View
1
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Anak Prasekolah
2.1.1 Definisi anak usia 4 -6 tahun
Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak No.
23 Tahun 2002, anak adalah amanah dan karunia
Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat
harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.
Menurut Wong (2008), anak prasekolah adalah anak
yang mempunyai rentang usia tiga sampai enam
tahun.
Pengertian anak usia prasekolah adalah anak
usia 4-6 tahun dimana oada masa ini anak telah
mencapai kematangan dalam berbagai macam fungsi
motorik dan diikuti dengan perkembangan
intelektual dan sosioemosional. Selain itu,
imajinasi intelektual dan keinginan anak untuk
mencari tahu dan bereksplorasi terhadap lingkungan
juga merupakan ciri utama anak pada usia ini
(Sillalahi, 2005).
1
2.1.2 Definisi Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil
dari proses pematangan. Menurut Nursalam (2005)
perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan
struktur atau fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan
diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi
sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya
yang terorganisasi. Ikatan Dokter Anak Indonesia
memberikan pengertian perkembangan anak
bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat
diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil dari
proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-
organ dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI,
2002).
2.1.3 Karakteristik perkembangan sosial anak usia
4-6 tahun
2
6
Karakteristik perkembangan anak usia 4-6
tahun meliputu aspek perkembangan motorik,
sosial/emosional, disiplin, intelektual dan
bahasa. Depdiknas (2002: 39) menjelaskan gambaran
karakteristik perkembangan anak usia 4-6 tahun
diantaranya:
1. Aspek perkembangan motorik
a. Sudah memiliki gerakan yang bebas dan aman
seperti memanjat, berlari dan menaiki tangga.
b. Memiliki keseimbangan badan, misalnya ketika
berjalan di atas papan.
c. Merangkak, merayap, berjalan dengan berbagai
variasi.
d. Bergerak sesuai dengan irama
e. Melompak dengan 1 kaki dan dengan 2 kaki
f. Menendang, memantulkan, melempar dan
menangkap bola.
g. Menirukan gerakan binatang.
h. Mengikuti berbagai macam permainan.
i. Menirukan gerakan-gerakan tari.
j. Melincat dari ketinggian 20-40 cm
3
2. Aspek perkembangan sosial/emosional
a. Dapat melepaskan ikatan emosional.
b. Menunjukkan penghargaan terhadap guru.
c. Tidak terlalu cepat menangis bila ada hal-hal
yang diinginkan tidak terpenuhi.
d. Tidak menunjukkan sikap yang murung.
e. Tidak menunjukkan sifat/sikap marah dalam
kondisi yang wajar.
f. Tidak suka menentang guru.
g. Tidak suka mengganggu teman.
h. Tidak suka menyerang teman
i. Senang bermain dengan orang lain.
j. Tidak suka menyendiri.
k. Telah memiliki kemampuan untuk menceritakan
sesuatu pada temannya.
l. Mampu bermain dan bekerjasama dengan temannya
dalam kelompok.
m. Menolong dan membela teman.
n. Dapat bertindak sopan dan menunjukkan sikap
ramah.
3. Aspek perkembangan disiplin
4
a. dapat makan dan berpakaian sendiri.
b. Dapat mengerjakan tugas ringan sendiri.
c. Mencuci tangan sebelum makan.
d. Mengetahui perbuatan buruk akan mendapat
hukuman.
e. Mengkategorikan sesuatu baik atau buruk.
4. Aspek perkembangan intelektual
a. Membentuk permainan sederhana secara kreatif.
b. Menciptakan suatu bentuk dengan menggunakan
tanah liat.
c. Menggunakan balok-balok menjadi bangunan-
bangunan.
d. Menyebut dan membilang 1-20.
e. Mengenal lambang bilangan.
f. Menghubungkan konsep dengan lambang bilangan.
g. Mengenal konsep sama, lebih banyak, lebih
sedikit.
h. Mengenal penjumlahan dengan benda-benda.
Mengenal waktu dengan menggunakan jam.
i. Menyusun kepingan-kepingan puzzle sederhana
menjadi benda utuh.
5
j. Mengenal alat-alat untuk mengukur.
k. Mengenal sebab akibat.
l. Mengetahui asal usul terjadinya sesuatu.
m. Menunjukkan kejanggalan suatu gambar.
5. Aspek perkembangan bahasa
a. Dapat berbicara dengan kalimat sederhana yang
lebih baik.
b. Dapat melaksanakan 3 perintah lisan secara
sederhana.
c. Senang mendengarkan dan menceritakan cerita
sederhana secara berurut dan mudah dipahami.
d. Menyebut nama, jenis kelamin dan umur.
e. Menyebut nama panggilan orang lain.
f. Menggunakan kata sambung.
g. Mengajukan banya pertanyaan.
h. Menggunakan dan menjawab beberapa kata
tanya.
i. Membandingkan 2 hal
j. Memahami hubungan timbal balik.
k. Mampu menyusun kalimat sederhana.
l. Mengenal tulisam sederhana
6
2.2 Konsep Perkembangan Sosial
2.2.1 Perkembangan Sosial Anak Prasekolah
Menurut Wong (2008), perkembangan sosial anak
prasekolah dibagi atas perkembangan kepribadian
dan fungsi mental.
1 . Perkembangan Kepribadian
Perkembangan kepribadian terdiri dari:
a. Perkembangan Psiko sosial
Tinjauan Erikson dalam
Muscari (2005) masalah psikososial,
mengatakan krisis yang dihadapi anak pada
usia antara 3 dan 6 tahun disebut “inisiatif
versus rasa bersalah”. Dimana orang terdekat
anak usia prasekolah adalah keluarga, anak
normal telah menguasai perasaan otonomi, anak
mengembangkan perasaan bersalah ketika orang
tua membuat anak merasa bahwa imajinasi dan
aktivitasnya tidak dapat diterima.
Anak usia prasekolah adalah
pelajar yang enerjik, antusias dan pengganggu
7
dengan imajinasi yang aktif. Kesadaran moral
mulai berkembang. Mulai menggunakan alasan
sederhana dan dapat menoleransi penundaan
kepuasaan dalam periode yang lama.
Pengalaman anak selama periode usia
prasekolah umumnya lebih menakutkan
dibandingkan dengan periode usia lainnya,
rasa takut yang umumnya terjadi antara lain
adalah; kegelapan, ditinggal sendiri terutama
pada saat menjelang tidur, binatang terutama
binatang yang besar, hantu, mutilasi tubuh,
nyeri dan objek serta orang-orang yang
berhubungan dengan pengalaman yang
menyakitkan. Perasaan takut anak usia
prasekolah mudah muncul dan berasal dari
tindakan dan penilaian orang tua. Memberikan
anak tidur dengan lampu tetap menyala dan
menganjurkan bermain untuk menghalau rasa
takut dengan boneka atau mainan lain.
Menghadapkan anak dengan objek yang
8
membuatnya takut dalam lingkungan yang
terkendali.
b. Perkembangan Psikoseksual
Pada tahap ini anak prasekolah
termasuk pada tahap falik, dimana masa ini
genital menjadi area tubuh yang menarik dan
sensitif.
Keterlambatan pengembangan personal
sosial berbahaya karena tidak menyediakan
landasan bagi ketrampilan berinteraksi dengan
lingkungan. Tidak adanya landasan bagi
ketrampilan personal sosial menyebabkan balita
akan terlambat dalam bersosialisasi dengan
teman sebayanya sehingga balita juga bermasalah
dalam hubungan sosial awal karena tidak
diterima oleh teman sebayanya yang akan
menyebabkan balita merasa kesepian dan tidak
mempunyai kesempatan untuk berperilaku sesuai
dengan harapan teman sebaya (Monks, 2005).
Keinginan membina kepribadian anak secara
baik dan seimbang selain memiliki
9
kecerdasan secara intelektual, anak juga
harus memiliki kecerdasan sosial dalam hal
ini kemampuan bersosialisasi secara baik di
lingkungannya. Keterampilan sosial dimaksudkan
sebagai perkembangan tingkah laku anak dalam
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang
berlaku di dalam masyarakat dimana anak berada
seperti bermain dengan teman sebayanya.
Kegagalan dalam menyesuaikan diri menyebabkan
seseorang menjadi pemalu, kurang percaya diri,
menyendiri dan keras kepala (Hurlock, 2002).
2. Perkembangan Mental
Menurut Wong (2008), pada
perkembangan kognitif salah satu tugas yang
berhubungan dengan periode prasekolah adalah
kesiapan untuk sekolah dan pelajaran sekolah.
Disini terdapatnya fase praoperasional (Piaget)
pada anak usia 3-5 tahun. Fase ini meliputi
fase prakonseptual pada usia 2-4 tahun, dan
fase pikiran intuitif pada usia 4-7 tahun.
10
Salah satu transisi utama selama kedua fase
adalah perpindahan dari pikiran egosentris
total menjadi kesadaran sosial dan kemampuan
untuk mempertimbangkan sudut pandang orang
lain.
Selama periode prasekolah proses
individualisasi-perpisahan sudah komplit. Anak
prasekolah telah mengatasi banyak ansietas yang
berhubungan dengan orang asing dan ketakutan
akan perpisahan pada tahun-tahun sebelumnya
(Wong, 2008). Pada anak prasekolah mulai
belajar praktik keagamaan, perhiasan kecil dan
simbol mulai memiliki arti praktis bagi anak
prasekolah. Tuhan dilihat dalam istilah
manusia, tuhan dipahami sebagai bagian dari
alam (seperti halnya pohon, bunga, dan sungai).
Kejahatan dapat dibayangkan dengan istilah
menyeramkan, seperti monster atau setan.
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
11
Menurut Wong (2008), ada beberapa faktor
yang mempengaruhi perkembangan yaitu: keturunan,
nutrisi, hubungan interpersonal, tingkat
sosioekonomi, penyakit, bahaya lingkungan, stres
pada masa kanak-kanak dan pengaruh media.
1 Keturunan
Dalam semua budaya, sikap dan
harapan berbeda sesuai dengan jenis kelamin
anak. Jenis kelamin dan determinan keturunan
sangat kuat mempengaruhi hasil akhir
pertumbuhan dan laju perkembangan untuk
mendapatkan hasil akhir tersebut. Pada dimensi
kepribadian dapat kita lihat seperti
temperamen, tingkat aktivitas, koresponsifan,
dan kecendrungan ke arah rasa malu, diyakini
dapat diturunkan. Anak yang mengalami gangguan
mental atau fisik yang diturunkan akan mengubah
atau mengganggu pertumbuhan emosi, fisik dan
interaksi anak dengan ingkungan sekitar.
2. Nutrisi
12
Faktor diet mengatur pertumbuhan
pada semua tahap perkembangan, dan efeknya
ditunjukkan pada cara yang beragam dan rumit.
Selama periode pertumbuhan pranatal yang cepat,
nutrisi buruk dapat mempengaruhi perkembangan
dari waktu implantasi ovum sampai kelahiran.
Selama masa bayi dan anak-anak, kebutuhan
kalori dan protein lebih tinggi dibandingkan
pada setiap periode perkembangan pascanatal.
Nafsu makan anak akan berfluktuasi sebagai
respon terhadap keberagaman sampai ledekan
pertumbuhan turbulen di masa remaja.
3. Hubungan Interpersonal
Pada masa anak-anak, hubungan
dengan orang terdekat memainkan peran penting
dalam perkembangan, terutama dalam perkembangan
emosi, intelektual, dan kepribadian. Anak yang
melakukan kontak dengan orang lain dapat
memberikan pengaruh pada anak yang sedang
berkembang, tetapi dengan luasnya rentang
13
kontak dapat menjadi pelajaran dalam
perkembangan kepribadian yang sehat.
4. Tingkat Sosio ekonomi
Keluarga dengan perekonomian yang
rendah mungkin kurang memiliki pengetahuan atau
sumber daya yang diperlukan untuk memberikan
lingkungan yang aman, menstimulasi dan kaya
nutrisi yang membantu perkembangan optimal
anak. Pada keluarga yang sosioekonomi yang
rendah tidak mampu memenuhi nutrisi yang
lengkap untuk anaknya sehingga dapat
mempengaruhi proses perkembangan anak karna
gizi yang masuk tidak memenuhi kebutuhan anak.
5. Penyakit
Perubahan pertumbuhan dan
perkembangan adalah salah satu manifestasi
klinis dalm sejumlah gangguan herediter.
Gangguan pertumbuhan pada anak-anak terutama
terlihat pada gangguan skeletal, seperti
berbagai bentuk dwarfisme dan sedikitnya satu
anomaly kromosom. Gangguan pada pencernaan dan
14
gangguan absorpsi nutrisi tubuh pada anak akan
memberi efek merugikan pada pertumbuhan dan
perkembangan anak.
6. Bahaya Lingkungan
Agen berbahaya yang paling sering
dikaitkan dengan resiko kasehatan adalah bahan
kimia dan radiasi. Air dan udara serta makanan
yang terkonta minasi dari berbagai sumber telah
didokumentasikan dengan baik. Inhalasi asap
rokok secara pasif oleh anak sangat berbahaya
dalam proses perkembangan anak.
7. Stres Pada Masa Kanak-Kanak
Dari sudut pandang fisiologis dan
dan emosi pada intinya stres adalah ketidak
seimbangan antara tuntutan lingkungan dan
sumber koping individu yang mengganggu
ekuilibrium individu tersebut. Pada anak tampak
lebih rentan mengalami stres bila dibandingkan
dengan yang lain. Respon tehadap stresor dapt
berupa perilaku, psikologis, atau fisiologis.
Dengan adanya stres tersebut maka akan
15
terbentuk strategi koping yang dapat melindungi
dirinya dalam menghadapi stres. Kontak fisik
dengan anak dapat menyamankan dan menenangkan
anak. Menggendong, menyentuh atau memeluk anak
menimbulkan relaksasi dan kenyamanan serta
memfasilitasi komunikasi. Melakukan rekreasi
atau jalan-jalan serta pemajanan anak pada
pengaruh positif dapat membantu membangun
kekuatan dan keamanan anak.
8. Pengaruh Media Masa
Media dapat memperluaskan
pengetahuan anak tentang dunia tempat mereka
hidup dan berkontribusi untuk mempersempit
perbedaan anatar-kelas. Namun media juga
sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan
anak, karena anak masa kini terpikat seperti
pada beberapa decade lalu. Anak-anak masa kini
lebih cendrung memilh media dan figur olah raga
sebagai model peran ideal mereka, sedangkan di
masa lalu anak lebih suka meniru orang tua atau
walinya. Media masa yang dapt mempengaruhi
16
perkembangan anatara lain dapat berupa materi
bacaan/buku, film, dan televisi.
Menurut Nuryanti (2008), faktor
penghambat penyelesaian tugas perkembangan
yaitu tingkat perkembangan anak yang mundur,
tidak mendapat kesempatan yang cukup untuk
belajar dan tidak mendapat bimbingan dan arahan
yang tepat, tidak ada motivasi, kesehatan yang
buruk, cacat tubuh, dan tingkat kecerdasan yang
rendah.
17
2.3 Konsep Bermain
2.3.1 Definisi Bermain
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak
dapat melakukan atau mempraktekkan keterampilan,
memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi
kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan
berperilaku dewasa. Sebagai suatu aktivitas yang
memberikan stimulasi dalam kemampuan keterampilan,
kognitif, dan afektif, maka sepatutnya suatu
bimbingan, mengingat bermain bagi anak merupakan
suatu kebutuhan bagi dirinya sebagaimana kebutuhan
lainnya seperti makan, rasa aman, kasih sayang dan
lain-lain.(A. Azis AH, 2005).
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan
secara sukarela untuk memperoleh kesenangan atau
kepuasan. Bermain merupakan cerminan kemampuan
fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar
karena dengan bermain anak-anak akan berkata-kata
(berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan
18
lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan dan
mengenal waktu, cara, serta suara (Wong, 2003)
2.3.2 Fungsi Bermain
Permainan dapat memperluas interaksi sosial
dan mengembangkan keterampilan sosial, yaitu
belajar bagaimana berbagi, hidup bersama,
mengambil peran, belajar hidup dalam masyarakat
secara umum. Selain itu, permainan akan
meningkatkan perkembangan fisik, koordinasi tubuh,
dan mengembangkan serta memperhalus keterampilan
motor kasar dan halus. Permainan juga akan
membantu anak-anak memahami tubuhnya; fungsi dan
bagaimana menggunakannnya dalam belajar. Anak-anak
bisa mengetahui bahwa bermain itu menyegarkan,
menyenangkan dan memberikan kepuasan.
Permainan dapat membantu perkembangan
kepribadian dan emosi karena anak-anak mencoba
melakukan berbagai peran, mengungkapkan perasaan,
menyatakan diri dalam suasana yang tidak
mengancam, juga memperhatikan peran orang lain.
19
Melalui permainan anak-anak bisa belajar mematuhi
aturan sekaligus menghargai hak orang lain.
Fungsi bermain terhadap kemampuan intelektual
anak usia prasekolah dapat dilihat pada beberapa
hal berikut ini :
1. Merangsang perkembangan kognitif.
Dengan bermain, sensori-motor (indera-
pergerakan) anak-anak dapat mengenal permukaan
lembut, kasar, atau kaku. Permainan fisik akan
mengajarkan anak akan batas kemampuannya
sendiri. Permainan juga akan meningkatkan
kemampuan abstraksi (imajinasi dan fantasi)
sehingga anak-anak semakin jelas mengenal
konsep besar-kecil, atas-bawah, dan penuh-
kosong. Melalui permainan anak-anak dapat
menghargai aturan, keteraturan, dan logika.
2. Membangun struktur kognitif.
Melalui permainan, anak-anak akan
memperoleh informasi yang lebih banyak sehingga
pengetahuan dan pemahamannya akan lebih kaya
dan lebih dalam. Bila informasi baru ini
20
ternyata berbeda dengan yang selama ini
diketahuinya, anak dapat mengubah informasi
yang lama sehingga ia mendapatkan pemahaman
atau pengetahuan yang lebih baru. Jadi melalui
bermain, struktur kognitif anak terus
diperkaya, diperdalam, dan diperbarui sehingga
semakin sempurna.
3. Membangun kemampuan kognitif.
Kemampuan kognitif mencakup kemampuan
mengidentifikasi, mengelompokkan, mengurutkan,
mengamati, membedakan, meramalkan, menentukan
hubungan sebab-akibat, membandingkan, dan
menarik kesimpulan. Permainan akan mengasah
kepekaan anak-anak akan keteraturan, urutan,
dan waktu. Permainan juga meningkatkan
kemampuan logis (logika).
4. Belajar memecahkan masalah.
Di dalam permainan, anak-anak akan menemui
berbagai masalah sehingga bermain akan
memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengetahui bahwa ada beberapa kemungkinan untuk
21
memecahkan masalah. Permainan juga memungkinkan
anak-anak bertahan lebih lama menghadapi
kesulitan sebelum persoalan yang ia hadapi
dapat dipecahkan. Proses pemecahan masalah ini
mencakup adanya imajinasi aktif anak-anak.
Imajinasi aktif akan mencegah timbulnya
kebosanan yang merupakan pencetus kerewelan
pada anak- anak.
5. Mengembangkan rentang konsentrasi.
Apabila tidak ada konsentrasi atau rentang
perhatian yang memadai, seorang anak tidak
mungkin dapat bertahan lama bermain peran
(pura-pura menjadi dokter, ayah-anak-ibu, guru,
dll.). Ada hubungan yang dekat antara imajinasi
dan kemampuan konsentrasi. Imajinasi membantu
meningkatkan kemampuan konsentrasi. Anak-anak
yang tidak imajinatif memiliki rentang
perhatian (konsentrasi) yang pendek dan
memiliki kemungkinan besar untuk berperilaku
agresif dan mengacau.
22
Menurut Prof. Dr. Sukarni Catur Utami
Munandar, Dipl-Psych., anak memerlukan pengasuhan
dan bimbingan yang baik agar muatan kreativitasnya
dapat diberdayakan secara optimal. Pada skala umur
ini, anak mudah menyerap segala informasi yang ada
di sekitarnya.
Sistem belajar sambil bermain merupakan cara
terbaik yang dapat diberikan kepada anak
prasekolah. Tentu saja harus disesuaikan dengan
perkembangan dan kemampuan masing-masing anak.
Beberapa pokok yang bisa dijadikan pembelajaran
bagi mereka adalah : Belajar mengembangkan dan
mengasah keterampilan fisik yang diperlukan untuk
melakukan berbagai permainan. Belajar menyesuaikan
diri dan bersosialisasi dengan lingkungannya.
Belajar mengembangkan berbagai keterampilan dasar,
termasuk membaca, menulis dan menghitung.
Menurut Wong ( 2003 ), dalam buku Pedoman
Klinis keperawatan Pediatrik, bahwa bermain
mempunyai banyak fungsi terhadap beberapa aspek
perkembangan diantaranya
23
1. Perkembangan Sensorimotorik
Memperbaiki keterampilan morotik kasar dan
halus serta koordinasi, meningkatkan
perkembangan semua indera. Mendorong eksplorasi
pada sifat fisik dunia. Memberikan pelambiasan
kelebihan energi.
24
2. Perkembangan intelektual
Memberikan sumber-sumber yang beraneka ragam
untuk pembelajaran diantaranya : Eksplorasi dan
manipulasi bentuk, ukuran tekstur, warna.
Pengalaman dengan angka. Kesempatan untuk
mempraktekan dan memperluas ketrampilan
berbahasa. Memberikan kesempatan untuk berlatih
pengalaman masa lalu dalam upaya untuk
mengasimilasinya ke dalam persepsi dan hubungan
baru. Membantu anak memahami dunia dimana
mereka hidup dan membedakan antara fantasi dan
realita.
3. Perkembangan sosialisasi dan moral
Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk
perilaku peran seks. Memberikan kesempatan
untuk menguji hubungan. Mengembangkan
keterampilan sosial. Mendorong interaksi dan
perkembangan sikap yang positif terhadap orang
lain. Menguatkan pola perilaku yang telah
disetujui dan standard moral.
4. Kreativitas
25
Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan
minat yang kreatif. Memungkinkan imajinasi dan
fantasi. Meningkatkan perkembangan bakat dan
minat khusus.
5. Kesadaran diri
Memudahkan perkembangan identitas diri.
Mendorong pengaturan perilaku sendiri.
Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri
(keahlian sendiri).memberikan perbandingan
antara kemampuan sendiri dan orang lain.
6. Nilai terapeutik
Memberikan pelepasan stress dan ketegangan.
Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan
non verbal tentang kebutuhan, rasa takut, dan
keinginan
2.3.3 Aktivitas Bermain semasa prasekolah
Usia Prasekolah atau usia awal masa kanak-
kanak , usia anak yang mengikuti Taman kanak-kanak
juga dinamakan usia prasekolah dan bukan anak-anak
sekolahan ( Elizabeth, B, Hurlock, 2004). Yang
26
dimaksud dengan usia prasekolah adalah mereka yang
berumur 3 – 6 tahun. Usia prasekolah dikatakan
sebagai masa bermain, karena setiap waktu di isi
dengan bermain. Dan selama ini mainan merupakan
alat yang sangat penting dari aktivitas bermain.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
aktivitas bermain bagi anak prasekolah menurut
Soetjiningsih (2002) adalah dibawah ini :
1. Ekstra Energi, Untuk bermain diperlukan
ekstra energi. Anak yang sakit, kecil
keinginannya untuk bermain
2. Waktu, Anak harus mempunyai cukup waktu untuk
bermain
3. Alat Permainan, Untuk bermain diperlukan alat
permainan yang sesuai dengan umur dan taraf
perkembangannya.
4. Ruangan untuk bermain, Ruangan tidak usah
terlalu lebar dan tidak perlu ruangan khusus
untuk bermain. Anak dapat bermain di ruangan
tamu, halaman bahkan di ruang tidurnya.
27
5. Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain melalui mencoba-coba
sendiri, meniru teman-temannya atau diberi tahu
caranya oleh orang lain. Cara yang terakhir
adalah cara yang terbaik. Karena anak tidak
terbatas penegetahuannya dalam menggunakan alat
permainannya dan anak-anak akan mendapatkan
keuntungan lain lebih banyak.
6. Teman Bermain
Anak harus merasa yakin bahwa bahwa ia
mempunyai teman bermain kalau ia memerlukan,
apakah itu saudaranya, orang tuanya atau
temannya. Karena kalau anak bermain sendiri,
maka ia akan kehilangan kesempatan belajar dari
teman-temannya. Sebaliknya kalau terlalu banyak
bermain dengan anak lain, maka dapat
mengakibatkan anak tidak dapat mempunyai
kesempatan yang cukup untuk menghibur diri
sendiri dan menemukan kebutuhan sendiri. Bila
kegiatan bermain dilakukan bersama orang
tuanya, maka hubungan orang tua dengan anak
28
menjadi akrab, dan ibu/ayah akan segera
mengetahui setiap kelainan yang terjadi pada
anak mereka secara dini.
Pemberian aktivitas bermain dan stimulasi
merupakan salah satu alat untuk mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, agar
tujuan dari stimulasi dengan alat permainan
tercapai, ada berbagai hal yang harus diperhatikan
diantaranya yaitu :
1. Bermain/alat permainan harus sesuai dengan
taraf perkembangan anak.contohnya, anak yang
sudah terampil berlari akan senang bila
diberikan alat permainan berupa bola
2. Agar kemampuan bermain anak berkembang, orang
tua harus sabar, perhatikan kemampuan dan minat
anak, janganlah orang tua menuntut anak di luar
kemampuannya.
3. Ulangilah suatu cara bermain, sehingga anak
benar-benar terampil sebelum meningkat kepada
ketrampilan yang lebih majemuk.
29
4. Orang tua selalu menjadi model bagi anak-
anaknya, apabila orang tua senang dengan suatu
alat permainan, maka cenderung anak akan
menyukainya.
5. Sebelum orang tua mengajak anak bermain
dengan menggunakan alat permainan, pelajarilah
lebih dahulu cara dan tujuan bermain dari alat
tersebut.
6. Jangan memaksa anak bermain, bila si anak
tidak ingin bermain. Demikian juga bila si
orang tua dalam keadaan tidak ingin bermain.
7. Hentikan kegiatan bermain sebelum anak atau
orang tua mulai bosan.
8. Alat permaianan untuk anak tidak harus selalu
baru.
9. Jangan memberikan alat permainan terlalu
banyak atau terlalu sedikit. Karena kalau
terlalu banyak anak akan merasa bingung,
sedangkan kalau sedikit anak tidak mendapatkan
kesempatan secara optimal mengembangkan
ketrampilannya.
30
10. Bila anak terlalu menatap perhatiannya kepada
alat permainan tertentu, janganlah orang tua
terlalu khawatir,.usahakan tetap memperkenalkan
alat permainan yang lain, agar anak mendapatkan
pengalaman yang lebih luas.
11. Bila orang tua menyediakan waktu sedikit untuk
bermain dengan anaknya setiap harinya, maka
akan terjalin hubungan yang akrab dengan
anaknya. Dan sangatlah bermanfaat untuk
pengembangan kepribadian anak kelak dikemudian
hari.
12. Melalui bermain bersama, orang tua dan anak
akan saling mengenal sati sama lain dan makin
mengenal dirinya masing-masing. Orang tua
hendaknya jangan cepat gusar bila menemukan
kelemahan-kelemahana anak, justru penemuan yang
dini ini sangatlah berguna untuk segera
dikonsultasikan dengan dokter, bila kelemahan
ini tidak bisa dikoreksi, harus diterimanya
tanpa mengurangi stimulus yang optimal yang
diberikan kepada anak, karena di lain pihak
31
orang tua pasti akan menemukan hal yang positif
pada anak yang harus dikembangkan dan
dipertahankan.
13. Sesekali berikan kesempatan pada anak untuk
bermain sendiri. Anak sebaiknya diberikan
kesempatan untuk dapat menyenangkan dirinya
sendiri, sekaligus berarti memberi kesempatan
anak mengembangkan ketrampilan untuk mandiri.
Menurut Wong ( 2003 ) dalam buku pedoman
klinis keperawatan Pediatrik bahwa Aktivitas yang
dianjurkan pada masa Prasekolah adalah di bawah
ini
32
Tabel. 2.1. Aktivitas yang dianjurkan selama usia
prasekolah
Perkembanganfisik
Perkembangansosial
Perkembangan mentaldan Kreativitas
1. Memberikanruangan untukberlari, melom-pat danmemanjat
2.
Ajarkan untukbe-renang
3.
Ajarkan olahraga danaktivitas yangse-derhana
1.
Anjurkaninteraksidengan anakanak tetangga
2.
Halangi anakjika ia menjadidekstruktif
3.
Daftrakan anakke sekolahkhusus untukanak-anakprasekolah
1. Anjrkan usahayang kreatifdengan bahanmentah
2. Membacacerita
3. Pantautontonan televisi
4. Hadirkanteater danperistiwa budayalainnya yangsesuai dengan usiaanak
5. Ajaklahanak berjalan-jalan ke taman,museum dan pantai
2.3.4 Kategori Bermain
Menurut Hurlock ( 2004) bermain dalam hal ini
terbagi menjadi 2 yaitu bermain aktif dan Pasif.
1. Bermain Aktif
a. Bermain mengamati / menyelidiki ( Exploratory
Play )
Perhatian pertama anak pada alat bermain
adalah memeriksa alat permainan tersebut.
33
Anak akan memperhatikan alat permainan,
mengocok-ngocok apakah ada bunyi, mencium,
meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha
membongkar.
Dalam permainan ini anak dapat melakukan
segala hal yang diinginkannya, tidak ada
aturan-aturan dalam permainan tersebut. Anak
akan terus bermain dengan permainan tersebut
selama permainan tersebut menimbulkan
kesenangan dan anak akan berhenti apabila
permainan tersebut sudah tidak
menyenangkannya. Dalam permainan ini anak
melakukan eksperimen atau menyelidiki,
mencoba, dan mengenal hal-hal baru.
b. Bermain Konstruksi ( Construction Play )
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan
menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan,
dll.
c. Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu
Kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga,
karena anak mempunyai koleksi lebih banyak
34
daripada teman-temannya. Di samping itu,
mengumpulkan benda-benda dapat mempengaruhi
penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak
terdorong untuk bersikap jujur, bekerja sama,
dan bersaing.
d. Bermain Drama ( Dramatic Play )
Dalam permainan ini, anak memerankan suatu
peranan, menirukan karakter yang dikagumi
dalam kehidupan yang nyata, atau dalam massa
media.
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-
rumahan dengan saudara-saudaranya atau dengan
teman-temannya.
e. Bermain Bola, Tali Dan sebagainya.
Dalam permainan olah raga, anak banyak
menggunakan energi fisiknya, sehingga sangat
membantu perkembangan fisiknya. Di samping
itu, kegiatan ini mendorong sosialisasi anak
dengan belajar bergaul, bekerja sama,
memainkan peran pemimpin, serta menilai diri
35
dan kemampuannya secara realistik dan
sportif.
2. Bermain Pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara
lain dengan melihat dan mendengar. Bermain
pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lama
bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk
mengatasi kebosanan dan keletihannya.seperti :
a. Membaca
Membaca merupakan kegiatan yang sehat.
Membaca akan memperluas wawasan dan
pengetahuan anak, sehingga anak pun akan
berkembang kreativitas dan kecerdasannya.
b. Mendengarkan radio
Mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak
baik secara positif maupun negatif. Pengaruh
positifnya adalah anak akan bertambah
pengetahuannya, sedangkan pengaruh negatifnya
yaitu apabila anak meniru hal-hal yang
disiarkan di radio seperti kekerasan,
kriminalitas, atau hal-hal negatif lainnya.
36
Menonton televisi. Pengaruh televisi sama
seperti mendengarkan radio, baik pengaruh
positif maupun negatifnya.
2.3.5 Alat Permainan Edukatif
Yang di maksud dengan APE adalah alat
permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan
anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat
perkembangannya serta berguna untuk :
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-
kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang
pertumbuhan fisik anak
2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara,
menggunakan kalimat yang benar.
3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan
pengenalan suara, ukuran, bentuk, warna dan
lain-lain.
4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam
hubungannya dengan interaksi antara orang tua
dan anak
37
APE tidak harus bagus dan di beli di toko, akan
tetapi buatan sendiri / alat permainan
Tradisional pun dapat digolongkan APE asalkan
memenuhi syarat aman
5. Ukuran dan berat APE harus sesuai dengan usia
anak.
Bila ukuran terlalu besar akan sukar dijangkau
anak, sebaliknya kalau terlalu kecil akan
berbahaya karena akan mudah tertelan oleh anak.
Sedangkan kalau alat permainan terlalu berat,
maka anak akan sulit memindah-mindahkannya
serta akan membahayakan bila Alat permainan
tersebut jatuh dan mengenai anak.
6. Desainnya harus jelas
APE harus mempunyai ukuran-ukuran, susunan dan
warna tertentu, serta jelas maksud dan
tujuannya.
7. APE harus mempunyai fungsi untuk
mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak,
seperti motorik, bahsa, kecerdasan dan
sosialisasi.
38
8. Harus dapat dimainkan dengan berbagai variasi,
tetapi jangan terlalu sulit, sehingga membuat
anak frustasi, atau terlalu mudah sehingga
membuat anak cepat bosan.
9 Walaupun sederhana harus tetap menarik baik
warna maupun bentuknya. Bila bersuara, suaranya
harus jelas.
10. APE harus dapat diterima oleh semua
kebudayaan, karena bentuknya sangat umum.
11. APE harus tidak mudah rusak, kalau ada
bagian-bagian yang rusak harus mudah diganti.
Pemeliharaannya mudah, terbuat dari bahan yang
mudah di dapat, harganya terjangkau oleh
masyarakat luas (Syamsu 2002),.
Menurut Syamsu dalam buku psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja (2002), perkembangana
anak prasekolah ditandai juga dengan berkembangnya
kemampuan atau ketrampilan motorik, baik motorik
kasar maupun motorik halus. Kemampuan motorik
tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.
39
Tabel 2.2. Kemampuan Motorik anak usia prasekolah(3-6) tahunUsia
Usia 3 – 4 tahunKemampuan Motorik
KasarKemampuan Motorik Halus
1. Naik dan turun
tangga
2. Meloncat dengan
dua kaki
3. Melempar bola
1. Menggunakan krayon
2. Menggunakan
benda/alat
3. Meniru
bentuk/gerakan
Usia 4 – 6
Kemampuan MotorikKasar
Kemampuan Motorik Halus
1. Meloncat
2. Mengendarai
sepeda anak
3. Menangkap bola
4. Bermain olah raga
1. Menggunakan pensil
2. Menggambar
3. Memotong dengan
gunting
4. Menulis hurup cetak
40
2.3.6 Klasifikasi permainan
Klasifikasi bermain dalam hal ini dapat di
bedakan menjadi tiga yaitu 1. berdasarkan isi
permainan, 2. Berdasarkan karakteristik sosial dan
3. Bermain sosio-Dramatik.
2.3.6.1 Berdasarkan Isi Permainan
1. Social affective play, Inti permainan ini adalah
hubungan interpersonal yang menyenangkan
antara anak dan orang lain
2. Sense of pleasure play, Permainan ini menggunakan
alat yang dapat menumbuhkan rasa senang pada
anak dan biasanya mengasyikkan
3. Skill play, Permainan ini meningkatkan
keterampilan anak, khususnya motorik kasar dan
halus
4. Dramatic play, Memainkan peran sebagai orang lain
melalui permainannya
5. Games atau permainan, Jenis permainan
menggunakan alat tertentu yang menggunakan
perhitungan atau skor.
41
6. Unoccupied behaviour, Anak tidak memainkan alat
tetentu dan situasi atau obyek yang ada di
sekelilingnya yang digunakan sebagai alat
permainan, misalnya anak terlihat mondar –
mandir, tersenyum, tertawa, jinjit – jinjit,
bungkuk – bungkuk, memainkan kursi meja atau
apa saja yang ada di sekelilingnya
2.3.6.2 Berdasarkan Karakterisitik sosial anak
prasekolah
1. Onlooker play ( Bermain sebagai penonton atau
pengamat )
Pada jenis permainan ini, anak hanya
mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa
ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam
permainan. Jadi, anak tersebut bersifat pasif,
tetapi ada proses pengamatan terhadap
permainan yang sedang dilakukan temannya
2. Solitary play ( Bermain Soliter )
Anak tampak berada dalam kelompok
permainan, tetapi anak bermain sendiri dengan
42
alat permainan yang dimilikinya dan alat
permainan tersebut berbeda dengan alat
permainan yang digunakaan temannya, tidak ada
kerjasama atau pun komunikasi dengan teman
sepermainannya
3. Parallel play ( Bermain Pararel )
Pada permainan ini, anak dapat
menggunakan alat permainan yang sama, tetapi
antara satu dengan anak yang lain tidak ada
kontak satu sama lain sehinggga antara anak
yang satu dengan anak yang lain tidak ada
sosialisasi satu sama lain. seperti pada anak
yang sedang bermain Puzzle.
4. Associative play ( Bermain Asosiatif )
Pada permainan ini sudah terjadi
komunikasi antara satu dengan yang lain,
tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin
atau yang memimpin permainan, dan tujuan
permainan tidak jelas.
5. Cooperative play ( Bermain Kooperatif )
43
Aturan permainan dalam kelompok tampak
lebih jelas pada permainan jenis ini, juga
tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang
memimpin permainan mengatur dan mengarahkan
anggotanya untuk bertindak dalam permainan
sesuai tujuan yang diharapkan dalam permainan
tersebut. Misalnya, anak-anak ingin bermain
took-tokoan. Seorang anak harus berperan
sebagai pelayan dan yang lainnya berperan
sebagai pembeli.
2.3.6.3 Bermain Sosio-Dramatik
Bermain sosio-dramatik banyak diminati oleh
para peneliti. Smilansky (1971), dalam Lukman
(2008), meengamati bahwa bermain sosio-dramatik
memiliki beberapa elemen :
1. Bermain dengan melakukan imitasi, anak bermain
pura-pura dengan melakukan peran orang
disekitarnya, dengan menirukan tingkah laku
dan pembicaraanya.
2. Bermain pura-pura seperti suatu objek. Anak
melakukan gerakan dan menirukan suara yang
44
sesuai dengan objeknya, misalnya anak pura-
pura menjadi mobil sambil lari dan menirukan
suara mobil.
3. Bermain peran dengan menirukan gerakan.
Misalnya bermain menirukan pembicaraan anatara
orang tua dengan anak.
4. Persisten. Anak melakukan kegiatan bermain
dengan tekun sedikitnya selama 10 menit.
5. Interaksi. Paling sedikit ada dua orang dalam
satu adegan
6. Komunikasi verbal. Pada setiap adegan ada
komunikasi verbal antar anak yang bermain.
Bermain sosio-dramatik sangat penting dalam
mengembangkan kreativitas, pertumbuhan
intelektual, dan keterampilan sosial. Tidak semua
anak memiliki pengalaman bermain sosio-dramatik .
oleh karena itu para kepala keluarga diharapkan
memberikan pengalaman dalam bermain sosio-
dramatik ini.
2.3.7 Memilih Alat Permainan
45
Alat-alat peraga yang digunakan selama
bermain harus dapat menstimulasi pengembangan
kreativitas anak. Gunakan alat bermain edukatif
yang memiliki fungsi mendidik dan juga menghibur.
Dengan begitu anak bisa terstimulasi untuk
menyenangi proses belajar, hingga imajinasinya pun
berkembang.
Alat permainan edukatif ini banyak macamnya,
seperti puzzle dan lego yang dapat melatih
kemampuan kreatif. Anak juga bisa membuat mainan
sendiri, umpamanya kapal-kapalan dari kertas atau
pelepah pisang. Selain itu, sediakan juga alat
peraga lain seperti gambar, poster, papan
permainan, alat-alat kesenian dan sebagainya.
Usahakan agar kegiatan yang dilakukan tidak
monoton. Oleh karena itu orang tua dan guru didik
perlu menghidupkan cara-cara yang dapat
mengembangkan aktivitas anak. Tujuannya agar
tercipta kegiatan belajar yang menyenangkan dan
mengasyikkan.
46
Menurut Soetjiningsih ( 2002), terdapat tujuh
kesalahan dalam memilih alat permainan, yaitu :
1. Orang tua memberikan sekaligus banyak macam
alat permainan, padahal pada umumnya anak-anak
suka mengulang-ngulang alat permainan yamh
sama untuk beberapa waktu lamanya.
2. Banyak orang tua membeli alat permainan yang
mereka pikir indah dan menarik. Tetapi mereka
tidak berpikir apa yang akan dikerjakan anak
terhadap alat permainan tersebut.
3. Banyak orang tua membayar terlalu mahal untuk
alat permainan. Mereka lupa bahwa alat
permainan yang dibuat sendiri atau dari barang
bekas sering menyenangkan pula.
4. Alat permainan yang terlalu lengkap /
sempurna. Sehingga sedikit peluang bagi anak
untuk melakukan eksplorasi dan konstruksi.
Sekali anak melihatnya, hanya sedikit tersisa
untuk memainkannya.
5. Alat permainan tidak sesuai dengan umur anak.
Anak terlalu tua atau terlalu muda terhadap
47
alat permainannya. Sehingga maksud dan tujuan
alat permainan itu tidak tercapai.
6. Memberikan terlalu banyak alat permainan
dengan type yang sama
7. Banyak orang tua yang tidak meneliti keamanan
dari alat permainan yang di belinya.
2.3.8 Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat
pengetahuan orang tua tentang bermain anak usia
prasekolah
1. Usia
Usia adalah lama waktu hidup semenjak
diadakan atau dilahirkan ( Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2005). Usia adalah umur individu
yang terhitung mulai saat di lahirkan sampai
saat berulang tahun (Elisabeth.B.H, 2004).
Usia merupakan salsah satu Variabel dari model
demografi yang di gunakan sebagai ukuran
mutlak atau indikator psikologi yang berbeda
(Notoatmodjo, 2003).
48
Semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja. Usia yang di anggap
optimal dalam memahami,mengambil keputusan dan
kecepatan respon maksimal di atas usia 20
tahun, karena pada periode ini merupakan
penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan
baru dan harapan sosial baru seperti peran
suami/istri, orang tua, dan pada masa ini,
sedangkan usia di bawah atau kurang dari 20
tahun cenderung dapat mendorong terjadinya
kebimbangan dalam memahami dan mengambil
keputusan. Dari segi kepercayaan masyarakat,
seseorang yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya daripada seseorang yang belum tinggi
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari
pengalaman dan kematangan jiwanya (Huclok,
2003).
2. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang di
berikan oleh seseorang terhadap perkembangan
49
orang lain menuju kearah suatu cita-cita
tertentu (Nursalam, 2001).
Menurut Soetjiningsih (2002), Pendidikan
Ibu merupakan salah satu faktor dalam tumbuh
kembang anak. Makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki. Makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, maka makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki, sedangkan pendidikan yang kurang
akan menghambat perkembangan seseorang
terhadap nilai-nilai baru yang di perkenalkan
(Nursalam, 2001).
Menurut pasal 12 ayat 1 UUSPN Nomor 2 tahun
1989 menyatakan bahwa jenjang pendidikan
sekolah di Indonesia terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi. Akan tetapi pada tahun 1994 pemerintah
mencanangkan program pendidikan sembilan
tahun, yaitu siswa yang lulus dari sekolah
50
dasar diwajibkan mengikuti pendidikan tiga
tahun yang sekarang dikenal dengan istilah
pendidikan dasar sembilan tahun. Atas dasar
inilah peneliti mengkategorikan pendidkan
formal menjadi dua, yaitu pendidikan rendah
(SMP ke bawah) dengan pendidikan tingginya
(SMA ke atas).
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah barang apa yang di
kerjakan, dilakukan atau diperbuat (Kamus
Bahasa Indonesia, 2005). Pekerjaan adalah
sumber kesenangan, tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang dan banyak tantangan.
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang
menyita waktu. Bekerja bagi kepala keluarga
akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
keluarga (Nursalam, 2001).
2.4 Pengaruh keaktifan bermain terhadap perkembangan
sosial anak pra sekolah
51
Memasuki Usia 4-6 tahun anak diperkenalkan
pada jenjang pendidikan prasekolah (Taman Kanak-
Kanak), pada saat itu akan muncul masa peka bagi
anak. Masa peka sendiri merupakan masa terjadinya
pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang
siap merespon stimulasi yang diberikan oleh
lingkungan. Anak juga mulai sensitif menerima
berbagai upaya perkembangan yang mencakup seluruh
potensi anak. Untuk itu, dibutuhkan kondisi
dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan
anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak
tercapai secara optimal (Wulandari, 2011).
Menurut Menurut Wong (2008), ada beberapa faktor
yang mempengaruhi perkembangan psikososial anak
pra sekolah yaitu: keturunan, nutrisi, hubungan
interpersonal, tingkat sosioekonomi, penyakit,
bahaya lingkungan, stres pada masa kanak-kanak dan
pengaruh media. Keinginan membina kepribadian
anak secara baik dan seimbang selain
memiliki kecerdasan secara intelektual, anak
juga harus memiliki kecerdasan sosial dalam
52
hal ini kemampuan bersosialisasi secara baik di
lingkungannya Jika keterampilan psikososial anak
kurang baik, tidak hanya pemenuhan kemandirian
aktivitasnya yang terlambat, akan tetapi hal itu
juga berdampak kepada perkembangan anak yang lain
seperti halnya bermain dengan teman, kecerdasan
menurun, dan kemampuan motor planning yang juga
akan kurang baik (Irwan, 2008).
Pendidikan prasekolah selain mendidik anak
sambil bermain, umumnya juga berfokus pada
pengembangan kemandirian, kedisiplinan, dan yang
paling penting adalah kehidupan sosial pada anak.
Manfaatnya adalah mengajarkan bagaimana hidup
bermasyarakat sambil bermain bersama teman-teman
lainnya. Umumnya anak memiliki satu atau dua
sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka
umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara
sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat
yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya,
tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis
kelamin yang berbeda. Dalam pembelajaran anak akan
53
belajar bersosialisasi dengan baik walau terkadang
anak-anak ini masih egosentris, namun jiwa sosial
anak akan lebih terasah, anak mulai berbagi dengan
teman-temannya, dan diharapakan perilaku ini akan
menjadi kebiasaan yang baik sampai di rumah bukan
hanya di lingkungan sekolah (Agustina, 2012).
54
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Keterangan :
Variabel yang diteliti
55
Faktor yang Mempenga-ruhi Perkembangan
1. Keturunan 2. Nutrisi 3. Hubungan
Interper-sonal 4. Tingkat
Sosio ekonomi 5. Penyakit 6. Bahaya
Lingkungan
Keaktifan Bermain
Aspek Perkembanganpsikososial anakprasekolah:
a. Dapat melepaskan ikatanemosional.
b. Menunjukkan penghargaanter-hadap guru.
c. Tidak terlalu cepatmenangis bila ada hal-hal yang diinginkantidak terpenuhi.
d. Tidak menunjukkan sikapyang murung.
e. Tidak menunjukkansifat/ sikap marahdalam kondisi yangwajar.
f. Tidak suka menentangguru.
g. Tidak suka menggangguteman.
h. Tidak suka menyerangteman
i. Senang bermain dengan
Fungsi bermain1. Merangsang
per-kembangankognitif.
2. Membangunstruk-turkognitif.
3. Membangun ke-mampuankognitif.
4. Belajar
Variabel yang tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka konseptual : Pengaruhkeaktifan bermain terhadap perkembanganpsikososial anak usia 4-6 tahun di TKkhodijah 5 Penataban Kabupaten Banyuwangitahun 2012
3.2 Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh keaktifan bermain terhadap
perkembangan sosial anak usia 4-6 tahun di TK
khodijah 5 Penataban Kabupaten Banyuwangi tahun
2012
56
40
Recommended