RINGKASAN
Berdasarkan gelombang seismik, struktur internal bumi dibedakan menjadi tiga
komponen yaitu inti (core), mantel (mantle) dan kerak (crust). Pada inti bumi
mengandung banyak mineral besi dan niekel (Ni), pada mantel bumi banyak
mengandung Si, dan pada kerak bumi banyak mengandung unsur Si, Fe, Al dan Mg.
Bagian terluar dari bumi yaitu yang disebut kerak bumi merupakan bagian yang paling
tipis diantara bagian bumi lainnya. Tetapi bagian ini sangat penting bagi kehidupan
manusia serta bagian ini mengandung banyak mineral dan batuan.
Mineral adalah benda padat yang terbentuk oleh proses anorganik. Tiap mineral
memiliki susnan atom yang teratur dan komposisi kimia tertentu yang memberikan sifat
fisik yang spesifik. Mineral merupakan komponen batuan yang mempunyai komposisi
kimia tertentu dengan sifat-sifat fisik yang khas seperti warna, kilap (luster), kekrasan
(hardness), gores (streack), belahan (cleavage), pecahan (fracture), struktur atau bentuk
kristal, berat jenis, sifat dalam (tenacity) dan kemagnetan. Mineral ini merupakan
produk alami dari proses kimia fisika di dalam kerak bumi. Lebih dari 2000 mineral
telah diketahui sampai sekarang ini, dan usaha-usaha untuk menemukan mineral baru
terus dilakukan. Dari jumlah tersebut hanya beberapa yang umum atau sering dijumpai.
Mineral-mineral yang dominan sebagai pembentuk batuan penyusun kerak bumi disebut
mineral pembentuk batuan (Rock Forming Minerals).
Batuan didefinisikan sebagai agregasi dari satu atau beberapa jenis mineral yang
bercampur menjadi satu, tetapi sifat dasar dari tiap mineral tersebut masih tetap terlihat.
Ada tiga macam batuan yaitu, batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
Batuan beku terbentuk dari pembekuan magma. Batuan sedimen terbentuk secara
alamiah dipermukaan bumi dari fragmen-fragmen batuan yang kembali memadat dan
mengeras menjadi batuan. Batuan metamorf terbentuk dari batuan-batuan sebelumnya
yang mengalami perubahan mineral dan strukur akibat pengaruh tekanan dan
temperatur.
PERMASALAHAN
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Apa saja struktur dan komposisi bumi?
2. Bagaimana proses terbentuknya mineral dan batuan?
3. Bagaimana proses suatu penambangan dan hambatan yang mungkin dialami?
4. Apa saja manfaat batuan dan bahan tambang?
PEMBAHASAN
Struktur dan Komposisi Bumi
Dari hasil kajian atas gelombang seismik, para ahli menyimpulkan bahwa bumi
terdiri atas lapisan-lapisan. Antar lapisan satu dengan lapisan lainnya terdapat
perbedaan yang tajam dalam hal struktur dan komposisi. struktur bumi terdiri atas 3
lapisan utama yakni kerak, selimut, dan inti. Setiap lapisan memiliki ketebalan dan
komposisi kimianya masing-masing (Miller, 1981).
Kerak bumi merupakan lapisan tipis berwujud padat dengan ketebalan rata2 17
km terbentang dengan ketebalan 4 hingga 70 km, dan dengan massa 0,4% dari
total massa bumi (diperkirakan mengandung 81 unsur). Lapisan atas (setebal 40
km) banyak mengandung senyawa silikon dan senyawa aluminium (disebut
lapisan sial); lapisan bawah (25 km) banyak mengandung senyawa silikon dan
senyawa magnesium (disebut lapisan sima).
Selimut bumi, lapisan yang terletak di bawah kerak bumi dan dipercaya hampir
berupa padatan. Ketebalannya 3000 km dan massanya 68,2% dari total massa
bumi. Lapisan ini diperkirakan terutama terdiri dari 5 jenis unsur, yakni Si, Mg,
Fe, Al, dan O.
Inti bumi, bagian terdalam dari bumi. Bagian ini terdiri dari inti-luar (outer core)
berupa lelehan, dan inti-dalam (inner core) berupa padatan. Diduga inti bumi
mengandung 90% logam Fe, 8% logam Ni, dan sisanya logam Co.
(Lippincot, et.all, 1980)
Tabel. Komposisi bumi secara keseluruhan
Sifat dan komposisi Kerak Bumi
Kerak bumi disebut juga kulit bumi atau litosfer. Kerak bumi terdiri dari
berbagai jenis batuan dan tanah dengan komposisi berbeda – beda, bagian ini
menjadi penting karena manusia dapat memanfaatkan secara langsung. Kerak
bumi dianggap tersusun dari 95%batuan beku, 4% shale, 0,75% batu pasir , dan
0,25% batu kapur. Batuan sebagai sampel sebenarnya terdiri dari campuran
padatan oksida logam (Johnson,1979).
Tabel. Komposisi kerak bumi berdasarkan oksidanya
Tabel. Komposisi kerak bumi berdasarkan bentuk dan urutan unsur paling bagus
Proses Terbentuknya Mineral dan Batuan
Batuan vulkanik merupakan batuan beku luar yang proses pembekuannya terjadi
secara cepat di permukaan bumi, kristal mineral yang terbentuk berukuran kecil
(forfiritik atau basaltik). Intrusi merupakan batuan beku yang proses pembekuannya
terjadi di dalam lubang magma (Sutanto, 2005).
Batuan sedimen terbentuk terbentuk melalui pelapukan batuan beku atau batuan
metamorf yang mengalami transportasi dan terendapkan di suatu tempat, dan selalu
berbentuk lapisan-lapisan sedimen (Sutanto, 2005).
Sedimen kelastik : sisa pelapukan dalam bentuk fragmen yang kemudian
mengalami transportasi dan terdeposisi
Sedimen kimia : endapan dari bentuk larutan
Sedimen biogen : terbentuk akibat kegiatan organisme
Batuan metamorf terbentuk pada kondisi temperatur dan tekanan yang tinggi (Sutanto,
2005):
Orto-metamorf : terbentuk dari batuan beku
Para-metamorf : terbentuk dari batuan sedimen
Batuan dan mineral yang terdapat pada permukaan bumi dipengaruhi oleh kondisi
atmosfer dan organisme yang tumbuh. Batuan akan terurai melalui proses pelapukan,
yang hasil dan residunya membentuk mineral sekunder (Sutanto, 2005).
a. Pelapukan
Proses pelapukan yang terjadi adalah pelapukan fisik dan pelapukan kimia.
1. Pelapukan Fisik
Merupakan proses pelapukan batuan atau mineral menjadi partikel yang
lebih halus sehingga permukaan spesifik naik tanpa menyebabkan perubahan
komposisi kimia namun sangat diperlukan sebelum terjadinya pelapukan
kimia. Pelapukan ini disebabkan oleh fluktuasi suhu, air membeku, dan
kegiatan perakaran (Sutanto, 2005).
a. Fluktuasi suhu : perbedaan suhu antara siang (panas) dan malam (dingin)
yang menyebabkan pengembangan dan kontraksi antara bagian permukaan
dan dalam batuan atau mineral sehingga menghasilkan cekaman (stress),
pengelupasan (splitting), retakan (fissuring), dan perombakan (decay).
Proses ini merupakan ciri khas wilayah beriklim gurun atau arid
b. Air membeku (frosting) : volume es 9% lebih besar dibandingkan dengan
air. air yang membeku di retakan batuan mengakibatkan batuan pecah.
Proses ini merupakan ciri khas wilayah dengan iklim dingin bersalju dan
iklim kutub
c. Perakaran tanaman : pemecahan batuan melalui retakan-retakan. Faktor ini
kurang penting apabila dibandingkan dengan pengaruh suhu atau
pembekuan air.
2. Pelapukan Kimia
Proses pelapukan batuan atau mineral melalui reaksi kimia menghasilkan
material yang memiliki komposisi berbeda dengan bahan aslinya (proses
disolusi, hidrolisis, asidolisis, dan oksidasi). Agen utama terjadinya proses
pelapukan kimia adalah H2O, CO2, O2, dan ion H+ (Sutanto, 2005).
a. Disolusi : terjadi pelarutan pada (terutama) garam-garam yang larut air
seperti NaCl dan CaSO4.2H2O karena pengikatan antara molekul air kutub
ganda dan kation serta anion (penyusun garam) serta kehilangan ion dalam
larutan.
b. Hidrolisis : dekomposisi atau pelapukan oleh air yang terjadi pada garam,
baik yang mudah larut atau tidak, yang terjadi atas basa kuat dan asam
lemah karena disosiasi H2O menjadi H+ dan OH-.
c. Asidolisis : reaksi mineral dengan ion H3O+, yang merupakan rekasi yang
lebih intensif bila dibandingkan dengan hidrolisis di dalam air murni. Ion H+
berasal dari asam lemah H2CO3 yang dihasilkan dari reaksi CO2 atmosfer
dan air.
Contoh : peranan H+ terhadap mineral anornit CaAl2Si2O8 :
CaAl2Si2O8 + H2CO3 CaCO3 + H2Al2Si2O8
Ion H+ akan melarutkan Ca2+ dari kristal mineral dan bersama dengan
CO32- membentuk CaCO3 dan dalam larutan membentuk Ca(HCO3)2.
d. Oksidasi : unsur tereduksi (Fe2+, Mn2+, S2) mengalami oksidasi karena ada
oksigen (O2) dan H2O, serta mikroorganisme sehingga terbentuk Fe3+, S4+,
Mn4+
Proses oksidasi Fe3+ Fe(OH)3 menyebabkan warna merah
b. Neoformasi mineral
Kemungkinan struktur dasar mineral dapat bertahan dan tidak mengalami
kerusakan, sebagian rusak, atau keseluruhan hancur menjadi ion atau kolid
bergantung pada intensitas dan panjang waktu pelapukan. Tahap pelapukan
menghasilkan mineral sekunder, yang juga dapat terbentuk melalui proses sintesis
ion dan koloid hasil pelapukan. Hidroksida dan oksida terbentuk sebagai mineral
sekunder hasil oksidasi pelapukan (Sutanto, 2005).
Reaksi yang terjadi dari hasil pelapukan menjadi senyawa baru tergantung
dari konsentrasi, reaksi, dan lingkungan ion.
Proses Suatu Penambangan dan Hambatan yang Mungkin Dialami
Penambangan Zeolit
Zeolit Alam ditemukan dlm batuan sedimen vulkanik, batuan piroklastik.
Terdapat 3 tipe (Sutarti, 1994) :
a. Zeolit terbentuk dr aktivitas magma
Akibat proses hydrothermal, mineral silikat mjd zeolit. Pada daerah ini terbentuk
heulandit, leumantit dan analism. Daerah yg jauh terbentuk : mordenit dan
klinoptilotit.
b. Proses sedimentasi
Ada 3 lingkungan pengendapan : danau air asin, danau air tawar dan marine. Bahan
Zeolit bereaksi dgn air membentuk zeolit
c. Proses metamorfosa
Bahan pembentuk bereaksi dgn alumunium pd Tekanan tinggi. Mineral yg terbentuk
adalah : heulandit, mordenit, analism dan klinoptilolit.
Komposisi Mineral Zeolit, yaitu Analism : Na16(AlO2)16(SiO2)32 16 H2O,
Modernit : Na8(AlO2)8(SiO2)40 24H2O, Klinoptilolit: Na6(AlO2)6(SiO2)30 24H2O,
Kabasit: (Na2Ca)6 (Al12Si24O72) 40H2O, Heulandit: (Ca4)(Al8Si28O72) 24H2O (Sutarti,
1994).
Untuk mendapatkan zeolit alam diperlukan adanya penambangan. Dalam proses
penambangan ada tiga hal utama yang dilakukan adalah eksplorasi, eksploitasi dan
pemrosesan.
a. Eksplorasi
Eksplorasi dapat dilakukan dengan melakukan pencarian lokasi, pengambilan
sample dan identifikasi sample batuan tambang yang diduga mengandung mineral
zeolit. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat difraktometer
sinar-x pada sample zeolit alam yang telah diaktifkan. Zeolit diaktifasi dengan cara
pemanasan batuan sampel pada suhu 200oC selama 3 jam. Kemudian melakukan uji
daya serap terhadap mentilen. Uji ini melibatkan zeolit 600mg yang disuspensikan
kedalam 100 mL aquades yang telah ditambahkan mentilen (zat warna biru) pada
konsentrasi 6 ppm, dikocok dengan sheker pada suhu 370oC. Setelah satu jam zeolit
alam dipisahkan dengan sentrifugasi. Filtrat diukur serapannya menggunakan
spektro UV-Vis pada panjang gelombang 664,5 nm. Daya serap zeolit alam
terhadap mentilen dapat diketahui dengan menghitung kadar awal dikurangi kadar
yang tidak terserap zeolit alam dibagi kadar awal dikali 100%. Selain
menggunakan mentilen zeolit alam juga dapat diuji dengan kuinin HCl.
b. Eksploitasi
Umumnya bahan galian industri terdapat didekat permukaan tetapi juga ada yang
tedapat dan terkumpul dibawah permukaan tanah yang relative agak dalam.
Biasanya bahan galian industri ditambang dengan cara digali, disemprot dengan
pompa tekanan tinggi, dan disedot dengan pompa hisap.
Berdasarkan tempatnya, eksploitasi dapat dilakukan dengan cara : tambang terbuka
yaitu semua aktifitas penambangan dilakukan di permukaan bumi (kauri); tambang
bawah tanah; dan peledakan. Untuk bahan galian zeolit, kebanyakan zeolit yang
mempunyai nilai ekonomi terletak didekat permukaan. Oleh karenanya
penambangan dilakukan dengan system kauri baik dengan menggunakan alat
mekanik ataupun peralatan sederhana.
Penambangan dengan system kauri dapat dilakukan beberapa tahap, yaitu :
Pengupasan tanah penutup (Landelearing).
Bagian tanah penutup yang subur setelah dikupas dapat dipindahkan ke tempat
penimbun.
Berikut gambar zeolit dalam bentuk bongkahan.
c. Pemrosesan
Pemrosesan merupakan kegiatan memisahkan mineral berharga dari partikel-
partikel lain yang menyatu dengan mineral tersebut dengan tujuan meningkatkan
utu dan kualitas zeolit. Berikut bagan alir pengolahan mineral zeolit :
Penambangan Batu bara
Tahap pertama diawali dengan perusahaan melakukan eksplorasi. Pada tahapan
ini, perusahaan mencari dahulu sumber-sumber mineral yang layak untuk dapat
dieksploitasi secara komersial, yaitu dengan cara melakukan penyelidikan umum,
mengurus surat perizinan dan administrasi kepada pejabat pemerintahan daerah
setempat, melakukan study topografi, geologi, geokimia, dan geofisik dari interest area
serta melakukan proses drilling, trenching dan sampling (Ilham, 2011).
Tahapan kedua adalah tahapan evaluasi. Pada tahapan ini perusahaan harus
memperhitungkan secara teknis dan komersial kemungkinan dari interest area yang
dimaksud untuk ditambang, yaitu dengan cara menghitung dan menilai kualitas
cadangan mineral, meneliti model dan menilai proses penambangan mana yang paling
ekonomis dalam setiap interest area, melakukan survey moda transportasi, infrastruktur,
dan studi pasar dan keuangan (Ilham, 2011).
Tahap ketiga adalah persiapan berbagai infrastruktur dan struktur yang akan
memungkinkan terjadinya proses penambangan, proses delivery hasil tambang ke titik
penjualan dan proses penjualan untuk dapat dilakukan, dimana didalam tahapan ini
perusahaan harus melakukan proses-proses seperti proses pembentukan muka bumi
secara permanen. konstruksi jalan, jalur pengangkutan dan terowongan, konstruksi
fasilitas pendukung, land clearing, serta pengupasan lapisan tanah pucuk awal
dilakukan pada tahapan ini (Ilham, 2011).
Pada tahap keempat perusahaan melakukan tahapan produksi yang dilakukan
setiap hari untuk mengeluarkan cadangan mineral menjadi hasil tambang, mengangkut
hasil tambang ke titik penjualan dan mengirimkan hasil tambang. Dalam proses ini
termasuk juga proses pemurnian, pencucian, atau pengolahan lanjutan dari mineral
hingga mencapai tahap siap jual. Secara umum, dalam tahapan produksi ini perusahaan
melakukan pengupasan lapisan tanah yang tertutup, melakukan ekstraksi mineral,
pengangkutan mineral, perawatan jalan produksi, pengelolaan stockpile,
pencucian/pengolahan lanjutan mineral, loading (yaitu proses transfer hasil tambang
dari stockpile ke moda transportasi yang digunakan untuk distribusi) (Ilham, 2011).
Tahap terakhir, perusahaan harus melakukan penutupan atas tambang dan
mengembalikan kondisi area yang ditambang menjadi mendekati kondisi sebelum
dilakukan penambangan. Untuk keperluan proses penutupan tambang ini perusahaan
diwajibkan untuk membuat rencana kerja penutupan tambang (RKPT) yang biasanya
sudah harus disiapkan perusahaan ditahap awal proses produksi. Perkembangan terkini
industri pertambangan yang ada di Indonesia menempati peringkat ke-5 untuk produksi
batubara terbesar di dunia dengan rataan produksi mencapai 123 juta MT/tahun. Padahal
di Indonesia sendiri memiliki cadangan batubara terkira sebanyak 147,66 MT dan
cadangan terukur mencapai 20,99 miliar ton (Ilham, 2011).
Hambatan yang Mungkin Dialami pada Penambangan Zeolit
11 Maret 2011 gempa berikut tsunami meluluh lantakkan Negeri Sakura.
Pasalnya pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) tertua di Jepang ikut bocor akibat
bencana dahsyat itu. Pemerintah Jepang harus memutar otak, guna menyelamatkan
rakyatnya dari ancaman radiasi nuklir. Warga sekitar PLTN Fukushima mengikuti
imbauan pemerintahnya, meletakkan mineral zeolit di kendaraan dan rumah-rumah
mereka. Selang tiga hari setelah kebocoran, paparan radiasi pada radius 10 kilometer
dari PLTN menurun hingga 20 mikro sievert, dari sebelumnya 1.500 mikro sievert.
Diketahui hanya sembilan orang yang positif terkena paparan radiasi (Sugianto, 2011).
Menurut R Sugianto, Ketua Umum Ikatan Zeolit Indonesia, Zeolit mampu
menyerap paparan radiasi nuklir lebih cepat dari tubuh manusia. Saat bencana
Fukushima, Jepang mengimpor berton-ton zeolit dari berbagai negara, termasuk
Indonesia. Diluar bencana Fukushima, zeoilit biasa digunakan sebagai anti smoke agent,
guna menyerap zat-zat beracun di udara. Potensi zeoilit alam Indonesia sendiri lebih
dari 400 juta ton, tersebar di berbagai daerah (Sugianto, 2011).
Di sektor industri, zeolit banyak digunakan untuk bahan bangunan (konstruksi
ringan), pengisi kertas dan ban, deterjen, pemurnian dan pemisahan gas, katalisator,
pemurnian oksigen, water softener, dan sebagainya. Untuk perbaikan lingkungan, selain
menyerap limbah radioaktif, zeoilit dapat berfungsi sebagai penyerap polutan (NH3,
SO2, CO2, H2S), penyerap bau (kotoran kucing), penangkap logam berat dan amonia
(air limbah), maupun sebagai media penyaring air kolam renang (Sugianto, 2011).
Sayangnya, nasib zeolit di Tanah Air masih seperti hasil galian non logam
lainnya. Potensinya besar, namun dipandang sebagai mineral pinggiran. Selain
pemanfaatannya yang masih individual, hasil ekspornya pun tak pernah tercatat dalam
penerimaan negara, khususnya dari sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM).
Orang lebih perhatian pada emas, tembaga, nikel, timah, bijih besi, dan mineral logam
lainnya. Barang tambang yang masuk Golongan C (menurut Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1967) adalah zeolit, zirkon, bentonit, kaolin, dan batu gamping. Karena masuk
Golongan C yang terkesan tidak terlalu penting, pemerintah tidak banyak memberikan
perhatian pada pengelolaan mineral-mineral non logam ini. Sepanjang rezim UU
11/1967, pengelolaan mineral non logam diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah
daerah (pemda) nyaris tanpa pembinaan serta pengawasan sama sekali. Eksploitasinya
pun lebih banyak dikerjakan penambang tradisional bahkan ilegal, sehingga tidak
banyak berkontribusi pada kemajuan ekonomi daerah(Sugianto, 2011).
Manfaat Batuan dan Bahan Tambang
Manfaat Batuan
a. Batuan Beku
Tak semua batuan beku mempunyai nilai ekonomis, hal ini tergantung pada
sifat, komposisi mineral, kekeutan fisik, daya tahan, cara penggalianya, dan lain-lain.
Tiap jenis mineral mempunyai sifat dan komposisi mineral tertentu, tidak semua jenis
batuan dapat digunakan untuk semua jenis pekerjaan. Batuan mempunyai kegunaan
sendiri tergantung sifatnya, misalnya (Katili, 2006) :
1. Batuan yang mempunyai kerapatan tinggi dan tidak porus sangat baik untuk
keperluan pekerjaan di laut.
2. Batuan yang tidak terpengaruh oleh asam, baik untuk digunakan didaerah
industri.
3. Batuan yang berat, keras, dan mempunyai daya tahan yang besar sesuai untuk
digunakan sebagai fondasi bangunan pengeras jalan juga bahan lantai.
4. Batuan yang berwarna indah dan tidak porus dapat digunakan untuk pelapis
dinding atau lantai.
5. Batuan yang umumnya mempunyai berat jenis ± 2,6, baik untuk digunakan
sebagai bahan pekerjaan teknik berat.
b. Batuan Sedimen (Katili, 2006)
1. Untuk bahan dasar bangunan (gypsum)
2. Untuk bahan bakar (batu bara)
3. Untuk Pengeras jalan (batu gamping)
4. Untuk Pondasi rumah (batu gamping)
c. Batuan Metamorf (Katili, 2006)
1. Dapat digunakan untuk alat menulis(batu sabak)
2. Untuk Lantai (marmer)
3. Untuk Dekorasi bangunan (marmer)
4. Untuk Batu Nisan (marmer)
2. Manfaat Bahan Tambang (Agung, 2004)
a. Minyak Bumi, setelah diolah dapat menghasilkan minyak gas, (avigas), bensol
(avtur), gasoline (bensin, premium, dan super 98), karosin (minyak tanah dan
minyak lampu), minyak solar, diesel, dan minyak baker, vaselin, paraffin (untuk
industri batik dan korek api), dan aspal. Hasil olahan tersebut dapat digunakan
untuk penerangan rumah, tenaga penggerak mesin pabrik, bahan kendaraan
bermotor, bahan baker pesawat terbang dan lainnya.
b. Gas alam, dapat digunakan untuk bahan bakar rumah tangga dan keperluan
industri.
c. Batu Bara, digunakan sebagai bahan bakar pemberi tenaga dan bahan mentah
cat, obat-obatan, wangi-wangian, dan bahan dasar peledak.
d. Kaolin, sebagai bahan membuat porselin
e. Batugamping, digunakan sebagai bahan perekat bangunan, bahan pembuat
semen dan pengapur dinding.
f. Pasir Kuarsa, sebagai bahan pembuat kaca.
g. Pasir Besi, sebagai bahan pembuat besi ruang.
h. Timah, sebagai bahan untuk membuat pipa ledeng, logam patri, dan kawat
telepon.
i. Nikel, digunakan untuk bahan campuran dalam industri besi baja agar kuat dan
tahan karat.
j. Tembaga, digunakan untuk bahan kabel dan industri barang-barang perunggu
dan kuningan.
k. Bentonit adalah suatu lempung plastis yang mempunyai banyak pengunaan
dalam industri. Salah satu penggunaannya yang terpenting adalah sebagai bahan
pembilas pada pemboran minyak. Demikian pula bahan tersebut merupakan
bahan penjernih warna baik pada pembuatan minyak pelumas yang berasal dari
minyak bumi ataupun minyak goreng yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Di
samping itu bentonit merupakan bahan yang juga cukup penting artinya dalam
pengilangan minyak bumi.
l. Granit adalah batuan beku dalam yang mempunyai kristal-kristal kasar dengan
komposisi mineral dari kwarsa, feldspar, plagioklas sodium dan mineral lainnya.
Sifat fisik batuan granit umumnya kompak, keras, warna bervariasi putih abu-
abu, merah muda, kekuning-kuningan dan kerap kali kehijauan dipakai untuk
bangunan-bangunan rumah (dinding, tembok, dll), monomen-monumen,
bangunan air, jalan dan jembatan, sebagai batu hias (dekorasi).
m. Endapan feldspar terjadi karena proses diagnosa dari sedimen piroklastik halus
bersifat asam (riolitik) dan terendapkan dalam lingkungan air lakustrin. Di
samping itu juga dijumpai bersamaan dengan terbentuknya batuan beku dan
umumnya berasosiasi dengan batuan asam seperti pegmatit, granit dan aplit.
Sifat fisik mineral feldspar bervariasi antara lain : Kekerasan 6 – 6,5 ; berat jenis
2,4 – 2,8 ; titik lebur 1100 – 1500 oC. Kegunaan feldspar terutama sebagai flux
dalam industri keramik, gelas dan kaca.
n. Zeolit adalah senyawa alumino silikat hidrat dengan logam alkali yang
merupakan kelompok mineral yang terdiri dari beberapa jenis (species). Endapan
zeolit biasanya terdapat dalam batuan sedimen piroklastik berbutir halus dengan
komposisi riolitik. Kegunaan zeolit sangat luas seperti untuk bahan bangunan
dan ornamen, semen puzzolan, bahan agregat ringan, bahan pengembang dan
pengisi, tapal gigi, bahan penjernih air limbah dalam kolam ikan, makanan
ternak, pemurni gas methan, gas alam dan gas bumi, penyerap zat (logam) racun
dan lain-lain.
o. Batu Apung adalah hasil gunung api yang kaya akan silika dan mempunyai
struktur porous, yang terjadi karena keluarnya uap dan gas-gas yang larut di
dalamnya pada waktu terbentuk, berbentuk blok padat, fragmen hingga pasir
atau bercampur halus dan kasar. Batu Apung terdiri dari pada silika, alumina,
soda, besi oksida. Warna : putih, abu-abu kebiruan, abu-abu gelap, kemerah-
merahan, kekuning-kuningan, jingga. Bongkah-bongkah di waktu kering dapat
terapung diatas air. Batu Apung umumnya digunakan sebagai bahan penggosok,
bahan bangunan konstruksi ringan dan tahan api, bahan ringan (non reaction),
pengisi, isolator temperatur tinggi, rendah dan akustik, pembawa (carrier
penyerap dan saringan / filter).
p. Dalam istilah dagang (umum), marmer adalah segala jenis batuan yang apabila
digosok (dipoles) menjadi mengkilat, batuannya bisa berupa batu gamping,
marmer, basal, granit dan sebagainya. Marmer dalam istilah geologi adalah batu
gamping atau dolomit yang mengalami metamorfosa kontak ataupun regional.
Batu gamping atau dolomit bila diterobos oleh batuan beku maka akan terjadi
perubahan fisik yang berupa penghabluran mineral kalsit atau dolomit. Mineral-
mineral lain sebagai pengikat atau pengotor antara lain : kuarsa, grafit, hematit,
limonit, pirit, mika, klorit, tremolit, wolastonit, diopsit dan hornblende,
meskipun dalam jumlah kecil (dapat mempengaruhi warna dan mutu marmer).
Pada umumnya marmer murni berwarna putih mengkilap, sedangkan warna-
warna lain tergantung pada mineral pengotor yang terkandung di dalamnya,
seperti : abu-abu muda sampai hitam karena adanya mineral grafit, hijau karena
adanya mineral khlorit, merah muda sampai merah karena adanya limonit atau
mangan. Kegunaan marmer yang utama adalah untuk bangunan seperti ubin
lantai, dinding (interior maupun eksterior), papan nama, dekorasi atau hiasan,
monumen, perabot rumah tangga seperti meja, kap lampu dan sebagainya.
q. Trass adalah sejenis tuff yang berwarna putih kekuning-kuningan telah
mengalami tingkat pelapukan lanjut, sifat-sifat yang disukai adalah karena
adanya silika keadaan basah. Trass ini dapat dipergunakan untuk bangunan-
bangunan sebagai semen alam (hidraulic cement), lebih mudah kontak dengan
air, setelah itu mengeras yang tak tembus air (pembuatan batako). Endapan trass
di daerah ini berwarna putih hingga putih kekuningan, berbutir halus hingga
kasar, unsur pengotor cukup kecil,
KESIMPULAN
Struktur bumi terdiri atas 3 lapisan utama yakni kerak bumi, selimut bumi, dan
inti bumi.
Batuan vulkanik merupakan batuan beku luar yang proses pembekuannya terjadi
secara cepat di permukaan bumi.
Batuan sedimen terbentuk terbentuk melalui pelapukan batuan beku atau batuan
metamorf yang mengalami transportasi dan terendapkan di suatu tempat.
Batuan dan mineral yang terdapat pada permukaan bumi dipengaruhi oleh
kondisi atmosfer dan organisme yang tumbuh.
Batuan akan terurai melalui proses pelapukan baik pelapukan fisik maupun
kimia, yang hasil dan residunya membentuk mineral sekunder.
Ada 3 proses utama dalam penambangan zeolite, yaitu eksplorasi, eksploitasi
dan pemrosesan
Untuk penambangan batu bara prosesnya meliputi eksplorasi mineral, evaluasi
kualitas, persiapan berbagai infrastruktur dan struktur yang akan memungkinkan
terjadinya proses penambangan, proses produksi, penutupan atau pengembalian
tambang seperti kondisi awal.
Hambatan yang terdapat saat penambangan zeolite adalah masih kurang
familiarnya zeolite terhadap masyarakat sehingga potensi zeolite yang besar
masih sedikit diabaikan.
Masing-masing batuan dan bahan tambang memiliki fungsi masing-masing yang
nantinya dapat dimanfaatkan untuk kehidupan makhluk hidup. Fungsi batuan
dan bahan tambang ini biasanya dibedakan berdasarkan sifat, komposisi mineral,
kekeutan fisik, daya tahan, cara penggalianya, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, M., 2004. Geografi, PT. Phibetha Aneka Gama, Jakarta.
Ilham, 2011, Mengenal Tahapan Proses Penambangan Batubara, Universitas
Muhamadiyah, Malang.
Johnson, Leon J. (1979). Introductory Soil Science – A Study Guide and Laboratory
Manual. New York: Macmillan Publishing Co., Inc.
Katili. J. A. 2006, Geologi, Dep. Urusan Research Nasional, Jakarta.
Lippincott, W.T., Garret, A.B., dan Verhoek, F.H. (1980). Chemistry – A Study of
Matter. Fourth Edition, New York: John Willey & Sons.
Miller Jr., G.T. (1981). Living in the Environment. Edisi III. Beltmon, California:
Wadsworth Publishing Company, Inc.
Sugianto, 2012, Menyelamatkan Mineral Pinggiran
http://www.Majalah tambang.com – diakses tanggal 22 Maret 2013
Sukandarrumidi, 2004, Bahan Galian Industri, UGM Press, Yogyakarta.
Sutanto, R., 2005, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Sutarti, M dan Rachmawati, M., 1994, Zeolit Tinjauan Literatur, LIPI, Jakarta.