Makalah Farmakologi Klinik Obat- Obat Khusus
VITAMIN DAN MULTIVITAMIN
Disusun oleh :
Kelompok G-11
Mutiara Nur Dzikrina (09613064)Yola Alfiana (09613167)Praptiwi (09613202)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2012
VITAMIN
Vitamin adalah kelompok nutrien organik yang dibutuhkan dalam jumlah kecil
untuk berbagai fungsi biokim dan umumnya tidak dapat disintesis oleh tubuh sehingga
harus dipasok dari makanan. Vitamin merupakan zat yang harus ada pada diet dalam
jumlah kecil untuk mempertahankan integritas metabolik normal(1).
Vitamin terbagi ke dalam 2 kelompok besar, yaitu :
a. Vitamin larut lemak
Vitamin larut lemak merupakan senyawa hidrofobik yang dapat diserap
secara efisien hanya jika penyerapan lemak berlangsung normal. Seperti lipid,
vitamin ini diangkut dalam darah dalam bentuk lipiprotein atau melekat pada
protein pengikat spesifik. Contoh vitamin dalam kelompok ini adalah vitamin A,
D, E dan K. Selain diet yang tidak adekuat, penyakit yang mempengaruhi
pencernaan dan penyerapan vitamin larut lemak, misalnya steatore dan penyakit
sistem empedu dapat menyebabkan sindrom defisiensi vitamin.
b. Vitamin larut air
Vitamin larut air terdiri dari vitamin B dan C, keduanya terutama
berfungsi sebagai kofaktor enzim(2).
Pada orang dewasa yang sehat jarang terjadi defisiensi karena jumlah vitamin
yang dibutuhkan sangat sedikit. Oleh karena itu pemberian vitamin hanya dibutuhkan
jika :
1. Pasokan vitamin yang tak mencukupi.
2. Peningkatan kebutuhan vitamin (misalnya pada bayi, selama hamil dan
menyusui)
3. Kurangnya absopsi vitamin (misalnya jika tidak ada faktor intrinsik, pengobatan
dengan antibiotik spektrum luas yang merusak flora usus)(2).
Defisiensi vitamin menyebabkan penyakit spesifik yang dapat disembuhkan atau
dicegah hanya dengan memperbaiki kandungan vitamin yang bersangkutan dalam diet.
Namun untuk vitamin D dibentuk di kulit setelah pajanan oleh sinar matahari, dan
niasin dapat dibentuk dari asam amino esensial triptofan(2).
Adapun penjelasan untuk masing-masing vitamin dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Vitamin Sumber Vitamin Fungsi Penyakit
akibat
defisiensi
vitamin
Kebutuhan
harian
rata-rata
(mg)
Keterangan Sediaan yang
beredar di
Indonesia
Vitamin Larut Lemak
A
Axeroftol
Retinol
Betha karoten
Pigmen
penglihatan di
retina, regulasi
ekspresi gen dan
diferensiasi sel,
betha karoten
adalah suatu
antioksidan
Buta senja,
xeroftalmia,
keratinisasi
kulit
1,5-2 Intake berlebihan
dapat
menyebabkan
teratogenik, toxic
terhadap hepar,
peminum
alkohol, penyakit
hati,
hiperlipidemia
dan malnutrisi
protein dapat
meningkatkan
efek negatif dari
penggunaan
vitamin A
Acevit-kaplet
Symbion-tablet
Beta C-E-kapsul
Nicaro-kapsul
Vita-vision-
kapsul
Vitalene-kaplet
Seleca-kapsul
Progence-tablet
berlebih.
D
Kalsiferol
Vitamin
antirakhitis
Memelihara
keseimbangan
kalsium,
meningkatkan
penyerapan
kalsium di usus
dan
memobilisasi
mineral tulang,
regulasi ekspresi
gen dan
diferensiasi sel
Rakhitis,
osteomalasia
0,01 Intake berlebih
dapat
menyebabkan
hiperkalsemia,
Bon One-tablet
VitaminD dengan
kombinasi
Adikalk-tablet
Everost-tablet
Samcalvit-tablet
kunyah
Vitacal-D-tablet
kunyah
E
Tokoferol
tokotrienol
Antioksidan
terutama di
membran sel,
berperan dalam
pembentukan
sinyal sel
Sangat
jarang-
disfungsi
saraf serius
(30) Intake berlebih
dapat
menyebabkan
perdarahan,
toksisitas
hemoragik
Bio E-kapsul
lunak
Natur-E-Kapsul
Naturol-kapsul
Nulacta-licaps
Tocopherine-drag
Vitaferol-tablet
kunyah
K
antihemoragia
filokuinon
menakuinon
Koenzim dalam
pembentukan
betha
karboksiglutamat
dalam enzim
pembekuan
darah dan
matriks tulang
Gangguan
pembekuan
darah,
penyakit
perdarahan
(1) Mempengaruhi
terapi dengan
antikoagulan
Fitonadion-tablet
Menadion-tablet
Menadiol
natrium bifosfat-
tablet
Vitamin Larut Air
B1
Aneurin
Tiamin
Vitamin
antineuritis
Koenzim dalam
piruvat dan alfa
ketoglutarat
dehidrogenase
dan
transketolase,
mengatur kanal
klorida dalam
hantaran saraf
Kerusakan
saraf perifer
(beri-beri)
atau lesi
susunan saraf
pusat
(sindrom
Wernicke-
Korsakoff)
1-2 Peningkatan
kebutuhan
dengan adanya
hemodialisis,
dialisis peritonial,
alcoholosm,
malabsopsi,
hipermetabolisme
Alinamin-tablet
Alinamin-F-
tablet dan injeksi
Betamin-tablet
B2
Laktoflavin
Riboflavin
Koenzim dalam
reaksi oksidasi
dan reduksi,
gugus prostetik
flavoprotein
Lesi di sudut
mulut, bibir
dan lidah,
dermatitis
seboroik
1,5-2 - Mecobex-tablet
B6
Adermin
Piridoksin
B3
Asam
nikotinat,
niasinamid
Koenzim dalam
transaminase dan
dekarboksilasi
asam amino dan
glikogen
fosforilase,
modulasi kerja
hormon steroid
Koenzim dalam
reaksi oksidasi
dan reduksi,
bagian
fungsional NAD
dan NADP,
berperan dalam
Penyakit
metabolisme
asam amino,
kejang
Pelagra-
dermatitis
fotosensitif,
psikosis
depresif
2-2,5 Intake berlebihan
dapat
menyebabkan
neuropati
Gangguan GI,
kebutuhan
meningkat
dengan hemo-
dan peritonial
dialisis,
malabsopsi
Novadoxin-
kaplet
regulasi kalsium
intrasel dan
pembentukan
sinyal sel
B9
Asam folat
Asam
pantotenat
Koenzim dalam
pemindahan
fragmen satu
karbon
Bagian
fungsional KoA
dan protein
pembawa asil,
sintesis dan
metabolisme
asam lemak
Anemia
megaloblastik
Kerusakan
saraf perifer
atau burning
foot syndrom
15-20
(10)
Berkurang
dengan adanya
kehamilan,
keganasan,
anemia hemolitik
-
B12
Biotin
Vitamin H
Koenzim pada
reaksi
karboksilasi
dalam
glukoneogenesis
dan sintesis asam
Gangguan
metabolisme
lemak dan
karbohidrat,
dermatitis
0,25 - Vitamin B12-
tablet
Kalmeco-kapsul
Kobalamin
Faktor anti-
pernisiosa
lemak, berperan
dalam regulasi
siklus sel
0,005-0,015 Absorbsi
menurun pada
orang lansia,
kehilangan faktor
intrinsik gastric
dan injeksi
Lapibal-kapsul
Mecolin-kapsul
Meconeuro-
kapsul dan
injeksi
C
Asam
Askorbat
Vitamin anti-
skorbut
Koenzim dalam
hidroksilasi
prolin dan lisin
pada sintesis
kolagen,
antioksidan,
meningkatkan
penyerapan zat
besi
Skorbut-
gangguan
penyembuhan
luka,
berkurangnya
sementum
gigi,
perdarahan
subkutis
60 Intake berlebihan
menyebabkan
Gangguan GI,
pembentukan
batu Ginjal,
absopsi besi
berlebihan,
perokok
membutuhkan
lebih banyak
(35mg/hari)
dibanding dengan
bukan perokok.
Askorbin-tablet
Cevita-injeksi
Everc-tablet buih
Vicee-tablet rasa
Vitalong-C-tablet
lepas lambat
Effer CE-tablet
effervescent
Keterangan :
( ) = kebutuhan harian hanya dapat dikira-kira(1,2,3,4).
Pada pembahasan ini hanya fokus mengenai vitamin A, C dan E, dimana vitamin-
vitamin ini sering dikonsumsi oleh masyarakat yang tidak hanya bertujuan untuk menjaga
kesehatan tetapi juga untuk tujuan kecantikan.
I. VITAMIN A
Vitamin A merupakan diterpen alkohol yang peka terhadap cahaya dan oksigen, yang
terbentuk pada dinding usus akibat pemecahan oksidatif karotin dengan bantuan molekul
oksigen. Provitamin yang penting yaiti betha karotin, yang dapat membentuk dua molekul
vitamin A.
a. Sumber vitamin A
Karotin terdapat pada semua tanaman yang hijau dan sebagian besar yang kuning,
misalnya pada tanaman jenis kol, bayam dan wortel. Selain itu vitamin A dapat ditemukan
dalamminyak ikan, dalam hati, mentega, susu, telur. Saat ini vitamin A dapat diperoleh dari
sintesis.
(5)
b. Peran fisiologi vitamin A
1. Penting untuk pertumbuhan epitel (fungsi pertumbuhan)
2. Melindungi mukosa dari keratinisasi (fungsi pelindung epitel)
3. Meninggikan daya tahan mukosa terhadap infeksi dengan menutup epitel (fungsi
anti infeksi)
4. Merupakan komponen rodopsin untuk proses melihat.
Fthenakis (1991) menyatakakan bahwa kosmetik yang mengandung vitamin A
palmitat dapat meningkatkan elastisitas kulit, sedangkan pelembab sederhana tidak
berpengaruh pada parameter ini. Vitamin A topikal dapat memberikan perbedaan nyata
pada kulit. Studi medis menunjukkan penurunan garis dan keriput, kontrol jerawat yang
baik, dan beberapa kelegaan psoriasis, semua dari menggunakan krim yang mengandung
nutrisi ini. Misalnya, dalam penelitian yang dipresentasikan pada Pertemuan Tahunan
American Academy of Dermatology pada tahun 2003, peneliti dari Perancis menyatakan
bahwa penggunaan retinol plus vitamin C menunjukkan perbaikan dari perubahan kulit
yang disebabkan oleh kronologis penuaan dan photoaging. Dalam studi lain yang
diterbitkan dalam British Journal of Dermatology, dokter menemukan bahwa makanan
tinggi beta-cartotene-bentuk vitamin A dapat mengurangi risiko psoriasis(6).
c. Defisiensi vitamin A
Defisiensi vitamin A mula-mula terlihat dengan adanya gangguan adaptasi terhadap
terang-gelap dan buta ayam. Jika defisiensi ini tidak ditangani dapat menimbulkan gejala
lebih lanjut seperti :
a. Penebalan, pengeringan dan keratinisasi konjungtiva mata (xeroftalmia)
b. Terjadinya kekeruhan dan tukak pada kornea (keratitis), kelopak mata melekat,
infeksi mata (keratomalasia)
c. Pengeringan dan keratinisasi mukosa yang disertai hilangnya kemampuan
mencium, akhilia, diare
d. Pengeringan kulit, keriput dan pembentukan sisik (hiperkeratosis).
d. Dosis Vitamin A
(5)
II. VITAMIN C
Vitamin C atau asam askorbat adalah bentuk gamma lakton dari asam 2-keto-L-
gulonat yang ada dalam bentuk enol.Gugus endiolnya menyebabkan senyawa ini mempunyai
kemampuan reduksi yang kuat, sedangkan sifat asamnya ditentukan oleh gugus hidroksil
pada C-3 (vinilog asam karbonat).
a. Sumber vitamin C
Asam askorbat terdapat dalam seluruh sel mahluk hidup, terutama pada buah segar
(tomat, pepaya, jeruk, sitrun) dan kentang. Dari organ hewani yang paling banyak
mengandung vitamin C adalah korteks adrenal, hipofise anterior, hati dan korpus luteum.
Asam askorbat disintesis sendiri tidak hanya oleh tumbuhan tetapi juga hewan. Namun hanya
manusia, kera dan marmot yang tidak dapat membentuk senyawa ini. Hal ini disebabkan oleh
tidak adanya suatu flavoprotein yaitu L-gulonolakton oksidase yang mengoksidasi
gulonolakton secara aerob menjadi asam askorbat.
(7)
b. Peran fisiologi vitamin C
1. Hidroksilasi hormon korteks adrenal
2. Hindroksilasi dopamin menjadi nor adrenalin dan triptofan menjadi 5-hidroksi
triptofan
3. Hidroksilasi prolin menjadi hidroksiprolin, yang mutlak perlu untuk pembentukan
kolagen
4. Penguraian asam amino siklik
5. Perubahan asam folat menjadi asam folinat
6. Penutupan kapiler (efek antihialuronidase)
7. Pengaktifan trombin (mempercepat pembekuan darah)
8. Meningkatkan proses kekebalan dan meningkatkan absopsi besi.
Adapun beberapa penelitian terkait vitamin C adalah sebagai berikut :
1. Sang-Yeon Suh (2012) menyatakan bahwa pemberian vitamin C secara intravena
dapat mengurangi kelelahan selama dua jam, dan efeknya berlangsung selama
satu hari. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada efek samping di antara dua
kelompok. Dosis tinggi intravena vitamin C terbukti aman dan efektif terhadap
kelelahan dalam penelitian ini(8).
2. Siems (2008) menyatakan bahwa penggunaan vitamin C mampu meningkatkan
stabilitas kolagen di kulit(9).
3. Michael (2002) menyatakan bahwa Vitamin C ditoleransi dengan baik sebagai
suplemen yang dapat mencegah flu dan memperpendek durasi gejala sehingga
dapat pulih lebih cepat(10). Akhilender (2003) dalam penelitiannya yang menguji
vitamin C setelah gejala flu terjadi, ada beberapa bukti yang menunjukkan
manfaat lebih besar pada penggunaan vitamin C dengan dosis tinggi dibandingkan
dengan dosis yang lebih rendah(11).
c. Defisiensi vitamin C
Penyakit kekurangan vitamin C yang klasik yang terjadi pada orang dewasa adalah
skorbut. Penyakit ini ditandai dengan kelelahan abnormal, kelelahan otot, perdarahan, gigi
menjadi goyah dan mudah tanggal, dan mudah terkena penyakit infeksi. Sedangkan penyakit
pada anak-anak yaitu Muller-Ballow (yang sekarang juga jarang terjadi).
d. Dosis Vitamin C
(7)
Penggunaan vitamin C yang meningkat terjadi pada kondisi :
a. Aktivitas tubuh yang berat (misalnya olahraga berat)
b. Tumor ganas
c. Penyinaran dengan sinar rontgen
d. Penyakit infeksi akut dan kronis
e. Penyakit metabolisme (misalnya diabetes)
f. Selama kehamilan dan menyusui.
III. VITAMIN E
Vitamin E atau tokoferol adalah berbagai turunan kroman, yang pada posisi 2
mengandung rantai samping dengan 16 atom C. Vitamin E dapat dianggap produk
kondensasi hidrokuinon termetilasi dengan fitol, yang mempunyai kerja paling kuat yaitu
alfa-tokoferol.
a. Sumber vitamin E
Sampai saat ini diketahui bahwa tokoferol hanya disintesis pada tanaman. Sumber
vitamin E yang terbesar terdapat pada kecambah, padi-padian dan minyak tanaman. Juga
sayur-sayuran mempunyai kandungan vitamin E yang tinggi.
(12)
b. Peran fisiologi vitamin E
Vitamin E bekerja pada metabolisme yaitu pada proses oksidasi-reduksi dan sebagai
penangkap radikal bebas, menghambat pembentukan peroksida oleh asam lemak tinggi tak
jenuh pada lipid membran serta menghambat oksidasi zat tubuh lainnya. Theresa (2006)
menyatakan bahwa Sirkulasi awal dan akhir dari konsentrasi α-tocopherol secara positif
berhubungan dengan pertumbuhan janin. Menurut American Academy of Dermatology,
Vitamin E digunakan dalam krim, lotion, atau bentuk serum, vitamin E dapat memperbaiki
kulit kering, kulit kasar(13).
c. Defisiensi vitamin E
Kekurangan vitamin E dapat mempengaruhi sistem saraf dan mata. Hal ini juga dapat
menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Kekurangan vitamin E sangat jarang, tetapi dapat
berkembang di orang-orang yang tidak bisa menyerap lemak secara normal. Hal ini karena
vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan membutuhkan lemak untuk
diserap. Orang yang tidak mendapatkan cukup vitamin E memiliki kemungkinan yang lebih
tinggi terhadap risiko penyakit jantung dan kanker.
d. Dosis Vitamin E
(12)
MULTIVITAMIN
Multivitamin adalah suatu sediaan yang ditujukan untuk menambah kebutuhan akan
vitamin, mineral dan unsur nutrisi lainnya. Dalam multivitamin terdiri dari berbagai
mikronutrien seperti vitamin dan mineral. Penggunaan multivitamin hanya dibenarkan pada
saat kebutuhannya meningkat, atau selama minum obat-obatan tertentu.
A. Fungsi fisiologis multivitamin
1. Multivitamin dapat digunakan untuk menggantikan vitamin alami (yang diperoleh
dari makanan).
2. Bayi baru lahir perlu tambahan vitamin dan mineral untuk membantu proses
pertumbuhannya.
3. Multivitamin yang dikonsumsi setiap hari dapat menyelesaikan semua masalah
pada anak yang susah makan. Suplemen vitamin sebaiknya diberikan kepada anak
semenjak anak masih kecil.
B. Penelitian terkait multivitamin
1. Vitamin C dan E merupakan vitamin yang digunakan untuk melawan efek
paparan sinar matahari. Dalam penelitian yang dipresentasikan pada tahun 2002
Annual Meeting of the American Academy of Dermatology, Duke University
researcher Sheldon Pinnell and colleagues menunjukkkan bahwa Fotoproteksi
yang cukup dapat diperoleh dari vitamin C dan E yang diberikan secara topikal.
Vitamin C topikal dapat mencegah penuaan akibat paparan cahaya matahari
berkepanjangan yang dapat menyebabkan kanker kulit. Karen E. Burke, MD,
dalam rilis berita, menyatakan bahwa Suplementasi dengan Vitamin E alami
dalam 400 mg per hari telah dicatat dapat mengurangi photodamage, keriput dan
memperbaiki tekstur kulit. Penelitian ini telah didukung oleh penelitian yang lebih
baru. The Journal of Investigative Dermatology yang melaporkan pada Februari
2005 bahwa orang-orang yang menggunakan vitamin C dan E dalam jangka
panjang mengurangi sunburns dari paparan radiasi UVB radiasi. Selanjutnya, para
peneliti melihat penurunan faktor terkait dengan kerusakan DNA dalam sel kulit,
sehingga mereka menyimpulkan bahwa vitamin antioksidan membantu
melindungi terhadap kerusakan DNA(14).
2. Segger (2004) menyatakan bahwa vitamin C dan E, karotenoid, selenium, seng,
asam amino dan glukosaminoglikan, ekstrak blueberry dan Pycnogenol®mampu
memperbaiki elastisitas dan kehalusan kulit (memperbaiki tanda-tanda penuaan
kulit)(15).
3. Gaia (2009) menyatakan bahwa terjadi penurunan angka kematian total terkait
dengan penggunaan suplemen vitamin C dan E, hal ini berhubungan dengan
penurunan risiko mortalitas akibat CVD (Cardiovascular Disease(16).
4. Mirela (2012) menyatakan bahwa Retinil palmitat bekerja pada epitelisasi kulit
yang kering dan kasar, serta pada peningkatan keratinisasi yang abnormal.
Ascorbyl tetraisopalmitate, prekursor vitamin C dapat mengurangi kerusakan sel
yang dipicu oleh UVB dan efektif menekan UVB yang menginduksi pigmentasi.
Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari turunan vitamin
C dalam peningkatan hidrasi kulit, yang sangat penting untuk metabolisme kulit
normal, pencegahan perubahan kulit dan penuaan dini. Tokoferil asetat
merupakan penetral radikal bebas yang dapat mengurangi kerusakan DNA dan
tingkat kematian pada keratinosit. Selain itu, dapat meningkatkan stratum
korneum hidrasi dan mengurangi kekasaran kulit(17).
Adapun contoh sediaan multivitamin yang beredar di Indonesia antara lain
adalah Redoxon, Durol, Curcuma Plus, Stimuno, Sakatonik, Curvit CL, Biolysin,
Fitkom, Feroglobin, Vidoran smart, Cerebrofort, dan Scott’s emulsion(4).
PEMBAHASAN JURNAL
(Terkait vitamin A, C dan E)
Jurnal 1
A randomized, controlled comparative study of the wrinkle reduction
benefits of a cosmetic niacinamide⁄peptide⁄retinyl propionate product
regimen vs. a prescription 0.02% tretinoin product regimen
HPM Smedts, JH de Vries, M Rakhshandehroo, MF Wildhagen, AC Verkleij-Hagoort, EA
Steegers, RPM Steegers-Theunissen
Tujuan :Membandingkan efektivitas produk kosmetik regimen
niacinamide/peptida/retinyl propionate dengan produk kosmetik regimen
0.02% tretionin dalam mengurangi kerutan halus pada wajah.
Metode :Dilakukan dalam waktu 8 minggu secara randomized pada 196 wanita denga
range usia 40-65 tahun. Subyek yang memenuhi syarat adalah yang memiliki
keriput cukup parah pada kedua sisi wajah mereka. Tingkat keparahan keriput
dinilai menggunakan skala dari grade 0 hingga 5. Sebelum diberikan regimen
dosis, wajah subyek di prekondisikan selama 2 minggu dengan diberikan
pembersih wajah serta pelembab wajah sebanyak 2x sehari. Setelah itu subjek
secara acak diberikan regimen NPP (niacinamide/peptida/retininyl propionate)
atau tretionin selama 8 minggu. Subjek yang diberikan NPP regimen,
diberikan krim SPF 30 pada pagi hari dan krim malam pada malam hari
merata di seluruh wajah, dimana sebelumnya diberikan pengobatan untuk
mengatasi keriput (Olay Professional Pro-X Deep Wrinkle Treatment; Procter
& Gamble Company) 2x sehari pada pagi dan malam hari. Pada krim SPF 30
mengandung niacinamide 5% dan peptide. Kemudian subjek secara acak
diberikan 0.02% tretionin dalam basis emollient secara merata ke seluruh
wajah setiap malam, selain itu direkomendasikan juga penggunaan pelembab
SPF 30 pada setiap pagi selama 2 minggu pertama pengobatan. Setelah
diawali pengobatan 2 minggu pertama, subjek diberikan 0.02% tretionin setiap
malam. Toleransi produk dinilai melalui eritema klinis dan kekeringan
grading, subjek penilaian diri, dan penentuan integritas kulit penghalang
(kehilangan air transepidermal) dan perubahan protein stratum korneum.
Peningkatan garis halus dan kerutan pada wajah diukur oleh seorang ahli
visual dengan mengunakan Rapid Evaluation of Anti aging Leads (REAL 3.0)
system.
Hasil : Setelah 8 minggu pengobatan, munculnya garis-garis halus dan kerutan wajah
membaik pada kedua kelompok yang diukur dengan penilaian visual yang ahli
dengan REAL (P = 0.05), tretinoin rejimen, P <0.01, NPP rejimen. Regimen
NPP memberikan peningkatan secara signifikan lebih besar daripada rejimen
tretinoin (P <0.01). Sebuah persentase yang signifikan lebih tinggi pada
rejimen NPP (58%) dinilai terlihat lebih baik setelah 8 minggu pengobatan,
menghasilkan perbaikan yang diberi nilai positif minimal +1 pada setiap sisi
wajah mereka dengan setidaknya dua dari tiga grade , dibandingkan dengan
regimen tretinoin (41%). Setelah 4 minggu pengobatan, eritema secara
signifikan meningkat pada kelompok rejimen tretinoin dan secara signifikan
lebih tinggi dibandingkan dari regimen kelompok NPP (P = 0.01). Eritema
pada rejimen kelompok NPP lebih rendah pada 4, 6 dan 8 minggu
dibandingkan dengan 2 minggu dan tidak lagi secara signifikan berbeda dari
awal. Di 6 dan 8 minggu, eritema memang menurun dalam rejimen tretinoin
tetapi tetap jauh lebih tinggi dari pada awal.
Kesimpulan : Keberhasilan suatu produk yang diresepkan untuk memperbaiki penampilan
garis-garis halus dan kerutan wajah dapat dicapai dengan rejimen kosmetik
yang sudah tepat, yang juga memberikan manfaat tambahan dalam estetika,
toleransi kulit dan kepatuhan pasien. Regimen dosis NPP lebih baik dalam
memperbaiki kerutan halus pada kulit dan juga memiliki efek eritema yang
lebih rendah bila dibandingkan dengan regimen dosis tretionin 0.02%(18).
Jurnal 2
Intravenous Vitamin C administration reduces fatigue in office workers: a
double-blind randomized controlled trial
Sang-Yeon Suh, Woo Kyung Bae, Hong-Yup Ahn, Sung-Eun Choi, Gyou-Chul Jung6and
Chang Hwan Yeom
Tujuan : Untuk menentukan kemanjuran dosis tinggi injeksi vitamin C pada kelelahan
(fatigue) peda pekerja sehat dalam penelitian terkontrol acak (a randomized
controlled trial)
Metode : Double-blind, random allocated, placebo controlled trial yang dilakukan
pada dua perusahaan di Republik Korea.
Peserta direkrut antara Maret dan April 2008. Di acak 73 peserta untuk
kelompok vitamin C, dan 74 peserta untuk kelompok plasebo. Para peserta
menerima pengobatan tunggal intravena baik vitamin C (10 g) atau normal
saline.
Kriteria inklusi sbb:
1. umur 20 - 49 tahun
2. pekerja tetap di perusahaan
3. terlihat sehat
4. tidak ada asupan suplemen vitamin selama dua hari sebelum
pendaftaran
5. berpartisipasi secara sukarela.
Kriteria eksklusi sbb :
1. Penyakit akut (seperti common cold atau gastroenteritis akut)
2. Penyakit kronis (seperti diabetes, hipertensi, penyakit hati atau
penyakit ginjal)
3. riwayat batu ginjal atau gout sebelumnya
4. sedang hamil atau menyusui
5. hipersensitivitas terhadap vitamin atau injeksi intravena.
Hasil : Skor kelelahan yang diukur dua jam setelah intervensi dan satu hari setelah
intervensi berbeda secara signifikan antara kedua kelompok (p = 0,004), skor
kelelahan menurun pada kelompok vitamin C setelah dua jam dan tetap
rendah selama satu hari. Percobaan juga menyebabkan kadar vitamin C lebih
tinggi dan kadar plasma stres oksidatif rendah dibandingkan dengan kelompok
plasebo (p <0,001, p <0,001, masing-masing). Ketika analisis data
disempurnakan dengan pembagian setiap kelompok menjadi subkelompok
high-baseline dan low-baseline, teramati bahwa kelelahan berkurang pada
kelompok vitamin C level baseline rendah setelah dua jam dan setelah satu
hari (p = 0,004).
Kesimpulan : Peneliti menunjukkan bahwa pemberian dosis tinggi intravena vitamin C
mengurangi kelelahan secara signifikan dibandingkan dengan plasebo pada
pekerja kantoran. Selain itu, efek intervensi terkuat terdapat pada subyek
dengan kadar vitamin C lower baseline dan menariknya, efeknya berlangsung
sampai hari berikutnya. Temuan ini memiliki potensi implikasi klinis. Pasien
dengan kelelahan yang parah, seperti pasien kanker yang rawat inap, dan
pasien dengan resiko deficiency vitamin C, akan menunjukkan respon yang
lebih baik. Dengan demikian, injeksi IV vitamin C mengurangi kelelahan
selama dua jam dan efeknya berlangsung selama satu hari. Tidak ada
perbedaan yang signifikan pada efek samping antara dua kelompok. Dosis
tinggi intravena vitamin C terbukti aman dan efektif terhadap kelelahan dalam
penelitian ini(8).
Jurnal 3
Effect of vitamin C on collagen biosynthesis and degree of birefringence in
polarization sensitive optical coherence tomography (PS-OCT)
S. R. Sharma, R. Poddar, P. Sen, and J. T. Andrews
Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian vitamin C pada biosintesis kolagen dan
derajat birefringence dengan pengukuran kerusakan jaringan menggunakan
polarization sensitive optical coherence tomography (PS-OCT).
Metode : Penelitian ini menggunakan 10 responden yang dibagi ke dalam 2 kelompok.
kelompok 1 (plasebo) dan kelompok 2 (perlakuan). Pada kelompok 1
menerima emulsi plasebo sedangkan kelompok 2 menerima emulsi yang
mengandung 5% asam askorbat (vitamin C). Kedua kelompok ini memperoleh
perlakuan setiap hari selama 6 bulan, kemudian mRNA masing-masing
responden di uji dengan PS-OTC
Hasil : Telah terbukti bahwa dengan pemberian vitamin C dapat meningkatkan
sintesis kolagen dan peningkatan kolagen ini sesuai dengan adanya
peningkatan birefringence. Pemberian vitamin C akan meningkatkan mRNA
kolagen dan dengan demikian ada peningkatan yang jelas di birefringence,
yang akan memungkinkan PS-OCT untuk mendiagnosis kerusakan jaringan
dengan sensitif. Oleh karena itu, Vitamin C dapat digunakan dalam
penyembuhan luka bakar karena meningkatkan biosintesis kolagen. PS-OCT
dapat digunakan untuk mengukur perubahan birefringence. Seperti vitamin C
yang terlibat dalam biosintesis kolagen akan ada peningkatan asimetris
kolagen yang akan mengakibatkan peningkatan birefringence tersebut.
Kesimpulan : Birefringence merupakan kunci yang terlibat dalam biosintesis kolagen untuk
mendiagnosis kerusakan jaringan bila digunakan dengan PS-OCT. Ditemukan
peningkatan sebanyak delapan kali lipat biosintesis kolagen dalam pemberian
vitamin C(19).
Jurnal 4
High maternal vitamin E intake by diet or supplements is associated with
congenital heart defects in the offspring
HPM Smedts, JH de Vries, M Rakhshandehroo,MF Wildhagen, AC Verkleij-Hagoort,
EA Steegers, RPM Steegers-Theunissen
Tujuan : Untuk mengkaji hubungan antara diet ibu hamil dan asupan suplemen
antioksidan vitamin E, retinol, dan terjadinya cacat jantung bawaan(CHDs).
Metode : Kuesioner frekuensi makanan yang meliputi asupan 4 minggu sebelumnya
diisi pada 16 bulan setelah indeks masa kehamilan. Data dibandingkan antara
kasus dan control menggunakan Mann-Whitney U test. Perkiraan resiko untuk
hubungan antara CHD dan diet assupan vitamin E, retinol diperkirakan dalam
suatu model regresi logistic multivariabel.
Hasil : Diet asupan tinggi vitamin E pada kelompok kontrol yang menerima vitamin
E 13,3 (8,1-20,4) mg/hari memiliki resiko penyakit cacat jantung bawaan lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menerima vitamin E
12,6 (8,5-19,8) mg / hari (P =0,05). Risiko Penyakit cacat jantung bawaan
meningkat dengan meningkatnya diet asupan vitamin E (P-trend = 0,01).
Periconception penggunaan suplemen vitamin E di atas 14,9 mg / hari
menyebabkan peningkatan sembilan kali lipat risiko penyakit cacat jantung
bawaan. Sedangkan Intake retinol tidak secara signifikan terkait dengan
Resiko Penyakit cacat jantung bawaan.
Kesimpulan : Diet tinggi vitamin E pada ibu hamil berhubungan dengan peningkatan
resiko penyakit cacat jantung bawaan(20).
Jurnal 5
Vitamin E effect on controlled ovarian stimulation of unexplained infertile
women
Nedim Cicek, Ozlem Gun Eryilma, Esma Sarikaya, Cavidan Gulerman, Yasemin Genc
Tujuan : Untuk menentukan efek pemberian vitamin E terhadap hasil pengobatan
wanita dengan infertilitas yang dijelaskan dengan adanya stimulasi ovarium
dan inseminasi intrauterine (IUI).
Metode : Penelitian ini dilakukan secara prospektif dengan ramdomize control trial, uji
klinis untuk menilai dampak pemberian Vitamin E pada wanita infertil yang
menjalani induksi ovulasi dan IUI. Penelitian ini dilakukan antara Juni 2011
dan Desember 2011 di Pelatihan Zekai Tahir Burak Perempuan dan Penelitian
Rumah Sakit, Endokrinologi Reproduksi dan Infertilitas Departemen, Ankara,
Turki. Penelitian ini melibatkan dua kelompok yaitu kelompok plasebo dan
kelompok kontrol. kelompok kontrol diberi perlakuan atau ovarium stimulasi
dengan klomifen sitrat dengan Vit E 400 IU / hari p.o. sedangkan kelompok
plasebo menjalani induksi ovulasi tanpa Vitamin E dan hasil Pengobatan
dibandingkan antar kelompok.
Hasil : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua kelompok sehubungan
dengan hasil demografis. Namun terdapat perbedaan ketebalan endometrium
yang signifikan pada pemberian hCG antara kedua kelompok (p00.001).
Pemberian Vitamin E tidak memiliki efek yang bermakna terkait dengan
implantasi dan tingkat kehamilan yang sedang berlangsung. Namun hasil
penting dari penelitian ini adalah semakin tinggi implantasi dan angka
kehamilan yang sedang berlangsung diamati pada pemberian Vit E meskipun
perbedaan itu tidak signifikan.
Kesimpulan : Administrasi vitamin E dapat meningkatkan respon endometrium pada
wanita infertil yang dijelaskan melalui kemungkinan antioksidan dan efek
antikoagulan. Hal ini juga dapat memodulasi efek antiestrogenik klomifen
sitrat dan masalah pada endometrium yang tipis dalam siklus (21).
DAFTAR PUSTAKA
(1) Bender, David A.,Mayes Peter A., 2009, Biokimia Harper, edisi 27, EGC, Jakarta.
(2) Mutschler Ernst, 1991, Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi, Penerbit ITB,
Bandung.
(3) Katherine Hammond Chessman And Vanessa J. Kumpf, 2008, Assessment Of
Nutrition Status And Nutrition Requirements In Pharmacotherapy A Pathophysiologic
Approach, 7th Edition, Mc Graw Hill, United State Of America, 2349.
(4) Anonim, 2010, ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia, Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia, Jakarta.
(5) Nan C. Jensen and Linda B. Bobroff, 2009, Facts about Vitamin A, IFAS Extension,
University of Florida
(6) C. G. Fthenakis, D. H. Maes, And W. P. Smith, Esteel Auder., 1991, In Vivo
Assessment Of Skin Elasticity Using Ballistometry , J. Soc.Cosmect. Hem., 4 (2) :
211-222.
(7) Linda B. Bobroff and Isabel Valentín-Oguendo, 2010, Facts about Vitamin C, IFAS
Extension, University of Florida
(8) Sang-Yeon Suh, Woo Kyung Bae, Hong-Yup Ahn, Sung-Eun Choi, Gyou-Chul Jung
and Chang Hwan Yeom., Suh et al. 2012, Intravenous Vitamin C administration
reduces fatigue in office workers: a double-blind randomized controlled trial,
Nutrition Journal, 11 (7).
(9) W. Siems, R. Brenke, S. Sattler, C. Christ, A. Daser, 2008, Improvement in skin
elasticity and dermal revitalization in the treatment of cellulite and connective tissue
weakness by means of Extracorporeal Pulse Activation Therapy: EPAT, Aesthetic
Surgery Journal_ New York.
(10) Michael Van Straten., Peter Josling, B.Sc. Hons., Advances In Therapy®, 2002,
Preventing the Common Cold With a Vitamin C Supplement: A Double-Blind,
Placebo Controlled Survey, Nutrition Journal, 19 (3).
(11) K Akhilender Naidu, 2003, Vitamin C in human health and disease is still a
mystery ? An overview, Nutrition Journal, 2 (7).
(12) Jennifer Hillan, 2006, Facts about Vitamin E, IFAS Extension, University of Florida
(13) Theresa O Scholl, Xinhua Chen, Melissa Sims, and T Peter Stein ., 2006, Vitamin E:
maternal concentrations are associated with fetal growth, Am J Clin Nutr, 84 (8):
1442–1448.
(14) Charlotte Grayson Mathis, 2005, Nutrients for Healthy Skin: Inside and Out;
Vitamins, minerals, and other nutrients can give your skin the youthful glow of good
health, WebMD Inc, United Stated.
(15) D Segger and F Scho¨nlau, 2004, Supplementation with Evelle1 improves skin
smoothness and elasticity in a double-blind, placebo-controlled study with 62 women,
Journal of Dermatological Treatment, 15 : 222–226.
(16) Gaia Pocobelli, Ulrike Peters, Alan R. Kristal, and Emily White., 2009, Use of
Supplements of Multivitamins, Vitamin C, and Vitamin E in Relation to Mortality,
American Journal of Epidemiology, 170 (4).
(17) Mirela Donato Gianeti, Lorena Rigo Gaspar, Flávio Bueno de Camargo Júnior and
Patrícia Maria Berardo Gonçalves Maia Campos., 2012, Benefits of Combinations of
Vitamin A, C and E Derivatives in the Stability of Cosmetic Formulations, Molecules
article, 17 : 2219-2230.
(18) J.J.J. Fu, G. G. Hillebrand, P. Raleigh, J. Li, M. J. Marmor, et. al., 2009, A
randomized, controlled comparative study of the wrinkle reduction benefits of a
cosmetic niacinamide⁄peptide⁄retinyl propionate product regimen vs. a prescription
0Æ02% tretinoin product regimen, British Journal of Dermatology, 10 : 1365-2133.
(19) S. R. Sharma, R. Poddar, P. Sen, and J. T. Andrews, 2007, Effect of vitamin C on
collagen biosynthesis and degree of birefringence in polarization sensitive optical
coherence tomography (PS-OCT), African Journal of Biotechnology, 7 (12): 2049-
2054.
(20) HPM Smedts, JH de Vries, M Rakhshandehroo,MF Wildhagen, AC Verkleij-
Hagoort, 2009, High maternal vitamin E intake by diet or supplements is associated
with congenital heart defects in the offspring, BJOG, 116:416–423.
(21) Nedim Cicek, Ozlem Gun Eryilma, Esma Sarikaya, Cavidan Gulerman, Yasemin
Genc, 2012, Vitamin E effect on controlled ovarian stimulation of unexplained
infertile women, J Assist Reprod Genet, 29:325–328.