22
MAKALAH KONSEP PERILAKU Disusun Oleh: Erri Nurdiansyah (131440128830027) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA PURWOKERTO TAHUN AJARAN 2013/2014

Makalah konsep perilaku

Embed Size (px)

Citation preview

i

MAKALAH

KONSEP PERILAKU

Disusun Oleh:

Erri Nurdiansyah (131440128830027)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

HARAPAN BANGSA PURWOKERTO

TAHUN AJARAN

2013/2014

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan

Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan

penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk

maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi

keperawatan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun

isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang

saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca

untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, 7 Oktober 2014

Penyusun

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari

uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku

manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati

langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. (Notoatmodjo,

2003).

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang

terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi

melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme

tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau

Stimulus – Organisme – Respon.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

1. Perilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam

bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus

ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap

yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat

diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata

atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk

tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh

orang lain.

2

B. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan

sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta

lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan

menjadi 3 kelompok :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau

menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan

bilamana sakit.

2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau

sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang

pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan

fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.

C. Domain Perilaku

Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi

perilaku itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan

tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan

ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan

atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah

kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan ranah

psikomotor (psicomotor domain).

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk

kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :

1. Pengetahuan (knowlegde)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa

3

pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil

keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :

a. Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia,

minat, kondisi fisik.

b. Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat,

sarana.

c. Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan

metode dalam pembelajaran.

Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap

suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (Comprehension)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

c. Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.

e. Sintesa

Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.

f. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek.

4

2. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan

bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Praktik atau tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,

antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini

mempunyai beberapa tingkatan :

a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

5

b. Respon terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan

sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat

kedua.

c. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia

sudah mancapai praktik tingkat tiga

d. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi

tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni

dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan

beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat

dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau

kegiatan responden.

Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo

(2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru

didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :

a. Kesadaran (awareness)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

b. Tertarik (interest)

Dimana orang mulai tertarik pada stimulus

c. Evaluasi (evaluation)

Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik

lagi.

d. Mencoba (trial)

Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

6

e. Menerima (Adoption)

Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

D. Asumsi Determinan Perilaku

Menurut Spranger membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam

nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai

budaya yang dominan pada diri orang tersebut. Secara rinci perilaku manusia

sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti

pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan

sebagainya.

Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala

kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman,

keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya. Proses terbentuknya

perilaku dapat diilustrasikan pada gambar berikut :

o Pengalaman

o Keyakinan

o Fasilitas

o Sosio-budaya

o Pengetahuan

o Persepsi

o Sikap

o Keinginan

o Kehendak

o Motivasi

o Niat

7

E. Perilau Manusia menurut Berbagai Aliran

1. Manusia menurut aliran psikoanalisis

Manusia menurut aliran yang dipelopori oleh Sigmund Freud ini

adalah makhluk yang digerakkan oleh suatu keinginan yang terpendam

dalam jiwanya (homo Volens). Aliran psikoanalis secara tegas

memperhatikan struktur jiwa manusia, Fokus aliran ini adalah totalitas

kepribadian manusia bukan pada bagian-bagiannya yang terpisah.

Menurut aliran ini, perilaku manusia dianggap sebagai hasil interaksi

sub sistem dalam kepribadian manusia yaitu:

a. Id.

yaitu bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan

biologis manusia merupakan pusat insting yang bergerak berdasarkan

prinsip kesenangan dan cenderung memenuhi kebutuhannya .Bersifat

egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id adalah

tabiat hewani yang terdiri dari dua bagian:

1) Libido – insting reproduktif penyediaan energi dasar untuk kegiatan–

kegiatan kosntrukstif disebut juga sebagai insting kehidupan (eros)

2) thanatos – insting destruktif dan agresif

b. Ego.

berfungsi menjembatani tuntutan Id dengan realitas di dunia

luar. Ego Adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan

tuntutan rasional dan realistik. Egolah yang menyebabkan manusia

mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebgai wujud

rasional. Ia bergerak berdasarkan prinsip realitas

c. Super ego

yaitu unsur yang menjadi polisi kepribadian, mewakili sesuatu

yang normatif atau ideal super ego disebut juga sebagai hati

nurani,merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultur

masyarakat. Super ego memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang

tidak berlainan dibawah alam sadar.

8

Dari hal tersebut di atas maka menurut psikoanalis perilaku manusia

adalh merupakan interaksi antara komponen biologis atau unsur hewani

(id), komponen psikologis atau unsur akal rasional (ego) dan komponen

sosial atau unsur moral (super ego).

2. Manusia menurut aliran behaviorisme

Manusia menurut aliran ini adalah homo mechanicus atau

perilakunya digerakkan oleh lingkungannya. Manusia berperilaku sebagai

hasil belajar yaitu perubahan perilaku akibat pengaruh dari lingkungannya.

Dari sini timbul “teori belajar” dan teori “tabula rasa”. Manusia dalam teori

tersebut dianggap sebagai kertas putih atau meja lilin ketika lahir artinya

manusia belum memiliki “warna mental”. Pada perkembangannya yang

menyebabkan berubahnya dan bertambahnya warna mental tersebut adalah

pengalaman. Secara singkat maka aliran ini menekankan bahwa perilaku

manusia, kepribadian manusia, serta tempramen didasarkan pada

pengalaman inderawi (sensory experience).

Konsep perilaku manusia di atas oleh salah tokoh aliran ini Ivan

Pavlov disempurnakan dengan metode yang disebut pelaziman klasik . Pada

metode ini perilaku manusia disebabkan adanya stimuli yang terkondisi

atau bersifat netral dengan stimuli yang tak terkondisikan. Hipotesis

tersebut menunjukkan bahwa organisme bisa diajar bertindak dengan

pemberian sesuatu rangsangan.tpUntuk menggambarkan metode ini oleh

Pavlov melakukan eksperimen dengan seekor anjing yang dikondisikan

dengan stimulus tertentu. Pada akhirnya didapati dalam eksperimen tersebut

bahwa apabila anjing melihat bekas makanan maka air liur hewan itu keluar

sebagai “hasil belajar’ mengaitkan bekas makanan yang dilihat dengan

makanan yang akan diberikan kelak. Sebagai contoh illustrasi bahwa setiap

kali anak membaca majalah dan orang tuanya mengambil majlah tersebut

dengan paksa maka anak tersebut akan benci terhadap majalah.

Konsep tentang perilaku manusia ini kemudian disempurnakan oleh

Skinner dengan metode yang disebut operant conditioning (pelaziman

operan).

9

Metode ini menerangkan bahwa apabila organisme menghasilkan

sesuatu respon karena mengoper atas stimulus yang diterima

disekitarnya. Menurut Skinner, pelaziman operan terdiri daripada dua

konsep utama yaitu :

1. Peneguhan (reinforcement ) yang terbagi dalam peneguhan positif dan

peneguhan negatif.

a. Peneguhan Positif (Positive Reinforcement)

Rangsangan yang bisa menambahkan pengulangan suatu

tingkahlaku dan dilakukan berkali-kali disebut sebagai Peneguhan

Positif.

Contoh: Pekerja yang mencapai prestasi tinggi dalam kerjanya

diberikan bonus. Maka ia kan meningkatkan kinerjanya pada masa

berikutnya

b. Peneguhan Negatif (Negative Reinforcement)

Bila ada rangsangan yang menyakiti atau yang mewujudkan

keadaan tidak mengenakan dan akan dihindari secara berkali-kali

disebut sebagai peneguhan negatif. Organisme kemungkinan

mengulang tingkahlaku yang dapat mengelak atau mengurangi

keadaan yang negatif.

2. Denda (punishment)

Adalah Setiap rangsangan yang menyebabkan pengulangan suatu

respon tingkahlaku yang dikurangi atau dihapuskan sama sekali .

Contoh: Anak yang tidak membantu ibu tidak diberi peluang untuk

bermain bola dengan teman-temannya sehingga ia akan menghapuskan

perilaku yang dapat membuat dirinya tidak dapat bermain bola lagi.

Perilaku manusia menurut aliran ini semakin diperkuat dengan

Social Learning Theori atau pembelajaran Sosial. Teori ini

dikemukankan oleh Albert Bandura yang mengatakan salah satu sifat

manusia ialah meniru (imitate) tingkahlaku atau tindak tanduk orang lain

yang diterima masyarakat (socially accepted behaviour) dan juga

10

tingkah laku yang tidak diterima masyarakat. Tingkahlaku yang diterima

dan tidak diterima tersebut berbentuk :

a. berbeda antara satu budaya dengan satu budaya yang lain,

b. berbeda antara individu,

c. berbeda menurut situasi.

Dengan demikian, pembelajaran sosial tidak hanya melibatkan

mempelajari tingkahlaku yang diterima tetapi juga tingkahlaku tidak

diterima.

Mengapa Manusia Meniru?

Orang meniru kerana apa yang dilakukan membawa kepuasan

atau ganjaran, yaitu peneguhan. Bagaimana peneguhan terwujud terdiri

atas 3 jenis :

a. Peneguhan Secara Langsung – Individu mendapat ganjaran seperti

pujian kerana dia meniru sesuatu tingkahlaku yang diperhatikan.

Misal anak yang meniru perilaku bapaknya karena dia dipuji dan

mengulangi tingkahlaku tersebut.

b. Peneguhan Mandiri – Individu meniru bukan kerana ingin dipuji

tetapi kerana ingin mencapai cita-citanya sendiri, misal seorang

pelajar meniru cara Edwin Moses (atlit lari Amerika ; pemecah

rekor dunia) dalam berlari, ia melakukan itu bukan untuk dipuji oleh

pelatihnya tetapi untuk membuktikan kepada dirinya bahwa diapun

bisa berlari sama persis dengan Edwin Moses dan ini memberi

kepuasan kepadanya.

c. Peneguhan Vikarius – Individu mendapat kepuasan secara tak

langsung dengan meniru orang lain. Individu yang memperhatikan

orang lain mendapatkan kepuasan atau ganjaran karena meniru

model, iapun berbuat demikian karena ingin mendapat peneguhan

yang sama. misal. Seorang pelajar memperhatikan rekannya dipuji

oleh gurunya karena menyelesaikan tugas dengan cepat maka

mungkin pada waktu lain ia akan berbuat demikian kerana dia

menyangka akan menerima pujian yang sama.

11

3. Manusia menurut aliran psikologi kognitif

Manusia dalam konsepsi psikologi kognitif adalah mahkluk

yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya

(homo sapiens). Artinya manusia adalah makhluk yang berpikir dan

tidak pasif dalam merespon lingkungannya serta berusaha memahai

lingkungannya. Lebih tegasnya bahwa manusia adalah organisme aktif

yang menafsirkan dan bahkan mendistorsi lingkungannya.

Logika dari perilaku manusia menurut aliran ini adalah bahwa

jiwa manusia menafsirkan pengalaman indrawi secara aktif melalui

proses mencipta, mengorganisasikan, menafsirkan, mendistorsi dan

mencari makna. Jadi manusialah yang menentukan makna stimuli dan

bukan stimuli itu sendiri.

Beberapa teori perilaku menurut aliran ini adalah teori dari Kurt

Lewin yang mengatakan bahwa perilaku manusia bukan sekedar respon

dari stimulus melainkan produk dari berbagi gaya yang

mempengaruhinya secara spontan. Gaya tersebut oleh Lewin

dirumuskan dalam B = f ( P. E ). Behavior adalah hasil interaksi antara

Persons ( diri orang) dengan Enviroment (lingkungan psikologisnya).

Teori lain dari aliran ini mengatakan bahwa manusia adalah

pencari konsistensi kognitif (consistency seeker). Manusia merupakan

mahkluk yang mejaga keajegan dalam sistem kepercayaannya dan

diantara sistem kepercayaan dengan perilaku. Asumsi ini melahirkan

teori yang disebut denga disonansi kognitif artinya manusia akan akan

mencari informasi yang mengurangi disonansi (ketidakcocokan antara

dua kognisi). Manusia bila bertemu dengan informasi yang disonan

dengan keyakinannya maka ia akan menolak, meragukan sumbernya,

menacri konsonan atau mengubahnya.

F. Manusia menurut aliran psikologi humanistik

Manusia menurut konsepsi psikologi humanistik adalah mahkluk aktif

alam merumuskan strategi transaksional sengan lingkungannya (homo

ludens). Pada asumsi aliran ini manusia dipandang berada dalam dunia

12

kehidupan ( berupa the I (aku), me (Ku), my self (diriku)) yang dipersepsi dan

diinterprestasi secara subjektif. Perilaku manusia berpusat pada konsep dirinya

berupa persepsi manusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan

berubah-ubah. Selain itu perilaku manusia juga didasarkan pada kebutuhannya

dalam fungsi untuk mempertahankan, meningkatkan serta mengaktualisasikan

dirinya.

13

BAB II

PEMBAHASAN

Aplikasi terhadap keperawatan yang disebabkan oleh faktor perilaku

manusia ini merujuk pada kesehatan jiwa manusia.

Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu

yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan

kesehatan, antara lain :

A. Teori Lawrence Green (1980)

Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat

kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu

faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non beha vior

causes).

Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :

1. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan

sebagainya.

3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok

referensi dari perilaku masyarakat.

B. Teori Snehandu B. Kar (1983)

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa

perilaku merupakan fungsi dari :

1. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau

perawatan kesehatannya (behavior itention).

2. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).

14

3. Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas

kesehatan (accesebility of information).

4. Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan

atau keputusan (personal autonomy).

5. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).

C. Teori WHO (1984)

WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku

tertentu adalah :

1. Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk

pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang

terhadap objek (objek kesehatan).

a. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang

lain.

b. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.

Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu.

c. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek.

Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang

paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi

orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan

kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung

pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada

pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu

tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

2. Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya,

maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.

3. Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga

dan sebagainya.

4. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber

didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu po la hidup (way of

15

life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk

dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat

sesuai dengan peradapan umat manusia

Menurut Orem asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan

bahwa setiap orang mempelajari kemampuan untuk merawat diri sendiri

sehingga membantu individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara

kesehatan dan kesejahteraan. Teori ini dikenal dengan teori self care

(perawatan diri).

Orang dewasa dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi,

lansia dan orang sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas self

care mereka. Orem mengklasifikasikan dalam 3 kebutuhan, yaitu:

1. Universal self care requisites (kebutuhan perawatan diri universal):

kebutuhan yang umumnya dibutuhkan oleh manusia selama siklus

kehidupannya seperti kebutuhan fisiologis dan psikososial termasuk

kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas, istirahat, sosial, dan

pencegahan bahaya. Hal tersebut dibutuhkan manusia untuk

perkembangan dan pertumbuhan, penyesuaian terhadap lingkungan, dan

lainnya yang berguna bagi kelangsungan hidupnya.

2. Development self care requisites (kebutuhan perawatan diri

pengembangan): kebutuhan yang berhubungan dengan pertumbuhan

manusia dan proses perkembangannya, kondisi, peristiwa yang terjadi

selama variasi tahap dalam siklus kehidupan (misal, bayi prematur dan

kehamilan) dan kejadian yang dapat berpengaruh buruk terhadap

perkembangan. Hal ini berguna untuk meningkatkan proses perkembangan

sepanjang siklus hidup.

3. Health deviation self care requisites (kebutuhan perawatan diri

penyimpangan kesehatan): kebutuhan yang berhubungan dengan genetik

atau keturunan,kerusakan struktur manusia, kerusakan atau

penyimpanngan cara, struktur norma, penyimpangan fungsi atau peran

dengan pengaruhnya, diagnosa medis dan penatalaksanaan terukur beserta

16

pengaruhnya, dan integritas yang dapat mengganggu kemampuan

seseorang untuk melakukan self care.

Tiga jenis kebutuhan tersebut didasarkan oleh beberapa asumsi, yaitu:

1. Human being (Kehidupan manusia): oleh alam, memiliki kebutuhan

umum akan pemenuhan beberapa zat (udara, air, dan makanan) dan

untuk mengelola kondisi kehidupan yang menyokong proses hidup,

pembentukan dan pemeliharaan integritas structural, serta pemeliharaan

dan peningkatan Integritas fungsional.

2. Perkembangan manusia: dari kehidupan di dalam rahim hingga

pematangan ke dewasaan memerlukan pembentukan dan pemeliharaan

kondisi yang meningkatkan proses pertumbuhan dan perkembangan di

setiap periode dalam daur hidup.

3. Kerusakan genetik maupun perkembangan dan penyimpangan dari

struktur normal dan integritas fungsional serta kesehatan menimbulkan

beberapa persyaratan/permintaan untuk pencegahan, tindakan

pengaturan untuk mengontrol perluasan dan mengurangi dampaknya.

Asuhan keperawatan mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat

ketergantuangan atau kebutuhan klien dan kemampuan klien. Oleh karena itu

ada 3 tingkatan dalam asuhan keperawatan mandiri, yaitu:

1. Perawat memberi keperawatan total ketika pertama kali asuhan

keperawatan dilakukan karena tingkat ketergantungan klien yang tinggi

(sistem pengganti keseluruhan).

2. Perawat dan pasien saling berkolaborasi dalam tindakan keperawatan

(sistem pengganti sebagian).

3. Pasien merawat diri sendiri dengan bimbingan perawat (sistem

dukungan/pendidikan).

17

BAB III

APLIKASI TEORI OREM

`Klien dewasa dengan Diabetes Melitus menurut teori self-care Orem

dipandang sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk merawat dirinya

sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan mencapai

kesejahteraan.

Klien dewasa dengan Diabetes Mellitus dapat mencapai sejahtera /

kesehatan yang optimal dengan mengetahui perawatan yang tepat sesuai dengan

kondisi dirinya sendiri. Oleh karena itu, perawat menurut teori self-care berperan

sebagai pendukung/pendidik bagi klien dewasa dengan Diabetes Mellitus

terkontrol untuk tetap mempertahankan kemampuan optimalnya dalam mencapai

sejahtera.

Kondisi klien yang dapat mempengaruhi self-care dapat berasal dari faktor

internal dan eksternal, factor internal meliputi usia, tinggi badan, berat badan,

budaya/suku, status perkawinan, agama, pendidikan, dan pekerjaan. Adapun

factor luar meliputi dukungan keluarga dan budaya masyarakat dimana klien

tinggal.

Klien dengan kondisi tersebut membutuhkan perawatan diri yang bersifat

kontinum atau berkelanjutan. Adanya perawatan diri yang baik akan mencapai

kondisi yang sejahtera, klien membutuhkan 3 kebutuhan selfcare berdasarkan

teori Orem yaitu:

A. Universal self care requisites (kebutuhan perawatan diri universal).

kebutuhan yang umumnya dibutuhkan oleh klien selama siklus

hidupnya dalam mempertahankan kondisi yang seimbang/homeostasis yang

meliputi kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, istirahat, dan interaksi

sosial serta menghadapi resiko yang mengancam kehidupan. Pada klien DM,

kebutuhan tersebut mengalami perubahan yang dapat diminimalkan dengan

melakukan selfcare antara lain melakukan latihan/olahraga, diet yang sesuai,

dan pemantauan kadar glukosa darah.

18

B. Development self care requisites (kebutuhan perawatan diri pengembangan).

klien dengan DM mengalami perubahan fungsi perkembangan yang

berkaitan dengan fungsi perannya. Perubahan fisik pada klien dengan DM

antara lain, menimbulkan peningkatan dalam berkemih, rasa haus, selera

makan, keletihan, kelemahan, lukapada kulit yang lama penyembuhannya,

infeksi vagina, atau pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya tinggi).

1. Health deviation self care requisites (kebutuhan perawatan diri

penyimpangan kesehatan).

kebutuhan yang berkaitan dengan adanya penyimpangan kesehatan

seperti adanya sindrom hiperglikemik yang dapat menimbulkan

kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi), hipotensi, perubahan sensori,

kejang-kejang, takikardi, dan hemiparesis. Pada klien dengan DM terjadi

ketidakseimbangan antara kebutuhan yang harus dipenuhi dengan

kemampuan yang dimiliki. Klien DM akan mengalami penurunan pola

makan dan adanya komplikasi yang dapat mengurangi keharmonisan

pasangan (missal infeksi vagina dan bagian tubuh lainnya).

Ketidakseimbangan baik secara fisik maupun mental yang dialami

oleh klien dengan DM menurut Orem disebut dengan self-care deficit.

Menurut Orem peran perawat dalam hal ini yaitu mengkaji klien sejauh

mana klien mampu untuk merawat dirinya sendiri dan

mengklasifikasikannya sesuai dengan klasifikasi kemampuan klien yang

telah kami sebutkan sebelumnya.

Setelah mengkaji dan mendapatkan informasi yang lengkap

barulah perawat mulai bekerja untuk mengembalikan kemampuan self-

care klien secara optimal sesuai dengan kondisi aktual klien yang

berhubungan dengan Diabetes Mellitus yang diderita oleh klien.

19

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari

uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku

manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati

langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. (Notoatmodjo,

2003).

B. Saran

Dalam mempelajari materi ini, harusnya mahasiswa dan pembaca

dapat mencari berbagai referensi agar isi tidak menyimpang dari materi dan

sesuai dengan yang seharusnya.

20

DAFTAR PUSTAKA

Boyd dan Nihart. (1998). Psychiatric Nursing& Contemporary Practice.

1st edition. Lippincot- Raven Publisher: Philadelphia.

Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.

Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th

edition. Lippincott- Raven Publisher: philadelphia.

Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC:

Jakarta.

Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.

Townsend. (1995). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for

Care Plan Construction. Edisi 3.Jakarta : EGC