Upload
hari-purwito
View
37
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TEKNOLOGI GASIFIKASI BATU BARA
Gasifikasi adalah suatu proses perubahan bahan bakar padat secara termokimia
menjadi gas. Pada saat ini gasifikasi batu bara digunakan sebagai cara alternatif
pengganti bahan bakar minyak. Salah satunya karena udara yang diperlukan lebih rendah
dari udara yang digunakan untuk proses pembakaran bahan bakar minyak.
A. Sejarah Perkembangan Gasifikasi
Gasifikasi batu bara pertama kali diusulkan untuk dijadikan cara alternatif oleh
presiden Amerika Serikat Jimmy Carter pada tahun 1970. Proyek tersebut termasuk
dalam program Synthetic Fuels Corporation. Usulan itu muncul ketika itu karena pada
tahun 1970 harga minyak yang diimpor terus-menerus mengalami peningkatan. Alasan
lain adalah karena gasifikasi batu bara lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan
pembakaran minyak. Namun pada tahun 1980an proyek itu mengalami kendala karena
pada tahun 1980 harga bahan bakar minyak mengalami penurunan.
Gasifikasi masih berkembang sampai dengan saat ini. Pada tahun 2009 pabrik
gasifikasi batu bara dibangun di The Great Plains di kota Beulah, Amerika Serikat, dan
berhasil memproduksi gas alam serta mengurangi emisi karbon.
B. Prinsip Kerja Umum
1. Proses Fisika
Beberapa proses fisis yang terjadi pada gasifikasi adalah sebagai berikut:
a. Pemanasan, yaitu proses penambahan batu bara dengan oksigen dan uap air,
kemudian dipanaskan/dikompresi sampai suhunya tinggi.
b. Pengeringan, yaitu pelepasan uap air dari padatan batu bara.
c. Pemanasan lanjut: Batu bara dipanaskan kembali sampai suhunya sangat tinggi.
d. Devolatilisasi, yaitu pengeluaran volatil (senyawa dengan struktur benzena) yang
terdapat pada batu bara sampai hanya tersisa arang saja.
e. Pembakaran arang agar tidak ada lagi udara yang tersisa.
2. Proses Kimia
Selama reaksi, oksigen (O2) mengoksidasi air (H2O) dari batu bara dan menghasilkan
karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), uap air (H2O), dan gas hidrogen
(H2). Reaksi tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
3C + O2 + H2O → H2 + 3CO
C. Spesifikasi
Berikut ini adalah dua komponen penting pada proses gasifikasi:
1. Gasifier
Ada 4 tipe gasifier, yaitu:
a. Counter current fixed bed gasifier: Terdiri dari bahan bakar karbon yang dasarnya
tetap. Uap, oksigen, dan/atau udara mengalir melalui konfigurasi counter-
currentnya.
b. Co-current fixed bed gasifier: Mirip dengan tipe counter current namun gasnya
mengalir di dalam konfigurasi co-currentnya.
c. Fluidized bed reactor gasifier: Bahan bakar difluidisasi (dilewatkan oleh fluida
tertentu) di dalam oksigen dan uap air.
d. Entrained flow gasifier: Bahan bakar cair digasifikasi dengan oksigen (udara)
pada aliran co-current.
2. Combustor: Fungsinya sama dengan combustor pada komponen pembangkit listrik
tenaga uap, hanya saja pada gasifikasi combustor dihubungkan langsung dengan
produk hasil gasifikasi.
D. Perkembangan Teknologi Gasifikasi
Perkembangan terbaru gasifikasi saat ini adalah dengan ditemukannya sistem
Integrated Gasification Combined Cycle (IGCC). IGCC merupakan suatu sistem
teknologi yang mengubah batu bara menjadi gas, yang lebih tepatnya ialah gas sintesis
(syngas). IGCC selanjutnya menghilangkan pengotor yang terdapat pada batu bara
sebelum di bakar dan dapat mengubah polutan-polutan menjadi suatu re-usable produk
sampingan. Hal ini menyebabkan berkurangnya emisi sulfur dioksida, raksa dan partikel-
partikel lainnya. Kalor yang dibuang dari ruang pembakaran dan pembangkit utama akan
dialihkan ke suatu steam cycle, atau bisa juga seperti dialihkan ke combined cycle gas
turbine. Pengalihan ini juga berdampak pada peningkatan efisiensi yang cukup tinggi
dibandingkan dengan batu bara yang di-pulverized. Akibat dari tetapnya harga batu bara
dunia pada beberapa tahun, sekitar 50 persen listrik di pasok oleh pembangkit tenaga batu
bara. Dengan munculnya IGCC yang memiliki emisi yang lebih rendah ketimbang
pembangkit tenaga batu bara yang lainnya, maka teknologi ini akan menjadi peranan
penting dalam pasar pembangkit tenaga batu bara sejalan dengan makin ketatnya regulasi
emisi global. Berikut ini adalah diagram siklus IGCC:
E. Potensi Energi
Teknologi gasifikasi batu bara tentunya tidak lepas dari potensi batu bara di seluruh
dunia. Menurut data British Petroleum tahun 2006, cadangan batu bara di dunia masih
cukup untuk 155 tahun kedepan (bandingkan dengan minyak bumi yang akan habis
sekitar 90 tahun lagi, dan gas alam yang akan habis sekitar 48 tahun lagi). Di seluruh
dunia cadangan batu bara sangat banyak dan sangat luas penyebarannya, karena itu
teknologi gasifikasi batu bara masih dapat menjadi alternatif pengganti bahan bakar
minyak dan gas alam.
Sementara itu, menurut data Dewan Energi Dunia, pada tahun 2005 Amerika Serikat
merupakan negara yang memiliki cadangan batu bara terbanyak di dunia yaitu sejumlah
249,99 milyar ton. Sedangkan Indonesia meraih peringkat ke-15 dengan cadangan batu
bara sejumlah 5,37 milyar ton.
F. Potensi Peluang Implementasi di Indonesia
Gasifikasi batu bara di Indonesia sangat berpeluang untuk dijadikan sebagai penghasil
energi alternatif. Diantaranya adalah karena harga batu bara di pasar dunia relatif stabil,
dan aman untuk ditransportasikan dan disimpan (karena batu bara tidak terpengaruh oleh
cuaca). Alasan lain yang mendukung adalah:
a. Produk dari gasifikasi batu bara yang berkalori rendah (sekitar 4500 kkal) dapat
menghasilkan gas bakar sintetis. Selain itu, dapat juga menggunakan batu bara
muda (menurut data sekitar 70% batu bara di Indonesia adalah batu bara muda).
b. Tidak mengandung resiko/bahaya, tidak berbau, dan ramah lingkungan.
Batu bara di Indonesia tersebar dengan luas terutama di Kalimantan Timur (Kutai,
Tarakan), dan Sumatera Selatan. Meskipun begitu, implementasi gasifikasi di Indonesia
masih sangat kurang, karena sebagian besar batu bara langsung dibakar habis dan
dijadikan energi listrik melalui PLTU tanpa digasifikasi. Padahal, batu bara akan lebih
efisien jika dikonversi terlebih dahulu menjadi migas sintetis atau bahan petrokimia
lainnya. Salah satu caranya adalah dengan gasifikasi.
G. Teknik Pengukuran, Instrumentasi, dan Kontrol
Untuk mengontrol proses gasifikasi, sangatlah penting untuk menganalisa aliran gas dari
produk secara terus menerus. Selain aliran gas, flow rate dari inputnya, suhu, dan tekanan
input harus diukur dalam berbabai bagian dari rangkaian gasifikator untuk memastikan
bahwa tekanan dan suhu dari batubara tersebut tidak melebihi yang sudah diperhitungkan.
Variabel-variabel yang harus diperhatikan agar tidak melewati batas adalah:
a) Komposisi dan flow rate dari gas
b) Tekanan balik dari reactor
c) Suhu tempat terjadinya produksi
d) Pengawasan keamanan dan kontrol alarm
Sedangkan variabel yang harus dikontrol terhadap lingkungan adalah:
a) Emisi atmosfir
b) Kondisi air di lingkungan
c) Noises
d) Air tanah
e) Subsidence (pergerakan udara dalam atmosfir)
H. Contoh Perhitungan Sistem Energi
Pada dasarnya konsumsi daya yang dibutuhkan pada suatu proses gasifikasi sangat
tergantung dari unit gasifikasi yang digunakan, karena diameter dari tiap unit gasifikasi
berbeda-beda. Berikut ini adalah tabel konsumsi daya berdasarkan jenis unit
gasifikasinya.
I. Estimasi Biaya Penerapan Sistem Energi
Detail biaya penerapan gasifikasi batu bara dapat dilihat dari tabel berikut ini.
J. Potensi Pasar di Indonesia
a. Letak sumber batu bara: Letak sumber batu bara di Indonesia cukup banyak, yaitu
di sekitar sumatera dan kalimantan. Banyaknya sumber batu bara di Indonesia,
membuat cadangan batu bara tersebut dapat dipergunakan untuk bahan bakar dan
juga dapat digunakan dalam proses gasifikasi batu bara tersebut. Hal ini sangat
mempermudah proses gasifikasi batu bara.
b. Daya yang dihasilkan : Daya yang dihasilkan oleh gasifikasi batu bara cukup
besar, sehingga proses gasifikasi batubara ini berpotensi tinggi dalam
mempengaruhi pasar di Indonesia.
c. Gasifikasi batu bara sangat ramah lingkungan dan hanya menghasilkan sedikit gas
buangan. Karena itu, penggunaan teknologi gasifikasi batu bara sebagai energi
alternatif dapat mengurangi emisi CO2 di Indonesia sehingga dapat mempengaruhi
pasar di Indonesia.
K. Potensi Peluang Implementasi di Indonesia
Gasifikasi batu bara memang menghasilkan energi yang besar dan dapat menjadi
sumber energi jangka panjang yang bagus untuk negara Indonesia. Tetapi gasifikasi batu
bara ini juga mempunya berbagai hambatan. Salah satu hambatan yang dihadapi dalam
pengembangan gasifikasi batubara di Indonesia adalah, investasi yang dibutuhkan untuk
proyek gasifikasi batu bara ini sangatlah besar. Investasi untuk gasifikasi ini besar karena
harga batu bara sangat tinggi. Harga batu bara juga lebih mahal dibandingkan dengan
minyak bumi. Hal ini akan menyebabkan perusahaan akan lebih memilih untuk
menggunakan minyak bumi daripada batubara. Aplikasi teknologi ini masih sangat mahal
dan tingat efisiensinya masih sangat kecil.
Batu bara bukanlah bahan bakar yang sempurna, karena di dalamnya terdapat sulfur
dan nitrogen. Bila batu bara ini terbakar maka kotoran-kotoran ini akan dilepaskan ke
udara, bila mengapung di udara maka zat kimia ini dapat menggabung dengan uap air
(seperti contoh kabut) dan tetesan yang jatuh ke tanah akan menjadi asam sulfurik dan
nitrit. Hal ini akan mengakibatkan hujan asam.