Upload
ricko-skywriter
View
1.189
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Wakatobi adalah nama yang diambil dari kependekan pulau terbesar yakni Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko yang terletak di sebelah tenggara Sulawesi. Dahulu, orang menyebutnya di Kepulauan Tukang Besi. Kawasan seluas 1,39 juta hektare itulah yang kemudian dijadikan taman nasional laut pada tahun 1996. Luas kawasan itu pula yang menjadi disahkan sebagai Kabupaten Wakatobi pada tahun 2004.
Citation preview
Segitiga Karang Dunia Wakatobi SULTRA (Surga Laut)
Pasir putih terhampar sepanjang pesisir. Nyiur melambai disapu angin pantai.
Saat laut surut, keindahan alam bawah laut kian menggoda. Ikan-ikan bercumbu di sela-
sela terumbu karang. Keindahan itu bisa disaksikan cukup dengan mata telanjang.
Wakatobi, di sanalah, pesona alam nan surgawi.
Wakatobi adalah nama yang diambil dari kependekan pulau terbesar yakni
Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko yang terletak di sebelah tenggara
Sulawesi. Dahulu, orang menyebutnya di Kepulauan Tukang Besi. Kawasan seluas 1,39
juta hektare itulah yang kemudian dijadikan taman nasional laut pada tahun 1996. Luas
kawasan itu pula yang menjadi disahkan sebagai Kabupaten Wakatobi pada tahun 2004.
Taman Nasional Kepulauan Wakatobi (TNKW) memang merupakan taman laut
terbesar kedua setelah Taman Nasional laut Teluk Cendrawasih di Papua. Di kepulauan
ini, banyak orang mengagumi pesona Karang Kaledupa yang merupakan karang terluas
dan terpanjang di Indonesia. TNKW memang terletak di kawasan Segitiga Terumbu
Karang Dunia.
Kepulauan Wakatobi memiliki 25 gugusan terumbu karang. Terumbu karang
tersebar di antara 37 pulau yang ada. Di kepulauan ini, baru enam pulau saja yang dihuni.
Sementara hanya 11 pulau yang memiliki nama. Sisanya, 31 pulau masih tak bernama
dan belum dikelola. Para wisatawan yang datang , umumnya melakukan kegiatan selam,
snorkeling, berenang, berkemah dan wisata budaya.
Keindahan alam Wakatobi memang berasal dari kekayaan sumber daya alamnya.
Kajian ekologi yang dilakukan The Nature Conservancy (TNC) dan World Wide Fund
for Nature (WWF) pada tahun 2003 menemukan 396 jenis karang batu penyusun
terumbu karang. Di kawasan itu, sebanyak 590 jenis ikan ditemukan berkembang biak.
Seorang pengusaha asal Swiss bernama Lorenz Mader bahkan telah membuka
Wakatobi Dive Resort, yang menawarkan wisata selam. Resor tersebut malah sudah
dilengkapi dengan bandara perintis, yang melayani turis langsung dari Bali. "Musim
kunjungan terbaik adalah bulan April sampai Juni dan Oktober sampai Desember. Di
luar bulan itu, ombak terlalu besar sehingga terlalu berisiko untuk melakukan perjalanan.
Selain Wakatobi Resort, ada beberapa perusahaan yang mengurus kunjungan
wisatawan ke Wakatobi dan kawasan wisata lainnya di Kabupaten Buton, antara lain
Badan Pengembangan Wallacea (Jakarta) dan Wolio Travel (Baubau). Biasanya, wisata-
wan juga dapat menggunakan kapal besar dari Kendari. Jarak Kendari-Wakatobi dapat
ditempuh dalam waktu 16 jam.
Wisatawan yang berkunjung ke TNKW dapat menginap di 63 bungalow, milik
pemda di Pulau Hoga. Sementara PT Wakatobi Dive Resort mengelola Pulau Onemobaa,
pulau kecil berpasir putih secara eksklusif. Namun paket wisata di sana relatif mahal.
Sementara di Pulau Hoga, sebelah utara Pulau Kaledupa, tarif menginap di satu
bungalow masih Rp 50.000, per malam.
Masing-masing pulau tersebut berstatus pemerintahan kecamatan. Kepulauan
yang terletak di Laut Banda itu berjarak 150-200 mil dari Baubau, ibu kota Kabupaten
Buton. Dahulu Wakatobi memang menjadi bagian dengan Kabupaten Buton. Itu
sebabnya, sebagian wisatawan kadang juga memilih rute Kendari - Bau-Bau - Wanci.
"Setiap hari, ada dua kali kapal cepat, dengan lama 5 jam perjalanan. Ada juga kapal
kayu, tetapi memakan waktu 12 jam perjalanan.
Setelah mengenal rumpon, para nelayan makin mudah mendapatkan ikan. Seekor
ikan tuna dengan berat 4 kg dijual dengan harga Rp 20.000.
Berbagai spesies ikan memang dapat ditemukan dengan mudah. Mulai dari
kakap, kerapu, ekor kuning, tuna, napoleon, sampai hiu. Jika beruntung, wisatawan juga
dapat menyaksikan iringan lumba-lumba berenang dari atas kapal.
Tiga bulan sekali, beberapa kapal pengumpul ikan berlabuh di perairan Tomia.
Kapal-kapal itu membeli ikan dari para nelayan setempat. Hampir sebulan penuh,
mereka mengisi muatan. Salah satu kapal pengumpul malah berasal dari Muara Baru,
Jakarta. Menurut mereka, ikan-ikan itu akan dipasok untuk pasar-pasar Jakarta. Jika
waktu perjalanan mencapai dua minggu, bisa dibayangkan, berapa lama ikan-ikan dalam
pengawetan?
Wakatobi tidak hanya punya daya tarik alam. Di kepulauan itu, ada beberapa
perkampungan Suku Bajo yang didirikan di atas laut. Mereka dikenal sebagai pelaut
tangguh. Para nelayan Bajo juga dikenal mampu menangkap ikan hanya dengan tombak.
Menurut catatan Cina kuno dan para penjelajah Eropa, menyebutkan bahwa manusia
berperahu adalah manusia yang mampu menjelajahi Kepulauan Merqui, Johor,
Singapura, Sulawesi, dan Kepulauan Sulu. Dari keseluruhan manusia berperahu di Asia
Tenggara yang masih mempunyai kebudayaan berperahu tradisional adalah suku Bajau.
Melihat kehidupan mereka sehari-hari merupakan hal yang menarik dan unik, terutama
penyelaman ke dasar laut tanpa peralatan untuk menombak ikan.Di pulau Kaledupa dan
Binongko, wisatawan dapat membeli kain tenun hasil kerajinan penduduk setempat.
Sehelai kain tenun ikat dijual dengan harga Rp 100.000- Rp 200.000.
Di Kaledupa, kerajinan yang dikenal adalah kain sarung Wuray dan tikar lipat.
Jika mampir ke Pulau Binongko, jangan ragu mengunjungi lokasi para pengrajin besi.
Dari para pengrajin inilah, Wakatobi dikenal sebagai kepulauan Tukang Besi.
Dinyatakan ----
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 393/Kpts-V/1996
luas 1.390.000 hektar
Ditetapkan Menteri Kehutanan, SK No. 765/Kpts-II/2002
luas 1.390.000 hektar
Letak Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara
Temperatur udara 19° - 34° C
Curah hujan 1.000 – 2.200 mm/tahun
Ketinggian tempat 0 - 3 meter dpl
Letak geografis 5°12’ - 6°10’ LS, 123°20’ - 124°39’ BT
Taman nasional ini memiliki 25 buah gugusan terumbu karang dengan keliling
pantai dari pulau-pulau karang sepanjang 600 km. Lebih dari 112 jenis karang dari 13
famili diantaranya Acropora formosa, A. hyacinthus, Psammocora profundasafla, Pavona
cactus, Leptoseris yabei, Fungia molucensis, Lobophyllia robusta, Merulina ampliata,
Platygyra versifora, Euphyllia glabrescens, Tubastraea frondes, Stylophora pistillata,
Sarcophyton throchelliophorum, dan Sinularia spp.
Kekayaan jenis ikan yang dimiliki taman nasional ini sebanyak 93 jenis ikan
konsumsi perdagangan dan ikan hias diantaranya argus bintik (Cephalopholus argus),
takhasang (Naso unicornis), pogo-pogo (Balistoides viridescens), napoleon (Cheilinus
undulatus), ikan merah (Lutjanus biguttatus), baronang (Siganus guttatus), Amphiprion
melanopus, Chaetodon specullum, Chelmon rostratus, Heniochus acuminatus, Lutjanus
monostigma, Caesio caerularea, dan lain-lain.
Selain terdapat beberapa jenis burung laut seperti angsa-batu coklat (Sula
leucogaster plotus), cerek melayu (Charadrius peronii), raja udang erasia (Alcedo atthis);
juga terdapat tiga jenis penyu yang sering mendarat di pulau-pulau yang ada di taman
nasional yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu tempayan (Caretta caretta),
dan penyu lekang (Lepidochelys olivacea).
Wakatobi, Permai di Atas Indah di Bawah
Hal pertama yang rata-rata diucapkan orang kalau mendengar nama Kabupaten
Wakatobi adalah, ”Wah, di manakah itu?” Padahal, kalau kita mencoba mencari dengan
mesin pencari Google, langsung terpampang 225.000 tema tentang Wakatobi, baik yang
berbahasa Indonesia maupun asing.
Sesungguhnya Wakatobi sudah sangat terkenal di mancanegara, terutama setelah
Ekspedisi Wallacea dari Inggris pada tahun 1995 menyebutkan bahwa kawasan di
Sulawesi Tenggara ini sangat kaya akan spesies koral. Di sana, terdapat 750 dari total
850 spesies koral yang ada di dunia.
Sampai saat ini pun di Pulau Hoga, salah satu pulau kecil di Wakatobi, lembaga
Ekspedisi Wallacea masih menempatkan sebuah lembaga riset yang selalu didatangi
peminat dari berbagai negara.
Untuk lingkup Indonesia, Wakatobi adalah nama kabupaten yang terdiri dari
empat pulau utama, yaitu Wangiwangi, Kalidupa, Tomia, dan Binongko. Jadi, Wakatobi
adalah singkatan nama dari keempat pulau utamanya. Sebelum 18 Desember 2003,
kepulauan ini disebut Kepulauan Tukang Besi dan masih merupakan bagian dari
Kabupaten Buton.
Jadi, Wakatobi memang surga untuk penggemar olahraga selam. Sampai saat ini,
ada 29 titik penyelaman yang ditawarkan kepada siapa saja yang mau datang ke sana.
Mau tahu tempat penyelaman yang spektakuler di sana? Ada, nama titiknya adalah Mari
Mabuk. Main-main? Bukan. Nama tempatnya memang itu dan siapa pun yang datang ke
titik dekat Pulau Tomia itu pasti akan mabuk karena keindahannya.
Putri Indonesia 2005, Nadine Candrawinata, sudah membuktikan keindahan Mari
Mabuk bulan April lalu saat menyelam bersama Bupati Wakatobi Hugua dan beberapa
wartawan Ibu Kota.
Keindahan Daratan
Baiklah, sebelum lebih jauh membicarakan Wakatobi, hal terpenting yang harus
diutarakan adalah bagaimana mencapai kabupaten itu.
Cara terbaik dan termurah saat ini adalah datang dulu ke ibu kota Sulawesi
Tenggara, Kendari. Dari sana, kapal reguler menuju Pulau Wangiwangi berangkat tiap
pagi pukul 10 dan akan tiba di tujuan sekitar 10 sampai 12 jam kemudian. Dari
Wangiwangi, perjalanan ke pulau-pulau lain bisa ditempuh dengan perahu-perahu
sewaan atau perahu reguler yang sederhana, tetapi cukup aman.
Saat ini sebuah bandara sedang disiapkan di Wangiwangi. Kalau bandara ini
selesai, diperkirakan pertengahan 2008, untuk mencapai Wangiwangi bisa dilakukan
dengan penerbangan dari Bali, Makassar, atau Manado.
Hanya penyelamankah pesona Wakatobi?
Bukan sama sekali. Bisa dikatakan Wakatobi indah di atas dan di bawah
sekaligus. Alam di sana masih bersih dan itu bisa dilihat dari beningnya sungai-sungai di
sana. Perahu seakan melayang karena air di bawahnya seakan tidak terlihat.
Kesadaran akan kebersihan ini sangat disadari masyarakat setempat. Sampah
plastik umumnya dikumpulkan di suatu tempat untuk dijual kepada penadah. Selain
membuat pemasukan bagi penduduk, kesadaran ini relatif menjaga kelestarian alam di
sana.
Pesona darat Pulau Wangiwangi adalah pada mata air-mata air di celah-celah
bukit kapur, juga beberapa benteng dan masjid tua sisa Kerajaan Buton. Adapun Pulau
Kalidupa dan Tomia kaya pemandangan pantai serta tarian tradisional.
Pulau terujung, yaitu Binongko, yang dulu dikenal sebagai Pulau Tukang Besi,
memang dipenuhi para pandai besi. Mereka mengerjakan pembuatan aneka alat rumah
tangga yang dijual sampai Makassar. Saat mereka menempa besi panas adalah atraksi
menarik. Sayangnya, sebagian pandai besi sudah memakai pipa pralon menggantikan
bambu sebagai alat peniup api.
Pendek kata, kalau menginginkan keindahan alamiah, datanglah ke Wakatobi.