53

Bahantayang2 ppkn

Embed Size (px)

DESCRIPTION

materi lengkap

Citation preview

Page 1: Bahantayang2 ppkn
Page 2: Bahantayang2 ppkn

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYATREPUBLIK INDONESIA

————

KATA PENGANTAR

Di dalam buku “Materi Sosialisasi Putusan MPR RI: Ketetapan MPR RI dan Keputusan MPR RI” telah dijelaskan secara komprehensif mengenai latar belakang, dasar hukum, tujuan, proses, dan mekanisme dari pembentukan Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003. Buku tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang memadai kepada masyarakat, khususnya mengenai posisi dan status hukum ketetapan-ketetapan MPRS dan MPR setelah adanya perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Untuk lebih memudahkan kita dalam mempelajari dan memahami berbagai hal tersebut di atas, maka Tim Kerja Sosialisasi Putusan MPR, dalam hal ini Sub Tim Kerja II, telah menyusun buku “Bahan Tayangan Materi Sosialisasi Putusan MPR RI: Ketetapan MPR RI dan Keputusan MPR RI”. Buku ini merupakan ihktisar atau materi-materi penting yang disaring dari buku “Materi Sosialisasi Putusan MPR RI: Ketetapan MPR RI dan Keputusan MPR RI”.

Pada awalnya buku ini disusun melalui rapat-rapat Sub Tim Kerja II yang intensif untuk membuat sebuah panduan yang ringkas, mudah dipahami dan sistematis sehingga Anggota Tim Kerja Sosialisasi Putusan MPR yang menjadi Narasumber dapat lebih mudah dan fokus dalam menyampaikan materi sosialisasi, khususnya mengenai Ketetapan MPR dan Keputusan MPR. Namun karena begitu banyaknya permintaan berbagai kalangan masyarakat yang ingin mendapatkan buku ini di awal pelaksanaan sosialisasi pada tahun 2005 maka disepakati bahwa buku Bahan Tayangan ini disiapkan untuk menjadi bagian dari buku-buku Sosialisasi Putusan MPR yang dibagikan kepada masyarakat.

Buku “Bahan Tayangan Materi Sosialisasi Putusan MPR RI: Ketetapan MPR RI dan Keputusan MPR RI” ini adalah cetakan kedua yang telah diperbaiki ataupun ditambah beberapa materinya yang dianggap perlu sehingga diharapkan dapat lebih lengkap dengan tetap mempertahankan sistematika yang mudah dipelajari dan dipahami.SUB TIM KERJA II SOSIALISASI PUTUSAN MPR

Ketua,

Rambe Kamarul ZamanWakil Ketua,

Hakim Sorimuda Pohan

Wakil Ketua,

Khofifah Indar Parawansa

Wakil Ketua,

Mutammimul’ula

Page 3: Bahantayang2 ppkn

SAMBUTAN PIMPINAN MPR RI

Salah satu perubahan penting setelah dilakukannya Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah rumusan yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi : “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Rumusan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum perubahan menyatakan bahwa, “Kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.”

Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini membawa implikasi terhadap kedudukan, tugas, dan wewenang MPR. MPR yang dahulu berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara, pemegang dan pelaksanan sepenuhnya kedaulatan rakyat, kini MPR berkedudukan sebagai lembaga negara yang setara dengan lembaga negara lainnya, yaitu : Lembaga Kepresidenan, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi.

Perubahan tugas dan wewenang MPR, khususnya yang berkenaan dengan hilangnya tugas dan wewenang MPR untuk menetapkan garis-garis besar daripada haluan negara, selanjutnya berimplikasi pada materi dan status hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR yang telah dihasilkan sejak tahun 1960 sampai dengan tahun 2002. Oleh sebab itu, dalam Pasal I Aturan Tambahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, MPR ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR untuk diambil putusan pada Sidang MPR Tahun 2003.

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYATREPUBLIK INDONESIA

--------------

Page 4: Bahantayang2 ppkn

Pada Sidang Tahunan MPR Tahun 2003, MPR menetapkan Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR RI Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002. Dengan ditetapkannya Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003, seluruh Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR yang berjumlah 139 dikelompokkan kedalam 6 (enam) Pasal sesuai dengan materi dan status hukumnya.

Pemahaman seluruh elemen masyarakat mengenai Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 yang memuat hasil peninjauan materi dan status hukum seluruh Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR sangatlah penting. Untuk tujuan itulah maka diperlukan sosialisasi yang diharapkan akan memberikan penjelasan yang mendalam dan sistematis akan hal tersebut.

Agar lebih memudahkan dan memperlancar proses dan pencapaian tujuan dari kegiatan sosialisasi, baik bagi para pelaksana maupun peserta maka disusunlah buku ini dengan judul : “BAHAN TAYANGAN MATERI SOSIALISASI PUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Ketetapan MPR RI dan Keputusan MPR RI). Besar harapan kami bahwa buku ini akan memberikan manfaat kepada kita semua sebagai alat bantu untuk memahami Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR RI Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002.

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA, Ketua,

DR. H.M. Hidayat Nur Wahid, M.A.

Page 5: Bahantayang2 ppkn

- Konstitusi - Ketetapan MPR- Keputusan MPR

- Dinamika ketatanegaraan

Meningkatkan kesadaran

masyarakat tentang kehidupan berbangsa

dan bernegara

Pembelajaranbersama

masyarakat

Page 6: Bahantayang2 ppkn

Materi dan Status Hukum Ketetapan MPRS danKetetapan MPR

Peraturan Tata Tertib MPR

Kode Etik Anggota MPR

Jenis Putusan MPR

Kedudukan, Tugas Dan Wewenang MPR Sebelum & Sesudah Perubahan

Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 194511

22

33

44

55

Page 7: Bahantayang2 ppkn

MPR adalah PENJELMAAN seluruhrakyat dan merupakan LEMBAGATERTINGGI NEGARA, pemegang

dan pelaksana sepenuhnyakedaulatan rakyat.

MPR adalah lembagaMPR adalah lembagapermusyawaratan rakyatpermusyawaratan rakyat

yang berkedudukan sebagaiyang berkedudukan sebagaiLEMBAGA NEGARA.LEMBAGA NEGARA.

SEBELUM PERUBAHAN UUD 1945 SESUDAH PERUBAHAN UUD 1945SESUDAH PERUBAHAN UUD 1945

Page 8: Bahantayang2 ppkn

Menetapkan dan mengubah UUD 1945;Menetapkan GBHN;Memilih & mengangkat Presiden & Wapres;Membuat Putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga negara lainnya;Memberikan penjelasan / penafsiran terhadap putusan MPR;Meminta pertanggungjawaban Presiden;Memberhentikan Presiden.

SEBELUM PERUBAHAN UUD 1945

Mengubah dan menetapkan UUD; Melantik Presiden dan Wapres;Memberhentikan Presiden dan/atau Wapres dalam masa jabatannya menurut UUD;Melantik Wapres menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya;Memilih dan melantik Wakil Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wapres;Memilih dan melantik Presiden dan Wapres apabila keduanya berhenti secara bersamaan.

SESUDAH PERUBAHAN UUD 1945

Page 9: Bahantayang2 ppkn

PUTUSANMPR RI

Perubahan & Penetapan UUD: mempunyai kekuatan hukum sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia; tidak menggunakan nomor putusan Majelis.

Ketetapan MPR: berisi hal-hal yang bersifat penetapan (beschikking); mempunyai kekuatan hukum mengikat ke dalam, dan ke luar Majelis sebagaimana diatur dalam Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR RI Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002; menggunakan nomor putusan Majelis.

Keputusan MPR: berisi aturan/ketentuan intern Majelis; mempunyai kekuatan hukum mengikat ke dalam Majelis; menggunakan nomor putusan Majelis.

UUD

KETETAPAN

KEPUTUSAN

Page 10: Bahantayang2 ppkn

MPR dapat mengeluarkan ketetapan yang bersifatpenetapan (beschikking), yaitu:

menetapkan Wapres menjadi Presiden;

memilih Wapres apabila terjadi kekosongan jabatan Wapres;

memilih Presiden dan Wapres apabila

Presiden dan Wapres mangkat, berhenti,

diberhentikan, atau tidak dapat melakukan

kewajibannya dalam masa jabatannya secara

bersama-sama.

MPR dapat mengeluarkan ketetapan yang bersifatpenetapan (beschikking), yaitu:

menetapkan Wapres menjadi Presiden;

memilih Wapres apabila terjadi kekosongan jabatan Wapres;

memilih Presiden dan Wapres apabila

Presiden dan Wapres mangkat, berhenti,

diberhentikan, atau tidak dapat melakukan

kewajibannya dalam masa jabatannya secara

bersama-sama.

Page 11: Bahantayang2 ppkn

Tentang:Tentang:PENINJAUAN TERHADAP MATERI DAN STATUS HUKUM KETETAPAN

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA DAN KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK

INDONESIATAHUN 1960 SAMPAI DENGAN TAHUN 2002

Page 12: Bahantayang2 ppkn

Bersifat mengatur dan memberi tugas kepada Presiden dan Lembaga

Tinggi Negara Lainnya

Bersifat Penetapan

Bersifat Mengatur Ke Dalam

Bersifat Deklaratif

Bersifat Rekomendasi

Bersifat Perundang-undangan

Page 13: Bahantayang2 ppkn

INDIVIDUAL

Bersifat KONKRIT

Berlaku dengan ketentuan

UMUM

Bersifat ABSTRAK

Final/sekali-selesai (einmalig)

Alamat yang dituju(adressat norm)

Hal yang diatur

Keberlakuan

Dibatasi

Page 14: Bahantayang2 ppkn

1. Pasal I Aturan Tambahan UUD NEGARA RI TAHUN 19451. Pasal I Aturan Tambahan UUD NEGARA RI TAHUN 1945“Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status

hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis PermusyawaratanRakyat untuk diambil putusan pada Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2003”

2. 2. Pasal IPasal I Aturan Peralihan UUD NEGARA RI TAHUN 1945Aturan Peralihan UUD NEGARA RI TAHUN 1945 “Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru

menurut Undang-Undang Dasar ini”

3. 3. Pasal IIPasal II Aturan Peralihan UUD NEGARA RI TAHUN 1945Aturan Peralihan UUD NEGARA RI TAHUN 1945“Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar

dan belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini”

4.4. TAP MPR RI Nomor II/MPR/1999 sampai dengan perubahan yang TAP MPR RI Nomor II/MPR/1999 sampai dengan perubahan yang kelima kelima tahun 200 tahun 20022 tentang Peraturan tentang Peraturan

Tata Tertib MTata Tertib MPR RIPR RI

5.5. TAP MPR RI Nomor III/MPR/2002 tentang Penetapan Pelaksanaan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2003TAP MPR RI Nomor III/MPR/2002 tentang Penetapan Pelaksanaan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2003

Page 15: Bahantayang2 ppkn

Meninjau materi dan status hukum setiap TAP MPRS dan TAP MPR; Menetapkan keberadaan (eksistensi) dari TAP MPRS dan TAP MPR untuk saat ini dan

masa yang akan datang; dan Memberi kepastian hukum.

Page 16: Bahantayang2 ppkn

139 TAP MPRS & 139 TAP MPRS & TAP TAP MPRMPR

(1960 s/d. 2002)(1960 s/d. 2002)

““Dikelompokkan MenjadiDikelompokkan Menjadi

6 (enam) Pasal6 (enam) Pasal

Berdasarkan Berdasarkan

Materi Materi ddanan StatusStatus Hukumnya”Hukumnya”

Page 17: Bahantayang2 ppkn

PASAL 1PASAL 1 TAP MPRS/TAP MPR yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (8 Ketetapan)TAP MPRS/TAP MPR yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (8 Ketetapan)

PASAL 2 PASAL 2 TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku dengan ketentuan (3 Ketetapan)

PASAL 3PASAL 3 TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai dengan terbentuknya

Pemerintahan Hasil Pemilu 2004 (8 Ketetapan)

PASAL 4PASAL 4TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai dengan terbentuknya

undang-undang (11 Ketetapan)

PASAL 5PASAL 5TAP MPR yang dinyatakan masih berlaku sampai dengan ditetapkannya Peraturan

Tata Tertib baru oleh MPR Hasil Pemilu 2004 (5 Ketetapan)

PASAL 6PASAL 6TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih

lanjut, baik karena bersifat final (einmalig), telah dicabut, maupun telah selesai dilaksanakan (104 Ketetapan)

Page 18: Bahantayang2 ppkn

Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 PASAL 1 TAP MPRS/TAP MPR YANG DICABUT DAN DINYATAKAN TIDAK BERLAKU

Ada 8 (delapan) TAP, yaitu:• Ketetapan MPRS RI Nomor X/MPRS/1966 tentang Kedudukan Semua Lembaga-Lembaga Negara Tingkat Pusat dan Daerah pada Posisi dan Fungsi yang Diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.• Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/1973 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata-kerja Lembaga Tertinggi Negara dengan/atau antar Lembaga-Lembaga Tinggi Negara.• Ketetapan MPR RI Nomor VII/MPR/1973 tentang Keadaan Presiden dan/atau Wakil Presiden Republik Indonesia Berhalangan.• Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/1978 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata-Kerja Lembaga Tertinggi Negara dengan/atau Antar Lembaga-Lembaga Tinggi Negara.• Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/1988 tentang Pemilihan Umum.• Ketetapan MPR RI Nomor XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.• Ketetapan MPR RI Nomor XIV/MPR/1998 tentang Perubahan dan Tambahan atas Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor III/MPR/1988 tentang Pemilihan Umum.• Ketetapan MPR RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.

Kedelapan TAP tersebut telah berakhir masa berlakunya dan/atau telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Page 19: Bahantayang2 ppkn

Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 PASAL 2 TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN

Ada 3 (tiga) TAP, yaitu:• Ketetapan MPRS RI Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme.

• Ketetapan MPR RI Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka Demokrasi Ekonomi.

• Ketetapan MPR RI Nomor V/MPR/1999 tentang Penentuan Pendapat di Timor Timur.

Page 20: Bahantayang2 ppkn

Tentang:

Pembubaran PKI, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme.

TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN:

Seluruh ketentuan dalam Ketetapan

MPRS RI Nomor XXV/MPRS/1966 ini, ke

depan diberlakukan dengan BERKEADILAN

dan MENGHORMATI HUKUM, PRINSIP

DEMOKRASI dan HAK ASASI MANUSIA.

1. TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966

1. TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966

Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

Pasal 2

Page 21: Bahantayang2 ppkn

Tentang:

Politik Ekonomi Dalam Rangka Politik Ekonomi Dalam Rangka Demokrasi EkonomiDemokrasi Ekonomi

TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN:

Pemerintah berkewajiban mendorong keberpihakan politik ekonomi yang lebih memberikan kesempatan dukungan dan pengembangan ekonomi, usaha kecil menengah, dan koperasi sebagai pilar

ekonomi dalam membangkitkan terlaksananya pembangunan nasional dalam rangka

demokrasi ekonomi sesuai dengan hakikat Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

2. TAP MPR No. XVI/MPR/19982. TAP MPR No. XVI/MPR/1998

Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

Pasal 2

Page 22: Bahantayang2 ppkn

Tentang:Penentuan Pendapat di Penentuan Pendapat di

Timor TimurTimor Timur

TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN:

Ketetapan ini tetap berlaku sampai terlaksananya ketentuan dalam Pasal 5 dan

Pasal 6 Ketetapan MPR RI Nomor V/MPR/1999.

(Karena masih adanya masalah-masalahkewarganegaraan, pengungsian, pengembalian

asset negara, dan hak perdata perseorangan)

3. TAP MPR No. V/MPR/1999

3. TAP MPR No. V/MPR/1999

Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

Pasal 2

Page 23: Bahantayang2 ppkn

Ada 8 (delapan) TAP, yaitu:

o Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1999-2004.o Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah.o Ketetapan MPR RI Nomor VIII/MPR/2000 tentang Laporan Tahunan Lembaga-Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2000.o Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/2001 tentang Penetapan Wakil Presiden Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri Sebagai Presiden Republik Indonesia.o Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2001 tentang Pengangkatan Wakil Presiden Republik Indonesia.o Ketetapan MPR RI Nomor X/MPR/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2001.o Ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/2002 tentang Rekomendasi Kebijakan untuk Mempercepat Pemulihan Ekonomi Nasional.o Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2002 tentang Rekomendasi atas Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden, Dewan Pertimbangan Agung, Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.

Kedelapan TAP tersebut tidak berlaku karena Pemerintahan hasil Pemilu 2004 telah terbentuk

Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 PASAL 3 TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP BERLAKU SAMPAI DENGAN TERBENTUKNYA PEMERINTAHAN HASIL PEMILU 2004

Page 24: Bahantayang2 ppkn

Ada 11 (sebelas) TAP, yaitu:

o TAP MPRS Nomor XXIX/MPRS/1966 Tentang Tentang Pengangkatan Pahlawan Ampera.o TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.o TAP MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional Yang Berkeadilan; serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.o TAP MPR Nomor III/MPR/2000 TTentangentang Sumber Hukum danSumber Hukum dan Tata UrutanTata Urutan PeraturaPeraturan n Perundang-Perundang-uundanganndangan..o TAP MPR Nomor V/MPR/2000 Tentang Pemantapan Persatuan Dan Kesatuan Nasional.Pemantapan Persatuan Dan Kesatuan Nasional.o TAP MPR Nomor VI/MPR/2000 Tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.o TAP MPR RI Nomor VII/MPR/2000 TTentang entang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia.Republik Indonesia.o TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa.o TAP MPR Nomor VII/MPR/2001 Tentang Visi Indonesia Masa Depano Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/2001 TTentangentang Rekomendasi Arah Kebijakan Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan KKN.Pemberantasan dan Pencegahan KKN.o Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001 Tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam.

Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 PASAL 4 TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP BERLAKU SAMPAI DENGAN TERBENTUKNYA UNDANG-UNDANG

Page 25: Bahantayang2 ppkn

1. TAP1. TAP MPR MPRSS Nomor Nomor XXIXXXIX/MPR/MPRSS/19/1966 Tentang 66 Tentang Pengangkatan Pahlawan Ampera

Hasil Kajian:Karena undang-undang yang mengatur tentang pemberian gelar, tanda jasa, dan lain-lain

tanda kehormatan belum terbentuk maka ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).

Substansi:Setiap korban perjuangan menegakkan dan melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyatdalam melanjutan pelaksanaan Revolusi 1945 mencapai masyarakat adil dan makmur

berdasarkan Pancasila adalah Pahlawan Ampera.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:

Memerintahkan pembentukan undang-undang tentang pemberian gelar, tanda jasa,

dan lain-lain tanda kehormatan.

Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

Pasal 4

Page 26: Bahantayang2 ppkn

Hasil Kajian:Karena amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 belum seluruhnya dilaksanakan dan

dituangkan ke dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).

Substansi:Perlu berfungsinya lembaga-lembaga negara dan penyelenggara

negara, menghindarkan praktek KKN serta upaya pemberantasan KKN harus dilakukan secara tegas terhadap siapapun juga.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:

Terlaksananya seluruh ketentuan yang terdapat di dalam TAP MPR RI No. XI/MPR/1998.

2. TAP2. TAP MPR Nomor MPR Nomor XIXI/MPR/19/MPR/1998 Tentang98 Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas KKNPenyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas KKN

Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

Pasal 4

Page 27: Bahantayang2 ppkn

3.TAP3.TAP MPR Nomor MPR Nomor XVXV/MPR/19/MPR/1998 98 ttentang Penyelenggaraan Otonomi entang Penyelenggaraan Otonomi DaerahDaerah;; Pengaturan, Pengaturan, PembagianPembagian,, ddan Pemanfaatan Sumber Daya an Pemanfaatan Sumber Daya Nasional Yang BerkeadilanNasional Yang Berkeadilan;; Serta Perimbangan Keuangan Pusat Serta Perimbangan Keuangan Pusat ddan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesiaan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

Substansi:Substansi:Penyelenggaraan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas,

nyata dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan

serta perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Substansi:Substansi:Penyelenggaraan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas,

nyata dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan

serta perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Hasil Kajian:Karena amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 belum seluruhnya dituangkan ke

dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).

Hasil Kajian:Karena amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 belum seluruhnya dituangkan ke

dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:Memerintahkan pembentukan berbagai undang-undang tentang penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 18, 18A, dan 18B UUD Negara RI Tahun 1945.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:Memerintahkan pembentukan berbagai undang-undang tentang penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 18, 18A, dan 18B UUD Negara RI Tahun 1945.

Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

Pasal 4

Page 28: Bahantayang2 ppkn

UUD 1945

TAP MPR

UU

PERPU

PP

KEPRES

PERDA

UUD 1945

PP

PERPRES

PERDA

UU/PERPU

TAP MPR RI No. III/MPR/2000UU No. 10 Tahun 2004

Substansi:Substansi: Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: Hasil Kajian:

4. TAP 4. TAP MPR Nomor MPR Nomor IIIIII/MPR//MPR/2000 T2000 Tentangentang Sumber Hukum danSumber Hukum dan Tata UrutanTata Urutan PeraturaPeraturan n Perundang-Perundang-uundanganndangan

Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

Pasal 4

Page 29: Bahantayang2 ppkn

5. TAP5. TAP MPR Nomor MPR Nomor VV/MPR//MPR/20002000 Tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan NasionalPemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional

Substansi:Ketetapan ini mempertegas perlunya kesadaran dan komitmen yang kuat

untuk memantapkan persatuan dan kesatuan nasional dalam menghadapi berbagai masalah bangsa mencapai tujuan nasional.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:Perlu diwujudkan persatuan dan kesatuan nasional antara lain

melalui pemerintahan yang mampu mengelola kehidupan secara baik dan adil, serta mampu mengatasi berbagai permasalahan sesuai dengan arah kebijakan

dan kaidah pelaksanaan.

Hasil Kajian:Telah terbentuk UU Nomor 27/2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi

(sebagaimana amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor V/MPR/2000),namun berbagai amanat yang terdapat dalam ketetapan ini tetap diperlukan sebagai pedoman dalam penyusunan berbagai kebijakan untuk mewujudkan persatuan dan

kesatuan serta menjamin keutuhan NKRI maka ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy)

Hasil Kajian:Telah terbentuk UU Nomor 27/2004 tentang

Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (sebagaimana amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor V/MPR/2000),

namun berbagai amanat yang terdapat dalam ketetapan ini tetap diperlukan sebagai

pedoman dalam penyusunan berbagai kebijakan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan serta

menjamin keutuhan NKRI maka ketetapan ini tetap berlaku

(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy)

Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

Pasal 4

Page 30: Bahantayang2 ppkn

6. TAP MPR Nomor VI/MPR/2000 Tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Substansi:Mengamanatkan pemisahan lembaga TNI dan POLRI, serta menentukan peran dan fungsi

masing-masing.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:Memerintahkan pembentukan undang-undang yang terkait dengan pemisahan

kelembagaan TNI dan POLRI.

Hasil Kajian:Pemisahan TNI dan POLRI secara kelembagaan telah diatur dengan

UU No. 2/2002 tentang Kepolisian Negara RI, UU No.3/2002 tentang Pertahanan Negara, dan UU No. 34/2004 tentang TNI, namun kerjasama dan saling membantu antara TNI dan POLRI

masih perlu diatur dengan undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).

Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

Pasal 4

Page 31: Bahantayang2 ppkn

7. TAP7. TAP MPR MPR RI RI NomoNomor VIIr VII/MPR//MPR/2000 T2000 Tentang entang Peran TNI dan POLRIPeran TNI dan POLRI

Substansi:Ketetapan ini mengamanatkan tentang jati diri, peran, susunan dan kedudukan, tugas bantuan,

dan keikutsertaan TNI dan POLRI dalam penyelenggaraan negara.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:Memerintahkan pembentukan undang-undang yang terkait dengan penyempurnaan pasal 5 ayat (4)

dan pasal 10 ayat (2) tentang hak memilih dan dipilih TNI dan POLRI yang disesuaikan dengan perubahan UUD, dan pembentukan undang-undang tentang penyelenggaraan wajib militer dan yang berkaitan dengan tugas bantuan antara TNI dan POLRI.

Hasil Kajian:Belum terbentuknya undang-undang mengenai penyelenggaraan wajib militer,dan tugas bantuan antara TNI dan POLRI maka ketetapan ini tetap berlaku

(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).

Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

Pasal 4

Page 32: Bahantayang2 ppkn

8. TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa

Substansi:Ketetapan ini mengamanatkan untuk meningkatkan kualitas manusia yang beriman, bertaqwa, dan berahklak mulia serta berkepribadian Indonesia dalam kehidupan berbangsa. Pokok-pokok etika kehidupan berbangsa mengacu pada cita-cita persatuan dan kesatuan, ketahanan, kemandirian,

keunggulan dan kejayaan, serta kelestarian lingkungan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:Perlu ditegakkan Etika Kehidupan Berbangsa yang meliputi, etika sosial dan budaya, etika politik dan

pemerintahan, etika ekonomi dan bisnis, etika penegakan hukum yang berkeadilan dan berkesetaraan, etika keilmuan, dan etika lingkungan untuk dijadikan acuan dasar dalam penyelenggaraan

kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaannya, sertamenjiwai seluruh pembentukan undang-undang.

Hasil Kajian:Ketetapan ini belum sepenuhnya dijadikan pedoman dalam perumusan berbagai kebijakan, terutamayang berkaitan dengan Etika Kehidupan Berbangsa dan Bernegara maka ketetapan ini tetap berlaku

(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).

Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

Pasal 4

Page 33: Bahantayang2 ppkn

9. TAP MPR Nomor VII/MPR/2001 Tentang Visi Indonesia Masa Depan

Substansi:Visi Indonesia masa depan diperlukan untuk menjaga kesinambungan arah penyelenggaraan

kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia melaluivisi ideal, visi antara dan visi lima tahunan.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:Perlu diwujudkan masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil,

sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaan

Hasil Kajian:Ketetapan ini belum sepenuhnya dijadikan pedoman dalam perumusan berbagai kebijakan,terutama yang berkaitan dengan visi ideal dan visi antara maka ketetapan ini tetap berlaku

(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).

Substansi:Visi Indonesia masa depan diperlukan untuk menjaga

kesinambungan arah penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia

Melalui visi ideal, visi antara dan visi lima tahunan.

Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

Pasal 4

Page 34: Bahantayang2 ppkn

10. 10. Ketetapan MPR Nomor Ketetapan MPR Nomor VIIIVIII/MPR//MPR/20012001 TTentangentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan daRekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan dan n

Pencegahan KKNPencegahan KKN

Substansi:Ketetapan ini mengamanatkan untuk mempercepat dan lebih menjamin efektivitas pemberantasan

KKN sebagaimana diamanatkan dalam TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negarayang bersih dan bebas KKN, serta berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:Memerintahkan pembentukan undang-undang serta peraturan pelaksanaannya untuk

percepatan dan efektivitas pemberantasan dan pencegahan KKN sampaiterlaksananya seluruh ketentuan dalam ketetapan ini.

Hasil Kajian:Karena amanat dari TAP MPR RI No. VIII/MPR/2001 belum seluruhnya dituangkan ke dalam

undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).

Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

Pasal 4

Page 35: Bahantayang2 ppkn

11. Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001 Tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam

Substansi:• Ketetapan ini mendorong pembaharuan agraria melalui proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali penguasaan, pemilikan,penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria, dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum;

• Pengelolaan sumber daya alam yang terkandung di daratan, laut dan angkasa dilakukan secara optimal, adil, berkelanjutan, dan ramah lingkungan untuk keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.

Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:Memerintahkan pembentukan undang-undang untuk mendorong pembaharuan agraria dan

pengelolaan sumber daya alam yang harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keutuhan NKRI, HAM, supremasi hukum, KESRA, demokrasi, kepatuhan hukum, partisipasi rakyat, keadilan termasuk kesetaraan gender,

pemeliharaan sumber agraria/sumber daya alam, memelihara keberlanjutan untuk generasi kini dan generasi yang akan datang, memperhatikan daya tampung dan daya dukung lingkungan, keterpaduan

dan koordinasi antar sektor dan antar daerah, menghormati dan melindungi hak masyarakat hukum adat, desentralisasi, keseimbangan hak dan kewajiban negara, pemerintah, masyarakat dan individu sesuai dengan

arah kebijakan sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam ketetapan ini.

Hasil Kajian:Ketetapan ini diperlukan untuk mendorong percepatan pembentukan dan pengharmonisan

berbagai undang-undang, terutama yang berkaitan dengan pembaruan agraria dan pengelolaan sumber daya alam secara konprehensif. Oleh karena itu ketetapan ini tetap berlaku

(memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).

Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003

Pasal 4

Page 36: Bahantayang2 ppkn

Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 PASAL 5 TAP MPR YANG DINYATAKAN MASIH BERLAKU SAMPAI DENGAN DITETAPKANNYA PERATURAN TATA TERTIB YANG BARU OLEH MPR HASIL PEMILU 2004

Kelima TAP MPR yang terdapat di dalam Pasal 5 tentang Peraturan Tata Tertib MPR, yaitu:

TAP MPR No. II/MPR/1999TAP MPR No. I/MPR/2000TAP MPR No. II/MPR/2000TAP MPR No. V/MPR/2001TAP MPR No. V/MPR/2002

sudah tidak berlaku lagi karena telah terbentuknya Peraturan Tata Tertib MPR hasil PEMILU 2004.

Page 37: Bahantayang2 ppkn

Ketetapan di dalam pasal iniberjumlah 104 Ketetapan.

Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 PASAL 6 TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TIDAK PERLU LAGI DILAKUKAN TINDAKAN HUKUM LEBIH LANJUT, BAIK KARENA BERSIFAT FINAL (EINMALIG), TELAH DICABUT, MAUPUN TELAH SELESAI DILAKSANAKAN

Page 38: Bahantayang2 ppkn

HASIL KAJIAN TIM KERJA MPR RI TENTANG

STATUS HUKUM TAP MPRS DAN TAP MPR RIBERDASARKAN TAP MPR RI NOMOR I/MPR/2003

SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2006

NO. PASALJUMLAH

KETETAPANTIDAK

BERLAKUBERLAKU

1 Pasal 1 8 8 -

2 Pasal 2 3 - 3

3 Pasal 3 8 8 -

4 Pasal 4 11 1 10

5 Pasal 5 5 5 -

6 Pasal 6 104 104 -

JUMLAH 139 126 13

Page 39: Bahantayang2 ppkn

TATA TERTIB

Keputusan Majelis berisi ketentuan yang mengatur tata cara Majelis

dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya serta mengikat secara internal

KEPUTUSAN MPR RI NOMOR 7/MPR/2004 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB MPR RI SEBAGAIMANA

TELAH DIUBAH DENGAN KEPUTUSAN MPR RI NOMOR 13/MPR/2004 TENTANG

PERUBAHAN PERATURAN TATA TERTIB MPR RI

Page 40: Bahantayang2 ppkn

Peraturan Tata TertibDASAR PEMIKIRAN DAN TUJUAN PEMBENTUKAN TATA-TERTIB

Perubahan UUD NEGARA RI 1945 mengharuskan MPR

melakukan penyesuaian terhadap

Peraturan Tata Tertib MPR yang dituangkan ke dalam

Keputusan MPR Nomor 7/MPR/2004

tentang Peraturan Tata Tertib MPR RI

sebagaimana telah diubah

dengan Keputusan MPR RI Nomor 13/MPR/2004

tentang Perubahan Peraturan Tata Tertib MPR RI.

Page 41: Bahantayang2 ppkn

Peraturan Tata Tertib DASAR HUKUM

1. Ketentuan dalam Pasal-pasal UUD Negara RI 1945 yaitu Pasal 2, Pasal 3, Pasal 7B ayat (6) dan ayat (7) , Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 37.

2. UU Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD sebagaimana tercantum dalam Pasal 11 huruf g.

Page 42: Bahantayang2 ppkn

Peraturan Tata Tertib HAL-HAL YANG DIATUR, Antara Lain:

KEDUDUKAN KEDUDUKAN (Pasal 3(Pasal 3))

KEDUDUKAN KEDUDUKAN (Pasal 3(Pasal 3))

MPRMPR adalah adalah sebuah lembaga negarasebuah lembaga negara

KEANGGOTAAKEANGGOTAANN(Pasal 1 ayat (2))(Pasal 1 ayat (2))

KEANGGOTAAKEANGGOTAANN(Pasal 1 ayat (2))(Pasal 1 ayat (2))

Anggota MPR terdiri dari Anggota DPR dan

Anggota DPD.

TATA CARA PERUBAHAN UUD (Pasal 78)

TATA CARA PELANTIKAN PRESIDEN (Pasal 82)

TATA CARA PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATAUWAKIL PRESIDEN (Pasal 83)

TUGAS DAN WEWENANG (Pasal 4)

Page 43: Bahantayang2 ppkn

MPR memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut: mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar; melantik Presiden dan Wakil Presiden; memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden; melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti, atau diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya; memilih dan melantik Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari; memilih dan melantik Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa jabatannya; menetapkan Peraturan Tata Tertib Majelis dan Kode Etik Anggota Majelis; memilih dan menetapkan Pimpinan Majelis; membentuk alat kelengkapan Majelis.

Peraturan Tata Tertib TUGAS DAN WEWENANG (PASAL 4)

Page 44: Bahantayang2 ppkn

Usul 1/3 Anggota(≥ 226 Anggota)

[Pasal 78 huruf “a”]

Usul dibahas dalamRapat Pimpinan

(≤ 90 Hari)[Pasal 78 huruf “c”]

Jika Syarat Terpenuhi, Pimpinan

MengundangAnggota Bersidang[Pasal 78 huruf “d”]

Syarat Pengambilan Putusan:- Kuorum 2/3

- Keputusan 50% + 1 dari seluruh Anggota Majelis

[Pasal 71 ayat (1) huruf “a”]

Peraturan Tata Tertib TATA CARA PERUBAHAN UUD (PASAL 78)

Usul Tertulis Ke Pimpinan

(Materi yang Diubah)[Pasal 78 huruf “b”]

Usul Tertulis Ke Pimpinan

(Materi yang Diubah)[Pasal 78 huruf “b”]

Page 45: Bahantayang2 ppkn

a. diusulkan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah Anggota Majelis;

b. setiap usul perubahan diajukan secara tertulis dan ditunjukan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta ulasannya;

c. usul sebagaimana dimaksud pada huruf b, diajukan kepada Pimpinan Majelis dan Pimpinan Majelis melaksanakan rapat untuk membahas usul tersebut paling lambat 90 hari dari sejak diterimanya usul;

d. apabila rapat Pimpinan Majelis menilai usul tersebut telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, Pimpinan Majelis mengundang Anggota Majelis untuk melaksanakan Sidang Majelis.

Pasal 71 ayat (1) huruf a: “diambil dalam rapat yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota

Majelis untuk mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar (kuorum), dan disetujui oleh lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis”.

Peraturan Tata Tertib TATA CARA PERUBAHAN UUD (PASAL 78)

Page 46: Bahantayang2 ppkn

Pimpinan MPRMengundang

[Pasal 82 ayat (1)]

Presiden dan WapresTerpilih

[Pasal 82 ayat (3)]

Anggota MPR[Pasal 82 ayat (2)]

Sidang Majelis:1. SK KPU2. Sumpah3. Berita Acara

Peraturan Tata Tertib TATA CARA PELANTIKAN PRESIDEN (PASAL 82)

Page 47: Bahantayang2 ppkn

Peraturan Tata Tertib TATA CARA PELANTIKAN PRESIDEN (PASAL 82)

Pimpinan Majelis mengundang Anggota Majelis untuk mengikuti Rapat Paripurna Majelis dalam rangka Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden hasil Pemilu;

Pimpinan Majelis mengundang Presiden dan Wakil Presiden terpilih;

Pembacaan Berita Acara hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden oleh Ketua KPU dalam Rapat Paripurna Majelis;

Pelantikan dilakukan dengan cara mengucapkan sumpah/janji menurut agama dengan sungguh-sungguh dihadapan Majelis;

Berita Acara Pelantikan ditandatangani oleh Presiden dan Wakil Presiden, serta Pimpinan Majelis.

Page 48: Bahantayang2 ppkn

DPR

MKMKMemeriksa,Mengadili, dan

Memutuskan(≤ 90 hari)

MPR≤ 30 hari menyelenggarakan Sidang

(Presiden dan/atau Wapres diundang)

Pengambilan Putusan:-Kuorum ≥ 3/4 jumlah anggota

-Keputusan ≥ 2/3 Jumlah anggota yang hadir

Peraturan Tata TertibTATA CARA PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATAUWAKIL PRESIDEN (PASAL 83)

1

2

3

Page 49: Bahantayang2 ppkn

a. Majelis menyelenggarakan sidang untuk mengambil putusan tentang usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden pada masa jabatannya yang diajukan DPR setelah adanya putusan MK paling lambat 30 hari

setelah Majelis menerima usul tersebut;

b. Pimpinan Majelis mengundang Anggota Majelis untuk mengadakan Rapat Paripurna;

c. Pimpinan Majelis mengundang Presiden dan/atau Wakil Presiden untuk menyampaikan penjelasan yang berkaitan dengan usul pemberhentiannya kepada Rapat Paripurna Majelis;

d. Presiden dan/atau Wakil Presiden wajib hadir untuk memberikan penjelasan atas usul pemberhentiannya tersebut;

e. apabila Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak hadir untuk menyampaikan penjelasan, maka Majelis tetap mengambil putusan.

Peraturan Tata TertibTATA CARA PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATAUWAKIL PRESIDEN (PASAL 83)

Page 50: Bahantayang2 ppkn

KEPUTUSAN MPR RI NOMOR 8/MPR/2004TENTANG KODE ETIK ANGGOTA

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PENGERTIAN PENGERTIAN (Pasal (Pasal 1)1)

PENGERTIAN PENGERTIAN (Pasal (Pasal 1)1)

Kode Etik Anggota MPR RI adalah seperangkat norma-norma moral yang

berisi nilai-nilai etik dalam perikehidupan yang wajib dipatuhi oleh setiap

Anggota MPR RI

Kode Etik Anggota MPR RI adalah seperangkat norma-norma moral yang

berisi nilai-nilai etik dalam perikehidupan yang wajib dipatuhi oleh setiap

Anggota MPR RI

Page 51: Bahantayang2 ppkn

Kode Etik Kode Etik Anggota Anggota Majelis bertujuan untuk Majelis bertujuan untuk menjagamenjaga martabat, kehormatan, dan citra martabat, kehormatan, dan citra Anggota MajelisAnggota Majelis di tengah-tengah di tengah-tengah masyarakat yang merupakanmasyarakat yang merupakan bagian yang bagian yang tidak terpisahkan tidak terpisahkan ddarari i terjaganyaterjaganya kehormatan kehormatan MPR RIMPR RI.

KODE ETIK ANGGOTAKODE ETIK ANGGOTA TUJUAN (PASAL 2)TUJUAN (PASAL 2)

Page 52: Bahantayang2 ppkn

KepribadianKepribadian:: “ “Anggota Majelis adalah insan yang Anggota Majelis adalah insan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinmenjunjung tingggi norma-norma agama, hukum, gi norma-norma agama, hukum, hak asasi manusia, dan moral dalam kehidupan hak asasi manusia, dan moral dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegarabermasyarakat, berbangsa, dan bernegara” ” ((Pasal 4Pasal 4).).

KODE ETIK ANGGOTAKODE ETIK ANGGOTA KEPRIBADIAN DAN ETIKAKEPRIBADIAN DAN ETIKA

Etika: “Setiap Anggota Majelis wajib mematuhi etika (19 butir Pasal 5), antara lain:

menjauhkan diri dari perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta perbuatan tercela lainnya;

jujur terhadap diri sendiri dan orang lain; memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap kondisi dan

aspirasi rakyat”.

Page 53: Bahantayang2 ppkn

PENUTUPAKU KENAL NEGERIKU

TERIMA KASIHSemoga Sosialisasi ini dapat memberikan pemahaman dan

pengetahuan tentang konstitusi dan dinamika ketatanegaraan