Upload
river
View
60
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
S E M I L O K A Menuju Kawasan Hutan yang Berkepastian Hukum dan Berkeadilan. Komisi Pemberantasan Korupsi Balai Kartini , 13 Desember 2012. korupsi , merugikan perekonomian negara. Latar Belakang. - PowerPoint PPT Presentation
Citation preview
S E M I L O K A Menuju Kawasan Hutan yang
Berkepastian Hukum dan Berkeadilan
Komisi Pemberantasan KorupsiBalai Kartini, 13 Desember 2012
Pemberantasan Korupsi
dalam perspektif Penjagaan Hak-hak Sosial dan Ekonomi untuk Kesejahteraan Rakyat
bahwa tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi secara meluas tidak hanya merugikan keuangan Negara,
tetapi juga telah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat
secara luas, sehingga tindak pidana korupsi perlu digolongkan sebagai kejahatan yang pemberantasannya harus dilakukan secara luar biasa
Latar Belakangkorupsi, merugikan
perekonomian negara
Latar Belakang
Buruknya tata kelola dan korupsi menjadi lingkaran setan bagi sektor kehutanan. Keduanya terus menggerogoti hak rakyat
untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya atas hutan.
Kemhut
FWI
0 1 2 3
1
2.62
Tingkat deforestasi
masih sangat tinggi (juta
hektar/tahun)
0
10
20
30
40 35
1.2 2.5
15.9
Kerugian Negara
Kerugian Kasus Azmun
PNBP Kehutanan
Potensi Kerugian PNBP Pinjam Pakai
Kerugian negara sektor kehutanan
menggerogoti keuangan negara (trilyun
rupiah)
Ketidakpastian hukum atas kawasan hutan
menyebabkan tumpang tindih izin terjadi masif
Sengketa agraria
Tumpang tindih ke-
bun Kalteng
Tambang yang tidak
clean & clear
Jum-lah
1918 395 5763
korupsi di sektor kehutanan
Korupsi
Tata kelola yang buruk
Penegakan
hukum lemah
Sumber: Statistik Kehutanan 2012, PKHI 2000-2009 (2010), KemenESDM (2010),
Silvagama (2011), KPK (2010), KemenESDM (2012), SAINS (2010)
Pencegahan Korupsi Sektor Kehutanan
Tugas KPKPasal 6
KoordinasiPasal 7
SupervisiPasal 8
Penyelidikan, Penyidikan, Penuntutan
Pasal 11
PencegahanPasal 13
MonitorPasal 14
1.Kejaksaan2.Kepolisian3.BPK4.Inspektorat Jenderal5.Lain-lain
1.Kejaksaan2.Kepolisian3.BPK4.Inspektorat Jenderal5.Lain-lain
6.Lembaga yang memberikan pelayanan publik
1.Semua kewenangan yang diberikan kepada penegak hukum lainnya oleh UU
2.Kewenangan tertentu yang tidak diberikan kepada penegak hukum lain
Pencegahan Korupsi Sektor Kehutanan
mekanisme anti korupsi KPK (UU No. 30/2002)
KPK berwenang melakukan tugas dan langkah pencegahan sbb:
Melakukan pengkajian thd sistempengelolaan administrasi
di semua lembaga negara& pemerintah
Memberi saran perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian, sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi korupsi
Kepada semua pimpinan lembaga negara & pemerintah
Melaporkan jika saran KPK mengenai usulan perubahan tersebut tidak diindahkan
Kepada :Presiden, DPR, & BPK
Pencegahan Korupsi Sektor Kehutanan
tugas monitor (Pasal 14)
KORUPSI
Pencegahan Korupsi Sektor Kehutanan
Adanya “dispute policy” antara
penentuan ruang provinsi dengan menteri sektoral (Kemenhut, 2012)
Ketidak pastian hukum
kawasan hutan
Tumpang tindih pengelolaan SDA
Proses pengukuhan
otoriter
Konflik SDA dan
agraria
Konflik dalam konsep
penguasaan
negara
arti penting kajian
Sengketa tanah 24,4 juta ha dengan kawasan hutan (BPS & Kemenhut 2009)
PNBP Pinjam Pakai tidak
terpungut 15,9 trilyun (KPK,
2010)
Peran masyarakat dalam pengelolaan
SDA terbatas (Myrna, 2012)
Hingga saat ini kawasan hutan
hanya ditentukan melalui penunjukan
dan itu termasuk perbuatan otoriter
(Putusan MK 45/2011)
Selama puluhan tahun berbagai
persoalan dalam kebijakan SDA mengganggu kepentingan negara untuk
menyejahterakan rakyatnya.
Selama itu pula praktik korupsi
bersembunyi di dalamnya
memanfaatkan permasalahan
tersebut.
Hilangnya 3,2 juta ha kawasan hutan menjadi tanah terlantar (tidak ada realisasi penanaman kebun dari pelepasan kawasan hutan – data Dit.Kuh 2010)
Ketidakpastian status 105,8 juta ha kawasan hutan (Penetapan baru 11,8% dari 120 juta ha – data Dit.Kuh 2010)
Penegakan
hukum lemah
Tidak harmonisnya
regulasi
Celah hukum dalam
perencanaan
Persoalan
desentralisasi
KORUPSI
Pencegahan Korupsi Sektor Kehutanan
Perencanaa
n
Bina produksi
Perlindungan
Regulasi; 9Kelem-bagaan;
3
Tata laksana;
4
Manajemen; 1
Kajian KPK dalam sistem perencanaan hutan
menemukan 17 permasalahan
PNBPKonserva
si
Tidak harmonisnya
regulasi
Ketidak pastian hukum
kawasan hutan
Celah hukum dalam
perencanaan
Tumpang tindih pengelolaan SDA
Proses pengukuhan
otoriter
Konflik SDA dan
agraria
Kajian KPK dalam sistem perencanaan kehutanan sebenarnya membuka pintu bagi berbagai masalah dalam tata kelola dan kuasa SDA yang telah menjadi
masalah selama puluhan tahun.
Persoalan
desentralisasi
Konflik dalam konsep
penguasaan
negara
kajian sistem perencanaan
Kajian Sistem dan Corruption Impact Assesment
Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi Kajian KPK
Pencegahan Korupsi Sektor Kehutanan
35%
65%
Status TutupStatus Terbuka
Keterangan Ditjen Planologi
Temuan 17
Status Closed s.d TW III 2012
11
Total Temuan Status Open
6
Bukan persoalan
lingkup Kemenhut
semata
Ego sektoral
menghambat
komitmen bersama
kajian sistem perencanaan
Persoalan ketidak pastian
kawasan hutan
komitmen bersama
Rencana aksi yang
efektif
rencana aksi yang efektif
Besar dan luasnya implikasi permasalahan dalam
sistem perencanaan SDA, memerlukan tidak hanya kesepahaman bersama
tetapi juga komitmen dan rencana aksi yang jelas dan
efektif.
Pemetaan Masalah dan Komitmen Bersama
Pemetaan Permasalahan dan Komitmen Bersama
Pemetaan
masalah
Diskusi serial
Naskah tematik
Seminar dan
Lokakarya
Nota kesepah
aman
Membangun komitmen kementerian lintas sektor. Kemhut, BIG, BPN, KemPU, Kementan, Kemen ESDM,
Kemenkumham, Kemdagri, Kemenkeu, Bappenas, Kementerian LH, Komnas
HAM, UKP4, KPK.
Besar dan luasnya implikasi permasalahan dalam sistem perencanaan SDA, memerlukan tidak hanya kesepahaman
bersama tetapi juga komitmen dan rencana aksi yang jelas dan efektif.
Memetakan persoalan dalam bahasa yang sama. Dipetakan melalui tiga persoalan: 1) harmonisasi regulasi dan kebijakan dalam penataan ruang
dan kawasan SDA, 2) percepatan pengukuhan, 3) resolusi konflik.
Agustus 2012 Januari 2013
membangun komitmen bersama
13 Desember 2012
• Memastikan pranata hukum yang ada
mendukung pembangunan SDA yang memberikan kepastian hukum
Harmonisasi Kebijakan dan
Regulasi Dalam Pengelolaan
SDA
• Mendorong terbentuknya fondasi bagi pengurusan sumber daya hutan yang sesuai prinsip negara hukum dan menyejahterakan rakyat
Percepatan Pengukuhan
Kawasan Hutan
• Membangun legitimasi dan pengelolaan SDA yang berbasis rakyat
Resolusi Konflik
Pemetaan Permasalahan dan Komitmen Bersama
memetakan rencana aksi bersama
UU 4/2009
Wilayah Pertambangan
UU 18/2004
UU 41/1999
UU 26/2007
Pemetaan Permasalahan dan Komitmen Bersama
UU 26/2007 dan UU 41/1999 seolah saling menegasikan. UU 41/1999 misalnya memberikan ruang bagi penggunaan kawasan hutan, sementara UU 26/2007 mengatur ketat bahwa tidak boleh ada pemanfaatan yang berbeda dengan peruntukannya.
Blok Pemanfaatan
Kawasan Budidaya Kawasan Lindung
Bd. Hutan
IUP Kebun
Bd. Kebun
IUP Kebun
Bd. Tambang
IUP Tambang IUP Tambang
Kawasan Hutan
Produksi
Kws Hutan Lindung/Kons
IUPHHK
IUP Tambang
Pinjam pakai
Melanggar UU
26/2007
Pelepasan
Melanggar UU
26/2007
Tema 1: persoalan regulasi dalam penataan ruangPermasalahan: aturan rekonsiliasi
peruntukan
Pemetaan Permasalahan dan Komitmen Bersama
Tema 1: persoalan regulasi dalam penataan ruangRencana aksi : mendorong harmonisasi dan
rekonsiliasiPihak Terkait Upaya yang Telah Dilakukan Rencana Aksi
Kementerian Kehutanan
Membangun peta penunjukan kawasan hutan dan tata guna hutan kesepakatan (TGHK).
Meningkatkan kinerja penataan batas.
Melakukan penetapan kawasan hutan secara parsial.
Membentuk KPH model. Menetapkan pemantapan
kawasan hutan sebagai prioritas rencana kerja Kementerian Kehutanan.
Menyusun aturan tentang pengukuhan kawasan hutan yang menghasilkan kawasan hutan berdasarkan status hutannya yaitu hutan adat, hutan negara dan hutan hak.
Menyusun perencanaan kehutanan yang menjelaskan blok pemanfaatan untuk hutan negara, hutan adat, dan hutan hak, hutan desa, maupun berdasarkan KPH.
Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pengukuhan kawasan hutan dan pengelolaan hutan.
Mempercepat perumusan rencana makro pemantapan kawasan hutan. Bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Pekerjaan Umum
menyusun kriteria daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Kementerian Lingkungan
Hidup
Mempercepat penyelesaian Peraturan Pemerintah sebagai penjabaran UU No 32/2009 terutama yang terkait pemanfaatan dan pencadangan sumberdaya alam.
Bersama Kementerian Kehutanan dan Kementerian Pekerjaan Umum menyusun kriteria daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Kementerian ESDM
Menyusun Wilayah Usaha Pertambangan.
Melakukan evaluasi terhadap penetapan wilayah usaha pertambangan dan potensi tumpang-tindihnya dengan perizinan lain.
Menyelesaikan evaluasi terhadap penetapan wilayah usaha pertambangan dan potensi tumpang-tindihnya dengan perizinan lain.
Bersama Kementerian Pekerjaan Umum menyusun kriteria dalam penentuan wilayah terkait pertambangan, termasuk WUP, WIUP, dan WPR.
Mempercepat penyusunan wilayah izin usaha pertambangan, wilayah usaha pertambangan rakyat.
Kementerian Pertanian
Menyusun aturan penjelasan bagi Pasal 7 UU 18/2004 yang berbasis spasial dengan memastikan bahwa perencanaan perkebunan kabupaten/kota mengacu kepada perencanaan perkebunan provinsi yang diselaraskan dengan perencanaan perkebunan nasional; Bersama Kementerian Pekerjaan Umum menyusun kriteria dalam penentuan areal peruntukan budidaya perkebunan.
Melakukan evaluasi terhadap potensi tumpang-tindih perkebunan dengan perizinan lain.
Kementerian Pekerjaan
Umum
Menyusun regulasi terkait perencanaan dan pemanfaatan ruang yang menjamin terakomodasinya semua kepentingan sektor dalam bentuk alokasi peruntukan ruang sebagaimana termuat dalam rencana tata ruang
Penunjukan
Penataan batas Penetapan
Pemetaan Permasalahan dan Komitmen Bersama
Tema 2: persoalan pengukuhan kawasan hutan
Permasalahan: pengukuhan tidak mampu menjadi penyelesaian hak atas tanah dan hutan
Penunjukan kawasan hutan sebagai dasar penentuan
kawasan hutan merupakan perbuatan otoriter (Putusan MK 45/2011), Inventarisasi sebelum penunjukan tidak
berjalan dengan semestinya (PP 44/2004)
Mekanisme penyelesaian hak tidak diatur tegas, opsi penyelesaian
terbatas, pasal 68 UU 41/1999 tidak
dijalankan (Permenhut P.50/2011)
Penetapan tidak dapat
memisahkan status hutan: a. hutan hak, b.
hutan negara, c. hutan adat (UU
41/1999)
Legitimasi
kawasan hutan lemah
Kawasan hutan
menjadi ruang konflik
Pemetaan Permasalahan dan Komitmen Bersama
Tema 2: persoalan pengukuhan kawasan hutan
Rencana aksi: mendorong agar pengukuhan kawasan menjadi jalan penyelesaian hak atas tanah dan hutan
Pihak TerkaitUpaya yang Telah
DilakukanRencana Aksi ke Depan
Kementerian Kehutanan
Membentuk tim tenurial yang bertugas untuk membangun model penyelesaian konflik desa.
Melakukan revisi terhadap PP 44/2004, Permenhut P.50/2011 dan Permenhut P.47/2010 sehingga a. menguatkan kewenangan PTB misalnya sebagai lembaga penyelesaian hak di dalam penataan batas kawasan hutan, b. mengatur mekanisme yang lebih tegas tentang penyelesaian hak dalam penataan batas, c. mengatur ruang keberatan dalam penataan batas, d. mengatur mekanisme dan anggaran kompensasi, e. menguatkan partisipasi individu maupun masyarakat secara umum dalam penataan batas kawasan hutan, e. mengatur mekanisme untuk mengakomodir peta-peta partisipatif.
Pemerintah Kabupaten/Kota
Menyusun aturan daerah untuk mensosialisasikan setiap rencana penataan batas dan membuka ruang partisipasi masyarakat dalam kegiatan penataan batas di wilayahnya.
Mempublikasi setiap hasil penatabatasan, baik itu Berita Acara Tata Batas (BATB), maupun peta penataan Batas.
Pemetaan Permasalahan dan Komitmen Bersama
Tema 3: persoalan konflik
Permasalahan: pengelolaan SDA berbasi masy. terbatas
Pengelolaan Hutan oleh Masyarakat
Hutan Produksi
Hutan Produksi non-izin
Hutan Tanaman Rakyat (HTR)
HTR Mandiri
HTR Kemitraan
Hutan Kemasyara
katan (HKm)
Hutan Desa
Hutan Produksi-
izin
Kemitraan
Konsesi Perum
Perhutani
PHBM Perhutani
Hutan Lindung
Hutan Kemasyara
katan (HKm)
Hutan Desa
Hutan Konservasi
Kolaborasi Zonasi
Sumber: Myrna Safitri (2012)
Pemetaan Permasalahan dan Komitmen Bersama
Tema 3: persoalan konflik
Permasalahan: pengelolaan SDA berbasi masy. terbatas
Sumber: Renstra Kemenhut 2010-2014; Road Map Forest Tenure, 2011
SkemaTarget(ha)
Capaian 2010
Areal Kerja (ha)
Izin
Luas (ha) Jumlah
Hutan Kemasyarakatan 2.000.000 78.901, 36 19.711,39 11
Hutan Desa 500.000 13.351 10.310 5
Hutan Tanaman Rakyat 3.000.000 631.638 90.414,89 54
Persoalan dalam regulasi yang rumit, pembagian lahan yang tidak berimbang dengan usaha besar, lokasi yang konflik, dan pendampingan yang tidak optimal membuat capaian opsi-opsi tersebut masih
kurang optimal.
Pemetaan Permasalahan dan Komitmen Bersama
Tema 3: persoalan konflik
Rencana aksi: mengembangkan alokasi pemanfaatan yang membangun peran masy.
Pihak TerkaitUpaya yang Telah
DilakukanRencana Aksi ke Depan
Kementerian Sektoral (Kehutanan, Pertanian, Pertambangan)
Memperluas wilayah kelola masyarakat – termasuk dengan pencadangannya, tidak hanya untuk kehutanan, termasuk juga sektor perkebunan dan pertambangan. Sehingga moda ekonomi agraria tidak hanya berbasis pada pengusaha besar, tapi dapat dibangun melalui bentung pengelolaan berbasis masyarakat.
Memberikan program-program pendampingan dalam pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat.
Melakukan revisi terhadap regulasi untuk mempermudah akses masyarakat terhadap bentuk pengelolaan sumberdaya alam.
Kementerian Sektoral (Kehutanan, Pertanian, Pertambangan) dan Kementerian Pekerjaan Umum
Memasukkan wilayah kelola masyarakat terhadap sumberdaya alam sebagai bagian ruang kelola yang harus diurus oleh pemerintah. Seperti halnya wilaya h pertambangan rakyat.
Terima KasihKomisi Pemberantasan Korupsi
Website: www.kpk.go.idAlamat dan nomor-nomor kontak:
Jalan HR. Rasuna Said Kav. C1 Jakarta Selatan PO Box 575, Jakarta 10120 Laporan: pengaduan @ kpk.go.id Telepon: 6221-25578437 SMS:0811959575 atau 08558575575