan nampak signifikan bila evaluasi atau analisis, baik dilakukan dalam dollar konstan atau dalam dollar eskalasi, memasukkan perhitungan pajak, penyusutan, deplesi, modal kerja, maupun jenis biaya lainnya yang dibawa serta dari suatu tahun ke tahun-tahun berikutnya (carried over) dalam aliran uang tunainya.

Adanya inflasi akan menghasilkan keuntungan sebelum pajak yang lebih besar. Namun jenis biaya seperti penyusutan tidak terpengaruh oleh adanya inflasi

CONTOH KASUSSebuah perusahaan asing merencanakan melakukan penanaman modal sebesar $ 1.000 di negara LANGKAPURA. Pada tahun ke-0, nilai tukar mata uang negara tersebut adalah 100 Kepeng per US$ 1,00. Produksi tiap tahun pada tahun ke-1 dan ke-2 adalah 10.000 unit. Biaya produksi = $ 0,01/unit. Harga jual = $ 0,06/unit. Nilai sisa pada akhir tahun ke-2 adalah $ 400 (Dalam hal ini, baik biaya produksi maupun harga jual diperhitungkan dalam US$).

PERTANYAAN1. Buat analisis dengan metode ROR dan NPV dalam US$, bila tingkat

eskalasi untuk semua nilai adalah = 0% per tahun dan i* = 10%.2. Buat analisis dengan metode ROR dan NPV dalam Kepeng (mata uang

negara3. LANGKAPURA), bila tingkat eskalasi untuk semua nilai adalah = 0% per

tahun dan i* = 10%.4. Bila mata uang negara LANGKAPURA mengalami devaluasi 50% per

tahun terhadap US$, buat analisis dengan metode ROR dan NPV dalam Kepeng (di mana semua nilai dalam proyek terlebih dahulu dinyatakan dalam US$, baru kemudian diubah dalam Kepeng, hal ini dapat terjadi misalnya pada suatu proyek yang menjual produknya secara internasional dalam US$).

5. Data seperti pertanyaan #3, tetapi harga jual diubah menjadi = 6,0 Kepeng per unit produk (dalam hal ini produk di jual di dalam negeri, sehingga tidak terdapat adanya pengaruh inflasi melalui devaluasi mata uang Kepeng, serta dianggap pula bahwa nilai sisa juga tak terpengaruh adanya perubahan, walau biaya operasi masih terpengaruh oleh adanya perubahan nilai tukar mata uang).

6. Analisis kembali pertanyaan #2, bila sebagian dari modal awal yang dibutuhkan, yakni sebesar US$ 800 berasal dari pinjaman (dipinjam pada tahun 0), dengan tingkat bunga 10% per tahun. Pada akhir tahun 1dan 2, selain membayar bunga juga membayar angsuran modal pokok sebesar $ 200. Pada akhir tahun 2, selain membayar bunga, maka sisa hutang pokok juga dilunasi. Penjualan produk dilakukan di dalam negeri (harga jual = 6,0 Kepeng/unit produk), di mana hasil penjualan dalam Kepeng kemudian dikonversikan dalam US$ untuk keperluan pembayaran hutang.

7. Analisis kembali pertanyaan #4 menggunakan modal pinjaman seperti pada pertanyaan #5

#1: Analisis dalam US$.

Hasil penjualan= ($ 0,06/unit)(10.000 unit/tahun) = $ 600/tahunBiaya operasi = ($ 0,01/unit)(10.000 unit/tahun) = $ 100/tahun Keuntungan/tahun = $ 600 - $ 100 = $ 500.Pada akhir tahun ke-2, keuntungan/tahun ini masih ditambah nilai sisa = $ 400.Aliran uang tunai sebelum pajak: 

C = 1.000 I = 500 I = 500 0 1 2 L = 400

 ROR = 23,1%NPV @10% = US$ 198,35

#2: Analisis dalam Kepeng (mata uang LANGKAPURA).

US$ 1 = 100 Kepeng

C = 100.000 Kepeng I = 50.000 Kepeng I = 50.000 Kepeng

0 1 2 L = 40.000 Kepeng 

ROR = 23,11%NPV @ 10% = 19.835 Kepeng

#3: Analisis dalam Kepeng dengan perubahan nilai tukar mata uang. Tahun 0 → 100 Kepeng = US$ 1,0 → tahun berikutnya devaluasi 50%/tahun.Tahun 1 → 150 Kepeng = US$ 1,0 → tahun berikutnya devaluasi 50%/tahun.Tahun 2 → 225 Kepeng = US$ 1,0Pendapatan pada tahun 1 = US$ 600(150 Kepeng/US$ 1,0) = 90.000 Kepeng.Biaya operasi pada tahun 1 = US$ 100(150 Kepeng/US$ 1,0) = 15.000 Kepeng.Pendapatan pada tahun 2 = US$ 600(225 Kepeng/US$ 1,0) = 135.000 Kepeng.Biaya operasi pada tahun 2 = US$ 100(225 Kepeng/US$ 1,0) = 22.500 Kepeng.Nilai sisa pada akhir tahun 2 = US$ 400(225 Kepeng/US$ 1,0) = 90.000 Kepeng. C = 100.000 Kepeng I = 75.000 Kepeng I = 112.500 Kepeng

0 1 2 L = 90.000 Kepeng 

ROR = 84,66%NPV @ 10% = 135.537 Kepeng

Ternyata adanya devaluasi sangat membantu meningkatkan kelayakan ekonomis dari proyek. Dalam hal ini pendapatan meningkat sebanding dengan devaluasi. Kasus ini dapat terjadi misalnya pada proyek mineral di mana produknya dijual secara internasional dalam US$.

#4: Analisis dalam Kepeng dengan perubahan nilai tukar mata uang, tetapi harga jual produk adalah 6,0 Kepeng/unit produk.  Tahun 0 → 100 Kepeng = US$ 1,0 → tahun berikutnya devaluasi 50%/tahun.Tahun 1 → 150 Kepeng = US$ 1,0 → tahun berikutnya devaluasi 50%/tahun.Tahun 2 → 225 Kepeng = US$ 1,0Pendapatan pada tahun 1 = (10.000 unit)(6,0 Kepeng) = 60.000 Kepeng.Biaya operasi pada tahun 1 = US$ 100(150 Kepeng/US$ 1,0) = 15.000 Kepeng.Pendapatan pada tahun 2 = (10.000 unit)(6,0 Kepeng) = 60.000 Kepeng.Biaya operasi pada tahun 2 = US$ 100(225 Kepeng/US$ 1,0) = 22.500 Kepeng.Nilai sisa pada akhir tahun 2 = US$ 400(100 Kepeng/US$ 1,0) = 40.000 Kepeng. C = 100.000 Kepeng I = 45.000 Kepeng I = 37.500 Kepeng

0 1 2 L = 40.000 Kepeng 

ROR = 13,36%NPV @ 10% = 4.958 Kepeng

Ternyata hasilnya secara ekonomis kalah menarik dibanding dengan #2, karena adanya pengaruh devaluasi pada biaya operasi, tetapi tidak pada pendapatan

#5: Analisis dengan Kepeng dengan pinjaman dalam US$, tanpa adanya perubahan nilai tukar mata uang.

Bunga tahun 1 = (10%)(US$ 800)(100 Kepeng/US$ 1,0) = 8.000 Kepeng.Angsuran pokok pinjaman pada tahun 1 = (US$ 200)(100 Kepeng/US$ 1,0) = 20.000 Kepeng.Bunga tahun 2 = (10%)[(US$ 600)(100 Kepeng/US$ 1,0)]= 6.000 Kepeng.Angsuran pinjaman pada tahun 2 = [US$ 800 - $ 200](100 Kepeng/US $1,0) = 60.000 Kepeng

Aliran uang tunai (kas) selengkapnya dapat dihitung dengan cara berikut:

Hasil ROR Leverage ternyata lebih baik dibanding #2 (ROR = 23,11%), namun NPV baik untuk #2 maupun #5 adalah sama. Hal ini disebabkan tingkat bunga pinjaman = 10% adalah sama dengan tingkat pengembalian minimum dari biaya oportunitas modal = 10%.Leverage (pengungkit modal) adalah proporsi dari modal pinjaman berbunga tetap terhadap modal saham (share capital).

#6: Analisis dengan Kepeng dengan pinjaman dalam US$, adanya perubahan nilai tukar mata uang berpengaruh pada biaya operasi, pokok hutang dan bunga, tetapi tidak pada pendapatan.

Bunga tahun 1 = (10%)(US$ 800)(150 Kepeng/US$ 1,0) = 12.000 Kepeng.Angsuran pokok pinjaman pada tahun 1 = (US$ 200)(150 Kepeng/US$ 1,0) = 30.000 Kepeng.Bunga tahun 2 = (10%)(US$ 800 – US$ 200)(150 Kepeng/US$ 1,0)(150%) = 13.500 Kepeng.Angsuran pinjaman pada tahun 2 = = (US$ 800 – US$ 200)(150 Kepeng/US$ 1,0)(150 %) == 135.000 Kepeng.

Aliran kas selengkapnya dapat dihitung dengan cara berikut:

Pengaruh adanya devaluasi terhadap suatu mata uang, pada suatu proyek yang memakai modal pinjaman dalam bentuk US$ (atau mata uang kuat lainnya), di mana pinjaman harus dibayar dengan mata uang yang terdevaluasi dapatlah sangat merugikan secara ekonomi. Terkecuali kalau pendapatan dalam mata uang terdevaluasi juga mengalami kenaikan pada tingkat yang sebanding dengan tingkat devaluasi mata uang