6
A. Pengertian Infiltrasi Infiltrasi ialah air hujan atau air irigasi yang melalui permukaan tanah dan membasahi bagian tanah yang trlatif kering merupakan salah satu proses alamiah dasar. Habitat tanaman darat mencakup zona tanah basah yang bersiklus atau tetap (Marshall and Holmes, 1988). Menurut Asdak, 2002, infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan) masuk ke dalam tanah. Dengan kata lain, infiltrasi adalah aliran air masuk ke dalam tanah sebagai akibat dari gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gaya gravitasi (gerakan air ke arah vertikal). Setelah lapisan tanah bagian atas jenuh, kelebihan air tersebut mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai akibat gaya gravitasi bumi dan dikenal sebagai proses perkolasi. Secara ringkas, proses terjadinya infiltrasi melibatkan tiga proses yang tidak saling berkaitan (Asdak, 1995): 1. Proses masuknya air hujan melalui pori 2. Tertampungnya air hujan tersebut dalam tanah 3. Proses mengalirnya air tersebut ke tempat lain (bawah, samping dan atas) Infiltrasi beragam secara terbalik denga lengas tanah. Hal ini terjadi dalam tiga cara yaitu: kandungan air yang meningkat mengisi pori dan mengurung kapasitas tanah untuk infiltrasi air selanjutnya, bila hujan membasahi suatu permukaan tanah yang kering, gaya kapiler yang kuat diciptakan yang cenderung untuk menarik air kedalam tanah dengan laju yang jenuh lebih tinggi dibandingkan laju yang dihasilkan dari gaya grafitasi saja, meningkatkan air tanah yang menyebabkan pengembangan koloid dan mengurangi ruang pori (Subagyo, 1990). Laju maksimal gerakan air masuk ke dalam tanah dinamakan kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi terjadi ketika internsitas hujan melebihi kemampuan tanah dalam menyerap kelembaban tanah. Sebaliknya, apabila intensitas hujan lebih kecil daripada kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan laju curah hujan. Laju infiltrasi umumnya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan satuan intensitas curah hujan, yaitu milimeter per jam (mm/jam). Ketika air hujan jatuh di atas permukaan tanah, tergantung pada kondisi biofisik permukaan tanah, sebagian atau seluruh air hujan tersebut akan mengalir masuk ke dalam tanah melalui pori-pori permukaan tanah. Proses mengalirnya air hujan ke dalam tanah disebabkan oleh tarikan gaya gravitasi dan gaya kapiler tanah. Laju air infiltrasi yang dipengaruhi oleh gaya

Pengertian Infiltrasi

  • Upload
    ieied

  • View
    1.708

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

teori

Citation preview

  • A. Pengertian Infiltrasi

    Infiltrasi ialah air hujan atau air irigasi yang melalui permukaan tanah dan membasahi

    bagian tanah yang trlatif kering merupakan salah satu proses alamiah dasar. Habitat tanaman

    darat mencakup zona tanah basah yang bersiklus atau tetap (Marshall and Holmes, 1988).

    Menurut Asdak, 2002, infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah

    hujan) masuk ke dalam tanah. Dengan kata lain, infiltrasi adalah aliran air masuk ke dalam tanah

    sebagai akibat dari gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gaya gravitasi (gerakan air ke

    arah vertikal). Setelah lapisan tanah bagian atas jenuh, kelebihan air tersebut mengalir ke tanah

    yang lebih dalam sebagai akibat gaya gravitasi bumi dan dikenal sebagai proses perkolasi.

    Secara ringkas, proses terjadinya infiltrasi melibatkan tiga proses yang tidak saling

    berkaitan (Asdak, 1995):

    1. Proses masuknya air hujan melalui pori

    2. Tertampungnya air hujan tersebut dalam tanah

    3. Proses mengalirnya air tersebut ke tempat lain (bawah, samping dan atas)

    Infiltrasi beragam secara terbalik denga lengas tanah. Hal ini terjadi dalam tiga cara yaitu:

    kandungan air yang meningkat mengisi pori dan mengurung kapasitas tanah untuk infiltrasi air

    selanjutnya, bila hujan membasahi suatu permukaan tanah yang kering, gaya kapiler yang kuat

    diciptakan yang cenderung untuk menarik air kedalam tanah dengan laju yang jenuh lebih tinggi

    dibandingkan laju yang dihasilkan dari gaya grafitasi saja, meningkatkan air tanah yang

    menyebabkan pengembangan koloid dan mengurangi ruang pori (Subagyo, 1990).

    Laju maksimal gerakan air masuk ke dalam tanah dinamakan kapasitas infiltrasi.

    Kapasitas infiltrasi terjadi ketika internsitas hujan melebihi kemampuan tanah dalam menyerap

    kelembaban tanah. Sebaliknya, apabila intensitas hujan lebih kecil daripada kapasitas infiltrasi,

    maka laju infiltrasi sama dengan laju curah hujan. Laju infiltrasi umumnya dinyatakan dalam

    satuan yang sama dengan satuan intensitas curah hujan, yaitu milimeter per jam (mm/jam).

    Ketika air hujan jatuh di atas permukaan tanah, tergantung pada kondisi biofisik

    permukaan tanah, sebagian atau seluruh air hujan tersebut akan mengalir masuk ke dalam tanah

    melalui pori-pori permukaan tanah. Proses mengalirnya air hujan ke dalam tanah disebabkan

    oleh tarikan gaya gravitasi dan gaya kapiler tanah. Laju air infiltrasi yang dipengaruhi oleh gaya

  • garavitasi dibatasi oleh besarnya diameter pori-pori tanah. Dibawah pengaruh gaya gravitasi, air

    hujan mengalir vertikal ke dalam tanah melalui profil tanah.

    Pada sisi yang lain, gaya kapiler bersifat mengalirkan air tersebut tegak lurus ke atas, ke

    bawah dan ke arah horisontal (lateral). Gaya kapiler tanah ini bekerja nyata pada tanah dengan

    pori-pori yang relatif kecil. Pada tanah dengan pori-pori besar, gaya ini dapat diabaikan

    pengaruhnya dan air mengalir ke tanah yang lebih dalam oleh pengaruh gaya gravitasi. Dalam

    perjalanannya tersebut, air juga mengalami penyebaran ke arah lateral akibat tarikan gaya kapiler

    tanah, terutama ke arah tanah dengan pori-pori yang lebih sempit dan tanah lebih kering.

    Ada tiga cara untuk menentukan besarnya infiltrasi (Knapp, 1978), yakni:

    a. Menetukan beda volume air hujan buatan dengan volume air larian pada percobaan

    laboratorium menggunakan simulasi hujan buatan.

    b. Menggunakan alat infiltrometer.

    c. Teknik pemisahan hidrograf aliran dari data aliran air hujan.

    B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Infiltrasi

    Air yang diabsorbsi oleh tanah digunakan untuk meningkatkan kelembaban tanah. Laju

    infiltrasi dan kapasitasnya akan berubah-ubah, hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, yaitu

    (Arsyad, 1989):

    1. Ukuran pori

    Ukuran pori dalam suatu tanah ditetapkan dalam porositas aerasi, semakain besar

    ukuran pori maka air akan semakin mudah masuk dan udara akan lebuh mudah keluar.

    Porositas non kapiler terjadi pada tanah dengan diamater pori kurang dari 0,06 mm. Ukuran

    pori yang besar berada pada tanah yang memiliki tekstur kasar atau pada tanah dengan

    agregasi butir-butir primer.

    2. Kemantapan pori

    Kapasitas infiltrasi hanya dapat terpelihara jika porositas semula tetap tidak terganggu

    selama terjadinya hujan. Tanah yang mudah terdispersikan akan tertutup porinya sehingga

    kapasitas infiltrasi cepat menurun, sedangkan pada tanah dengan agregasi tetap (kemantapan

    porinya tetap) maka kapasitas infiltrasi akan cenderung meningkat.

    3. Kandungan air

  • Laju infiltrasi terbesar terjadi ketika kandungan air pada tanah berada dalam keadaan

    rendah (tak jenuh), sehingga air hujan diserap secara besar-besaran untuk menstabilkan

    kelembaban tanah, setelah kelembaban tanah terpenuhi laju infiltrasi menjadi konstan.

    4. Profil tanah

    Sifat berbagai lapisan suatu profil tanah akan menentukan masukan air, pada tanah

    yang terdapat pada horizon A dan B kapasitas infilrasinya cenderung lebih tinggi.

    Selain ke empat faktor di atas Kiotoka Morri dan kawan-kawan (1987) menjelaskan

    faktorfaktor yang akan mempengaruhi laju infiltrasi pada suatu lahan, berikt faktor-faktor

    tersebut:

    1. Dalamnya genangan air diatas permukaan air tanah dan tebalnya lapisan yang jenuh.

    Air genangan di lekukan permukaan tanah masuk kedalam tanah, terutama disebabkan

    oleh gravitasi yang bekerja pada air tersebut. Mengingat ruang-ruang lapisan tanah di dekat

    permukaan telah jenuh, maka air itu jatuh melalui pipa-pipa halus yang panjangnya sama

    dengan tebal lapisan yang jenuh (l). Tekanan air yang bekerja di ujung atas setiap pipa halus

    itu adalah sama dengan dalamnya genangan air (D), jadi jumlah tekanan yang menyebabkan

    aliran adalah (D l). Mengingat air yang mengalir melalui pipa-pipa halus itu menemui

    tahanan (gaya geser) yang sebanding dengan l, maka infiltrasi hampir tidak berubah. Variasi l

    mempengaruhi gaya luar air yang jatuh dan jika besar dibandingakan dengan D, maka

    tahanan air yang jatuh adalah besar tetapi jika l dan D sama, maka pada permukaan curah

    hujan, air mudah masuk kedalam tanah karena gaya luar adalah besar jika dibandingkan

    dengan tahanan itu. Hal tersebut menyebabkan tingginya laju infiltrasi pada awal hujan.

    2. Kelembaban tanah

    Besarnya kelembaban tanah pada lapisan teratas sangat dipengaruhi laju infiltrasi.

    Potensial kapiler bagian bawah lapisan tanah yang menjadi kering (oleh evaporasi) kurang

    dari kapasitas menahan air normal akan meningkat jika lapisan teratas di basahi oleh curah

    hujan. Peningkatan potensial kapiler ini, bersama-sama dengan gravitasi akan mempercepat

    infiltrasi.

    Bila kekurangan kelembapan tanah diisi oleh infiltrasi, maka selisih potensial kapiler

    akan menjadi kecil. Pada waktu yang bersamaan kapasitas infiltrasi pada permulaan curah

    hujan akan berkurang tiba-tiba, yang disebabkan oleh pengembangan bagian koloidal dalam

  • tanah. Jadi kelembapan tanah itu adalah sebagian dari sebab pengurangan tiba-tiba dari laju

    infiltrasi.

    3. Pemampatan oleh curah hujan

    Gaya pukulan butir-butir hujan mengurangi kapasitas infiltrasi, karena oleh pukulan-

    pukulan itu butir-butir halus di permukaan lapisan teratas akan terpencar dan masuk kedalam

    ruang-ruang antara, sehingga terjadi efek pemampatan. Permukaan tanah yang terdiri dari

    lapisan bercampur lempung akan sangat menjadi impermeable oleh pemampatan butir-butir

    hujan tersebut. Tetapi tanah pasiran tanpa bahan-bahan yang lain tidak akan dipengaruhi oleh

    gaya hujan itu.

    4. Penyumbatan oleh bahan-bahan yang halus

    Kadang-kadang dalam keadaan kering banyak bahan-bahan yang halus yang

    diendapkan di atas permukaan tanah. Jika infiltrasi terjadi maka bahan halus akan masuk

    kedalam tanah bersama air itu. Bahan-bahan ini akan mengisi ruang-ruang dalam tanah yang

    mengakibatkan penurunan kapasitas infiltrasi. Hal ini merupakan juga sebuah faktor yang

    menurunkan laju infiltrasi selama curah hujan.

    5. Pemampatan oleh orang dan hewan

    Pada bagian lalu lintas orang atau kendaraan, permeabilitas tanah berkurang karena

    struktur butir-butir tanah dan ruang-ruang berbentuk pipa yang halus telah dirusakkannya,

    contohnya ialah kebun rumput yang banyak memelihara hewan, lapangan permainan dan

    jalan tanah. Benda ataupun makhluk hidup yang melewati lahan atau tanah akan

    menyebabkan pemadatan akibat gaya berat yang diberikan karena pengaruh gravitasi.

    Pemadatan tersebut menyebabkan terjadinya penurunan jumlah pori dalam tanah, sehingga

    akan berpengaruh terhadap laju infiltrasi.

    6. Struktur tanah

    Lubang dalam tanah yang di gali oleh binatang-binatang yang kecil dan serangga, akar-

    akar tanaman yang mati, mengakibatkan permeabilitas yang tinggi. akan tetapi mengingat

    jenis tanah ini sangat pekak terhadap gaya pemampatan curah hujan maka sering kali harga f

    itu tiba-tiba berkurang selam curah hujan.

    7. Tumbuh-tumbuhan

    Jika permukaan tanah tertutup oleh pohon-pohon dan rumput-rumputan maka infiltrasi

    dapat dipercepat. Tumbuh-tumbuhan bukan hanya melindungi permukaan tanah dari gaya

  • pemampatan curah hujan, tetapi juga lapisan humus yang terjadi mempercepat pengaliran-

    pengaliran serangga dan lain-lain. Pada tanah yang tercampur lempung yang tidak tertutupi

    oleh tumbuh-tumbuhan, lapisan teratas akan termampatkan oleh curah hujan, penyumbatan

    dengan bahan-bahan halus. Tetapi jika tanah itu ditutupi oleh lapisan daun-daunan yang

    jatuh, maka lapisan itu akan mengembang dan akan menjadi sangat permeable.

    8. Udara yang terdapat di dalam tanah

    Pada tanah yang sangat datar, infiltrasi yang terjadi dengan kecepatan yang sama akan

    diperlambat oleh udara yang tertekan, karena air yang masuk membentuk sebuah bidang

    datar yang menghalang-halangi udara keluar.

    9. Lain-lain

    Besar kapasitas infiltrasi ditentukan oleh faktor-faktor tersebut diatas secara bersama-

    sama. Beberapa faktor diantaranya mengakibatkan perbedaan kapasitas infiltrasi dari tempat

    ke tempat dan faktor-faktor yang lain mengakibatkan variasi infiltrasi menurut waktu. Faktor

    tumbuh-tumbuhan mempengaruhi variasi infiltrasi menurut tempat dan waktu. Disamping

    faktor-faktor di sebut diatas, maka pengurangan kelembaban tanah oleh transpirasi oleh

    tumbuh-tumbuhan, variasi kekentalan air dalam ruang-ruang tanah akibat suhu tanah, efek

    pembekuan (didaerah dingin) dan lain-lain adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

    kapasitas infiltrasi.

    C. Alat

    Infiltrometer merupakan suatu tabung baja silindris pendek, berdiameter besar (suatu batas

    kedap air lainnya) yang mengtari suatu daerah dalam tanah. Infiltrometer konsentrik yang

    merupakan tipe biasa, terdiri dari dua cincin konsentrik yang diletekkan kedalam permukaan

    tanah. Kedua cincin tersebut digenangi (karena itu disebut infiltrometer tipe genang) secara terus

    menerus untuk mempertahankan tingi konstant. Masing-masing penambahan air untuk

    mempertahankan tinggi konstant ini hanya diukur (waktu dan jumlah) pada cincin bagian dalam.

    Bagian luar digunakan untuk mengurangi pengaruh batas dari tanah yang sekitarnya yang lebih

    kering. Kalau tidak air yang berinfiltrasi yang dapat menyebar secara lateral di bawah permukaan

    tanah (Subagyo, 1990).

  • Alat infiltrometer yang biasa digunakan adalah jenis infiltrometer ganda (double ring

    infiltrometer), yaitu satu infiltrometer silinder ditempatkan di dalam infiltrometer silinder lain

    yang lebih besar. Infiltrometer silinder yang lebih kecil mempunyai ukuran diametr sekitar 30 cm

    dan infiltrometer yang lebih besar mempunyai ukuran hingga 50 cm. Pengukuran hanya

    dilakukan terhadap silinder yang kecil. Silinder yang lebih besar berfungsi sebagai penyangga

    yang bersifat menurunkan efek batas yang timbul oleh adanya silinder. Cara pengukuran

    infiltrasi dengan double ring infiltrometer relatif mudah pelaksanaannya, tetapi dengan cara ini

    hasil laju infiltrasi yang diperoleh biasanya lebih besar daripada keadaan yang berlangsung di

    lapangan (infiltrasi dari curah hujan), yaitu 2 10 kali lebih besar (Dunne dan Leopold, 1978).