Upload
uchu01
View
2.347
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
wirausaha
Citation preview
Tugas Individu
KEWIRAUSAHAAN
Perkembangan Wirausaha Sektor Jasa di
Indonesia
Oleh :
Nama : EKA MAYASARIKelas : Vs
Nim : 10540 3327 09
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2011
PERKEMBANGAN WIRAUSAHA SEKTOR JASA
DI INDONESIA
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti pejuang,
pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak
agung. Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu.Jadi wirausaha
adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu. Wirausaha secara historis
sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard Castillon pada tahun 1755.Di luar
negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal sejak abad 16, sedangkan di Indonesia
baru dikenal pada akhir abad 20. Beberapa istilah wirausaha seperti di Belanda
dikenadengan ondernemer, di Jerman dikenal dengan unternehmer.Pendidikan
kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-an di beberapa negara seperti Eropa,
Amerika, dan Kanada. Jenis-Jenis Usaha Dalam Bidang Ekonomi:
a. Agraris
Usaha dalam bidang agraris menggunakan lahan tanah sebagai faktor
produksi utama. Misalnya pertanian, perkebunan, peternakan dan
perikanan.Bidang agraris dapat menghasilkan bahan pangan seperti padi,
sayur, daging, ikan dan susu. Bidang ini juga dapat menghasilkan bahan baku
industri seperti tebu, cokelat kelapa sawit dan kapas.
b. Industri
Usaha bidang industri merupakan jenis usaha yang mengola bahan
mentah menjadi bahan jadi, bahan mentah menjadi bahan setengah jadi, dan
bahan setengah jadi menjadi bahan jadi.Bahan mentah adalah bahan yang
perlu diolah dulu agar dapat memenuhi kebutuhan, misalnya kapas dan kayu
gelondongan.
Bahan setengah jadi adalah hasil olahan dari bahan mentah tapi masih
perlu diolah lagi agar siap digunakan, contoh benag bagi industri tekstil dan
tepung bagi industri roti.Bahan jadi adalah hasil akhir proses pengolahan
yang sudah siap untuk digunakan, misalnya baju, sepeda dan televisi. Contoh
Industri kecil : pengrajin sepatu, mebel, alat-alat rumah tangga, dan tahu
tempe. Contoh Industri besar: perusahaan tekstil, mobil, semen dan
elektronik.
c. Perdagangan
Usaha dalam bidang perdagangan adalah jenis usaha menjual barang-
barang produksi kepada pihak lain tanpa mengola bahan tersebut. Misalnya
pedagang beras, bahan bangunan dan makanan.
d. Jasa
Usaha bidang jasa adalah jenis usaha yang tidak menghasilkan benda
melainkan memberikan pelayanan kepada pihak lain sesuai kebutuhan.
Misalnya guru, dokter dan paramedis. Jenis-jenis wirausaha dalam sektor Jasa
di Indonesia. Pekerjaan yang menghasilkan jasa. Jenis pekerjaan ini
menghasilkan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Kita membutuhkan pendidikan,layanan kesehatan, layanan
transportasi, dan lain-lain. Dokter merupakan pekerjaan yang menghasilkan
jasa dalam bidang kesehatan.Perhatikan contoh jenis pekerjaan serta jasanya
berikut ini.
Guru berjasa dalam pendidikan.
Dokter berjasa dalam kesehatan.
Sopir berjasa dalam layanan transportasi.
Jenis pekerjaan lain yang menghasilkan jasa ialah montir, sopir, pengacara,
polisi, tentara, jaksa, hakim, pegawai negeri,perias pengantin,dan perawat.
1. JASA TRANSPORTASI
Jasa transportasi merupakan salah satu faktor yang penting yang
berpengaruh terhadap lancarnya kegiatan perdagangan. Sayangnya penanganan
jasa transportasi milik bangsa Indonesia belum mendapat perhatian serius dari
pemerintah. Akibatnya peluang memperoleh devisa, lapangan pekerjaan dan
penguasaan teritorial Indonesia oleh usaha jasa transportasi nasional belum dapat
dimanfaatkan.
1.1. Jenis-Jenis Transportasi yang Ada di Indonesia
Berikut jenis-jenis transportasi yang ada di Indonesia :
a. Transportasi Air
Di Indonesia, sebagai negara bahari, perahu dan kapal merupakan
alat transportasi dan komunikasi penting sejak awal peradaban
Nusantara. Tak heran, alat transportasi yang paling banyak ragamnya di
Indonesia adalah perahu dan kapal.
Setiap daerah berpantai di Indonesia memiliki jenis perahu
tradisional dengan bentuk dan ornamen khas. Misalnya, Pinisi dari
Makasar, Sope dari Jakarta, Alut Pasa dari Kalimantan Timur, Lancang
Kuning dari Riau, Gelati dari Perairan Bali, dan Kora-kora dari Maluku.
Di beberapa daerah di Indonesia, misalnya Kalimantan, jalur
penghubung utama antarwilayah adalah sungai. Transportasi utama
yang banyak digunakan adalah perahu. Mulai dari perahu kecil yang
disebut kelotok atau ketingting yang bisa memuat 10 penumpang,
hingga bus air berupa perahu panjang (long boat) yang bisa
mengangkut puluhan penumpang.
b. Transportasi Darat
Di Pulau Jawa, yang menjadi pusat perkembangan peradaban
Nusantara sejak abad ke-4, jalur perhubungan yang berkembang adalah
jalur darat. Kuda banyak dipakai untuk bepergian karena kekuatan dan
kecepatannya. Alat transportasi yang berkembang pun menggunakan
jasa kuda, misalnya, kereta kuda yang kemudian berkembang menjadi
andong atau delman. Sedangkan untuk mengangkut barang, selain
menggunakan jasa kuda, juga ada pedati yang ditarik sapi atau kerbau.
Awal masuknya transportasi darat modern di Indonesia dimulai
pada masa pendudukan Belanda, di pusat pemerintahannya saat itu yang
berada di Batavia atau Jakarta. Pemerintah Belanda membangun jalur
kereta api dengan rute Batavia-Buitenzorg (Bogor), tahun 1873.
Sedangkan alat transportasi yang digunakan di dalam kota adalah
trem yang digerakkan oleh mesin uap. Trem merupakan angkutan
massal pertama yang ada di Jakarta. Pada 1910, Jakarta sudah
mempunyai jaringan trem.
Tahun 1960-an, Presiden Sukarno memerintahkan penghapusan
trem karena dianggap tidak cocok lagi untuk kota sebesar Jakarta. Trem
pun digantikan bus-bus besar.
Untuk transportasi jarak dekat, ada oplet dan becak. Ada pula
bemo yang mulai dipakai sejak tahun 1962. Tahun 1970-an, muncul
helicak dan bajaj. Meski sudah dilarang beroperasi, kita masih bisa
menemukan beberapa jenis alat transportasi ini.
Saat ini, alat transportasi darat yang biasa dimanfaatkan
masyarakat adalah bus dan kereta listrik. Pemerintah pun berusaha
mengembangkan transportasi massal yang modern dan murah seperti
bus TransJakarta. Di masa depan, rencananya, akan ada monorel yang
lebih cepat dan canggih. Meski sarana transportasi sudah semakin
canggih, alat transportasi tradisional seperti andong atau delman masih
banyak kita temui. Misalnya, di Yogyakarta.
c. Transpostasi Udara
Sejarah transportasi udara di Indonesia terkait dengan sejarah
kemerdekaan. Untuk kemudahan transportasi, pada 1948, mantan
presiden Soekarno membeli dua pesawat tipe DC-3 dari Singapura.
Pembelian pesawat tersebut didanai para pengusaha asal Aceh. Wilayah
Aceh kala itu merupakan bagian Indonesia yang belum tersentuh
Belanda.
Sebagai bentuk penghargaan kepada Aceh, dua pesawat tersebut
dinamai RI-001 Seulawah Agam dan RI-002 Seulawah Inong. Pesawat
tersebut melakukan penerbangan pertama pada 26 Januari 1949 dengan
rute penerbangan Calcutta-Rangoon. Kedua pesawat tersebut menjadi
cikal bakal perusahaan penerbangan pertama tanah air yaitu Garuda
Indonesia.
Industri penerbangan nasional dirintis tahun 1946 di Yogyakarta
oleh tim Angkatan Udara Republik Indonesia yang dipelopori Wiweko
Soepono, Nurtanio Pringgoadisurjo, dan J. Sumarsono. Salah satu hasil
rancangannya adalah pesawat Si Kumbang yang melakukan
penerbangan pertama pada 1 Agustus 1954.
Pada 26 April 1976 industri pesawat terbang itu berkembang
menjadi PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) yang didirikan
dengan DR. B.J. Habibie. Salah satu hasil karya IPTN adalah prototipe
pesawat turbo N-250 yang pertama kali terbang selama 55 menit, pada
10 Agustus 1995. Namun industri pesawat terbang ini harus berhenti
karena kekurangan dana akibat krisis moneter pada 1997
1.2. Jasa Transportasi Dalam Neraca Pembayaran Indonesia
Berdasarkan data dari Bank Indonesia, defisit jasa transportasi
dalam neraca pembayaran merupakan penyumbang defisit terbesar
dibandingkan dengan jasa travel dan investment income. Jasa travel yang
terdiri dari tenaga kerja dan wisman justru menunjukkan kondisi surplus.
Statistik jasa transportasi baik pada jasa pengangkutan penumpang
maupun pengangkutan barang menunjukkan nilai defisit.
Asuransi adalah persetujuan di mana pihak penanggung berjanji
akan mengganti kerugian sehubungan dengan kerusakan-kerusakan,
kerugian atau kehilangan laba yang diharapkan oleh pihak tertanggung
yang diakibatkan oleh suatu kejadian yang tidak disangka.
1.3. Permasalahan Jasa Transportasi Laut dan Udara
Perkembangan transportasi laut Indonesia cukup memprihatinkan,
karena terbukti terus mengalami penurunan pangsa muatan dan jumlah
armada. Di tengah-tengah berkembangnya perdagangan bebas dan
meningkatnya kebutuhan angkutan laut dunia, peran armada laut nasional
menyusut drastis. Sehingga banyak kapal-kapal armada asing yang terlibat
dan mengambil pangsa pasar pengangkutan komoditi baik ekspor-impor
maupun antar pulau.
Jasa transportasi laut nasional lebih banyak dikuasai perusahaan
asing sehingga melemahkan daya saing perdagangan komoditas nasional
dan justru memberikan keunggulan kompetitif kepada produk dan jasa
asing. Jasa transporasi nasional belum siap dalam memasuki pasar bebas.
Kebijakan/peraturan pemerintah di bidang jasa transportasi belum
komprehensif dan mendukung pengembangan industri jasa transportasi
nasional.
Di sektor jasa transportasi, Indonesia harus mampu mewujudkan
transportasi udara dan laut yang menuju kemandirian finansial, teknologi, dan
SDM. Pemerintah dalam waktu dekat perlu menyusun dan melaksanakan
kebijakan/peraturan yang meliputi keberadaan armada laut dan udara, jasa dan
keamanan pelabuhan (port manajemen dan port security) dan bandara secara
komprehensif, konsisten dan dinamis untuk meningkatkan penerimaan devisanya.
Kebijakan/peraturan tentang jasa transportasi tersebut harus
memperhitungkan berbagai faktor kendala dan pendorong serta melibatkan
berbagai stakeholders termasuk Pemda yang melaksanakan otonomi daerah, bea
cukai, perusahaan jasa pelabuhan dan bandara. Di sektor transportasi laut,
Indonesia harus dapat mewujudkan asas cabotage untuk perairan domestik,
menentukan beberapa pelabuhan internasional, dan perbaikan kebijakan yang
berkaitan dengan kemajuan transportasi laut. Sedangkan untuk meningkatkan
kualitas jasa transportasi udara adalah menyederhanakan pelayanan seperti e-
ticketing, e-boarding dan kepastian jadwal penerbangan. Kemampuan SDM di
bidang jasa transportasi harus ditingkatkan baik kemampuan terhadap pengelolaan
jasa transportasi, penggunaan teknologi modern, kemampuan koordinasi, dan
integritasnya untuk kepentingan nasional.
2. JASA PARIWISATA
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat diharapkan dapat
menjadi primadona dalam perolehan devisa. Meskipun demikian, kemampuan
sektor pariwisata sebagai penghasil devisa ini menunjukkan kecenderungan yang
kurang menggembirakan. Di sisi lain, kecenderungan orang Indonesia untuk
bepergian ke luar negeri semakin meningkat dalam sepuluh tahun terakhir. Hal ini
mengakibatkan semakin mengecilnya travel balance (inflow devisa-outflow
devisa) dari sektor pariwisata.
2.1. Kinerja Sektor Pariwisata di Indonesia
Penerimaan devisa turis meningkat dari tahun ke tahun pada masa
pra krisis dan mencapai puncaknya sebesar USD 4.237 juta pada tahun 1997
dan turun drastis pada tahun 1998 hingga hanya sebesar USD 2.153 juta.
Meskipun belum mencapai tingkat pertumbuhan yang sama dengan masa
sebelum krisis, angka travel inflows sebenarnya beranjak naik mulai tahun
1999 yaitu sebesar USD 4,4 miliar dari tahun sebelumnya yaitu 4,3
miliar.Statistik jasa kunjungan keluar (travel-outflows) mencakup
pengeluaran devisa dari kunjungan wisatawan Indonesia ke luar negeri baik
untuk tujuan bisnis maupun personal, Termasuk haji dan umroh.
Pengeluaran devisa turis oleh wisatawan Indonesia yang bepergian ke luar
negeri terus mengalami kenaikan selama satu dasawarsa terakhir ini.
Pengeluaran devisa turis oleh wisatawan Indonesia yang bepergian ke luar
negeri terus mengalami kenaikan selama satu dasawarsa terakhir ini dengan
rata-rata pertumbuhan sekitar 9,8%. Dalam pra krisis angka pertumbuhan
pengeluaran devisa turis bahkan mencapai sekitar 16,2%. Kecenderungan
ini terus berlangsung selama periode pasca krisis dengan pertumbuhan
sebesar 4,4% sampai dengan sekarang. Wisatawan asing yang paling banyak
berkunjung ke Indonesia berasal dari Singapura yang berdekatan secara
geografis dengan Indonesia. Namun demikian, karakteristik turis dari negara
Asia berbeda dengan turis yang berasal dari Eropa atau Timur Tengah.
Wisman asal Singapura merupakan yang tersingkat masa kunjungannya di
antara 10 pasar utama pariwisata Indonesia. Sedangkan kunjungan dengan
lama tinggal relatif panjang, yaitu sekitar 2 minggu dilakukan oleh wisman
dari USA, Inggris, Jerman Jerman dan Belanda. Hal ini mungkin terkait
dengan jarak negara asal wisman ke Indonesia. Wisman dari negara yang
jauh cenderung tinggal lebih lama untuk mengkompensasi biaya dan waktu
perjalanan yang dibutuhkan.
2.2. Pariwisata Indonesia dalam menghadapi GATS
Guna melihat perbandingan yang lebih baik, dapat menggunakan
beberapa beberapa indikator sebagai pendekatan untuk melihat kesiapan kita
dalam menghadapi GATS dan Perdagangan Bebas.
Pertama adalah indikator Tourism Impact Index (TII).TII mengukur
dampak ekonomi secara langsung dari aktifitas perekonomian dari industri
pariwisata di suatu negara. TII dihitung dari rasio antara jumlah penerimaan
pariwisata internasional dan belanja pariwisata internasional terhadap GDP.
Dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya, TII Indonesia masih dibawah
Malaysia, Singapura dan Thailand. Dengan demikian Indonesia masih
mempunyai pekerjaan rumah yang besar dalam upaya meningkatkan
kemampuan pariwisata dalam memperluas dampak pariwisata terhadap
pertumbuhan ekonomi dalam kerangka GATT dan perdagangan global.
Tabel 4. Asean Tourism Impact Index (TII) Th. 1990-2004
Negara 1990 1995 2000 2004
Malaysia 8,49 11,16 11,71 20,53
Singapore 22,70 25,25 19,70 18,96
Thailand 7,24 11,71 13,43 16,48
Indonesia 2,89 5,62 9,30 9,75
Philipina 3,67 5,99 6,17 2,85
Kedua adalah indikator Tourism Participation Index (TPI). TPI mengukur
keterlibatan masyarakat dalam aktivitas pariwisata TII dihitung dari ratio
antara jumlah wisatawan yang masuk dan wisatawan domestik yang keluar
negeri dibandingkan jumlah total penduduk dinegara tersebut.
Dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya, TPI Indonesia masih
dibawah Singapura, Malaysia, Thailand dan Philipina. Hal ini perlu
perhatian besar terutama dalam hal kesadaran pariwisata nasional untuk
lebih memajukan daya saing wisata Indonesia di dunia internasional.
Tabel 5. Asean Tourism Participation Index (TPI) Th. 1990-2003
Negara 1990 1995 2000 2003
Malaysia 20.52 13.65 10.32 11.0
Singapore 29.19 24.44 15.59 15.35
Thailand 1.68 1.25 0.89 0.95
Indonesia 0.20 0.26 0.17 0.19
Philipina 0.54 0.47 0.31 0.31
Kinerja sektor pariwisata di Indonesia berdasarkan analisa devisa
menunjukkan penerimaan devisa dari pariwisata meningkat sampai krisis
tahun 1997. Pasca krisis, kinerja pariwisata beranjak naik mulai tahun 1999.
Analisa non devisa menunjukkan rata-rata lama tinggal relatif tinggi
dilakukan wisman dari kawasan jauh seperti Eropa, sedangkan yang
terendah dari kawasan ASEAN. Satu-satunya faktor yang menguntungkan
pariwisata Indonesia adalah faktor harga (price competitiveness index).
Jika dibandingkan beberapa negara ASEAN lain yaitu Malaysia,
Thailand dan Singapura, peringkat Indonesia masih kalah dalam hal
pertumbuhan kedatangan wisman, Tourism Impact Index, dan Tourism
Participation Index. Ini menunjukkan bahwa di tingkat regional saja
Indonesia masih perlu berbenah dalam menghadapi persaingan.
Di bidang pariwisata, pemerintah sebaiknya memperhatikan
keunggulan dan kekurangan industri pariwisata nasional sebagaimana
teridentifikasi dalam index value yang memperlihatkan keunggulan
komparatif di bidang kompetisi harga serta kelemahan di bidang
infrastruktur, kualitas SDM, teknologi dan lingkungan sosial dibanding
dengan negara lain di Asia Tenggara. Perlu dipertimbangkan juga
pengembangan sentra-sentra industri dan perdagangan mengingat proporsi
pengeluaran wisman untuk belanja dan souvernir serta animo wisman dari
negara-negara tetangga untuk datang berkunjung dalam rangka bisnis yang
cukup besar. Dengan kelebihan daya saing harga yang dimiliki, pemerintah
dapat menawarkan pusat-pusat belanja khusus bagi wisman.
3. JASA KEUANGAN
Perkembangan sektor jasa keuangan saat ini dipengaruhi oleh globalisasi
atau liberalisasi baik di bidang perdagangan maupun investasi. Kini semakin
marak transaksi yang bersifat lintas batas negara dimana hal tersebut bisa
dimungkinkan terjadi karena adanya jasa lembaga keuangan. Kemudian seiring
dengan makin globalnya perekonomian melalui arus perdagangan dan investasi,
kebutuhan akan jasa intermediasi dan manajemen resiko juga kian meningkat.
Keadaan fundamental perekonomian yg saat ini sedang membaik dapat
menjadikan kegiatan yg bersegmen jasa keuangan dapat tumbuh dgn baik
kedepannya.Hal tersebut diungkapkan oleh CEO MNC Group Hary
Tanoesoedibjokala dalam acara gala dinner di Hotel Grand Hyatt.Media dan
finance perlu dikembangkan karena sesuatu hal yg berisinggungan dengan
populasi pasti berkembang dgn baik. Kita ketahui 80 persen perekonomian
Indonesia dikendalikan oleh perekonomian dalam negeri. Perkembangan
ekonomi diluar Pulau Jawa berkembang dgn cepat, yakni financial service. Ke
depan kita cukup optimis kegiatan jasa keuangan akan bertumbuh dgn cepat.
Penggunaan nama dan logo baru tersebut merupakan penyesuaian atas logo lama
sejalan dgn perkembangan jasa keuangan mengutamakan asperk integratif dalam
pemberian jasa layanan keuangan kepada masyarakat.
Liberalisasi jasa keuangan merupakan suatu hal yang harus dihadapi, dan
untuk itu dapat dijadikan sebagai suatu pilihan strategi untuk pengembangan
sektor jasa keuangan di Indonesia. Namun diperlukan strategi khusus
mempersiapkan prasyarat dan kondisi yang diperlukan untuk bisa mengambil
manfaat dari liberalisasi jasa keuangan tersebut. Sejauh ini jika dibandingkan
dengan beberapa negara lain, Indonesia sudah cukup lebar membuka sektor jasa
melalui komitmennya meski belum sepenuhnya terbuka (full liberlized).
Di dalam negeri pemerintah perlu melakukan penguatan stabilitas
makroekonomi, percepatan implementasi arsitektur perbankan Indonesia, dan
reformasi institusi regulator dan pengawas (termasuk pembentukan otoritas jasa
keuangan) sebagai prasyarat utama memperoleh manfaat dari internasionalisasi
jasa keuangan.
Disamping manfaat, liberalisasi jasa keuangan juga berpotensi memberi
dampak negatif terhadap perekonomian nasional karena di dalam liberalisasi jasa
keuangan tersebut mengandung beberapa resiko. Beberapa resiko tersebut adalah:
a. potensi dampak negatif dari liberalisasi terhadap penyedia jasa
keuangan domestik,
b. kemungkinan kesulitan dalam monitoring/pengawasan perusahaan
asing,
c. potensi untuk mematikan “infant industry”,
d. kemungkinan tak adanya komitmen dari perusahaan asing terhadap
ekonomi lokal,
e. potensi terjadinya “capital flight”.
Harus disadari bahwa untuk bisa mendapatkan manfaat riil dari liberalisasi
jasa keuangan tersebut, suatu negara perlu membuat berbagai persiapan yang
matang. Beberapa faktor kunci untuk memperoleh manfaat dan kesuksesan upaya
pembukaan pasar jasa keuangan meliputi bagaimana Indonesia dapat menciptakan
lingkungan yang kondusif dengan menjaga stabilitas makroekonomi dan
keuangan, memperkuat sistem jasa keuangan domestik melalui reformasi
struktural, serta penguatan regulasi dan pengawasan terhadap lembaga jasa
keuangan.
4. JASA TENAGA KERJA
Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung
maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga
kerja juga dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Dalam faktor produksi
tenaga kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh
tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat dikelompokan berdasarkan
kualitas (kemampuan dan keahlian) dan berdasarkan sifat kerjanya.
Berdasarkan kualitasnya, tenaga kerja dapat dibagi menjadi tenaga kerja
terdidik, tenaga kerja terampil, dan tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih.
a. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memerlukan pendidikan
tertentu sehingga memiliki keahlian di bidangnya, misalnya guru, dokter,
insinyur, akuntan, dan ahli hukum.
b. Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memerlukan kursus atau
latihan bidang-bidang keterampilan tertentu sehingga terampil di
bidangnya. Misalnya tukang listrik, montir, tukang las, dan sopir.
c. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja yang
tidak membutuhkan pendidikan dan latihan dalam menjalankan
pekerjaannya. Misalnya tukang sapu, pemulung, dan lain-lain.
Berdasarkan sifat kerjanya, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja
rohani dan tenaga kerja jasmani. Tenaga kerja rohani adalah tenaga kerja yang
menggunakan pikiran, rasa, dan karsa. Misalnya guru, editor, konsultan, dan
pengacara. Sementara itu, tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja yang
menggunakan kekuatan fisik dalam kegiatan produksi. Misalnya tukang las,
pengayuh becak, dan sopir.
Terdapat dua isu utama yang dihadapi dunia pada saat ini berkaitan dengan
globalisasi yaitu yang pertama adalah isu mengenai liberalisasi perdagangan dan
isu kedua adalah mengenai personal movement atau migrasi tenaga kerja
internasional atau yang di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan Tenaga Kerja
Indonesia (TKI).
Tingkat pengangguran semakin meningkat yang dipicu oleh krisis
ekonomi sejak tahun 1998 mengakibatkan jumlah angkatan kerja tidak dapat
terserap seluruhnya. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang mendorong
meningkatnya potensi jumlah TKI yang mencari pekerjaan di luar negeri. Pada
tahun 2003 jumlah penduduk Indonesia mencapai 213,170 juta jiwa dengan
jumlah angkatan kerja mencapai 100,316 juta jiwa sementara jumlah
pengangguran mencapai 9,531juta jiwa atau 9,5 % terhadap angkatan kerja.
Disamping sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi masalah
pengangguran; ada beberapa keuntungan lain yang dapat diperoleh dari
pengiriman TKI ke luar negeri; diantaranya adalah:
a. penciptaan devisa dari remittance yang dikirimkan ke dalam negeri,
b. peningkatan kualitas tenaga kerja berkat pengalaman kerja dan
interaksi sosial di luar negeri; serta
c. peningkatan kesejahteraan sosial tenaga kerja.
Dengan adanya globalisasi atau perdagangan bebas, persaingan bagi
tenaga kerja Indonesia tidak hanya untuk memperebutkan peluang pasar kerja di
luar negeri namun juga memperebutkan peluang pasar kerja di dalam negeri
terutama apabila dilihat dari segi kualitas dimana ada kemungkinan tenaga kerja
yang ada di dalam negeri akan diisi oleh tenaga kerja asing yang lebih baik dan
berkompeten. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kinerja bangsa Indonesia
akan sangat tergantung pada sumber daya manusianya, bukan lagi pada sumber
daya alam yang selama ini menjadi keunggulan komparatif.
Pada era globalisasi ini, masalah perlindungan TKI di luar negeri menjadi
isu yang sensitif di dalam negeri. Lemahnya pencatatan transfer devisa yang
dilakukan oleh Bank Indonesia juga merupakan suatu persoalan tersendiri.
Pencatatan transfer devisa yang dilakukan oleh BI selama ini merupakan transfer
yang dilakukan melalui bank sementara umumnya TKI belum berorientasi kepada
bank (belum “bank minded”). Permasalahan selanjutnya adalah berkaitan dengan
kualitas TKI dimana kualitas TKI yang bermigrasi ke luar negeri relatif termasuk
negara maju dapat dikatakan masih rendah dibandingkan tenaga kerja dari negara
lain.
Disamping itu, Indonesia sendiri tidak luput dari migrasi tenaga kerja
asing. Sejauh ini yang umum dijumpai adalah tenaga kerja skilled. Meski
demikian, apabila situasi politik dan ekonomi sudah membaik, tidak tertutup
kemungkinan Indonesia akan dimasuki tenaga kerja semi-skilled dari sesama
negara Asia. Akibatnya, ancaman pengangguran untuk tenaga kerja skilled
domestik akan semakin serius. Bagi Indonesia sendiri, berdasarkan data dari
majalah Newsweek edisi 17 Oktober 1994, para migran tenaga kerja asing
umumnya datang dari negara dimana tingkat upah buruh rendah dan terbanyak di
antaranya berasal dari Indonesia (800 ribu) yang pada umumnya kualitas tenaga
kerja dari Indonesia ini masih tergolong buruh kasar, sama seperti tenaga kerja
migran dari Bangladesh.
Untuk mengatur, membina, melaksanakan dan mengawasi
penyelenggaraan penempatan dan perlindugnan TKI di luar negeri, pada tanggal
18 Oktober 2004 telah diterbitkan Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri. Adapun hal-
hal yang sedang dilakukan oleh Pemerintah antara lain adalah :
a. meninjau standar pelatihan dan struktur biaya serta peningkatan
pelayanan bagi TKI,
b. melakukan kerjasama bilateral ketenagakerjaan,
c. melakukan kerjasama dan koordinasi antara instansi berupa persiapan
teknis pembentukan Tim Advokasi,
d. membentuk Badan Penempatan TKI ke luar negeri.
Menyangkut Jasa TKI, pemerintah perlu melakukan kebijakan menyeluruh
dan terpadu untuk memberikan perlindungan terhadap TKI dan untuk
meningkatkan kualitas serta produktifitas TKI yang akan bermigrasi ke negara
lain mengingat masih banyak terdapat permasalahan berkaitan dengan TKI. Pada
akhirnya, untuk dapat memanfaatkan peluang yang timbul, Indonesia perlu segera
melakukan persiapan selain untuk bersaing di pasar dalam negeri dengan pihak
asing, juga bersaing di pasar luar negeri. Secara umum, hal yang perlu dilakukan
adalah penguatan koordinasi kelembagaan yang menangani sektor-jasa-jasa secara
menyeluruh.
Masalah jasa juga menyangkut persoalan tenaga kerja. Sepanjang
perekonomian dalam negeri masih terbatas dalam menyediakan lapangan kerja
atau usaha bagi angkatan kerja yang berjumlah besar maka pengiriman TKI ke
luar negeri masih tetap akan strategis.
Kebijaksanaan menyeluruh dan terpadu untuk memberikan perlindungan
terhadap TKI masih perlu disempurnakan lebih lanjut mengingat masih banyak
terdapat permasalahan berkaitan dengan TKI. Tidak hanya pada sub-sektor jasa
TKI, secara umum koordinasi kelembagaan untuk menangani persoalan jasa-jasa
ini secara holistik juga masih lemah.