View
106
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
LAPORAN KASUS
CVA BLEEDING
DISUSUN OLEH :
SARTIKA SABHINAYA
FK UPN ”VETERAN” JAKARTA
1120221174
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN NEUROLOGI
RUMAH SAKIT TK.II dr. SOEDJONO MAGELANG
2013
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
CVA BLEEDING
Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas
Kepaniteraan Klinik Departemen Neurologi Rumah Sakit Tk.II
dr. Soedjono Magelang
Oleh :
SARTIKA SABHINAYA
1120221174
Magelang, Maret 2013
Telah dibimbing dan disahkan oleh,
Pembimbing,
(Letnan Kolonel CKM dr. Heriyanto, Sp.S)
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan presentasi kasus ini. Penulis berharap agar laporan ini
dapat dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan dan instasi.
Dalam penyelesaian laporan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Letnan Kolonel CKM Letnan Kolonel CKM dr. Heriyanto, Sp.S
2. Teman-teman stase neurologi yang selama ini selalu memberikan dukungan
Penulis menyadari bahwa selama penulisan ini, penulis masih mempunyai banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis menerima saran dan kritikan untuk menyempurnakan
laporan ini.
Magelang, Maret 2013
Penulis
2
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan.................................................................................................1
Kata Pengantar.........................................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................................3
BAB I Pendahuluan.................................................................................................4
BAB II Status Pasien...............................................................................................5
BAB III Tinjauan Pustaka......................................................................................14
BAB IV Pembahasan.............................................................................................23
Daftar Pustaka........................................................................................................25
3
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke adalah suatu kelainan neurologis fokal ataupun global secara tiba-tiba, dengan
gejala yang berlangsung lebih dari 24 jam (atau meninggal), dan diakibatkan oleh gangguan
vaskuler.1 Stroke dapat dibedakan menjadi non hemoragik dan hemoragik. Stroke hemoragik
dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu Perdarahan Intra Serebral (PIS) dan Perdarahan Sub
Arachnoid (PSA).2 Stroke merupakan penyebab ketiga angka kematian di dunia dan
penyebab pertama kecacatan.Faktor resiko dari stroke terbagi 2 yaitu yang tidak dapat diubah
dan yang dapat diubah.3,4
Aphasia adalah gangguan kemampuan berbahasa seseorang (baik lisan maupun tulis) yang
disebabkan oleh gangguan atau kerusakan di otak.5 Aphasia dapat dinilai dari 6 modalitas bahasa
yaitu bicara spontan, pemahaman, pengulangan, penamaan, membaca, dan menulis. Untuk
mempermudah penilaian aphasia sebaiknya ditentukan berdasarkan derajatnya.6,2
4
BAB II
STATUS PASIENSTATUS KHUSUS COASS NEUROLOGI
DEPARTEMEN NEUROLOGI RST Dr. SOEDJONO MAGELANG
Nama Pasien : Ny. E
Usia : 35 tahun
Alamat : Grabag
Pendidikan Terakhir : D3
Pekerjaan : IRT
I. Subyek :
A. Keluhan utama : Lemah pada sisi tubuh sebelah kanan
B. Riwayat penyakit sekarang:
Menurut alloanamnesis pada saat sedang mencuci piring pukul 08.00 WIB hari saat
masuk RS, pasien mendadak lemah pada sisi tubuh sebelah kanan, pasien
mendadak tidak bisa diajak komunikasi. Sudah beberapa hari ini pasien
mengeluhkan sakit kepala. Nyeri dada (-). Demam (-). Mual (-), muntah (-),
makan/minum +/+, kejang (-), sebelumnya tidak pernah seperti ini. BAK/BAB +/+
C. Riwayat penyakit dahulu
- HT ( - )
- DM (-)
- Penyakit jantung (-)
- Kejang ( - )
- Cedera kepala sebelumnya disangkal
D. Rriwayat penyakit keluarga
Tidak terdapat keluarga pasien yang mengalami hal serupa
II. Objek :
A. Status Interna :
- Tanda vital :
TD : 110/70 mmHg N : 92x/menit
Suhu : 36,2 oC RR : 20x/menit
5
- Kepala dan leher:
Conjungtiva anemis : - / -
Ikterik : - / -
Cyanosis : -
Kelenjar getah bening : tidak teraba
- Thoraks:
Inspeksi : dada simetris, ictus cordis tidak tampak
Palpasi : vocal fremitus kanan & kiri sama, ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : sonor, batas jantung normal
Auskultasi : vesikuler (wheezing : - , ronkhi : - ), BJ I II reg
- Abdomen :
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar lien tidak teraba
Perkusi : tympani
- Ekstremitas :
Atas : oedem : - / - , akral hangat
Bawah : oedem : - / - , akral hangat
B. Status Neurologi:
- GCS : E4 Vx Mx (Afasia global)
- Meningeal Sign : kaku kuduk (-), Kernig (-), Brudzinski I-1V (-)
- Nervus Kranialis
1. N.olfaktorius (N I) : tidak dilakukan
2. N.Optikus :
- Tajam penglihatan : SDE
- Lapang pandang : SDE
- Warna : tidak dilakukan
- Funduskopi : tidak dilakukan
3. N.Okulomotorius, Troklearis, Abdusen (N. III,IV,VI)
- Kedudukan Bola Mata saat diam : SDE
6
- Gerakan bola Mata : SDE
- Pupil :
Bentuk, Lebar, perbedaan lebar : bulat, D: 3mm, Isokor
Reaksi Cahaya langsung dan Konsensuil : +/+ / SDE
Reaksi akomodasi dan konvergensi : SDE
4. N. Trigeminus (N.V)
- Sensorik : SDE
- Motorik :
Merapatkan gigi : SDE
Buka Mulut : SDE
Menggigit tong spatel : tidak dilakukan
Menggerakan rahang : SDE
- Refleks :
Maseter : SDE
Kornea: +/+
5. N. Fasialis (N. VII)
- Motorik :
Kondisi diam : Simetris
Kondisi bergerak : SDE
- Sensorik Khusus :
Lakrimasi : tidak dilakukan
Reflex stapedius : SDE
Pengecapan 2/3 anterior lidah : tidak dilakukan
6. N. Statoakustikus (N.VIII)
- Suara bisik : SDE
- Arloji : SDE
- Garpu tala : tidak dilakukan
- Nistagmus : tidak dilakukan
- Tes kalori : tidak dilakukan
7
7. N. Glosopharingeus, Vagus (N. IX,X)
- Inspeksi orofaring pada keadaan istirahat : SDE
- Infeksi orofaring pada saat fonasi : SDE
- Sensorik khusus : pengecapan 1/3 belakang lidah : tidak dilakukan
- Suara serak atau parau : (-)
- Menelan : SDE
8. N. Acesorius (N.XI)
- M. Trapezius : SDE
- M. Sternokleidomastoideus : SDE
9. N. Hipoglosus (N. XII)
- Kondisi diam : SDE
- Kondisi bergerak : SDE
- Motorik
a. Observasi : SDE
b. Palpasi : konsistensi otot kenyal
c. Perkusi : dbn
d. Tonus : dbn
e. Kekuatan otot :
- Ekstremitas atas:
m.deltoid : SDE
m.biceps brakii : SDE
m.triceps : SDE
m.brakhioradialis : SDE
m.pronator teres : SDE
genggaman tangan : SDE
- Ekstremitas bawah:
m.illiopsoas : SDE
m.kwadriceps femoris : SDE
m.hamstring : SDE
m.tibialis anterior : SDE
8
m.gastrocnemius : SDE
m.soleus : SDE
Lateralisasi : ke kanan
- Sensorik
a. Eksteroseptik : nyeri dan raba halus SDE
b. Propioseptik : pemeriksaan gerak dan posisi SDE
- Kombinasi
a. Stereognosis : SDE
b. Barognosis : SDE
c. Graphestesia : SDE
d. Two point tactile discrimination : SDE
e. Sensory extinction : SDE
f. Loss of body image: SDE
- Reflek Fisiologis
a. Reflek superfisial
dinding perut /BHR : (-)
cremaster : tidak dilakukan
b. Refleks tendon/periosteum
BPR: +2+/2
TPR: +2/+2
APR: +2+/2
KPR: +2/+2
Klonus : lutut dan kaki -/-
- Refleks patologis :
a. Babinski : +/-
b. Chaddock : -/-
c. Oppenheim : -/-
d. Gordon : -/-
e. Schaffer : -/-
f. Gonda : -/-
g. Stransky : -/-
h. Rossolimo : -/-
9
i. Mendel-Bechterew: -/-
j. Hoffman : -/-
k. Trimmer : -/-
- Refleks primitif :
a. Graps reflex : -/-
b. Palmo-mental reflex : -/-
- Pemeriksaan cerebelum:
a. Koordinasi
Asinergia/disinergia : SDE
Diadokinesia : SDE
Metria : SDE
Tes memelihara sikap:
Rebound phenomenon: SDE
Tes lengan lurus : SDE
b. Keseimbangan
Sikap duduk : SDE
Sikap berdiri :
Wide base/broad base stance : SDE
Modifikasi Romberg : SDE
Dekomposisi sikap : SDE
Berjalan/gait
Tendem walking : SDE
Berjalan memutari kursi/meja : SDE
Berjalan maju-mundur : SDE
Lari ditempat : SDE
c. Tonus pendular: SDE
d. Tremor : -/-
- Pemeriksaan fungsi luhur :
Afasia : global
Alexia: SDE
10
Apraksia : SDE
Agraphia: SDE
Akalkulia : SDE
Right and left disorentation : SDE
Fingeragnosia : SDE
Tes Sendi Sakroiliaka :
a. Patrick’s : SDE
b. Contra patrick’s : SDE
Tes Provokasi N. isciadicus :
a. Laseque : SDE
b. Sicard’s : SDE
c. Bragard’s : SDE
d. Minor’s : SDE
e. Neri’s : SDE
f. Door bell sign : SDE
g. Kemp test : SDE
C. Resume
Pasien datang ke UGD Tanggal 16 Februari 2013 dengan keluhan utama
adanya kelemah pada sisi tubuh kanan. Dari aloanamnesis didapatkan pada saat
sedang mencuci piring pukul 08.00 WIB hari saat masuk RS, pasien mendadak
lemah pada sisi tubuh kanan, pasien mendadak tidak bisa diajak komunikasi. Sudah
beberapa hari ini pasien mengeluhkan sakit kepala. Nyeri dada (-). Mual (-),
muntah (-), makan/minum +/+, kejang (-), sebelumnya tidak pernah seperti ini.
BAK/BAB +/+. Riwayat HT (-), DM (-)
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg, nadi
92x/menit, suhu aksila: 36,20C, RR: 20x/menit. Pemeriksaan Kepala, leher, thorax,
abdomen, extremitas dalam batas normal. Pada pemeriksaan status neurologis,
tingkat kesadaran Eye 4 Verbal x Movement x. Pemeriksaan meningeal Sign
negatif. Pupil :Bentuk bulat, diameter 3mm, dan Isokor. Refleks kornea positif,
pada palpasi otot kenyal, Refleks tendon/periosteum BPR: +2+/2, TPR: +2/+2,
APR: +2+/2, KPR: +2/+2. Refleks patologis babinski +/-.
11
D. Assesment
1. Klinis : Hemiparese ekstremitas dextra, afasia global
2. Topis : Cerebral lobus parietalis sinistra
3. Etiologi : CVA Bleeding
DD/ CVA infark
E. Planing
1. Diagnosis
Darah Lengkap
Fungsi ginjal
Fungsi hati
Asam urat
Hasil :
Laboratorium :
Darah Lengkap
WBC : 9.0 Lym : 9.7
RBC : 4.60 Mon : 1.9
HGB : 12.3 Gra : 88.5
HCT : 38.9 Lym : 0.8
PLT : 381 Mon : 0.1
PCT : 0.276 Gra : 8.1
MCV : 85
MCH : 26.8
MCHC : 31.7
RDW : 14.7
MPV : 7.2
PDW : 13.4
Glukosa : 125 Asam Urat : 5.0
Kolesterol : 174 SGOT : 18
Trigliserida : 117 SGPT : 8
Ureum : 31
12
Kreatinin : 0.7
K : 3.77
Na : 137.41
Cl : 113.48
CT scan kepala tanpa kontras
-Acute Cortical Intracerebral Hemorrhge (ICH) lobus parietalis sinistra
-Oedem cerebri
2. Therapi
Ring As + tarontal 200 mg 14 tpm
Drip neurotan 12 mg dalam 20 menit, besok 4x6 gr
Inj bratnact 500 mg 4x1
Ethiogobal 1 amp dalam 9 cc aqua
Extrace 500 mg
Q10 plus 3x1
Neofar 3x1
3. Monitoring
Posisi head up 30o
Tanda vital
Perbaikan dan perburukan gejala
4. Edukasi
Jangan duduk-duduk ataupun berdiri
Melakukan perubahan posisi tiap 2 jamnya agar tidak dekubitus
Nama coass : Sartika Sabhinaya
Tanggal diperiksa : 17/02/2013
Jam diperiksa : 13.15 WIB
Tanda tangan Supervisor :
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1. STROKE HAEMORAGIK
III.1.1.Definisi
Stroke adalah suatu kelainan neurologis fokal ataupun global secara tiba-tiba, dengan
gejala yang berlangsung lebih dari 24 jam (atau meninggal), dan diakibatkan oleh gangguan
vaskuler.1
III.1.2.Epidemiologi
Stroke merupakan penyebab ketiga angka kematian di dunia dan penyebab pertama
kecacatan. Angka morbiditas lebih berat dan angka mortalitas lebih tinggi pada stroke
hemoragik dibandingkan dengan stroke iskemik. Hanya 20% pasien yang dapat melakukan
kegiatan mandirinya lagi. Angka mortalitas dalam bulan pertama pada stroke hemoragik
mencapai 40-80%. Dan 50% kematian terjadi dalam 48 jam pertama.7
Tingkat insidensi dari stroke hemoragik seluruh dunia berkisar antara 10 sampai 20
kasus per 100.000 populasi dan bertambah dengan umur. Perdarahan intraserebral lebih
sering terjadi pada pria disbanding dengan wanita, terutama pada usia diatas 55 tahun, dan
juga pada populasi tertentu seperti pada orang kulit hitam dan orang Jepang.8
III.1.3.Klasifikasi
1. Perdarahan intraserebral
Perdarahan ini disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak didalam parechym
otak, pecahnya pembuluh darah tersebut disebabkan karena kerusakan dindingnya
akibat arterosklerosis, peradangan, trauma atau kelainan kongenital seperti aneurisma.
2. Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan terutama pada sirkulus Willisi dan berasal dari aneurisma kongenital yang
pecah. Biasanya terjadi pada usia yang lebih muda. Perdarahan sering berulang dan
menimbulkan vasospsme hebat sehingga terjadi infark otak.2
III.1.4.Faktor Resiko
14
Secara garis besar faktor resiko stroke dibagi atas faktor resiko yang dapat
dimodifikasi (modifiable) dan yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable). Faktor resiko
stroke yang dapat dimodifikasi diantaranya adalah hipertensi, penyakit jantung (fibrilasi
atrium), diabetes melitus, merokok, konsumsi alkohol, hiperlipidemia, kurang aktifitas, dan
stenosis arteri karotis. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain usia,
jenis kelamin, ras/suku, dan faktor genetik.3,4
III.1.5.Gejala Klinis
1. PIS
Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral adalah nyeri kepala berat,
mual, muntah dan adanya darah di rongga subarakhnoid pada pemeriksaan pungsi
lumbal merupakan gejala penyerta yang khas. Serangan sering kali di siang hari,
waktu beraktivitas dan saat emosi/marah. Kesadaran biasanya menurun dan cepat
masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara 1/2-2 jam, dan 12%
terjadi setelah 3 jam).9
2. PSA
Pada penderita PSA dijumpai gejala nyeri kepala yang hebat, nyeri di leher dan
punggung, mual, muntah, fotofobia. Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan
pemeriksaan kaku kuduk, Lasegue dan Kernig untuk mengetahui kondisi rangsangan
selaput otak, jika terasa nyeri maka telah terjadi gangguan pada fungsi saraf. Pada
gangguan fungsi saraf otonom terjadi demam setelah 24 jam. Bila berat, maka terjadi
ulkus pepticum karena pemberian obat antimuntah disertai peningkatan kadar gula
darah, glukosuria, albuminuria, dan perubahan pada EKG.9
III.1.6.Diagnosis
Anmanesis dan pemeriksaan fisik, selain itu dengan pemeriksaan CT scan. Sebelum
dikenal adanya CT scan, pemeriksaan CSF merupakan metode yang paling sering dipakai
untuk menegakkan diagnosis dari stroke hemoragik. Adanya darah atau CSF yang
xanthokromik mengindikasikan adanya komunikasi antara hematom dengan rongga
ventrikular namun jarang pada hematoma lobar atau yang kecil. Secara umum, pungsi lumbal
tidak direkomendasikan, karena hal ini dapat menyebabkan atau memperparah terjadinya
herniasi. Selain itu dapat terjadi kenaikan leukosit serta LED pada beberapa pasien.
15
Computerized tomography (CT) serta kemudian magnetic resonance imaging (MRI)
memberikan visualisasi langsung dari darah serta produknya di ekstravaskuler. Komponen
protein dari hemoglobin bertanggung jawab lebih dari 90% hiperdensitas gambaran CT pada
kasus perdarahan, sedangkan paramagnetic properties dari hemoglobin bertanggung jawab
atas perubahan sinyal pada MRI. CT scan dapat mendiagnosa secara akurat suatu perdarahan
akut. Lesi menjadi hipodens dalam 3 minggu dan kemudian membentuk suatu
posthemorrhagic pseudocyst. Perbedaan antara posthemorrhagic pseudocyst dari kontusio
lama, lesi iskemik atau bahkan astrositoma mungkin dapat menjadi sulit. MRI dapat
membedaakan 5 stage dari perdarahan berdasarkan waktunya yaitu: hiperakut, akut, subakut
stage I, subakut stage II, dan kronik.
Penggunaan angiography pada diagnosis dari PIS menurun setelah adanya CT dan
MRI. Peranan utama dari angiografi adalah sebagai alat diagnosis etiologi dari PIS non-
hipertensif seperti AVM, aneurysm, tumor dll, PIS multipel, dan juga PIS pada tempat-
tempat atipikal (hemispheric white matter, head of caudate nucleus). Walaupun demikian
penggunaannya tetap terbatas oleh karena perkembangan imaging otak yang non-invasif.10
Untuk pengukuran Volume lesi perdarahan diukur berdasarkan metode A x B x C /2
dimana :
A = diameter terpanjang pada slice perdarahan yang terbesar
B = diameter tegak lurus dari A
C = tebal potongan dimana lesi perdarahan masih terlihat.
III.1.7.Pengobatan
Penatalaksanaan pasien stroke (PERDOSSI, 2007):11
Penatalaksanaan Umum Stroke Akut
A. Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat
1. Evaluasi cepat dan diagnosis
Oleh karena jendela terapi stroke akut sangat pendek, evaluasi dan diagnosis klinik
harus cepat. Evaluasi gejala dan tanda klinik meliputi:
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan neurologik dan skala stroke.
4. Studi diagnostik stroke akut meliputi CT scan tanpa kontras, KGD, elektrolit
darah, tes fungsi ginjal, EKG, penanda iskemik jantung, darah rutin, PT/INR,
aPTT, dan saturasi oksigen.
16
2. Terapi Umum
a. Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
• Perbaikan jalan nafas dengan pemasangan pipa orofaring.
• Pada pasien hipoksia diberi suplai oksigen
b. Stabilisasi hemodinamik
• Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari cairan hipotonik)
• Optimalisasi tekanan darah
• Bila tekanan darah sistolik < 120mmHg dan cairan sudah mencukupi, dapat
diberikan obat-obat vasopressor.
• Pemantauan jantung harus dilakukan selama 24 jam pertama.
• Bila terdapat CHF, konsul ke kardiologi.
c. Pemeriksaan awal fisik umum
• Tekanan darah
• Pemeriksaan jantung
• Pemeriksaan neurologi umum awal
o Derajat kesadaran
o Pemeriksaaan pupil dan okulomotor
o Keparahan hemiparesis
d. Pengendalian peninggian TIK
• Pemantauan ketat terhadap risiko edema serebri harus dilakukan dengan
memperhatikan perburukan gejala dan tanda neurologik pada hari pertama
stroke
• Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS < 9 dan pasien yang
mengalami penurunan kesadaran
• Sasaran terapi TIK < 20 mmHg
• Elevasi kepala 20-30º.
• Hindari penekanan vena jugulare
• Hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik
• Hindari hipertermia
• Jaga normovolemia
• Osmoterapi atas indikasi: manitol 0,25-0,50 gr/kgBB, selama >20 menit,
diulangi setiap 4-6 jam, kalau perlu diberikan furosemide dengan dosis inisial
1 mg/kgBB IV.
• Intubasi untuk menjaga normoventilasi.
17
• Drainase ventrikuler dianjurkan pada hidrosefalus akut akibat stroke iskemik
serebelar
e. Pengendalian Kejang
• Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat IV 5-20 mg dan diikuti phenitoin
loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum 50 mg/menit.
• Pada stroke perdarahan intraserebral dapat diberikan obat antiepilepsi
profilaksis, selama 1 bulan dan kemudian diturunkan dan dihentikan bila kejang
tidak ada.
f. Pengendalian suhu tubuh
• Setiap penderita stroke yang disertai demam harus diobati dengan antipiretika
dan diatasi penyebabnya.
• Beri asetaminophen 650 mg bila suhu lebih dari 38,5ºC
g. Pemeriksaan penunjang
• EKG
• Laboratorium: kimia darah, fungsi ginjal, hematologi dan faal hemostasis,
KGD, analisa urin, AGDA dan elektrolit.
• Bila curiga PSA lakukan punksi lumbal
• Pemeriksaan radiologi seperti CT scan dan rontgen dada
B. Penatalaksanaan Umum di Ruang Rawat Inap
1. Cairan
• Berikan cairan isotonis seperti 0,9% salin , CVP pertahankan antara 5-12 mmHg.
• Kebutuhan cairan 30 ml/kgBB.
• Balans cairan diperhitungkan dengan mengukur produksi urin sehari ditambah
pengeluaran cairan yanng tidak dirasakan.
• Elektrolit (sodium, potassium, calcium, magnesium) harus selalu diperiksaa dan diganti
bila terjadi kekuranngan.
• Asidosis dan alkalosis harus dikoreksi sesuai dengan hasil AGDA.
• Hindari cairan hipotonik dan glukosa kecuali hipoglikemia.
2. Nutrisi
• Nutrisi enteral paling lambat dalam 48 jam.
18
• Beri makanan lewat pipa orogastrik bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran
menurun.
• Pada keadaan akut kebutuhan kalori 25-30 kkal/kg/hari.
3. Pencegahan dan mengatasi komplikasi
• Mobilisasi dan penilaian dini untuk mencegah komplikasi subakut (aspirasi, malnutrisi,
pneumonia, DVT, emboli paru, dekubitus, komplikasi ortopedik dan fraktur)
• Berikan antibiotik sesuai indikasi dan usahakan tes kultur dan sensitivitas kuman.
• Pencegahan dekubitus dengan mobilisasi terbatas.
4. Penatalaksanaan medik yang lain
• Hiperglikemia pada stroke akut harus diobati dan terjaga normoglikemia.
• Jika gelisah dapat diberikan benzodiazepin atau obat anti cemas lainnya.
• Analgesik dan anti muntah sesuai indikasi
• Berikan H2 antagonist, apabila ada indikasi.
• Mobilisasi berthap bila hemodinamik dan pernafasan stabil.
• Rehabilitasi
• Edukasi keluarga.
• Discharge planning.
Penatalaksanaan stroke perdarahan intra serebral (PIS)
Terapi Medik pada PIS Akut
a. Terapi hemostatik
- Eptacog alfa (recombinant activated factor VII [rF VIIa]) adalah obat hemostasis yang
dianjurkan untuk pasien hemophilia yang resisten terhadap pengobatan factor VII
replacement dan juga bermanfaat untuk penderita dengan fungsi koagulasi yang
normal.
- Aminocaproic acid terbukti tidak mempunyai efek yang menguntungkan.
- Pemberian rF VIIa pada PIS pada onset 3 jam hasilnya adalah highly-significant, tapi
tidak ada perbedaan bila pemberian dilakukan setelah lebih dari 3 jam.
b. Reversal of Anticoagulation
- Pasien PIS akibat dari pemakaian warfarin harus secepatnya di berikan fresh frozen
plasma atau prothrombic complex concentrate dan vitamin K.
19
- Prothrombic complex concentrate suatu konsentrat dari vitamin K dependent
coagulation factor II, VII,IX, X, menormalkan INR lebih cepat dibandingkan FFP dan
dengan jumlah volume lebih rendah sehingga aman untuk jantung dan ginjal.
- Dosis tunggal intravena rFVIIa 10µ/kg- 90 µ/kg pada pasien PIS yang memakai
warfarin dapat menormalkan INR dalam beberapa menit. Pemberian obat ini harus
tepat diikuti dengan coagulation factor replacement dan vitamin K karena efeknya
hanya beberapa jam.
- Pasien PIS akibat penggunaan unfractioned or low moleculer weight heparindiberikan
Protamine Sulfat dan pasien dengan trombositopenia atau adanya gangguan fungsi
platelet dapat diberikan dosis tunggal Desmopressin, transfusi platelet atau keduanya.
- Pada pasien yang memang harus menggunakan antikoagulan maka pemberian obat
dapat dimulai pada hari ke 7-14 setelah terjadinya perdarahan.
Tindakan Bedah pada PIS berdasarkan EBM :
Tidak dioperasi bila (non-surgical candidate)
- Pasien dengan perdarahan kecil (<10 cm3) atau defisit neurologis minimal
- Pasien dengan GCS ≤4. Meskipun pasien GCS ≤4 dengan perdarahan serebelar disertai
kompresi batang otak masih mungkin untuk life saving.
Dioperasi bila (surgical candidate)
- Pasien dengan perdarahan serebelar >3 cm dengan perburukan klinis atau kompresi batang
otak dan hidrosefalus dari obstruksi ventrikel harus secepatnya dibedah.
- PIS dengan lesi structural seperti aneurisma, malformasi AV atau angioma cavernosa
dibedah jika mempunyai harapan outcome yang baik dan lesi strukturnya terjangkau.
- Pasien usia muda dengan perdarahan lobar sedang s/d besar yang memburuk.
- Pembedahan untuk mengevakuasi hematoma terhadap pasien usia muda dengan
perdarahan lobar yang luas (≥ 50)
III.1.8.Prognosis
Prognosis bervariasi tergantung dari keparahan stroke, lokasi dan volume perdarahan.
Semakin besar volume perdarahan maka prognosis semakin buruk.8
III.2. Aphasia
III.2.1.Definisi
20
Aphasia adalah gangguan kemampuan berbahasa seseorang (baik lisan maupun tulis) yang
disebabkan oleh gangguan atau kerusakan di otak.5
III.2.2. Penilaian
Penilaian aphasia dapat dilakukan dengan memeriksa 6 modalitas bahasa seperti
bicara spontan, pemahaman, pengulangan, penamaan, membaca, dan menulis. Jenis aphasia
dapat dibagi menjadi 6, yaitu :6
1. Aphasia motorik
Pemahaman auditorik masih baik, namun bicara spontan tidak lancar, modalitas
bahasa lainnya terganggu. Lesi berada di posterior girus frontalis inferior / area
Broca’s
2. Aphasia sensorik
Pemahaman sangat terganggu, bicara spontan lancar, namun kata-katanya tidak dapat
dimengerti, modalitas bahasa lainnya terganggu. Lesi berada di regio temporalis
superior kiri, area asosiasi audotorik
3. Aphasia konduksi
Pengulangannya sangat terganggu, pemahaman baik, bicara lancar kadang agak ragu.
Lesi berada di fasikulus arkuatus
4. Aphasia transkortikalis
Kemampuan pengulangan baik, bicara spontan lancar, namun kata-katanya sulit
dimengerti. Lesi di sekitar perisylvii
5. Aphasia anomik
Penamaannya jelek, modalitas bahasa lainnya baik. Lesi di daerah girus angularis kiri
6. Aphasia global
Semua modalitas bahasa terganggu. Lesi berada di sylvian dan sekitarnya hemisphere
kiri
Untuk memudahkan penilaian sebaiknya aphasia ditentukan derajatnya, yaitu :2
Derajat 0 : Aphasia global yaitu pasien tidak dapat berbicara atau mengerti
pembicaraan sama sekali
Derajat 1 : Pembicaraan dilakukan dengan kata atau kalimat terputus-putus, sukar
dimengerti dan diduga maksudnya serta pembicaraan timbal balik
berbatas pada peranan pemeriksa
21
Derajat 2 : Pembicaraan mengenai soal yang mudah dapat dilakukan dengan
bantuan pemeriksa dan sering terjadi kesalahan dalam mengemukakan
pikirannya, tetapi pembicaraan timbal balik diperankan bersama antara
pasien dan pemeriksa
Derajat 3 : Pasien dapat membicarakan persoalan sehari-hari dengan sedikit atau
tanpa bantuan pemeriksa. Kesukaran timbul bila pembicaraan beralih
mengenai persoalan yang tidak sehari-hari dan lebih sulit
Derajat 4 : Pasien tampak sukar dalam berbicara tetapi tidak mempengaruhi isi
dari bentuk pikiran yang dikemukakan
Derajat 5 : Kesukaran bicara tidak tampak nyata oleh pemeriksa tetapi ecara
subjektif pasien mengalami kesukaran
22
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pasien didapatkan kelemahan mendadak pada sisi tubuh sebelah kanan, dimana
kelemahan tersebut timbul saat pasien sedang beraktifitas. Saat dilakukan pemeriksaan
refleks patologis, didapatkan babinski +/-. Hal tersebut mengarahkan adanya suatu
perdarahan pada otak. Maka dilakukan pemeriksaaan CT scan tanpa kontras dan didapatkan
adanya perdarahan pada lobus parietalis sinistra. Sehingga diagnosis ICH dapat ditegakkan.
Pengobatan
Infus Ring As
Mengandung Ca++3 mEq, K+ 4mEq, Na+ 130 mEq, Cl- 109 mEq, asetat 28 mEq tiap liter
larutan infus. Diindikasikan untuk pengobatan asidosis berhubungan dengan dehidrasi dan
kehilangan ion alkali dari tubuh
Tarontal
Mengandung Pentoksifylin. Yang diindikasikan untuk serangan jantung iskemik sementara,
stroke.Penyakit penutupan arteri perifer dan gangguan sirkulatori aterosklerosis.
Neurotan
Mengandung piracetam, diindikasikan untuk kemunduran daya pikir, astenia, gangguan
adaptasi, gangguan reaksi psikomotor, alkoholisme kronik dan adiksi, serta disfungsi serebral
sehubungan dengan akibat pasca trauma
Brainact
Mengandung citicoline yang merupakan asam nukleat yang merupakan prekursor
fosfatidilkolin, yaitu suatu zat gizi penting untuk integritas dan fluiditas membran sel otak.
Digunakan untuk membantu menangani penurunan kemampuan kognitif pada usia lanjut.
Ethiogobal
23
Mengandung mekobalamin, diindikasikan untuk peripheral neropati.
Extrace
Mengandung asam askorbat, diindikasikan untuk defiensi vitamin C bila pemberian secara
oral dikontraindikasikan
Q10 plus
Coenzyme Q10 (CoQ10) adalah senyawa yang ditemukan secara alami di dalam energi.
CoQ10 terlibat dalam membuat molekul penting yang dikenal sebagai adenosin trifosfat
(ATP). ATP berfungsi sebagai sumber energi utama sel dan mengontrol sejumlah proses
biologis, termasuk kontraksi otot dan produksi protein. CoQ10 juga bekerja sebagai
antioksidan.
Neofar
Mengandung alfa lipoic acid sebagai antioksidan dengan membantu mengurangi tingkat
stress oksidasi dan memperlambat kerusakan progresif sel-sel endothelial. Cyanocobalamin
membantu memperbaiki gangguan metabolisme asam nukleat dan protein di dalam jaringan
saraf sensorik dan motorik. Serta biotin untuk membantu memperbaiki metabolisme.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization, 2005. WHO STEPS Stroke Manual: The WHO STEPwise
Approach to Stroke Surveillance. World Health Organization.
2. Pengenalan dan Penatalaksanaan Kasus-Kasus Neurologi, 2001. Departemen Saraf
RSPAD
3. Goetz Christopher G. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of Clinical
Neurology,3rd ed. Philadelphia : Saunders. 2007.
4. Ropper AH, Brown RH. Cerebrovascular Diseases. In : Adam and Victor’s Priciples
of Neurology. Eight edition. New York : Mc Graw-Hill. 2005.
5. Kusumoputro, Sidiarto. 1999. “Esesmen Afasia”. (Dimuat dalam Jurnal Neurona Vol.
16 No. 1-2 hal. 21-25). Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia, Jakarta.
6. Heriyanto.2004.Focus On Physic Diagnostic & Brief Note. FK Universitas Airlangga.
Surabaya
7. Nassisi D., 2008. Stroke, Hemorrhagic. Departement of Emergency Medicine, Mount
Sinai Medical Center. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview
8. Qureshi, Adnan I., Tuhrim, Stanley., Broderick, Joseph P., Batjer, H Hunt., Hondo,
Hiteki., Hanley, Daniel F.,. 2001. Spontaneous Intracebral Hemorrhage.N Engl J
Med , 344: 19
9. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16617/4/Chapter%20II.pdf
10. El-Mitwalli, A., Malkoff, M D.,. 2000. Intracerebral Hemorrhage . The Internet Journal of Advanced Nursing Practice. 4 : 2
11. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2007. Guideline Stroke 2007. Jakarta:
PERDOSSI.
25
Recommended