Majas perbandingan

Embed Size (px)

Citation preview

Majas perbandingan Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas perbandingan 1. Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran. Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut. 2. Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal. Contoh: Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya. 3. Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai". contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja. 4. Metafora: Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll. contoh: Waspadalah terhadap lintah darat 5. Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia. 6. Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya. 7. Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis. 8. Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang. 9. Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.

10. Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib. 11. Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri. 12. Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. 13. Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia. 14. Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa. 15. Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek. 16. Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian. 17. Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus. 18. Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya. 19. Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata. 20. Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita. 21. Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek. 22. Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata. 23. Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud. 24. Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.

[sunting]Majas sindiran Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas sindiran 1. Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut. 2. Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar. 3. Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi). 4. Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll. 5. Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya. [sunting]Majas penegasan Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas penegasan 1. Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan. 2. Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan. 3. Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat. 4. Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan. 5. Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan. 6. Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar. 7. Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya. 8. Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.

9. Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan. 10. Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting. 11. Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting. 12. Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya. 13. Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut. 14. Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada. 15. Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya. 16. Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung. 17. Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung. 18. Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat. 19. Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru. 20. Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan. 21. Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya. 22. Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan. 23. Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.

24. Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis. 25. Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu. [sunting]Majas pertentangan Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas pertentangan 1. Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar. 2. Oksimoron: Paradoks dalam satu frasa. 3. Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya. 4. Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. 5. Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya. 6. 7. 8. 33.Paradoks 9. A d a l a h g a ya b a ha s a ya n g me n g e mu k a k a n h a l ya n g s e o l a h - o l a h b e r t e n t a n g a n , n a mu n sebenarnya tidak karena objek yang dikemukakan berbeda.Contoh : Dia besar tetapi nyalinya kecil. 10. 34.Oksimoron 11.adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama.Contoh : Keramah-tamahan yang bengis 12. 35.Asosiasi atau Simile 13.Adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu dengan keadaan lain yang sesuai dengankeadaan yang

dilukiskannya.Contoh : Pikirannya kusut bagai benang dilanda ayam 14. 36.Metafora 15.Adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu benda tertentu dengan benda lain yangmempunyai sifat sama.Contoh : Jantung hatinya hilang tiada berita 16. 37.Alegori 17.adalah gaya bahasa yang membandingkan kehidupan manusia dengan alam.Contoh : Iman adalah kemudi dalam mengarungi zaman. 18. 38.Parabel 19.Adalah gaya bahasa parabel yang terkandung dalam seluruh karangan dengan secara halust e r s i mp u l d a l a m k a r a n g a n i t u p e d o ma n h i d u p , f a l s a f a h h i d u p ya n g h a r u s d i t i mb a d i dalamnya.Contoh : Cerita Ramayana melukiskan maksud bahwa yang benar tetap benar 20. 39.Personifikasi 21.Adalah gaya bahasa yang mengumpamakan benda mati sebagai makhluk hidup.Contoh : Hujan itu menari-nari di atas genting 22. 40.Alusi 23.Adalah gaya bahasa yang menghubungkan sesuatu dengan orang, tempat atau peristiwa.Contoh : Pkartini kecil itu turut memperjuangkan haknya 24. 41.Eponim 25.Adalah gaya dimana seseorang namanya begitu sering dihubungakan dengan sifat tertentu,sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan suatu sifat tertentu sehingga nama itu dipakaiuntuk menyatakan sifat itu.Contoh : Hellen dari Troya untuk menyatakan kecantikan. 26. 42.Epitet 27.Adalah gaya bahasa yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari seseorang atausesuatu hal.Contoh : Lonceng pagi untuk ayam jantan. 28. 43.Sinekdoke 29.- P a r s P r o T a t o Adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagianhal untuk menyatakan keseluruhan.Contoh : Saya belum melihat batang hidungnyaT o t e m P r o P a r t e Adalah gaya bahasa yang

menyebutkan seluruh hal untuk menyatakan sebagian. Contoh: Thailand memboyong piala kemerdekaan setelah menggulung PSSi Harimau 30. 31. 44.Metonimia 32.A d a l a h g a ya b a ha s a ya n g me n g g u n a k a n n a ma c i r i t u b u h , g e l a r a t a u j a b a t a n s e s e o r a ng sebagai pengganti nama diri. Contoh : Ia menggunakan Jupiter jika pergi ke sekolah 33. 45.Antonomasia 34.Adalah gaya bahasa yang menyebutkan sifat atau ciri tubuh, gelar atau jabatan seseorangsebagai pengganti nama diri. Contoh : Yang Mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini. 35. 46.Hipalase 36.Adalah gaya bahasa sindiran berupa pernyataan yang berlainan dengan yang dimaksudkan.Contoh : ia masih menuntut almarhum maskawin dari Kiki puterinya (maksudnya menuntutmaskawin dari almarhum) 37. 47.Ironi 38.Adalah gaya bahasa sindiran berupa pernyataan yang berlainan dengan yang dimaksudkan.Contoh : Manis sekali kopi ini, gula mahal ya? 39. 48.Sinisme 40.adalah gaya bahasa sindiran yang lebih kasar dari ironi atau sindiran tajamContoh : Harum bener baumu pagi ini 41. 49.Sarkasme 42.Adalah gaya bahasa yang paling kasar, bahkan kadang-kadang merupakan kutukan.Contoh : Mampuspun aku tak peduli, diberi nasihat aku tak peduli, diberi nasihat masuk ketelinga 43. 50.Satire 44.Adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu.Contoh : Ya, Ampun! Soal mudah kayak gini, kau tak bisa mengerjakannya! 45. 51.Inuendo 46.Adalah gaya bahasa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.Contoh : Ia menjadi kaya raya karena mengadakan kemoersialisasi jabatannya 47. 52.Antifrasis

48.Adalah gaya bahsa ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna sebaliknya,yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau kata-kata yang dipakai untuk menangkalkejahatan, roh jahat, dan sebagainya.Contoh : Engkau memang orang yang mulia dan terhormat 49. 53.Pun atau Paronomasia 50.Adalah kiasan dengan menggunakan kemiripan bunyi.Contoh : Tanggal satu gigi saya tinggal satu 51. 54.Simbolik 52.Adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan benda-benda lainsebagai simbol atau perlambang.Contoh : Keduanya hanya cinta monyet. 53. 55.Tropen 54.A d a l a h g a ya b a ha s a ya n g me n g g u n a k a n k i a s a n d e n g a n k a t a a t a u i s t il a h l a i n t e r h a d a p pekerjaan yang dilakukan seseorang.Contoh : Untuk menghilangkan keruwetan pikirannya, ia menyelam diri di antara botolminuman. 55. 56.Alusio 56.Adalah gaya bahasa yang menggunakan pribahasa atau ungkapan.Contoh : Apakah peristiwa Turang Jaya itu akan terulang lagi? 57. 58. 57.Interupsi 59.adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan didalam kalimat pokok untuk lebih menjelaskan sesuatu dalam kalimat.Contoh : Tibatiba ia-suami itu disebut oleh perempuan lain. 60. 58.Eksklmasio 61.Adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata seru atau tiruan bunyi.Contoh : Wah, biar ku peluk, dengan tangan menggigil. 62. 59.Enumerasio 63.Adalah beberapa peristiwa yang membentuk satu kesatuan, dilukiskan satu persatu agar tiap peristiwa dalam keseluruhannya tanpak dengan jelas.C o n to h : La u t t e n a n g . D i a t a s p e r ma d a ni b i r u i t u t a n p a k s a t u - s a t u n ya p e r a h u n e l a ya n meluncur perlahan-lahan. Angin berhempus sepoi-sepoi. Bulan bersinar dengan terangnya.Disana-sini

bintang-bintang gemerlapan. Semuanya berpadu membentuk suatu lukisan yangharomonis. Itulah keindahan sejati. 64. 60.Kontradiksio Interminis 65.Adalah gaya bahasa yang memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang telahdikemukakan sebelumnya.Contoh : semuanya telah diundang, kecuali Sinta. 66. 61.Anakronisme 67.Adalah gaya bahasa yang menunjukkan adanya ketidak sesuaian uraian dalam karya sastradalam sejarah, sedangkan sesuatu yang disebutkan belum ada saat itu.Contoh : dalam tulisan Cesar, Shakespeare menuliskan jam berbunyi tiga kali (saat itu jam belum ada) 68. 62.Okupasi 69.Adalah gaya bahasa yang menyatakan bantahan atau keberatan terhadap sesuatu yang olehorang banyak dianggap benar.Contoh : Minuman keras dapat merusak dapat merusak jaringan sistem syaraf, tetapi banyak anak yang mengkonsumsinya. 70. 63.Resentia 71.Adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu yang tidak mengatakan tegas pada bagiantertentu dari kalimat yang dihilangkan.Contoh : Apakah ibu mau.?72.

Majas adalah bahasa kias yang dipergunakan untuk menimbulkan kesan imajinatif atau menciptakan efek-efek tertentu bagi pembaca atau pendengarnya. Majas terdiri atas: 1). Majas Perbandingan; 2). Majas Pertentangan; 3). Majas Sindiran; 4). Majas Penegasan. A. Majas Perbandingan Majas Perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan perbandingan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca. Ditinjau dari cara pengambilan perbandingannya, Majas Perbandingan dibagi menjadi: 1) Asosiasi atau Perumpamaan

73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81.

82. 83.

84.

85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92.

Majas asosiasi atau perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda, tetapi sengaja dianggap sama. Majas ini ditandai oleh penggunaan kata bagai, bagaikan, seumpama, seperti, dan laksana. Contoh : a) Semangatnya keras bagaikan baja. b) Mukanya pucat bagai mayat. c) Wajahnya kuning bersinar bagai bulan purnama 2) Metafora Metafora adalah majas yang mengungkapkan ungkapan secara langsung berupa perbandingan analogis. Metafora /mtafora/ : Pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan, misalnya tulang punggung dalam kalimat pemuda adalah tulang punggung negara Contoh: a) Engkau belahan jantung hatiku sayangku. (sangat penting) b) Raja siang keluar dari ufuk timur c) Jonathan adalah bintang kelas dunia. d) Harta karunku (sangat berharga) e) Dia dianggap anak emas majikannya. f) Perpustakaan adalah gudang ilmu.

93. 94. 95. 96. 97. 98. 99.

100. 101. 3)

Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tak bernyawa seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia. 103. Contoh: 104. a) Badai mengamuk dan merobohkan rumah penduduk. 105. b) Ombak berkejar-kejaran ke tepi pantai. 106. c) Peluit wasit menjerit panjang menandai akhir dari pertandingan tersebut.102. Personifikasi 107. 108. 4)

Alegori adalah Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran. 110. Alegori: majas perbandingan yang bertautan satu dan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh. Contoh: Suami sebagai nahkoda, Istri sebagai juru mudi 111. Alegori biasanya berbentuk cerita yang penuh dengan simbol-simbol bermuatan moral. 112. Contoh: 113. Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebingtebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.109. Alegori 114.

115. 5)

Simbolik 116. Simbolik adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan 117. mempergunakan benda, binatang, atau tumbuhan sebagai simbol atau lambang. 118. Contoh: 119. a) Ia terkenal sebagai buaya darat. 120. b) Rumah itu hangus dilalap si jago merah. 121. c) Bunglon, lambang orang yang tak berpendirian 122. d) Melati, lambang kesucian 123. e) Teratai, lambang pengabdian124. 125. 6)

Metonimia 126. Metonimia adalah majas yang menggunakan ciri atau lebel dari sebuah benda untuk menggantikan benda tersebut.Pengungkapan tersebut berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut. 127. Contoh: 128. a) Di kantongnya selalu terselib gudang garam. (maksudnya rokok gudang garam) 129. b) Setiap pagi Ayah selalu menghirup kapal api. (maksudnya kopi kapal api) 130. c) Ayah pulang dari luar negeri naik garuda (maksudnya pesawat)131. 132. 7)

Sinekdok adalah majas yang menyebutkan bagian untuk menggantikan benda secara keseluruhan atau sebaliknya. Majas sinekdokhe terdiri atas dua bentuk berikut. 134. a) Pars pro toto, yaitu menyebutkan sebagian untuk keseluruhan. 135. Contoh: 136. (a) Hingga detik ini ia belum kelihatan batang hidungnya. 137. (b) Per kepala mendapat Rp. 300.000. 138. b) Totem pro parte, yaitu menyebutkan keseluruhan untuk sebagian. 139. Contoh: 140. (a) Dalam pertandingan final bulu tangkis Rt.03 melawan Rt. 07. 141. (b) Indonesia akan memilih idolanya malam nanti.133. Sinekdok 142. 143. 8.

Simile:

144. Pengungkapan

dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai". 145. Contoh: 146. Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.147. 148. B.

Majas Pertentangan

149. Majas

Pertentangan adalah Kata-kata berkias yang menyatakan pertentangan dengan yang dimaksudkan sebenarnya oleh pembicara atau penulis dengan maksud untuk memperhebat atau meningkatkan kesan dan pengaruhnya kepada pembaca atau pendengar. Jenis-jenis Majas Pertentangan dibedakan menjadi berikut.

150. 151. 1)

Antitesis 152. Antitesis adalah majas yang mempergunakan pasangan kata yang berlawanan artinya. 153. Contoh: 154. a) Tua muda, besar kecil, ikut meramaikan festival itu. 155. b) Miskin kaya, cantik buruk sama saja di mata Tuhan.156. 157. 2)

Paradoks 158. Paradoks adalah majas yang mengandung pertentangan antara pernyataan dan fakta yang ada. 159. Contoh; 160. a) Aku merasa sendirian di tengah kota Jakarta yang ramai ini. 161. b) Hatiku merintih di tengah hingar bingar pesta yang sedang berlangsung ini.162. 163. 3)

Hiperbola hiperbola adalah majas yang berupa pernyataan berlebihan dari kenyataannya dengan maksud memberikan kesan mendalam atau meminta perhatian. 165. Contoh: 166. a) Suaranya menggelegar membelah angkasa. 167. b) Tubuhnya tinggal kulit pembalut tulang.164. Majas 168. 169. 4) Litotes 170. Litotes adalah

majas yang menyatakan sesuatu dengan cara yang berlawanan dari kenyataannya dengan mengecilkan atau menguranginya. Tujuannya untuk merendahkan diri. 171. Contoh: 172. a) Makanlah seadanya hanya dengan nasi dan air putih saja. 173. b) Mengapa kamu bertanya pada orang yang bodoh seperti saya 174. ini?175. 176. C.

177. Majas

Majas Sindiran Perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan sindiran untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca. Majas sindirian dibagi menjadi: Ironi adalah majas yang menyatakan hal yang bertentangan denganmaksud menyindir.

178. 179. 1)

180. Ironi

181. Contoh: 182. a) 183. b) 184. 185. 2)

Ini baru siswa teladan, setiap hari pulang malam. Bagus sekali tulisanmu sampai tidak dapat dibaca.

Sinisme 186. Sinisme adalah majas yang menyatakan sindiran secara langsung. 187. Contoh : 188. a) Perkataanmu tadi sangat menyebalkan, tidak pantas diucapkan oleh orang terpelajar sepertimu. 189. b) Lama-lama aku bisa jadi gila melihat tingkah lakumu itu.190. 191. 3)

Sarkasme 192. Sarkasme adalah majas sindiran yang paling kasar. Majas ini biasanya diucapkan oleh orang yang sedang marah. 193. Contoh: 194. a) Mau muntah aku melihat wajahmu, pergi kamu! 195. b) Dasar kerbau dungu, kerja begini saja tidak becus!196. 197. D.

Majas Penegasan 198. Majas Perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan penegasan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca.Majas penegasan terdiri atas tujuh bentuk berikut.199. 200. 1)

Pleonasme adalah majas yang menggunakan kata-kata secara berlebihan dengan maksud menegaskan arti suatu kata. 202. Contoh: 203. a) Semua siswa yang di atas agar segera turun ke bawah. 204. b) Mereka mendongak ke atas menyaksikan pertunjukan pesawat tempur.201. Pleonasme 205. 206. 2)

Repetisi adalah majas perulangan kata-kata sebagai penegasan. 208. Contoh: 209. a) Dialah yang kutunggu, dialah yang kunanti, dialah yang kuharap. 210. b) Marilah kita sambut pahlawan kita, marilah kita sambut idola kita, marilah kita sambut putra bangsa.207. Repetisi 211. 212. 3)

Paralelisme adalah majas perulangan yang biasanya ada di dalam puisi. 214. Contoh: 215. Cinta adalah pengertian 216. Cinta adalah kesetiaan 217. Cinta adalah rela berkorban213. Paralelisme 218. 219. 4)

Tautologi

220. Tautologi

adalah majas penegasan dengan mengulang beberapa kali sebuah kata dalam sebuah kalimat dengan maksud menegaskan. Kadang pengulangan itu menggunakan kata bersinonim. 221. Contoh: 222. a) Bukan, bukan, bukan itu maksudku. Aku hanya ingin bertukar pikiran saja. 223. b) Seharusnya sebagai sahabat kita hidup rukun, akur, dan bersaudara.224. 225. 5)

Klimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturutturut dan makin lama makin meningkat. 227. Contoh: 228. a) Semua orang dari anak-anak, remaja, hingga orang tua ikut antri minyak. 229. b) Ketua Rt, Rw, kepala desa, gubernur, bahkan presiden sekalipun tak berhak mencampuri urusan pribadi seseorang.226. Klimaks 230. 231. 6)

Antiklimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturutturut yang makin lama menurun. 233. a) Kepala sekolah, guru, dan siswa juga hadir dalam acara syukuran itu. 234. b) Di kota dan desa hingga pelosok kampung semua orang merayakan HUT RI ke -62.232. Antiklimaks 235. 236. 7)

Retorik adalah majas yang berupa kalimat tanya namun tak memerlukan jawaban. Tujuannya memberikan penegasan, sindiran, atau menggugah. 238. Contoh: 239. a) Kata siapa cita-cita bisa didapat cukup dengan sekolah formal saja? 240. b) Apakah ini orang yang selama ini kamu bangga-banggakan ? 241. d. Majas Pertentangan237. Retorik

Jenis-jenis MajasMajas perbandingan Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran. Contoh:Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebingtebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut. Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal. Contoh: Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya. Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak",

bagai". contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja. Metafora: Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll. contoh: Waspadalah terhadap lintah darat Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia. Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya. Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis. Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang. Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut. Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib. Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri. Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia. Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa. Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek. Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian. Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus. Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya. Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata. Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.

Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek. Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata. Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud. Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.

Majas sindiran Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut. Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar. Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi). Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll. Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.

Majas Penegasan Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan. Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan. Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat. Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan. Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan. Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar. Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya. Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu. Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.

Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting. Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting. Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya. Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalampertanyaan Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada. Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya. Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung. Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung. Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat. Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru. Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan. Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya. Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan. Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat. Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis. Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.

Majas Pertentangan Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar. Oksimoron: Paradoks dalam satu frasa.

Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya. Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.

Ternyata yang namanya majas lumayan banyak juga ya, gimana menghapalnya kalau banyak begini? Tenang saja gak udah dihapal cukup dipahami saja intinya majas itu apa, toh gak akan ditanya ketika anda diwawancarai kerja hehe.