View
109
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
Entrapment Neuropati
ENTRAPMENT NEUROPATI
I. PENDAHULUAN
Otak dan medulla spinalis menerima dan mengirimkan impuls ke otak atau dari
reseptor sensorik. Impuls ini ditransmisikan oleh saraf-saraf perifer. Saraf ini melintasi
ekstremitas bawah dan atas serta menyeberangi berbagai sendi dalam jalurnya menuju
susunan saraf pusat. Namun, dalam perjalanannya pada struktur tersebut saraf ini dapat
terkompresi pada area-area tertentu (1)
Entrapment neuropati atau neuropati jebakan mengandung pengertian adanya trauma
saraf perifer terisolasi yang terjadi pada lokasi tertentu dimana secara mekanis, mengalami
penekanan oleh terowongan jaringan ikat atau tulang rawan, atau adanya deformitas oleh
suatu jaringan ikat. Contohnya yaitu cedera saraf yang diakibatkan oleh kompresi langsung,
atau contoh lain regangan atau angulasi yang kuat mengakibatkan trauma mekanis pada saraf.
Contoh yang umum terjadinya kompresi adalah terowongan jaringan tulang rawan
pada carpal tunnel syndrome dan pada ulnar neuropati di area terowongan cubital.Cedera
angulasi atau regangan yang kuat adalah mekanisme yang penting dalam terjadinya cedera
pada ulnar neuropati yang berkaitan dengan deformitas berat dari sendi sikut (”tardy ulnar
plasy”). Kompresi rekuren pada saraf oleh tekanan luar dapat menyebabkan trauma fokal
seperti ulnar neuropati dan lesi cabang yang dalam dari nervus ulnaris di dalam tangan. (1,2)
Entrapment juga dapat terjadi oleh fibrosis atau penyembuhan suatu luka dari trauma
lokal, perdarahan, atau traksi yang cenderung ”mengikat” saraf sehingga membatasi mobilitas
normal saraf dalam jaringan. (2)
III. EPIDEMIOLOGI
Entrapment neuropati merupakan kumpulan penyakit saraf perifer yang dicirikan
dengan adanya nyeri atau kehilangannya fungsi saraf akibat kompresi yang kronik. Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) merupakan kasus entrapment neuropati yang paling sering.
Penyakit ini lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria, kemungkinan akibat
terowongan karpal lebih kecil lintasannya pada wanita dibandingkan pada pria. Rasio
antara wanita dengan pria yang menderita CTS ini sekitar 3:1. Biasanya penyakit ini
muncul pada orang yang profesinya sering mengangkat beban yang berat dan pergerakan
tangan berulang seperti pada pekerja pabrik, cleaning service, dan para pekerja tekstil.(3)
Neuropati pada saraf ulnaris merupakan penyakit tersering yang kedua yang
disebabkan kompresi pada daerah siku atau pergelangan tangan. Penyakit ini menyerang
pria 3-8 kali lebih sering dibandingkan pada wanita.(4)
Sedangkan pada Tarsal Tunnel Syndrome, belum ada dilaporkan prevalensi dan
insidens terjadinya penyakit ini.
IV. ETIOLOGI
Ada beberapa keadaan yang dapat menimbulkan entrapment neuropati. Saraf perifer
dalam perjalannya ke distal pada anggota gerak atas maupun anggota gerak bawah
melewati beberapa terowongan yang berbatasan dengan tulang, jaringan tendo atau
jaringan muskuler. Pada titik yang dimaksud dapat terjadi disfungsi saraf oleh karena(5):
1.Kompresi akibat kompartemen yang
menyempit baik karena penyakit lokal
maupun sistemik seperti diabetes melitus,
artritis rematoid, kehamilan, akromegali,
hipotiroidisme atau karena adanya
pembengkakan jaringan sekitar, misalnya
pada sindroma terowongan karpal.
2.Ketegangan berulang-ulang pada saraf yang
melalui struktur yang mengalami kelainan.
3.Tekanan oleh karena penyembuhan tulang
yang kurang baik (malunion) misalnya pada
nervus medianus akibat fraktur Colles.
4.Gesekan yang disebabkan oleh penyempitan
yang berulang-ulang dari serabut saraf
misalnya pada thoracic outlet syndrome.
5.Dislokasi yang berulang-ulang (tardi ulnar
paralisis)
V. PATOFISIOLOGI
Beberapa penulis menduga faktor mekanik dan faktor vaskular memegang peranan
penting dalam terjadinya entrapment neuropati. Tekanan yang berulang-ulang dan lama
pada saraf akan menyebabkan peninggian tekanan intravesikuler. Akibatnya aliran darah
vena intravesikuler melambat. Kongesti yang terjadi akan mengganggu nutrisi
intravesikuler lalu diikuti anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan
mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Apabila kondisi ini
terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf.(6)Penekanan
yang berulang pada saraf yang melebihi tekanan perfusi kapiler akan menyebabkan
terjadinya gangguan mikrovaskular. Hal ini menyebabkan hilangnya lapisan mielin
sehingga terjadi keterlambatan konduksi saraf pada daerah yang terkena. Ketika kompresi
yang akut terjadi, konduksi saraf terhambat. Kompresi yang semakin berat menimbulkan
iskemik yang mengakibatkan kerusakan akson. Keadaan iskemik dan timbulnya
peninggian tekanan intravesikuler akan makin memperparah kerusakan saraf. Akibat
kerusakan ini, penyembuhan menjadi lambat dan berlangsung lama dan penyembuhannya
dapat tidak sempurna.(5)
VI. PEMBAGIAN ENTRAPMENT NEUROPATI
1. Sindrom Kanalis Karpal (Carpal
Tunnel Syndrome)
Terjadi karena adanya penekanan saraf sensorik di terowongan pergelangan
tangan (karpal). Saraf medianus atau saraf tengah masuk telapak tangan antara tendon
fleksor dan retinakulum fleksor. Rongga kecil ini adalah kanalis karpal (carpal
tunnel). Penyempitan oleh lemak atau cairan di sekelilingnya menekan saraf
medianus, munculah kesemutan. Bisa terjadi akibat komplikasi kehamilan, obesitas,
diabetes melitus, rematik. Gejala-gejala meliputi nyeri pada tangan yang kadang
menyebar ke lengan atas. Nyeri makin berat di malam hari. Gejala menjadi parah oleh
kerja manual yang berat seperti mencuci, menggosok. Penyelesaiannya bisa dengan
operasi atau disuntik obat untuk memperlebar terowongan. Bisa juga hanya dengan
fisioterapi bila gejala ringan.(7) Gambar
anatomi dari nervus medianus*
Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan
diagnosa STK(8) adalah:
a) Flick's sign
Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakkan
jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong
diagnosa STK. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada
penyakit Raynaud.
b) Thenar wasting.
Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar.
c) Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual maupun
dengan alat dinamometer.
Penderita diminta untuk melakukan abduksi maksimal palmar lalu ujung
jari dipertemukan dengan ujung jari lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan
pada ujung jari-jari tersebut. Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta
penderita melakukan gerakan yang rumit seperti menulis atau menyulam.
____________________
* Kepustakaan no. 9
d) Wrist extension test.
Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal, sebaiknya
dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila
dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti STK, maka tes ini menyokong
diagnosa STK.
e) Phalen's test.
Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam waktu
60 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa. Beberapa
penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa
STK.
f) Torniquet test
Dilakukan pemasangan torniquet dengan menggunakan tensimeter di
atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit
timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.
g) Tinel's sign
Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada
daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan
karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
h.) Pre ssure test
i. Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan ibu
jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti STK, tes
ini menyokong diagnosa.
ii. Luthy's sign (bottle's sign).
iii. Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya pada botol
atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya
dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung diagnosa.
i) Pemeriksaan sensibilitas.
Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point
discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes
dianggap positif dan menyokong diagnosa.
j) Pemeriksaan fungsi otonom
Diperhatikan apakah ada perbedaan keringat, kulit yang kering atau
licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus medianus. Bila ada akan
mendukung diagnosa STK.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)
Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang
positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Pada
beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa
normal pada 31 % kasus STK.
Kecepatan Hantar Saraf (KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal. Pada
yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal (distal latency)
memanjang, menunjukkan adanya gangguan pada konduksi safar di
pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik.
b. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat
apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leher berguna
untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT scan dan MRI
dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi.(8)
c. Pemeriksaan laboratorium
Bila etiologi STK belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa
adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti
kadar gula darah , kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.(8)
Diferensial Diagnosis Sindrom Kanalis Karpal
Beberapa diferensial diagnosis dari sindrom kanalis karpal(8)adalah:
1. Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang hila leher diistirahatkan
dan bertambah bila leher bergerak.Distribusi gangguan sensorik sesuai
dermatomnya.
2. Thoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-otot
thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan lengan
bawah.
3. Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak
tangan daripada STK karena cabang nervus medianus ke kulit telapak tangan tidak
melalui terowongan karpal.
4. de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abduktor pollicis
longus dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang
repetitif. Gejalanya adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan di
dekat ibu jari. KHS normal. Finkelstein's test : palpasi otot abduktor ibu jari pada
saat abduksi pasif ibu jari, positif bila nyeri bertambah.
Terapi pada Sindrom Kanalis Karpal
Selain ditujukan langsung terhadap STK, terapi juga harus diberikan terhadap
keadaan atau penyakit lain yang mendasari terjadinya STK. Oleh karena itu sebaiknya
terapi STK dibagi atas 2 kelompok, yaitu (8):
1. Terapi langsung terhadap STK
a. Terapi konservatif.
o Istirahatkan pergelangan tangan.
o Obat anti inflamasi non steroid.
o Ada juga program latihan pergelangan tangan dan pemakaian wrist splint
sejenis pembungkus untuk menetralkan posisi pergelangan tangan.
o lnjeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg atau
metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan
karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm ke
arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial tendon
musculus palmaris longus. Bila belum berhasil, suntikan dapat diulangi
setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi dapat dipertimbangkan
bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan.
o Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretika.
o Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu
penyebab STK adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka
menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan.
Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian
piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila
diberikan dalam dosis besar
o Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan tangan.
b. Terapi operatif.
Tindakan operasi pada STK disebut neurolisis nervus medianus pada
pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami
perbaikan dengan terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat
atau adanya atrofi otot-otot thenar . Pada STK bilateral biasanya operasi pertama
dilakukan pada tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan
operasi bilateral. Penulis lainmenyatakan bahwa tindakan operasi mutlak dilakukan
bila terapi konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan indikasi
relatif tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang persisten.
Biasanya tindakan operasi STK dilakukan secara terbuka dengan anestesi
lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi secara endoskopik.
Operasi endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita secara dini dengan
jaringan parut yang minimal, tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan ini
lebih sering menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada saraf. Beberapa
penyebab STK seperti adanya massa atau anomali maupun tenosinovitis pada
terowongan karpal lebih baik dioperasi secara terbuka.
2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari STK.
Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya STK harus ditanggulangi,
sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan STK kembali. Pada keadaan di
mana STK terjadi akibat gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan penyesuaian
ataupun pencegahan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya STK atau mencegah kekambuhannya antara lain:
o Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral
o Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh
tangan dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya
Menggunakan ibu jari dan telunjuk.
o Batasi gerakan tangan yang repetitif.
o Istirahatkan tangan secara periodik.
o Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan memiliki waktu
untuk beristirahat.
o Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan peregangan secara
teratur.
2. Sindrom Kanalis Tarsal (Tarsal Tunnel
Syndrome)
Sindrom ini masih bersaudara dengan sindrom kanalis karpal.Gejala dan kejadiannya
sama, hanya saja mengenai jari-jari kaki. Umumnya diderita kaum lelaki. Terapinya pun
sederhana, bila tidak ada penciutan otot. Hanya dengan mengistirahatkan kaki dan tidak
boleh terlalu banyak beraktivitas. Kalau ada penciutan otot, tentu harus dioperasi.(7)
Gambaran nervus tibialis posterior yang melalui terowongan tarsal*
3. Sindrom Ulnaris (Sindrom Saraf Tulang Hasta)
Saraf ulnaris atau saraf tulang hasta (gambar C8) biasanya terjepit di daerah siku.
Neuropati ini bisa jadi akibat efek lanjut semisal dislokasi akibat tulang lengan atas
mengalami kerusakan. Akibatnya, tidak hanya saraf sensorik, saraf motorik juga kena.
Kelemahan tangan bisa juga muncul. (7)
Gejala dapat dihilangkan dengan pembedahan saraf ke bagian siku. Saraf ulnaris juga
dapat terganggu bila ada tekanan terlalu lama di telapak tangan. Ini biasanya terjadi pada
pekerja manual atau akibat tekanan tongkat yang berat di telapak tangan(7).
___________________
* Kepustakaan no. 10
4. Sindrom Sabtu Malam (Saturday Night
Palsy )
Muncul akibat tekanan kepala pacar dan tekanan kursi yang mengenai pundak dan
tangan saat malam mingguan. Gejala yang muncul antara lain, jari-jari sulit digerakkan,
kesemutan di ujung jari, di balik kuku. Biasanya pada ibu jari dan telunjuk. Pergelangan
tangan masih ditekuk dan tangan masih bisa untuk meninju. (7)
Bila gejalanya ringan, biasanya dalam waktu seperempat jam bisa pulih lagi. Kalau
sudah sampai hilang rasa dalam waktu berjam-jam, segeralah periksakan diri ke ahli
saraf. (7,8)
5. Sindrom Kanalis Radial (Radial Tunnel Symptoms)
Terjadi karena saraf radial yang masuk ke teromongan di antara otot lengan bawah
tertekan otot. Umumnya disebabkan karena kontraksi lengan bawah yang terlalu kuat,
misalnya untuk mengayun sesuatu. Karena itu, para petenis sering mengalami hal ini. (7)
Gejalanya ialah rasa nyeri di bagian punggung lengan bawah persis di bawah siku.
Kadang-kadang nyeri terasa juga di bagian pergelangan tangan. Biasanya gejala
kesemutan atau baal nyaris tidak ada. Jari-jari kemungkinan besar tidak bisa dibuka.
Dokter biasanya akan menyarankan untuk menghentikan aktivitas tangan. (7,8)
6. Sindrom Kanalis Cubitalis (Cubital Tunnel Syndrome)
Kesemutan atau baal biasanya terjadi di jari manis. Atau terjadi di wilayah saraf
ulnaris. Gejalanya seperti sindrom ulnaris. Baal biasanya terjadi tidak hanya pada satu
tangan. Mulai ketika mengangkat telpon, menekan siku ke meja atau menekuk siku.
Kadang-kadang muncul nyeri di bagian dalam siku atau pergelangan tangan. (7)
Kasus seperti ini jarang ditemui. Biasanya muncul akibat tulang siku yang terbentur
tanpa sengaja berkali-kali dan kita diamkan saja. Beberapa minggu sesudahnya muncul
gejala kesemutan. Kalau sudah baal, biasanya harus dibedah atau kadang-kadang hanya
dengan obat saja bisa sembuh. (3,7,8)
Gambaran anatomi dari nervus ulnaris*
Semua pasien yang diduga sindroma terowongan kubital harus mendapatkan
pemeriksaan EMG dan kecepatan konduksi saraf (NCV), sinar-X siku dan tulang
belakang servikal. (8,11)
EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk
menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna
menilai (8,12) :
(1) kelainan saraf metabolik atau nutrisional, seperti
polineuropati diabetik dan
(2) tempat jeratan kedua, seperti gangguan akar C8
(hingga disebut 'double crush syndrome').
Hasil tes elektrodiagnostik tidak boleh digunakan
sebagai alat diagnostik primer untuk mengindikasikan
operasi. Mungkin indikator elektrodiagnostik untuk
kelainan saraf ulnar pada siku yang paling spesifik dan
masuk akal adalah perlambatan kecepatan konduksi
melintas siku.
Walaupun nilai normal belum pasti, kecepatan konduksi
(NCV) saraf ulnar umumnya 47-65 m/dt dengan rata-rata
55 m/dt. Pengurangan kecepatankurang dari 25 %
mungkin tidak bermakna. Pengurangan kecepatan
lebih dari 33 % mungkin menunjukkan proses gangguan
saraf disiku.Temuan EMG lain yang menunjukkan sindroma
terowongan kubital adalah berkurangnya jumlah potensial aksi unit motor, fibrilasi dan gelombang positif, dan pada kasus yang lebih berat, potensial reinnervasi polifasik. Indikator sensitif perubahan konduksi lainnya adalah hilangnya potensial sensori evoked. (8,12)
i. Posisi siku harus harus standar pada saat melakukan pemeriksaan elektrodiagnostik. Variasi pembacaan NCV bisa terjadi saat fleksi dan ekstensi, bahkan pada orang normal.
ii. Sinar-X siku memberikan informasi berguna menyangkut etiologi yang membantu rencana pengelolaan. Spur artritik, tumor tulang, raktura, atau kubitus valgus bisa ditemukan. Tampilan anteroposterior sedikit oblik, disebut sebagai tampilan terowongan kubital.Banyak proses patologis kord tulang belakang menyerupai sindroma ini, semua mungkin tampil dengan tanda dan gejala motor yang predominan. Bila pasien mengeluh 'tangan baal dan kaku', pikirkan lesi kord intrinsic seperti tumor intrameduler, siringomielia, sclerosis lateral amiotrofik, dan lesi kord ekstrinsik seperti kelainan saraf spondilitik servikal. Penyebab nyeri dan disfungsi tangan lainnya adalah(13)
: (1) gangguan akar servikal karena osteofit atau
diskus yang mengalami herniasi, (2) tumor Pancoast dan lesi lain pleksus brakhial
bawah dan medial, dan (3) kompresi saraf ulnar ditempat lain, seperti pada
terowongan Guyon.
Sebagai tambahan, berbagai gangguan
saraf sistemik, seperti defisiensi nutrisional atau DM,
mungkin berdiri sendiri
atau bersama dengan sindromaterowongan kubital
menyebabkan kelemahan, atrofi, nyeri dan baal pada
distalekstremitas atas. Terkadang, pengaruh usia
menyebabkan atrofi dan disfungsi tangan intrinsik
Terapi yang diberikan pada penderita sindrom kanalis cubital adalah (7)
1.Konservatif
NSAID, batasi aktivitas tulang sampai siku
2. Operatif
Paling sedikit ada lima cara operasi berbeda yang dianjurkan untuk sindroma terowongan
kubital. Masing-masing dengan keuntungandan kerugiannya sendiri. Dikelompokkan
kedalam kategori:
(1) dekompresi untuk proses kompresi tanpa memindahkan saraf
dari tempatnya pada alur ulnar. Tindakan dekompresiadalah dekompresi
sederhana dan epikondilektomi medial.
(2) transposisi Tindakan dekompresi ditujukan Tindakantransposisi memindahkan
saraf keanterior kelokasi yang lebih terlindung. Selanjutnya bisa
dibagi berdasar kemana saraf ulnar akan diletakkan: subkutan, intramuskuler,
atau submuskuler.Cara lain yang dianjurkan Willis adalah pembebasanterowongan
kubital yang diperluas dengan osteotomi parsial dari epikondil medial.
VI. KOMPLIKASI
Komplikasi dari penyakit yaitu berkembangnya sindroma jebakan menjadi neuropati
yang kronik sehingga menghasilkan manifestasi berupa serangan paroksismal yaitu
perasaan seperti ditusuk-tusuk dan dapat meluas diluar saraf dan akar-akar saraf yang
relevan.
Kebanyakan operasi dekompresi dilakukan dengan aman. Komplikasi operasi berupa
anesthesia dan pergeseran syaraf jarang. Kerusakan dari syaraf sekitar dan arteri dapat
terjadi setelah operasi.
Infeksi setelah operasi dapat terjadi dan memicu rekurensi dari sindroma jebakan.
Pada kasus seperti ini, eksplorasi ulang harus sering di lakukan mencegah komplikasi dan
untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.(14)
VII. PROGNOSIS
Pada kasus entrapment neuropati ringan, dengan terapi konservatif umumnya
prognosa baik. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi karena operasi hanya
dilakukan pada penderita yang sudah lama menderita, penyembuhan post ratifnya
bertahap. Perbaikan yang paling cepat dirasakan adalah hilangnya rasa nyeri yang
kemudian diikuti perbaikan sensorik. Biasanya perbaikan motorik dan otot-otot yang
mengalami atrofi baru diperoleh kemudian. Keseluruhan proses perbaikan setelah
operasi ada yang sampai memakan waktu 18 bulan .(7,8)
Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan maka
dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini(8):
1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap saraf terletak di
tempat yang lebih proksimal.
2. Telah terjadi kerusakan total pada saraf di daerah tersebut
3. Terjadi kasus baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat edema,
perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik.
Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya sensibilitas yang
persisten di daerah distribusi saraf. Komplikasi yang paling berat adalah reflek
sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia,
disestesia dan gangguan trofik.
Sekalipun prognosa entrapment neuropati dengan terapi konservatif maupun
operatif cukup baik tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi
kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat diulangi kembali.
VIII. KESIMPULAN
Entrapment neuropati atau neuropati jebakan mengandung pengertian adanya
trauma saraf perifer terisolasi yang terjadi pada lokasi tertentu dimana secara mekanis,
mengalami penekanan oleh terowongan jaringan ikat atau tulang rawan, atau adanya
deformitas oleh suatu jaringan ikat. Ada beberapa macam entrapmet neuropati yaitu
sindrom kanalis karpal (carpal tunnel syndrome), sindrom kanalis tarsal (tarsal tunnel
syndrome), sindrom ulnaris (sindrom saraf tulang hasta), sindrom sabtu malam
(Saturday night palsy), sindrom kanalis radialis, dan sindrom kanalis cubitalis.
Sekalipun prognosa entrapment neuropati dengan
terapi konservatif maupun operatif cukup baik
tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap
ada. Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi
baik konservatif atau operatif dapat diulangi
kembali
Recommended