16
KERANGKA KONSEPTUAL Kerangka Konseptual sebagai suatu sistem yang saling berkaitan sebagai berikut: Suatu sistem yang koheren tentang tujuan (objectives) dan konsep dasar yang saling berkaitan, yang diharapkan dapat menghasilkan standar- standar yang konsisten dan memberi pedoman tentang jenis, fungsi dan keterbatasan akuntansi keuangan dan pelaporan keuangan”. Oleh : Padlah Riyadi, SE. Ak. CA 1 Kerangka konseptual sebagai “konstitusi” (undang- undang), yang merupakan landasan dalam proses penentuan standar akuntansi. Tujuannya adalah untuk memberi pedoman bagi badan yang berwenang dalam memecahkan masalah yang muncul selama proses penentuan standar tertentu sesuai dengan Kerangka k onseptual PENGERTIAN

Kerangka Konseptual

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BAB II : TEORI AKUNTANSI

Citation preview

Page 1: Kerangka Konseptual

1

KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka Konseptual sebagai suatu sistem yang saling berkaitan sebagai berikut:

“Suatu sistem yang koheren tentang tujuan (objectives) dan konsep dasar yang saling berkaitan, yang diharapkan dapat menghasilkan

standar-standar yang konsisten dan memberi pedoman tentang jenis, fungsi dan keterbatasan akuntansi keuangan dan pelaporan keuangan”.

Oleh : Padlah Riyadi, SE. Ak. CA

Kerangka konseptual sebagai “konstitusi” (undang-undang), yang merupakan landasan dalam proses penentuan standar akuntansi. Tujuannya adalah untuk memberi pedoman bagi badan yang berwenang dalam memecahkan masalah yang muncul selama proses penentuan standar tertentu sesuai dengan Kerangka konseptual

PENGERTIAN

Page 2: Kerangka Konseptual

2

PERANAN KERANGKA KONSEPTUAL DALAM PERUMUSAN STANDAR AKUNTANSI:

Kerangka konseptual dapat digunakan untuk mengatasi campur tangan politik pemerintah dalam menyusun laporan keuangan yang objektif, netral dan independen. Hal ini tidak mengherankan sebab kebijakan akuntansi hanya dapat diimplementasikan dengan melakukan implementasi berdasarkan pertimbangan nilai (value judgment).

Oleh : Padlah Riyadi, SE. Ak. CA

Page 3: Kerangka Konseptual

3

JUDUL PENERBIT TAHUNA Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) AAA 1966Basic Concept and Accounting Princiles Underlying

Financial Statement of Business Enterprises (APB Opinion No. 4) APB 1970

Objectives of Financial Statement (Trueblood Committee Report) AICPA 1973

Statement of Accounting Theory and Theory Acceptance (SATTA) AAA 1977

PERUMUSAN KERANGKA KONSEPTUAL

PUBLIKASI PERUMUSAN KERANGKA KONSEPTUAL:

Oleh : Padlah Riyadi, SE. Ak. CA

FASB dengan “DM” nya telah mengeluarkan 6 (enam) komponen Kerangka konseptual yang diberi nama Statement of Financial Accounting Concept (SFAC).

Page 4: Kerangka Konseptual

4

 

KOMPONEN KERANGKA KONSEPTUAL

Oleh : Padlah Riyadi, SE. Ak. CA

Tujuan yang akan dicapai dalam pelaporan keuangan

Kualitas informasi yang harus dipenuhi dalam pelaporan keuangan agar bermanfaatDefinisi dan karakteristik elemen laporan keuangan

Tujuan yang akan dicapai dalam pelaporan keuangan organisasi non laba

Kriteria pengakuan dan atribut pengukuran elemen laporan keuangan

Pengganti SFAC No. 3 dan berlaku juga bagi organisasi non laba

Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises (1978)

Qualitative characteristcs of Accounting Information (1980)

Elements of Financial Statement of Busiiness Enterprises (1980)

Objectives of Financial Reporting by Nonbusiness Organizations (1980)

Recognition and Measurement in Financial Statement of Business Enterprises (1984)

Element of Financial Statement a Replecement of FASB Concepts Statement No. 3 (1985)

Page 5: Kerangka Konseptual

5

Ruang lingkup dan komponen Kerangka Konseptual menurut FASB

Oleh : Padlah Riyadi, SE. Ak. CA

1. Tujuan Kerangka konseptual mengindentifikasikan pelaporan keuangan;

2. Konsep dasar (basic concept) mencakup karakteristik kualitatif dari informasi yang dihasilkan dan definisi elemen laporan keuangan; dan

3. Kerangka konseptual berisi pedoman operasional yang akan digunakan akuntan dalam menentukan dan menerapkan standar akuntansi

Page 6: Kerangka Konseptual

6

HIRARKI INFORMASI LAPORAN KEUANGAN 

  

TUJUAN LAPORAN KEUANGAN  

provide information 

HIRARKI PERTAMA

HIRARKI KEDUAKarakteristik Kualitatif Informasi Elemen Laporan

Keuangan (Akun)

ASSUMPTIONS PRINCIPLES CONSTRAINTS

HIRARKI KETIGA    

 Hirarki pertama: laporan keuangan menjelaskan tujuan dan dimensi luntuk menyediakan informasi.Oleh : Padlah Riyadi, SE. Ak. CA

Page 7: Kerangka Konseptual

7

a) Laporan posisi keuangan (neraca); b) laporan laba rugi komprehensif;c) laporan perubahan ekuitas;d) laporan arus kas; dane) catatan atas laporan keuangan (par. 07/PSAK)

INFORMASI LAPORAN KEUANGAN MINIMAL YANG HARUS DISAJIKAN

Oleh : Padlah Riyadi, SE. Ak. CA

+ laporan tambahan lainnya, seperti laporan mengenai lingkungan hidup, laporan nilai tambah (value added), analisis telaah keuangan. Semua laporan ini sebagai pelengkap untuk memberikan informasi tambahan bagi pemakai laporan keuangan, sehingga seluruh informasi dapat disajikan secara lengkap dan objektif.

Page 8: Kerangka Konseptual

8

KARAKTERISTIK KUALITATIF

Oleh : Padlah Riyadi, SE. Ak. CA

 a) Primary Qualitaties terdiri dari: Relevansi (predictive value, dan timeliness), Reliabilitas (verifiability, representational faithfulness, dan neutrallity).

Relevansi bila informasi tersebut memiliki manfaat, sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan oleh pemakai laporan keuangan. Selain itu relevansi memilik tingkatan tertentu. Tingkatan tersebut akan berbeda diantara para pemakai dan sangat tergantung pada kebutuhan akan informasi dan kondisi tertentu yang dihadapi para pengambil keputusan.

Keandalan, merupakan kualitas informasi yang menyebabkan pemakai informasi akuntansi sangat tergantung pada kelayakan informasi yang diperoleh atau disajikan.

Cost and Benefit Ratio, informasi dikatakan mempunyai kendala bila dikaitkan dengan pertimbangan kos dan manfaat, karena dalam penyajian laporan keuangan sangatlah sulit untuk dapat melakukan penilaian dan pengukuran secara wajar terhadap manfaat dari informasi tersebut.

Materialitas, adalah penyajian informasi tertentu ayang mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap keputusan informasi, bila informasi itu disajikan atau ditiadakan sama sekali. Hal ini tergantung dari batasan yang dibuat oleh masing-masing entitas,. 

Page 9: Kerangka Konseptual

Oleh : Padlah Riyadi, SE. Ak. CA 9

b) Secondary Qualitlities terdiri dari: Comparability (daya banding), informasi mempunyai manfaat kalau informasi tersebut mempunyai daya banding baik antar periode maupun antar entitas sedangkan Consistency (konsistensi) atau keajegan, adalah berkaitan dengan penggunaan suatu metoda maupun kebijakan akuntansi secara terus menerus. Dan tidak dapat dilakukan perubahan tertentu setiap periode, kecuali hal lain yang mengharuskan entitas untuk melakukan perubahan atau penggantian metoda akuntansi yang digunakan.

ELEMEN LAPORAN KEUANGAN:Elemen laporan keuangan (akun) atau pelaporan terdiri dari; Assets, Liabilities, Equity, Investment by Owners, Distribution to Owners, Comprehensive Income, Revenues, Expenses, Gains, and Losses.

LANJUTAN: KARAKTERISTIK KUALITATIF

Page 10: Kerangka Konseptual

10

Lima dasar pengukuran yang digunakan untuk menentukan nilai aset dan utang:

Oleh : Padlah Riyadi, SE. Ak. CA

1. Biaya historis (historical cost), yaitu jumlah kas atau setara kas yang dikeluarkan untuk memperoleh aset sampai aset tersebut siap dipakai.

2. Biaya pengganti (replacement cost), yaitu jumlah kas atau setara kas yang harus dibayar jika aset sejenis atau sama diperoleh pada saat sekarang (nilai wajar).

3. Biaya terkini (current cost), yaitu jumlah kas atau setara kas yang diperoleh dengan menjual aset pada saat kegiatan normal entitas (nilai pasar).

4. Nilai bersih yang dapat direalisasi (net reliazible cost), yaitu jumlah kas atau setara kas yang diperoleh jika aset diharapkan akan dijual setelah dikurangi dengan biaya langsung (nilai bersih realisasi).

5. Nilai sekarang arus kas mendatang (present value future cost), yaitu nilai sekarang arus kas masa mendatang yang akan diperoleh seandainya aset dijual pada masa yang akan datang.

Page 11: Kerangka Konseptual

11

Hirarki Ketiga

Oleh : Padlah Riyadi, SE. Ak. CA

Pada hirarki ketiga berisi postulat (dalil), prinsip, dan keterbatasan. Hirarki ini merupakan pedoman operasional yang harus digunakan dalam mengukur dan mengakui elemen laporan keuangan. Dan hendaknya dalam menyajikan informasi tersebut harus secara wajar (fair), lengkap (full), dan cukup (adequate), sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (PABU).

Page 12: Kerangka Konseptual

12

EVALUASI KERANGKA KONSEPTUAL Di Amerika Serikat, berbagai kritik banyak ditujukan pada proyek konseptual. Karena banyak proyek ini yang gagal, meskipun tidak semua, tetapi sebagian dapat dikatakan berhasil dalam proyek Kerangka Konseptual ini. Namun, keberhasilan proyek Kerangka Konseptual tersebut berjalan agak lambat. Analisis dan kritik terhadap proyek ini akan memungkinkan membantu dalam memahami alasan; mengapa Kerangka Konseptual tersebut berkembang lambat? Hal tersebut hendaknya menjadi perhatian dalam pengembangan dan penelitian terhadap masalah ini. Sehingga dapat membantu pengembangannya di Indonesia atau bila mungkin dapat saja dilakukan penyempurnaan bagian-bagian yang masih memiliki kelemahan tersebut secara terencana dan kontinyu. Kalau di Amerika Serikat Kerangka Konseptual, telah lama dilakukan penelitian dan pengembangan sehingga menghasilkan berbagai rumusan dan pernyataan. Berbeda di Indonesia, rumusan Kerangka Konseptual, diambil begitu saja dari pernyataan yang dibuat oleh IASC (Amerika Serikat), kemudian diadaptasi sesuai dengan kondisi di sini.

Oleh : Padlah Riyadi, SE. Ak. CA

Page 13: Kerangka Konseptual

13

Dua pendekatan yang dapat digunakan dalam analisis

terhadap Kerangka konseptual

Pertama adalah dengan menganggap bahwa Kerangka Konseptual seharusnya merupakan Pendekatan “Ilmiah” (scientific), yang didasarkan pada metoda-metoda yang umumnya digunakan dalam penelitian ilmiah.

Kedua, Pendekatan Profesional (Godzali, 2003,147

Oleh : Padlah Riyadi, SE. Ak. CA

Page 14: Kerangka Konseptual

14

1) Pendekatan Ilmiah 1.1. Deskriptif dan Non-Operasional

Pertanyaan mendasar seperti: apakah yang dimaksud dengan nilai (value)? Bagaimana kita menilai elemen laporan keungan seperti aset dan utang? Salah satu tujuan dari Kerangka konseptual adalah untuk mejawab pertanyaan tersebut sehingga dapat menghindari argumen repetative terhadap arti dari istilah elemen laporan keuangan. Apakah kesepakatan yang dicapai dalam mendefinisikan elemen laporan keuangan merupakan hal yang penting, seperti halnya dalam ilmu pengetahuan murni? Gerboth (1987); pengetahuan substantif berasal bukan dari investigasi tetapi didasarkan pada kesepakatan terhadap suatu definisi.

 1.2. Asumsi Ontologis dan Epistemologi

Feyerabend (1987) ; kebenaran ilmiah tidak bersifat absolut. Suatu pernyataan atau keyakinan dapat diterima setelah terbukti kebenarannya sesuai dengan aturan yang disepakati dalam metodologi ilmiah. Sedangkan menurut Hines (1988) berpendapat bahwa masalah dalam realisme ekonomi atau pendekatan pengukuran yang diadopsi oleh Kerangka Konseptual di AmerikaSerikat adalah masalah yang sering dijumpai dalam praktik akuntansi atau pun masyarakat ilmiah.

Tujuan utama pendekatan tersebut dalam ilmu pengetahuan adalah untuk mendapatkan pemahaman tentang lingkungan sehingga memungkinkan untuk beroperasi lebih efektif dalam lingkungan tersebut. Asumsi juga dibuat terhadap karakteristik perilaku (misalnya maksimasimalisasi kemakmuran, kebutuhan informasi pemakai seperti arus kas masa mendatang dan nilai terkini, dan cara-cara bagaimana orang berhubungan dengan orang lain dan masyarakat). Sehingga memerlukan pendekatan berbagai disiplin ilmu lainnya, agar dapat mengkaji lebih dalam lagi terhadap suatu masalah.

1.3. Perputaran Logika

Salah satu tujuan dari Kerangka Konseptual adalah memberikan pedoman bagi praktik akuntansi dalam menjalankan bisnisnya. Yaitu menghasilkan prinsip-prinsip dan praktik akuntansi dari suatu teori yang dapat digeneralisasikan. Namun kenyataannya, Kerangka Konseptual tersebut gagal memenuhi kriteria pengujian tertentu. Kerangka Konseptual tersebut lebih didasarkan pada “perputaran logika” (circularity of reasoning) yang tidak berujung pangkal dalam rerangka itu sendiri. Kerangka Konseptual berusaha untuk memecahkan perputaran logika tersebut dengan mengacu pada pernyataan bahwa pemakai laporan keuangan memiliki pengetahuan yang cukup dan sesuai untuk menentukan dan menginterprestasikan laporan keuangan. Akan tetapi, Kerangka Konseptual tidak memberikan pedoman khusus tentang bagaimana hal tersebut dapat dicapai. Sehingga dalam praktiknya, terkadang terdapat kendala yang memerlukan solusi segera. Hal ini, menuntut adanya rumusan atau pernyataan yang yang bersifat tetap, yaitu pernyataan dalam bentuk tertentu, misalnya standar akuntansi yang berterima umum.

1.4. Disiplin yang Tidak Ilmiah

Apakah akuntansi dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan murni (pure science)? Kerangka Konseptual mungkin mengadopsi pendekatan ilmiah. Elemen-elemen empiris dan teoritis, dalam akuntansi didefinisikan secara bebas (loossely). Namun kenyataannya tidak semua ilmu pengetahuan dihasilkan dari pendekatan secara ilmiah, khususnya akuntansi harus menggunakan pendekatan atau metoda lainnya, yaitu pendekatan non ilmiah. Sebab akuntansi tersebut berkaitan pula dengan perilaku, sehingga selain pure science harus dilengkapi pula non pure science.,seperti, bahasa, jiwa, lingkungan dan sosial.

 

2) Nilai Profesional 2.1. Kerangka Konseptual sebagai Dokumen Kebijakan

Sebagai seperangkat pengetahuan yang digeneralisasikan, Kerangka Konseptual gagal memenuhi pengujian ilmialh. Sekalipun kita beragumen bahwa realitas hanya merupakan hasil dari konstruksi sosial, namun tidak ada proses deduktif yang melekat dalam Kerangka Konseptual itu. Tidak dapat dipungkiri bahwa proses tersebut sebenarnya diperlukan untuk menerapkan Kerangka Konseptual pada fenomena empiris yang ada. Hal ini dimaksudkan untuk mengubah realitas ke arah tatanan yang lebih disukai sesuai dengan tujuan yang diasumsikan. Kenyataan ini menunjukkan; apakah Kerangka Konseptual dapat dipandang sebagai model normatif dalam praktik akuntansi?

Alternatif yang memandang bahwa Kerangka Konseptual sebagai model normatif diturunkan dari pendekatan deduktif atau ilmiah adalah dengan melihatnya sebagai model kebijakan. Perbedaan antara teori dan kebijakan merupakan hal yang penting karena isu kebijakan dapat dipecahkan dengan alat politik. Sedangkan teori harus dilandasi pendekatan yang konstitusional yang komprehensif. Kerangka Konseptual FASB dapat dipandang sebagai pendekatan konstitusional yang sebagian besar mendukung prinsip-prinsip yang telah ada.

 

2.2. Nilai Profesional dan Perlindungan Diri (self-preservation)

Perlindungan diri memiliki arti pencarian terhadap kepentingan sendiri, sementara nilai profesional mengarah pada idealisme dan ketidak-egoisan (altruism). Menurut Greenwood (1978), menyatakan bahwa organisasi profesional muncul sebagai perwujudan dari kesadaran terhadap pentingnya profesi dan mempromosikan kepentingan dan tujuan kelompok tertentu.

S. Gerboth (1973);keberadaan tanggung jawab profesional menyebabkan keputusan yang diambil oleh akuntan dianggap lebih objektif. Gerboth menambahkan bahwa segala sesuatu menyangkut pengambilan keputusan yang dilakukan oleh akuntan didasarkan pada pertimbangan profesional yang dilandasi tanggung jawab profesional, bukan didasarkan pada keputusan yang bersifat arbiter.

Agrawal (1987); berbagai isu yang menyangkut daya banding (comparability) dan efektivitas biaya tidak dapat dipecahkan dengan Kerangka Konseptual. Isu tersebut hanya dapat dipecahkan dengan menggunakan pertimbangan (judgment) yang bersifat subyektif. Sementara itu, pertimbangan sebagian besar juga didasarkan pada nilai-nilai profesional. Adanya ketidaksepakatan terhadap standar akuntansi normatif juga didukung oleh Demski (1973). Keyakinan dan preferensi semacam itu merupakan campuran antara nilai pribadi dan nilai profesional. Oleh karena itu, Bromwich (1980); pendekatan yang optimal dalam menentukan standar akuntansi adalah dengan mengeluarkan seperangkat standar sepotong-potong (parsial) yang membahas masalah akuntansi secara terpisah.

Konsep yang kurang idealis dari nilai-nilai profesional adalah konsep otoritas dan monopoli profesional. Konsep ini sesuai dengan pendekatan konstitusi (constitusional approach ) yang diajukan oleh Buckley (1980) dan argumen yang dilakukan oleh profesi akuntan. Sedangkan Hines (1989); kemampuan profesi akuntansi untuk mempertahankan legitimasi sebagai suatu profesi pada akhirnya akan dinilai oleh masyarakat. Hal inilah yang mendorong munculnya kebutuhan akan Kerangka Konseptual. Hines; bila masyarakat memandang praktik akuntansi tidak lebih dari sekumpulan metoda akuntansi yang tidak berkaitan dan bersifat arbiter, maka legitimasi sosial terhadap profesi akuntansi akan berkurang bahkan bisa hilang

Oleh : Padlah Riyadi, SE. Ak. CA

Page 15: Kerangka Konseptual

15

PERUMUSAN KERANGKA KONSEPTUAL DI INDONESIA

Oleh : Padlah Riyadi, SE. Ak. CA

Kerangka Konseptual (atau sama dengan standar akuntansi) mulai dikenalkan sejak bulan September 1994 oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). IAI telah mengambil kebijakan untuk mengadopsi Kerangka Konseptual yang disusun oleh International Accounting Standard Committee (IASC)

Konseptual tersebut menjadi dasar dalam penyusunan standar akuntansi, khususnya kerangka dan dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Kebijakan ini telah disetujui oleh Komite Prinsip Akuntansi Indonesai (PAI) Pusat pada tanggal 24 Agustus 1994 dan disahkan oleh Pengurus Pusat IAI tanggal 7 September 1994. Kemudian IAI memberikan nama Kerangka Konseptual Indonesia dengan istilah

“Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan”.

Page 16: Kerangka Konseptual

Oleh : Padlah Riyadi, SE. Ak. CA 16

SIMPULAN:Secara garis besar Kerangka Konseptual ini berisi hal-hal berikut:

◦Tujuan laporan keuangan;◦Karakteristik kualitatif yang menetukan manfaat informasi yang disajikan dalam laporan keuangan;

◦Definisi, pengakuan, dan pengukuran elemen-elemen yang membentuk laporan keuangan;

◦Asumsi Dasar dan◦Konsep modal dan pemeliharaannya.