25
PENGGUNAAN MAJAS PERBANDINGAN PADA CERITA PENDEK KARANGAN SISWA SMK NEGERI 1 BANYUDONO KELAS XI AKUNTANSI 2 SEBAGAI BAHAN AJAR Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh: DEDEH MOHAMMAD ZAINUDIN A310130188 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SURAKARTA 2018

PENGGUNAAN MAJAS PERBANDINGAN PADA …eprints.ums.ac.id/62613/11/NASKAH PUBLIKASI-351 DEDEH.pdfadalah 1) cerita pendek yang ditulis siswa SMK Negeri 1 Banyudono kelas XI Akutansi 2

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENGGUNAAN MAJAS PERBANDINGAN PADA CERITA PENDEK

KARANGAN SISWA SMK NEGERI 1 BANYUDONO

KELAS XI AKUNTANSI 2 SEBAGAI BAHAN AJAR

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan

Oleh:

DEDEH MOHAMMAD ZAINUDIN

A310130188

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SURAKARTA

2018

HALAMAN PENGESAHAN

1

PENGGUNAAN MAJAS PERBANDINGAN PADA CERITA PENDEK

KARANGAN SISWA SMK NEGERI 1 BANYUDONO KELAS XI

AKUNTANSI 2 SEBAGAI BAHAN AJAR

ABSTRAK

Penelitian ini memiliki 3 tujuan, 1) mendeskripsikan unsur intrinsik yang ada pada cerita

pendek karangan siswa, 2) mendeskripsikan majas perbandingan apa saja yang

digunakan siswa, 3) mendeskripsikan makna pada majas perbandingan yang digunakan

siswa. Data yang digunakan peneliti adalah pernyataan yang menunjukkan bagian dari

unsur intrinsik dan majas perbandingan dalam cerita pendek karangan siswa SMK

Negeri 1 Banyudono kelas XI Akutansi 2. Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah teknik observasi, simak, dan catat. Analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan bentuk unitisasi. Hasil dari penelitian ini

adalah 1) cerita pendek yang ditulis siswa SMK Negeri 1 Banyudono kelas XI Akutansi

2 sudah memerhatikan unsur intrinsik dalam penulisan cerita pendek, 2) terdapat 69

buah majas perbandingan dalam kumpulan cerita pendek karangan siswa di SMK

Negeri 1 Banyudono Kelas XI Akuntansi 2, 3) majas perbandingan yang sering

digunakan siswa adalah simile, sedangkan yang paling sedikit digunakan adalah majas

metafora, alusio, dan metonimia.

Kata kunci: Cerita Pendek, Majas

ABSTRACK

This study has three objectives, 1) describe the intrinsic elements that exist in short

stories by students, 2) describe what comparison figure of speech students use, 3)

describe the meaning of the comparison figure of speech used by students. The data used

by the researcher is a statement that shows the part of the intrinsic elements and the

comparison in the short story written by students of SMK Negeri 1 banyudono class XI

Accounting 2. Technique collecting of the data in this study is the observation, collect,

and record. The data analysis uses the form unitization. The result of this study are 1)

short stories written by students of SMK Negeri 1 Banyudono class XI Accounting 2

have noticed the intrinsic element in short story writing, 2) there are 69 pieces of

comparison in a collection of short stories by students in SMK Negeri 1 Banyudono

class XI Accounting 2, 3) the comparative majors often used by students are simile,

while the least used are metaphor, alusi, and metonimia.

Keywords: Short Story, Figure of Speech

2

1. PENDAHULUAN

Sebuah karya sastra memiliki makna dan pelajaran untuk kehidupan.

Dengan membaca dan menciptakan suatu karya sastra, hal itu sama saja bermain

bahasa yang lebih luas. Seperti yang telah dikatakan oleh Alemi Minoo dalam

penelitiannya (2011), Texts of literary works describe “things which mattered to

the author when he or she wrote them”. Compared to the language samples in

the textbooks, the language is far richer and more varied. (Teks karya sastra

menggambarkan “hal-hal yang penting bagi penulis saat dia menulisnya”.

Dibandingkan dengan sampel bahasa di buku teks, bahasanya jauh lebih kaya

dan lebih bervariasi).

Sastra memiliki dampak positif dalam pembelajaran di sekolah. Siswa

menjadi lebih mampu dalam meningkatkan kemampuan berbahasanya. Hal ini

senada dengan pendapat Adam (2015) dalam penelitiannya yang menyatakan

bahwa, Teaching literature in general promotes language skills and language

use, while fiction develops students' imagination as though it can contribute

positively to enhancing students' abilities in writing stories that is narrative

writing. Artinya, dalam pembelajaran sastra siswa secara tidak langsung dapat

meningkatkan kemampuan bahasa dan penggunaan bahasa. Mengingat bahwa

karya sastra merupakan karya imajinatif yang bermediumkan bahasa.

Penelitian ini membahas cerita pendek karangan siswa. Permasalahan yang

diangkat dalam penelitian ini adalah penggunaan majas perbandingan dalam

cerita pendek karangan siswa. Karya sastra diciptakan pengarang untuk dapat

dinikmati keindahan kebahasaannya oleh pembaca. Hal ini didasari oleh

pendapat Al-Ma’ruf (2012: 2) bahwa karya sastra merupakan karya imajinatif

bermediumkan bahasa yang fungsi estetiknya dominan. Sebagai media ekspresi

karya sastra, bahasa sastra dimanfaatkan oleh sastrawan guna menciptakan efek

makna tertentu guna mencapai efek estetik.

3

Penelitian ini membahas majas perbandingan yang digunakan oleh siswa.

Majas perbandingan sendiri masih dibagi menjadi beberapa jenis. 1) Alusio,

yaitu majas yang mengungkapkan suatu maksud dengan hal yang sudah dikenal.

2) Epitet, yaitu acuan untuk menunjukkan sifat khusus seseorang atau hal lain. 3)

Eponim, menurut Susanti (2013) eponim merupakan majas yang pemakaian

nama seseorang dihubungkan berdasarkan sifat yang sudah melekat padanya. 4)

Eufemisme, menurut Chasanah (2017) majas eufimisme adalah majas kiasan

halus sebagai pengganti ungkapan yang terasa kasar dan tidak menyenangkan. 5)

Hipalase, yaitu gaya bahasa dengan keterangan yang seolah-olah ditempatkan di

tempat yang salah. 6) Hiperbola, yaitu pengungkapan yang melebih-lebihkan

kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. 7) Metafora,

menurut Fadaee (2011) menyebutkan dalam penelitiannya, Metaphor is a

comparison of two different phenomena which share some common points. It is a

kind of condensed simile that some parts of it, like topic or similarity markers are

deleted to convey the meaning connotatively. Metafora merupakan perbandingan

dari dua fenomena yang berbeda yang memiliki beberapa poin umum. Ini

semacam simile, hanya saja beberapa bagian seperti penanda atau kesamaan

dihapus untuk menyampaikan makna secara konotatif. 8) Metonimia, yaitu

pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain. 9) Personifikasi,

dalam penelitian Delbaere (2011), Ricouer mengatakan, Historically,

personification has been defined as a figure of speech in which inanimate objects

are characterized in terms of human attributes, thus representing the object as a

living and feeling person. Pada intinya, personifikasi didefinisikan sebagai majas

di mana benda mati dicirikan dalam hal atribut manusia, sehingga mewakili

objek sebagai orang yang hidup dan memiliki perasaan. 10) Simile,

Shamsaeefard (2013) meyatakan dalam penelitiannya bahwa, Simile is one of the

most frequently occurring and natural sounding parts of figurative language. No

one would argue about the important role of similes especially in literary texts.

Jadi, Simile termasuk bahasa kiasan yang paling sering terjadi dan alami. Tidak

4

akan ada yang membantah tentang peran penting dari perumpamaan khususnya

dalam teks sastra. 11) Sinekdoke, yaitu majas yang digunakan untuk

menyebutkan sebagian sebagai pengganti dari keseluruhan atau sebaliknya.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Seperti yang diungkapkan

Putra (2011: 18) bahwa penelitian kualitatif tidak tunggal. Ada banyak jenisnya,

seperti studi kasus, etnografi, penelitian sejarah, penelitian tindakan, kajian

pustaka, grounded theory, dan penelitian fenomenologis. Desain pada penelitian

ini adalah berupa studi kasus. Sukardi (2006: 172-173) mengatakan bahwa studi

kasus merupakan hybrida metodologi, dimana dalam studi tersebut peneliti dapat

melakukan penelitian dengan cara studi analisis, holistik, hearmenatik, studi

budaya melalui etnography, atau metode campuran yang cocok dengan objek

yang diteliti. Peneliti menemukan kasus berdasarkan observasi yang telah

dilakukan.

Data yang digunakan peneliti adalah pernyataan yang menunjukkan bagian

dari unsur intrinsik dalam cerita pendek dan majas perbandingan yang ada di

kumpulan cerita pendek karangan siswa kelas XI Akuntansi 2 di SMK Negeri 1

Banyudono tahun ajaran 2016/2017. Sedangkan Sumber data merupakan sumber

peneliti dari mana data diperoleh (Siswantoro: 2010: 72). Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kumpulan cerita pendek karangan siswa

kelas XI Akuntansi 2 di SMK Negeri 1 Banyudono tahun ajaran 2016/2017.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa

arsip dan teknik simak dengan teknik catat sebagai pelengkapnya. Sebelum

peneliti melakukan penelitian, kumpulan cerita pendek karangan siswa yang

diteliti memang sengaja dipersiapkan untuk penelitian ini. Metode simak yaitu

digunakan untuk memperoleh data yang dilakukan dengan menyimak

penggunaan bahasa, istilah menyimak disini tidak hanya berkaitan dengan

penggunaan bahasa secara lisan tetapi juga penggunaan secara tertulis (Mahsun,

5

2013:92). Metode simak didukung oleh teknik catat, yaitu dengan mencatat data-

data yang dianggap memiliki hubungan yang memenuhi syarat untuk dijadikan

penelitian (Mahsun, 2013:93). Setelah peneliti melakukan metode simak, peneliti

selanjutnya mencatat data-data yang menunjukkan unsur intrinsik dan majas

perbandingan dalam cerita pendek.

Analisis data pada penelitian ini disajikan dalam bentuk unitisasi, artinya

analisis dilakukan menurut topik, tema, atau kategori. Peneliti memilih untuk

menggunakan triangulasi teori dan teknik pemeriksaan untuk mendapatkan

keabsahan data. Peneliti mencocokkan apa yang ditemukan atau data dengan

teori-teori yang telah ada. Selain itu, untuk mengetahui majas perbandingan apa

saja yang digunakan oleh siswa, peneliti menggunakan sumber atau referensi

untuk menguatkan analisis tersebut.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Cerita pendek yang digunakan sebagai sumber data adalah kumpulan

cerita pendek karangan siswa SMK Negeri 1 Banyudono kelas XI Akuntansi

2 tahun ajaran 2016/2017. Kumpulan cerita pendek tersebut berjumlah 15

cerita pendek.

3.1.1. Unsur intrinsik pada cerita pendek karangan siswa

1) Cerpen “Indah Pada Waktunya” karya Afrine Puput P (Cerpen 1)

Tema yang diangkat dalam cerpen ini adalah keluarga. Tokoh

“Aku” digambarkan sebagai gadis yang manja, polos, dan mencintai

keluarganya. Alur yang digunakan pengarang adalah alur maju.

Untuk tempat kejadian, pengarang memilih di rumah tokoh “Aku”.

Selain itu, sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang

persona pertama. Sedangkan gaya bahasa yang ditemukan berupa

gaya kata, bahasa figuratif, dan citraan. Cerita ini mengajarkan

tentang kesabaran.

6

2) Cerpen “Serpihan Kenangan di Kelas Bilingual” karya Amelia F

(Cerpen 2)

Tema yang diangkat dalam cerita ini adalah pendidikan. Tokoh

“Saya” memiliki sifat bandel, tetapi takut pada guru. Alur yang

digunakan adalah alur maju. Latar cerita ini adalah di lingkungan

sekolah. Cerita ini menggunakan sudut pandang persona pertama.

Sedangkan gaya bahasa yang ditemukan berupa gaya kata, bahasa

figuratif, dan citraan. Cerita ini mengajarkan kepada pembaca agar

patuh pada aturan sekolah.

3) Cerpen “Maaf Ibu” karya Anik W (Cerpen 3)

Tema yang diangkat dalam cerpen ini adalah keluarga. Tokoh

Inem memiliki sifat egois, dan tidak mau mengalah. Alur dalam cerita

ini adalah alur maju. Tempat kejadian cerita ini adalah di rumah

keluarga Inem. Cerita ini menggunakan sudut pandang orang ketiga

terbatas. Gaya bahasa yang ditemukan berupa gaya kata, bahasa

figuratif, dan citraan. Cerita ini mengajarkan arti berbagi dalam

hidup.

4) Cerpen “Rindu” karya Dian Retno Wati (Cerpen 4)

Tema yang diangkat dalam cerpen ini adalah kerinduan. Tokoh

“Aku” memiliki sifat cengeng, tidak mudah mengikhlaskan, dan

menyayangi ayahnya. Alur dalam cerpen ini adalah alur campuran.

Tempat kejadian dalam cerita ini adalah di rumah. Cerita ini

menggunakan sudut pandang persona pertama. Sedangkan gaya

bahasa yang ditemukan berupa gaya kata, bahasa figuratif, dan

citraan. Cerita ini mengajarkan pembaca agar bersikap sabar dan

ikhlas.

5) Cerpen “Keajaiban Dari Allah SWT” karya Dyan Asriani Nur

Ma’rifah (Cerpen 5)

7

Tema yang diangkat dalam cerita ini adalah masalah ekonomi.

Pak Tono digambarkan sebagai orang yang pekerja keras, baik, dan

suka menolong. Alur dalam cerita ini adalah alur maju. Tempat

kejadiannya di rumah sakit dan di jalanan. Cerita ini menggunakan

sudut pandang orang ketiga mahatahu. Sedangkan gaya bahasa yang

ditemukan berupa gaya kalimat, bahasa figuratif, dan citraan. Cerita

ini mengajarkan agar pembaca berbuat baik kepada siapa saja.

6) Cerpen “Pelangi” karya Eka Laras Susilawati (Cerpen 6)

Tema yang diangkat dalam cerita ini adalah percintaan. Tokoh

Silla di cerita ini digambarkan sebagai gadis manja yang suka kepada

Wisnu. Alur yang digunakan adalah alur mundur. Tempat kejadian

dalam cerita adalah di taman. Cerita ini menggunakan sudut pandang

persona pertama. Gaya bahasa yang ditemukan berupa gaya kata,

bahasa figuratif, dan citraan. Cerita ini mengajarkan pembaca agar

jangan menyesali apa yang terjadi.

7) Cerpen “Alisa” karya Intan PW (Cerpen 7)

Tema yang diangkat dalam cerita ini adalah berbuat kebaikan.

Alisa memiliki watak yang baik dan sabar. Alur yang digunakan

adalah alur maju. Tempat kejadian dalam cerita ini adalah rumah

Alisa dan istana kerajaan. Cerita ini menggunakan sudut pandang

orang ketiga mahatahu. Sedangkan gaya bahasa yang ditemukan

berupa gaya kata, gaya wacana, bahasa figuratif, dan citraan. Cerita

ini mengajarkan kepada pembaca agar berbuat baik kepada siapapun.

8) Cerpen “Yang Diharapkan” karya Istnaini K.N (Cerpen 8)

Tema yang diangkat dalam cerita ini adalah penyesalan. Deva

sebagai tokoh utama digambarkan anak yang pintar. Alur yang

digunakan pengarang adalah alur maju. Tempat kejadian dalam cerita

ini adalah rumah sakit. Cerita ini menggunakan sudut pandang orang

ketiga mahatahu. Sedangkan gaya bahasa yang ditemukan berupa

8

gaya kata, bahasa figuratif, dan citraan. Cerita ini mengajarkan untuk

menjadi orang tua yang bertanggung jawab.

9) Cerpen “Kisahku” karya Melinda S.R (Cerpen 9)

Tema yang diangkat dalam cerita ini adalah keajaiban. Tokoh

“Aku” dalam cerita ini digambarkan sebagai gadis yang penasaran.

Alur yang digunakan dalam cerita ini ialah alur maju. Tempat

kejadian dalam cerita ini di sebuah masjid. Cerita ini menggunakan

sudut pandang orang ketiga terbatas. Gaya bahasa yang ditemukan

berupa gaya kata, bahasa figuratif, dan citraan. Cerpen ini

mengajarkan pembaca untuk selalu bersyukur.

10) Cerpen “Selamat Tinggal Sahabatku” karya Mery Hera K

(Cerpen 10)

Tema yag diangkat dalam cerita ini adalah persahabatan. Karin

adalah perempuan yang suka pelajaran fisika, ceria, dan suka

bercanda. Alur cerita ini menggunakan alur maju. Tempat kejadian

dalam cerita ini adalah rumah pohon dan sekolah. Cerita ini

menggunakan sudut pandang orang ketiga mahatahu. Gaya bahasa

yang ditemukan berupa gaya kata, bahasa figuratif, dan citraan. Cerita

ini mengajarkan agar kita bersyukur dengan kesehatan yang kita

miliki.

11) Cerpen “Anak Sekolah” karya Nina Nur Cahyati (Cerpen 11)

Tema yang diangkat dalam cerita ini adalah pengorbanan. Ira

dalam cerita ini digambarkan sebagai perempuan cantik, sederhana,

baik, dan pandai. Alur yang digunakan pengarang adalah alur maju.

Tempat kejadian dalam cerita ini adalah di sekolah. Cerita ini

menggunakan sudut pandang orang ketiga mahatahu. Gaya bahasa

yang ditemukan berupa gaya kata, bahasa figuratif, dan citraan.

Cerita ini mengajarkan agar sebagai pelajar harus taat terhadap aturan

sekolah.

9

12) Cerpen “Janji Terakhir” karya Rizi Putri Anggraini (Cerpen 12)

Tema yang diangkat dalam cerita ini adalah percintaan. Nilam

dalam cerita ini digambarkan sebagai perempuan yang pemaaf dan

sabar. Alur cerita ini ialah alur maju. Tempat kejadian dalam cerita ini

di ruang tamu, warung makan, kampus, dan jalan raya. Cerita ini

menggunakan sudut pandang persona pertama. Gaya bahasa yang

ditemukan berupa gaya kata, bahasa figuratif, dan citraan. Cerita ini

mengajarkan agar dalam menyelesaikan masalah disertai kesabaran.

13) Cerpen “Strong Girl” karya Silvia Rahma (Cerpen 13)

Tema yang diangkat dalam cerita ini adalah percintaan. Tokoh

Chindai dalam cerita ini digambarkan sebagai perempuan cantik dan

polos. Alur dalam cerita ini adalah alur maju. Tempat kejadian dalam

cerita ini di sekolah. Cerita ini menggunakan sudut pandang orang

ketiga terbatas. Gaya bahasa yang ditemukan berupa gaya kata,

bahasa figuratif, dan citraan. Cerita ini mengajarkan agar jangan

sampai kita merusak pertemanan kita hanya karena masalah kecil.

14) Cerpen “Teman Pertama Dihidupku” karya Sinta Laksmita

(Cerpen 14)

Tema yang diangkat dalam cerita ini adalah persahabatan. Tokoh

“Aku” digambarkan sebagai perempuan yang suka menyendiri. Alur

cerita ini menggunakan alur maju. Tempat kejadian dalam cerita

tepatnya di sekolah. Cerita ini menggunakan sudut pandang persona

pertama. Gaya bahasa yang ditemukan berupa gaya kata, bahasa

figuratif, dan citraan. Cerita ini mengajarkan agar kita jangan

memandang teman dari miskin dan kayanya.

15) Cerpen “Cintaku Bersemi Di Warung Soto” karya Sri Rahayu

(Cerpen 15)

Tema yang diangkat dalam cerita ini adalah percintaan. Tokoh

Via dalam cerita ini digambarkan sebagai perempuan jujur dan

10

pemalu. Alur cerita ini menggunakan alur campuran. Tempat kejadian

dalam cerita ini ialah di rumah Via, warung, dan desa Rehan. Cerita

ini menggunakan sudut pandang persona pertama. Gaya bahasa yang

ditemukan berupa gaya kata, bahasa figuratif, dan citraan. Cerita ini

mengajarkan agar kita jangan melepas anak kecil sendirian.

Dari hasil analisis mengenai unsur intrinsik di atas dapat disimpulkan

bahwa seluruh cerita pendek sudah menggunakan unsur intrinsik dengan

lengkap. Namun, ada 5 cerita pendek yang kurang jelas dalam

mengungkapkan nama tokoh utama, seperti hanya menyebutkan “Aku” dalam

cerita. Hal ini ditemukan pada cerpen 1, cerpen 2, cerpen 4, cerpen 9, dan

cerpen 14.

3.1.2. Penggunaan majas perbandingan pada cerita pendek karangan

siswa

1) Cerpen “Indah Pada Waktunya” karya Afrine Puput P (Cerpen 1)

Sang mentari mulai tersenyum menyapa dunia pagi ini.

Kalimat di atas, “sang mentari” adalah sebagai pelaku. Namun,

maksud dari “sang mentari” adalah matahari. Sehingga matahari

adalah benda mati atau tidak bernyawa. Dengan demikian, kata

“tersenyum” normalnya adalah hal yang dilakukan oleh manusia.

Dengan demikian, hal ini terbukti pengarang membuat personifikasi

dengan matahari sebagai pelaku atau sesuatu yang dihidupkan

layaknya manusia.

2) Cerpen “Serpihan Kenangan di Kelas Bilingual” karya Amelia F

(Cerpen 2)

Kijang itu terparkir tepat di halaman sekolah.

Kalimat di atas merupakan jenis majas metonimia. Hal ini dibuktikan

dengan penggunaan kata “kijang” bukan ditujukan sebagai perubahan

acuan. Kata “kijang” digunakan pengarang sebagai pengganti nama,

11

bukan hewan. Pengarang menyebutkan “kijang” sebagai merk atau

nama mobil.

3) Cerpen “Maaf Ibu” karya Anik W (Cerpen 3)

Mereka itu bagaikan air dan minyak walaupun sama-sama benda

cair, tetapi tidak akan pernah bersatu.

Kalimat di atas adalah bentuk simile, karna mengandung

perbandingan yang bersifat eksplisit. Pada kata “bagaikan” memiliki

peran sebagai pembanding sehingga pembaca secara langsung dapat

mengetahui ungkapan yang dibandingkan.

4) Cerpen “Rindu” karya Dian Retno Wati (Cerpen 4)

Air mata turun begitu saja membanjiri kedua pipiku.

Wujud hiperbola di atas dapat dibuktikan dengan penggunaan

“membanjiri” yang dirasa terlalu berlebihan. Pengarang sengaja

membuat ungkapan yang berlebihan untuk menggambarkan

kebasahan pipinya. Namun penggambaran ini cenderung bersifat tidak

logis, sehingga membentuk hiperbola.

5) Cerpen “Keajaiban Dari Allah SWT” karya Dyan Asriani Nur

Ma’rifah (Cerpen 5)

Dan uang itu tidak cukup untuk membiayai kehidupan sehari-harinya

ibarat besar pasak daripada tiang.

Kalimat di atas mengandung perbandingan yang dapat ditangkap

secara langsung oleh pembaca. Hal ini dapat dibuktikan dengan

adanya kata “ibarat” sebagai pembanding langsung. Pengarang

sengaja membandingkan keadaan dengan sebuah peribahasa. Hal ini

sedikit berbeda dengan simile-simile lain yang biasanya

pembandingnya berupa ungkapan yang bersifat kias.

6) Cerpen “Pelangi” karya Eka Laras Susilawati (Cerpen 6)

Dia si pelangi hidupku, Wisnu.

12

Kalimat di atas merupakan jenis metafora. Hal ini dapat dibuktikan

oleh adanya perbandingan secara implisit. Sehingga pengarang tidak

menggunakan kata pembanding seperti wujud dari simile. Pengarang

sengaja membuat perbandingan antartokoh “dia” dengan “pelangi”.

7) Cerpen “Alisa” karya Intan PW (Cerpen 7)

Si jago merah pun melalap rumah itu dengan cepat.

Kalimat di atas adalah jenis epitet yang digunakan oleh pengarang.

Hal ini dapat dilihat pada penggunaan “jago merah” oleh pengarang

digunakan untuk menyatakan sifat api. “Jago merah” pada kalimat itu

adalah kunci pengarang untuk menjadikan epitet sebagai gayanya.

8) Cerpen “Yang Diharapkan” karya Istnaini K.N (Cerpen 8)

Rumah itu bagai medan perang.

Bentuk simile di atas juga dapat dibuktikan dengan adanya

pembanding secara eksplisit oleh pengarang. Pengarang sengaja

menggunakan “bagai” sebagai pembanding untuk membandingkan

rumah dengan medan perang.

9) Cerpen “Kisahku” karya Melinda S.R (Cerpen 9)

Aku sangat terkejut mendengar suara azan yang sangat merdu

menghampiri telingaku.

Bentuk personifikasi di atas dapat dibuktikan dengan adanya kata

“menghampiri. Pada kata “menghampiri” seharus ada seseorang yang

melakukan tindakan yang semacam itu. Akan tetapi, pengarang

seolah-olah memilih suara azan sebagai pelaku.

10) Cerpen “Selamat Tinggal Sahabatku” karya Mery Hera K

(Cerpen 10)

Ayahnya menangis dengan deras.

Pada hiperbola di atas dapat dibuktikan dengan adanya kata “deras”

yang dirasa terlalu berlebihan. Pengarang sengaja melebih-lebihkan

13

sebuah tangisan yang dilakukan oleh tokoh ayah. Sehingga membuat

kalimat di atas kurang logis apabila dilogika.

11) Cerpen “Anak Sekolah” karya Nina Nur Cahyati (Cerpen 11)

Jantung yang berdetak bak kilat halilintar.

Simile di atas terbentuk dengan adanya penggunaan kata “bak”

sebagai pembanding langsung. Dengan adanya pembanding tersebut,

pembaca dapat mengetahui secara langsung apa yang ditunjukkan

pengarang melalui perbandingan tersebut.

12) Cerpen “Janji Terakhir” karya Rizi Putri Anggraini (Cerpen 12)

Air mataku jatuh begitu deras menghujani wajahku.

Hiperbola di atas terbentuk karena mengandung pernyataan yang

terlalu berlebihan. Pernyataan yang berlebihan ditunjukkan pengarang

pada kata “deras”. Apabila yang deras adalah sungai, maka hal itu

wajar saja. Namun pada hiperbola di atas yang menunjukkan “deras”

adalah “air mata” dari sebuah tangisan. Maka hal itu dianggap tidak

logis dan berlebihan.

13) Cerpen ”Strong Girl” karya Silvia Rahma

Alusio

Tanpa pikir panjang dan dengan semangat 45.

Kalimat di atas merupakan bentuk dari sebuah alusio. Hal ini dapat

dibuktikan dengan adanya sebuah peristiwa yang digunakan oleh

pengarang. Tentunya peristiwa yang digunakan oleh pengarang sudah

dikenal oleh semua orang. Pengarang menggunakan “semangat 45”

untuk membentuk alusio tersebut.

14) Cerpen “Teman Pertama Dihidupku” karya Sinta Laksmita

(Cerpen 14)

Hatiku hancur merasa tak ada gunanya.

Kalimat di atas termasuk dalam jenis hiperbola. Hal ini terlihat pada

kata “hatiku hancur” untuk menggambarkan kesedihan.

14

Penggambaran tersebut terasa terlalu berlebihan, karena menunjukkan

kehancuran.

15) Cerpen “Cintaku Bersemi Di Warung Soto” karya Sri Rahayu

(Cerpen 15)

Tak kulihat batang hidung seorang di sini.

Kalimat di atas merupakan bentuk dari sinekdoke. Lebih tepatnya

adalah sinekdoke jenis pars prototo, karena pengarang menyebutkan

“batang hidung” untuk memaksudkan seseorang. “Batang hidung”

adalah bagian dari tubuh, maka tujuan pengarang memakai “batang

hidung” adalah untuk mengacu pada seseorang.

Dari 15 cerita pendek di atas ditemukan bermacam-macam majas

perbadingan. Namun, majas perbandingan yang paling banyak digunakan

siswa adalah jenis majas simile. Sedangkan majas yang paling sedikit

digunakan siswa adalah metafora, alusio, dan meonimia.

3.1.3. Pemaknaan majas pada cerita pendek karangan siswa

1) Cerpen “Indah Pada Waktunya” karya Afrine Puput P (Cerpen 1)

Sang mentari mulai tersenyum menyapa dunia pagi ini.

Makna gaya personifikasi di atas adalah menggambarkan suasana

pagi hari ketika matahari mulai muncul atau terbit. Pada kata

“tersenyum” menggambarkan keadaan matahari yang mulai terang di

pagi hari.

2) Cerpen “Serpihan Kenangan di Kelas Bilingual” karya Amelia F

(Cerpen 2)

Kijang itu terparkir tepat di halaman sekolah.

Bentuk metonimia di atas menggambarkan sebuah mobil. Kata

“kijang” bukan dimaksudkan pengarang sebagai seekor hewan,

15

melainkan itu adalah sebuah merk atau nama mobil. Sehingga

gambarannya adalah ada mobil kijang parkir di halaman sekolah.

3) Cerpen “Maaf Ibu” karya Anik W (Cerpen 3)

Mereka itu bagaikan air dan minyak walaupun sama-sama benda

cair, tetapi tidak akan pernah bersatu.

Simile di atas menggambarkan dua orang yang memiliki persamaan

atau sikap yang sama tetapi tidak pernah bisa searah atau tidak cocok.

Lebih tepatnya, pengarang menggambarkan kakak-adik. Meskipun

dari orang tua yang sama, tetapi saling berkelahi ketika sedang

bersama.

4) Cerpen “Rindu” karya Dian Retno Wati (Cerpen 4)

Air mata turun begitu saja membanjiri kedua pipiku.

Makna hiperbola di atas adalah menggambarkan tokoh aku yang

sedang menangis. Pada awalnya tokoh aku berniat untuk menahan

agar tidak menangis. Namun usaha yang dilakukan tokoh aku sia-sia

dan akhirnya air matanya jatuh hingga membasahi kedua pipinya.

Pengarang juga menggambarkan tangisan pada tokoh aku sampai

mengeluarkan air mata yang banyak.

5) Cerpen “Keajaiban Dari Allah SWT” karya Dyan Asriani Nur

Ma’rifah (Cerpen 5)

Dan uang itu tidak cukup untuk membiayai kehidupan sehari-harinya

ibarat besar pasak daripada tiang.

Simile di atas menggambarkan penghasilan yang tidak mampu

mencukupi kehidupan tokoh sehari-hari. Pengarang mengibaratkan

dengan peribahasa yang artinya penghasilan tokoh dalam bekerja

lebih kecil dari pada biaya yang digunakan atau dikeluarkan dalam

kehidupannya.

6) Cerpen “Pelangi” karya Eka Laras Susilawati (Cerpen 6)

Dia si pelangi hidupku, Wisnu.

16

Metafora di atas menggambarkan perbandingan antara tokoh Wisnu

(dia) dan pelangi. Pengarang sengaja membandingkan tokoh Dia

dengan pelangi karena menganggap memiliki sifat yang sama. Dia

(adalah) si pelangi hidupku. Dia (adalah seperti) pelangi di hidupku.

Tokoh Dia dianggap mampu membuat hidup tokoh Aku menjadi lebih

berwarna dan indah.

7) Cerpen “Alisa” karya Intan PW (Cerpen 7)

Si jago merah pun melalap rumah itu dengan cepat.

Epitet di atas menggambarkan kebarakan yang terjadi dalam cerita.

“Jago merah” bukan diartikan sebagai ayam jago atau jantan yang

berwarna merah, melainkan dimaksudkan sebagai api. Jago

menandakan keberanian, apapun yang dihadapinya tidak mengenal

rasa takut. Sedangkan merah sebagai tanda warna bara api. Jadi

makna “jago merah” adalah api yang sangat membara dan besar.

8) Cerpen “Yang Diharapkan” karya Istnaini K.N (Cerpen 8)

Rumah itu bagai medan perang.

Simile di atas menggambarkan kondisi rumah yang tidak nyaman dan

sejahtera. Hal ini dikarenakan pengarang menggambarkan rumah

sama halnya dengan medan perang. Medan perang tergambar

menyedihkan, karena tidak nyaman dan aman untuk berada di sekitar

medan perang.

9) Cerpen “Kisahku” karya Melinda S.R (Cerpen 9)

Aku sangat terkejut mendengar suara azan yang sangat merdu

menghampiri telingaku.

Bentuk personifikasi di atas menggambarkan tokoh Aku yang terkejut

mendengar indahnya suara azan. Pada kata “menghampiri” memiliki

makna terdengar. Jadi suara azan yang terdengar di telinga tokoh Aku

begitu merdu dan indah.

17

10) Cerpen “Selamat Tinggal Sahabatku” karya Mery Hera K

(Cerpen 10)

Ayahnya menangis dengan deras.

Makna pada hiperbola di atas adalah seorang Ayah yang menangis

menjadi-jadi karena kesedihannya. Maksud dari kata “deras” adalah

air mata yang keluar sangat banyak karena kesedihannya tak dapat

dibendung.

11) Cerpen “Anak Sekolah” karya Nina Nur Cahyati (Cerpen 11)

Jantung yang berdetak bak kilat halilintar.

Penggambaran simile di atas menunjukkan perasaan takut pada tokoh.

Hal ini terungkap melalui “jantung yang berdetak” yang memiliki arti

jantungnya berdebar-debar karena perasaan takut. Hal lain

digambarkan layaknya ketika melihat “kilat halilintar” yang

memekakan telinga dan begitu menakutkan.

12) Cerpen “Janji Terakhir” karya Rizi Putri Anggraini (Cerpen 12)

Air mataku jatuh begitu deras menghujani wajahku.

Hiperbola di atas menyatakan kesedihan yang mendalam. Hal ini

ditunjukkan pada “deras” dan “menghujani” yang memiliki arti air

mata yang jatuh begitu banyak dan membasahi seluruh wajah tokoh

Aku.

13) Cerpen ”Strong Girl” karya Silvia Rahma

Alusio

Tanpa pikir panjang dan dengan semangat 45.

Wujud alusio di atas menggambarkan sebuah peristiwa. Hal ini

ditunjukkan pada “semangat 45” yang berarti memiliki semangat

yang sama dengan pemuda-pemuda atau pahlawan pada tahun 1945.

45 dimaksudkan pengarang untuk mengungkap maksud yaitu

peristiwa pada zaman kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.

18

14) Cerpen “Teman Pertama Dihidupku” karya Sinta Laksmita

(Cerpen 14)

Hatiku hancur merasa tak ada gunanya.

Hiperbola di atas menyatakan perasaan yang sedih oleh tokoh. Hal ini

terungkap pada kata “hancur” yang mengacu pada hati tokoh Aku.

Pada kata “hancur” memiliki arti dengan kesedihan yang sangat

mendalam.

15) Cerpen “Cintaku Bersemi Di Warung Soto” karya Sri Rahayu

(Cerpen 15)

Tak kulihat batang hidung seorang di sini.

Sinekdoke di atas menggambarkan termasuk jenis pars prototo,

dimana ungkapan yang menyebutkan sebagian untuk menyatakan

keseluruhan. Sinekdoke di atas kesepian di suatu tempat. Hal ini

terlihat pada “batang hidung” yang mengacu pada seseorang. Yang

dimaksud tokoh bukanlah tidak ingin melihat hidung tetapi seseorang

di suatu tempat.

Pemaknaan pada majas-majas yang ditemukan di atas dapat dimaknai

dengan jelas. Bahasa yang digunakan pengarang juga dapat dipahami oleh

siswa-siswa yang setara dengan jenjang pendidikannya. Selain itu, pemaknaan

pada majas-majas di atas juga dapat dipahami dengan mudah.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian, Cerita pendek yang ditulis siswa SMK

Negeri 1 Banyudono Kelas XI Akuntansi 2 tahun ajaran 2016/2017 ternyata

sudah memenuhi syarat, yaitu memerhatikan unsur intrinsik yang ada pada

sebuah cerita pendek. Namun, terdapat 5 cerita pendek yang kurang lengkap

dalam menggambarkan unsur penokohannya. Lima cerita pendek tersebut tidak

mengungkapkan nama tokoh pada tokoh “Aku”. Sedangkan bentuk majas

perbandingan yang ditemukan dalam kumpulan cerita pendek karangan siswa di

19

SMK Negeri 1 Banyudono Kelas XI Akuntansi 2 tahun ajaran 2016/2017

berjumlah 69 buah. Majas perbandingan yang paling banyak digunakan siswa

dalam karangannya adalah simile. Sedangkan majas perbandingan yang paling

sedikit digunakan oleh siswa dalam karangannya adalah metafora, alusio, dan

metonimia.

Pada pembelajaran cerita pendek di SMK kelas XI menuntut adanya

pemahaman siswa mengenai unsur pembangun sebuah cerita pendek. Hal ini ada

kaitannya dengan kompetensi dasar 3.1 Memahami struktur dan kaidah teks

cerita pendek baik secara lisan maupun tulisan. Selain itu, pada kompetensi dasar

4.2 Menginterpretasi makna teks cerita pendek secara lisan maupun tulisan,

siswa menganalisis kebahasaan yang terdapat pada cerita pendek.

Daftar Pustaka

Adam, Ahmed Abdalla Saeed. 2015. Developing EFL Learners’ Narrative Writing

Through Using Short Stories- The Case of Al-Baha Universy Students. European

Journal of English Language and Literature Studies, Vol. 3, No 4, pp.1-8,

September 2015. Diakses pada 17 Maret 2018 (http://www.eajournals.org/wp-

content/uploads/Developing-EFL-Learners-Narrative-Writing-Through-Using-

Short-Stories-The-Case-of-Al-Baha-Universiy-Students.pdf).

Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2012. Stilistika Teori Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika

Bahasa. Surakarta: CakraBooks.

Chasanah, Amelia. 2017. Gaya Bahasa dalam Novel “Negeri Van Oranje” dan “99

Cahaya di Langit Eropa”. Humanis, Vol. 9, No. 1, Januari 2017. Diakses 15

September 2017

(http://journal.unisda.ac.id/index.php/HUMANIS/article/view/167).

Delbaere, Marjorie, Edward F. McQuarrie, and Barbara J. Phillips. 2011. Personification

in Advertising. Journal of Advertising, Vol. 40, no. 1, (Spring 2011), pp. 121-130.

20

Diakses pada 13 Januari 2018

(http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.2753/JOA0091-3367400108).

Fadaee, Elaheh. 2011. Symbols, Metaphors and Similes in Literature: A Case Sudy of

“Animal Farm”. Journal of English and Literature, Vol. 2(2), pp. 19-27, February

2011. Diakses pada 13 Januari 2018

(http://www.academicjournals.org/journal/IJEL/article-full-text-

pdf/39296CD965).

Mahsun. 2013. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Minoo, Alemi. 2011. The Use of Literary Works in an EFL Class. Theory and Practice

in Language Studies, Vol. 1, No. 2, pp. 177-180, February 2011. Diakses 23

Desember 2017

(http://www.academypublication.com/issues/past/tpls/vol01/02/10).

Shamsaeefard, Mansour, Mohammad Reza Falahati Qadimi Fumani, and Azadeh

Nemati. 2013. Strategies for Translation of Similes in Fous Different Persian

Translations of Hamlet. Linguistics and Literature Studies 1(3): 164-168, 2013.

Diakses pada 13 Januari 2018

(http://www.hrpub.org/journals/article_info.php?aid=696).

Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sukardi. 2006. PenelitianKualitatif-Naturalistik dalam Pendidikan. Yogyakarta: Usaha

keluarga.

Susanti, Nardia, Abdurahman, dan M. Ismail Nst. 2013. Majas dalam Novel “Bidadari-

Bidadari Surga” Karya Tere Liye. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra

21

Indonesia, Vol. 1 No. 2 Maret 2013; Seri E 318-398. Diakses pada 13 Januari 2018

(http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pbs/article/view/1338).