56
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Prasekolah 2.1.1 Definisi anak usia 4 -6 tahun Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002, anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Menurut Wong (2008), anak prasekolah adalah anak yang mempunyai rentang usia tiga sampai enam tahun. Pengertian anak usia prasekolah adalah anak usia 4-6 tahun dimana oada masa ini anak telah mencapai kematangan dalam berbagai macam fungsi motorik dan diikuti dengan perkembangan intelektual dan sosioemosional. Selain itu, imajinasi intelektual dan keinginan anak untuk mencari tahu dan bereksplorasi terhadap lingkungan juga merupakan ciri utama anak pada usia ini (Sillalahi, 2005). 1

bab ii keaktifan bermain dan perkembangan sosial

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Anak Prasekolah

2.1.1 Definisi anak usia 4 -6 tahun

Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak No.

23 Tahun 2002, anak adalah amanah dan karunia

Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat

harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.

Menurut Wong (2008), anak prasekolah adalah anak

yang mempunyai rentang usia tiga sampai enam

tahun.

Pengertian anak usia prasekolah adalah anak

usia 4-6 tahun dimana oada masa ini anak telah

mencapai kematangan dalam berbagai macam fungsi

motorik dan diikuti dengan perkembangan

intelektual dan sosioemosional. Selain itu,

imajinasi intelektual dan keinginan anak untuk

mencari tahu dan bereksplorasi terhadap lingkungan

juga merupakan ciri utama anak pada usia ini

(Sillalahi, 2005).

1

2.1.2 Definisi Perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan

(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil

dari proses pematangan. Menurut Nursalam (2005)

perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan

struktur atau fungsi tubuh yang lebih kompleks

dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan

diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi

sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya

yang terorganisasi. Ikatan Dokter Anak Indonesia

memberikan pengertian perkembangan anak

bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh

yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat

diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil dari

proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-

organ dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI,

2002).

2.1.3 Karakteristik perkembangan sosial anak usia

4-6 tahun

2

6

Karakteristik perkembangan anak usia 4-6

tahun meliputu aspek perkembangan motorik,

sosial/emosional, disiplin, intelektual dan

bahasa. Depdiknas (2002: 39) menjelaskan gambaran

karakteristik perkembangan anak usia 4-6 tahun

diantaranya:

1. Aspek perkembangan motorik

a. Sudah memiliki gerakan yang bebas dan aman

seperti memanjat, berlari dan menaiki tangga.

b. Memiliki keseimbangan badan, misalnya ketika

berjalan di atas papan.

c. Merangkak, merayap, berjalan dengan berbagai

variasi.

d. Bergerak sesuai dengan irama

e. Melompak dengan 1 kaki dan dengan 2 kaki

f. Menendang, memantulkan, melempar dan

menangkap bola.

g. Menirukan gerakan binatang.

h. Mengikuti berbagai macam permainan.

i. Menirukan gerakan-gerakan tari.

j. Melincat dari ketinggian 20-40 cm

3

2. Aspek perkembangan sosial/emosional

a. Dapat melepaskan ikatan emosional.

b. Menunjukkan penghargaan terhadap guru.

c. Tidak terlalu cepat menangis bila ada hal-hal

yang diinginkan tidak terpenuhi.

d. Tidak menunjukkan sikap yang murung.

e. Tidak menunjukkan sifat/sikap marah dalam

kondisi yang wajar.

f. Tidak suka menentang guru.

g. Tidak suka mengganggu teman.

h. Tidak suka menyerang teman

i. Senang bermain dengan orang lain.

j. Tidak suka menyendiri.

k. Telah memiliki kemampuan untuk menceritakan

sesuatu pada temannya.

l. Mampu bermain dan bekerjasama dengan temannya

dalam kelompok.

m. Menolong dan membela teman.

n. Dapat bertindak sopan dan menunjukkan sikap

ramah.

3. Aspek perkembangan disiplin

4

a. dapat makan dan berpakaian sendiri.

b. Dapat mengerjakan tugas ringan sendiri.

c. Mencuci tangan sebelum makan.

d. Mengetahui perbuatan buruk akan mendapat

hukuman.

e. Mengkategorikan sesuatu baik atau buruk.

4. Aspek perkembangan intelektual

a. Membentuk permainan sederhana secara kreatif.

b. Menciptakan suatu bentuk dengan menggunakan

tanah liat.

c. Menggunakan balok-balok menjadi bangunan-

bangunan.

d. Menyebut dan membilang 1-20.

e. Mengenal lambang bilangan.

f. Menghubungkan konsep dengan lambang bilangan.

g. Mengenal konsep sama, lebih banyak, lebih

sedikit.

h. Mengenal penjumlahan dengan benda-benda.

Mengenal waktu dengan menggunakan jam.

i. Menyusun kepingan-kepingan puzzle sederhana

menjadi benda utuh.

5

j. Mengenal alat-alat untuk mengukur.

k. Mengenal sebab akibat.

l. Mengetahui asal usul terjadinya sesuatu.

m. Menunjukkan kejanggalan suatu gambar.

5. Aspek perkembangan bahasa

a. Dapat berbicara dengan kalimat sederhana yang

lebih baik.

b. Dapat melaksanakan 3 perintah lisan secara

sederhana.

c. Senang mendengarkan dan menceritakan cerita

sederhana secara berurut dan mudah dipahami.

d. Menyebut nama, jenis kelamin dan umur.

e. Menyebut nama panggilan orang lain.

f. Menggunakan kata sambung.

g. Mengajukan banya pertanyaan.

h. Menggunakan dan menjawab beberapa kata

tanya.

i. Membandingkan 2 hal

j. Memahami hubungan timbal balik.

k. Mampu menyusun kalimat sederhana.

l. Mengenal tulisam sederhana

6

2.2 Konsep Perkembangan Sosial

2.2.1 Perkembangan Sosial Anak Prasekolah

Menurut Wong (2008), perkembangan sosial anak

prasekolah dibagi atas perkembangan kepribadian

dan fungsi mental.

1 . Perkembangan Kepribadian

Perkembangan kepribadian terdiri dari:

a. Perkembangan Psiko sosial

Tinjauan Erikson dalam

Muscari (2005) masalah psikososial,

mengatakan krisis yang dihadapi anak pada

usia antara 3 dan 6 tahun disebut “inisiatif

versus rasa bersalah”. Dimana orang terdekat

anak usia prasekolah adalah keluarga, anak

normal telah menguasai perasaan otonomi, anak

mengembangkan perasaan bersalah ketika orang

tua membuat anak merasa bahwa imajinasi dan

aktivitasnya tidak dapat diterima.

Anak usia prasekolah adalah

pelajar yang enerjik, antusias dan pengganggu

7

dengan imajinasi yang aktif. Kesadaran moral

mulai berkembang. Mulai menggunakan alasan

sederhana dan dapat menoleransi penundaan

kepuasaan dalam periode yang lama.

Pengalaman anak selama periode usia

prasekolah umumnya lebih menakutkan

dibandingkan dengan periode usia lainnya,

rasa takut yang umumnya terjadi antara lain

adalah; kegelapan, ditinggal sendiri terutama

pada saat menjelang tidur, binatang terutama

binatang yang besar, hantu, mutilasi tubuh,

nyeri dan objek serta orang-orang yang

berhubungan dengan pengalaman yang

menyakitkan. Perasaan takut anak usia

prasekolah mudah muncul dan berasal dari

tindakan dan penilaian orang tua. Memberikan

anak tidur dengan lampu tetap menyala dan

menganjurkan bermain untuk menghalau rasa

takut dengan boneka atau mainan lain.

Menghadapkan anak dengan objek yang

8

membuatnya takut dalam lingkungan yang

terkendali.

b. Perkembangan Psikoseksual

Pada tahap ini anak prasekolah

termasuk pada tahap falik, dimana masa ini

genital menjadi area tubuh yang menarik dan

sensitif.

Keterlambatan pengembangan personal

sosial berbahaya karena tidak menyediakan

landasan bagi ketrampilan berinteraksi dengan

lingkungan. Tidak adanya landasan bagi

ketrampilan personal sosial menyebabkan balita

akan terlambat dalam bersosialisasi dengan

teman sebayanya sehingga balita juga bermasalah

dalam hubungan sosial awal karena tidak

diterima oleh teman sebayanya yang akan

menyebabkan balita merasa kesepian dan tidak

mempunyai kesempatan untuk berperilaku sesuai

dengan harapan teman sebaya (Monks, 2005).

Keinginan membina kepribadian anak secara

baik dan seimbang selain memiliki

9

kecerdasan secara intelektual, anak juga

harus memiliki kecerdasan sosial dalam hal

ini kemampuan bersosialisasi secara baik di

lingkungannya. Keterampilan sosial dimaksudkan

sebagai perkembangan tingkah laku anak dalam

menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang

berlaku di dalam masyarakat dimana anak berada

seperti bermain dengan teman sebayanya.

Kegagalan dalam menyesuaikan diri menyebabkan

seseorang menjadi pemalu, kurang percaya diri,

menyendiri dan keras kepala (Hurlock, 2002).

2. Perkembangan Mental

Menurut Wong (2008), pada

perkembangan kognitif salah satu tugas yang

berhubungan dengan periode prasekolah adalah

kesiapan untuk sekolah dan pelajaran sekolah.

Disini terdapatnya fase praoperasional (Piaget)

pada anak usia 3-5 tahun. Fase ini meliputi

fase prakonseptual pada usia 2-4 tahun, dan

fase pikiran intuitif pada usia 4-7 tahun.

10

Salah satu transisi utama selama kedua fase

adalah perpindahan dari pikiran egosentris

total menjadi kesadaran sosial dan kemampuan

untuk mempertimbangkan sudut pandang orang

lain.

Selama periode prasekolah proses

individualisasi-perpisahan sudah komplit. Anak

prasekolah telah mengatasi banyak ansietas yang

berhubungan dengan orang asing dan ketakutan

akan perpisahan pada tahun-tahun sebelumnya

(Wong, 2008). Pada anak prasekolah mulai

belajar praktik keagamaan, perhiasan kecil dan

simbol mulai memiliki arti praktis bagi anak

prasekolah. Tuhan dilihat dalam istilah

manusia, tuhan dipahami sebagai bagian dari

alam (seperti halnya pohon, bunga, dan sungai).

Kejahatan dapat dibayangkan dengan istilah

menyeramkan, seperti monster atau setan.

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

11

Menurut Wong (2008), ada beberapa faktor

yang mempengaruhi perkembangan yaitu: keturunan,

nutrisi, hubungan interpersonal, tingkat

sosioekonomi, penyakit, bahaya lingkungan, stres

pada masa kanak-kanak dan pengaruh media.

1 Keturunan

Dalam semua budaya, sikap dan

harapan berbeda sesuai dengan jenis kelamin

anak. Jenis kelamin dan determinan keturunan

sangat kuat mempengaruhi hasil akhir

pertumbuhan dan laju perkembangan untuk

mendapatkan hasil akhir tersebut. Pada dimensi

kepribadian dapat kita lihat seperti

temperamen, tingkat aktivitas, koresponsifan,

dan kecendrungan ke arah rasa malu, diyakini

dapat diturunkan. Anak yang mengalami gangguan

mental atau fisik yang diturunkan akan mengubah

atau mengganggu pertumbuhan emosi, fisik dan

interaksi anak dengan ingkungan sekitar.

2. Nutrisi

12

Faktor diet mengatur pertumbuhan

pada semua tahap perkembangan, dan efeknya

ditunjukkan pada cara yang beragam dan rumit.

Selama periode pertumbuhan pranatal yang cepat,

nutrisi buruk dapat mempengaruhi perkembangan

dari waktu implantasi ovum sampai kelahiran.

Selama masa bayi dan anak-anak, kebutuhan

kalori dan protein lebih tinggi dibandingkan

pada setiap periode perkembangan pascanatal.

Nafsu makan anak akan berfluktuasi sebagai

respon terhadap keberagaman sampai ledekan

pertumbuhan turbulen di masa remaja.

3. Hubungan Interpersonal

Pada masa anak-anak, hubungan

dengan orang terdekat memainkan peran penting

dalam perkembangan, terutama dalam perkembangan

emosi, intelektual, dan kepribadian. Anak yang

melakukan kontak dengan orang lain dapat

memberikan pengaruh pada anak yang sedang

berkembang, tetapi dengan luasnya rentang

13

kontak dapat menjadi pelajaran dalam

perkembangan kepribadian yang sehat.

4. Tingkat Sosio ekonomi

Keluarga dengan perekonomian yang

rendah mungkin kurang memiliki pengetahuan atau

sumber daya yang diperlukan untuk memberikan

lingkungan yang aman, menstimulasi dan kaya

nutrisi yang membantu perkembangan optimal

anak. Pada keluarga yang sosioekonomi yang

rendah tidak mampu memenuhi nutrisi yang

lengkap untuk anaknya sehingga dapat

mempengaruhi proses perkembangan anak karna

gizi yang masuk tidak memenuhi kebutuhan anak.

5. Penyakit

Perubahan pertumbuhan dan

perkembangan adalah salah satu manifestasi

klinis dalm sejumlah gangguan herediter.

Gangguan pertumbuhan pada anak-anak terutama

terlihat pada gangguan skeletal, seperti

berbagai bentuk dwarfisme dan sedikitnya satu

anomaly kromosom. Gangguan pada pencernaan dan

14

gangguan absorpsi nutrisi tubuh pada anak akan

memberi efek merugikan pada pertumbuhan dan

perkembangan anak.

6. Bahaya Lingkungan

Agen berbahaya yang paling sering

dikaitkan dengan resiko kasehatan adalah bahan

kimia dan radiasi. Air dan udara serta makanan

yang terkonta minasi dari berbagai sumber telah

didokumentasikan dengan baik. Inhalasi asap

rokok secara pasif oleh anak sangat berbahaya

dalam proses perkembangan anak.

7. Stres Pada Masa Kanak-Kanak

Dari sudut pandang fisiologis dan

dan emosi pada intinya stres adalah ketidak

seimbangan antara tuntutan lingkungan dan

sumber koping individu yang mengganggu

ekuilibrium individu tersebut. Pada anak tampak

lebih rentan mengalami stres bila dibandingkan

dengan yang lain. Respon tehadap stresor dapt

berupa perilaku, psikologis, atau fisiologis.

Dengan adanya stres tersebut maka akan

15

terbentuk strategi koping yang dapat melindungi

dirinya dalam menghadapi stres. Kontak fisik

dengan anak dapat menyamankan dan menenangkan

anak. Menggendong, menyentuh atau memeluk anak

menimbulkan relaksasi dan kenyamanan serta

memfasilitasi komunikasi. Melakukan rekreasi

atau jalan-jalan serta pemajanan anak pada

pengaruh positif dapat membantu membangun

kekuatan dan keamanan anak.

8. Pengaruh Media Masa

Media dapat memperluaskan

pengetahuan anak tentang dunia tempat mereka

hidup dan berkontribusi untuk mempersempit

perbedaan anatar-kelas. Namun media juga

sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan

anak, karena anak masa kini terpikat seperti

pada beberapa decade lalu. Anak-anak masa kini

lebih cendrung memilh media dan figur olah raga

sebagai model peran ideal mereka, sedangkan di

masa lalu anak lebih suka meniru orang tua atau

walinya. Media masa yang dapt mempengaruhi

16

perkembangan anatara lain dapat berupa materi

bacaan/buku, film, dan televisi.

Menurut Nuryanti (2008), faktor

penghambat penyelesaian tugas perkembangan

yaitu tingkat perkembangan anak yang mundur,

tidak mendapat kesempatan yang cukup untuk

belajar dan tidak mendapat bimbingan dan arahan

yang tepat, tidak ada motivasi, kesehatan yang

buruk, cacat tubuh, dan tingkat kecerdasan yang

rendah.

17

2.3 Konsep Bermain

2.3.1 Definisi Bermain

Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak

dapat melakukan atau mempraktekkan keterampilan,

memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi

kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan

berperilaku dewasa. Sebagai suatu aktivitas yang

memberikan stimulasi dalam kemampuan keterampilan,

kognitif, dan afektif, maka sepatutnya suatu

bimbingan, mengingat bermain bagi anak merupakan

suatu kebutuhan bagi dirinya sebagaimana kebutuhan

lainnya seperti makan, rasa aman, kasih sayang dan

lain-lain.(A. Azis AH, 2005).

Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan

secara sukarela untuk memperoleh kesenangan atau

kepuasan. Bermain merupakan cerminan kemampuan

fisik, intelektual, emosional dan sosial dan

bermain merupakan media yang baik untuk belajar

karena dengan bermain anak-anak akan berkata-kata

(berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan

18

lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan dan

mengenal waktu, cara, serta suara (Wong, 2003)

2.3.2 Fungsi Bermain

Permainan dapat memperluas interaksi sosial

dan mengembangkan keterampilan sosial, yaitu

belajar bagaimana berbagi, hidup bersama,

mengambil peran, belajar hidup dalam masyarakat

secara umum. Selain itu, permainan akan

meningkatkan perkembangan fisik, koordinasi tubuh,

dan mengembangkan serta memperhalus keterampilan

motor kasar dan halus. Permainan juga akan

membantu anak-anak memahami tubuhnya; fungsi dan

bagaimana menggunakannnya dalam belajar. Anak-anak

bisa mengetahui bahwa bermain itu menyegarkan,

menyenangkan dan memberikan kepuasan.

Permainan dapat membantu perkembangan

kepribadian dan emosi karena anak-anak mencoba

melakukan berbagai peran, mengungkapkan perasaan,

menyatakan diri dalam suasana yang tidak

mengancam, juga memperhatikan peran orang lain.

19

Melalui permainan anak-anak bisa belajar mematuhi

aturan sekaligus menghargai hak orang lain.

Fungsi bermain terhadap kemampuan intelektual

anak usia prasekolah dapat dilihat pada beberapa

hal berikut ini :

1. Merangsang perkembangan kognitif.

Dengan bermain, sensori-motor (indera-

pergerakan) anak-anak dapat mengenal permukaan

lembut, kasar, atau kaku. Permainan fisik akan

mengajarkan anak akan batas kemampuannya

sendiri. Permainan juga akan meningkatkan

kemampuan abstraksi (imajinasi dan fantasi)

sehingga anak-anak semakin jelas mengenal

konsep besar-kecil, atas-bawah, dan penuh-

kosong. Melalui permainan anak-anak dapat

menghargai aturan, keteraturan, dan logika.

2. Membangun struktur kognitif.

Melalui permainan, anak-anak akan

memperoleh informasi yang lebih banyak sehingga

pengetahuan dan pemahamannya akan lebih kaya

dan lebih dalam. Bila informasi baru ini

20

ternyata berbeda dengan yang selama ini

diketahuinya, anak dapat mengubah informasi

yang lama sehingga ia mendapatkan pemahaman

atau pengetahuan yang lebih baru. Jadi melalui

bermain, struktur kognitif anak terus

diperkaya, diperdalam, dan diperbarui sehingga

semakin sempurna.

3. Membangun kemampuan kognitif.

Kemampuan kognitif mencakup kemampuan

mengidentifikasi, mengelompokkan, mengurutkan,

mengamati, membedakan, meramalkan, menentukan

hubungan sebab-akibat, membandingkan, dan

menarik kesimpulan. Permainan akan mengasah

kepekaan anak-anak akan keteraturan, urutan,

dan waktu. Permainan juga meningkatkan

kemampuan logis (logika).

4. Belajar memecahkan masalah.

Di dalam permainan, anak-anak akan menemui

berbagai masalah sehingga bermain akan

memberikan kesempatan kepada anak untuk

mengetahui bahwa ada beberapa kemungkinan untuk

21

memecahkan masalah. Permainan juga memungkinkan

anak-anak bertahan lebih lama menghadapi

kesulitan sebelum persoalan yang ia hadapi

dapat dipecahkan. Proses pemecahan masalah ini

mencakup adanya imajinasi aktif anak-anak.

Imajinasi aktif akan mencegah timbulnya

kebosanan yang merupakan pencetus kerewelan

pada anak- anak.

5. Mengembangkan rentang konsentrasi.

Apabila tidak ada konsentrasi atau rentang

perhatian yang memadai, seorang anak tidak

mungkin dapat bertahan lama bermain peran

(pura-pura menjadi dokter, ayah-anak-ibu, guru,

dll.). Ada hubungan yang dekat antara imajinasi

dan kemampuan konsentrasi. Imajinasi membantu

meningkatkan kemampuan konsentrasi. Anak-anak

yang tidak imajinatif memiliki rentang

perhatian (konsentrasi) yang pendek dan

memiliki kemungkinan besar untuk berperilaku

agresif dan mengacau.

22

Menurut Prof. Dr. Sukarni Catur Utami

Munandar, Dipl-Psych., anak memerlukan pengasuhan

dan bimbingan yang baik agar muatan kreativitasnya

dapat diberdayakan secara optimal. Pada skala umur

ini, anak mudah menyerap segala informasi yang ada

di sekitarnya.

Sistem belajar sambil bermain merupakan cara

terbaik yang dapat diberikan kepada anak

prasekolah. Tentu saja harus disesuaikan dengan

perkembangan dan kemampuan masing-masing anak.

Beberapa pokok yang bisa dijadikan pembelajaran

bagi mereka adalah : Belajar mengembangkan dan

mengasah keterampilan fisik yang diperlukan untuk

melakukan berbagai permainan. Belajar menyesuaikan

diri dan bersosialisasi dengan lingkungannya.

Belajar mengembangkan berbagai keterampilan dasar,

termasuk membaca, menulis dan menghitung.

Menurut Wong ( 2003 ), dalam buku Pedoman

Klinis keperawatan Pediatrik, bahwa bermain

mempunyai banyak fungsi terhadap beberapa aspek

perkembangan diantaranya

23

1. Perkembangan Sensorimotorik

Memperbaiki keterampilan morotik kasar dan

halus serta koordinasi, meningkatkan

perkembangan semua indera. Mendorong eksplorasi

pada sifat fisik dunia. Memberikan pelambiasan

kelebihan energi.

24

2. Perkembangan intelektual

Memberikan sumber-sumber yang beraneka ragam

untuk pembelajaran diantaranya : Eksplorasi dan

manipulasi bentuk, ukuran tekstur, warna.

Pengalaman dengan angka. Kesempatan untuk

mempraktekan dan memperluas ketrampilan

berbahasa. Memberikan kesempatan untuk berlatih

pengalaman masa lalu dalam upaya untuk

mengasimilasinya ke dalam persepsi dan hubungan

baru. Membantu anak memahami dunia dimana

mereka hidup dan membedakan antara fantasi dan

realita.

3. Perkembangan sosialisasi dan moral

Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk

perilaku peran seks. Memberikan kesempatan

untuk menguji hubungan. Mengembangkan

keterampilan sosial. Mendorong interaksi dan

perkembangan sikap yang positif terhadap orang

lain. Menguatkan pola perilaku yang telah

disetujui dan standard moral.

4. Kreativitas

25

Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan

minat yang kreatif. Memungkinkan imajinasi dan

fantasi. Meningkatkan perkembangan bakat dan

minat khusus.

5. Kesadaran diri

Memudahkan perkembangan identitas diri.

Mendorong pengaturan perilaku sendiri.

Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri

(keahlian sendiri).memberikan perbandingan

antara kemampuan sendiri dan orang lain.

6. Nilai terapeutik

Memberikan pelepasan stress dan ketegangan.

Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan

non verbal tentang kebutuhan, rasa takut, dan

keinginan

2.3.3 Aktivitas Bermain semasa prasekolah

Usia Prasekolah atau usia awal masa kanak-

kanak , usia anak yang mengikuti Taman kanak-kanak

juga dinamakan usia prasekolah dan bukan anak-anak

sekolahan ( Elizabeth, B, Hurlock, 2004). Yang

26

dimaksud dengan usia prasekolah adalah mereka yang

berumur 3 – 6 tahun. Usia prasekolah dikatakan

sebagai masa bermain, karena setiap waktu di isi

dengan bermain. Dan selama ini mainan merupakan

alat yang sangat penting dari aktivitas bermain.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam

aktivitas bermain bagi anak prasekolah menurut

Soetjiningsih (2002) adalah dibawah ini :

1. Ekstra Energi, Untuk bermain diperlukan

ekstra energi. Anak yang sakit, kecil

keinginannya untuk bermain

2. Waktu, Anak harus mempunyai cukup waktu untuk

bermain

3. Alat Permainan, Untuk bermain diperlukan alat

permainan yang sesuai dengan umur dan taraf

perkembangannya.

4. Ruangan untuk bermain, Ruangan tidak usah

terlalu lebar dan tidak perlu ruangan khusus

untuk bermain. Anak dapat bermain di ruangan

tamu, halaman bahkan di ruang tidurnya.

27

5. Pengetahuan cara bermain

Anak belajar bermain melalui mencoba-coba

sendiri, meniru teman-temannya atau diberi tahu

caranya oleh orang lain. Cara yang terakhir

adalah cara yang terbaik. Karena anak tidak

terbatas penegetahuannya dalam menggunakan alat

permainannya dan anak-anak akan mendapatkan

keuntungan lain lebih banyak.

6. Teman Bermain

Anak harus merasa yakin bahwa bahwa ia

mempunyai teman bermain kalau ia memerlukan,

apakah itu saudaranya, orang tuanya atau

temannya. Karena kalau anak bermain sendiri,

maka ia akan kehilangan kesempatan belajar dari

teman-temannya. Sebaliknya kalau terlalu banyak

bermain dengan anak lain, maka dapat

mengakibatkan anak tidak dapat mempunyai

kesempatan yang cukup untuk menghibur diri

sendiri dan menemukan kebutuhan sendiri. Bila

kegiatan bermain dilakukan bersama orang

tuanya, maka hubungan orang tua dengan anak

28

menjadi akrab, dan ibu/ayah akan segera

mengetahui setiap kelainan yang terjadi pada

anak mereka secara dini.

Pemberian aktivitas bermain dan stimulasi

merupakan salah satu alat untuk mencapai

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, agar

tujuan dari stimulasi dengan alat permainan

tercapai, ada berbagai hal yang harus diperhatikan

diantaranya yaitu :

1. Bermain/alat permainan harus sesuai dengan

taraf perkembangan anak.contohnya, anak yang

sudah terampil berlari akan senang bila

diberikan alat permainan berupa bola

2. Agar kemampuan bermain anak berkembang, orang

tua harus sabar, perhatikan kemampuan dan minat

anak, janganlah orang tua menuntut anak di luar

kemampuannya.

3. Ulangilah suatu cara bermain, sehingga anak

benar-benar terampil sebelum meningkat kepada

ketrampilan yang lebih majemuk.

29

4. Orang tua selalu menjadi model bagi anak-

anaknya, apabila orang tua senang dengan suatu

alat permainan, maka cenderung anak akan

menyukainya.

5. Sebelum orang tua mengajak anak bermain

dengan menggunakan alat permainan, pelajarilah

lebih dahulu cara dan tujuan bermain dari alat

tersebut.

6. Jangan memaksa anak bermain, bila si anak

tidak ingin bermain. Demikian juga bila si

orang tua dalam keadaan tidak ingin bermain.

7. Hentikan kegiatan bermain sebelum anak atau

orang tua mulai bosan.

8. Alat permaianan untuk anak tidak harus selalu

baru.

9. Jangan memberikan alat permainan terlalu

banyak atau terlalu sedikit. Karena kalau

terlalu banyak anak akan merasa bingung,

sedangkan kalau sedikit anak tidak mendapatkan

kesempatan secara optimal mengembangkan

ketrampilannya.

30

10. Bila anak terlalu menatap perhatiannya kepada

alat permainan tertentu, janganlah orang tua

terlalu khawatir,.usahakan tetap memperkenalkan

alat permainan yang lain, agar anak mendapatkan

pengalaman yang lebih luas.

11. Bila orang tua menyediakan waktu sedikit untuk

bermain dengan anaknya setiap harinya, maka

akan terjalin hubungan yang akrab dengan

anaknya. Dan sangatlah bermanfaat untuk

pengembangan kepribadian anak kelak dikemudian

hari.

12. Melalui bermain bersama, orang tua dan anak

akan saling mengenal sati sama lain dan makin

mengenal dirinya masing-masing. Orang tua

hendaknya jangan cepat gusar bila menemukan

kelemahan-kelemahana anak, justru penemuan yang

dini ini sangatlah berguna untuk segera

dikonsultasikan dengan dokter, bila kelemahan

ini tidak bisa dikoreksi, harus diterimanya

tanpa mengurangi stimulus yang optimal yang

diberikan kepada anak, karena di lain pihak

31

orang tua pasti akan menemukan hal yang positif

pada anak yang harus dikembangkan dan

dipertahankan.

13. Sesekali berikan kesempatan pada anak untuk

bermain sendiri. Anak sebaiknya diberikan

kesempatan untuk dapat menyenangkan dirinya

sendiri, sekaligus berarti memberi kesempatan

anak mengembangkan ketrampilan untuk mandiri.

Menurut Wong ( 2003 ) dalam buku pedoman

klinis keperawatan Pediatrik bahwa Aktivitas yang

dianjurkan pada masa Prasekolah adalah di bawah

ini

32

Tabel. 2.1. Aktivitas yang dianjurkan selama usia

prasekolah

Perkembanganfisik

Perkembangansosial

Perkembangan mentaldan Kreativitas

1. Memberikanruangan untukberlari, melom-pat danmemanjat

2.

Ajarkan untukbe-renang

3.

Ajarkan olahraga danaktivitas yangse-derhana

1.

Anjurkaninteraksidengan anakanak tetangga

2.

Halangi anakjika ia menjadidekstruktif

3.

Daftrakan anakke sekolahkhusus untukanak-anakprasekolah

1. Anjrkan usahayang kreatifdengan bahanmentah

2. Membacacerita

3. Pantautontonan televisi

4. Hadirkanteater danperistiwa budayalainnya yangsesuai dengan usiaanak

5. Ajaklahanak berjalan-jalan ke taman,museum dan pantai

2.3.4 Kategori Bermain

Menurut Hurlock ( 2004) bermain dalam hal ini

terbagi menjadi 2 yaitu bermain aktif dan Pasif.

1. Bermain Aktif

a. Bermain mengamati / menyelidiki ( Exploratory

Play )

Perhatian pertama anak pada alat bermain

adalah memeriksa alat permainan tersebut.

33

Anak akan memperhatikan alat permainan,

mengocok-ngocok apakah ada bunyi, mencium,

meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha

membongkar.

Dalam permainan ini anak dapat melakukan

segala hal yang diinginkannya, tidak ada

aturan-aturan dalam permainan tersebut. Anak

akan terus bermain dengan permainan tersebut

selama permainan tersebut menimbulkan

kesenangan dan anak akan berhenti apabila

permainan tersebut sudah tidak

menyenangkannya. Dalam permainan ini anak

melakukan eksperimen atau menyelidiki,

mencoba, dan mengenal hal-hal baru.

b. Bermain Konstruksi ( Construction Play )

Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan

menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan,

dll.

c. Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu

Kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga,

karena anak mempunyai koleksi lebih banyak

34

daripada teman-temannya. Di samping itu,

mengumpulkan benda-benda dapat mempengaruhi

penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak

terdorong untuk bersikap jujur, bekerja sama,

dan bersaing.

d. Bermain Drama ( Dramatic Play )

Dalam permainan ini, anak memerankan suatu

peranan, menirukan karakter yang dikagumi

dalam kehidupan yang nyata, atau dalam massa

media.

Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-

rumahan dengan saudara-saudaranya atau dengan

teman-temannya.

e. Bermain Bola, Tali Dan sebagainya.

Dalam permainan olah raga, anak banyak

menggunakan energi fisiknya, sehingga sangat

membantu perkembangan fisiknya. Di samping

itu, kegiatan ini mendorong sosialisasi anak

dengan belajar bergaul, bekerja sama,

memainkan peran pemimpin, serta menilai diri

35

dan kemampuannya secara realistik dan

sportif.

2. Bermain Pasif

Dalam hal ini anak berperan pasif, antara

lain dengan melihat dan mendengar. Bermain

pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lama

bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk

mengatasi kebosanan dan keletihannya.seperti :

a. Membaca

Membaca merupakan kegiatan yang sehat.

Membaca akan memperluas wawasan dan

pengetahuan anak, sehingga anak pun akan

berkembang kreativitas dan kecerdasannya.

b. Mendengarkan radio

Mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak

baik secara positif maupun negatif. Pengaruh

positifnya adalah anak akan bertambah

pengetahuannya, sedangkan pengaruh negatifnya

yaitu apabila anak meniru hal-hal yang

disiarkan di radio seperti kekerasan,

kriminalitas, atau hal-hal negatif lainnya.

36

Menonton televisi. Pengaruh televisi sama

seperti mendengarkan radio, baik pengaruh

positif maupun negatifnya.

2.3.5 Alat Permainan Edukatif

Yang di maksud dengan APE adalah alat

permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan

anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat

perkembangannya serta berguna untuk :

1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-

kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang

pertumbuhan fisik anak

2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara,

menggunakan kalimat yang benar.

3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan

pengenalan suara, ukuran, bentuk, warna dan

lain-lain.

4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam

hubungannya dengan interaksi antara orang tua

dan anak

37

APE tidak harus bagus dan di beli di toko, akan

tetapi buatan sendiri / alat permainan

Tradisional pun dapat digolongkan APE asalkan

memenuhi syarat aman

5. Ukuran dan berat APE harus sesuai dengan usia

anak.

Bila ukuran terlalu besar akan sukar dijangkau

anak, sebaliknya kalau terlalu kecil akan

berbahaya karena akan mudah tertelan oleh anak.

Sedangkan kalau alat permainan terlalu berat,

maka anak akan sulit memindah-mindahkannya

serta akan membahayakan bila Alat permainan

tersebut jatuh dan mengenai anak.

6. Desainnya harus jelas

APE harus mempunyai ukuran-ukuran, susunan dan

warna tertentu, serta jelas maksud dan

tujuannya.

7. APE harus mempunyai fungsi untuk

mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak,

seperti motorik, bahsa, kecerdasan dan

sosialisasi.

38

8. Harus dapat dimainkan dengan berbagai variasi,

tetapi jangan terlalu sulit, sehingga membuat

anak frustasi, atau terlalu mudah sehingga

membuat anak cepat bosan.

9 Walaupun sederhana harus tetap menarik baik

warna maupun bentuknya. Bila bersuara, suaranya

harus jelas.

10. APE harus dapat diterima oleh semua

kebudayaan, karena bentuknya sangat umum.

11. APE harus tidak mudah rusak, kalau ada

bagian-bagian yang rusak harus mudah diganti.

Pemeliharaannya mudah, terbuat dari bahan yang

mudah di dapat, harganya terjangkau oleh

masyarakat luas (Syamsu 2002),.

Menurut Syamsu dalam buku psikologi

Perkembangan Anak dan Remaja (2002), perkembangana

anak prasekolah ditandai juga dengan berkembangnya

kemampuan atau ketrampilan motorik, baik motorik

kasar maupun motorik halus. Kemampuan motorik

tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.

39

Tabel 2.2. Kemampuan Motorik anak usia prasekolah(3-6) tahunUsia

Usia 3 – 4 tahunKemampuan Motorik

KasarKemampuan Motorik Halus

1. Naik dan turun

tangga

2. Meloncat dengan

dua kaki

3. Melempar bola

1. Menggunakan krayon

2. Menggunakan

benda/alat

3. Meniru

bentuk/gerakan

Usia 4 – 6

Kemampuan MotorikKasar

Kemampuan Motorik Halus

1. Meloncat

2. Mengendarai

sepeda anak

3. Menangkap bola

4. Bermain olah raga

1. Menggunakan pensil

2. Menggambar

3. Memotong dengan

gunting

4. Menulis hurup cetak

40

2.3.6 Klasifikasi permainan

Klasifikasi bermain dalam hal ini dapat di

bedakan menjadi tiga yaitu 1. berdasarkan isi

permainan, 2. Berdasarkan karakteristik sosial dan

3. Bermain sosio-Dramatik.

2.3.6.1 Berdasarkan Isi Permainan

1. Social affective play, Inti permainan ini adalah

hubungan interpersonal yang menyenangkan

antara anak dan orang lain

2. Sense of pleasure play, Permainan ini menggunakan

alat yang dapat menumbuhkan rasa senang pada

anak dan biasanya mengasyikkan

3. Skill play, Permainan ini meningkatkan

keterampilan anak, khususnya motorik kasar dan

halus

4. Dramatic play, Memainkan peran sebagai orang lain

melalui permainannya

5. Games atau permainan, Jenis permainan

menggunakan alat tertentu yang menggunakan

perhitungan atau skor.

41

6. Unoccupied behaviour, Anak tidak memainkan alat

tetentu dan situasi atau obyek yang ada di

sekelilingnya yang digunakan sebagai alat

permainan, misalnya anak terlihat mondar –

mandir, tersenyum, tertawa, jinjit – jinjit,

bungkuk – bungkuk, memainkan kursi meja atau

apa saja yang ada di sekelilingnya

2.3.6.2 Berdasarkan Karakterisitik sosial anak

prasekolah

1. Onlooker play ( Bermain sebagai penonton atau

pengamat )

Pada jenis permainan ini, anak hanya

mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa

ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam

permainan. Jadi, anak tersebut bersifat pasif,

tetapi ada proses pengamatan terhadap

permainan yang sedang dilakukan temannya

2. Solitary play ( Bermain Soliter )

Anak tampak berada dalam kelompok

permainan, tetapi anak bermain sendiri dengan

42

alat permainan yang dimilikinya dan alat

permainan tersebut berbeda dengan alat

permainan yang digunakaan temannya, tidak ada

kerjasama atau pun komunikasi dengan teman

sepermainannya

3. Parallel play ( Bermain Pararel )

Pada permainan ini, anak dapat

menggunakan alat permainan yang sama, tetapi

antara satu dengan anak yang lain tidak ada

kontak satu sama lain sehinggga antara anak

yang satu dengan anak yang lain tidak ada

sosialisasi satu sama lain. seperti pada anak

yang sedang bermain Puzzle.

4. Associative play ( Bermain Asosiatif )

Pada permainan ini sudah terjadi

komunikasi antara satu dengan yang lain,

tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin

atau yang memimpin permainan, dan tujuan

permainan tidak jelas.

5. Cooperative play ( Bermain Kooperatif )

43

Aturan permainan dalam kelompok tampak

lebih jelas pada permainan jenis ini, juga

tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang

memimpin permainan mengatur dan mengarahkan

anggotanya untuk bertindak dalam permainan

sesuai tujuan yang diharapkan dalam permainan

tersebut. Misalnya, anak-anak ingin bermain

took-tokoan. Seorang anak harus berperan

sebagai pelayan dan yang lainnya berperan

sebagai pembeli.

2.3.6.3 Bermain Sosio-Dramatik

Bermain sosio-dramatik banyak diminati oleh

para peneliti. Smilansky (1971), dalam Lukman

(2008), meengamati bahwa bermain sosio-dramatik

memiliki beberapa elemen :

1. Bermain dengan melakukan imitasi, anak bermain

pura-pura dengan melakukan peran orang

disekitarnya, dengan menirukan tingkah laku

dan pembicaraanya.

2. Bermain pura-pura seperti suatu objek. Anak

melakukan gerakan dan menirukan suara yang

44

sesuai dengan objeknya, misalnya anak pura-

pura menjadi mobil sambil lari dan menirukan

suara mobil.

3. Bermain peran dengan menirukan gerakan.

Misalnya bermain menirukan pembicaraan anatara

orang tua dengan anak.

4. Persisten. Anak melakukan kegiatan bermain

dengan tekun sedikitnya selama 10 menit.

5. Interaksi. Paling sedikit ada dua orang dalam

satu adegan

6. Komunikasi verbal. Pada setiap adegan ada

komunikasi verbal antar anak yang bermain.

Bermain sosio-dramatik sangat penting dalam

mengembangkan kreativitas, pertumbuhan

intelektual, dan keterampilan sosial. Tidak semua

anak memiliki pengalaman bermain sosio-dramatik .

oleh karena itu para kepala keluarga diharapkan

memberikan pengalaman dalam bermain sosio-

dramatik ini.

2.3.7 Memilih Alat Permainan

45

Alat-alat peraga yang digunakan selama

bermain harus dapat menstimulasi pengembangan

kreativitas anak. Gunakan alat bermain edukatif

yang memiliki fungsi mendidik dan juga menghibur.

Dengan begitu anak bisa terstimulasi untuk

menyenangi proses belajar, hingga imajinasinya pun

berkembang.

Alat permainan edukatif ini banyak macamnya,

seperti puzzle dan lego yang dapat melatih

kemampuan kreatif. Anak juga bisa membuat mainan

sendiri, umpamanya kapal-kapalan dari kertas atau

pelepah pisang. Selain itu, sediakan juga alat

peraga lain seperti gambar, poster, papan

permainan, alat-alat kesenian dan sebagainya.

Usahakan agar kegiatan yang dilakukan tidak

monoton. Oleh karena itu orang tua dan guru didik

perlu menghidupkan cara-cara yang dapat

mengembangkan aktivitas anak. Tujuannya agar

tercipta kegiatan belajar yang menyenangkan dan

mengasyikkan.

46

Menurut Soetjiningsih ( 2002), terdapat tujuh

kesalahan dalam memilih alat permainan, yaitu :

1. Orang tua memberikan sekaligus banyak macam

alat permainan, padahal pada umumnya anak-anak

suka mengulang-ngulang alat permainan yamh

sama untuk beberapa waktu lamanya.

2. Banyak orang tua membeli alat permainan yang

mereka pikir indah dan menarik. Tetapi mereka

tidak berpikir apa yang akan dikerjakan anak

terhadap alat permainan tersebut.

3. Banyak orang tua membayar terlalu mahal untuk

alat permainan. Mereka lupa bahwa alat

permainan yang dibuat sendiri atau dari barang

bekas sering menyenangkan pula.

4. Alat permainan yang terlalu lengkap /

sempurna. Sehingga sedikit peluang bagi anak

untuk melakukan eksplorasi dan konstruksi.

Sekali anak melihatnya, hanya sedikit tersisa

untuk memainkannya.

5. Alat permainan tidak sesuai dengan umur anak.

Anak terlalu tua atau terlalu muda terhadap

47

alat permainannya. Sehingga maksud dan tujuan

alat permainan itu tidak tercapai.

6. Memberikan terlalu banyak alat permainan

dengan type yang sama

7. Banyak orang tua yang tidak meneliti keamanan

dari alat permainan yang di belinya.

2.3.8 Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat

pengetahuan orang tua tentang bermain anak usia

prasekolah

1. Usia

Usia adalah lama waktu hidup semenjak

diadakan atau dilahirkan ( Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2005). Usia adalah umur individu

yang terhitung mulai saat di lahirkan sampai

saat berulang tahun (Elisabeth.B.H, 2004).

Usia merupakan salsah satu Variabel dari model

demografi yang di gunakan sebagai ukuran

mutlak atau indikator psikologi yang berbeda

(Notoatmodjo, 2003).

48

Semakin cukup umur, tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja. Usia yang di anggap

optimal dalam memahami,mengambil keputusan dan

kecepatan respon maksimal di atas usia 20

tahun, karena pada periode ini merupakan

penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan

baru dan harapan sosial baru seperti peran

suami/istri, orang tua, dan pada masa ini,

sedangkan usia di bawah atau kurang dari 20

tahun cenderung dapat mendorong terjadinya

kebimbangan dalam memahami dan mengambil

keputusan. Dari segi kepercayaan masyarakat,

seseorang yang lebih dewasa akan lebih

dipercaya daripada seseorang yang belum tinggi

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari

pengalaman dan kematangan jiwanya (Huclok,

2003).

2. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang di

berikan oleh seseorang terhadap perkembangan

49

orang lain menuju kearah suatu cita-cita

tertentu (Nursalam, 2001).

Menurut Soetjiningsih (2002), Pendidikan

Ibu merupakan salah satu faktor dalam tumbuh

kembang anak. Makin tinggi tingkat pendidikan

seseorang, makin mudah menerima informasi

sehingga makin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki. Makin tinggi tingkat pendidikan

seseorang, maka makin mudah menerima informasi

sehingga makin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki, sedangkan pendidikan yang kurang

akan menghambat perkembangan seseorang

terhadap nilai-nilai baru yang di perkenalkan

(Nursalam, 2001).

Menurut pasal 12 ayat 1 UUSPN Nomor 2 tahun

1989 menyatakan bahwa jenjang pendidikan

sekolah di Indonesia terdiri atas pendidikan

dasar, pendidikan menengah dan pendidikan

tinggi. Akan tetapi pada tahun 1994 pemerintah

mencanangkan program pendidikan sembilan

tahun, yaitu siswa yang lulus dari sekolah

50

dasar diwajibkan mengikuti pendidikan tiga

tahun yang sekarang dikenal dengan istilah

pendidikan dasar sembilan tahun. Atas dasar

inilah peneliti mengkategorikan pendidkan

formal menjadi dua, yaitu pendidikan rendah

(SMP ke bawah) dengan pendidikan tingginya

(SMA ke atas).

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah barang apa yang di

kerjakan, dilakukan atau diperbuat (Kamus

Bahasa Indonesia, 2005). Pekerjaan adalah

sumber kesenangan, tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang dan banyak tantangan.

Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang

menyita waktu. Bekerja bagi kepala keluarga

akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan

keluarga (Nursalam, 2001).

2.4 Pengaruh keaktifan bermain terhadap perkembangan

sosial anak pra sekolah

51

Memasuki Usia 4-6 tahun anak diperkenalkan

pada jenjang pendidikan prasekolah (Taman Kanak-

Kanak), pada saat itu akan muncul masa peka bagi

anak. Masa peka sendiri merupakan masa terjadinya

pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

siap merespon stimulasi yang diberikan oleh

lingkungan. Anak juga mulai sensitif menerima

berbagai upaya perkembangan yang mencakup seluruh

potensi anak. Untuk itu, dibutuhkan kondisi

dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan

anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak

tercapai secara optimal (Wulandari, 2011).

Menurut Menurut Wong (2008), ada beberapa faktor

yang mempengaruhi perkembangan psikososial anak

pra sekolah yaitu: keturunan, nutrisi, hubungan

interpersonal, tingkat sosioekonomi, penyakit,

bahaya lingkungan, stres pada masa kanak-kanak dan

pengaruh media. Keinginan membina kepribadian

anak secara baik dan seimbang selain

memiliki kecerdasan secara intelektual, anak

juga harus memiliki kecerdasan sosial dalam

52

hal ini kemampuan bersosialisasi secara baik di

lingkungannya Jika keterampilan psikososial anak

kurang baik, tidak hanya pemenuhan kemandirian

aktivitasnya yang terlambat, akan tetapi hal itu

juga berdampak kepada perkembangan anak yang lain

seperti halnya bermain dengan teman, kecerdasan

menurun, dan kemampuan motor planning yang juga

akan kurang baik (Irwan, 2008).

Pendidikan prasekolah selain mendidik anak

sambil bermain, umumnya juga berfokus pada

pengembangan kemandirian, kedisiplinan, dan yang

paling penting adalah kehidupan sosial pada anak.

Manfaatnya adalah mengajarkan bagaimana hidup

bermasyarakat sambil bermain bersama teman-teman

lainnya. Umumnya anak memiliki satu atau dua

sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka

umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara

sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat

yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya,

tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis

kelamin yang berbeda. Dalam pembelajaran anak akan

53

belajar bersosialisasi dengan baik walau terkadang

anak-anak ini masih egosentris, namun jiwa sosial

anak akan lebih terasah, anak mulai berbagi dengan

teman-temannya, dan diharapakan perilaku ini akan

menjadi kebiasaan yang baik sampai di rumah bukan

hanya di lingkungan sekolah (Agustina, 2012).

54

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Keterangan :

Variabel yang diteliti

55

Faktor yang Mempenga-ruhi Perkembangan

1. Keturunan 2. Nutrisi 3. Hubungan

Interper-sonal 4. Tingkat

Sosio ekonomi 5. Penyakit 6. Bahaya

Lingkungan

Keaktifan Bermain

Aspek Perkembanganpsikososial anakprasekolah:

a. Dapat melepaskan ikatanemosional.

b. Menunjukkan penghargaanter-hadap guru.

c. Tidak terlalu cepatmenangis bila ada hal-hal yang diinginkantidak terpenuhi.

d. Tidak menunjukkan sikapyang murung.

e. Tidak menunjukkansifat/ sikap marahdalam kondisi yangwajar.

f. Tidak suka menentangguru.

g. Tidak suka menggangguteman.

h. Tidak suka menyerangteman

i. Senang bermain dengan

Fungsi bermain1. Merangsang

per-kembangankognitif.

2. Membangunstruk-turkognitif.

3. Membangun ke-mampuankognitif.

4. Belajar

Variabel yang tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka konseptual : Pengaruhkeaktifan bermain terhadap perkembanganpsikososial anak usia 4-6 tahun di TKkhodijah 5 Penataban Kabupaten Banyuwangitahun 2012

3.2 Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh keaktifan bermain terhadap

perkembangan sosial anak usia 4-6 tahun di TK

khodijah 5 Penataban Kabupaten Banyuwangi tahun

2012

56

40