55
Achmad R. Muttaqien SKM., M.Kes (MARS) Rini Anggraeni SKM., M.Kes Disajikan u/ Mata Kuliah Sistem Pembiayaan Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar 2015 A.q.

Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

Achmad R. Muttaqien SKM., M.Kes (MARS)

Rini Anggraeni SKM., M.Kes

Disajikan u/ Mata Kuliah

Sistem Pembiayaan

Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan

UIN Alauddin Makassar

2015

A.q.

Page 2: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

1. Memahami sistem pembiayaan kesehatan di

Indonesia (struktur organisasi – Alur

keuangan, top down & bottom up)

2. Memahami sistem pembiayaan di dinas

kesehatan provinsi & kota (APBN, APBD,

Bantuan Luar Negeri)

3. Memahami sistem pembiayaan di rumah sakit

4. Memahami sistem pembiayaan puskesmas

5. Memahami sistem pembiayaan di Asuransi

Kesehatan (Asuransi sosial & komersial)

A.q.

Page 3: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

A.q.

Page 4: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

1. Perumusan kebijakan nasional, kebijakan

pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidang

kesehatan

2. Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai

dengan bidang tugasnya

3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara

yang menjadi tanggung jawabnya

4. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya

5. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran

dan pertimbangan di bidang tugas dan

fungsinya kepada Presiden

A.q.

Page 5: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

1. Penetapan kebijakan nasional di bidang kesehatanuntuk mendukung pembangunan secara makro

2. Penetapan pedoman u/ menetukan standarpelayanan minimal yang wajib dilaksanakan olehkabupaten/Kota di bidang Kesehatan

3. Penyusunan rencana nasional secara makro dibidang kesehatan

4. Penetapan persyaratan akreditasi lembagapendidikan dan sertifikasi tenaga profesional/ahliserta persyaratan jabatan di bidang kesehatan

5. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraanotonomi daerah yang meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi dibidang kesehatan

A.q.

Page 6: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

6. Pengaturan penerapan perjanjian atau

persetujuan internasional yang disahkan

atas nama Negara di bidang kesehatan

7. Penetapan standar pemberian izin oleh

daerah di bidang kesehatan

8. Penanggulangan wabah dan bencana yang

berskala nasional di bidang kesehatan

9. Penetapan kebijakan sistem informasi

nasional di bidang kesehatan

10. Penetapan persyaratan kualifikasi usaha

jasa di bidang kesehatan

A.q.

Page 7: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

11. Penyelesaian perselisihan antar Propinsi di

bidang kesehatan

12. Penetapan kebijakan pengendalian angka

kelahiran dan penurunan angka kematian

ibu, bayi, dan anak

13. Penetapan kebijakan sistem jaminan

pemeliharaan kesehatan masyarakat

14. Penetapan pedoman standar pendidikan

dan pendayagunaan tenaga kesehatan

15. Penetapan pedoman pembiayaan pelayanan

kesehatan

A.q.

Page 8: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

16. Penetapan pedoman penapisan, pengembangan danpenerapan teknologi kesehatan dan standar etikapenelitian kesehatan

17. Penetapan standar nilai gizi dan pedoman sertifikasiteknologi kesehatan dan gizi

18. Penetapan standar akreditasi sarana dan prasaranakesehatan

19. Surveilans epidemiologi serta pengaturanpemberantasan dan penanggulangan wabah, penyakitmenular dan kejadian luar biasa

20. Penyediaan obat esensial tertentu dan obat untukpelayanan kesehatan dasar sangat essential (buffer stock nasional)Kewenangan lain sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu : Penempatan dan pemindahan tenaga kesehatan tertentu

pemberian izin dan pembinaan produksi dan distribusialat kesehatan

A.q.

Page 9: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

A.q.

Page 10: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

A.q.

Page 11: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

A.q.

Page 12: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

PERMENKES NO.439 THN 2009 TTG ORG TATA KERJA DEPKES

A.q.

Page 13: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

PERMENKES NO.439 THN 2009 TTG ORG TATA KERJA DEPKES

A.q.

Page 14: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

PERMENKES NO.439 THN 2009

TTG ORG TATA KERJA DEPKES

A.q.

Page 15: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

PERMENKES NO.439 THN 2009 TTG ORG TATA KERJA DEPKES

A.q.

Page 16: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

PERMENKES NO.439 THN 2009 TTG ORG TATA KERJA DEPKES

A.q.

Page 17: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

PERMENKES NO.439 THN 2009 TTG ORG TATA KERJA DEPKES

A.q.

Page 18: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

PERMENKES NO.439 THN 2009 TTG ORG TATA KERJA DEPKES

A.q.

Page 19: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

PERMENKES NO.439 THN 2009 TTG ORG TATA KERJA DEPKESA.q.

Page 20: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

PERMENKES NO.439 THN 2009 TTG ORG TATA KERJA DEPKES A.q.

Page 21: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

Presented by:

Achmad R. Muttaqien SKM., M.Kes (MARS)

A.q.Referenced by: Utami Dewi

Page 22: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

A.q.

Page 23: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

Menggunakan logika berpikir dari „atas‟ kemudian melakukan pemetaan „ke bawah‟ untuk melihat keberhasilan atau kegagalan suatuimplementasi kebijakan.

Sering disebut sebagai pendekatan policy centered karena fokus perhatian peneliti hanyatertuju pada kebijakan dan berusahamemperoleh fakta apakah kebijakan tsb efektifatau tdk

Biasanya lebih fokus pada kegagalanimplementasi kebijakan karena menjelaskanpersoalan-persoalan atau faktor penghambatimplementasi

A.q.

Page 24: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

1. Memilih kebijakan yg akan dikaji

2. Mempelajari dokumen kebijakan yang ada u/ dapatmengidentifikasi tujuan & sasaran kebijakan yang secara formal tercantum dlm dokumen kebijakan

3. Mengidentifikasi bentuk2 keluaran kebijakan ygdigunakan sebagai instrumen u/ mencapai tujuan & sasaran kebijakan

4. Mengidentifikasi apakah keluaran kebijakan telahditerima oleh oleh kelompok sasaran dengan baik(sesuai dengan SOP) yang ada

5. Mengidentifikasi apakah keluaran kebijakan memilikimanfaat bagi kelompok sasaran

6. Mengidentifikasi apakah muncul dampak setelahkelompok sasaran memanfaatkan keluaran kebijakan

A.q.

Page 25: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

Pendekatan top down identik dengan

command and control → keberhasilan

implementasi kebijakan didasarkan

pada kejelasan perintah dan cara

mengawasi atasan kepada bawahan

A.q.

Page 26: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

muncul sebagai kritik terhadap pendekatan top-down:

1. Top down model menganggap aktor utamaadalah policy maker, sehingga kurangmemperhatikan pengaruh aktor-aktor lain misalnya klp sasaran, swasta, dll

2. Top down model sulit diterapkan ketika tdk adaaktor yang dominan

3. Pendekatan top down melupakan bahwabirokrat garda depan dan kelompok sasaranmemiliki kecenderungan untukmenyelewengkan arah kebijakan untukkepentingan mereka

A.q.

Page 27: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

Fokus perhatian pendekatan bottom

up adalah padaperan street level

birokrat dan kelompok sasaran

Pendekatan bottom up percaya

bahwa implementasi akan berhasil

jika kelompok sasaran dilibatkan

dari awal mulai proses sampai

implementasi kebijakan.

A.q.

Page 28: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

1. Memetakan stakeholders yang terlibat dalam

implementasi kebijakan pada level terbawah

2. Mencari informasi dari para aktor tsb tentang

pemahaman thd kebijakan

3. Memetakan keterkaitan antar aktorpada level

terbawah dengan aktor pada level di atasnya

4. Peneliti bergerak ke atas dengan memetakan

aktor pada level yang lebih tinggi dengan

mencari format yang sama

5. Pemetaan dilakukan terus sampai pada level

tertinggi

A.q.

Page 29: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

A.q.

Page 30: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

A.q.

Page 31: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

• Diskusikan bagaimana Model

Pembiayaan Kesehatan Metode

Top Down & Bottom Up

• Presentasikan hasil diskusi

didukung dengan teori2 yg

selaras

A.q.

Page 32: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

Referenced by: Yuli Indrawati

APBN

Presented by:

Achmad R. Muttaqien SKM., M.Kes (MARS)

A.q.

Page 33: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

PENETAPAN

PERTANGGUNGJAWABAN

PENYUSUNAN

PELAKSANAAN

PENGAWASAN

A.q.

Page 34: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

Pasal 4 UUD

Pasal 23 UUD ayat (1) – (3) (amandemen)

Pasal 6 UU No 17 Tahun 2003

A.q.

Page 35: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

DPR PEMERINTAH BPKD

P

D

A.q.

Page 36: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

RAKYAT

YANG BERDAULAT

RAKYAT

YANG DIPERINTAH

A.q.

Page 37: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

WUJUD RAKYAT

YANG BERDAULAT

D P R

A.q.

Page 38: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

PEMERINTAH

ANGGARANNEGARA

PARLEMEN

HAK BUDGET

Makna Tata Kelola Keuangan Negara

KEDAULATAN

RAKYAT OTORISASI

PERTANGGUNGJAWABANANGGARAN NEGARA

A.q.

Page 39: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

DPRPresiden

1

mengajukan[Pasal 23 (2)]

RAPBN

4

persetujuan

DPD

4b

Pemerintah menjalankan

Tahun lalu[Pasal 23 (3)]

APBN

4a

Pemerintah menjalankan

APBN

2

memberi

pertimbangan

[Pasal 23 (2)]

HAL KEUANGAN Penyusunan APBN

3

membahas bersama

[Pasal 20 (2)]

RAPBN

YA

TIDAK

A.q.

Page 40: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

BENTUK LUAR: UU:

KEDAULATAN RAKYAT OTORISASI KEHARUSAN UNTUK DIPERTANGGUNGJAWABKAN PERTANGGUNGJAWABAN DALAM BENTUK UU

JIKA TIDAK DISETUJUI HARUS MENGGUNAKAN UU SEBELUMNYA TIDAK MUNGKIN ADA PERPU LANDASAN HUKUM: PASAL 23 UUD:

FUNGSI ANGGARAN HAK BUDGET

PENYUSUNAN & PENGAJUAN: KEWENANGAN PENYUSUNAN PADA PEMERINTAH TIDAK ADA KEWENANGAN UNTUK USUL INISIATIF DIAJUKAN LANGSUNG OLEH PRESIDEN WAKTU PENGAJUAN TERTENTU

MATERI MUATAN: HANYA MENGIKAT PEMERINTAH:

TIDAK MENGIKAT MASYARAKAT TIDAK DAPAT DIAJUKAN KE MK

MASA LAKU: TERTENTU PERUBAHAN DALAM MASA TERTENTU

A.q.

Page 41: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

DPR PEMERINTAH

1. Pemegang kedaulatan anggaran

negara, restriktif terhadap

kepentingan masyarakat yang lebih

luas.

2. Konsesi maksimum untuk menjamin

kepentingan publik.

3. Memaksimalkan kewajiban

pemerintah terhadap warga

masyarakat melalui pembiayaan yang

berdampak manfaat kepada publik.

4. Menekankan pembiayaan

pembangunan yang berdampak pada

pemenuhan kebutuhan pokok

masyarakat, khususnya dalam hal

pendidikan, kesehatan, dan pangan.

1. Pemegang kekuasaan penyelenggaraan

pemerintahan, restriktif terhadap

kepentingan pemerintah dalam

menjalankan kekuasaan.

2. Optimalisasi biaya untuk menjamin

tujuan dan kepentingan pemerintahan.

3. Memaksimalkan kewajiban warga

masyarakat terhadap negara melalui

pajak, dan pengurangan insentif yang

berdampak buruk terhadap penerimaan

negara.

4. Menekankan pembiayaan

pembangunan yang berdimensi

kewajiban negara, khususnya dalam

pengembalian pinjaman luar negeri dan

utangnya, dan kegiatan yang

mendorong sektor riil.A.q.

Page 42: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

“suatu daftar atau pernyataan terperinci

mengenai penerimaan dan pengeluaran

negara yang ditetapkan oleh pemerintah

untuk masa jangka waktu tertentu yang

harus mendapatkan persetujuan parlemen

sebagai esensi kedaulatan rakyat di dalam

anggaran.”

A.q.

Page 43: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

Menyelaraskan kebijakan ekonomi makro dan

sumber daya yang tersedia,

Mengalokasikan sumber daya secara tepat sesuai

kebijakan pemerintah,

Mempersiapkan kondisi bagi pelaksanaan

pengelolaan anggaran secara baik.

A.q.

Page 44: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

memberikan arah kebijakan perekonomian dan menggambarkan secara tegas penggunaan sumber daya yang dimiliki masyarakat

untuk mencapai keseimbangan ekonomi makro dalam perekonomian

merupakan sarana sekaligus pengendali untuk mengurangi ketimpangan dan kesenjangan dalam berbagai hal di suatu negara.

A.q.

Page 45: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

Merupakan penjabaran kerangka kerja dari kebijaksanaan yang telah ditetapkan.

merupakan alat implementasi dari kebijaksanaan, sebagai alat manajemen dan alat kontrol administrasi.

merupakan alat kontrol hukum.

merupakan sumber informasi bagi masyarakat luas mengenai kegiatan yang telah dilakukan, keputusan yang diambil, dan gambaran yang akan datang mengenai kegiatan pembangunan.

A.q.

Page 46: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

1. Peran Dasar Pemerintah

2. Bersentuhan dengan kepentingan Publik

3. Berorientasi kepada pelayanan publik

4. Melalui mekanisme APBN

5. Regulasi Pemerintah

6. Pengumpulan Dana Masyarakat

7. Alokasi dan Redistribusi Pendapatan

A.q.

Page 47: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)

(20 tahun)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

(5 tahun)

Rencana Kerja Pemerintah (RKP)(1 tahun)

A.q.

Page 48: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

Kerangka ekonomi makro

Pokok-pokok kebijakan fiskal

A.q.

Page 49: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

Penanggulangan kemiskinan Peningkatan kesempatan kerja Revitalisasi pertanian dalam arti luas dan

pembangunan perdesaan Peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan

dan kesehatan Penegakkan hukum dan HAM, pemberantasan

korupsi, dan reformasi birokrasi Penguatan kemampuan pertahanan, pemantapan

keamanan dan ketertiban, serta penyelesaiankonflik

Rehabilitasi dan rekonstruksi NAD, Nias, DIY danJawa Tengah, serta mitigasi dan penanggulanganbencana

Percepatan pembangunan infrastruktur Pembangunan daerah perbatasan dan wilayah

terisolir A.q.

Page 50: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

APBN YANG DISETUJUI DPR TERINCI SAMPAI DENGAN UNIT ORGANISASI, FUNGSI, PROGRAM, KEGIATAN DAN JENIS BELANJA

APABILA DPR TIDAK MENYETUJUI RUU APBN, PEMERINTAH DAPAT MELAKUKAN PENGELUARAN SETINGGI-TINGGINYA SEBESAR ANGKA APBN TAHUN ANGGARAN SEBELUMNYA

PELAKSANAAN TAHUN ANGGARAN BARU APBN: 1 Januari – 31 Desember

A.q.

Page 51: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

PRESIDEN SEBAGAI PEMEGANG KEKUASAAN PEMERINTAHAN YANG ANTARA LAIN MENGELOLA

KEUANGAN NEGARA MEMILIKI REPRESENTASI SEBAGAI CHIEF FINANCIAL OFFICER YANG

SECARA YURIDIS MENJADI REGULATOR UTAMA DALAM MENENTUKAN STATUS HUKUM PENGELOLAAN

UANG NEGARA

PASAL 4 AYAT (1)

UUD 1945

PRESIDEN

MEMEGANG

KEKUASAAN

PEMERINTAHAN

MENURUT

UUD

PASAL 6 AYAT (1) UU

NO. 17 TAHUN 2003

PRESIDEN SELAKU

KEPALA PEMERINTAHAN

MEMEGANG KEKUASAAN

PENGELOLAAN

KEUANGAN NEGARA

SEBAGAI BAGIAN DARI

KEKUASAAN

PEMERINTAHAN

DIKUASAKAN KEPADA

MENTERI KEUANGAN

UNTUK FISKAL DAN

KEKAYAAN NEGARA YANG

DIPISAHKAN

DIKUASAKAN KEPADA

MENTERI/PIMPINAN

LEMBAGA UNTUK

PENGGUNA

ANGGARAN/BARANG

DISERAHKAN KEPADA

GUBERNUR/BUPATI/WALIK

OTA UNTUK KEUANGAN

DAERAH DAN KEKAYAAN

DAERAH YANG DIPISAHKAN

TIDAK TERMASUK

KEWENANGAN MONETER

A.q.

Page 52: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

1. Laporan semester I, berisi laporan realisasi

& prognosis untuk 6 bulan berikut

Jika terjadi perubahan keadaan diajukan

prosesnya setelah laporan semester I

diterima. Dan selesai sebelum tahun

anggaran berakhir.

A.q.

Page 53: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

2. Laporan pertanggungjawaban, berisi:

laporan realisasi APBN;

neraca;

laporan arus kas;

catatan atas laporan keuangan;

laporan keuangan perusahaan negara &

badan lainnya;

prestasi kerja setiap kementrian

negara/lembaga;

A.q.

Page 54: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

Pemerintah (RUU PAN) disampaikan untuk diperiksa & ditanggapi.

Jika dalam waktu 2 bulan tidak ada tanggapan, maka

dianggap menyetujui

BPK

disampaikan kembali

Pemerintah

disampaikan untuk dimintakan persetujuan

D P R UU PAN

A.q.

Page 55: Sistem pembiayaan di sektor kesehatan (1)

Diskusikan & Presentasikan bagaimana:

• Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan(Direktorat Jendral → Perpanjangantangan ke Provinsi)

• APBN ke provinsi hanya untuk program2 tertentu (HIV & TB, Gizi Buruk, KIA, Kusta, Malaria, Penyakit Menular)

• Bantuan Luar Negeri u/ Program2 tertentu

• Dinas kesehatan Provinsi → di biaya olehAPBD Provinsi

• APBD kota/kabupaten → Dinas kesehatankota/ kabupaten

A.q.