17
“MENUJU PENDIDIKAN YANG BERKESEIMBANGAN,BERKESESUAIAN, BERKESETARAAN DAN BERKEADILAN” Sebuah Ikhtiar Menangkap Ruh Pendidikan Oleh: H.A Alf Arslan Djunaid,SE

Menuju Pendidikan Yang Berkeseimbangan, Berkesusaian, Berkesetaraan dan Berkeadilan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Menuju Pendidikan Yang Berkeseimbangan, Berkesusaian, Berkesetaraan dan Berkeadilan

“MENUJU PENDIDIKAN YANG BERKESEIMBANGAN,BERKESESUAIAN,BERKESETARAAN DAN BERKEADILAN”

 

Sebuah Ikhtiar Menangkap Ruh PendidikanOleh: H.A Alf Arslan Djunaid,SE

Page 2: Menuju Pendidikan Yang Berkeseimbangan, Berkesusaian, Berkesetaraan dan Berkeadilan

Pendidikan mempunyai akar yang pahit, tapi buahnya manis (Aristoteles)

Pendidikan mengembangkan kemampuan, tetapi tidak menciptakannya (Voltaire)

Page 3: Menuju Pendidikan Yang Berkeseimbangan, Berkesusaian, Berkesetaraan dan Berkeadilan

Pendidikan yang ideal

Pendidikan yang Ideal itu seperti apa?Mengacu pd tujuan pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: “membentuk manusia yg beriman,bertaqwa, berakhlak mulia,sehat,berilmu,cakap,kreatif,mandiri,demokratis serta bertanggungjawab”. Itulah pendidikan ideal yang menjadi harapan dan cita cita bangsa Indonesia.

Page 4: Menuju Pendidikan Yang Berkeseimbangan, Berkesusaian, Berkesetaraan dan Berkeadilan

Dari tujuan tersebut ,pendidikan kita mencakup 4 aspek,yaitu: spiritual,sosial, pengetahuan, ketrampilan sehingga pendidikan kita bercorak Integralistik, yaitu mengandung komponen komponen kehidupan,meliputi: Tuhan,Manusia dan alam yg diharapkan dpt menghasilkan output yg memiliki integritas tinggi,tdk hanya humanistik atau pragmatik

Page 5: Menuju Pendidikan Yang Berkeseimbangan, Berkesusaian, Berkesetaraan dan Berkeadilan

Kondisi nyata pendidikan Kota Pekalongan

1. Hasil susenas Jawa Tengah tahun 2014 a. Prosentase penduduk usia 13 – 15 tahun Tidak pernah sekolah = 0 % Masih sekolah = 89,34 % Tidak bersekolah lagi = 10,66 % (peringkat 33 dari 35 kab/kota) b. Prosentase penduduk usia 15 – 18 tahun Tidak pernah sekolah = 0,51% Masih sekolah = 50,64% Tidak sekolah lagi = 48,8% (peringkat 33 dari 35 kab/kota) 2. Pekalongan dalam angka tahun 2013 Angka lama sekolah : 8,68 tahun

Page 6: Menuju Pendidikan Yang Berkeseimbangan, Berkesusaian, Berkesetaraan dan Berkeadilan

Data tersebut menunjukkan ada permasalahan pendidikan di Kota Pekalongan. Yang harus disadari oleh kita semua,setiap permasalahan pendidikan akan berakibat pada permasalahan bidang yang lain,seperti ekonomi (tenaga kerja yang tidak terdidik, tidak terampil dan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja,dll), kesehatan (penyalahgunaan narkoba,pernikahan dini,kesehatan reproduksi,dll), sosial (kekerasan, kriminal,dll), budaya (kemampuan memilih,menghargai, melestarikan budaya), masalah lingkungan,dan berbagai permasalahan lainnya.

Page 7: Menuju Pendidikan Yang Berkeseimbangan, Berkesusaian, Berkesetaraan dan Berkeadilan

Permasalahan

Setidak tidaknya ada 2 permasalahan pokok pendidikan di kota Pekalongan,yaitu akses dan mutu pendidikan.1. Akses Masalah akses terhadap pendidikan,setidaknya berkaitan langsung dengan: a.Mahalnya biaya pendidikan. Untuk mendapatkan pendidikan yang kualitasnya baik, memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tetapi bagi mereka yang miskin harus diprioritaskan untuk tidak membayar/gratis, dan menjadi tanggung jawab negara.  

Page 8: Menuju Pendidikan Yang Berkeseimbangan, Berkesusaian, Berkesetaraan dan Berkeadilan

Namun urusan pendidikan tidak dapat diserahkan tanggungjawabnya hanya kepada negara,ada 4 pilar pendidikan: keluarga,masyarakat,sekolah/lembaga,negara. Untuk mewujudkan pendidikan yg ideal memerlukan dukungan dan tanggungjawab 4 pilar,tidak adil kalau hanya dibebankan kepada salah satunya, kota Pekalongan harus dapat mewujudkan pendidikan yang berkeadilan.

Page 9: Menuju Pendidikan Yang Berkeseimbangan, Berkesusaian, Berkesetaraan dan Berkeadilan

b.Anak berkebutuhan khusus Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang setara,oleh sebab itu pendidikan inklusif harus mendapatkan perhatian penuh dari pemerintah. Namun demikian, konsep pendidikan inklusif tidak lah mudah. Pendidikan inklusif memerlukan persiapan, perencanaan yang detail dan lengkap, meliputi seluruh faktor terkait. Diperlukan kematangan sistem dan kesiapan tenaga profesional lapangan dan kesiapan masyarakat untuk membantu suksesnya penyelenggaraan pendidikan inklusif,kota pekalongan harus mampu menyediakan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus agar mereka mendapatkan pendidikan yang setara.

Page 10: Menuju Pendidikan Yang Berkeseimbangan, Berkesusaian, Berkesetaraan dan Berkeadilan

2. Mutu Kesesuaian kualifikasi lulusan dengan kebutuhan dunia kerjaSebagai kota vokasi, jumlah siswa SMK lebih besar dibanding jumlah siswa SMA Pendidikan menengah kejuruan kita,harus mempertimbangkan aspek kesesuaian kompetensi lulusan dengan kebutuhan dunia kerja. Lulusan SMK harus memiliki kesesuaian kualifikasi dengan dunia usaha dan dunia industri agar tidak menghasilkan lulusan yang menganggur(mencetak pengangguran).

Page 11: Menuju Pendidikan Yang Berkeseimbangan, Berkesusaian, Berkesetaraan dan Berkeadilan

Dunia usaha dan dunia industri harus diajak untuk turut serta mengembangkan kompetensi siswa SMK. SMK juga harus mengetahui perkembangan dunia industri dan dunia usaha baik lokal,regional,nasional maupun internasional.Siswa SMK juga harus dibekali dengan pendidikan kewirausahaan(entrepreunership) yang memadai agar ketika lulus tidak hanya mencari pekerjaan tetapi dapat menciptakan lapangan pekerjaan.

Page 12: Menuju Pendidikan Yang Berkeseimbangan, Berkesusaian, Berkesetaraan dan Berkeadilan

Sistem pendidikan Indonesia lebih menonjolkan aspek keilmuan, dan kurang memberikan pengajaran yang seimbang dalam pembentukan akhlaq mulia (akhlaqul karimah), padahal tujuan pendidikan yang ideal adalah membentuk anak-anak didik menjadi insan yang beriman,bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri,demokratis serta bertanggungjawab,tetapi dari unsur-unsur itu yang paling banyak dihabiskan hanyalah berkaitan dengan ilmu, memikirkan rangking satu, ikut olimpiade fisika, matematika, tidak memberikan pelayanan yang cukup dalam pengembangan akhlaq mulia.

Page 13: Menuju Pendidikan Yang Berkeseimbangan, Berkesusaian, Berkesetaraan dan Berkeadilan

Membiasakan anak untuk hidup berakhlaq, berbudi pekerti serta bertaqwa penting dilakukan, dimulai dengan mengajarkan hal hal sederhana kepada mereka untuk selalu senyum, salam, sapa, syukur,mencintai kebersihan,mencintai lingkungan. Apabila hal kecil itu bisa diterapkan akan tumbuh generasi yang memiliki kepribadian yang stabil, optimis, pantang mengeluh, dan selalu bersyukur.

Page 14: Menuju Pendidikan Yang Berkeseimbangan, Berkesusaian, Berkesetaraan dan Berkeadilan

Menurut Alaydroes (2002), pada sektor pendidikan umum terjadi sekularisasi pendidikan, yang memisahkan pendidikan umum dari pendidikan agama yang sesungguhnya sarat dengan pesan-pesan moral. Sementara di sektor pendidikan agama yang banyak diselenggarakan di madrasah atau pesantren terjadi sakralisasi pendidikan, yakni muatan-muatan agama yang tidak mempertimbangkan hal-hal yang terjadi dan berkembang di dunia. Sehingga murid-murid yang dihasilkan adalah murid-murid yang mengetahui ilmu agama tetapi “gagap” dalam dalam beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari yang sarat dengan perubahan dan perkembangan ilmu dan teknologi.

Page 15: Menuju Pendidikan Yang Berkeseimbangan, Berkesusaian, Berkesetaraan dan Berkeadilan

Adapun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang sangat pesat, di satu sisi telah mengantarkan manusia untuk meningkatkan kesejahteraan materiilnya. Namun di sisi lain, paradigma iptek modern dengan berbagai pendekatannya yang empiris, obyektif dan bebas etik, telah membawa manusia pada kehampaan nilai-nilai spiritual. Fenomena ini ditandai dengan terkikisnya nilai-nilai kemanusiaan manusia dan hilangnya semangat religius dalam segala aktivitas kehidupannya. Nilai-nilai ketuhanan semakin mengalami pergeseran yang berarti, dan nilai-nilai cinta kasih terlihat berganti menjadi nilai individualistik.

Page 16: Menuju Pendidikan Yang Berkeseimbangan, Berkesusaian, Berkesetaraan dan Berkeadilan

Ilmu membuat hidup menjadi mudah,seni membuat hidup menjadi indah,agama membuat hidup menjadi terarah dan barokah

Ilmu membuat orang jadi pandai, teknologi memberi kemudahan, namun semuanya tidak membawa bahagia dan hanya sepi karena masing-masing pengetahuan itu terpisah satu sama lain. Ilmu terpisah dari moral, moral terpisah dari seni, senipun terpisah dari ilmu. Pengetahuan kita hanya memiliki sepotong-sepotong, tidak utuh. (Jujun S. Sumantri, 1992). Kota Pekalongan harus dapat mewujudkan pendidikan yang seimbang dan integral.

   

Page 17: Menuju Pendidikan Yang Berkeseimbangan, Berkesusaian, Berkesetaraan dan Berkeadilan

Simpulan Membangun pendidikan berkemajuan berarti membangun pendidikan yang berkeadilan, berkesetaraan, berkesesuaian dan berkeseimbangan