58
ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP KINERJA USAHA PENGRAJIN TEMPE KABUPATEN GROBOGAN M. FADHOLI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA

TERHADAP KINERJA USAHA PENGRAJIN TEMPE

KABUPATEN GROBOGAN

M. FADHOLI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis
Page 3: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Hubungan

Perilaku Wirausaha terhadap Kinerja Usaha Pengrajin Tempe Kabupaten

Grobogan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

M. Fadholi

NIM H34100125

Page 4: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

ABSTRAK

M. FADHOLI. Analisis Hubungan Perilaku Wirausaha terhadap Kinerja Usaha

Pengrajin Tempe Kabupaten Grobogan. Dibimbing oleh BURHANUDDIN.

Tempe merupakan salah satu produk pengembangan hasil pertanian

komoditas kedelai yang ikut berperan dalam meningkatkan pendapatan

masyarakat khususnya di Kabupaten Grobogan. Penelitian ini dilakukan untuk

menganalisis hubungan perilaku wirausaha yang terdiri dari pengetahuan

wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha

pengrajin tempe di Kabupaten Grobogan. Alat analisis yang digunakan adalah

Analisis korelasi Person. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengetahuan

wirausaha, sikap wirausaha, keterampilan wirausaha berkorelasi kuat secara

signifikan terhadap kinerja usaha baik dari aspek pertumbuhan usaha maupun dari

penerimaan usaha. Koefisien korelasi antara variabel perilaku terhadap kinerja

usaha dari aspek pertumbuhan usaha secara berturut-turut yaitu 0.453, 0.658, dan

0.590. koefisien korelasi antara perilaku usaha terhadap kinerja usaha dari aspek

penerimaan usaha adalah 0.449, 0.526, dan 0.528. Hal ini berarti ketika

pengetahuan wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha meningkat

maka kinerja usaha akan meningkat.

Kata kunci : Grobogan, kinerja usaha, korelasi, perilaku wirausaha, tempe

ABSTRACT

M. FADHOLI. Correlation Analysis of Entrepreneurial Behavior and Succes of

Tempeh Entrepreneur in Grobogan. Supervised by BURHANUDDIN.

Tempeh is one of the products of soybean agricultural development that

contributes to improving the income of the people, especially in Grobogan. This

study was conducted to analyze the effect of entrepreneurial behavior which

consists of knowledge entrepreneurship, entrepreneurial attitude, and

entrepreneurial skills to the performance of the business in the craftsmen tempeh

Grobogan. The analysis tool used is descriptive analysis and Pearson correlation

analysis. The results of correlation analysis showed that knowledge of

entrepreneurship, entrepreneurial attitudes, and entrepreneurial skills correlated

significantly to the performance of the business. The correlation coefficient of

each variable on the performance of the business aspects of business growth are

0.453, 0.658, and 0.590. correlation coefficient between the behavior of the

business to business performance aspects of business receipts are 0.449, 0.526,

and 0.528. This means that when knowledge of entrepreneurship, entrepreneurial

attitude and entrepreneurial skills increases, the performance of the business will

increase.

Keywords: Business performance, correlation, entrepreneurial behavior,

Grobogan, tempeh

Page 5: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA

TERHADAP KINERJA USAHA PENGRAJIN TEMPE

KABUPATEN GROBOGAN

M. FADHOLI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis
Page 7: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

Judul Skripsi : Analisis Hubungan Perilaku Wirausaha terhadap Kinerja Usaha

Pengrajin Tempe Kabupaten Grobogan

Nama : M. Fadholi

NIM : H34100125

Disetujui oleh

Dr Ir Burhanuddin, MM

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis
Page 9: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah

kewirausahaan, dengan judul Analisis Hubungan Perilaku Wirausaha terhadap

Kinerja Usaha Pengrajin Tempe Kabupaten Grobogan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Burhanuddin, MM selaku

dosen pembimbing, teman-teman Agribisnis yang telah memberikan masukan,

serta seluruh keluarga besar CSS MoRA yang telah memberikan semangat kepada

penulis. Disamping itu ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan juga

kepada keluarga besar Pondok Pesantren Mahasiswa Al Ihya Dramaga yang telah

menemani serta menginspirasi penulis untuk semakin dewasa selama belajar di

IPB. Kepada teman-teman Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama IPB yang ikut

membantu penulis dalam menggali potensi diri. Kepada bapak Imam Syafii selaku

kepala Ditpontren pengelola beasiswa PBSB dari Kementrian Agama yang telah

mengusahakan beasiswa untuk penulis selama kuliah. Kepada Habib Johan Arif

sekeluarga yang telah memberikan nasehatnya kepada penulis agar berusaha

menjadi manusia yang lebih bermanfaat bagi yang lainnya. Kepada Bapak Yanefri

dan Bu Minarti serta keluarga besar P2SDM IPB yang telah membimbing penulis

untuk mengabdi selama pendampingan Posdaya. Ungkapan terima kasih juga

penulis sampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan

kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

M. Fadholi

Page 10: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

DAFTAR ISI

PRAKATA iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 5

KERANGKA PEMIKIRAN 7

Kerangka Pemikiran Teoritis 7

Kerangka Pemikiran Operasional 13

METODE PENELITIAN 14

Lokasi dan Waktu Penelitian 14

Rancangan Penelitian 14

Populasi dan Sampel 15

Instrumen Pengukuran Peubah 16

Uji Validitas dan Reliabilitas 17

Pengumpulan Data 17

Metode Analisis Data 18

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 19

Keadaan Geografis 19

Keadaan Demografis 19

Keadaan Ekonomi 20

Keadaan Pengrajin Tempe 21

HASIL DAN PEMBAHASAN 22

Karakteristik Pengrajin Tempe 22

Perilaku Wirausaha 26

Kinerja Usaha 28

Hubungan Perilaku Wirausaha terhadap Kinerja Usaha 30

SIMPULAN DAN SARAN 35

Simpulan 35

Saran 36

Page 11: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

DAFTAR PUSTAKA 37

LAMPIRAN 40

RIWAYAT HIDUP 46

DAFTAR TABEL

1 Jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2009-2013 1 2 Produksi kedelai nasional tahun 2009-2013 3 3 Ciri-ciri wirausaha menurut Marbun 8 4 Kisi-kisi instrumen penelitian 16 5 Hasil uji reliabilitas kuesioner 17 6 Interpretasi keeratan nilai r 18

7 Perkembangan penduduk miskin di Kabupaten Grobogan tahun

2010-2012 20 8 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Grobogan tahun 2010-2013 20 9 Produksi kedelai di Kabupaten Grobogan tahun 2009-2012 21 10 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan umur 23 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis kelamin 23 12 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan pendidikan formal 24 13 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan lama melakukan usaha 24 14 Distribusi responden berdasarkan produksi per hari 25 15 Distribusi responden berdasarkan daerah pemasaran 26 16 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan perilaku wirausha 26 17 Distribusi pengrajin berdasarkan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan wirausaha 28

18 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan tingkat pertumbuhan usaha 29 19 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan penerimaan usaha per bulan 30 20 Hasil uji korelasi perilaku wirausaha terhadap kinerja usaha 31

DAFTAR GAMBAR

1 Unsur perilaku manusia 9

2 Kerangka pemikiran operasional 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji Reliabilitas Kuesioner 41

2 Hasil output uji korelasi pearson perilaku wirausaha terhadap kinerja

usaha 43

3 Hasil uji kenormalan 44

4 Dokumentasi penelitian 45

Page 12: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis
Page 13: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam melimpah baik

di sektor darat maupun laut. Sebagai negara agraris, pertanian merupakan salah

satu tumpuan kehidupan bagi mayoritas masyarakat Indonesia. Tanah yang subur

menjadikan Indonesia berpotensi besar untuk bisa mengembangkan sektor

pertanian tersebut. Melalui kekayaan tersebut seharusnya Indonesia mampu

menjadikan rakyatnya lebih sejahtera. Namun yang terjadi selama ini potensi

tersebut belum termanfaatkan secara maksimal. Sektor pertanian primer Indonesia

belum bisa diharapkan sepenuhnya sebagai sektor pembangunan negara.

Akibatnya masih banyak penduduk Indonesia yang berada dalam garis

kemiskinan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk miskin

Indonesia pada September tahun 2012 tercatat sebesar 11.66% atau sebanyak

28.59 juta jiwa (Tabel 1). Meskipun setiap tahun mengalami penurunan namun

jumlah tersebut masih jauh dari cerminan kesejahteraan masyarakatnya. Hal ini

harus segera diatasi mengingat potensi yang dimiliki begitu besar.

Tabel 1 Jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2009-2013

Tahun

Jumlah Penduduk Miskin (Juta Orang)

Persentase Penduduk Miskin (%)

Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

2009 11.91 20.62 32.53 10.72 17.35 14.15

2010 11.10 19.93 31.02 9.87 16.56 13.33

2011 10.95 18.94 29.89 9.09 15.59 12.36

2012 10.51 18.09 28.59 8.60 14.70 11.66

2013 10.33 17.74 28.07 8.39 14.32 11.37

Sumber : BPS 2013

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pada tahun 2013 masih terdapat

setidaknya 28.07 juta penduduk Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan.

Dari jumlah tersebut 17.78 juta adalah penduduk desa. Selain itu tingkat

pengangguran yang terjadi juga masih tinggi. Tercatat dalam BPS bahwa pada

Agustus tahun 2013 terdapat setidaknya 7.39 juta orang yang masih menganggur

dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 6.25 %. Sehingga perlu sebuah

upaya untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran tersebut.

Salah satu elemen yang turut berpengaruh dalam upaya pengentasan

kemiskinan adalah adanya wirausahawan-wirausahawan Indonesia. Melalui usaha

yang dijalankannya para wieausahawan tersebut mampu membantu pemenrintah

dalam menampung tenaga kerja yang ada sehingga pengangguran dapat berkurang.

Masyarakat yang bekerja pada pengusaha akan mendapatkan upah berupa gaji tiap

periode yang ditentukan. Gaji tersebutlah yang pada akhirnya membawa dampak

bagi penduduk untuk bisa membeli barang-barang dalam mencukupi

kebutuhannya sehari-hari. Hal ini berarti para wirausahawan tersebut sekaligus

mampu membantu dalam upaya pengentasan kemiskinan. Selain itu para

Page 14: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

2

wirausahawan ini juga memiliki peran yang sangat besar terhadap kemajuan suatu

bangsa karena melalui tangan merekalah perekonomian bangsa dikendalikan.

Melalui kreativitas dan ide-ide inovatif mereka mampu mengubah sumberdaya

yang ada menjadi produk memiliki nilai tambah yang lebih tinggi. Sehingga

pendapatan negara njadi meningkat yang pada akhirnya berdampak pada

kesejahteraan masyarakat.

Wirausahawan ini tidak hanya mereka yang memiliki perusahaan besar, tapi

masyarakat yang memiliki usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) juga

memiliki peran yang besar. Sebagaimana yang pernah terjadi pada saat Indonesia

mengalami krisis pada tahun 1997-1998. Banyak perusahaan besar yang tumbang

terutama di sektor perbankan, properti, dan pabrik berbahan baku impor. Namun

pengusaha kecil dan menengah telah mampu menyelamatkan bangsa Indonesia

dari krisis tersebut. Pengusaha ini mampu bertahan karena memproduksi barang

dan jasa dengan bahan baku dalam negeri dan berorientasi ekspor, tenaga kerja

yang efisien, dan biaya tetap yang kecil (Suharyadi et al. 2007). Menurut

Kementrian Koperasi dan UKM pada tahun 2012 jumlah UMKM di Indonesia

menduduki pangsa sebesar 99.99 % atau sekitar 56.53 juta unit dari total usaha

yang ada sedangkan sisanya yang 0.01 % adalah yang sering kita sebut sebagai

usaha besar (UB). Dari segi penyerapan tenaga kerja UMKM juga merupakan

penyerap tenaga kerja sekitar 97% dari tenaga kerja yang ada sedangkan usaha

besar hanya menyerap 3% tenaga kerja yang ada. Begitu besarnya peran UMKM

dalam ekonomi bangsa maka seharusnya pemerintah lebih berpihak kepada

UMKM tersebut.

Salah satu bentuk UMKM yang ada di Indonesia adalah pengrajin tempe.

Melalui proses yang sederhana usaha ini banyak dilakukan oleh masyarakat

pedesaan yang berkembang secara turun temurun (Cahyadi 2009). Tercatat dalam

BPS terdapat 115 ribu unit usaha tahu dan tempe di seluruh Indonesia, yang

kebanyakan tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Yogyakarta,

Lampung, Jakarta dan kota besar lainnya dengan skala produksi yang sangat

bervariasi satu sama lain. Konsumsi tempe sendiri di Indonesia telah mencapai 7.0

kilogram per kapita per tahun (Rovicky 2013). Hal ini tidak lain karena tempe

merupakan makanan berprotein tinggi dengan harga yang relatif lebih murah jika

dibanding sumber protein hewani seperti daging, telur, dan susu sehingga

permintaan di pasaran cukup tinggi.

Banyaknya pengrajin tempe yang ada di Indonesia tentu memerlukan

perhatian khusus agar keberlanjutan usaha dapat berjalan dengan baik. Salah

satunya berkaitan dengan ketersediaan bahan baku berupa kedelai. Produksi

kedelai nasional belum mampu memenuhi permintaan kedelai dalam negeri

sehingga diperlukan impor untuk memenuhinya. Data BPS menyebutkan bahwa

dalam setahun Indonesia hanya mampu memasok kedelai antara 780 ribu ton

hingga 974 ribu ton saja (Tabel 2). Padahal berdasarkan data Kementrian

Perdagangan tahun 2013 konsumsi kedelai di Indonesia dalam setahun mencapai

2.25 juta ton, padahal nasional mampu memasok kebutuhan kedelai hanya sekitar

780 ribu ton. Kekurangan pasokan sekitar 1.4 juta ton, ditutup dengan kedelai

impor dari Amerika Serikat (Nugrayasa 2013).

Page 15: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

3

Tabel 2 Produksi kedelai nasional tahun 2009-2013

Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ku/Ha) Produksi(Ton)

2009 722791 13.48 974512

2010 660823 13.73 907031

2011 622254 13.68 851286

2012 567624 14.85 843153

2013 550797 14.16 780163

Sumber : BPS 2014

Ketergantungan Indonesia terhadap impor kedelai ikut mempengaruhi

pengusaha tempe dalam menjalankan usahanya. Hal ini dikarenakan dari sekian

banyak konsumsi kedelai nasional tersebut sekitar 60 persen diolah menjadi tempe.

Sebagaimana yang terjadi pada bulan Agustus 2013, harga kedelai impor

mencapai Rp 9000 per kilogram dari harga sebelumnya yang hanya Rp 8000 dan

terus naik hingga mencapai Rp 12000 per kilogram di berbagai daerah pada bulan

November 2013. Permasalahan mahalnya harga kedelai tersebut membuat para

pengrajin tahu dan tempe terancam menghentikan produksinya. Untuk tetap

bertahan, beberapa pengrajin melakukan berbagai strategi, misalnya dengan

memperkecil ukuran dan volume hingga mencapai 50% dari biasanya, menaikkan

harga jual, mengurangi produksi, dan menerapkan diversifikasi produk.

Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten terluas kedua di Jawa Tengah

yang sampai sekarang masih menyandang predikat sebagai penghasil kedelai.

Data Litbang Jawa Tengah 2012 menunjukkan bahwa luas panen kedelai di

Kabupaten Grobogan mencapai 27 170 ha dengan produktivitas 2.39 ton/ha, serta

produksi total mencapai 65 755 ton. Produksi tersebut memberi kontribusi

43.15 % terhadap produksi kedelai regional Jawa Tengah, atau 7.72 % terhadap

produksi kedelai nasional (BPTP Jateng 2013).

Potensi besar tersebut menjadikan pengrajin tempe yang berada di

Kabupaten Grobogan memiliki keunggulan komparatif berupa ketersediaan bahan

baku. Dengan harga kedelai lokal yang relatif lebih murah dibanding kedelai

impor menjadi kekuatan bagi para pengrajin untuk bertahan ketika harga impor

terlalu tinggi serta dapat mengembangkan usahanya menjadi lebih besar dibanding

pengrajin tempe daerah lain yang tidak memiliki keunggulan komparatif .

Selain keunggulan komparatif banyak faktor lain yang juga mempengaruhi

perkembangan suatu usaha. Salah satunya adalah adanya faktor internal berupa

motivasi dan perilaku usaha dari pelaku usaha. Hal tersebut merupakan modal

awal untuk mengembangkan sebuah usaha maka kajian penelitian ini diarahkan

untuk mengetahui hubungan antara perilaku wirausaha terhadap kinerja usaha

yang dijalankan. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat membantu

pemerintah khususnya di Kabupaten Grobogan untuk melakukan kebijakan-

kebijakan yang sesuai untuk membantu mengembangkan usaha pengrajin tempe

yang ada di daerah tersebut.

Page 16: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

4

Perumusan Masalah

Sektor pertanian merupakan sektor primer yang amat strategis bagi

Kabupaten Grobogan karena memberi kontribusi 43.6% dari Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Grobogan setiap tahun. Dengan demikian

pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten Grobogan amat tergantung pada

kinerja sektor pertanian (Dinpertan 2013). Namun peningkatan produksi dalam

rangka mencapai swasembada pangan semata tentunya kurang menguntungkan,

hingga akhirnya perlu diperhatikan pula pengembangan hasil produksi pertanian

yang mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi.

Tempe yang merupakan salah satu produk pengembangan hasil pertanian

komoditas kedelai memiliki andil juga dalam meningkatkan pendapatan

masyarakat khususnya di Kabupaten Grobogan. usaha tempe terbukti mampu

membawa dampak bagi kesejahteraan masyarakat, sehingga terdapat perbedaan

yang cukup signifikan antara petani biasa dengan pengrajin tempe. Perbedaan

tersebut dapat terlihat jelas dari kepemilikikan investasi berupa rumah yang lebih

baik dan kehidupan yang terlihat lebih sejahtera. Sehingga perlu diketahui

karakteristik pengrajin tempe yang berada di Kabupaten Grobogan baik berupa

karakteristik individu ataupun usaha yang dimiliki.

Para pengrajin tempe yang ada di Kabupaten Grobogan tersebut termasuk

dalam pelaku usaha yang masih tetap eksis melakukan usahanya meskipun harga

kedelai sebagai bahan baku pembuatan tempe mengalami kenaikan. Bahkan

ketika penrajin tempe didaerah lain banyak yang gulung tikar karena mahalnya

kedelai justru mereka tetap mampu memenuhi permintaan konsumen dengan

harga yang tetap. Beberapa pengrajin menanggapinya dengan mengubah ukuran

tempe sedangkan yang lain mengubah harga tempe mereka, bahkan ada juga yang

mencampurnya menggunakan bahan tambahan alternatif.

Semangat yang telah dimilikinya pengrajin tempe di Kabupaten Grobogan

terbukti menjadikan mereka mampu menguasai pasar sampai di kabupaten/kota

sekitarnya seperti Pati, Demak, Semarang, Kudus, Blora, Sragen, dan Solo.

Bahkan tempe Grobogan pernah populer di kalangan masyarakat luar kota karena

rasa yang enak dan tahan lama. Hingga bermunculan di setiap produk tempe

dengan merek “Tempe Bersemi Grobogan” untuk menarik konsumen.

Keuletan yang dilakukan oleh pengrajin tempe di Kabupaten Grobogan

merupakan salah satu ciri perilaku dari seorang wirausaha yang dalam berbagai

penelitian dipengaruhi oleh karakteristik usaha dan individu pengrajin.

Karakteristik yang dimiliki pengrajin tentunya ikut berperan dalam membentuk

perilaku wirausahanya dan perilaku wirausaha tersebut diduga memiliki hubungan

dengan kinerja usaha yang dicapai oleh para pengrajin tempe sehingga dapat

bertahan dan mampu menguasai pasar di kota sekitarnya. Sehingga pada

penelitian ini dititikberatkan pada :

1. Bagaimana karakteristik pengrajin tempe di Kabupaten Grobogan?

2. Bagaimana perilaku wirausaha serta kinerja usaha yang dimiliki pengrajin

tempe di Kabupaten Grobogan?

3. Bagaimana hubungan antara perilaku wirausaha dengan kinerja usaha

pengrajin tempe di Kabupaten Grobogan?

Page 17: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

5

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapat gambaran tentang

hubungan yang terjadi antara perilaku kewirausahaan dengan kinerja usaha.

Secara lebih rinci tujuan tersebut adalah untuk :

1. Mendeskripsikan karakteristik pengrajin tempe di Kabupaten Grobogan

2. Menjelaskan perilaku wirausaha dan kinerja usaha yang dimiliki pengrajin

tempe di Kabupaten Grobogan

3. Menganalisis hubungan antara perilaku wirausaha dengan kinerja usaha

pengrajin tempe di Kabupaten Grobogan

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah :

1. Bagi mahasiswa

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan untuk menambah

wawasan serta rujukan dalam mempelajari perilaku wirausaha pengrajin

tempe serta pengaruhnya terhadap keberhaslan usaha.

2. Bagi masyarakat umum

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi pelajaran dan bahan masukan

bagi masyarakat yang ingin mengembangkan usahanya dengan pendekatan

perilaku wirausaha.

3. Bagi pemerintah

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan evaluasi terhadap segala

kebijakan yang telah dibuat ataupun yang akan dibuat untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat khususnya para pengrajin tempe melalui pelatihan

kewirausahaan.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi dalam cakupan analisis hubungan dari perilaku

wirausaha terhadap kinerja usaha pengrajin tempe di Kabupaten Grobogan.

Perilaku wirausaha yang diteliti meliputi pengetahuan wirausaha, sikap wirausaha,

dan keterampilan wirausaha. Selanjutnya untuk kinerja usaha yang diteliti

meliputi peningkatan jumlah pelanggan, kecenderungan loyalitas pelanggan,

perluasan pangsa pasar, dan peningkatan pendapatan. Kinerja usaha yang diteliti

tersebut kemudian dikelompokkan dalam dua kategori yaitu pertumbuhan usaha

dan penerimaan usaha. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis statistik deskriptif dan analisis korelasi Pearson.

TINJAUAN PUSTAKA

Pembahasan mengenai kewirausahaan khususnya perilaku wirausaha telah

banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Di antaranya adalah

Page 18: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

6

penelitian yang dilakukan oleh Dirlanudin (2010) yang menyatakan bahwa kinerja

pengusaha kecil industri agro dipengaruhi secara nyata oleh perilaku wirausaha

dan keberdayaan. Dimana perhitungan menunjukkan perilaku wirausaha dan

keberdayaan berpengaruh langsung yang bernilai positif terhadap keberhasilan

usaha kecil industri agro masing-masing 0.35 dan 0.16 pada taraf nyata 0.05.

Dirlanudin menambahkan bahwa para pengusaha kecil industri agro relatif

memiliki sikap yang baik yaitu: (1) tanggap dalam merespon keluhan

pelanggannya, (2) luwes terhadap pesaing usaha yang sejenis, (3) luwes dalam

menghadapi pemasok bahan baku, (4) memilki komitmen dalam bisnis, (5)

berdisiplin, (6) dapat dipercaya dalam menjalankan bisnisnya, (7) tekun dalam

menjalankan usahanya, (8) punya kecenderungan untuk mengutamakan kualitas,

(9) berani mengambil resiko atas usaha industri agro yang ditekuninya, (10)

memiliki keyakinan akan kinerja dalam berusaha di bidang industri agro, (11)

mengutamakan tambahan modal atas hasil usahanya, dan (12) tidak mau

menggunakan modal usaha untuk kepentingan lain yang tidak produktif.

Selain itu hasil penelitian Hardian (2011) terhadap perilaku wirausaha

pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor menyatakan bahwa

pengetahuan sebagian besar pedagang berada dalam kategori sangat tinggi,

sedangkan sikap berada pada kategori tinggi, keterampilan berada dalam kategori

rendah, dan perilaku wirausaha berada dalam kategori tinggi. Unsur-unsur

perilaku wirausaha yang dominan terhadap perilaku wirausaha pedagang adalah

pengetahuan dan sikap wirausaha pedagang martabak itu sendiri. Karakteristik

pedagang yang mempengaruhi perilaku wirausaha pedagang martabak manis

adalah jumlah tanggungan keluarga dan lama berdagang. Sehingga semakin

banyak tanggungan keluarga maka semakin tinggi perilaku wirausaha yang

dimiliki pedagang. Demikian halnya dengan lama berdagang, semakin lama

pedagang berdagang maka semakin tinggi perilaku wirausahanya.

Yuliandini (2000) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi perilaku kewirausahaan pedagang bakso sapi keliling di Kota

Bogor. Faktot-faktor tersebut diantaranya pendidikan, pengalaman usaha,

motivasi, dan lokasi usaha. Faktor tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap

perilaku kewirausahaan dengan nilai F = 35.24 pada taraf signifikasi 0.01. Satya

(2010) menyebutkan bahwa sikap dan norma subyektif bersama-sama

berpengaruh terhadap peningkatan intensi untuk menjadi wirausaha sukses.

Penelitian yang dilakukan oleh Warnaningsih (2011) menerangkan bahwa

sikap kewirausahaan menjadi tidak berpengaruh terhadap keberhasilan usaha jika

tidak diwujudkan dalam tindakan secara nyata. Dominasi pengambilan keputusan

dan pengelolaan pada beberapa pihak, adanya peraturan yang mengikat,

kewajiban mengutamakan kepentingan bersama, serta dukungan pemerintah

membatasi anggota secara individu untuk melakukan pengembangan usaha secara

mandiri dengan sikap-sikap kewirausahaan yang dimiliki.

Penelitian terhadap usaha tempe sebelumnya menyebutkan bahwa

permasalahan yang dihadapi pengrajin tahu dan tempe dalam mengembangkan

usahanya adalah kurangnya fasilitas permodalan, keterbatasan jejaring pemasaran,

rendahnya tingkat produktifitas, kualitas sumber dayapengrajin yang rendah,

peran kelembagaan kurang optimal (Murhardjani 2004).

Page 19: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

7

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Wirausaha

Wirausaha merupakan kelompok orang istimewa karena dari merekalah

sumber inovasi dan ide-ide kreatif datang. Untuk mengetahui lebih jauh tentang

kewirausahaan Sudjatmoko (2009) menjelaskan bahwa secara etimologi,

wirausaha berasal dari bahasa sansekerta, yaitu wira dan usaha. Wira berarti

manusia unggul, teladan, berbudi luhur, berjiwa besar, berani, pahlawan kemajuan,

dan memiliki keagungan watak. Usaha berarti upaya yang dilakukan untuk

mendapatkan manfaat atau keuntungan. Sedangkan wiraswasta juga berasal dari

bahasa sangsekerta yang terdiri dari kata wira, swa, dan sta. Wira berarti manusia

unggul, teladan, berbudi luhur, berjiwa besar, berani, pahlawan kemajuan, dan

memiliki keagungan watak. Swa berarti sendiri dan sta berarti berdiri.

Dalam berbagai tulisan terdapat istilah yang saling bergantian antara

wiraswasta dan wirausaha. Terdapat pandangan yang menyatakan bahwa

wiraswasta sebagai pengganti dari entrepreneur. Ada juga pandangan istilah

entrepreneur digunakan wirausaha, sedangkan untuk istilah entrepreneurship

untuk kewirausahaan. Akhirnya disimpulkan bahwa wiraswasta sama dengan

wirausaha. Wirausaha merupakan istilah yang berasal dari bahasa Perancis

entrepreneur kemudian diterjemahan ke dalam bahasa Inggris dengan arti between

taker atau go-between. Pengertian wirausaha menurut Joseph Schumpeter adalah

Entrepreneur as the person who destroys the existing economic order by

introducing new products and services, by creating new forms of organization, or

by exploiting new raw materials (Bygrave 1994). Jadi menurut Joseph,

Entrepreneur atau wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang

ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru. Orang tersebut

melakukan usahanya melaluiorganisasi bisnis yang baru ataupun bisnis yang

sudah ada (Alma 2010). Lebih lanjut Alma juga menjelaskan bahwa terdapat

perbedaan fokus antara keduanya. Wiraswasta lebih fokus pada objek, ada usaha

yang mandiri, sedangkan wirausaha lebih menekankan pada jiwa, semangat,

kemudian diaplikasikan dalam segala aspek kehidupan.

Wirausaha pada prinsipnya memiliki makna yang khas yaitu mencerminkan

karakter yang tekun dan giat dalam bekerja atau berusaha, mampu mengambil

prakarsa dari peluang usaha dengan mengandalkan kemampuan orang lain, berani

mengambil resiko kerugian atau kegagalan tanpa harus putus asa namun bertindak

sebagai motivator dan inovator (Pambudy 1999). Secara sederhana arti

wirausahawan adalah orang yang memiliki jiwa berani mengambil risiko untuk

membuka usaha dalam berbagai kesempatan (Kasmir 2006).

Alma (2010) menyebutkan bahwa wirausaha (entrepreneur) memiliki

karakteristik sebagai berikut :

1. Memiliki disiplin tinggi

2. Selalu awas terhadap tujuan yang hendak di capai

3. Selalu mendengarkan rasa intuisinya

4. Sopan pada orang lain

5. Mau belajar apa saja yang memudahkan ia mencapai tujuan

Page 20: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

8

6. Mau belajar dari kesalahan

7. Selalu mencari peluang baru

8. Memiliki ambisi, berpikiran positif

9. Senang menghadapi resiko dengan membuat perhitungan yang matang

sebelumnya

BN. Marbun (1993) menyebutkan bahwa untuk menjadi seorang

wirausahawan harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Tabel 3 Ciri-ciri wirausaha menurut Marbun

Ciri-ciri Watak

Percaya diri 1. Kepercayaan (Keteguhan)

2. Ketidaktergantungan, kepribadian

mantab

3. Optimism

Berorientasikan tugas

dan hasil

1. Haus akan prestasi

2. Berorientasi laba atau hasil

3. Tekun dan tabah

4. Tekad, kerja keras, motivasi

5. Energik

6. Penuh inisiatif

Pengambil resiko 1. Mampu mengambil resiko

2. Suka pada tantangan

Kepemimpinan 1. Mampu memimpin

2. Dapat bergaul dengan orang lain

3. Menanggapi saran dan kritik

Keorisinilan 1. Inovatif

2. Kreatif

3. Fleksibel

4. Banyak sumber

5. Serba bisa

6. Mengetahui banyak

Berorientasi ke masa

depan

1. Pandangan ke depan

2. Perseptif

Manurung (2006) juga menjelaskan bahwa wirausaha mempunyai empat

karakteristik yang meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) menjalankan sebuah bisnis

yang mempunyai kemungkinan menghasilkan keuntungan; (2) berani

menanggung resiko bisnis tersebut di masa mendatang; (3) bisnis yang sedang

ditekuni akan mempunyai kesempatan bertumbuh; (4) perusahaan akan membuat

inovasi dan terjadi kapitalisasi bisnis tersebut.

Kasmir (2006) juga menyebutkan bahwa terdapat ciri wirausha yang

berhasil yaitu :

Page 21: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

9

1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas

2. Inisiatif dan selalu proaktif

3. Berorientasi pada prestasi

4. Berani mengambil resiko

5. Kerja keras

6. Bertanggung jawab

7. Komitmen yang tinggi

8. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak.

Perilaku Wirausaha

Kurt Lewin (1951, dalam Brigham 1991) merumuskan suatu model perilaku

(B) adalah fungsi karakteristik individu (P) dan lingkungan (E). Yaitu

B = ( ) Model tersebut menggambarkan bahwa prilaku dapat terbentuk karena dua

unsur yaitu karakteristik individu dan lingkungannya. Karakteristik individu

meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepibadian, dan sifat

yang saling berinteraksi satu sama lain yang kemudian berinteraksi pula dengan

faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan lebih

besar dalam menentukan perilaku, bahkan kadang lebih besar dari karakteristik

individu (Azwar 2013).

Rakhmat (2003) menyatakan bahwa karaktersistik yang mempengaruhi

perilaku manusia dapat dibedakan menjadi tiga komponen, yaitu : komponen

afektif yang merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis, komponen

kognitif yang berkaitan dengan aspek intelektual manusia yaitu tentang apa yang

diketahui manusia, dan kompnen konaktif yang berhubungan dengan kebiasaan

dan kemauan bertindak.

Lunardi (1981) juga menyebutkan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi

oleh sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimilikinya serta dalam hal

tertentu dipengaruhi juga oleh material yang tersedia (Gambar 1).

Gambar 1 Unsur perilaku manusia

Kast dan Rosenzweig (1995) berpendapat bahwa unsur perilaku terdiri atas

perilaku yang tak tampak seperti pengetahuan (cognitive) dan sikap mental

(affective), serta perilaku yang tampak seperti keterampilan (psychomotoric) dan

tindakan nyata (action). Gabungan dari atribut biologis, psikologis dan pola

perilaku aktual menghasilkan kepribadian (character) yakni kombinasi yang

kompleks dari sifat-sifat mental, nilai-nilai, sikap kepercayaan, selera, ambisi,

minat, kebiasaan, dan ciri-ciri lain yang membentuk suatu diri yang unik (unique

self).

Perilaku

Sikap Pengetahuan Keterampilan Material

Page 22: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

10

Lebih jauh lagi Bird (1996) menjelaskan bahwa terdapat empat elemen yang

membentuk perilaku wirausaha yaitu: (1) faktor individu merupakan kondisi

orang-orang yang ada dalam organisasi, (2) faktor organisasi menyangkut kondisi

internal, keberadaan serta daya tahan lembaga tersebut, (3) faktor lingkungan

merupakan faktor yang berada di luar organisasi dan dapat mempengaruhi

keberadaan organisasi, dan (4) faktor proses, sebagai aktivitas kerja yang terjadi

dalam organisasi termasuk terjadinya interaksi antara individu yang satu dengan

yang lainnya.

Pengetahuan Wirausaha

Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali

atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus, dan

sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya (Sudijono

2006). Pengetahuan akan mendukung dalam kinerja suatu usaha terutama

pengetahuan yang berkaitan dengan keadaan usaha tersebut. Setidaknya seorang

wirausaha harus memiliki pengetahuan terkait diri sendiri, barang yang diproduksi,

dan keadaan pasar yang dituju.

Selain hal tersebut seorang wirausaha modern juga harus memiliki

pengetahuan manajeral yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan usaha.

Setidaknya terdapat empat fungsi manajemen yaitu planning (perencanaan),

organizazing (mengatur organisasi) ,coordinating (koordinasi), dan controlling

(pengawasan) (Alma 2008). Perencanaan diperlukan agar pengusaha dapat fokus

dalam mencapai keberhasilan yang ditargetkan, organisasi diperlukan agar terjadi

kerjasama yang solid antata pemilik dengan karyawannya. Koordinasi juga

diperlukan agar tidak terjadi salah paham antar karyawan dan majikan selanjutnya

pengawasan diperlukan untuk mengontrol setiap kinerja dari perusahaan tersebut.

Sikap Wirausaha

Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan

perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi.

Sikap merupakan respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus.

Lima pengertian sikap menurut Rakhmat (2001) yaitu: Pertama, sikap adalah

kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi

objek, ide, situasi, atau nilai. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat,

gagasan atau situasi, atau kelompok. Kedua, sikap mempunyai daya penolong atau

motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah

orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai,

diharapkan, dan diinginkan, dan apa yang harus dihindari. Ketiga, sikap lebih

menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik kelompok cenderung

dipertahankan dan jarang mengalami perubahan. Keempat, sikap mengandung

aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak

menyenangkan. Kelima, sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir,

tetapi merupakan hasil belajar. Maka dari itu sikap dapat diperteguh atau diubah.

Menurut Suharyadi et al (2006) seorang wirausahawan memiliki sikap yang

dapat dilihat dari kegiatannya sehari-hari, yaitu sebagai berikut ;

1. Disiplin

Dalam menjalankan kegiatannya seorang wirausahawan harus memiliki

kedisiplinan yang tinggi. Arti kata disiplin tersebut adalah ketepatan komitmen

Page 23: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

11

wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang dimaksud

bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu kualitas, sistem kerja dan

sebagainya. Ketepatan waktu dapat dibina dengan berusaha menyelesaikan

pekerjaan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Ketaatan wirausaha akan

kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari kedisiplinan kualitas

pekerjaan dan sistem kerja.

2. Komitmen tinggi

Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu yang telah dibuat

seseorang, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Komitmen terhadap

dirinya sendiri dapat dibuat dengan mengidentifikasi cita-cita, harapan dan target-

target yang direncanakan dalam hidupnya. Contoh sikap komitmen wirausahawan

terhadap orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang

berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga

produk yang ditawarkan dan sebagainya.

3. Jujur

Kejujuran merupakan landasan moral yang terkadang dilupakan oleh

seorang wirausahawan. Kejujuran mengenai karakteristik produk yang ditawarkan,

kejujuran mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purna

jual yang dijanjikan, dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait dengan

penjualan produk yang dilakukan oleh wirausahawan.

4. Kreatif dan inovatif

Seseorang wirausahawan harus memiliki kreatifitas yang tinggi untuk

memenangkan persaingan. Daya kreatifitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara

berfikir yang maju dan dipenuhi oleh gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan

produk yang telah ada di pasaran.

5. Mandiri

Seseorang dikatakan mandiri jika orang tersebut dapat melakukan keinginan

dengan baik tanpa adanya ketergantungan pada pihak lain dalam mengambil

keputusan atau tindakan, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya tanpa adanya

ketergantungan pihak lain.

6. Realistis

Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta

atau realita sebagai landasan berfikir yang rasional dalam setiap pengambilan

keputusan maupun tindakan atau perbuatannya.

Keterampilan Wirausaha

Dalam kamus besar bahasa Indonesia keterampilan diartikan sebagai

kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Dengan pengertian tersebut maka

keterampilan wirausaha adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk

menyelesaikan tugasnya dalam menjalankan usahanya. Keterampilan

berhubungan dengan kerja fisik anggota badan terutama tangan, kaki dan mulut

(suara) untuk bekerja (Pambudy 1999).

Dalam menganalisis keterampilan untuk mengelola sebuah usaha produksi

maka secara umum keterampilan yang harus dimiliki adalah keterampilan teknis

dan manajerial yang berhubungan dengan usaha tersebut. Keterampilan teknis

meliputi kemampuan membuat produk, memasarkan produk dan sebagainya.

Sedangkan keterampilan manajerial meliputi perencanaan usaha, keuangan,

Page 24: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

12

mengelola SDM dan sebagainya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Wibowo

(2002) bahwa sukses tidaknya suatu usaha pada dasarnya tidak tergantung pada

besar kecilnya ukuran usaha, tetapi lebih dipengaruhi oleh bagaimana

mengelolanya. Kelemahan yang sering dijumpai pada usaha kecil yang gagal

adalah dalam keorganisasian, keuangan, administrasi, pembukuan, dan pemasaran.

Sehingga diperlukan keterampilan tersebut agar usaha dapat berjalan dengan baik.

Kinerja Usaha

Kinerja merupakan salah satu langkah yang digunakan untuk mengukur

keberhasilan suatu usaha (Riyanti 2003). Kinerja dapat didefinisikan sebagai

tingkat pencapaian hasil atau tujuan suatu perusahaan atau organisasi. Kinerja

sebuah organisasi dapat diukur dengan memperhatikan tiga hal, yaitu

produktivitas, yang diukur melalui perubahan output kepada perubahan disemua

sektor input, perubahan ditingkat kepegawaian, dan rasio finansial.

Menurut Day (1990), performance outcomes (kinerja) perusahaan meliputi:

(1) satisfaction (kepuasan) artinya semakin banyak pihak-pihak yang merasa

terpuaskan oleh keberadaan perusahaan itu, seperti pelanggan, pemilik saham,

karyawan, pemberi pijaman, pemasok dan pemerintah; (2) loyality (loyalitas),

menyangkut kesetiaan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan oleh

perusahaan sehingga mereka tidak berpindah dalam pembelian pada produk

perusahaan lain; (3) market share (pangsa pasar), dalam hal ini sejauh mana

perusahaan tersebut mampu untuk terus meningkatkan dan memperluas pangsa

pasarnya bahkan mampu menjadi pemimpin pasar; dan (4) profitability

(peningkatan pendapatan), suatu perusahaan dikatakan berhasil dalam usahanya

dan menunjukkan kinerja yang baik jika secara bertahap terus memperlihatkan

peningkatan profit yang signifikan. Selanjutnya Day menyebutkan bahwa

performance outcomes yang menunjukkan tercapainya pertumbuhan dan

keuntungan dipengaruhi oleh positions of advantage yang meliputi: nilai

pelanggan yang superior dan biaya yang relatif rendah. Selain itu positions of

advantage juga menentukan sources of advantage yang meliputi: keahlian yang

superior, sumber-sumber yang superior dan sistem kendali yang superior. Namun

demikian sources of advantage akan terwujud bila ada investasi terus-menerus

yang diambil dari performance outcomes.

Riyanti (2003) mengemukakan bahwa kriteria kinerja usaha kecil

menunjukkan peningkatan dalam akumulasi modal, jumlah produksi, jumlah

pelanggan, perluasan usaha, dan perbaikan sarana fisik. Di samping itu kepuasan

kerja juga dapat menjadi salah satu tolok ukur kinerja karena kepuasan kerja

merupakan prakondisi bagi tingkat produktivitas, tanggung jawab, kualitas dan

customer service.

Lebih lanjut perusahaan yang berkembang dan mampu merencanakan

suksesi menurut Zimmerer dan Scarborough (2005) ditentukan oleh (1)

kepemimpinan dalam perekonomian baru, artinya wirausahawan harus mampu

mempengaruhi dan memberikan semangat pada orang lain untuk bekerja dalam

mencapai tujuan perusahaan dan kemudian memberikan mereka kekuasaan dan

kebebasan dalam mencapainya. Selain itu wirausahawan juga harus mampu

bertindak tepat dalam menghadapi segala kemungkinan perubahan perekonomian;

(2) mempekerjakan karyawan yang tepat, dalam hal ini menerima karyawan baru

merupakan hal yang penting. Untuk menghindari kesalahan penerimaan

Page 25: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

13

wirausahawan harus mengembangkan deskripsi pekerjaan dan spesifikasi yang

berarti, merencanakan dan melaksanakan wawancara yang efektif dan memeriksa

referensi sebelum menerima karyawan manapun; (3) membentuk budaya dan

struktur organisasi secara tepat. Budaya perusahaan adalah kode pelaksanaan

khusus dan tak tertulis yang mengatur tingkah laku, sikap, hubungan, dan gaya

organisasi. Budaya timbul dari pencarian tatanan nilai inti yang konsisten oleh

wirausahawan yang dipercaya semua orang dalam perusahaan tersebut; dan (4)

mengatasi tantangan dalam memotivasi pekerja.

Pengrajin Tempe

Tempe merupakan makanan tradisional yang telah lama dikenal di

Indonesia. Menurut Cahyadi (2009) tempe adalah makanan yang dihasilkan dari

proses fermentasi kapang golongan Rhizopus. Pembuatan tempe membutuhkan

bahan baku kedelai. Melalui proses fermentasi, komponen-komponen nutrisi yang

kompleks pada kedelai dicerna oleh kapang dengan reaksi enzimatis dan

dihasilkan senyawa-senyawa yang lebih sederhana.

Pengrajin tempe merupakan orang-orang yang menjalankan usaha

pembuatan tempe baik usaha tersebut milik sendiri maupun hanya sebagai buruh.

Para pengrajin ini kebanyakan menjalankan usahanya hanya untuk menguasai

pasar regional di tingkat desa, kecamatan dan paling besar lingkup kabupaten. Hal

ini dikarenakan umur simpan tempe yang tidak begitu lama serta banyaknya

pengusaha tempe yang ada di masing-masing daerah.

Kerangka Pemikiran Operasional

Grobogan sebagai kabupaten yang memiliki potensi besar dalam

memproduksi kedelai berdampak juga terhadap perilaku masyarakat yang ada di

dalamnya. Sebagian besar penduduknya memang bermatapencaharian sebagai

petani, namun ada sebagian orang yang melihat peluang besar potensi daerahnya

berprofesi sebagai pengusaha. Pengusaha yang memanfaatkan kekayaan alam

berupa kelimpahan kedelai ini salah satunya adalah pengrajin tempe.

Dalam penelitian ini akan dikaitkan antara perilaku wirausaha pengrajin

tempe di Kabupaten Grobogan dengan kinerja usaha yang dilakukannya. Perilaku

manusia sebagaimana pendapat Kurt Lewin (1951, dalam Brigham, 1991) adalah

fungsi dari faktor internal berupa karakteristik individu dan faktor eksternal

berupa keadaan lingkungan.

Berdasarkan berbagai teori dari para ahli yang telah disampaikan

sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa dalam menganalisis perilaku

setidaknya harus ada tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Selanjutnya dari setiap aspek akan dijabarkan menjadi lebih luas untuk ditanyakan

kepada responden berupa pertanyaan terbuka ataupun tertutup.

Pengetahuan wirausaha tempe ditanyakan kepada responden dengan

mengacu pada pengetahuan tentang manajerial dan pengetahuan teknis dalam

menjalankan usaha tempe. Sikap wirausaha yang menjadi bahan penelitian adalah

sebagaimana yang dikemukakan oleh suharyadi et al (2006) yaitu disiplin,

komitmen tinggi, jujur, kreatif dan inovatif, mandiri, realistis. Sedangkan untuk

mengukur keterampilan wirausaha hal yang diukur adalah keterampilan dalam

Page 26: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

14

memproduksi tempe, keterampilan memasarkan produk, serta keterampilan dalam

mengatur keuangan. Ketiga hal tersebut diperoleh setelah melakukan pengamatan

lapang dan merupakan keterampilan minimal yang harus dimiliki oleh pengrajin

tempe agar usahanya dapat berjalan dengan baik.

Selanjutnya untuk mengetahui kinerja usaha para pengrajin tempe di

Kabupaten Grobogan digunakan pendekatan dengan teori yang dijelaskan oleh

Day (1990), dimana kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari hal-hal berikut

yaitu : (1) satisfaction (kepuasan) artinya semakin banyak pihak-pihak yang

merasa terpuaskan oleh keberadaan perusahaan itu. Hal ini dapat berimplikasi

pada penambahan jumlah pelanggan yang akan membeli produk dari perusahaan

tersebut yang dalam penelitian ini adalah pelanggan dari pengrajin tempe; (2)

loyality (loyalitas), menyangkut kesetiaan pelanggan terhadap produk yang

dihasilkan oleh perusahaan sehingga mereka tidak berpindah dalam pembelian

pada produk perusahaan lain; (3) market share (pangsa pasar), dalam hal ini

sejauh mana perusahaan tersebut mampu untuk terus meningkatkan dan

memperluas pangsa pasarnya bahkan mampu menjadi pemimpin pasar; dan (4)

profitability (peningkatan pendapatan). Ukuran kinerja usaha kemudian

dikelompokkan dalam dua kategori yaitu peningkatan usaha dan penerimaan

usaha. Secara sederhana kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Grobogan. Pemilihan lokasi

dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Grobogan merupakan daerah

sentra penghasil kedelai sebagai bahan baku pembuatan tempe di Jawa Tengah.

Pengambilan data lapang dilakukan pada bulan Februari dan Maret 2014.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini berusaha menganalisis tentang perilaku wirausaha pengrajin

tempe di Kabupaten Grobogan dan hubungannya terhadap kinerja usaha yang

dijalankannya. Maka dari itu, metode yang digunakan adalah deskriptif metode

survei. Nazir (2003) menyebutkan bahwa metode survei adalah penyelidikan yang

diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari

keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari

suatu kelompok ataupun suatu daerah. Survei dilakukan dengan mendatangi

langsung para pengrajin tempe ke tempat berproduksi kemudian mewawancarai

pengrajin dengan kuesioner yang telah disiapkan.

Page 27: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

15

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional

Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang akan diduga.

Dalam hal ini maka yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh pengrajin

tempe yang berada di Kabupaten Grobogan. Sedangkan sampel adalah bagian

suatu subjek atau objek yang mewakili populasi. Pada penelitian ini jumlah

sampel yang diambil sebanyak 31 orang pengrajin tempe.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling

yaitu pengambilan sampel dengan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

tertentu. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh pengrajin tempe

yang berada di Dusun Pedak Desa Menduran Kecamatan Brati. Hal ini dilakukan

dengan pertimbangan bahwa Dusun Pedak adalah salah satu daerah sentra

Kabupaten Grobogan sebagai kabupaten pemasok

kedelai di Jawa Tengah

Keterampilan Wirausaha

1. Berproduksi

2. Memasarkan produk

3. Mengelola keuangan

Perilaku Wirausaha

Pengrajin tempe mampu menguasai pesar di

kabupaten/kota sekitar

Pengetahuan Wirausaha

1. Pengetahuan

Teknis

2. Pengetahuan

manajerial

Kinerja Usaha

1. Pertumbuhan usaha

2. Penerimaan usaha

Kesejahteraan pengusaha

Sikap Wirausaha

1. Disiplin

2. Komitmen tinggi

3. Jujur

4. Kreatif dan inovatif

5. Mandiri

6. Realistis

Page 28: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

16

pengrajin tempe yang ada di Kabupaten Grobogan. Selain itu juga dipilih satu

orang sampel yang memiliki usaha tempe percontohan yaitu ketua PRIMKOPTI

Kabupaten Grobogan.

Instrumen Pengukuran Peubah

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur

dan memperoleh data terhadap variabel penelitian yang dipermasalahkan. Dalam

ilmu sosial instrumen penelitian berupa pertanyaan yang disertai jawaban

alternatif atau tanpa jawaban alternatif (Tika 2006). Secara ringkas instrumen

yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Kisi-kisi instrumen penelitian

Variabel Sub variable Indikator Jumlah

Item

Perilaku

wirausaha (X)

1. Pengetahuan a. Pengetahuan

teknis

b. Pengetahuan

manajerial

10

10

2. Sikap a. Disiplin

b. komitmen tinggi

c. jujur

d. kreatif dan inovatif

e. mandiri

f. realistis

5

5

4

5

5

4

3. Keterampilan a. produksi

b. memasarkan

produk

c. mengatur

keuangan

4

5

4

Kinerja usaha

(Y)

1. Pertumbuhan

usaha

a. Peningkatan

pelanggan

b. Loyalitas pelanggan

c. Perluasan pangsa

pasar

d. Peningkatan

keuntungan

2

1

3

2

2. Penerimaan usaha a. Jumlah

produksi/hari (kg) x

harga per Kg

1

Page 29: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

17

Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukuran yang digunakan

mampu mengukur apa yang ingin diukur. Selanjutnya reliabilitas menunjukkan

sejauh mana hasil pengukuran yang digunakan relatif konsisten jika pengukuran

diulang beberapa kali. Uji validitas dan reliabilitas merupakan suatu yang penting

dalam penelitian sosial untuk menunjukkan ketepatan dan kekonsistenan dari

kuesioner yang dipakai sehingga dapat meyakinkan bagi pembacanya dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Uji validitas pada penelitian ini diukur dengan menggunakan Product

momen person yang dijalankan melalui software SPSS 16.0. Instrumen dikatakan

valid jika jika r hitung > 0.361 dengan responden 30 orang. Dari hasil tersebut

terdapat pertanyaan yang ternyata tidak valid, sehingga beberapa pertanyaan

dalam kuesioner perlu dihilangkan. Sedangkan uji reliabilitas menggunakan

Cronbach’s Alpha dimana instrument dikatakan reliabel jika nilai Cronbach's

Alpha > 0.6. kedua jenis pengujian tersebut dijalankan dengan menggunakan

software SPSS 16.0. Hasil dari uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Hasil uji reliabilitas kuesioner

Instrumen Cronbach's Alpha Keterangan

Sikap wirausaha 0.867 Reliabel

Keterampilan wirausaha 0.680 Reliabel

Kinerja usaha 0.857 Reliabel

Keseluruhan 0.918 Reliabel

Pengumpulan Data

Data adalah sekumpulan bukti atau fakta yang dikumpulkan dan disajikan

untuk tujuan tertentu. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner

serta wawancara langsung kepada pengrajin tempe yang ada di Kabupaten

Grobogan. Wawancara dilakukan dengan langsung menemui responden yang

sedang di rumah dan membuat janji terlebih dulu dengan para responden yang

sedang tidak di tempat. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada kuesioner

yang telah dibuat sebelumnya. Pertanyaan meliputi pertanyaan terbuka dan

pertanyaan tertutup. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi

pemerintahan Kabupaten Grobogan seperti BPS, Dinas Perdagangan dan

Perindustrian, dan Primkopti Kabupaten Grobogan serta instansi lain yang

diperlukan untuk data penelitian.

Page 30: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

18

Metode Analisis Data

Metode pengolahan data dilakukan dengan dua pendekatan yaitu analisis

statistik deskriptif dan analisis korelasi Pearson. Analisis statistik deskriptif

merupakan analisis yang digunakan untuk menjelaskan keseluruhan data yang

telah diperoleh sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami. Analisis mampu

menjelaskan berbagai karakteristik data seperti rata-rata (mean), jumlah (sum)

simpangan baku (standard deviation), varians (variance), rentang (range), nilai

minimum dan maksimum dan sebagainya. Pada penelitian ini Analisis Deskriftif

digunakan untuk menjelaskan karakteristik pengrajin tempe termasuk perilaku dan

kinerja usahanya. Analisis dijalankan dengan menggunakan software Microsoft

Exel 2010.

Korelasi merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan

antara dua peubah atau lebih, arah dinyatakan dalam bentuk hubungan positif atau

negatif. Kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi

(Sugiyono 2007). Analisis Korelasi Person digunakan untuk melihat hubungan

antara dua variabel yang kedua variabel tersebut memiliki jenis data berbentuk

interval/rasio. Selain itu Nugroho juga menjelaskan bahwa jika sample data lebih

dari 30 dan kondisi normal sebaiknya menggunakan korelasi person (karena

memenuhi asumsi parametrik). Formula perhitungan korelasi ini ditemukan

pertama kali oleh Karl Pearson dan sering disebut juga sebagai Moment

Coefficient Correlation (Koefisien Korelasi Produk Moment). Teknik korelasi ini

paling banyak digunakan pada penelitian sosial dengan angka korelasi yang

disebut sebagai koefisien korelasi dinyatakan dalam lambang r. Model yang

digunakan dalam analisis ini adalah sebagai berikut :

∑( )

√( )(( )

Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :

H0 : Korelasi antara dua variabel adalah sama dengan 0

H1 : Korelasi antara dua variabel adalah tidak sama dengan 0

Menurut Nugroho (2005) hasil dari perhitungan r tersebut kemudian dapat

diinterpretasikan dengan pengelompokan keeratan sebagaimana yang terdapat

dalam Tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 6 Interpretasi keeratan nilai r

R Interpretasi

0.00-0.20 Sangat lemah

0.21-0.40 Lemah

0.41-0.70 Kuat

0.71-0.90 Sangat kuat

0.91-0.99 Sangat kuat sekali

1 Korelasi sempurna

Page 31: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

19

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Keadaan Geografis

Kabupaten Grobogan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah

dengan lahan pertanian yang luas. Ibu kota kabupaten berada di Kelurahan

Purwodadi Kecamatan Purwodadi. Secara geografis, wilayah Kabupaten

Grobogan terletak di antara 110o15’ BT – 111

o25’ BT dan 7

o LS - 7

o30’

LS dengan kondisi tanah berupa daerah pegunungan kapur, perbukitan, dan

dataran di bagian tengahnya. Wilayah Kabupaten Grobogan terletak di antara dua

pegunungan Kendeng yang membujur dari arah barat ke timur, dan berbatasan

dengan :

Sebelah Barat :Kabupaten Semarang dan Demak.

Sebelah Utara :Kabupaten Kudus, Pati dan Blora.

Sebelah Timur :Kabupaten Blora.

Sebelah Selatan :Kabupaten Ngawi, Sragen, Boyolali, dan

Kabupaten Semarang.

Berdasarkan hasil Evaluasi Penggunaan Tanah (EPT) tahun 1983

Kabupaten Grobogan mempunyai luas 1975.86 Ha dan merupakan kabupaten

terluas nomor 2 di Jawa Tengah setelah Kabupaten Cilacap. Jarak dari utara ke

selatan ± 37 km dan jarak dari barat ke timur ± 83 km.

Secara administratif Kabupaten Grobogan terdiri dari 273 desa dan 7

kelurahan yang tersebar di 19 kecamatan yaitu Kedungjati, Karangrayung,

Penawangan, Toroh, Geyer, Pulokulon, Kradenan, Gabus, Ngaringan, Wirosari,

Tawangharjo, Grobogan, Purwodadi, Brati, Klambu, Godong, Gubug, Tegowanu,

Tanggungharjo. Kecamatan terbesar adalah Kecamatan Geyer dengan luas 196.19

Km² (9.9%), sedangkan yang terkecil Kecamatan Klambu dengan luas 46.56 Km²

(2.2%) dengan Ibukota kabupaten terletak di Kecamatan Purwodadi.

Keadaan Demografis

Penduduk Kabupaten Grobogan pada akhir tahun 2012 menurut data dari

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil berjumlah 1.433.361 jiwa. Dibandingkan

dengan kondisi akhir tahun 2011 (yang tercatat sebesar 1.423.261 jiwa) terdapat

penambahan penduduk sebanyak 10.100 jiwa atau 0.71% (BPS 2013). Dari hasil

angka registrasi diperoleh rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Grobogan

sebesar 98.60. Hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk wanita lebih

banyak dari pada penduduk laki-laki.

Penduduk Kabupaten Grobogan, sebagian besar tinggal di daerah pedesaan.

Sesuai potensi daerah yang agraris maka mata pencaharian penduduk Kabupaten

Grobogan sebagian besar bekerja di bidang pertanian, baik sebagai buruh tani atau

petani penggarap. Sedangkan sebagian lainnya bekerja sebagai Pegawai,

pedagang, dan lain‐lain. Adapun komposisi jenis pekerjaan penduduk Kabupaten

Grobogan menurut BPS 2013 tercatat bahwa yang bekerja di bidang pertanian

mencapai 52.5%, diikuti bidang perdagangan 17.4%, angkutan 8.6%, dan sisanya

berada pada sector jasa, perkebunan, industry, perikanan, dan sebagainya.

Page 32: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

20

Keadaan Ekonomi

Sebagai daerah pertanian terluas ke dua di Jawa Tengah ternyata tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan penduduknya. Minimnya

lapangan kerja serta kurang berpihaknya pemerintah terhadap pertanian

menjadikan keadaan ekonomi masyarakat di Kabupaten Grobogan sebagian besar

masih berada pada golongan menengah ke bawah. Hal ini terlihat dari jumlah

penduduk miskin yang berada di Grobogan (Tabel 7). Namun tingkat kemiskinan

yang terjadi di Kabupaten Grobogan setiap tahun mengalami penurunan. Pada

tahun 2010 penduduk miskin sebesar 17.86 % kemudian menurun pada tahun

2012 menjadi 16.13 % dari total penduduk sebesar 1.433.361 jiwa. Hal ini

disebabkan oleh pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah telah

berjalan dengan baik sehingga masyarakat dapat merasakan langsung dampak dari

adanya program tersebut.

Tabel 7 Perkembangan penduduk miskin di Kabupaten Grobogan tahun 2010-

2012

URAIAN 2010 2011 2012 2013*)

Penduduk Miskin (%) 17.86 17.38 16.13

Penduduk Miskin (jiwa) 252.422 247.363 231.201

Total Penduduk (jiwa) 1.413.336 1.423.261 1.433.361

Sumber : Bappeda Kabupaten Grobogan 2013

Berdasarkan pertumbuhan PDRB Kabupaten Grobogan Tahun 2010-2013

dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Grobogan Tahun 2013

mengalami pertumbuhan positif. Hal ini ditunjukkan dari pertumbuhan PDRB atas

dasar harga berlaku sebesar 11.04 dan atas dasar harga konstan sebesar 4.59. Hal

ini ditunjukkan dari angka pertumbuhan PDRB dari tahun 2010 sampai dengan

tahun 2013 sebagaimana terlihat dalam Tabel 8.

Tabel 8 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Grobogan tahun 2010-2013

PDRB Tahun

2010

Tahun

2011

Tahun

2012 Tahun 2013

Atas Dasar Harga Berlaku 12.75 9.88 12.66 11.04

Atas Dasar Harga Konstan 5.05 3.59 6.16 4.59

Sumber : Grobogan.co.id (data tahun 2013 merupakan angka sementara)

Potensi Daerah

Pertanian lekat dengan Kabupaten Grobogan, kabupaten ini pun dikenal

sebagai lumbung padi nasional, bahkan sebagai tempat lahirnya varietas tanaman

jenis baru. Sebagian besar penduduknya (±53%) menggantungkan hidupnya pada

Page 33: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

21

bidang pertanian ini dan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Grobogan

juga berasal dari lapangan usaha tersebut. Namun sayangnya, petani di Kabupaten

cenderung terfokus pada produksi pertanian saja. Hampir seluruh hasil

pertaniannya berlarian ke luar wilayah masih dalam bentuk hasil produksi.

Produk unggulan adalah produk yang mempunyai keunggulan dari segi

produksi, kontinuitas dan daya saing sehingga diterima oleh masyarakat dan

menarik investor. Sesuai kondisi geografis/potensi wilayah yang ada, produk

unggulan di Kabupaten Grobogan adalah padi, jagung, kedelai, dan batu kapur,

mebel serta genteng press.

Salah satu potensi yang dapat dikejar dari Grobogan adalah menjadi

pemasok kedelai di Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan produktivitas kedelai di

Kabupaten Grobogan sangatlah tinggi dibanding kota/kabupaten lain di Jawa

Tengah. Produksi kedelai di Kabupaten Grobogan dari tahun ke tahun dapat

dilihat dalam Tabel 9 berikut.

Tabel 9 Produksi kedelai di Kabupaten Grobogan tahun 2009-2012

No Tahun Produksi (ton) Luas lahan (ha)

1 2009 46341 18604

2 2010 78164 32893

3 2011 14899 7350

4 2012 65114 27170

Sumber : BPS Kab. Grobogan 2013

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa produksi kedelai di Kabupaten

Grobogan berfluktuasi dari tahun ke tahun. Produksi tertinggi terjadi pada tahun

2010 yang mencapai 78.160 ton. Fluktuasi tersebut dikarenakan bebagai hal

diantaranya harga yang tidak stabil dan keadaan alam berupa hama dan penyakit.

Harga yang rendah membuat petani kedelai beralih ke berbagai jenis produk

hortikultura lain yang memiliki harga relatif lebih konstan seperti jagung dan padi.

Selain produk unggulan Kabupaten Grobogan juga memiliki produk andalan

yaitu produk yang dapat diandalkan oleh suatu daerah karena banyak diusahakan

oleh masyarakat setempat dan mempunyai prospek pasar yang cerah, diantaranya

adalah sapi bibit, sale pisang, melon merah, kecap, paha katak, sarang burung

wallet, dan kerajinan alat pertanian.

Keadaan Pengrajin Tempe

Meskipun termasuk sentra penghasil kedelai, jumlah pengrajin tempe yang

ada di Kabupaten Grobogan tidak terlalu banyak. Menurut data Dinas

Perindustrian Kabupaten Grobogan setidaknya hanya terdapat 382 pengrajin

tempe yang tersebar diberbagai Kecamatan diantaranya : Kecamatan Grobogan,

Toroh, Geyer, Kradenan, Gabus, Ngaringan, Tawangharjo, Brati, Godong, Gubug,

Karangrayung, Kedungjati, dan Tanggungharjo. Para pengrajin ini rata-rata

termasuk ke dalam usaha kecil menengah dengan teknologi yang sederhana.

Pengrajin tempe Kabupaten Grobogan telah membentuk Primer Koperasi

Tahu dan Tempe Indonesia (Primkopti) sejak tahun 1983. Pembentukan Primkopti

tersebut ditujukan untuk membantu para pengrajin tempe dalam mendapatkan

Page 34: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

22

bahan baku kedelai yang sebagian besar berasal dari kedelai impor. Primkopti

kemudian menjadi satu-satunya tempat penampungan kedelai impor yang

selanjutnya dikirim ke berbagai daerah di Grobogan.

Kendala terbesar yang dihadapi dalam pembuatan tempe menurut ketua

Primkopti Grobogan adalah tenaga kerja dan pemasaran. Tenaga kerja dalam

pembuatan tempe merupakan komponen yang sangat vital dalam menentukan

kualitas dari tempe. Dijelaskan lebih lanjut bahwa pada saat perebusan tempe

harus pas, jika terlalu lama maka hasilnya akan kurang bagus, begitu pula jika

terlalu sebentar. Selain itu kebersihan dalam mencuci kedelai yang telah direbus

juga ikut mempengaruhi rasa dan ketahanan dari tempe tersebut.

Pemasaran menjadi suatu hal yang penting karena permintaan serta

persaingan yang terjadi begitu besar. Sangat mudah bagi pelanggan untuk beralih

ke pedagang yang lain jika pelayanan yang diberikan tidak memuaskan. Meskipun

tempe sendiri dapat bertahan selama 3 hari dengan penyimpanan yang baik,

namun harus diusahakan dalam satu hari harus sudah habis agar tidak

menanggung risiko produk menjadi busuk.

Penggunaan label pada plastik kemasan tempe pernah dilakukan oleh

hampir seluruh pengrajin tempe dengan merek “Tempe Bersemi Grobogan”. Hal

ini dilakukan karena kualitas dan rasa dari tempe produksi Grobogan sudah

memiliki nama dipasar luar daerah. Namun belakangan nama tersebut dihapus

oleh seluruh pengrajin lantaran terdapat oknum yang memproduksi tempe dengan

hasil kurang baik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Pengrajin Tempe

Responden pada penelitian ini adalah para pengrajin tempe yang ada di

Dusun Pedak dan sekitarnya dengan pertimbangan bahwa di daerah tersebut

terdapat banyak pengrajin tempe dari yang berproduksi rendah sampai tinggi serta

memiliki daerah pemasaran yang cukup bervariasi.

Umur

Pada penelitian ini usia dibedakan menjadi 4 kategori sebagaimana yang

dilakukan oleh penelitian terdahulu yaitu usia muda (17-30 tahun), uswia dewasa

(31-40 tahun), tua (41-60 tahun) dan lanjut usia (>60 tahun). Dari keseluruhan

responden yang dijadikan sampel sebanyak 12.90% pengrajin tempe di Kabupaten

Grobogan adalah golongan muda. Para pemuda ini sebagian besar hanya

melanjutkan usaha yang telah dijalankan oleh orang tua mereka. Usaha yang telah

dilakukan oleh pendahulunya tetap dijalankan karena selain memiliki potensi yang

baik membuat tempe juga merupakan sebuah keterampilan yang bisa diwariskan

secara turun temurun.

Sebanyak 9.68% pengrajin tempe yang ada di Grobogan didominasi oleh

masyarakat dewasa. Para pengrajin yang memiliki usia dewasa sebagian besar

adalah mereka yang menjalankan usahanya sebagai sambilan dikarenakan mereka

Page 35: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

23

memiliki keterampilan lain dan pekerjaan sampingan lain seperti menggarap

sawah, bekerja sebagai buruh bangunan serta bekerja sebagai pedagang.

Usia tua adalah usia mayoritas pengrajin tempe di kabupaten ini yaitu

sebanyak 70.97%. Mereka adalah masyarakat yang menjalankan usahanya mulai

dari awal pendirian. Sehingga memiliki ikatan batin yang kuat untuk tetap

menjalankan usaha tersebut. Hal ini juga disebabkan oleh kemampuan fisik

mereka yang masih bugar serta kemampuan mereka yang semakin lihai dalam

membuat tempe dengan racikan yang baik.

Kelompok lanjut usia merupakan kelompok pengrajin tempe yang paling

kecil atau bisa dikatakan minoritas. Hal ini disebabkan karena sebagian besar dari

lansia telah mewariskan usaha yang dirintisnya kepada anak cucunya. Kelompok

lansia ini di isi oleh sebanyak 6.45% dari jumlah responden. Distribusi pengrajin

tempe berdasarkan umur bisa dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan umur

Kategori Jumlah (orang) Presentase (%)

Muda (17-30 tahun) 4 12.90

Dewasa (31-40 tahun) 3 9.68

Tua (41-60 tahun) 22 70.97

Lanjut Usia (>60 tahun) 2 6.45

Jenis Kelamin

Dewasa ini jenis kelamin memang tidak lagi menentukan kinerja seseorang.

Antara laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk sukses

sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Termasuk juga dalam menjalankan

usaha terlebih pengrajin tempe. Meskipun pengrajin tempe Kabupaten Grobogan

didominasi oleh laki-laki yaitu 80.65%, namun umumnya setiap pengrajin laki-

laki tersebut juga dibantu oleh istrinya baik dalam produksi maupun pemasaran.

Sedangkan 19.35% dari pengrajin tempe Kabupaten Grobogan adalah perempuan.

Kegiatan mereka tersebut tidak lain adalah untuk membantu suami mereka dalam

memenuhi kebutuhan hidup. Sehingga sangat jarang usaha mereka dapat

berkembang besar. Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis kelamin dapat

dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis kelamin

Kategori Jumlah (orang) Presentase (%)

Laki-laki 25 80.65

Perempuan 6 19.35

Tingkat Pendidikan Formal

Pengrajin tempe di Kabupaten Grobogan sebagian besar menyelesaikan

pendidikan formalnya sampai SD saja yaitu sebanyak 87.10%. Pengrajin tempe

yang menyelesaikan pendidikanya pada tingkat SD adalah mereka yang memiliki

usia tua dan lanjut usia. Hal ini disebabkan oleh faktor budaya yang ada di

masyarakat ketika itu dimana sekolah masih dianggap sebagai sesuatu yang sangat

mewah yang hanya bisa diraih oleh masyarakat kelas atas. Sehingga banyak

Page 36: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

24

masyarakat jaman itu yang hanya menyelesaikan pendidikan formalnya di tingkat

SD.

Sedangkan 6.45% pengrajin menyelesaikan pendidikan formal pada tingkat

SMP dan 6.45 % sisanya menamatkan pendidikan formal pada tingkat SMA.

Pengrajin yang menyelesaikan pendidikan sampai SMP dan SMA adlah adalah

pengrajin tempe muda yang meneruskan usaha miliki orang tuanya sehingga

pengalaman yang dimiliki juga masih belum terlalu lama. Distribusi pengrajin

tempe berdasarkan pendidikan formal yang telah ditempuh dapat dilihat pada

Tabel 12 berikut.

Tabel 12 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan pendidikan formal

Kategori Jumlah (orang) Presentase (%)

SD 27 87.10

SMP 2 6.45

SMA 2 6.45

Lama Menjalankan Usaha

Berdasarkan lamanya menjalankan usaha, pengrajin tempe Kabupaten

Grobogan pada penelitian ini dibedakan menjadi 3 kategori yaitu pengusaha

pemula (1-11 tahun), sedang (12-20 tahun) dan berpengalaman (>20 tahun). Dari

ketiga kategori tersebut sebaran terbesar pengrajin tempe Kabupaten Grobogan

adalah pengusaha sedang yaitu sebanyak 51.6 % (Tabel 13). Hal ini karena

sebagian dari mereka adalah pengrajin yang menjalankan usaha sejak sebelum

terjadi krisis moneter yang menjalankan usaha karena pada saat itu kedelai masih

sangat murah sehingga pendapatan mereka dari berjualan tempe cenderung besar.

Tabel 13 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan lama melakukan usaha

Kategori jumlah orang %

Pemula (1-11 tahun) 9 29.03

Sedang (12-20 tahun) 16 51.61

Berpengalaman (>20 tahun) 6 19.36

Pengusaha pemula menduduki peringkat kedua yaitu sebanyak 29 %

pengrajin, mereka adalah orang-orang yang ikut menjalankan usaha tempe karena

mengikuti dari tetangga mereka yang sukses lantaran melakukan usaha tempe.

Diantara mereka juga adalah orang-orang muda yang meneruskan usaha milik

orang tuanya. Sedangkan pengusaha kategori berpengalaman hanya sebanyak

19.4 % dari total responden yang ada. Mereka inilah orang-orang lanjut usia yang

masih bertahan menjalankan usaha membuat tempe yang telah lama ditekuninya.

Produksi Per hari

Produksi tempe di Kabupaten Grobogan termasuk beragam dimana hasil

penelitian menunjukkan bahwa rentang produksi antara 10-600 kg/hari. Pengrajin

akan mendapatkan keuntungan bersih antara Rp 1.500,- sampai Rp 2.000,- dari

satu kg kedelai yang diproduksi menjadi tempe. Jumlah keuntungan bersih akan

bergantung pada saipa pelanggan yang membeli tempe tersebut. Jika yang

Page 37: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

25

membeli semuanya dari pelanggan maka sudah barang tentu keuntungan bersih

akan lebih kecil karena adanya diskon yang harus diberikan. Sedangkan

keuntungan akan lebih besar jika yang membeli tempe kebanyak dari para

konsumen akhir. Selain itu semakin lama produk tempe semakin murah harga jual

yang ditawarkan. Dari rentang data jumlah produksi tersebut kemudian

digolongkan menjadi 3 kategori yaitu yang berproduksi kurang dari 71 kg/hari,

antara 71-130 kg/hari dan yang berproduksi lebih dari 130 kg/hari. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 64.52% pengrajin memproduksi

tempenya kurang dari 71 kg/hari. Mereka adalah para pengrajin yang memiliki

keterbatasan dalam hal permodalan. Selain itu tingginya persaingan juga ikut

mempengaruhi jumlah produksi mereka. Sebagian besar mereka menjual

tempenya di pinggiran jalan pasar tanpa memiliki lapak yang baik. Sedangkan

16.13% pengrajin memproduksi tempe dengan bahan baku 71-130 kg/hari.

Kelompok ini termasuk orang-orang yang memiliki modal cukup, namun sebagian

besar dari mereka terpaksa membatasi produksi karena pelanggan yang mereka

miliki hanya mampu menghabiskan kedelai dengan jumlah tersebut. Ketika

produksi ditambah maka dapat dipastikan hanya akan membuang-buang tenaga

dan biaya. Kelompok ketiga adalah yang memproduksi tempe dengan

menghabiskan bahan baku lebih 130 kg/hari yaitu sebanyak 19.35%.

Para pengrajin ini adalah orang-orang yang memiliki modal besar dan

memiliki pelanggan banyak serta daerah pemasaran yang luas. Para pengrajin

tempe tersebut mendapatkan bahan baku dengan cara bekerjasama dengan

pemasok dengan sistem pembayaran diakhir. Pemasok awal adalah Primkopti

Kabupaten Grobogan, namun pada dewasa ini banyak toko-toko yang menjual

kedelai sebagai bahan baku pembuatan tempe. sehingga para pengrajin beralih ke

toko-toko yang letaknya lebih dekat dari tempat produksi. Sebaran produksi para

pengrajin tempe dapat dilihat pada Tabel 14.

Table 14 Distribusi responden berdasarkan produksi per hari

produksi /hari (Kg) Jumlah (orang) Presentase (%)

<71 20 64.52

71-130 5 16.13

>130 6 19.35

Daerah Pemasaran Tempe

Pemasaran merupakan pangkal dari sebuah bisnis, dimana ketika pemasaran

berjalan lancar maka lancar pula keberlangsungan proses produksi. Pemasaran

yang dilakukan oleh pengrajin tempe Kabupaten Grobogan tidak hanya pada

lingkup desa atau kecamatan saja tapi beberapa dari mereka ada yang

melakukannya sampai di luar kota/kabupaten. Dari pengrajin tempe yang di survei

sebanyak 3.23% melakukan usahanya pada lingkup satu desa, mereka adalah

pengrajin kecil yang memasarkan produknya pada warung-warung sekitar desa.

Selanjutnya sebanyak 19.25 % memasarkan produknya pada lingkup luar desa

tapi masih satu kecamatan. Para pengusaha ini memiliki relasi yang cukup baik

dan termasuk orang-orang yang awal dalam menjalankan usaha pembuatan tempe.

Sedangkan 61.29% dari para pengrajin tempe Kabupaten Grobogan memasarkan

produknya pada lingkup luar kecamatan tempat tinggal namun masih dalam

Page 38: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

26

Kabupaten Grobogan. Mereka adalah para pengusaha yang memilki jaringan yang

baik. Sehingga mampu mengetahui permintaan potensial yang ada di pasar

tersebut.

Terakhir, sebanyak 16.13% memasarkan produk tempenya ke luar

kota/kabupaten. Mereka adalah orang-orang yang memiliki semangat tinggi dalam

berwirausaha sehingga pasar yang jauh tidak menghalangi keinginan mereka

untuk berwirausaha. Dengan semangat yang dimilikinya para pengrajin ini berani

membidik pasar yang tidak diminati oleh pengrajin lain. Sehingga kemungkinan

untuk menguasainya lebih besar. Sebagian dari mereka ada yang menemukan

pasar tersebut dengan mencoba dari pasar satu ke pasar yang lain, sebagian ada

juga yang mengikuti jejak saudaranya yang kebetulan telah lebih dahulu

memasarkan produk tempenya ke luar kabupaten. Para pengrajin ini berangkat

memasarkan produk mulai jam 02.00 pagi agar tidak terlambat dalam memenuhi

permintaan pelanggan.

Table 15 Distribusi responden berdasarkan daerah pemasaran

Daerah pemasaran Jumlah (Orang) Presentase %

Dalam satu desa 1 3.23

Luar Desa satu keamatan 6 19.35

Luar kecamatan 19 61.29

Luar kabupaten 5 16.13

Perilaku Wirausaha

Secara umum perilaku yang dimiliki oleh pengrajin tempe Kabupaten

Grobogan termasuk kategori tinggi dan sangat tinggi. Ada sebanyak 77.42%

pengrajin yang berada dalam kategori tinggi. Sedangkan sisanya sebanyak

22.58 % memiliki perilaku wirausaha yang masuk kategori sangat tinggi. Perilaku

wirausaha tersebut merupakan akumulasi dari pengetahuan wirausaha, sikap

wirausaha dan keterampilan wirausaha yang dimiliki para pengarajin. Sebagian

besar pengrajin memiliki keunggulan pada variabel pengetahuan wirausaha dan

keterampilan wirausaha, namun memiliki sikap yang tidak begitu tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa secara umum kekurangan yang dimiliki oleh tiap pengrajin

dalam variabel perilaku yang satu dapat dipenuhi dari variabel perilaku wirausaha

yang lain. Hasil penelitian tentang perilaku wirausaha yang dimiliki oleh

pengrajin tempe Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan perilaku wirausha

Kategori Jumlah Persentase (%)

Sangat Rendah (20-75) - 0

Rendah (76-132) - 0

Sedang (133-188) - 0

Tinggi (189-244) 24 77.42

Sangat Tinggi (245-300) 7 22.58

Page 39: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

27

Pengetahuan Wirausaha

Meskipun sebagian besar pengrajin menyelesaikan pendidikan formal pada

tingkatan SD, pengetahuan wirausaha yang dimiliki oleh pengrajin tempe

Kabupaten Grobogan secara umum termasuk ke dalam kategori tinggi dan sangat

tinggi. Sebanyak 74.19 % dari mereka memiliki pengetahuan yang sangat tinggi

dan 25.81 % memiliki pengetahuan yang tinggi (Tabel 17). Pengetahuan tersebut

mencakup dua aspek yaitu pengetahuan teknis dan pengetahuan menajerial.

Pengetahuan teknis yang dimiliki pengrajin sangatlah tinggi karena pengetahuan

teknis berkaitan dengan pengalaman usaha yang mereka jalankan yang mana

sebagian besar pengrajin telah menjalankan usaha lebih dari 10 tahun . Rata-rata

pengetahuan manajerial yang dimiliki para pengrajin tempe juga termasuk dalam

kategori sangat tinggi meskipun pengetahuan manajerial memiliki nilai lebih kecil.

Pengetahuan manajerial belum terlalu banyak diketahui oleh pengrajin yang

menjalankan usaha termasuk kategori pemula. Hal ini dikarenakan ilmu tentang

manajemen termasuk ilmu untuk pengusaha modern, sedangkan pengrajin tempe

yang berada di Kabupaten Grobogan sebagian besar masih merupakan usaha

dengan sekala usaha yang kecil dan masih tradisional. Sehingga mereka hanya

mendapatkan pengetahuan tersebut dari pengalaman yang telah dilewatinya.

Sikap Wirausaha

Sikap wirausaha yang dimiliki oleh pengrajin tempe di Kabupaten

Grobogan sebagian besar masuk dalam kategori tinggi yaitu sebesar 58.06%.

Sisanya sebesar 41.94% berada dalam kategori sangat tinggi. Sebagaimana yang

telah disampaikan dalam kerangka pemikiran, bahwa indikator sikap yang di

ambil dalam penelitian ini meliputi sikap disiplin, komitmen tinggi, jujur, kreatif

dan inovatif, mandiri dan realistis.

Dari masing-masing sikap tersebut dapat dijelaskan bahwa rata-rata sikap

disiplin dan komitmen pengrajin tempe termasuk dalam kategori sangat tinggi.

Sikap disiplin terbentuk dengan kuat karena sikap ini merupakan sikap dasar bagi

seorang pengrajin tempe. Dengan sikap isiplin tersebut pengrajin dapat

memproduksi tempe secara teratur, kemudian memasarkannya dengan tepat waktu.

Sikap komitmen telah ditunjukkan para pengrajin tempe dengan tetap berproduksi

meskipun harga kedelai mengalami kenaikan. Hal ini dapat terbangun berdasarkan

pengalaman yang mereka dapatkan. Pengalaman menunjukkan bahwa usaha

tempe mampu menaikkan ekonomi mereka dari pada menjadi petani saja. Bahkan

dapat dibedakan antara rumah pengrajin tempe dan rumah petani biasa, dimana

rumah petani tempe sebagian besar lebih baik dari pada yang hanya

mengandalkan dari pertanian saja.

Sedangkan rata-rata sikap jujur, kreatif dan inovatif, mandiri dan realistis

pengrajin termasuk dalam kategori tinggi. Secara umum sikap pengrajin tempe di

Kabupaten Grobogan adalah pengrajin yang memiliki sikap wirausaha yang tinggi.

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu budaya. Faktor

budaya berpengaruh karena sebagian besar masyarakat adalah penduduk yang

memiliki budaya disiplin, mandiri dan kejujuran yang dijunjung tinggi.

Pengalaman juga berpengaruh karena sebagaimana yang berlaku di tempat

pengambilan sampel bahwa pengrajin yang tidak tepat waktu dalam membuat

tempe nantinya akan mempengaruhi hasil yang didapat bahkan akan menghambat

Page 40: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

28

penjualan. Dimana pedagang yang telat dalam memasarkan tempenya akan

ditinggalkan oleh pelanggan mereka.

Keterampilan Wirausaha

Keterampilan usaha yang dimiliki oleh pengrajin tempe Kabupaten

Grobogan hanya mengarah pada dua kategori yaitu sedang dan tinggi. Hal ini

dikarenakan pengrajin tempe ini belum memiliki keahlian-keahlian yang dimiliki

oleh pegusaha modern. Sebanyak 58.06% dari mereka termasuk dalam kategori

sedang, dan sisanya sebanyak 41.94% berada dalam kategori yang tinggi.

Keterampilan yang diukur dalam penelitian ini meliputi tiga hal pokok yaitu

keterampilan produksi, memasarkan produk, dan mengatur keuangan. Dari ketiga

hal pokok tersebut pengrajin yang memiliki keterampilan sedang adalah pengrajin

yang masih belum memiliki kesadaran akan pentingnya pencatatan dalam

memanajemen keuangan. Dalam hal pemasaran, pengrajin juga terkesan lebih

pasrah dengan keadaan tanpa berusaha untuk mempromosikan produk yang

dimilikinya. Selain itu hal yang membuat pengrajin memiliki keterampilan usaha

dalam kategori sedang adalah sebagian besar pengrajin merasa puas dengan

keahlian yang dimilikinya. Pengrajin tidak berani melakukan inovasi yang lebih

serius baik terkait bahan baku alternatif, cara produksi yang lebih baik ataupun

produk olahan yang bisa dikembangkan.

Tabel 17 Distribusi pengrajin berdasarkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan

wirausaha

Unsur Perilaku

Wirausaha Kategori Jumlah (orang) Presentase (%)

Pengetahuan Sangat Rendah (0-20) -

Rendah (21-40) -

Sedang (41-60) -

Tinggi (61-80) 8 25.81

Sangat Tinggi (81-100) 23 74.19

Sikap Sangat Rendah (0-20) -

Rendah (21-40) -

Sedang (41-60) -

Tinggi (61-80) 18 58.06

Sangat Tinggi (81-100) 13 41.94

Keterampilan Sangat Rendah (0-20) -

Rendah (21-40) -

Sedang (41-60) 18 58.06

Tinggi (61-80) 13 41.94

Sangat Tinggi (81-100) -

Kinerja Usaha

Pertumbuhan Usaha

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan usaha yang telah diraih

oleh pengrajin tempe di Kabupaten Grobogan dapat dikategorikan dalam tiga

Page 41: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

29

kelompok, yaitu rendah, sedang dan tinggi (Tabel 18). Sebanyak 29.03 %

pengrajin tempe tersebut memiliki kinerja usaha yang rendah. Kelompok ini

adalah pengrajin yang tidak mampu memperluas area penjualannya dan tidak bisa

meningkatkan pendapatannya. Mereka hanya memiliki kekuatan dari segi

loyalitas pelanggan. Loyalitas pelanggan tersebut dapat dipertahankan dengan

cara memberikan hadiah atau bonus kepada pelanggan yang setia setiap hari raya

idul fitri. Melalui cara tersebut pelanggan tidak akan meninggalkan pengrajin

kecuali dalam keadaan yang mendesak.

Sebanyak 48.39% para pengrajin tempe yang berada di Kabupaten

Grobogan memiliki tingkat pertumbuhan usaha kategori sedang. Kelompok ini

terdiri dari para pengrajin tempe yang memiliki loyalitas pelanggan yang tinggi

serta memiliki peningkatan jumlah pelanggan. Namun pengrajin kelompok ini

tidak mampu memperluas daerah pemasaran sehingga memiliki kenaikan

pendapatan dan keuntungan yang kurang signifikan.

Sedangkan kelompok ketiga adalah kelompok pengrajin tempe yang

memiliki pertumbuhan usaha dalam kategori tinggi. Pengrajin ini selain memiliki

loyalitas pelanggan yang tinggi dan peningkatan jumlah pelanggan dalam kurun

waktu satu tahun ke belakang. Mereka juga mampu memperluas daerah

pemasarannya bahkan permintaan sampai ke luar kota/kabupaten. Pengrajin di

Kabupaten Grobogan yang termasuk dalam kategori ini cukup banyak yaitu

sebanyak 22.58%.

Table 18 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan tingkat pertumbuhan usaha

Kategori Jumlah (orang) Presentase (%)

Rendah (< 69) 9 29.03

Sedang (69-81) 15 48.39

Tinggi (> 81) 7 22.58

Penerimaan Usaha

Penerimaan usaha merupakan salah satu tolok ukur yang digunakan dalam

menganalisis kinerja usaha pengrajin tempe di Kabupaten Grobogan. hal ini

dikarenakan sebagian besar pengrajin tempe memiliki penerimaan yang lebih

besar dibandingkan dengan masyarakat yang menekuni pada sector pertanian

primer yang banyak dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat Grobogan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan usaha yang dimiliki oleh

pengrajin tempe Kabupaten Grobogan sebagian besar dalam kategori rendah yaitu

sebanyak 62.52% dari total responden. Kategori rendah ini memiliki penerimaan

dari usaha tempe kurang dari Rp 27 000 000,- per bulan. Sebanyak 16.13% berada

dalam kategori sedang. Para pengrajin ini memiliki penerimaan dari hasil usaha

tempenya sebesar Rp 27 500 000 ,-– 51 250 000,- per bulan. Sisanya, sebanyak

19.35% pengrajin tempe memiliki penerimaan dari hasil usaha tempenya yang

digolongkan dalam kategori tinggi yaitu lebih dari Rp 51 250 000,- per bulan.

Penerimaan tersebut cenderung lebih besar disbanding penerimaan dari hasil

pertanian primer. Itupun harus memiliki lahan untuk digarap setiap hari. Biasanya

para pengrajin tempe mengalokasikan penerimaan usahanya untuk mebayar

hutang dari toko kedelai. Toko tersebut biasanya telah bekerjasama denga

Page 42: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

30

pengrajin untuk memasok kedelai dan dibayar setelah kedelai tersebut habis

terjual.

Tabel 19 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan penerimaan usaha per bulan

Kategori jumlah (orang) presentase (%)

rendah (<27 000 000) 20 64.52

sedang (27 500 000 – 51 250 000) 5 16.13

tinggi (>51 250 000) 6 19.35

Hubungan Perilaku Wirausaha terhadap Kinerja Usaha

Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa pengetahuan wirausaha, sikap

wirausaha, keterampilan wirausaha berkorelasi signifikan terhadap kinerja usaha.

Baik dari aspek pertumbuhan usaha maupun dari aspek penerimaan usaha.

Koefisien korelasi dari setiap variabel terhadap pertumbuhan usaha yaitu 0.453,

0.658, dan 0.590, artinya ketika pengetahuan wirausaha, sikap wirausaha, dan

keterampilan wirausaha meningkat maka kinerja usaha akan meningkat. Begitu

juga dengan hubungan perilaku wirausaha terhadap penerimaan usaha, hasil

korelasi menunjukkan hasil yang signifikan dengan koefisien korelasi dari

pengetahuan sebesar 0.449, sikap terhadap penerimaan sebesar 0.526, dan

keterampilan terhadap penerimaan sebesar 0.528 (Tabel 20).

Pengetahuan usaha memiliki koefisien korelasi sebesar 0.453 terhadap

pertumbuhan usaha dan 0.449 terhadap penerimaaan usaha. Hal ini menunjukkan

bahwa pengetahuan memiliki hubungan yang kuat dalam kaitannya dengan

kinerja usaha. Pengetahuan merupakan modal awal yang harus dimiliki oleh

pengrajin ketika akan menjalankan usahanya. Sangat kecil kemungkinannya

ketika pengrajin menjalankan usahanya tanpa memiliki pengetahuan yang

memadai.

Sikap wirausaha juga memiliki koefisien korelasi yang tinggi yaitu 0.658

terhadap pertumbuhan usaha dan 0.526 terhadap penerimaan usaha. angka ini

lebih tinggi dibanding koefisien korelasi pengetahuan bahkan keterampilan. Sikap

memiliki hubungan yang kuat karena dengan sikap tersebut pengrajin akan

mampu membawa arah dan tujuan keberlangsungan usahanya. Melalui sikap yang

baik tentunya akan memungkinkan pengrajin tempe untuk menjadi pengrajin

tempe yang besar bahkan memiliki ciri khas dibanding pengrajin tempe yang lain.

Keterampilan wirausaha memiliki koefisien korelasi sebesar 0.590 terhadap

pertumbuhan usaha dan 0.528 terhadap penerimaan usaha. Angka tersebut lebih

tinggi dibanding koefisien pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan

memiliki hubungan yang lebih erat dibanding pengetahuan wirausaha. Dengan

keterampilan usaha pengrajin tempe akan mampu mengimbangi bahkan

menyaingi pengrajin tempe yang ada. Sedangkan pengetahuan hanya sekedar

pengetahuan saja yang tidak akan memiliki arti jika pengrajin tempe tidak

memiliki keterampilan usaha yang baik.

Page 43: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

31

Tabel 20 Hasil uji korelasi perilaku wirausaha terhadap kinerja usaha

Pertumbuhan usaha Penerimaan usaha

Variabel perilaku Pearson

Correlation Sig. (2-tailed)

Pearson

Correlation Sig. (2-

tailed)

1. Pengetahuan 0.453* 0.011 0.449

* 0.011 a. peng.teknis 0.327 0.072 0.301 0.099 b. peng.manajerial 0.431

* 0.016 0.442* 0.013

2. Sikap 0.658** 0.000 0.526

** 0.002

a. Disiplin 0.323 0.076 0.329 0.07 b. Komitmen 0.467

** 0.008 0.427* 0.017

c. Jujur 0.554** 0.001 0.366

* 0.043

d. Kreatif 0.551** 0.003 0.383

* 0.033

e. Mandiri 0.554** 0.001 0.259 0.159

f. Realistis 0.486** 0.006 0.488

** 0.005

3. Keterampilan 0.590** 0.000 0.528

** 0.002

a. ket.produksi 0.109 0.559 -0.096 0.608 b. ket.pemasaran 0.572

** 0.001 0.580**

0.001 c. ket.keuangan 0.568

** 0.001 0.545**

0.002

**Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hubungan Pengetahuan terhadap Kinerja Usaha

Pengetahuan merupakan sebuah modal awal bagi seorang wirausaha untuk

menjalankan usahanya. Melalui pengetahuan yang dimiliki pengusaha akan lebih

percaya diri dalam bertindak. Namun ketika dihubungkan dengan kinerja usaha

maka pengetahuan saja tanpa diikuti dengan sikap dan keterampilan untuk

menjalankannya tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan. Pada

penelitian ini pengetahuan wirausaha dibagi menjadi dua kategori yaitu

pengetahuan teknis terkait cara berproduksi serta pengetahuan manajerial terkait

pengelolaan dan kewirausahaan. Pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa pengetahuan

teknis memiliki koefisien korelasi 0.327 terhadap pertumbuhan usaha dan

memiliki koefisien korelasi sebesar 0.301 terhadap penerimaan usaha. Hal ini

menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara variabel tersebut ternasuk

dalam kategori lemah. Sedangkan pengetahuan manajerial memiliki hubungan

yang kuat terhadap pertumbuhan usaha dengan koefisien korelasi sebesar 0.431.

Pengetahuan teknis memiliki hubungan yang lemah terhadap kinerja usaha

dikarenakan pengetahuan dalam memproduksi tempe telah diketahui oleh

masyarakat secara luas, bahkan mereka yang tidak berprofesi sebagai pengrajin

tempe. Pengetahuan ini merupakan pengetahuan dasar untuk mendirikan usaha.

Sehingga masih dibutuhkan pengetahuan yang lain dalam menentukan kinerja

usaha. Pengetahuan teknis dalam memproduksi serta memasarkan produk yang

baik akan menjadikan pengrajin lebih terampil dalam memproduksi tempe serta

memasarkannya. Sebagaimana yang terjadi pada pasara persaingan sempurna

bahwa konsumen akan sangat mudah berpindah ke produsen lain jika

mendapatkan harga yang lebih murah dan kualitas yang lebih baik. Maka dengan

Page 44: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

32

pengetahuan teknis tersebut akan menjadikan produsen lebih bisa menjadikan

berhasil dari segi peningkatan jumlah pelanggan.

Pengetahuan manajerial memiliki hubungan yang lebih kuat terhadap

kinerja usaha dibanding pengetahuan teknis. Hal ini dikarenakan pengetahuan

manajerial akan sangat membantu dalam menjalankan proses produksi. Dengan

pengetahuan manajerial yang baik pengrajin akan dapat menentukann kapan ia

harus berproduksi dengan jumlah yang tinggi atau rendah, bagaimana mengatur

karyawan dengan baik, kapan tempe harus dipasarkan, dan sebagainya. Sehingga

proses produksi akan berjalan dengan maksimal yang berujung pada kinerja usaha.

Pengetahuan teknis memiliki hubungan paling tinggi dengan variabel kinerja

usaha dari segi peningkatan keuntungan. Hal ini dikarenakan pengetahuan

manajerial akan mempengaruhi manajemen yang dijalankan oleh pengrajin.

Manajemen yang baik akan menjadikannya lebih efisien dalam menggunakan

sumber keuangan dan tenaga sehingga keuntungan yang didapat bisa lebih

maksimal.

Hubungan Sikap terhadap Kinerja Usaha

Sikap wirausaha yang digunakan dalam penelitian meliputi sikap disiplin,

komitmen tinggi, jujur, kreatif dan inovatif, mandiri, realistis. Dari hasil uji

korelasi Pearson diketahui bahwa masing-masing sikap memiliki korelasi yang

kuat terhadap kinerja usaha kecuali sikap disiplin yang memiliki korelasi lemah.

Koefisien korelasi masing-masing sikap terhadap kinerja usaha dapat dilihat pada

Tabel 20.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sikap disiplin memiliki hubungan

yang lemah terhadap kinerja usaha. Hubungan sikap disiplin termasuk dalam

kategori lemah baik dari aspek pertumbuhan usaha ataupun penerimaan usaha

dengan koefisien korelasi 0.323 dan 0.329. Kedisplinan merupakan sikap dasar

yang harus dimiliki pengrajin tempe. Hal ini dikarenakan tempe termasuk produk

yang tidak tahan lama sehingga perlu penanganan khusus dan penjualan yang

segera agar tidak merugi. Meskipun sikap disiplin tidak memiliki hubungan yang

kuat, bukan berarti sikap ini tidak penting bagi pengrajin tempe. Sikap disiplin

justru menjadi hal yang paling penting karena sebagian besar pengrajin

menjualkan kembali produk yang dibuat kepada pedagang pengecer. Terlebih bagi

pengrajin yang memasarkan produknya ke luar kota.

Meskipun secara umum kedisiplinan memiliki nilai koefisien paling rendah

di antara sikap yang lain, namun kedisiplinan memiliki hubungan yang kuat

dengan pertumbuhan usaha dari segi peningkatan jumlah pelanggan. Hal ini

dikarenakan pengusaha yang disiplin tinggi akan memiliki peluang lebih besar

untuk mendapatkan pelanggan baru. Sebagian besar pelanggan tempe yang ada

dipasaran adalah para pengecer, sehingga perlu waktu yang tepat untuk membeli

produk kemudian mengecerkan kembali pada pelanggan mereka. Hal ini

menjadikan para pelanggan tersebut akan memilih membeli produk tempe dari

produsen yang ada dari pada harus menunggu agar kegiatan mengecerkan barang

dapat berjalan dengan lancar. Sudah menjadi kebiasaan bahwa penjual tempe yang

telat akan ditinggal oleh para pelanggan mereka.

Komitmen tinggi terhadap usaha yang dijalankan memiliki hubungan kuat

terhadap kinerja usaha dengan koefisien korelasi sebesar 0.447 dan 0.427. Hal ini

dikarenakan sikap komitmen akan mendorong pengrajin untuk fokus pada usaha

Page 45: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

33

yang dijalankan. Dengan komitmen tersebut pengrajin akan lebih siap dalam

menghadapi setiap risiko yang mungkin terjadi. Sehingga pelanggan akan lebih

percaya pada pengrajin. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada hasil korelasi

dengan tiap variabel kinerja yang menunjukkan nilai koefisien tertinggi berada

pada peningkatan jumlah pelanggan. Sikap komitmen memiliki hubungan yang

signifikan terhadap kinerja usaha dari segi peningkatan jumlah pelanggan karena

pelanggan akan lebih memilih pelanggan yang serius dalam menjalankan

usahanya bukan pengrajin yang mudah keluar masuk pasar tanpa komitmen yang

pasti.

Jujur memiliki hubungan yang kuat terhadap kinerja usaha dari aspek

pertumbuhan usaha dengan koefisien yang lebih tinggi dari sikap komitmen yaitu

sebesar 0,554. Hal ini dikarenakan sikap jujur merupakan landasan moral

seseorang (Suharyadi et al 2006) yang dapat membawa kepercayaan dari

pelanggan sehingga pelanggan akan lebih nyaman untuk membeli produk tersebut.

pembeli yang merasa nyaman terhadap produk yang dibeli biasanya akan

mempromosikan produk tersebut tanpa sadar dengan menceritakan dan

merekomendasikan produk pada keluarga dan teman dekatnya. Sehingga

perluasan pangsa pasar akan dapat tercapai yang akhirnya berdampak pada

peningkatan keuntungan. Sebaliknya ketidakjujuran pengrajin tempe akan

menjadikan kepercayaan pelanggan berkurang bahkan menghilang yang

berdampak pada pindahnya pelanggan ke pengrajin yang lain. Namun dari aspek

penerimaan usaha, sikap jujur memiliki hubungan yang lemah dengan koefisien

korelasi 0.366. sikap jujur belum mampu meningkatkan penerimaan usaha jika

pengrajin tidak meningkatkan jumlah produksinya.

Kreatif dan inovatif memiliki hubungan yang kuat terhadap kinerja usaha

dari aspek pertumbuhan usaha dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.511. Hal

ini dikarenakan kreatif dan inovatif dalam menjalankan usaha merupakan sebuah

sikap yang tidak dimiliki oleh semua orang. Kreatifitas yang dimiliki pengrajin

tempe akan merangsang pengrajin untuk membuat inovasi produk baru dari tempe

yang biasanya ada di pasaran. Inovasi tersebut akan menjadikan tempe yang dijual

memiliki nilai tambah dibanding tempe lain . Sehingga konsumen akan lebih

tertarik untuk membeli produk inovasi tersebut. namun kuatnya pertumbuhan

usaha ternyata tidak menentukan kuat pula hubungan inovatif terhadap

peningkatan penerimaan usaha. Sebagaimana yang disampaikan oleh Alma (2008)

bahwa sikap kreatif sangat penting bagi seorang wirausaha untuk menciptakan

keunggulan kompetitif dari barang yang diproduksi dan menjaga kelangsungan

hidup bisnis.

Sikap mandiri memiliki hubungan yang kuat terhadap kinerja usaha dengan

koefisien korelasi sebesar 0.554. Hal ini menunjukkan bahwa kemandirian

seorang pengusaha khususnya pengrajin tempe sangatlah penting dimiliki agar

kinerja usaha meningkat. Pengrajin yang memiliki sikap mandiri adalah mereka

yang tidak terlalu mengandalkan bantuan orang lain, ia selalu berusaha sekuat

tenaga untuk mencapai kesuksesan. Dengan sikap tersebut pengrajin tidak akan

mudah menyerah dengan keadaan, meskipun kesulitan sedang melanda. Dengan

kemandirian yang dimiliki pengrajin akan bangkit dari keterpurukan kemudian

berusaha mengejar kesuksesan.

Sikap realistis seperti halnya sikap yang lain, ia memiliki hubungan yang

kuat terhadap kinerja usaha. Sikap tersebut memiliki koefisien korelasi sebesar

Page 46: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

34

0.486 terhadap pertumbuhan usaha dan 0.488 terhadap penerimaan usaha.

Pengrajin yang memiliki sikap realistis akan mampu mengukur seberapa besar

kemungkinan pengembangan yang bisa dilakukan. Sehingga pengrajin akan

memfokuskan tenaga yang sesuai juga untuk mencapai hasil tersebut. Pada

akhirnya tidak banyak usaha dan tenaga yang terbuang sehingga kinerja dapat

lebih efektif dan efisien. Sikap realistis merupakan sikap wirausahawan sejati.

Sebagimana pendapat Alma (2010) bahwa wirausaha sejati bukan spekulan, tapi

seorang yang memiliki perhitungan cepat, mempertimbangkan segala fakta,

informasi dan data, ia mampu memadukan apa yang ada dalam hati, pikiran dan

kalkulasi bisnis. Sehingga sikap realistis sangat diperukan untuk menjadikan

pengrajin tempe memiliki kemampuan yang cepat, terukur dan mampu

direalisasikan kesuksesannya.

Hubungan Keterampilan terhadap Kinerja Usaha

Keterampilan merupakan salah satu unsur yang menentukan bagaimana

seseorang berperilaku. Seseorang cenderung akan lebih suka melakukan suatu

pekerjaan sesuai keterampilan yang dimiliki. Hal ini dikarenakan dengan

keterampilan yang dimiliki seseorang akan lebih mudah untuk menjalankan

kegiatan tersebut, dibanding seseorang yang tidak memiliki keterampilan ia tidak

harus memulai pekerjaan dengan belajar dari nol.

Berkaitan dengan pengrajin tempe maka keterampilan yang dimiliki oleh

pengrajin tempe akan menentukan bagaimana perilaku pengrajin tersebut.

Keterampilan wirausaha pada pengrajin tempe yang diteliti meliputi keterampilan

berproduksi, keterampilan memasarkan produk, serta keterampilan dalam

memanajemen keuangan. Hubungan yang terjadi dari masing-masing

keterampilan terhadap kinerja usaha pengrajin tempe dapat dilihat pada Tabel 20.

Dari Tabel 20 dapat diketahui bahwa keterampilan berproduksi memiliki

hubungan sangat lemah terhadap kinerja usaha secara umum dengan koefisien

korelasi 0.109 dan 0.096. Hal ini dikarenakan keterampilan memproduksi tempe

telah dimiliki oleh setiap pengrajin bahkan masyarakat secara umum. Sehingga

keterampilan dalam memproduksi tempe saja tidak lagi memiliki hubungan yang

kuat dalam menentukan kinerja usaha. Selain itu kinerja usaha juga dapat tercapai

meskipun pengrajin tersebut tidak ikut berproduksi sebagaimana yang dilakukan

oleh pengrajin tempe dengan jumlah karyawan yang banyak. Dengan proses yang

sama mereka menyerahkan sepenuhnya kepada karyawan yang bekerja. Namun

hal ini bukan berarti keterampilan memproduksi tempe tidak memiliki hubungan

sama sekali. Keterampilan memproduksi tempe juga ikut menentukan kinerja

usaha dari segi loyalitas pelanggan. Ketika tempe yang diproduksi memiliki rasa

lebih enak dibanding tempe lain maka sudah tentu konsumen akan lebih memilih

untuk membeli tempe dari pengrajin tersebut. Karena sudah menjadi sifat

konsumen akan lebih tertarik pada produk yang memiliki rasa enak serta kualitas

yang baik.

Keterampilan memasarkan memiliki hubungan yang kuat terhadap kinerja

usaha. Sebagaiman yang terlihat dalam tabel 20 yang menunjukkan bahwa

keterampilan memasarkan memiliki hubungan yang kuat terhadap kinerja dari

aspek pertumbuhan usaha dengan koefisien korelasi sebesar 0.572 dan 0.580

terhadap penerimaan usaha. Hal ini dikarenakan pemasaran yang baik akan

menjadikan penerimaan semakin bertambah. Bahkan dengan pemasaran yang baik

Page 47: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

35

pelanggan akan merasa senang terhadap produk yang dibelinya sehingga

menjadikannya semakin loyal terhadap produk tersebut. Sebagaimana yang

dijelaskan oleh Firdaus (2008) bahwa pemasaran merupakan salah satu kegiatan

pokok yang harus dilakukan oleh pengusaha agar usahanya dapat terus bertahan

(survival), mendapatkan laba, dan untuk berkembang. Sehingga keterampilan

dalam memasarkan produk merupakan sebuah keterampilan yang harus dimiliki

oleh setiap pengusaha termasuk pengrajin tempe. Melalui keterampilan

memasarkan yang baik akan membuat konsumen tertarik untuk mencoba produk

tempe yang diproduksi. Sehingga pelanggan yang akan membeli produk tempe

meningkat. Semakin canggih strategi pemasaran yang digunakan, makin

menunjang kemajuan suatu perusahaan bahkan kesuksesan suatu bisnis ditentukan

oleh perjuangan di pasar (Alma 2008).

Manajemen keuangan merupakan salah satu hal penting agar usaha yang

dijalankan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Arus kas yang lancar akan

mempengaruhi kinerja produksi sesuai dengan rencana yang diinginkan.

Keterampilan dalam memanajemen keuangan memiliki korelasi yang positif

terhadap kinerja usaha dengan koefisien korelasi sebesar 0.568 terhadap

pertumbuhan usaha dan 0.545 terhadap penerimaan usaha. Hal ini berarti bahwa

keterampilan tersebut memiliki hubungan yang kuat terhadap kinerja usaha.

Semakin baik keterampilan dalam menjalankan manajemen keuangan maka

semakin besar kesempatan pengrajin untuk berhasil dalam menjalankan usahanya.

Keterampilan usaha memiliki hubungan paling kuat dengan kinerja usaha dari

segi perluasan pangsa pasar. Hubungan tersebut ditunjukkan oleh koefisien

korelasi yang dimiliki yaitu sebesar 0.555. Keterampilan mengelola keuangan

akan memudahkan pengrajin dalam mengetahui seberapa besar laba, rugi, serta

kas yang dimiliki selama menjalankan usaha. Keterampilan tersebut juga berperan

dalam pengambilan keputusan khususnya untuk biaya produksi. Sehingga

pemborosan keuangan dapat dihindari dan pengrajin akan dapat menentukan biaya

yang paling efisien untuk menjalankan usahanya. Keuangan yang baik akan

menjadikan arus kas berjalan lancar sehingga penambahan modal dapat tercapai

dengan lebih mudah. Modal yang besar akan menjadikan pengrajin lebih mudah

untuk memperluas daerah pemasarannya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari uraian hasil penelitian tentang pengaruh perilaku wirausaha terhadap

kinerja usaha pengrajin tempe Kabupaten Grobogan maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa :

1. Karakteristik pengrajin tempe di Kabupaten Grobogan sebagian besar

termasuk dalam kategori tua yang menamatkan pendidikan formalnya

ditingkat SD. Namun meskipun demikian pengrajin mampu bersaing hingga

dapat memasarkan tempenya ditingkat luar kecamatan, bahkan ke luar kota.

2. Perilaku wirausaha yang dimiliki pengrajin tempe di Kabupaten Grobogan

sebagian besar berada dalam kategori tinggi yang mana sikap disiplin dan

Page 48: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

36

komitmen memiliki peran besar dalam keberlangsungan usaha mereka, bahkan

menjadi budaya yang diturunkan ke generasi pengrajin tempe setelahnya.

Bermodal pengetahuan teknis dan keterampilan memproduksi yang baik

pengrajin dapat meningkatkan kinerja usahanya sehingga memilih tetap

berproduksi meskipun keadaan bahan baku semakin mahal. Meskipun

pengetahuan manajemen serta keterampilan dalam mengelola keuangan masih

kurang.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku dan kinerja usaha pada

pengrajin tempe di Kabupaten Grobogan. Perilaku wirausaha pengrajin

berhubungan kuat terhadap kinerja usaha baik dari aspek pertumbuhan usaha

maupun penerimaan usaha.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian perilaku wirausaha pada pengrajin tempe di

Kabupaten Grobogan maka terdapat beberapa saran sebagai bahan pertimbangan

baik untuk pengrajin tempe, pemerintah maupun penelitian selanjutnya:

1. Pengrajin tempe hendaknya lebih meningkatkan keterampilan yang dimiliki

baik berupa keterampilan manajemen pemasaran terlebih promosi serta

perbaikan dalam manajemen keuangan agar kinerja usaha dapat tercapai

dengan maksimal.

2. Pemerintah dapat ikut berperan dalam meningkatkan kesejahteraan pengusaha

dengan mengadakan pelatihan untuk meningkatkan sikap dan keterampilan

yang dimiliki pengrajin tempe.

3. Penelitian ini hanya terbatas pada menganalisis hubungan antara perilaku

wirausaha pengrajin tempe dengan kinerja usahanya dengan menggunakan

analisis korelasi person. Alat analisis yang digunakan memiliki kelemahan

dalam hal mengetahui pengaruh antar variabel. Sehingga untuk penelitian

selanjutnya dapat menggunakan alat analisis yang lebih baik seperti SEM

untuk bisa mengetahui pengaruh perilaku wirausaha terhadap kinerja usaha

secara langsung.

Page 49: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

37

DAFTAR PUSTAKA

Alma B. 2008. Pengantar Bisnis. Bandung (ID): Alfabeta

. 2010. Kewirausahaan. Bandung (ID): Alfabeta

Ambarinanti M. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi dan

Ekspor Beras Indonesia [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor

Azwar S. 2013. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta (ID):

Pustaka Belajar

Azzahra R. 2009. Perilaku Wirausaha Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Peserta

Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) dan Program

Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa (PPKM) [Skripsi]. Bogor (ID):

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Grobogan.

2013. Penduduk Miskin Kabupaten grobogan. http://grobogan.go.id/penduduk-

miskin.html Penduduk Miskin Kabupaten Grobogan Th 2013. [diakses 4 Mei

2014]

Bird M.J. 1996. Entrepreneurial Behavior. Singapore (SG): Irwin Mc Graw Hill

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja,

Pengangguran, TPAK dan TPT, 1986–2013 [internet]. [diakses 2014 Mei 28].

Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?

kat=1&tabel=1&daftar= 1&id_subyek=06&notab=5

________________________. 2014. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin,

Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan

Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi, Maret 2013 [internet]. [diakses 2014 Mei

12]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?

kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=23&notab=1

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan. 2013. Grobogan Dalam Angka.

Purwodadi : PD. Purwa Aksara

[BPTP] Badan Litbang Pertanian Jawa Tengah. 2013. Kepala Badan Litbang

Pertanian dan Rumah Kedelai Grobogan [Internet]. [Diakses 2014 Mei 26].

Tersedia pada : http://jateng.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?

option=com_content&view=article&id=469:kepala-badan-litbang-pertanian-

dan-rumah-kedelai-grobogan&catid=4:info-aktual

Brigham JC. 1991. Social Psychology, 2nd edition. New York (US):

HarperCollins Publisher Inc.

Bygrave WD. 1994. The Portable MBA in Entrepreneurship. New York (US):

John Willey & Sons, Inc.

Cahyadi W. 2009. Kedelai Kasiat dan Teknologi. Jakarta (ID): Bumi Aksara

Day GS. 1990. Market-Driven Strategy: Processes For Creating Value. New

York (US): The Free Press A. Division of McMillan Inc

Dharmanthi R. 2009. Analisis Strategi Pengembangan usaha Pada Primer

Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (PRIMKOPTI) Kota Bogor

[Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor

Page 50: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

38

[Dinpertan] Dinas Pertanian (ID). 2013. Mendukung Kedaulatan Pangan Nasional.

http://dinpertan.grobogan.go.id/informasi/berita-terkini/170-ketahanan-

pangan.html [diakses, 7 Februari 2014]

Dirlanudin. 2010. Perilaku Wirausaha dan Keberdayaan Pengusaha Kecil Industri

Agro: Kasus di Kabupaten Serang Provinsi Banten [disertasi]. Bogor (ID):

Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

Druker FP. 1994. Inovation and entrepreneurship, Practicer and Principle. rusdi

naib, penerjemah. Jakarta (ID): gelora aksara pratama.

Firdaus M. 2008. Manajemen Agribisnis. Jakarta (ID): Bumi Aksara

Gibson JL, Ivancevich JM, Doonelly JH. 1995. Organisasi dan Manajemen,

Perilaku, Struktur dan Proses. Edisi ke empat. Dialihbahasakan oleh Djoerban

Wahid. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga

Grobogan. 2011. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten

Grobogan. http://grobogan.go.id/profil-daerah/kondisi-geografi/381-letak-dan-

luas-wilayah-kabupaten-grobogan.html [diakses, 4 Desember 2013]

Hakim R. 1998. Dengan Wirausaha Menepis Krisis. Jakarta (ID): Gramedia

Hardian W. 2011. Analisis Karakteristik dan Perilaku Wirausaha Pedagang

Martabak Manis Kaki Lima di Kota Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Hendro. 2011. Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta (ID): Erlangga.

Indrawijaya AI. 1986. Perilaku Organisasi. Bandung (ID): Sinar Baru

Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada

Kast FE, Rosenzweig J.E. 1995. Organisasi dan Manajemen . Dialih bahasakan

oleh Hasyim Ali. Jakarta (ID): Bumi Aksara

Kementrian Negara Koperasi dan UKM. 2014. Perkembangan Data Usaha Mikro,

Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2011-2012 [Internet].

[2014 Mei 20]. Tersedia pada: http://www.depkop.go.id/index.php?

option=com_phocadownload&view=section&id=17:data-umkm&Itemid=93

Lunardi AG. 1981. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta (ID): PT. Gramedia

Mar’at. 1982. Sikap Manusia: Perubahan dan Pengukuran. Bandung (ID): Ghalia

Indonesia

Marbun BN. 1993. Kekuatan dan Kelemahan Pengusaha Kecil. Jakarta (ID): PT

Pustaka Binaman Pressindo

Meredith GG, Nelson RE, Nick PA. 1996. Kewirausahaan Teori dan Praktek.

Dialihbahasakan oleh Andre Asparsayogi. Jakarta (ID): Pustaka Binaman

Pressindo

Murhardjani. 2004. Pemberdayaan Pengrajin Tahu Tempe (Kajian Pengrajin Tahu

Tempe di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta [Tugas

Akhir]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

Nazir M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Penerbit Ghalia Indonesia

Nugrayasa Oktavio. 2013. Problematika Harga Kedelai di Indonesia.

http://setkab.go.id/artikel-10045-.html [diakses 10 mei 2014]

Nugroho BA. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan

SPSS. Yogyakarta (ID): Penerbit ANDI

Pambudy R. 1999. “Perilaku Komunikasi, Perilaku Wirausaha Peternak Dan

Penyuluh Dalam Sistem Agribisnis Peternakan Ayam.” Disertasi Doktor,

Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID)

Page 51: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

39

Perry TS. 1995. How Small Firm Innovation: Designing A Culture for Creativity.

Research-Technology Management, March-April

Rahadian D. 2002. Hubungan Perilaku Wirausaha Peternak dengan Produktivitas

Kelompok Peternak Domba Garut [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan,

Institut Pertanian Bogor

Rahayu S. 2005. Aplikasi SPSS Versi 12.00 dalam Riset Pemasaran. Bandung

(ID): Alfabeta

Rakhmat J. 2001. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung (ID): Remaja

Rosda Karya.

Riyanti BPD. 2003. Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi kepribadian.

Jakarta (ID): Gramedia Widiasarana Indonesia

Rovicky. 2013. Hari Tempe Sedunia. http://www.jurnas.com/halaman/20/2013-

06-07/250003 [diakses 8 Maret 2014]

Salkind NJ. 1985. Theories of Human Development. New York (US): John Wiley

& Sons Inc.

Sapar. 2006. Faktor-Faktor Yang berhubungan Dengan Perilaku Kewirausahaan

Pedagang Kakilima(Kasus Pedagang Kakilima Pemakai Gerobak Usaha

Makanan di Kota Bogor) [Disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut

Pertanian Bogor

Satya LD. 2010. Pengaruh Sikap dan Norma Subyektif Terhadap Intensi Menjadi

Wirausaha Sukses (Studi Kasus : Usaha Mikro Kecil Menengah Agribisnis di

Kecamatan Ciampea, Bogor). [Sekripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Sudijono A. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta (ID): PT RajaGrafindo

Persada.

Sudjatmoko A. 2009. Panduan Lengkap Wirausaha, Cara Cerdas Menjadi

Pengusaha Hebat. Jakarta (ID): Visimedia

Suharyadi dkk. 2007. Kewirausahaan : Membangun Usaha Sukses Sejak Usia

Muda. Jakarta (ID): Salemba Empat

Sutrisno E. 2006. Studi Profil Industri Tempe Berdasarkan Tingkat Kesuksesan

(Studi Kasus Industri Tempe di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)

[Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Thoha M. 1998. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta

(ID): RajaGrafindo Persada.

Tika MP. 2006. Metode Riset Bisnis. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara

Warnaningsih MK. 2011. Analisis Modernitas Sikap Kewirausahaan dan

hubungannya dengan Kinerja Unit Usaha Kecil Tahu Serasi Bandung (Studi

Kasus Unit Usaha Kelmpk Wanita Tani Damai, Kecamatan Bandungan,

Kabupaten semarang) [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Wibowo Singgih. Dkk. 2002. Pedoman Mengelola Perusahaan Kecil. Jakarta

(ID): penebar Swadaya

Winardi. 2003. Entrepreneur dan Entrepreneurship. Bogor (ID): Penerbit

Kencana

Zimmerer TW, Norman MS. 2005. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen

Bisnis Kecil. alih bahasa Edina Cahyaningsih Tarmidzi. Jakarta (ID): PT.

Indek, Kelompok Gramedia. Terjemahan dari: Essentials of Entrepreneurship

and small business management

Page 52: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

40

LAMPIRAN

Page 53: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

41

Lampiran 1 Hasil uji Reliabilitas Kuesioner

Uji Reliabilitas Sikap Wirausaha

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

0.867 28

Uji Reliabilitas Keterampilan Wirausaha

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

0.680 13

Page 54: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

42

Uji Reliabilitas Kinerja Usaha

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

0.857 8

Uji Reliabilitas Keseluruhan

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

0.918 49

Page 55: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

43

Lampiran 2 Hasil output uji korelasi pearson perilaku wirausaha terhadap kinerja

usaha

Correlations

pengetahuan Sikap keterampilan pertum.usaha Pener. usaha

Pengetahuan Pearson

Correlation 1 .722

** .701

** .454

* .449

*

Sig. (2-tailed) .000 .000 .010 .011

N 31 31 31 31 31

Sikap Pearson

Correlation .722

** 1 .781

** .644

** .526

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .002

N 31 31 31 31 31

Keterampilan Pearson

Correlation .701

** .781

** 1 .590

** .528

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .002

N 31 31 31 31 31

pertum.usaha Pearson

Correlation .454

* .644

** .590

** 1 .686

**

Sig. (2-tailed) .010 .000 .000 .000

N 31 31 31 31 31

Pener. usaha Pearson

Correlation .449

* .526

** .528

** .686

** 1

Sig. (2-tailed) .011 .002 .002 .000

N 31 31 31 31 31

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 56: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

44

Lampiran 3 Hasil uji kenormalan

Uji Kenormalan

H0: residual menyebar normal

H1: residual tidak menyebar normal

Terima H0 jika p-value > 0.05, artinya residual menyebar normal

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 31

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 8.01773734

Most Extreme Differences Absolute .095

Positive .063

Negative -.095

Kolmogorov-Smirnov Z .527

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.944

a. Test distribution is Normal.

Hasil uji statistik menunjukan p-value 0.944 > 0.05, artinya residual telah

menyebar normal

Page 57: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

45

Lampiran 4 Dokumentasi penelitian

Salah seorang pengrajin tempe

Kantor Primkopti Grobogan

Stok bahan baku tempe berupa kedelai

Peralatan pembuatan tempe yang

sederhana

Tempe yang telah jadi dan siap dipasarkan

Page 58: ANALISIS HUBUNGAN PERILAKU WIRAUSAHA TERHADAP … · wirausaha, sikap wirausaha, dan keterampilan wirausaha terhadap kinerja usaha ... 11 Distribusi pengrajin tempe berdasarkan jenis

46

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bendan Karangharjo, sebuah desa yang berada di

Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Jawa Tengah pada tanggal 04

Agustus 1992. Penulis adalah anak ke lima dari 8 bersaudara yang lahir dari rahim

Ibu Sutilah (Solihah) dan bapak Ahmad Solikhin. Penulis menyelesaikan

pendidikan dasar di SD Karang Harjo II lulus pada tahun 2004, kemudian

melanjutkan Sekolah Menengah Pertamanya di MTs Al Asror Semarang dengan

tinggal di pondok pesantren Al Bisyri Semarang lulus tahun 2007. Kemudian

melanjutkan jenjang Menengah Atas di MA Al Asror Semarang lulus tahun 2010.

Setelah lulus dari MA penulis mencoba mendaftar beasiswa ke IPB melalui jalur

Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Kementrian Agama tahun 2010. Setelah melalui

berbagai tes yang diselenggarakan alhamdulillah berkat rahmat Yang Maha Kuasa

penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi

dan Manajemen IPB.

Selama menempuh pendidikan penulis aktif dalam berbagai organisasi intra

dan ekstra kampus. Berbekal pengalaman menjadi anggota dan pengurus OSIS

selama di Madrasah Aliah, penulis memberanikan diri untuk terjun ke berbagai

organisasi untuk menimba ilmu dan pengalaman. Berawal dari asrama TPB IPB

pada tahun pertama penulis aktif dalam kepengurusan Dewan Mushola TPB IPB

dan sekaligus menjadi anggota aktif di KOPMA IPB. Tahun selanjutnya yaitu

pada 2011 penulis aktif dalam berbagai kegiatan di antaranya pengurus KMNU

IPB sebagai staf divisi Eksternal, Kominfo Persatuan Mahasiswa Purwodadi

(PERMADI) dan staf PSDM CSS MoRA IPB. Pada tahun 2012 penulis aktif

sebagai Wakil Ketua CSS MoRA IPB dan merangkap sebagai Bendahara ISMA

(Ikatan Santri Mahasiswa Al Ihya). Kemudian pada 2013 penulis mendapat

amanah sebagai ketua ISMA dan sekaligus sebagai ketua regional barat CSS

MoRA Nasional. Selanjutnya pada akhir masa perkuliahan penulis juga aktif

sebagai pendamping Posdaya di bawah asuhan P2SDM IPB serta menjadi ketua

kelompok program IPB Goes to Field 2014 di Kecamatan Cigombong dengan

tema optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan.