3
Usia yang Tepat untuk Menikah Pertanyaan tersebut pasti sering Anda tanyakan pada diri sendiri atau pada pasangan. Bahkan sejak remaja Anda telah membayangkan akan menikah dengan orang yang dicintai. Dilansir Relationship Matters, menurut The National Center for Health Statistics, pernikahan yang dilakukan di usia remaja –usia 12 – 21 tahun– tiga kali lebih banyak berakhir dengan perceraian dibandingkan dengan pernikahan pada usia lebih tua. Pada 2002, 59% pernikahan wanita di bawah 18 tahun berakhir dengan perceraian dalam waktu 15 tahun dibandingkan dengan 36% dari mereka yang menikah di usia lebih dari 20. Profesor Betsey Stevenson dan Tustin Wolfers menjelaskan fenomena tersebut dari sisi ekonomi bagaimana keluarga terbentuk. Dalam jurnalnya ‘Marriage and Divorce: Changes and Their Driving Forces’ dikatakan, pernikahan dibangun dari faktor ekonomi dan kesenangan. Sehingga pria dan wanita yang sama-sama memiliki pendapatan cenderung sukses membangun pernikahan. Barbara Dafoe Whitehead dan David Popenoe dari Rutgers University memberikan perspektif tambahan. Pada 2004, ia meneliti 1.000 pria berusia 25 – 34. Mereka menemukan, 81% pria percaya bahwa waktu yang tepat untuk menikah adalah sekitar usia 25-27 tahun. Para peneliti juga menemukan, kebanyakan responden pria mencari jodoh yang dapat memenuhi hasrat emosional, seksual

Usia yang tepat untuk menikah

  • Upload
    tengkiu

  • View
    483

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Usia yang tepat untuk menikah

Usia yang Tepat untuk

MenikahPertanyaan tersebut pasti sering Anda tanyakan pada diri sendiri atau pada pasangan.

Bahkan sejak remaja Anda telah membayangkan akan menikah dengan orang yang dicintai.

Dilansir Relationship Matters, menurut The National Center for Health Statistics,

pernikahan yang dilakukan di usia remaja –usia 12 – 21 tahun– tiga kali lebih banyak

berakhir dengan perceraian dibandingkan dengan pernikahan pada usia lebih tua. Pada 2002,

59% pernikahan wanita di bawah 18 tahun berakhir dengan perceraian dalam waktu 15 tahun

dibandingkan dengan 36% dari mereka yang menikah di usia lebih dari 20.

Profesor Betsey Stevenson dan Tustin Wolfers menjelaskan fenomena tersebut dari sisi

ekonomi bagaimana keluarga terbentuk. Dalam jurnalnya ‘Marriage and Divorce: Changes

and Their Driving Forces’ dikatakan, pernikahan dibangun dari faktor ekonomi dan

kesenangan. Sehingga pria dan wanita yang sama-sama memiliki pendapatan cenderung

sukses membangun pernikahan.

Barbara Dafoe Whitehead dan David Popenoe dari Rutgers University memberikan

perspektif tambahan. Pada 2004, ia meneliti 1.000 pria berusia 25 – 34. Mereka menemukan,

81% pria percaya bahwa waktu yang tepat untuk menikah adalah sekitar usia 25-27 tahun.

Para peneliti juga menemukan, kebanyakan responden pria mencari jodoh yang dapat

memenuhi hasrat emosional, seksual dan spiritual. Para responden pria tersebut juga berharap

bisa berbagi tanggung jawab mencari nafkah. Bahkan ketika mereka tampak puas dengan

kekasihnya saat ini, mereka percaya masih ada wanita yang lebih baik di luar sana.

Data dari statistik di Amerika Serikat pada tahun 2000 juga menunjukkan rata-rata

wanita menikah di usia 25. Pada usia ini, kebanyakan wanita telah menyelesaikan

pendidikannya, memiliki karir mapan dan bisa hidup terpisah dari orang tua.

Walau begitu, pernikahan bukan hanya didasari dari usia semata, namun ada

pertimbangan lain yang harus Anda ketahui. Dilansir beyondjane, pertanyaan-pertanyaan

berikut ini dapat menentukan apakah Anda siap menikah atau tidak.

1. Apakah Anda benar-benar siap?

Secara fisik: Usia menjadi faktor penting. Jika Anda ingin memiliki anak, pastikan

Anda memiliki rahim yang telah matang. Jika masih terlalu muda atau remaja, pembentukan

rahim belum terlalu kuat. Pertanyaan lain, apakah Anda cukup mandiri jika berjauhan dari

orang tua?

Page 2: Usia yang tepat untuk menikah

Emosional: Apakah Anda benar-benar cukup berani menghadapi semua konsekuensi

dari pernikahan? Seperti yang kita semua tahu, perkawinan tidak hanya murni kebahagiaan.

Ini mencakup begitu banyak ujian yang harus dilewati.

Finansial: Memiliki sebuah keluarga perlu finansial yang stabil. Apakah Anda memiliki

pekerjaan? atau calon suami Anda memiliki pekerjaan tetap?

Keyakinan: Sangat baik jika Anda memiliki keyakinan yang sama. Memiliki keyakinan

yang berbeda dapat memicu konflik, entah itu dari kedua belah pihak keluarga atau pun dari

Anda dan pasangan sendiri.

2. Apakah Anda mampu?

Kemampuan dalam mengurus rumah tangga sangat dibutuhkan dalam kehidupan

berkeluarga nanti. Pastikan Anda bisa berkomunikasi dengan baik kepada pasangan dan dapat

menyelesaikan masalah bersama-sama.

3. Apakah Anda saling percaya?

Kepercayaan adalah salah satu faktor besar untuk membuat pernikahan yang kuat dan

sehat.

http://berita21.com