WRAP UP SK 3 KEDKOM

Preview:

Citation preview

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    1/42

    1

    WRAP UP SKENARIO 3

    BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS

    HASIL RISKESDAS 2010

    KELOMPOK A-12

    Ketua : Aldora Oktaviana 1102011019

    Sekretaris : Alifah Diendhia P. 1102011021

    Anggota : Istiadi Mukharam 1102009147

    Ayu Nujma Paradis 1102011058

    Alfianca Yudha R. 1102011020

    Indri Sutanti 1102009141

    Amalia Fatmasari 1102011022

    Ayu Lestari 1102011057

    Asri Alifa S. 1102010037

    Intan Aprelia 1102011127

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

    JAKARTA

    2014

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    2/42

    2

    Skenario 3

    Hasil RISKESDAS 2010

    Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 yang dilaksanakan oleh Balitbangkes

    Kementerian Kesehatan RI didapatkan hasil terkait dengan status gizi anak sebagai berikut:prevalence rate anak pendek sevara nasional pada kelompok umur 6-12 tahun adalah 35,6%

    yang terdiri dari 15,1% sangat pendek dan 20% pendek. Prevalence ratekekurusan pada anak

    umur 6-12 tahun adalah 12,2 % terdiri dari 4,6% sangat kurus dan 7,6% kurus. Sevara nasional

    masalah kegemukan pada anak umur 6-12 tahun masih tinggi yaitu 9,2% atau masih diatas 5,0%.

    RISKESDAS 2010 juga meneliti pola konsumsi energi dan protein penduduk. Hasilnya adalah

    masalah kekurang konsumsi energi dan protein terjadi pada semua kelompok umur, terutama

    pada anak usia sekolah (6-12 tahun), usia pora remaja (13-15 tahun), usia remaja (16-18 tahun),

    dan kelompok ibu hamil, khususnya ibu hamil diperdesaan.

    Status gizi anak tidak saja dipengaruhi pola makan tetapi juga pola asuh keluarga serta perilaku

    hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga dan anak. Dua keadaan tersebut disebabkaan perilaku

    kurang baik dan cenderung menyebabkan kegemukan pada anak adalah membiarkan anak duduk

    berjam-jam menonton tv, kurang oalhraga, dan sering makan makanan junk foodyang tinggilemak, kalori, garam dan rendah serat. Rekomendasi hasil RISKESDAS yang berhubungan

    dengan status gizi anak usia sekolah adalah anak-anak perlu diberikan makanan tambahan.

    Program pemberian makanan tambahan di daerah miskis dapat dilaksanakan oleh Puskesmas

    dengan menjalin kerjasaa pihak sekolah dan masyarakat.

    Dalam pandangan islam, menjalakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga melakukan

    pemberdayaan masyarakat agar masyarakat dapat mandiri adalah wajib.

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    3/42

    3

    Kata Sulit :

    1. RISKESDAS : kegiatan riset yang diarahkan untuk mengetahui gambaran kesehatan

    dasar penduduk termasuk biomedis yang dilaksanakan dengan cara survey rumah tangga

    diseluruh wilayah kabupaten secara serentak dan periode

    2.

    Balitbangkes : badan penelitian dan perkembangan kesehatan3. PHBS : sekumpulan perilaku yang dipraktekan secara sadar sebagai hasil pembelajaran

    yang menjadikan seseorang mandiri dibidang kesehatan dan berperan aktif mewujudkan

    kesehatan

    4. Prevalence rate : mengukur jumlah orang dikalangan penduduk yang menderita suatu

    penyakit pada satu titik waktu tertentu

    5.

    Program pemberian makanan tambahan : program intervensi bagi balita yang menderitakurang gizi untuk meningkatkan status gizi agar kebutuhan gizinya tercapai sesuai usia

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    4/42

    4

    Pertanyaan :

    1. Apakah indikator PHBS keluarga?

    2. Apa saja pemberian makanan tambahan?

    3. Apa hubungan pola asuh keluarga dengan status gizi anak? Dan ada apa saja pola asuh?

    4.

    Apa hubungan PHBS dengan prevalence rate pada status gizi buruk?5. Apa saja penyakit yang diakibatkan karena kekurangan konsumsi energi dan protein?

    6. Berapa tahun sekali RISKESDAS dilaksanakan?

    7. Program apa yang dilakukan Puskesmas untuk perbaikan gizi?

    8. PHBS dalam islam?

    9. Kenapa kelompok ibu hamil kurang gizi banyaknya di desa?

    10.Apa saja gizi untuk ibu hamil?

    Jawaban :

    1.

    - persalinan- ASI

    - Timbangan balita

    - Air bersih

    - Cuci tangan

    - Jamban sehat

    - Pemberantasan jentik

    - Makan sayur buah

    - Aktifitas fisik

    - Tidak merokok dirumah

    2.

    Makanan bergizi sekalian makanan utama3. Pola asuh :

    - Otoriter : memaksakan kehendak

    - Demokratis : kebebasan, tapi bertanggung jawab

    - Permisif : memanjakan anak

    - Penelantar : kurangnya pengetahuan, bahaya!

    4. Berbanding terbalik

    5. Marasmus, kwashiorkor

    6. 3 tahun sekali

    7. PMT, Penyuluhan, penimbangan balita, gizi ibu hamil

    8.

    Wajib

    9. Kurangnya penyuluhan dan pengetahuan, status ekonomi rendah

    10.Fe, Asam folat, protein, vitamin

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    5/42

    5

    Hipotesis :

    Puskesmas puskesmas

    Gizi ibu hamil RISKESDAS PMT

    Kurang gizi Ibu hamil STATUS GIZI obesitas marasmus, kwashiokor

    Pola Asuh (otoriter, demokratis, permisif, penelantaran)

    Pola makan

    PHBS

    Sosial ekonomi dan pengetahuan

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    6/42

    6

    Sasaran belajar :

    1. Memahami dan mempelajari tentang PHBS

    2. Memahami dan mempelajari Status gizi anak dan ibu hamil

    3. Memahami dan mempelajari RISKESDAS

    4.

    Memahami dan mempelajari Gaya hidup yang tidak mencerminkan hidup sehat5. Memahami dan mempelajari PHBS dalam islam

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    7/42

    7

    I. MEMAHAMI DAN MEMPELAJARI PHBS

    a. DefinisiPerilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas

    dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapatmenolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

    masyarakatnya.

    Menurut Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo (2007), dalam Jariston (2009), ada tiga

    faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku hidup bersih dan sehat yaitu:1. Faktor Pemudah (Predisposing factors)

    Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap anak-anak terhadap perilaku hidup bersih

    dan sehat.Dimana faktor ini menjadi pemicu atau antesenden terhadap perilaku yangmenjadi dasar atau motivasi bagi tindakannya akibat tradisi, kebiasaan, kepercayaan,

    tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi.

    2. Faktor pemungkin (enambling factors)

    Faktor pemicu teradap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau tindakanterlaksana.Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

    bagi anak-anak, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban, ketersediaan

    makanan bergizi, dan sebagainya.Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau

    memungkinkan terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat.3. Faktor penguat (reinforcing factors)

    Faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau

    tidak.Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan perilaku pengasuh anak-anak atauorangtua yang merupakan tokoh yang dipercaya atau dipanuti anak-anak.Contoh

    pengasuh anak-anak memberikan keteladanan dengan melakukan cuci tangan sebelum

    makan atau selalu minum air yang sudah dimasak. Maka hal ini akan menjadi penguat

    untuk perilaku hidup bersih dan sehat bagi anak-anak.

    Tujuan PHBS:1.

    Tujuan Umum

    Meningkatnya rumah tangga sehat di desa kabupaten/kota di seluruh Indonesia.2. Tujuan Khusus

    Meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota rumah tangga untukmelaksanakan PHBS.

    Berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat.

    Manfaat PHBS:1. Manfaat PHBS bagi rumah tangga:

    a. Setiap rumah tangga meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit.

    b. Anak tumbuh sehat dan cerdas.c. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya kesehatan

    anggota rumah tangga maka biaya yang dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan

    untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan modal

    usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga.2. Manfaat PHBS bagi masyarakat:

    a. Masyarakat mampu mengupa yakan lingkungan yang sehat.

    b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan.c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    8/42

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    9/42

    9

    terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan

    masalah, d) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif

    pemecahan masalah, dan e) memutuskan tindak lanjut kesepakatan.

    b. Jenis

    Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga

    PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu,

    mau dan mam-pu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalamgerakan kesehatan di masyarakat.

    PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS yang melakukan

    10 PHBS yaitu :

    1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

    2. Memberi ASI ekslusif

    3. Menimbang balita setiap bulan4. Menggunakan air bersih

    5.

    Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun6. Menggunakan jamban sehat7. Memberantas jentik dd rumah sekali seminggu

    8. Makan buah dan sayur setiap hari

    9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari10.Tidak merokok di dalam rumah

    Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Institusi Kesehatan

    PHBS di Institusi Kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien, masyarakat

    pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan Perilaku HidupBersih dan Sehat dan berperan aktif dalam mewujudkan Institusi Kesehatan Sehat dan mencegahpenularan penyakit di institusi kesehatan.

    Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di Institusi Kesehatan

    yaitu :

    1. Menggunakan air bersih

    2. Menggunakan Jamban3. Membuang sampah pada tempatnya

    4. Tidak merokok di institusi kesehatan

    5. Tidak meludah sembarangan

    6. Memberantas jentik nyamuk

    Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah

    PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan

    masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara

    mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalammewujudkan lingkungan sehat.

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    10/42

    10

    Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu

    :

    1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun

    2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat

    4.

    Olahraga yang teratur dan terukur5. Memberantas jentik nyamuk6. Tidak merokok di sekolah

    7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan

    8. Membuang sampah pada tempatnya

    Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat Kerja

    PHBS di Tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja agar tahu, mau danmampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan

    Tempat Kerja Sehat.

    Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat kerja antara lain :

    1.

    Tidak merokok di tempat kerja2. Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja3. Melakukan olahraga secara teratur/aktifitas fisik

    4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar

    dan buang air kecil5. Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja

    6. Menggunakan air bersih

    7. Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    11/42

    11

    8. Membuang sampah pada tempatnya

    9. Mempergunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan

    Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat - tempat Umum

    PHBS di Tempat-tempat Umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjungdan pengelola tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS dan

    berperan aktif dalam mewujudkan tempat Umum Sehat.

    Tempat Umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta, atau perorangan

    yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, saranaibadah, sarana perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana sosial lainnya.

    Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di Tempat - Tempat

    Umum yaitu :

    1. Menggunakan air bersih

    2. Menggunakan jamban

    3.

    Membuang sampah pada tempatnya4. Tidak merokok di tempat umum

    5. Tidak meludah sembarangan

    6. Memberantas jentik nyamuk

    II. MEMAHAMI DAN MEMPELAJARI STATUS GIZI ANAK DAN IBU HAMIL

    Pengertian Status Gizi

    Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikanoleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan

    yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.Penelitian status gizimerupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit

    (Beck, 2000: 1).

    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

    1. FaktorExternal

    Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain:

    Pendapatan Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomikeluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso,

    1999).

    Pendidikan Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap danperilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik(Suliha, 2001).

    Pekerjaan Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjangkehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.

    Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum,1991).

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    12/42

    12

    Budaya Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dankebiasaan (Soetjiningsih, 1998).

    2. FaktorInternal

    FaktorInternalyang mempengaruhi status gizi antara lain :

    Usia

    Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tuadalam pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001).

    Kondisi Fisik Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjutusia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk.

    Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode

    hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all,1986).

    Infeksi Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau

    menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all, 1986).

    Penilaian Status Gizi

    Penilaian status gizi secara langsung menunit Supariasa (2001) dapat dilakukan dengan:1. AntropometriAntropometriadalah ukuran tubuh manusia. Sedangkan antropometrigizi

    adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi

    tubuh dan tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk

    melihat keseimbangan asupan protein dan energi.

    2. Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode untuk menilai status gizi berdasarkan atasperubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi, seperti

    kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau organ yang dekat dengan permukaan tubuhseperti kelenjar tiroid.

    3. Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang

    diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan. Jaringan tubuhyang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti

    hati dan otot.

    4. Biofisik Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi

    dengan melibat kemamapuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari jaringan.

    Penilaian status gizi secara tidak Iangsung menurut Supariasa, IDN (2001) dapatdilakukan dengan:

    1. Survey Konsumsi Makanan

    Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung

    dengan melihat jumlah dan jenis zat dan gizi yang dikonsumsi.

    Kesalahan dalamsurveymakanan bisa disebabkan oleh perkiraan yang tidak tepat dalam

    menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi balita, kecenderungan untuk mengurangimakanan yang banyak dikonsumsi dan menambah makanan yang sedikit dikonsumsi (

    The Flat Slope Syndrome ), membesar-besarkan konsumsi makanan yang bernilai sosial

    tinggi, keinginan melaporkan konsumsi vitamin dan mineral tambahan kesalahan dalammencatat (food record).

    2. Statistik Vital

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    13/42

    13

    Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesebatan seperti angka kematian

    berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian karena penyebab tertentu dan data

    lainnya yang berhubungan dengan gizi.

    3. Faktor Ekologi

    Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara beberapa faktorfisik, biologisdan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung

    dan keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.

    Bentuk aplikasi penilaian status gizi dengan antropometri antara lain dengan penggunaan teknik

    Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI). IMT ini merupakan alat atau carayang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan

    kekurangan dan kelebihan berat badan. Dengan IMT ini antara lain dapat ditentukan berat badan

    beserta resikonya. Misalnya berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit

    infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif.

    Berikut contoh penggunaan metode IMT ini untuk mementukan kondisi berat badan kita. Padacontoh ini akan disampaikan penjelasan tentang cara-cara yang dianjurkan untuk mencapai berat

    badan normal berdasarkan IMT yang kemudian disesuaikan dengan keseimbangan konsumsisehari-hari.

    Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat badan danpengukur tinggi badan.Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan

    tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.

    Untuk mengetahui nilai IMT ini, dipergunakan formula sebagai berikut :

    Berat Badan (Kg)

    IMT = -------------------------------------------------------

    Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

    Berdasarkan perhitungan diatas maka akan dapat ditentukan standard IMT seseorang denganberpedoman sebagai berikut :

    Kategori IMT

    Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat

    Kurus

    sekali

    Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,018,4

    Normal Normal 18,525,0

    Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,127,0

    Obes Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    14/42

    14

    Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang

    dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :

    a. Umur.

    Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan

    menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupuntinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur

    yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih

    angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anakperlu dihitung dengan cermat.Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah

    30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari

    tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).

    b. Berat Badan

    Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa

    jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yangmendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat

    badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) ataumelakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukurandilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan

    paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung

    pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasigizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).

    c. Tinggi Badan

    Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan

    kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa

    lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada

    masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurutumur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan

    karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali.

    Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidakbaik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).

    Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan

    status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan

    Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanyagangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).

    Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam

    menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U.Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SDdiatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius

    dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.

    Macam Klasifikasi Status Gizi

    1. Klasifikasi Status Gizi

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    15/42

    15

    Tabel 1.Tabel Status Gizi

    INDEKS STATUS GIZI AMBANG

    BATAS *)

    Berat badan

    menurut umur

    (BB/U)

    Gizi Lebih > + 2 SD

    Gizi Baik -2 SD sampai+2 SD

    Gizi Kurang < -2 SD sampai

    -3 SD

    Gizi Buruk + 2 SD

    Normal -2 SD sampai+ 2 SD

    Kurus (wasted) < -2 SD sampai

    -3 SD

    Kurus sekali

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    16/42

    16

    3. Menurut Depkes RI (2005) Parameter berat badan / tinggi badan berdasarkan kategoriZ-Scorediklasifikasikan menjadi 4 yaitu:

    1. Gizi Buruk ( Sangat Kurus) :

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    17/42

    17

    1 SD unit = 11-12% unit dari median BB/U, misalnya seorang anak berada pada 75% median

    BB/U berarti 25% unit berada di bawah median atau -2. Pertumbuhan nasional untuk suatu

    populasi dinyatakan dalam positif dan negatif 2 SD unit (Z-skor) dari median, yang termasukhampir 98% dari orang-orang yang diukur yang berasal dari referensi populasi. Di bawah -2 SD

    unit dinyatakan sebagai kurang gizi yang ekuivalen dengan:

    78% dari median untuk BB/U (+ 3 persentil)

    80% median untuk BB/TB90% median untuk TB/U

    Rumus perhitungan Z-skor:

    Z-skor = Nilai Individu SubjekNilai Median Baku RujukanNilai Simpang Baku Rujukan

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    18/42

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    19/42

    19

    Masalah kependekan pada kelompok umur 6-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun

    sangat erat kaitannya dengan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan kepala rumahtangga serta

    keadaan ekonomi rumahtangga.Semakin baik tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan kepalarumahtangga serta keadaan ekonomi rumahtangga semakin rendah prevalensi kependekan.

    Sedangkan prevalensi kekurusan tidak memiliki pola hubungan yang jelas dengan ketiga

    karakteristik responden tersebut.

    Masalah kegemukan memiliki keterkaitan dengan tingkat pendidikan kepala rumahtangga

    dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga.Semakin tinggi tingkat pendidikan kepalarumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga prevalensi kegemukan cenderung

    meningkat.

    Implikasi untuk upaya perbaikan gizi anak umur 6-18 tahun

    Masih tingginya prevalensi kekurusan pada kelompok umur 6-12 tahun (usia sekolah)

    mengindikasikan adanya risiko terganggunya konsentrasi belajar bagi sekitar sepertiga jumlah

    siswa SD/MI atau yang sederajat. Masalah kependekan yang masih tinggi, dimana prevalensikependekan pada anak perempuan juga tinggi yaitu sekitar 30 persen, dimana 12 persen

    diantaranya adalah sangat pendek. Hal ini merupakan keadaan yang berisiko sebagai calon ibu

    rumahtangga yang akan melahirkan generasi penerus. Untuk mengatasi masalah-masalahtersebut di atas maka perlu diintensifkan upaya perbaikan gizi anak sekolah, melalui:

    Peningkatan edukasi gizi bagi anak sekolah baik di sektor pendidikan formal maupuninformal untuk pencapaian KADARZI UNTUK SEMUA. Untuk ini diperlukan

    kerjasama dengan sektorpendidikan baik negeri maupun swasta untuk merumuskan

    kurikulum gizi yang memadaisesuai dengan tingkatan sekolah (SD, SLTP, SLTA atauyang sederajat).

    Penyediaan makanan tambahan bagi anak sekolah (PMT-AS) terutama untuk daerah-

    daerahmiskin, terutama untuk anak usia sekolah (6-12 tahun). Untuk ini diperlukankerjasama antara sektor kesehatan dengan lembaga pendidikan baik negeri maupunswasta serta sektor terkaitlainnya

    STATUS GIZIIBU HAMIL

    Penambahan berat badan ibu hamil dicatat setiap bulan. Perkembangan status gizi ibu hamil

    (LiLA) dicatat pada awal dan akhir pelaksanaan PMT Pemulihan serta dilaporkan oleh KepalaPuskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

    melaporkan perkembangan status gizi ke Pusat dengan tembusan ke Dinas Kesehatan Provinsi.

    Ibu hamil KEKSasaran Pemberian Makanan Tambahan ibu hamil adalah ibu hamil yang berisiko KEK dengan

    pita LiLA < 23,5 cm. Untuk menentukan sasaran penerima PMT Pemulihan, balita dan ibu

    hamil dengan kriteria tersebut di atas perlu dikonfirmasi kepada Tenaga Pelaksana Gizi ataupetugas puskesmas.

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    20/42

    20

    GIZI KURANG & GIZI BURUKMasalah Kekurangan Gizi Utama

    Kurang Energi Protein (KEP)Kurang Energi Protein atau Kurang Kalori Protein adalah keadaan kurang gizi pada anak

    yang disebabkan oleh kurangnya asupan energi dan protein. Kurang energi dan Protein

    (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia.

    Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, sebanyak 13,0% berstatus gizi kurang,

    diantaranya 4,9% berstatus gizi buruk. Data yang sama menunjukkan 13,3% anak kurus,diantaranya 6,0% anak sangat kurus dan 17,1% anak memiliki kategori sangat pendek.

    Anemia Gizi BesiAdalah suatu keadaan dimana kadar Haemoglobin (Hb) dalam darahkurang dari normal.

    Batas normal kadar Hb dalam darah berbeda-beda untuk setiap kelompok umur dan jenis

    kelamin.- B a l i t a : 11 gr%

    - Anak usia sekolah : 12 gr%

    - Wanita dewasa : 12 gr%

    - Pria dewasa : 13 gr%

    - Ibu hamil : 11 gr%

    - Ibu menyusui>3 bulan : 12 gr%

    AGB menjadi masalah kesehatan masyarakat, jika prevalensi 30 %(WHO). Anemia Gizi

    Besi (AGB) yang diderita oleh 8,1 juta anak balita, 10 juta anak usia sekolah, 3,5 juta remajaputri dan 2 juta ibu hamil

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    21/42

    21

    Kurang Vitamin A (KVA)Keadaan dimana simpanan vitamin A dalam tubuh kurang. Tahapawal ditandai dengan gejala

    rabun senja dan secara sub-klinis dinyatakan defisiensi jika kadar serum retinol dalam darah 0,5%

    Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)Gejala yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan yodium secara terus menerus dalam

    jangka waktu yang cukup lama. GAKY menjadi masalah kesehatan masyarakat, jikaprevalensinya >5% .Masalah Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) diderita oleh

    sekitar 3,4 juta anak usia sekolah. Klasifikasi daerah endemik:

    - Daerah GAKY berat, bila TGR 30%

    - Daerah GAKY sedang, bila TGR 20-29,9%

    - Daerah GAKY ringan, bila TGR 5-19,9%

    - Daerah non-endemik, bila TGR 5%

    Total Goitre Rate (TGR)Angka prevalensi gondok yang dihitung berdasarkan seluruh stadium pembesaran kelenjar

    gondok, baik yang teraba (palpable) maupun yang terlihat (visible). TGR digunakan untukmenentukan endemisitas GAKY

    Kurang Energi Kronik (KEK)

    Sekitar 30 juta wanita usia subur menderita kurang energi kronis (KEK), yang bila hamildapat meningkatkan risiko melahirkan BBLR. Setiap tahun,diperkirakan sekitar 350 ribu bayi

    yang BBLR ( 2500 gram), sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka gizi kurangdan kematian balita. Pada tahun 2005 terdapat sekitar 5 juta balita gizi kurang; 1,7 jutadiantaranya menderita gizi buruk.

    Sementara masalah gizi kurang dan gizi buruk masih tinggi, ada kecenderunganpeningkatan masalah gizi lebih sejak beberapa tahun terakhir. Hasil survei di perkotaan

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    22/42

    22

    menunjukkan bahwa sekitar 12 % penduduk dewasa menderita gizi lebih. Data lain

    menunjukkan adanya peningkatan prevalensi penyakit degeneratif yang berkaitan dengan gaya

    hidup.

    Dalam rangka menurunkan angka kematian Anak akibat gizi buruk,sangat diperlukan

    keterlibatan Pemerintah Daerah secara langsung, serta melibatkan partisipasi masyarakatterutama tokoh masyarakat, untuk mengelola penanganan anak gizi buruk baik, sehinggadiharapkan semua kasus gizi buruk dapat ditangani dengan baik. Penanganan anak gizi buruk

    dapat dilakukan secara rawat jalan maupun rawat inap.Penanganan dengan rawat inap hanya

    dilakukan di Puskesmas. Sedangkan penanganan anak gizi buruk dengan rawat jalan, merupakanpelayanan yang diberikan dan dilakukan di fasilitas kesehatan lain seperti, Puskesmas Pembantu

    ataupun Poskesdes, dan lebih membutuhkan partisipasi masyarakat

    KELEBIHAN GIZI

    Kegemukan dan obesitas terjadi akibat asupan energi lebih tinggi daripada energi yang

    dikeluarkan. Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan sumber energi dan lemaktinggi, sedangkan pengeluaran energi yang rendah disebabkan karena kurangnya aktivitas

    fisik dan sedentary life style.

    Masalah kegemukan dan obesitas di Indonesia terjadi pada semua kelompok umur dan pada

    semua strata sosial ekonomi. Pada anak sekolah, kejadian kegemukan dan obesitas merupakan

    masalah yang serius karena akan berlanjut hingga usia dewasa. Kegemukan dan obesitas padaanak berisiko berlanjut ke masa dewasa, dan merupakan faktor risiko terjadinya berbagai

    penyakit metabolik dan degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker,

    osteoartritis, dll. Pada anak, kegemukan dan obesitas juga dapat mengakibatkan

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    23/42

    23

    berbagaimasalah kesehatan yang sangat merugikan kualitas hidup anak seperti gangguan

    pertumbuhan tungkai kaki, gangguan tidur, sleep apneu

    Disamping kegiatan promosi peningkatan kesadaran gizi dan pencegahan kegemukandan obesitas pada anak sekolah, juga dapat dilakukan kegiatan penemuan kasus kegemukan dan

    obesitas. Namun untuk menghindari stigmatisasi anak di sekolah, penegakan diagnosis dan

    penatalaksanaan selanjutnya dilaksanakan di Puskesmas/Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.a. Penemuan Kasus : dilaksanakan setiap tahun melalui kegiatan penjaringan kesehatan disekolah.

    Langkah-langkah kegiatan :

    1) Pengukuran Antropometria) Penimbangan Berat Badan

    b) Pengukuran Tinggi Badan

    Setelah dilakukan pengukuran antropometri oleh petugas gizi atau tenaga

    kesehatan lainnya bersama guru UKS.Selanjutnya data yang diperoleh dilaporkanke Puskesmas, untuk ditentukan status gizinya dan tindak lanjut.

    2) Penentuan Status Gizi (di Puskesmas)

    a) Menghitung nilai IMTb) Membandingkan nilai IMT dengan Grafik IMT/U berdasarkan Standar WHO

    2005

    c) Menentukan status gizi anak :

    Kurus : < - 2 SD Normal : - 2 SD s/d 1 SD

    Gemuk : >1 s/d 2 SD

    Obesitas : > 2 SD

    3) Tindak lanjut :Kesimpulan hasil penjaringan kesehatan di sekolah termasuk hasil pemeriksaan status

    gizi disampaikan kepada orang tua dalam amplop tertutup melalui sekolah dengan

    ketentuansebagai berikut:

    Jika ditemukan anak sekolah dengan status gizi kurus, maka anak dirujuk ke

    Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut Jika ditemukan anak sekolah dengan status gizi normal, maka dianjurkan untuk

    melanjutkan pola hidup sehat

    Jika ditemukan anak sekolah dengan status gizi gemuk atau obesitas, maka anak

    dirujuk ke puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjutPihak sekolah/UKS bertugas memberikan dukungan dan motivasi agar anak

    melaksanakan pola hidup sehat sesuai anjuran dari puskesmas, serta berusaha

    menyediakan lingkungan yang kondusif untuk anak.

    POLA HIDUP SEHAT CEGAH KEGEMUKAN

    Konsumsi buah dan sayur 5 porsi per hari Membatasi menonton TV, bermain komputer, game/playstation < 2 jam/hari Tidak menyediakan TV di kamar anak

    Mengurangi makanan dan minuman manis

    Mengurangi makanan berlemak dan gorengan Kurangi makan diluar

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    24/42

    24

    Biasakan makan pagi dan membawa makanan bekal kesekolah

    Biasakan makan bersama keluarga minimal 1 x sehari

    Makanlah makanan sesuai dengan waktunya Tingkatkan aktivitas fisik minimal 1 jam/hari

    Melibatkan keluarga untuk perbaikan gaya hidup untukpencegahan gizi lebih

    Target penurunan BB yang sehat

    Klasifikasi Gizi Buruk

    1. Kurang kalori ( marasmus)

    Marasmus adalah kekurangan energy pada makanan yang menyebabkan cadangan protein tubuh

    terpakai sehingga anak kurus dan keriput.

    Etiologi :

    Penyebab utama dari kekurangan makanan yang mengandung kalori

    Penyebab umum: Kegagalan menyusui anak : ibunya meninggal dan Tidak adanyamakanan tambahan

    Tanda & gejala

    Tampak sangat kurus, sehingga tulang terbungkus kulit

    Wajah seperti orang tua

    Cengeng

    Kulit keriput , jari lemak subtikus sangat sedikit sampai tidak ada

    Perut cekung

    Sering disertai penyakit kronis ; diare kronik

    Patofisiologi

    Defisiensi kalori yang lama

    Penghancuran jaringan lemak (kebutuhan energy)

    Menghilangnya lemak dibawah kulit

    Penciutan/pengecilan otot

    Pelisutan tubuh yang menyeluruh

    2. Kurang protein ( kwashiorkor )

    Kwashiorkor adalah penyebab utama dari kekurangan makanan yang mengandung protein

    hewani.Penyakit ini biasanya diderita oleh golongan sosial ekonomi rendah.

    Etiologi :

    Defisiensi asupan protein

    Tanda & gejala

    Kegagalan pertumbuhan tampak dengan berat badan rendah maupun ada edema

    Edema pada kaki

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    25/42

    25

    Wajah membulat dan sembab

    Pandangan mata sayu

    Cengeng

    Cracy papement

    Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit dan

    rontok Pembesaran hati

    Otot mengecil, lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk

    Sering disertai infeksi anemia , diare.

    3. Kurang kalori dan protein ( marasmuskwashiorkor )

    Penatalaksanaan

    Makanan /minuman dengan biologic tinggi gizi kalori / protein. Pemberian secara bertahap daribentuk dan jumlah mulamula cair (seperti susu) lunak (bubur) biasa ( nasi lembek)

    Prinsif pemberian nutrisi

    Porsi kecil,sering,rendah serat, rendah laktosa

    Energy / kalori : 100 K kal / kg BB/ hari

    Protein : 11,5 g / kg BB / hari Cairan : 130 ml / kg BB / hari Ringan sedang : 100 ml / kg BB / hari Edema Berat

    Obati / cegah infeksi

    Antibiotic

    Bila tampak komlikasi : Cotrymoksasol 5 ml

    Bila anak sakit berat : Ampicillin 50 mg / kg BB IM/ IV Setiap 6 Jam Selama 2 Hari

    Untuk Melihat kemajuan / perkembangan anak

    Timbang berat badan setiap pagi sebelum diberi makan

    Catat kenaikan BB anak tiap minggu

    Wawancara khusus untuk mengetahui tentang pola asuh dan pola makan dengan memakaiinstrumen Food Frequency Questioner (FFQ) :

    Wawancara masalah kesehatan kepada masing-masing tempat tinggal sasaran

    Melakukan pemeriksaan psikologis dan aktifitas anak-anak secara terpadu

    Melaksanakan pengukuran status gizi, meliputi : berat badan (BB), tinggi badan (TB),

    tebal lemak, kepadatan masa tulang, lingkar lengan atas (LILA)

    Melakukan pengambilan sampel darah kapiler (umur 6-23 bulan) dan darah vena (usia 2-12 bulan) untuk pemeriksaan golongan darah, hemoglobin serta kimia darah lengkap.

    Sebelum dilakukan pengambilan darah, kelompok sasaran penelitian itu diperiksa kesehatan

    jasmaninya oleh tim dokter, apakah ada indikasi medis untuk diambil spesimen darahnya. Untukkelancaran kegiatan penelitian tersebut, tim peneliti mengharapkan bantuan bersama petugas

    puskesmas untuk menyiapkan tempat fokus penelitian untuk mengumpulkan sasaran, melakukan

    edukasi dan komunikasi kepada masyarakat di tempat penelitian.

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    26/42

    26

    Pencegahan Gizi Buruk

    Secara teratur menimbang anak di Posyandu

    Berikan ASI saja pada bayi berusia 2 tahun

    Berikan makanan pendamping ASI sesuai usia dan kesehatan anak

    Berikan makanan beraneka ragam bagi anggota keluarga lainnya

    Beritahukan petugas kesehatan/kader bila anak sakit atau mengalami gangguanpertumbuhan.

    Biasakan Makan Aneka Ragam Makanan

    Makan 2-3 kali sehari yang terdiri dari 4 macam kelompok bahan makanan

    Makanan pokok (sumber zat tenaga): beras, jagung, ubi, singkong, mie, dll.

    Lauk pauk (sumber zat pembangun): ikan, telor, ayam, daging, tempe, kacang-kacangan,tahu, dll).

    Sayuran dan buah (sumber zat pengatur): bayam, kangkung, wortel , buncis, kacangpanjang, daun singkong, daun katuk, pepaya, pisang, jeruk, semangka, dll.

    Dari tiap kelompok bahan makanan dan jenis yang dikonsumsi, maka makin banyak

    jenisnya makin baik dan ditambah dengan susu.

    Mencegah penyakit Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), yang ditandaidengan membesarnya kelenjar gondok do daerah leher, sehingga mengurangi daya tarik

    seseorang. Dan pertumbuhan anak tidak normal (kerdil).

    Biasakan makan pagi

    Untuk menjaga tubuh, agar dapat berkerja atau belajar dengan baik

    Membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran

    Membantu mencukupi zat gizi

    Menjaga kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarga, khususnya balita dan ibu hamil

    Ibu hanya memberikan ASI saja pada bayi sampai usia 4 bulan

    ASI, makanan bayi yang paling sempurna, murah dan mudah memberikannya

    ASI saja mencukupi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dengan normal sampaibayi berumur 4 bulan

    ASI yang pertama keluar (kolustrum) berwarna kekuningan, mengandung zat kekebalan

    untuk mencegah timbulnya penyakit. Oleh karena itu, harus diberikan kepada bayi danjangan sekali-kali dibuang

    Keluarga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi 0-4 bulan

    Dengan ASI mempererat ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi.

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    27/42

    27

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    28/42

    28

    III. MEMAHAMI DAN MEMPELAJARI RISKESDAS

    DEFINISI

    Riset Kesehatan Dasar adalah riset berbasis masyarakat untuk mendapatkan gambaran

    kesehatan dasar masyarakat, termasuk biomedis yang menggunakan sampel Susenas Kor dan

    informasinya mewakili tingkat kabupaten/kota, Propinsi dan nasional.

    TUJUAN dan MANFAAT

    a.Tujuan Umum

    Mengetahui data dasar kesehatan untuk keperluan perencanaan di tingkat kabupaten/kota,

    provinsi dan nasional.

    b. Tujuan khusus:

    a. Mengukur prevalensi penyakit menular dan tidak menular, riwayat penyakit keturunan

    termasuk data biomedisnya

    b. Mengetahui faktor risiko penyakit menular dan tidak menular

    c. Mengetahui ketanggapan sistem kesehatan di unit pelayanan kesehatan

    d. Mengukur angka kematian dan menelusuri sebab kematian

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    29/42

    29

    MANFAAT PENELITIAN

    1. Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota:

    - Mampu merencanakan, melaksanakan survei kesehatan lanjutan di wilayahnya.

    - Mampu menyusun perencanaan program lebih akurat, sesuai situasi dan kondisi tiap kabupaten/kota.

    - Mempunyai bahan advokasi yang berbasis bukti.

    2. Untuk Provinsi dan Pusat

    - Mampu memetakan masalah kesehatan dan menajamkan prioritas pembangunan kesehatan antarwilayah.

    METODOLOGI

    1. Kerangka Konsep

    2. Disain RisetDisain penelitian adalah survei berskala besar, potong lintang (cross-sectional), non-

    intervensi/observasi

    3. Tempat dan Waktu

    Lokasi riset adalah seluruh provinsi (33 provinsi), di seluruh kabupaten/ kota (+ 400 kabupaten/

    kota), di Indonesia.

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    30/42

    30

    4. Populasi dan Sampel

    Populasi riset untuk Riskesdas adalah semua rumah-tangga di Indonesia. Sampel untuk

    Riskesdas adalah rumah-tangga terpilih di BS terpilih menurut sampling yang dilakukan oleh

    BPS untuk Susenas 2007 (sampel Kor).

    Seluruh anggota rumah-tangga terpilih merupakan unit observasi/ pengamatan dalam rumah-

    tangga, sesuai dengan kuesioner yang telah disiapkan.Instrumen untuk wawancara, pemeriksaan

    antropometri dipergunakan untuk seluruh anggota rumah tangga terpilih.

    Sampel garam rumah-tangga untuk pemeriksaan titrasi kadar Yodium dan sampel pemeriksaan

    yodium dalam urin sebesar 10 persen dari BS terpilih. Responden pemeriksaan urin adalah anak

    usia sekolah (6-12 tahun), laki-laki atau perempuan.

    Untuk data biomedis dengan pengambilan spesimen darah, hanya 10 persen BS yang dipilih didaerah perkotaan dan pedesaan, atau sebesar 28 ribu rumah-tangga.Sampel untuk biomedis

    sebanyak 4 anggota rumah tangga dengan klasifikasi 2 orang dewasa laki-laki dan perempuan

    (kepala rumah tangga dengan istri/suami), satu anak balita (1-4 tahun), dan satu anak (5-14

    tahun).

    5. Kerangka Sampel

    Kerangka pengambilan sampel (sampling frame) menggunakan blok sensus (BS) dari Badan

    Pusat Statistik (BPS). Cara pengambilan sampel adalah cluster sampling dengan menggunakan

    blok sensus BPS. Rancangan sampel 2 tahap di daerah perkotaan dan 3 tahap di daerah

    perdesaan. Untuk rancangan sampel 2 tahap, tahap-1 dari kerangka sampel BS dipilih sejumlahBS secara PPS (probability proportional to size) menggunakan linear systematic sampling

    dengan size adalah banyaknya rumah-tangga hasil listing di setiap BS hasil P4B (Pendaftaran

    Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan). Pada tahap-2, dari jumlah rumah-tangga hasil

    listing di tiap BS terpilih, dipilih 16 rumah-tangga secara linear systematic sampling. Untuk

    rancangan sampel 3 tahap, hampir sama dengan 2 tahap, hanya sesudah tahap-1, dibentuk

    sejumlah sub-BS. Selanjutnya dipilih satu sub-BS secara PPS dengan size banyaknya rumah-

    tangga hasil listing di setiap sub-BS hasil P4B.Pada tahap-3, dari jumlah rumah-tangga hasil

    listing di tiap BS terpilih, dipilih 16 rumah-tangga secara linear systematic sampling.

    6. Besar Sampel

    Berdasarkan perhitungan dengan rumus:

    n = Z2 x P (1-P) x DE

    d2

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    31/42

    31

    Bila digunakan p=50%, z=1,96 dan d=0,15 maka besar sampel adalah 171 rumah tangga /

    kecamatan. Penggunaan cluster sampling memerlukan design effect, yang biasanya dipakai

    angka 2, sehingga jumlah sampel per kecamatan adalah 171 x 2 = 342 rumah tangga. Perkiraan

    drop out sebesat 10%, maka sampel yang dibutuhkan adalah 100/90 x 342 = 381 rumah tangga.

    Untuk kepraktisan di lapangan maka dibulatkan besar sampel per kabupaten adalah 400 rumah

    tangga.

    Dengan menggunakan kerangka sampling BPS dan perkiraan jumlah sampel di atas, di seluruh

    Indonesia didapatkan 280 ribu rumah-tangga terpilih. Jumlah rumah-tangga tiap provinsi dan

    kabupaten/ kota berbeda sesuai dengan prinsip PPS tersebut.

    Rumah tangga terpilih oleh BPS dalam KOR Susenas 2007, apabila dalam proses pengumpulan

    data Riskesdas menolak, tidak dapat digantikan dengan rumah-tangga lainnya

    7. Kriteria Inklusi dan EksklusiSeluruh anggota rumah tangga dalam rumah tangga terpilih dijadikan sebagai responden untuk

    wawancara dengan kuesioner yang telah disiapkan, dan dilakukan pengukuran antropometri.

    Pemeriksaan visus pada responden usia 5 tahun.Pemeriksaan gigi permanen.pada responden usia 12 tahun.Pemeriksaan tekanan darah pada responden usia 12 tahunSampel responden pemeriksaan yodium dalam urin adalah anak usia sekolah (6-12 tahun) laki-

    laki atau perempuan.

    Sedangkan pengambilan spesimen darah dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

    a. Kriteria inklusi

    Semua orang yang terpilih dalam DSRT-BPS dimasukkan sebagai responden dengan kriteria

    sebagai berikut :

    Anak usia 12-59 bulan

    Anak usia 5-14 tahun

    Perempuan dewasa usia 15 tahunLaki-laki dewasa usia 15 tahun

    b. Kriteria eksklusi

    Usia diluar kriteria inklusi

    Ibu hamil

    Sakit berat

    Jompo

    Menolak menjadi responden

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    32/42

    32

    8. Data yang Dikumpulkan

    Jenis data yang dikumpulkan secara lengkap dapat dilihat pada Instrumen terlampir. Secara garis

    besar data yang dikumpulkan terdiri dari blok-blok pertanyaan sebagai berikut:

    a. Pengenalan Tempat

    b. Keterangan Rumah-tangga

    c. Keterangan Pewawancara

    d. Keterangan Anggota Rumah-tangga

    e. Mortalitas

    f. Autopsi Verbal untuk Kejadian Kematian

    g. Manajemen Pelayanan Kesehatan

    h. Sanitasi Lingkungan

    i. Konsumsi Makanan Rumah-tangga

    j. Penyakit Menular, Tidak Menular, dan riwayat penyakit turunan

    k. Ketanggapan Pelayanan Kesehatan (Rawat Inap dan Rawat Jalan)

    l. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Kesehatan

    m. Disabilitas/ ketidak mampuan

    n. Kesehatan Mental

    o. Imunisasi dan Pemantauan Pertumbuhan Balita

    p. Kesehatan bayi

    q. Pengukuran dan Pemeriksaan

    Jenis data biomedis dari spesimen darah yang dikumpulkan menghasilkan data tentang:

    a. Penyakit menular (DHF, TB paru, malaria, rubella, HIV, demam typhoid, PMS, CMV).

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    33/42

    33

    b. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (DPT, polio, campak, hepatitis).

    c. Penyakit tidak menular/ kronik degeneratif (DM, dislipidemia, thyroid, kardiovaskuler,

    thrombosis, neoplasma).

    d. Kelainan gizi (anemia, defisiensi mikronutrien).

    e. Penyakit kelainan bawaan (thalasemia).

    Semua sampah biomedis akan dikelola oleh RS yang ditunjuk untuk dimusnahkan sesuai

    prosedur universal precaution.

    9. Prosedur Pengambilan, Transportasi, Penyimpanan dan Pemeriksaan Spesimen Darah

    * Prosedur Pengambilan, Transportasi, Penyimpanan dan Pemeriksaan Spesimen Darah.

    *

    Untuk pemeriksaan spesimen secara biologi molekuler dan imunologi akan dilakukan

    secara bertahap. Seluruh spesimen darah akan disimpan di laboratorium Badan Litbang

    Kesehatan, Jakarta.

    *Sebagian hasil pemeriksaan akan disampaikan kepada responden, sebagian ke Puskesmas,

    sebagian ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat untuk ditindak-lanjuti.

    *Seluruh pemeriksaan spesimen darah dilakukan sesuai prosedur baku yang dilakukan di

    laboratorium kesehatan.

    10. Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data

    Pengembangan instrumen kuesioner dilakukan oleh Pokja Persiapan Riskesdas berdasarkan

    indikator yang telah disepakati di tingkat global seperti Millennium Development Goals

    (MDGs), Grand Strategy Kesehatan, Standar Pelayanan Minimal (SPM), maupun masukan dari

    Unit Utama Depkes.

    Instrumen dan peralatan terdiri dari:

    a. Kuesioner (Daftar Sampel Rumah Tangga/ DSRT, instrumen rumah-tangga dan Individu).

    b. Kantong plastik untuk sampel garam

    c. Peralatan medis (pengukur tekanan darah digital, alat pemeriksaan visus, alat pemeriksaan

    gigi)

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    34/42

    34

    d. Peralatan antropometri (alat ukur tinggi dan panjang badan (microtoise, length measuring

    board), timbangan berat badan digital, pita lingkar lengan atas/ LILA, pita ukur lingkar

    perut).

    e. Pot penampung urin

    f. Peralatan pengambilan darah vena

    g. Peralatan penyimpanan spesimen darah (sebelum dikirim ke Badan Litbang Kesehatan).

    Prosedur pengumpulan data akan dilakukan dengan membentuk tim yang terdiri dari 4 orang

    yaitu:

    1 orang ketua tim sekaligus sebagai koordinator lapangan

    3 orang pewawancara, sekaligus melakukan pengukuran dan pemeriksaan

    Setiap tim bertanggung jawab pada 10 - 15 BS yang akan diselesaikan dalam waktu 4-6 minggu.

    Jumlah tim pengumpul data di tiap Kabupaten/ Kota bervariasi, tergantung pada jumlah BS.

    Pengumpulan data Riskesdas dilakukan sesudah pengumpulan data Susenas 2007 (yang

    dilakukan oleh BPS). Bila pengumpulan data Susenas dilakukan bulan Juli - Agustus 2007,

    pelaksanaan pengumpulan data Riskesdas akan dilakukan segera sesudahnya yaitu bulan

    September - November 2007. Semua sampel Susenas (Kor) sebanyak 280 ribu rumah-tangga

    merupakan juga sampel Riskesdas (tidak dapat dilakukan penggantian sample).

    Pengukuran antropometri, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan visus dan gigi-mulut,

    dilakukan sesuai dengan prosedur baku (lihat lampiran).Untuk pengumpulan data biomedis (spesimen darah), dilakukan oleh tim tersendiri yang terdiri

    dari 2 orang petugas laboratorium yang ditunjuk. Pengumpulan data biomedis dilakukan hanya

    pada sub-sampel (10 persen dari BS terpilih di daerah perkotaan dan pedesaan).

    Untuk pengambilan spesimen, berdasarkan kelaziman di lapangan, diputuskan hal-hal sebagai

    berikut:

    1. Bayi tidak diambil darah.

    2. Anak balita (1-4 tahun) dan anak (5-14 tahun) diambil darahnya sebanyak 5 cc, separuh

    untuk pemeriksaan langsung di lapangan, separuh disimpan untuk selanjutnya dikirim kepusat (Balitbangkes) untuk pemeriksaan serologis.

    3. Dewasa perempuan dan laki-laki diambil darahnya sebanyak 15 cc, 5 cc untuk

    pemeriksaan langsung di lapangan dan sisanya disimpan untuk selanjutnya dikirim ke

    pusat (Balitbangkes) untuk pemeriksaan serologis.

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    35/42

    35

    Jumlah subyek yang diambil darahnya adalah sebagai berikut:

    Subyek Volume Peruntukan

    Anak balita 5 cc2 cc untuk pemeriksaan langsung

    3 cc untuk pemeriksaan serologis

    Anak 5 cc2 cc untuk pemeriksaan langsung

    3 cc untuk pemeriksaan serologis

    Dewasa perempuan 15 cc5 cc untuk pemeriksaan langsung

    10 cc untuk pemeriksaan serologis

    Dewasa laki-laki 15 cc5 cc untuk pemeriksaan langsung

    10 cc untuk pemeriksaan serologis

    Darah untuk pemeriksaan serologis akan dimasukkan ke dalam tabung dan secara berkala

    (diperkirakan setiap 3 hari atau 2 kali seminggu) dibawa oleh kurir ke laboratorium terdekat yang

    mempunyai fasilitas penyimpanan darah.

    11. Bahan Pengumpulan Data

    Bahan pengumpulan data terdiri dari instrumen pengumpulan data (kwesioner) dan peralatan.

    Kuesioner untuk wawancara telah diuji-coba terlebih dahulu untuk mengetahui masalah dalam

    tingkat kesulitan, pemahaman bahasa dan istilah kesehatan, alur pertanyaan.Kuesioner hari uji

    coba direvisi. Alat pengukuran akan ditera sebelumnya, untuk meningkatkan validitasnya.

    12. Organisasi Pengumpulan Data

    Organisasi pengumpulan data Riskesdas adalah sebagai berikut:

    1. Di tingkat pusat dibentuk Tim Penasehat, Tim Pengarah, Tim Pakar, Tim Teknis, Tim

    Manajemen dan Tim Pelaksana Pusat:

    - Tim Penasehat terdiri dari Menkes dan Kepala BPS, Kepala BKKBN dan Pejabat

    eselon I Depkes.

    - Tim Pengarah terdiri dari Kabadan, Pejabat eselon I, eselon II Depkes dan sektor

    terkait.

    - Tim Pakar terdiri dari para ahli di bidangnya masing-masing.

    - Tim Teknis terdiri dari Pejabat eselon II di lingkungan Balitbangkes dan BPS

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    36/42

    36

    - Tim Manajemen terdiri dari Pejabat eselon II, eselon III Balitbangkes

    - Tim Pelaksana Pusat membentuk Koordinator Wilayah (korwil), setiap korwil

    mengkoordinir beberapa provinsi.

    2. Di tingkat provinsi dibentuk Tim Pelaksana Riskesdas Provinsi:

    - Tim Pelaksana di tingkat provinsi diketuai oleh Kadinkes Provinsi, Kasubdin Bina

    Program, Peneliti Balitbangkes, dan Kasie Litbang/ Kasie Puldata Dinkes Provinsi.

    3. Di tingkat kabupaten/kota dibentuk Tim Pelaksana Riskesdas Kabupaten/Kota :

    - Tim Pelaksana di tingkat kabupaten/ kota diketuai oleh Kadinkes Kabupaten,

    Kasubdin Bina Program tingkat kabupaten, Peneliti Balitbangkes, Politeknik

    Kesehatan (Poltekes), dan Kasie Litbangda.

    Di tingkat Kabupaten/ Kota dibentuk Tim Pengumpul Data. Banyaknya tim pengumpul data

    tergantung kepada jumlah Blok Sensus (BS) di Kabupaten/ Kota tersebut. Setiap tim pengumpul

    data mencakup 10 - 15 BS. Tiap tim pengumpul data terdiri dari 4 orang yang diketuai oleh

    Ketua Tim (Katim). Kriteria tim pengumpul data (termasuk Katim) adalah minimal D3 bidang

    kesehatan terutama keperawatan, dapat bekerja penuh selama pengumpulan data Riskesdas yang

    diperkirakan selama 1 bulan di lapangan.

    Tenaga pengumpul data akan direkrut dari tenaga Poltekkes, tenaga Stikes. Kekurangan tenaga

    pengumpul data dapat menggunakan staf Dinas Kesehatan kabupaten dengan persetujuan kepala

    bidang masing-masing untuk dibebaskan dari tugas rutin.

    Tenaga pengumpul darah adalah tenaga laboratorium yang telah disepakati

    13. Manajemen dan Analisis Data

    Data hasil pengukuran dan wawancara tiap tim dikumpulkan di Tim Pelaksana tingkat

    Kabupaten. Kelengkapan data tersebut telah diverifikasi oleh Ketua Tim.Manajemen data

    dilakukan oleh Korwil masing-masing.Manajemen data di korwil meliputi penomoran, editing,

    pemrosesan data (data entry, dan cleaning).Program komputer untuk manajemen data tersebut

    disiapkan oleh Badan Litbang Kesehatan.Untuk data autopsi verbal (sebab kematian), setelah

    diberi nomor/dibukukan, dikirim ke tingkat pusat (Balitbangkes) untuk dianalisis dan ditegakkan

    diagnosis penyebab kematian, sesuai International Classification of Diseases, tenth revision

    (edisi 2006).

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    37/42

    37

    Setelah masing-masing korwil menyelesaikan manajemen data, data dikirim ke pusat

    (Balitbangkes) untuk disatukan, dilakukan verifikasi akhir dan pembobotan. Analisis awal

    tingkat nasional akan dilakukan di tingkat pusat. Data yang telah bersih, akan dikembalikan ke

    masing-masing korwil guna dilakukan analisis. Analisis data di tingkat Kabupaten/Kota berupa

    frekuensi distribusi dan tabulasi silang terhadap berbagai variabel. Untuk data yang representatif

    pada tingkat provinsi, akan dianalisis di tingkat provinsi. Dinas Kesehatan Povinsi melakukan

    analisis data untuk membandingkan indikator kesehatan antar kabupaten dan profil kesehatan

    tingkat provinsi.

    Balitbangkes melakukan analisis di tingkat pusat untuk membandingkan indikator kesehatan

    antar provinsi, profil kesehatan nasional dan membuat analisis kecenderungan, membandingkan

    dengan hasil survei sejenis yang sudah dilakukan pada periode sebelumnya dan membandingkan

    hasil survei serupa dengan negara lain

    IV. MEMAHAMI DAN MEMPELAJARI GAYA HIDUP YANG TIDAK

    MENCERMINKAN HIDUP SEHAT

    Berikut ini 10 perilaku tidak sehat yang sering kita lakukan, serta cara mengatasinya:

    1. Stress Berlebihan

    Sejak dulu, kita tahu bahwa stres yang berlebihan dapat menurunkan daya tahan tubuh

    seseorang dan memacu resiko penyakit jantung, serta membuat kita tidak nyaman.Stres yangberlebihan juga memacu penuaan dini.Ibu-ibu yang memiliki anak-anak dengan penyakit kronis

    merupakan orang-orang yang mengalami stres, dan mengalami penuaan dini yang paling

    ekstrim.

    Cara cepat untuk mengurangi stres adalah dengan menarik nafas dalam-dalam yang disebutdengan pernafasan difragmatik.Untuk jangka panjangnya, luangkan waktu untuk melakukan hal-

    hal yang dapat mengurangi stres Anda.

    2. Minum Alkohol

    Bukan merupakan suatu kebetulan bila alkohol merupakan kabar buruk mengenai stres.Parawanita sebaiknya membatasi diri meminum minuman beralkohol.Berbagai gangguan kesehatan

    juga bisa timbul dari kebiasaan minum alkohol yang berlebihan.Termasuk serangan jantung,

    kangker hati, kanker tenggorokan, dan kanker payudara.

    3.

    Kurang BergerakDengan sedikit menggerakkan tubuh, kita dapat memperpanjang hidup serta mengurangi

    kelebihan berat, mengurangi stres, dan bahkan mencegah penyakit Alzheimer. Langkah pertamayang perlu dilakukan yaitu hanya dengan berjanji pada diri sendiri bahwa kita akan lebih aktif.

    Parkirlah mobil dari jauh pintu masuk, menggunakan tangga dan tidak menggunakan lift,

    melakukan olahraga/senam, jalan kaki selama 30 menit atau lebih banyak selama lima kali ataulebih dalam satu minggu.

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    38/42

    38

    4. Mengkonsumsi Makanan Berlemak

    Lemak yang dikonsumsi secara berlebihan dapat memacu kolesterol tinggi dan merangsang

    penyakit jantung.Biasakan diri Anda untuk mengkonsumsi makanan yang non-kolesterol dan

    berkadar lemak rendah.

    Tips: Takar asupan lemak, jangan lebih dari 10 persen (atau kurang) dari seluruh kalori.

    5. Merokok

    Untuk mengurangi bahaya kanker dan kerutan dini, Anda dapat mengganti rokok dengan permen

    karet rasa nikotin.Berdasarkan penelitian di tahun 2004, permen karet rasa nikotin memberikan

    hasil dua kali lipat dimana perokok berhenti merokok dibandingkan dengan keinginan/janji si

    perokok untuk berhenti merokok.

    6. Menghirup Udara Polusi

    Polusi udara dapat menyebabkan batuk dan sakit mata/mata perih dan hal ini berhubungandengan serangan pada penyakit asma dan saluran pernafasan. Usahakan untuk berada di dalam

    ruangan sebanyak yang Anda bisa bila kadar udara sedang tinggi.

    7. Terlalu Sering Kena Sinar Matahari

    Batasi diri Anda dari sengatan sinar matahari dan gunakan tabir matahari, paling tidak yangmengandung SPF 15 untuk mencegah resiko kanker kulit dan juga kerutan.

    8. Kurang Tidur

    Kurang tidur berhubungan dengan obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi dan masalah ingatan.

    Singkirkan segera televisi dan benda-benda elektronik lain yang mengganggu ketenangan dari

    kamar tidur Anda. Tata ulang kamar tidur Anda dan ciptakan suasana kamar tidur yang nyaman

    dengan lampu yang temaram yang membuat Anda tidur dengan nyenyak.

    9. Kelebihan Berat Badan

    Kelebihan berat badan dapat memicu kemungkinan penyakit serangan jantung, diabetes, bahkan

    kanker. Penelitian mutakhir menyatakan jenis diet yang dilakukan kurang penting dibandingkan

    dengan komitmen Anda untuk melakukan diet tersebut dengan disiplin.

    10. Mengonsumsi Gula Berlebih

    Gula yang berlebihan dapat menaikkan berat badan dan kemungkinan terserang penyakitjantung.Ahli nutrisi menyarankan untuk menjaga tambahan gula pada makanan kecil/cemilan

    dan kue-kue kering sampai 12 sendok teh per hari pada diet berkalori 2200. Selain itu ganti

    makanan yang manis-manis dengan buah-buahan dan sayuran segar

    V.

    MEMAHAMI DAN MEMPELAJARI PHBS DALAM ISLAM

    Dalam kehidupan manusia pasti melewati tiga hal, yaitu sehat, sakit dan mati. Sehat dan sakit

    merupakan rona dan dinamika yang abadi selama manusia masih hidup di muka bumi. Ini yangharus disikapi dengan bijak dan adil bagi umat beragama. Sehat menurut batasan World Health

    Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan

    setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. WHO pada tahun 1984 menyatakanbahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya.

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    39/42

    39

    Bila sebelumnya pada tahun 1947 WHO memberikan batasan sehat hanya dari 3 aspek saja,

    yaitu sehat dalam arti fisik (organobiologik), sehat dalam arti mental (psikologik/psikiatrik) dan

    sehat dalam arti sosial; maka sejak 1984 batasan tersebut sudah ditambah dengan aspek agama(spiritual).

    Islam sejak awal sangat mementingkan hidup sehat melalui tindakan promotif-preventif-

    protektif. Langkah dimulai dari pembinaan terhadap manusia sebagai subjek sekaligus objekpersoalan kesehatan itu sendiri. Islam menanamkan nilai-nilai tauhid dan manifestasi dari tauhidpada diri manusia. Nilai-nilai tersebut mampu merubah persepsii tentang kehidupan manusia

    yang pada gilirannya tentu saja dapat merubah perilakunya. perilaku yang diharapkan dari

    manusia yang bertauhid adalah perilaku yang merealisasikan ketaatan kepada perintah dan

    larangan Allah SWT.

    Islam memandang kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia,

    karena itu Rasulullah saw. menegaskan bahwa orang Islam yang kuat lebih baik dan lebih

    disenangi di mata Allah daripada orang mukmin yang lemah seperti diungkapkan dalam hadis

    berikut:

    Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disenangi di mata Allah daripada orang mukminyang lemah. (HR. Muslim)

    Senada dengan hadis ini, ada pepatah Arab yang menyatakan:

    Akal yang sehat terdapat dalam jiwa yang sehat.

    Mengingat pentingnya kesehatan sebagaimana diungkapkan dalam hadits di atas, maka menjaga

    kesehatan merupakan perintah wajib bagi setiap muslim. Karena dalam kaidah hukum Islam

    perintah terhadap sesuatu juga berarti perintah untuk melaksanakan perantaranya. Artinya jika

    membangun badan/fisik yang sehat merupakan perintah wajib, maka melakukan perbuatan untukmenjaga kesehatan hukumnya wajib pula.

    Secara filosofis, makna kesehatan menurut ajaran Islam adalah kesehatan dalam diri manusiayang meliputi sehat jasmani dan rohani atau lahir dan batin. Orang yang sehat secara jasmani dan

    rohani adalah orang berperilaku yang lebih mengarah pada tuntunan nilai-nilai ruhaniyah,

    sehingga melahirkan amal saleh. Ada empat faktor utama yang mempengaruhi kesehatan, ialahh

    lingkungan (yang utama), perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik. Bila ditilik semuanyatetaplah bemuara pada manusia. Faktor lingkungan yang mencakup fisik, biologi, sosial, dan

    ekonomi mempunyai pengaruh paling besar terhadap kondisi kesehatan. Manusialah yang paling

    memiliki kemampuan untuk memperlakukan dan menata lingkungan hidup

    Ketika Islam memandang kesehatan merupakan faktor yang sangat penting, maka Islam jugamemberikan petunjuk bagaimana hidup sehat. Di antara yang sangat ditekankan dalam Islam

    adalah faktor makanan. Islam menyuruh kaum muslim tidak memakan makanan kecuali

    makanan yang halal dan bergizi seperti dalam firman Allah SWT:

    Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik (bergizi) dari apa yang terdapat dibumi.. (QS. Al-Baqarah: 168)

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    40/42

    40

    Makanan yang halal dan bergizi akan membuat tubuh kuat dan tahan terhadap serangan penyakit.

    Dengan tubuh yang sehat dan kuat ini maka kemungkinan tertular penyakit menjadi kecil. Orang

    yang mudah terserang penyakit adalah orang-orang yang tidak memiliki antibody yang kuat yangbiasanya disebabkan kondisi fisik yang tidak sehat. Karena itu, kesehatan tubuh harus benar-

    benar diperhatikan dengan mengonsumsi makanan-makanan yang halal dan bergizi. Makanan

    yang halal dalam Islam adalah makanan-makanan yang terpilih tidak saja dari segi substansimakanannya tetapi juga dari segi asal makanan diperoleh. Konsep kesehatan dalam Islam tidakhanya mengutamakan kesehatan fisik tetapi juga psikis.

    Sedangkan makanan yang bergizi adalah makanan-makanan yang lebih spesifik lagi dari sekian

    banyak makanan yang halal. Sehingga dengan kriteria makanan yang halal dan bergizi ini,

    makanan yang masuk ke dalam perut manusia benar-benar makanan yang terpilih. Islammenyadari betul bahwa perut adalah sumber munculnya berbagai macam penyakit, karena itu

    agar tubuh sehat, makanan yang akan masuk ke dalam perut harus disaring terlebih dahulu, baik

    aspek gizi maupun kehalalannya.

    Urgensi Kebersihan dan Kesehatan

    Islam tidak membiarkan manusia di alam ini terbelenggu dalam persoalan yang tidak dapatdipecahkan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:

    Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamusekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk dari yang baik. (QS. Ali Imran: 179)

    Landasan nilai tauhid mengajarkan agar setiap muslim bergaya hidup bersih dan sehat. Ini

    merupakan cara efektif untuk menghindari sakit. Kebersihan misalnya, sangat ditekankan olehIslam dan dinilai sebagai cerminan dari Iman seseorang. Kewajiban membersihkan dari najis,

    hadats kecil, janabah, sunnah untuk bersiwak membuktikan bahwa Islam sangat perduli terhadap

    kebersihan fisik dan jiwa. Dengan berwudhu, seorang muslim akan secara langsung

    membersihkan tangan (yang biasanya menjadi pangkal masuknya penyakit ke dalam mulut) danmuka. Kemudian, mencuci kemaluan dengan air setelah buang air kecil atau buang air besar.

    Adapun, ibadah puasa memberikan pengaruh sangat baik terhadap kesehatan perut. Dengan

    puasa, sistem pencernaan yang bekerja, laksana mesin mendapatkan kesempatan untukdiistirahatkan

    Dari hidup bersih menuju hidup sehat. Islam mengantisipasi sesuatu yang mengganggu

    kesehatan, yaitu penyakit. Penyakit dalam pandangan Islam merupakan sesuatu yang harus

    diberantas. Sebab, orang yang terjangkit penyakit pastilah mengganggu pelaksanaan ibadahsecara sempurna dan menghambat produktifitas manusia. Islam mengajarkan pengobatan, tetapi

    Islam lebih menekan pada pencegahan terkena penyakit. Oleh karena itu, perlu umat Islam

    mempunyai perspektif bahwa membangun kesadaran hidup bersih, sehat dan mengobati penyakit

    adalah bagian dari dakwah Islam

    Karena itu, salah satu tujuan dari ajaran Islam ialah menghilangkan kemadharatan/bahaya (dafual-dharar) yang menimpa manusia baik bahaya yang mengancam fisik maupun psikis.

    Tujuannya adalah agar manusia dapat menjalankan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT. -

    menyembah dan mengabdi kepada-Nya- di muka bumi ini dengan baik. Jika kondisi fisik ataupsikis seseorang tidak sehat tentu ia tidak akan dapat menunaikan tugas tersebut dengan baik.

    Karena itu, Islam sangat memperhatikan masalah kesehatan dan menganjurkan agar manusia

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    41/42

    41

    menjaga kesehatan.

    Di samping itu, untuk mencapai tubuh yang sehat, dalam pandangan Islam tidak cukup hanya

    mengandalkan faktor internal tubuh manusia saja, tetapi juga faktor lingkungan. Sebaik apapunmakanan yang dikonsumsi manusia, jika lingkungannya tidak sehat atau tidak bersih, maka

    ancaman penyakit masih tetap besar. Karena penyakit bisa datang melalui makanan yang

    dikonsumsi dan bisa juga melalui udara dan hewan yang kotor. Maka dari itu, Islam juga sangatmenekankan kebersihan.

    Kesimpulan

    Dua konsep Islam tentang kebersihan dan kesehatan sangat tepat untuk membangut sumber daya

    manusia yang berkualitas. Karena untuk menjadi manusia yang produktif dan kreatif

    prasyaratnya harus bergaya hidup bersih dan sehat. Kondisi sehat ialah manusianya yangmemiliki ketahanan tubuh yang kuat, sehingga tercipta generasi dan masyarakat yang tercantum

    dalam firman Allah SWT:

    Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakangmereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. olehsebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkanperkataan yang benar. (an Nisaa:9)

    "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain." (Al-Hadits)

  • 8/10/2019 WRAP UP SK 3 KEDKOM

    42/42

    DAFTAR PUSTAKA

    Notoatmodjo, Soekidjo (2003). Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta :

    Rineka Cipta

    Fikawati, Sandra. 2008.Kumpulan Materi Gizi Kesehatan Masyarakat. Depok : FKM UISuhardjo. 1992.Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta : Kanisius

    Draft Panduan Gerakan Nasional Sadar Gizi Menuju Manusia Indonesia Prima diunduh 28 Mei2013 dari: http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/02/Draft-Pedoman-Gerakan-

    Nasional-Sadar-Gizi-Februari-2012.pdf

    Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 dari:

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29777/4/Chapter%20II.pdf

    Mensucikan Diri diunduh 27 Mei 2013 dari: http://www.dzikir.org/index.php/syariat-

    islam/shalat?start=1

    Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang(Bantuan Oprasional Kesehatan) diunduh 29 Mei 2013 dari: http://gizi.depkes.go.id/wp-

    content/uploads/2012/05/Panduan-PMT-BOK-2011.pdf

    Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih danSehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 dari: http://dinkes-

    sulsel.go.id/pdf/Perilaku_hidup_bersih_&_sehat.pdf

    Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Penyakit Berbasis Lingkungan diunduh 27 Mei 2013 dari:

    www.pamsimas.org/index.php?option=com...penyakit

    Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 dari:

    http://dinkes.malangkota.go.id/index.php/artikel-kesehatan/119-perilaku-hidup-bersih-dan-sehat

    Rancangan Undang-Undang RI Tentang Pemberian Makanan Tambahan dan PemeriksaanKesehatan Berkala Bagi Anak Usia 1 (Satu) sampai dengan 12 (Dua Belas) Tahun diunduh 29

    Mei 2013 dari: http://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2009/02/ruu-ttg-pemberian-makanan-

    tambahan.pdf

    10 Langkah Tatalaksana Gizi Buruk diunduh 29 Mei 2013 dari: http://pkm-banjarsari-

    lebak.blogspot.com/2011/02/10-langkah-tatalaksana-gizi-buruk.html

    http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/02/Draft-Pedoman-Gerakan-Nasional-Sadar-Gizi-Februari-2012.pdfhttp://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/02/Draft-Pedoman-Gerakan-Nasional-Sadar-Gizi-Februari-2012.pdfhttp://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/02/Draft-Pedoman-Gerakan-Nasional-Sadar-Gizi-Februari-2012.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29777/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29777/4/Chapter%20II.pdfhttp://www.dzikir.org/index.php/syariat-islam/shalat?start=1http://www.dzikir.org/index.php/syariat-islam/shalat?start=1http://www.dzikir.org/index.php/syariat-islam/shalat?start=1http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Panduan-PMT-BOK-2011.pdfhttp://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Panduan-PMT-BOK-2011.pdfhttp://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Panduan-PMT-BOK-2011.pdfhttp://dinkes-sulsel.go.id/pdf/Perilaku_hidup_bersih_&_sehat.pdfhttp://dinkes-sulsel.go.id/pdf/Perilaku_hidup_bersih_&_sehat.pdfhttp://www.pamsimas.org/index.php?option=com...penyakithttp://www.pamsimas.org/index.php?option=com...penyakithttp://dinkes.malangkota.go.id/index.php/artikel-kesehatan/119-perilaku-hidup-bersih-dan-sehathttp://dinkes.malangkota.go.id/index.php/artikel-kesehatan/119-perilaku-hidup-bersih-dan-sehathttp://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2009/02/ruu-ttg-pemberian-makanan-tambahan.pdfhttp://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2009/02/ruu-ttg-pemberian-makanan-tambahan.pdfhttp://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2009/02/ruu-ttg-pemberian-makanan-tambahan.pdfhttp://pkm-banjarsari-lebak.blogspot.com/2011/02/10-langkah-tatalaksana-gizi-buruk.htmlhttp://pkm-banjarsari-lebak.blogspot.com/2011/02/10-langkah-tatalaksana-gizi-buruk.htmlhttp://pkm-banjarsari-lebak.blogspot.com/2011/02/10-langkah-tatalaksana-gizi-buruk.htmlhttp://pkm-banjarsari-lebak.blogspot.com/2011/02/10-langkah-tatalaksana-gizi-buruk.htmlhttp://pkm-banjarsari-lebak.blogspot.com/2011/02/10-langkah-tatalaksana-gizi-buruk.htmlhttp://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2009/02/ruu-ttg-pemberian-makanan-tambahan.pdfhttp://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2009/02/ruu-ttg-pemberian-makanan-tambahan.pdfhttp://dinkes.malangkota.go.id/index.php/artikel-kesehatan/119-perilaku-hidup-bersih-dan-sehathttp://www.pamsimas.org/index.php?option=com...penyakithttp://dinkes-sulsel.go.id/pdf/Perilaku_hidup_bersih_&_sehat.pdfhttp://dinkes-sulsel.go.id/pdf/Perilaku_hidup_bersih_&_sehat.pdfhttp://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Panduan-PMT-BOK-2011.pdfhttp://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Panduan-PMT-BOK-2011.pdfhttp://www.dzikir.org/index.php/syariat-islam/shalat?start=1http://www.dzikir.org/index.php/syariat-islam/shalat?start=1http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29777/4/Chapter%20II.pdfhttp://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/02/Draft-Pedoman-Gerakan-Nasional-Sadar-Gizi-Februari-2012.pdfhttp://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/02/Draft-Pedoman-Gerakan-Nasional-Sadar-Gizi-Februari-2012.pdf