View
13
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan Allah SWT
kepada manusia. Karena itu, orang yang berakal dan sehat tentu
mendambakan keluarga bahagia, sejahtera dan damai. Rumah tangga
yang bahagia adalah rumah tangga di mana seluruh anggota keluarga
tidak selalu mengalami keresahan yang menggoncang sendi-sendi
keluarga. Rumah tangga sejahtera adalah rumah tangga yang dapat
dipenuhi kebutuhan hidupnya, baik lahir maupun batin menurut tingkat
sosialnya. Rumah tangga yang damai adalah rumah tangga di mana
para anggota keluarganya senantiasa damai tenteram dalam suasana
kedamaian dan bebas dari percekcokan dan pertengkaran. Sedangkan
rumah tangga yang langgeng (kekal) adalah rumah tangga yang terjalin
kokoh dan tidak terjadi perceraian selama kehidupannya1.
Dari gambaran keluarga yang ideal di atas, jelas bahwa keluarga
merupakan ikatan batin yang dibangun atas dasar cinta dan kasih
sayang antara suami dan istri dan berikut kekerabatan keluarga. Dalam
Al-Qur’an, keluarga yang dibangun atas dasar cinta dan kasih sayang
tersebut disebut dengan keluarga “sakinah” yang berarti ketenangan
dan kebersamaan serta ketentraman jiwa.
Kata ini disebutkan dalam Al-Qur’an pada surah Ar-Rum2 ayat
21, Allah SWT berfirman :
1 Dedi Junaidi, Bimbingan Perkawinan Membina Keluarga Sakinah Menurut Al-
Quran dan As-Sunah, (Jakarta: Akademika Pressindo 2002) hlm 15. 2 QS. Ar-Rum [30]: 21
2
كه وا إلها وجعل بي زوجا متسكفسكه أ
ن خنق مكه وي أ
ووي ءايجۦ أ
رون لم لأيت ملوم يجفك إن ف ذ ة ورحة ود و
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”
Dari ayat tersebut jelas menggambarkan tujuan dari yang ingin
dicapai yaitu adanya kebahagiaan, kedamaian dan ketenteraman hidup
dalam keluarga.
Dalam keluarga sakinah, setiap anggotanya merasakan suasana
tenteram, damai, bahagia, aman dan sejahtera lahir dan batin. Sejahtera
lahir adalah bebas dari kemiskinan harta dan tekanan-tekanan penyakit
jasmani. Sedangkan sejahtera batin adalah bebas dari kemiskinan iman
serta mampu mengomunikasikan nilai-nilai keagamaan dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat.
Menurut Al-Jurjani makna sakinah adalah adanya ketenteraman
dalam hati saat datangnya sesuatu yang tidak diduga, dibarengi fakta
(nur) cahaya dalam hati yang memberi ketenangan dan ketenteraman
pada yang menyaksikannya dan merupakan keyakinan berdasarkan
penglihatan („ain al-yāqīn). Ada pula yang menyamakan sakinah itu
dengan kata rahmah dan tuma’ninah, artinya tenang dan tidak gundah.
Tenteram artinya tidak terjadi perpecahan, pertengkaran atau apalagi
perceraian dan ada kedamaian tersirat di dalamnya. Boleh jadi masalah
datang silih berganti tetapi bisa diatasi dengan hati dan kepala dingin.
3
Ketenteraman hanya bisa muncul jika anggota keluarga itu
memiliki persepsi yang sama tentang tujuan berkeluarga. Jika tidak
yang terjadi justru sebaliknya yaitu adanya perpecahan, perselisihan
dan pertengkaran yang dapat berujung pada perceraian3.
Apa yang diidam-idamkan, diidealkan dan apa yang seharusnya
terjadi dalam kenyataan, tidak senantiasa berjalan sebagaimana
mestinya. Kebahagian yang diharapkan dapat diraup dari kehidupan be,
kerapkali hilang kandas tak berbekas yang menonjol justru derita dan
nestapa. Problem-problem pernikahan dan keluarga amat banyak sekali
dari yang kecil hingga yang berskala besar, dari yang berawal
pertengkaran biasa, lama-lama meruncing dan berujung ke perceraian
dan keruntuhan kehidupan 4.
Adanya problem dari hal yang bersifat kecil sampai kepada hal
yang bersifat besar (kompleks) yang berkaitan dengan pernikahan dan
kehidupan keluarga yang acapkali tidak bisa diatasi sendiri oleh
individu-individu yang terlibat dengan masalah tersebut. Hal ini
menunjukan bahwa diperlukan adanya bantuan konseling dari orang
lain untuk turut serta menyelesaikan masalahnya.
Konseling pernikahan dan keluarga dalam perspektif Islam
adalah proses pemberian bantuan terhadap individu dengan menyadari
kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam
menjalankan pernikahan dan hidup be selaras dengan ketentuan hukum
Islam sebagai petunjuk-Nya sehingga dapat mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan di akherat.
3 Junaidi, Bimbingan Perkawinan Membina Keluarga Sakinah Menurut Al-Quran
dan As-Sunah, hlm 23-25. 4 Samsul Munir Amir, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010) hlm
17.
4
Konseling Islam tekanannya pada fungsi kuratif, pada
pemecahan masalah, pada pengobatan masalah, dalam hal ini individu
yang menghadapi masalah pernikahan dan keluarga. Jelasnya orang
(individu) yang telah menghadapi masalah dalam keluarga, konselor
melalui proses konseling membantu memecahkan masalah yang
dihadapinya itu. Individu yang dirundung masalah tadi dalam hal ini
diajak kembali menelusuri petunjuk dan ketentuan hukum-hukum
Allah, memahaminya kembali, menghayatinya kembali dan mencoba
berusaha menjalankannya sebagaimana mestinya.
Adapun dalam bimbingan konseling bertujuan mengarahkan
dan memberi pencegahan terhadap seseorang atas kendala-kendala
yang dirasakan dan di alami. Dengan ini penggunaan bimbingan
konseling keluarga melalui konsep ilmu Tasawuf bertujuan untuk
mendekatkan manusia kepada Allah dan memberi pengenalan
seseorang terhadap potensi yang dimiliki dalam diri tiap-tiap individu.
Konseling keluarga sendiri mempunyai fungsi bagaimana melakukan
pencegahan dengan konsep Islam. Yang salah satunya adalah
menggunakan ajaran ilmu Tasawuf yaitu ilmu yang mengkaji
bagaimana mensucikan diri dengan perbuatan yang di ridhoi oleh Allah
SWT.
Penerapan atau pengaplikasian ilmu Tasawuf yang dimaksud
adalah perilaku sabar, ikhlas, ridho dan sebagainya. Oleh karena
dengan cara inilah seorang akan bisa menerima apa yang dimilikinya
meliputi perubahan, kepemilikan, sifat dan perilaku dalam bergaul di
lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.
Dengan kata lain mengembalikan pemecahan problem yang
berkaitan dengan pernikahan dan hidup berumah tangga pada ketentuan
5
dan petunjuk Allah (Hukum Allah), baik problem itu muncul karena
adanya perbuatan atau tindakan yang tidak sejalan degan ketentuan
hukum atau petunjuk Allah. Maupun problem dengan sebab-sebab lain
yang bersifat manusiawi dalam hubunganya dengan lingkungan sekitar.
Sesungguhnya inilah hakekat dalam konseling keluarga Islam yang
dimaksud dalam judul ini yaitu “Konsep Konseling Keluarga Menurut
Akta 521 Tentang Keganasan Rumah Tangga 1994 Di Malaysia Melalui
Perspektif Imam Al-Ghazali” merupakan undang-undang di Malaysia.
1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam
a. Bimbingan Konseling Islam
Bimbingan berasal dari kata guidance dan to guid yang berarti
mengarahkan, memberi petunjuk sedangkan konseling berasal dari kata
conseling yang mempunyai artinya upaya memberi saran, nasehat dan
tuntunan kepada orang lain maupun kelompok. Jadi konseling adalah
pemberian nasehat atau penasehatan kepada orang lain secara
individual yang dilakukan dengan tatap muka (face to face). Pengertian
konseling dalam bahasa Indonesia juga dikenal dengan istilah
penyuluhan5.
Dalam istilah ini, konseling di-Indonesiakan menjadi
penyuluhan (nasihat). Akan tetapi, karena istilah penyuluhan banyak
digunakan di bidang lain, semisal dalam penyuluhan pertanian dan
penyuluhan keluarga berencana yang kadang berbeda isinya dengan
yang dimaksud konseling (counseling), maka agar tidak menimbulkan
5 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010) hlm
10-11.
6
salah faham, istilah counseling tersebut langsung diserap saja menjadi
konseling6.
Biasanya istilah konseling selalu dirangkaikan dengan istilah
bimbingan sehingga menjadi bimbingan dan konseling. Hal ini
disebabkan bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan yang
integratif. Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan
bimbingan di antara beberapa teknik lainya. Namun konseling juga
bermakna “the heart of guidance program (hati atau inti dari program
bimbingan). Ruth Starang, sebagaimana dikutip Hallen mengatakan
bahwa guidance is gradeer, counseling is most imfortance tool of
guidance (bimbingan itu lebih luas, sedangkan konseling merupakan
alat yang paling penting dari usaha pelayanan bimbingan7.
Adapun pengertian konseling atau penyuluhan yang berlaku di
lingkungan sekolah dan masyarakat memiliki pengertian yang lebih
luas dan beragam. Menurut A. Edward Hoffman konseling adalah:
”face to face the couselor and counselee, within the guidance
service counseling maybe thought of is the cole of helping process
essential for the people administration or assistence to students as they
attempt to solve thein problems. How ever counseling counsel be
adequate unless it is built upon a superstucture of preparation8.
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
bimbingan konseling adalah bimbingan yang diberikan kepada orang
lain atau kelompok yang berupa pencegahan, pemahaman dan
6 Anur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII Press,
2004) hlm 1-2. 7 Hallen A, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Quantum Teaching, 2005) hlm 8-9. 8 A. Edward Hoffman, “Analisis Of Conselor Subrales”, Journal Of Counsling
Psychology, no 1, (1995) hlm 61-67.
7
pengembangan agar seseorang maupun kelompok dapat mengarah
sesuai tujuan dengan melalui jalan yang benar yaitu sesuai dengan
tuntunan agama Islam.
b. Hubungan Antara Bimbingan Konseling Dengan Ilmu
Tasawuf
Dari dua kajian ilmu di atas dapat dikolaborasikan antara ilmu
Tasawuf dan bimbingan konseling, misalnya dalam melakukan suatu
pencegahan seorang konselor kepada seorang klien, pencegahan
tersebut menggunakan ilmu Tasawuf seperti tawakal, sabar dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT sehingga dapat menjauhi
perbuatan perbuatan syirik, iri dengki, sombong dan lain-lain. Dengan
harapan seorang klien dapat menentukan langkah dengan melihat
apakah berbuatan yang dilakukan termasuk perbuatan baik atau
perbuatan syaiton.
Selain itu, pengaplikasian Tasawuf dalam bimbingan konseling
diharapkan seorang klien dapat menerima keadaan kesehatan mental
maupun fisik dalam dirinya sehingga terwujudnya perilaku syukur dan
membuat klien percaya diri dalam bersosialisasi di masyarakat.
2. Konseling Menurut Perspektif Imam Al-Ghazali
Imam Al-Ghazali menggunakan pendekatan konseling
berdasarkan sifat-sifat manusia. Firman ALLAH Taala di dalam surah
Al Ashr9, ayat 3:
ب نحت وثواصوا بٱلق وثواصوا بٱلص وا وعىنوا ٱمص يي ءاو إل ٱل
9 QS. al-Ashr [103]: 3
8
“Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh dan
berwasiat (nasihat-menasihati) dengan kebenaran dan berwasiat
dengan kesabaran”
Konsep konseling dalam Tasawuf adanya atas dasar sifat–sifat
manusia. Kedatangan pandangan Imam Al-Ghazali sekali lagi memberi
pandangan yang positif kepada konseling menurut perspektif Islam.
Konseling menurut Imam Al-Ghazali tidak banyak menggunakan kata-
kata yang sia-sia dan perbuatan yang tidak bermanfaat. Bagi teknik
konseling Islam yang betul yaitu dengan menggunakan kata-kata
hikmah, nasihat yang baik, perbincangan yang baik, taqwa, taubat,
tafakur, mengerjakan shalat dan berdoa. Panduan ataupun hujah-hujah
yang dikeluarkan oleh Imam Al-Ghazali banyak terdapat dalam kitab
ihya’ Ulumuddin. Dalam masa yang sama pendekatan Imam Al-
Ghazali banyak digunakan dalam bidang ilmu Tasawuf.
Sebagai satu contoh pendekatan yang digunakan oleh Imam Al-
Ghazali dapat dilihat melalui surah al-Naml10
, ayat 93 :
ا تعىنون ووا ربم بغفل عى سييكه ءايجۦ فجعرفونها وكل ٱلىد لل
„‟Dan Katakanlah: "Segala puji bagi Allah, Dia akan
memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, Maka kamu
akan mengetahuinya. dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu
kerjakan".
Ayat ini juga menjelaskan bahwa salah satu pendekatan
penggunaan konsep yang digunakan oleh Imam Al-Ghazali. Ayat ini
jelas menunjukkan bahwa konsep Imam Al-Ghazali dapat menerapkan
nilai-nilai kesabaran yang tinggi.
10 QS. al-Naml [27]: 93
9
Konsep manusia menurut Imam Al-Ghazali dapat dikaji dari
segi unsur kerohanian yang terdiri daripada qalbu, ruh, nafs dan aqli.
Imam Al-Ghazali di dalam kitabnya Ihya’ telah mengutarakan konsep
manusia berdasarkan ayat Al-Quran dalam surah Shaad11
, ayat 72 :
“Kemudian apabila Aku sempurnakan
kejadiannya(manusia),serta Aku tiupkan padanya roh dari (ciptaan-
Ku)…”
Manusia yang diciptakan Allah SWT memiliki unsur-unsur
rohaniah iaitu qalbu, ruh, nafs dan aqli. Imam Al-Ghazali menegaskan
bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks, kebendaan, sayangkan
kehidupan dan kepandaian manusia suka memuaskan estetika dan
benda-benda yang cantik. Di samping itu, manusia mempunyai ruh
Ilahi yang bertentangan dengan nafsu itu.
Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa manusia memang mampu
untuk mencapai taraf malaikat dengan suluhan ilmu dan boleh juga
jatuh tersungkur lebih rendah dari taraf hewan jika terpengaruh dengan
kemewahan dan kemarahan. Malah Imam Al-Ghazali menekankan
kepentingan ilmu dalam membantu memberi kesedaran tentang hakikat
dirinya yang tinggi, suci dan murni. Oleh kerna itu, menurut pandangan
Imam Al-Ghazali cukup jelas manusia memang ada kecenderungan
untuk meningkatkan hakikat dirinya yang suci bersih. Namun manusia
juga akan terjerumus ke lembah yang lebih rendah dari hewan. Ilmu
11 QS. Shaad [38]: 72
10
dan tindakan yang mulia adalah penting untuk mensucikan diri
manusia.
Imam Al-Ghazali menggariskan tingkahlaku manusia
berasaskan kepada surah Al-Hujurat12
, ayat 15 :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-
orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka
tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka
pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar”.
Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Ghazali memainkan peranan
penting dalam sejarah perkembangan cabang-cabang ilmu pengetahuan
dan hubungannya dengan bidang Psikologi. Menurut Dr. Abdul
Hameed Al-Hashimi professor dalam bidang Psikologi di King Abdul
Aziz University, Imam Al-Ghazali merupakan tokoh yang
memperkenalkan kajian tentang pemikiran manusia atau kajian tentang
tingkah laku. Imam Al-Ghazali mempunyai sumbangan yang besar
dalam pembangunan modal insan dalam kalangan jiwa umat manusia
baik pada zamannya maupun pada zaman modern ini. Pelbagai kaedah
telah diperkenalkan serta dijelaskan dengan begitu mendalam tentang
ilmu-ilmu agama yang bersangkutan dengan bidang Psikologi dan
konseling.
12 QS. al-Hujurat [49]: 15
11
Antara sumbangan-sumbangan beliau dalam perkembangan
konseling Islam termasuklah penerangan mengenai jiwa manusia,
nafsu, akal dan ruh. Bagaimana manusia menjadikan hidupnya
tenteram dan sebagainya. Jika dilihat kepada perbedaan pendekatan
teori yang dilaksanakan dalam konseling antara Imam Al-Ghazali
dengan tokoh-tokoh Barat, secara jelas dapat ditentukan bahwa konsep
yang dibawa oleh Imam Al-Ghazali merupakan konsep yang terbaik
kerna merujuk kepada dua sumber utama dalam Islam yaitu Al-Quran
dan Al-Hadis.
Hal ini amat diyakini kerna di dalam surah An-Nisa13
, ayat 59
telah Allah SWT telah berfirman :
„‟Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu
berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya‟‟.
3. Akta 521 (Akta Keganasan Rumah Tangga 1994)
Keganasan rumah tangga merupakan permasalahan yang sering
diperkatakan dan menjadi semakin serius buat masa kini. Ia
13 QS. An-Nisaa‟ [4]: 59
12
merupakan permasalahan yang telah melanda hampir di semua
negara di seluruh dunia tanpa mengira bangsa, agama, kaum,
jantina, keturunan dan kedudukan14
.
Keganasan rumah tangga merupakan satu kekejaman dalam
rumah tangga. Kebiasaannya kekerasan ini terjadi satu hala dan
dikutii dengan tindak balas yang lain. Kejadian ini terjadi
dikarenakan seseorang individu telah menyalahgunakan atau
menggunakan kuasa secara sewenang-wenangnya.
Tindak balas yang timbul hasil daripada penderaan ke atas
istri dan anak-anak adalah tindakan secara fizikal seperti memukul,
menampar, membaling dengan menggunakan sesuatu, menendang,
menolak atau menggunakan senjata seperti pisau, kayu, senapang,
botol atau menggunakan sesuatu dengan tujuan untuk
mencederakan. Selain daripada itu, terdapat juga penderaan dalam
bentuk lisan dan meninggalkan kesan yang mendalam seperti
mencaci, mengeluarkan kata-kata yang tidak enak didengari,
mengejek dan mencerca.
Definisi keganasan ini adalah suatu perlakuan untuk
menyakiti individu lain secara fisik yang dilakukan ke atas wanita
atau kanak-kanak. Bentuk penderaan itu termasuk tampar, pukul,
tumbuk, tolak, pukul dengan menggunakan objek lain yang
bertujuan untuk mencederakan isteri atau kanak-kanak.
Keganasan rumah tangga mengikut tafsiran Seksyen 2 Akta
Keganasan Rumah Tangga 1994 (Akta 521) adalah pelakuan mana-
mana perbuatan berikut15
:
14 Dr Jal Zabdi Mohd Yusoff, Jenayah Keganasan Rumah Tangga (Edisi
Kedua),(Kuala Lumpur, University of Malaya Press, 2015) hlm 1
13
a. Secara bersenjata atau dengan disedarinya meletakkan,
atau cuba meletakkan mangsa itu dalam keadaan
ketakutan kecederaan fizikal
b. Menyebabkan kecederaan fizikal kepada mangsa itu
dengan suatu perbuatan yang diketahui atau yang
sepatutnya diketahui akan mengakibatkan kecederaan
fizikal
c. Memaksa mangsa itu dengan paksaan atau ancaman
melakukan apa-apa kelakuan atau perbuatan berbentuk
seksual ataupun selainnya, yang mangsa itu berhak tidak
melakukan
d. Mengurung atau menahan mangsa tanpa kerelaan
mangsa itu, atau
e. Melakukan pengkhianatan atau kemusnahan atau
kerosakan kepada harta dengan niat untuk menyebabkan
kesedihan atau kegusaran kepada korban itu oleh
seseorang terhadap istri atau suaminya, bekas istri atau
suaminya, kanak-kanak, orang dewasa yang tidak
berkeupayaan atau mana-mana anggota lain keluarga.
Kewujudan Akta Keganasan Rumah Tangga 1994 (Akta 521)
merupakan antara satu usaha bagi menangani masalah keganasan
rumah tangga di Malaysia. Akta Keganasan Rumah Tangga diluluskan
pada tahun 1994. Akta Keganasan Rumah Tangga mengenal-pasti
keganasan yang terjadi dalam satu rumah tangga sebagai masalah sosial
yang serius dan mesti ditangani. Keganasan rumah tangga bukan satu
masalah pribadi keluarga.
15
Zabdi Mohd Yusoff, Jenayah Keganasan Rumah Tangga, hlm 8
14
Akta Keganasan Rumah Tangga melindungi ahli keluarga,
termasuklah istri atau suami, bekas istri atau suami, kanak-kanak
(termasuk anak adopsi), orang-orang dewasa yang tak berkeupayaan
(samada mental ataupun fisik) dan mana-mana ahli keluarga yang lain.
Akta Keganasan Rumah tangga melindungi semua orang. Walaupun
keganasan rumah tangga berlaku dalam berbagai bentuk, akta ini hanya
mengiktirafkan keganasan seperti yang berikut iaitu keganasan yang
menyebabkan kecederaan fisik, meletakkan seseorang dalam keadaan
ketakutan, mengurung , merosakkan harta benda dengan niat
menggusarkan atau memaksa melakukan sesuatu yang seseorang itu
berhak untuk tidak melakukannya.
Bagi menangani keganasan rumah tangga, antara jenis
korban yang dilindungi oleh akta ini adalah16
:
a. Istri atau suami atau bekas istri atau suami.
b. Kanak-kanak yaitu mereka berumur di bawah 18 tahun
yang tinggal sebagai seorang ahli keluarga.
c. Orang dewasa yang tidak berkeupayaan
Korban yang mengalami permasalahan di atas akan menjalani
terapi konseling yang akan dilaksanakan oleh badan-badan konselor
dan perundangan. Bagi pasangan yang terkait dengan permasalahan
keganasan rumah tangga, mahkamah mempunyai kuasa untuk
mengarahkan mereka menghadiri konseling yang dikendalikan oleh
badan-badan tertentu. Konseling adalah sebagai salah satu cara untuk
menangani isu keganasan rumaa tangga. Terdapat peruntukkan khusus
dalam Akta 521 mengenai konseling. Seksyen 11, akta 521
16
Zabdi Mohd Yusoff, Jenayah Keganasan Rumah Tangga, hlm 10
15
memperuntukkan bahwa mahkamah boleh, dalam mana-mana
prosiding di mana perintah perlindungan diminta, sebagai ganti atau
sebagai tambahan kepada mengeluarkan perintah perlindungan,
membuat satu atau kedua-dua perintah berikut serta pihak-pihak
berkenaan dirujukkan kepada badan pendamai dan bahwa satu atau
lebih pihak kepada pertikaian itu dirujukkan kepada terapi pemulihan,
psikoterapi atau lain-lain konseling pendamaian yang sesuai.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis fokus pada beberapa pokok
bahasan. Diantaranya :
1. Bagaimanakah konsep konseling keluarga menurut Akta 521
tentang keganasan rumah tangga dengan konsep konseling
keluarga menurut perspektif Imam Al-Ghazali?
2. Bagaimanakah pendekatan konseling keluarga yang perlu
dilakukan untuk menangani permasalahan menurut perspektif
Imam Al-Ghazali dan proses penyelesaian menurut Akta 521
(Akta Keganasan Rumah tangga 1994)?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, penulis dalam
penulisan penelitian ini punya beberapa tujuan. Diantaranya :
1. Untuk mengetahui konsep konseling keluarga menurut Akta
521 tentang keganasan rumah tangga dengan konsep konseling
keluarga menurut perspektif Imam Al-Ghazali.
2. Untuk mengetahui pendekatan konseling keluarga yang perlu
dilakukan untuk menangani permasalahan menurut perspektif
16
Imam Al-Ghazali dan proses penyelesaian menurut Akta 521
(Akta Keganasan Rumah tangga 1994).
D. Manfaat Penelitian
Signifikansi hasil penelitian ini yang penulis harapkan adalah:
1. Teoritis: Penelitian ini merupakan pengkajian keilmuan
berkaitan tentang konsep konseling keluarga Islam dan
keterkaitan dengan perspektif Imam Al-Ghazali dalam ilmu
tasawuf secara umum dan Islam.
2. Praktis: Memberikan Informasi kepada praktisi bimbingan
konseling keluarga berkaitan konsep konseling keluarga
menurut perspektif Imam Al-Ghazali untuk dijadikan rujukan
dalam pelaksanaan bimbingan konseling pada umumnya dan
konseling keluarga Islam pada khususnya.
E. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk mengaitkan
beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Adapun
penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penelitian skripsi yang berjudul “Bimbingan Islami
Terhadap Istri Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT) Di Jabatan Kebajikan Masyarakat (JKM) Daerah
Temerloh, Pahang, Malaysia” yang ditulis oleh Haziq
Syafiq Bin Jasmi (12144051) mahasiswa jurusan Bimbingan
Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN
Sumatera Utara Medan Tahun 201817
. Skripsi menjelaskan
17 Haziq Syafiq Bin Jasmi (12144051), “Bimbingan Islami Terhadap Istri Korban
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Di Jabatan Kebajikan Masyarakat (JKM) Daerah
17
faktor-faktor terjadinya kekerasan dalam rumah tangga,
bentuk bimbingan Islami terhadap istri korban kekerasan
dalam rumah tangga serta upaya yang dilakukan (JKM)
dalam menanggulangi KDRT, serta untuk mengetahui
hambatan (JKM) dalam mengatasi kasus istri korban
kekerasan dalam rumah tangga di kalangan masyarakat.
2. Penelitian skripsi yang pernah dilakukan oleh Selly Maria
Sari18
(1341040047), berjudul “Metode Konseling Dalam
Menangani Perselisihan Pasangan Suami Isteri (PASUTRI)
Di KUA Sukabumi, BANDAR LAMPUNG”. Beliau
menjelaskan bagaimana cara KUA Sukabumi Bandar
Lampung dalam mencegah permasalahan yang berlaku
antara suami isteri ini dari berlaku putusnya hubungan
pernikahan yang sah berdasarkan syarat-syarat yang
ditentukan undang-undang dan syariat Islam.
F. Metode Penelitian
Pokok pembahasan dalam metode penelitian ini antara lain:
Jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data dan analisis
data.
1. Jenis Penelitian
Temerloh, Pahang, Malaysia”, Skrispi, (Medan : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sumatera
Utara, 2018).
18 Selly Maria Sari (1341040047), “Metode Konseling Dalam Menangani
Perselisihan Pasangan Suami Isteri (PASUTRI) Di KUA Sukabumi, Bandar Lampung”.
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Raden Intan Lampung.
18
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif
(penelitian kepustakaan) atau (library research)19
dengan pendekatan
normatif. Penelitian kepustakaan merupakan suatu cara menghimpun
data-data dan fakta melalui referansi-referansi atau buku-buku bacaan
yang berhubung dengan permasalahan yang akan diteliti dan dibahas
dalam skripsi. Pendekatan normatif berusaha untuk mengkaji fenomena
yang muncul dari segi normatif hukum dan undang-undang di
Malaysia.
2. Sumber data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data sebagai
berikut:
a) Bahan Hukum Primer
Adalah bahan hukum yang mempunyai otoritas
(autoritatif)20
seperti Akta 521 (Akta Keganasan Rumah tangga
1994) yaitu Undang-undang di Malaysia yang merupakan suatu
akta yang membicarakan berkaitan hukum keganasan dan
sanksi terhadap pelaku. Di dalamnya terkandung bahagian atau
pasal konseling khusus untuk permasalahan yang berlaku di
dalam rumah tangga.
b) Bahan Hukum Sekunder
19 Sutrisno Hadi, Metode Research, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1987)
hlm. 67 20
Zainuddin Ali. Metode Penelitian Hukum. Bab 3 Bahan Hukum Dalam
Penelitian Akademik Dan Praktis, (Jakarta : Sinar Grafika, Cetkan Ke 5, 2014) hlm 47.
19
Adalah semua publikasi tentang hukuman yang
merupakan dokumen yang tidak resmi. Sumber data sekunder
yaitu didapat dari buku-buku kompilasi undang-undang di
Malaysia, konseling keluarga, Tasawuf dan lain-lain. Kitab-
kitab hadis, seperti Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim dan
berkaitan dengan judul skripsi ini.
c) Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang
mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan
hukum lainnya. Bahan hukum yang digunakan penulis adalah
kamus-kamus, koran, majalah, jurnal dan dan lain-lain lagi.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam
penulisan ini adalah studi pustaka (literatur pustaka), yaitu dengan
dikumpulkan semua buku-buku utama, jurnal, website di internet,
makalah dan literatur lain yang berhubungan dengan permasalahan
diatas terlebih dahulu dan setelah itu dibaca, dianalisis dan seterusnya
dicatatkan dalam penulisan ini.
Data atau variable-variabel tersebut merupakan kajian dari Akta
521 (Akta Keganasan Rumah tangga 1994), konsep konseling keluarga
Islam dan pemikiran Imam Al-Ghazali.
20
4. Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif
dan untuk menjelaskan konsep konseling keluarga Islam dalam
Tasawuf adalah metode deduktif sesuai untuk masa kini. Yang
dimaksud Metode deduktif adalah metode berfikir yang berdasarkan
pada pengetahuan umum dimana kita hendak menilai suatu kejadian
yang khusus.
G. Sistematika Penulisan
Di bagian ini akan menjelaskan susunan secara keseluruhan dari
penulisan penelitian ini yang berkaitan dengan konsep konseling
keluarga Islam dan Akta 521 dalam menangani permasalahan rumah
tangga serta penyelesaiannya menurut perspektif Imam Al-Ghazali.
Sistematika penulisan diantaranya sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan ini merupakan garis besar dari penyusunan
penelitian ini. Dalam hal ini akan dibahas sebagai berikut : Latar
Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Penelitian Terdahulu, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Penulis tertarik untuk membahas materi yang berisikan
tentang tinjauan pustaka berkaitan konseling keluarga Islam, maka
harus mengetahui juga dasar konsep konseling keluarga Islam serta
konsep konseling keluarga Islam menurut perspektif Imam Al-Ghazali
termasuk pengenalan Akta 521 dan permasalahan yang terkait di dalam
Akta 521 (Akta Keganasan Rumah Tangga 1994).
BAB III : Untuk memberikan pemaparan tentang objek dan hasil
penelitian kepada pembaca berdasarkan dua rumusan masalah yang
21
dibangkitkan pada pendahuluan penulisan ini, maka penulis
menjelaskan proses penyelesaian dan pendekatan konseling keluarga
menurut Akta 521 yang dilakukan untuk menangani permasalahan
rumah tangga di dalam Akta 521 (Akta Keganasan Rumah tangga
1994) serta metode pelaksanaan konsep konseling keluarga menurut
perspektif Imam Al-Ghazali.
BAB V : PENUTUP, Untuk menyimpulkan permasalahan-
permasalahan yang ada pada penulisan ini agar dapat dipahami dan
dimengerti oleh pembaca, maka penulis memberikan kesimpulan dan
disertai dengan saran-saran.
Recommended