Upload
fithrotul-mumtaz
View
447
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Teks Pidato Bahasa IndonesiaUntuk memenuhi tugas Ujian Praktek Berbicara Bahasa Indonesia
TopikHiburan
TemaPerfilman
Judul
Pencabutan Hak Pendistribusian Film Asing ke Indonesia
Oleh
Fithrotul Mumtaz (7)14952
XII Akselerasi ’09 - ‘11
SMA NEGERI 1 MALANG
Jalan Tugu Utara No. 1
Telp. 366454
Assalamualaikum Wr. Wb
Yang terhormat Ibu Hana selaku penguji ujian praktik bahasa Indonesia
dan teman-teman yang saya cintai.
Tiada seindah kata yang patut kita ucapkan pada pagi yang cerah ini selain
ucapan syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nyalah pada hari ini
kita dapat melaksanakan ujian praktik bahasa Indonesia.
Pada kesempatan ini saya akan berpidato dengan topik Pencabutan Hak
Distribusi Film Asing ke Indonesia.
Hadirin yang terhormat,
Berita tentang Pencabutan Hak Distribusi Film Asing ke Indonesia yang akhir
akhir ini sering dibicarakan di media massa menimbulkan pro dan kontra di
masyarakat Indonesia. Seniman Indonesia yang pro terhadap keputusan ini akan
lebih leluasa untuk berkarya dalam bidang film, sedangkan masyarakat Indonesia
yang kontra, menganggap bahwa peraturan baru mengenai dunia hiburan di
Indonesia, yakni “Bea masuk atas hak distribusi” yang tidak lazim dan tidak
pernah ada dalam praktik bisnis film di seluruh dunia tidak perlu dilaksanakan.
Hadirin yang berbahagia,
Meskipun banyak pihak yang kontra terhadap keputusan tentang bea masuk atas
hak distribusi benar benar menolak, Ditjen Bea Cukai tidak mau menanggapi
seluruh penolakan tersebut. Menurut pihak Motion Picture Association (MPA),
Ikatan Perusahaan Film Impor Indonesia (Ikapifi) dan Bioskop XXI ketentuan itu
tidak lazim di negara mana pun di dunia ini sehingga MPA sebagai asosiasi
produser film Amerika memutuskan bahwa selama ketentuan bea masuk atas hak
distribusi film impor itu diberlakukan, seluruh film Amerika Serikat tidak akan
didistribusikan di seluruh wilayah Indonesia sejak Kamis, 17 Februari 2011.
Menurut mereka, film bioskop bukan barang dagangan sebagaimana
produk otomotif, melainkan karya cipta yang tidak bisa diperjualbelikan. Film
bioskop merupakan hak cipta yang diberikan oleh pemilik film kepada bioskop.
Penonton hanya membayar tanda masuk untuk bisa menikmatinya dan tidak bisa
membawa film sebagai barang.
Film-film impor baru yang telah masuk dan telah membayar bea masuk
sesuai ketentuan yang berlaku selama ini, tidak akan ditayangkan di Indonesia,
sedangkan film-film impor yang sedang tayang, bisa dicabut sewaktu-waktu
apabila pihak pemilik film impor menyatakan mencabut hak edarnya di Indonesia.
Hadirin yangn saya cintai,
Berita tersebut menimbulkan banyak kontroversi dari berbagai pihak. Bagaimana
tidak? Dunia perfilman Indonesia akan dirugikan dalam berbagai hal.
Akibat langsung dicabutnya hak distribusi film impor untuk Indonesia,
Ditjen Bea Cukai akan kehilangan rencana anggaran pendapatan dari film impor
atas bea masuk barang dan Pemda akan kehilangan 10-15% pajak tontonan
sebagai pendapatan asli daerah. XXI Cinepleks dengan sekitar 500 layarnya akan
kehilangan pasokan ratusan judul film setiap tahun, sementara film nasional saja
selama ini baru mampu memproduksi 50-60 judul per tahun. Dengan akan
merosotnya jumlah penonton film impor bioskop, eksistensi industri bioskop di
indonesia akan terancam. Apakah Indonesia mau dikucilkan dalam pergaulan
perfilman internasional ? Tentu saja tidak. Nasib sepuluh ribu karyawan XXI
Cinepleks dan keluarganya akan terancam, Industri food dan beverage cafe-resto
akan terkena dampaknya, juga pengunjung pusat perbelanjaan, tempat parkir, dll.
Karena itu, industri perfilman nasional harus meningkatkan jumlah
produksi dan jumlah kopi filmnya bila ingin memanfaatkan peluang tersebut yang
berarti harus meningkatkan permodalannya sementara kecenderungan penonton
film Indonesia terus merosot.
Apakah penggemar film-film impor Indonesia mau negeri ini kembali ke
tahun 1960-an saat film-film Amerika diboikot di Indonesia? Sudah pasti
jawabannya tidak. Mereka tidak akan mau kehilangan hak atas informasi dan hak
untuk memperoleh pendidikan, pengajaran, lapangan pekerjaan di bidang
perfilman.
Selain untuk menanggulangi permasalahan ini dan Kemenkeu tidak akan
kehilangan Rencana Anggaran Pendapatan dari Pph film impor, ketentuan tidak
lazim tersebut yang merupakan tafsir baru atas UU/peraturan tentang perpajakan
yang lama itu harus dicabut.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat. Atas perhatian
hadirin, saya mengucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.