View
365
Download
6
Category
Preview:
DESCRIPTION
Disusun oleh teman kita Rona Maulida SMAN 68 Jakarta
Citation preview
KESULTANAN ACEH
RONA MAULIDAX MIA 2
LATAR BELAKANG KERAJAAN ACEH
Ketika awal kedatangan Bangsa Portugis di Indonesia, tepatnya di
Pulau Sumatra, terdapat dua pelabuhan dagang yang besar
sebagai tempat transit para saudagar luar negeri, yakni Pasai dan Pedir. Pasai dan Pedir mulai berkembang
pesat ketika kedatangan bangsa Portugis serta negara-negara Islam. Namun disamping pelabuhan Pasai dan Pedir, Tome Pires menyebutkan
adanya kekuatan ketiga, masih muda, yaitu “Regno dachei” (Kerajaan
Aceh).
PENDAHULUANKesultanan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada
tahun 1496. Pada awalnya kerajaan ini berdiri atas wilayah
Kerajaan Lamuri, kemudian menundukan dan menyatukan
beberapa wilayah kerajaan sekitarnya mencakup Daya, Pedir,
Lidie, Nakur. Selanjutnya pada tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh diikuti dengan
Aru.
Aceh berdiri sekitar abad ke-16, dimana saat itu jalur perdagangan
lada yang semula melalui Laut Merah, Kairo, dan Laut Tengah
diganti menjadi melewati sebuah Tanjung Harapan dan Sumatra. Hal ini membawa perubahan besar bagi
perdagangan Samudra Hindia, khususnya Kerajaan Aceh. Para
pedagang yang rata-rata merupakan pemeluk agama Islam kini lebih suka
berlayar melewati utara Sumatra dan Malaka
Sultan Iskandar Muda memperluas wilayah teritorialnya dan terus
meningkatkan perdagangan rempah-rempah menjadi suatu
komoditi ekspor yang berpotensial bagi kemakmuran masyarakat
Aceh. Ia mampu menguasai Pahang tahun 1618, daerah Kedah
tahun 1619, serta Perak pada tahun 1620, dimana daerah tersebut merupakan daerah
penghasil timah. Bahkan dimasa kepemimpinannya Kerajaan Aceh
mampu menyerang Johor dan Melayu hingga Singapura sekitar
tahun 1613 dan 1615. Ia pun diberi gelar Iskandar Agung dari
Timur.
Kerajaan Aceh mulai mengalami masa keemasan atau puncak kekuasaan di
bawah pimpinan Sultan Iskandar Muda, yaitu sekitar tahun 1607
sampai tahun 1636. Pada masa Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh mengalami peningkatan dalam
berbagai bidang, yakni dalam bidang politik, ekonomi-perdagangan,
hubungan internasional, memperkuat armada perangnya, serta mampu
mengembangakan dan memperkuat kehidupan Islam. Bahkan kedudukan
Bangsa Portugis di Malaka pun semakin terdesak akibat
perkembangan yang sangat pesat dari Kerajaan Aceh di bawah pimpinan
Sultan Iskandar Muda
MASA KEJAYAAN KESULTANAN ACEH
Di bawah kekuasannya kendali kerajaan berjalan dengan aman, tentram dan lancar. Terutama daerah-daerah
pelabuhan yang menjadi titik utama perekonomian Kerajaan Aceh, dimulai dari pantai barat
Sumatra hingga ke Timur, hingga Asahan yang terletak di
sebelah selatan. Hal inilah yang menjadikan kerajaan ini
menjadi kaya raya, rakyat makmur sejahtera, dan sebagai
pusat pengetahuan yang menonjol di Asia Tenggara
MASA KEJAYAAN KESULTANAN ACEH◦ Kemajuan dibidang politik luar negeri pada era Sultan Iskandar Muda, salah satunya yaitu Aceh yang bergaul
dengan Turki, Inggris, Belanda dan Perancis. Ia pernah mengirimkan utusannya ke Turki dengan memberikan sebuah hadiah lada sicupak atau lada sekarung, lalu dibalas dengan kesultanan Turki dengan memberikan sebuah meriam perang dan bala tentara, untuk membantu Kerajaan Aceh dalam peperangan. Bahkan pemimpin Turki mengirimkan sebuah bintang jasa pada sultan Aceh
◦ Dalam lapangan pembinaan kesusasteraan dan ilmu agama, Aceh telah melahirkan beberapa ulama ternama, yang karangan mereka menjadi rujukan utama dalam bidang masing-masing, seperti Hamzah Fansuri dalam bukunya Tabyan Fi Ma'rifati al-U Adyan, Syamsuddin al-Sumatrani dalam bukunya Mi'raj al-Muhakikin al-Iman, Nuruddin Al-Raniri dalam bukunya Sirat al-Mustaqim, dan Syekh Abdul Rauf Singkili dalam bukunya Mi'raj al-Tulabb Fi Fashil
◦ Dalam hubungan ekonomi-perdagangan dengan Mesir, Turki, Arab, juga dengan Perancis, Inggris, Afrika, India, Cina, dan Jepang. Komoditas-komoditas yang diimpor antara lain: beras, guci, gula (sakar), sakar lumat, anggur, kurma, timah putih dan hitam, besi, tekstil dari katun, kain batik mori, pinggan dan mangkuk, kipas, kertas, opium, air mawar, dan lain-lain yang disebut-sebut dalam Kitab Adat Aceh. Komoditas yang diekspor dari Aceh sendiri antara lain kayu cendana, saapan, gandarukem (resin), damar, getah perca, obat-obatan
◦ Di bawah kekuasannya kendali kerajaan berjalan dengan aman, tentram dan lancar. Terutama daerah-daerah pelabuhan yang menjadi titik utama perekonomian Kerajaan Aceh, dimulai dari pantai barat Sumatra hingga ke Timur, hingga Asahan yang terletak di sebelah selatan. Hal inilah yang menjadikan kerajaan ini menjadi kaya raya, rakyat makmur sejahtera, dan sebagai pusat pengetahuan yang menonjol di Asia Tenggara
KERUNTUHAN KESULTANAN ACEH
Keruntuhan kesultanan Aceh bermula dengan strategi penyusupan yang dilakukan oleh Dr. Christian Snouck Hurgronje. Ia berpura-pura masuk Islam dan diterima
dengan baik oleh masyarakat Aceh. Ia mendapat kepercayaan dari para pemimpin Aceh. Disitulah ia
mengetahui kelemahan masyarakat Aceh. Ia menyarankan kepada Belanda untuk mengarahkan serangan kepada
para ulama karena kekuatan Aceh terletak pada ulamanya. Ketika dilaksanakan, saran ini berhasil dan
Belanda kemudian menguasai Aceh dengan diangkatnya Johannes Benedictus vab Heutsz sebagai gubernur Aceh pada tahun 1898 yang merebut sebagian besar wilayah
Aceh. Pada tahun 1903, Sultan Muhammad Dawud menyerahkan diri kepada Belanda setelah anak dan
ibunya ditangkap oleh Belanda. Maka pada tahun 1904 seluruh wilayah Aceh jatuh ke tangan Belanda dan
kesultanan Aceh pun telah berakhir.
Dr. Christian Snouck Hurgronje
Benteng IndrapatraSetelah Hindu, muncul kerajaan Islam yang pada masa keemasan
dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda. Pada masa ini, benteng tetap digunakan sebagai basis pertahanan melawan Portugis. Sultan Iskandar Muda menugaskan Laksamana Malahayati
seorang laksamana perempuan pertama di dunia untuk memimpin pasukan di wilayah basis pertahanan ini. Benteng ini merupakan benteng yang dibangun oleh kerajaan Lamuri, kerajaan Hindu
pertama di Aceh. Walaupun akhirnya Islam mendominasi di Aceh, tetapi Sultan dan Ratu yang memimpin Aceh tidak pernah
menghancurkan jejak peninggalan nenek moyangnya.
Taman Sari GunonganTaman Sari Gunongan merupakan salah satu
peninngalan Kerajaan Aceh, setelah keraton (dalam) tidak terselamatkan karena Belanda menyerbu Aceh. Gunongan dibangun pada masa Pemerintahan Sultan Iskandar Muda yamg memerintah tahun 1607-1636.
Sultan Iskandar Muda berhasil menaklukkan Kerajaan Johor dan Kerajaan Pahang di Semenanjung Malaka.
Putri boyongan dari Pahang yang sangat cantik parasnya dan halus budi bahasanya membuat Sultan
Iskandar Muda jatuh cinta dan menjadikannya sebagai permaisuri. Demi cintannya yang sangat besar, Sultan Iskandar Muda bersedia memenuhi
permintaan permaisurinya untuk membangun sebuah taman sari yang sangat indah, lengkap dengan
Gunongan sebagai tempat untuk menghibur diri agar kerinduan sang permaisuri pada suasana pegunungan
di tempat asalnya terpenuhi.
Masjid Tua IndrapuriMesjid Indrapuri adalah bangunan tua
berbentuk segi empat sama sisi. Bentuknya khas, mirip candi, karena di masa silam
bangunan tersebut bekas benteng sekaligus candi kerajaan hindu yang lebih
dahulu berkuasa di Aceh. Diperkirakan pada tahun 1.300 Masehi, pengaruh Islam
di Aceh mulai menyebar, dan perlahan penduduk sekitar sudah mengenal Islam, akhirnya bangunan yang dulunya candi
berubah fungsi menjadi mesjid. Dan sejarah juga mengatakan bangunan bekas candi tersebut dirubah menjadi mesjid di
masa Sultan Iskandar Muda berkuasa dari tahun 1607-1637 Masehi.
Hikayat Prang Sabi Hikayat Prang Sabi merupakan
suatu karya sastra dalam sastra Aceh yang berbentuk hikayat yang isinya membicarakan tentang jihad. ditulis oleh para ulama yang berisi nasihat, ajakan dan seruan untuk terjun ke
medan jihaad fii sabilillaah, menegakkan agama Allah dari
rongrongan kafir dan meraih imbalan pahala yang besar. Bisa jadi hikayat
inilah yang membangkitkan semangat juang rakyat aceh dahulu dalam
mengusir penjajah.
Meriam Kesultanan Aceh Pada masa Sultan Selim II dari
Turki Utsmani, dikirimkan beberapa teknisi dan pembuat senjata dari Turki ke Aceh. Selanjutnya Aceh
kemudian menyerap kemampuan ini dan mampu memproduksi meriam
sendiri dari kuningan dimana meriam ini digunakan untuk mempertahankan
aceh dari penjajah.
Pinto Khop Pinto Khop terletak di Kelurahan Sukaramai,
Kecamatan Baiturahman, Kota Banda Aceh. Pinto Khop merupakan sejarah Aceh tempo dulu. Pinto Khop di
bangun pada masa pemerintahan sultan iskandar muda. Pinto Khop merupakan pintu penghubung antara istana
dan taman putroe phang.Pinto khop ini merupakan pintu gerbang berbentuk kubah.Pinto khop ini juga
merupakan tempat beristirahat putri pahang setelah lelah berenang, letaknya tidak jauh dari gunongan.Di
sanalah dayang-dayang membasuh rambut sang permaisuri,di sana juga terdapat kolam untuk sang
permaisuri mandi bunga.
Recommended