40
Makalah Farmakologi Klinik Obat- Obat Khusus VITAMIN DAN MULTIVITAMIN Disusun oleh : Kelompok G-11 Mutiara Nur Dzikrina (09613064) Yola Alfiana (09613167) Praptiwi (09613202) PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

vitamin dan multivitamin

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas fkok

Citation preview

Page 1: vitamin dan multivitamin

Makalah Farmakologi Klinik Obat- Obat Khusus

VITAMIN DAN MULTIVITAMIN

Disusun oleh :

Kelompok G-11

Mutiara Nur Dzikrina (09613064)Yola Alfiana (09613167)Praptiwi (09613202)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2012

Page 2: vitamin dan multivitamin

VITAMIN

Vitamin adalah kelompok nutrien organik yang dibutuhkan dalam jumlah kecil

untuk berbagai fungsi biokim dan umumnya tidak dapat disintesis oleh tubuh sehingga

harus dipasok dari makanan. Vitamin merupakan zat yang harus ada pada diet dalam

jumlah kecil untuk mempertahankan integritas metabolik normal(1).

Vitamin terbagi ke dalam 2 kelompok besar, yaitu :

a. Vitamin larut lemak

Vitamin larut lemak merupakan senyawa hidrofobik yang dapat diserap

secara efisien hanya jika penyerapan lemak berlangsung normal. Seperti lipid,

vitamin ini diangkut dalam darah dalam bentuk lipiprotein atau melekat pada

protein pengikat spesifik. Contoh vitamin dalam kelompok ini adalah vitamin A,

D, E dan K. Selain diet yang tidak adekuat, penyakit yang mempengaruhi

pencernaan dan penyerapan vitamin larut lemak, misalnya steatore dan penyakit

sistem empedu dapat menyebabkan sindrom defisiensi vitamin.

b. Vitamin larut air

Vitamin larut air terdiri dari vitamin B dan C, keduanya terutama

berfungsi sebagai kofaktor enzim(2).

Pada orang dewasa yang sehat jarang terjadi defisiensi karena jumlah vitamin

yang dibutuhkan sangat sedikit. Oleh karena itu pemberian vitamin hanya dibutuhkan

jika :

1. Pasokan vitamin yang tak mencukupi.

2. Peningkatan kebutuhan vitamin (misalnya pada bayi, selama hamil dan

menyusui)

3. Kurangnya absopsi vitamin (misalnya jika tidak ada faktor intrinsik, pengobatan

dengan antibiotik spektrum luas yang merusak flora usus)(2).

Defisiensi vitamin menyebabkan penyakit spesifik yang dapat disembuhkan atau

dicegah hanya dengan memperbaiki kandungan vitamin yang bersangkutan dalam diet.

Namun untuk vitamin D dibentuk di kulit setelah pajanan oleh sinar matahari, dan

niasin dapat dibentuk dari asam amino esensial triptofan(2).

Adapun penjelasan untuk masing-masing vitamin dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Page 3: vitamin dan multivitamin

Vitamin Sumber Vitamin Fungsi Penyakit

akibat

defisiensi

vitamin

Kebutuhan

harian

rata-rata

(mg)

Keterangan Sediaan yang

beredar di

Indonesia

Vitamin Larut Lemak

A

Axeroftol

Retinol

Betha karoten

Pigmen

penglihatan di

retina, regulasi

ekspresi gen dan

diferensiasi sel,

betha karoten

adalah suatu

antioksidan

Buta senja,

xeroftalmia,

keratinisasi

kulit

1,5-2 Intake berlebihan

dapat

menyebabkan

teratogenik, toxic

terhadap hepar,

peminum

alkohol, penyakit

hati,

hiperlipidemia

dan malnutrisi

protein dapat

meningkatkan

efek negatif dari

penggunaan

vitamin A

Acevit-kaplet

Symbion-tablet

Beta C-E-kapsul

Nicaro-kapsul

Vita-vision-

kapsul

Vitalene-kaplet

Seleca-kapsul

Progence-tablet

Page 4: vitamin dan multivitamin

berlebih.

D

Kalsiferol

Vitamin

antirakhitis

Memelihara

keseimbangan

kalsium,

meningkatkan

penyerapan

kalsium di usus

dan

memobilisasi

mineral tulang,

regulasi ekspresi

gen dan

diferensiasi sel

Rakhitis,

osteomalasia

0,01 Intake berlebih

dapat

menyebabkan

hiperkalsemia,

Bon One-tablet

VitaminD dengan

kombinasi

Adikalk-tablet

Everost-tablet

Samcalvit-tablet

kunyah

Vitacal-D-tablet

kunyah

E

Tokoferol

tokotrienol

Antioksidan

terutama di

membran sel,

berperan dalam

pembentukan

sinyal sel

Sangat

jarang-

disfungsi

saraf serius

(30) Intake berlebih

dapat

menyebabkan

perdarahan,

toksisitas

hemoragik

Bio E-kapsul

lunak

Natur-E-Kapsul

Naturol-kapsul

Nulacta-licaps

Tocopherine-drag

Vitaferol-tablet

kunyah

Page 5: vitamin dan multivitamin

K

antihemoragia

filokuinon

menakuinon

Koenzim dalam

pembentukan

betha

karboksiglutamat

dalam enzim

pembekuan

darah dan

matriks tulang

Gangguan

pembekuan

darah,

penyakit

perdarahan

(1) Mempengaruhi

terapi dengan

antikoagulan

Fitonadion-tablet

Menadion-tablet

Menadiol

natrium bifosfat-

tablet

Vitamin Larut Air

B1

Aneurin

Tiamin

Vitamin

antineuritis

Koenzim dalam

piruvat dan alfa

ketoglutarat

dehidrogenase

dan

transketolase,

mengatur kanal

klorida dalam

hantaran saraf

Kerusakan

saraf perifer

(beri-beri)

atau lesi

susunan saraf

pusat

(sindrom

Wernicke-

Korsakoff)

1-2 Peningkatan

kebutuhan

dengan adanya

hemodialisis,

dialisis peritonial,

alcoholosm,

malabsopsi,

hipermetabolisme

Alinamin-tablet

Alinamin-F-

tablet dan injeksi

Betamin-tablet

Page 6: vitamin dan multivitamin

B2

Laktoflavin

Riboflavin

Koenzim dalam

reaksi oksidasi

dan reduksi,

gugus prostetik

flavoprotein

Lesi di sudut

mulut, bibir

dan lidah,

dermatitis

seboroik

1,5-2 - Mecobex-tablet

B6

Adermin

Piridoksin

B3

Asam

nikotinat,

niasinamid

Koenzim dalam

transaminase dan

dekarboksilasi

asam amino dan

glikogen

fosforilase,

modulasi kerja

hormon steroid

Koenzim dalam

reaksi oksidasi

dan reduksi,

bagian

fungsional NAD

dan NADP,

berperan dalam

Penyakit

metabolisme

asam amino,

kejang

Pelagra-

dermatitis

fotosensitif,

psikosis

depresif

2-2,5 Intake berlebihan

dapat

menyebabkan

neuropati

Gangguan GI,

kebutuhan

meningkat

dengan hemo-

dan peritonial

dialisis,

malabsopsi

Novadoxin-

kaplet

Page 7: vitamin dan multivitamin

regulasi kalsium

intrasel dan

pembentukan

sinyal sel

B9

Asam folat

Asam

pantotenat

Koenzim dalam

pemindahan

fragmen satu

karbon

Bagian

fungsional KoA

dan protein

pembawa asil,

sintesis dan

metabolisme

asam lemak

Anemia

megaloblastik

Kerusakan

saraf perifer

atau burning

foot syndrom

15-20

(10)

Berkurang

dengan adanya

kehamilan,

keganasan,

anemia hemolitik

-

B12

Biotin

Vitamin H

Koenzim pada

reaksi

karboksilasi

dalam

glukoneogenesis

dan sintesis asam

Gangguan

metabolisme

lemak dan

karbohidrat,

dermatitis

0,25 - Vitamin B12-

tablet

Kalmeco-kapsul

Page 8: vitamin dan multivitamin

Kobalamin

Faktor anti-

pernisiosa

lemak, berperan

dalam regulasi

siklus sel

0,005-0,015 Absorbsi

menurun pada

orang lansia,

kehilangan faktor

intrinsik gastric

dan injeksi

Lapibal-kapsul

Mecolin-kapsul

Meconeuro-

kapsul dan

injeksi

C

Asam

Askorbat

Vitamin anti-

skorbut

Koenzim dalam

hidroksilasi

prolin dan lisin

pada sintesis

kolagen,

antioksidan,

meningkatkan

penyerapan zat

besi

Skorbut-

gangguan

penyembuhan

luka,

berkurangnya

sementum

gigi,

perdarahan

subkutis

60 Intake berlebihan

menyebabkan

Gangguan GI,

pembentukan

batu Ginjal,

absopsi besi

berlebihan,

perokok

membutuhkan

lebih banyak

(35mg/hari)

dibanding dengan

bukan perokok.

Askorbin-tablet

Cevita-injeksi

Everc-tablet buih

Vicee-tablet rasa

Vitalong-C-tablet

lepas lambat

Effer CE-tablet

effervescent

Page 9: vitamin dan multivitamin

Keterangan :

( ) = kebutuhan harian hanya dapat dikira-kira(1,2,3,4).

Pada pembahasan ini hanya fokus mengenai vitamin A, C dan E, dimana vitamin-

vitamin ini sering dikonsumsi oleh masyarakat yang tidak hanya bertujuan untuk menjaga

kesehatan tetapi juga untuk tujuan kecantikan.

I. VITAMIN A

Vitamin A merupakan diterpen alkohol yang peka terhadap cahaya dan oksigen, yang

terbentuk pada dinding usus akibat pemecahan oksidatif karotin dengan bantuan molekul

oksigen. Provitamin yang penting yaiti betha karotin, yang dapat membentuk dua molekul

vitamin A.

a. Sumber vitamin A

Karotin terdapat pada semua tanaman yang hijau dan sebagian besar yang kuning,

misalnya pada tanaman jenis kol, bayam dan wortel. Selain itu vitamin A dapat ditemukan

dalamminyak ikan, dalam hati, mentega, susu, telur. Saat ini vitamin A dapat diperoleh dari

sintesis.

(5)

Page 10: vitamin dan multivitamin

b. Peran fisiologi vitamin A

1. Penting untuk pertumbuhan epitel (fungsi pertumbuhan)

2. Melindungi mukosa dari keratinisasi (fungsi pelindung epitel)

3. Meninggikan daya tahan mukosa terhadap infeksi dengan menutup epitel (fungsi

anti infeksi)

4. Merupakan komponen rodopsin untuk proses melihat.

Fthenakis (1991) menyatakakan bahwa kosmetik yang mengandung vitamin A

palmitat dapat meningkatkan elastisitas kulit, sedangkan pelembab sederhana tidak

berpengaruh pada parameter ini. Vitamin A topikal dapat memberikan perbedaan nyata

pada kulit. Studi medis menunjukkan penurunan garis dan keriput, kontrol jerawat yang

baik, dan beberapa kelegaan psoriasis, semua dari menggunakan krim yang mengandung

nutrisi ini. Misalnya, dalam penelitian yang dipresentasikan pada Pertemuan Tahunan

American Academy of Dermatology pada tahun 2003, peneliti dari Perancis menyatakan

bahwa penggunaan retinol plus vitamin C menunjukkan perbaikan dari perubahan kulit

yang disebabkan oleh kronologis penuaan dan photoaging. Dalam studi lain yang

diterbitkan dalam British Journal of Dermatology, dokter menemukan bahwa makanan

tinggi beta-cartotene-bentuk vitamin A dapat mengurangi risiko psoriasis(6).

c. Defisiensi vitamin A

Defisiensi vitamin A mula-mula terlihat dengan adanya gangguan adaptasi terhadap

terang-gelap dan buta ayam. Jika defisiensi ini tidak ditangani dapat menimbulkan gejala

lebih lanjut seperti :

a. Penebalan, pengeringan dan keratinisasi konjungtiva mata (xeroftalmia)

b. Terjadinya kekeruhan dan tukak pada kornea (keratitis), kelopak mata melekat,

infeksi mata (keratomalasia)

c. Pengeringan dan keratinisasi mukosa yang disertai hilangnya kemampuan

mencium, akhilia, diare

d. Pengeringan kulit, keriput dan pembentukan sisik (hiperkeratosis).

Page 11: vitamin dan multivitamin

d. Dosis Vitamin A

(5)

II. VITAMIN C

Vitamin C atau asam askorbat adalah bentuk gamma lakton dari asam 2-keto-L-

gulonat yang ada dalam bentuk enol.Gugus endiolnya menyebabkan senyawa ini mempunyai

kemampuan reduksi yang kuat, sedangkan sifat asamnya ditentukan oleh gugus hidroksil

pada C-3 (vinilog asam karbonat).

a. Sumber vitamin C

Asam askorbat terdapat dalam seluruh sel mahluk hidup, terutama pada buah segar

(tomat, pepaya, jeruk, sitrun) dan kentang. Dari organ hewani yang paling banyak

mengandung vitamin C adalah korteks adrenal, hipofise anterior, hati dan korpus luteum.

Asam askorbat disintesis sendiri tidak hanya oleh tumbuhan tetapi juga hewan. Namun hanya

manusia, kera dan marmot yang tidak dapat membentuk senyawa ini. Hal ini disebabkan oleh

tidak adanya suatu flavoprotein yaitu L-gulonolakton oksidase yang mengoksidasi

gulonolakton secara aerob menjadi asam askorbat.

Page 12: vitamin dan multivitamin

(7)

b. Peran fisiologi vitamin C

1. Hidroksilasi hormon korteks adrenal

2. Hindroksilasi dopamin menjadi nor adrenalin dan triptofan menjadi 5-hidroksi

triptofan

3. Hidroksilasi prolin menjadi hidroksiprolin, yang mutlak perlu untuk pembentukan

kolagen

4. Penguraian asam amino siklik

5. Perubahan asam folat menjadi asam folinat

6. Penutupan kapiler (efek antihialuronidase)

7. Pengaktifan trombin (mempercepat pembekuan darah)

8. Meningkatkan proses kekebalan dan meningkatkan absopsi besi.

Adapun beberapa penelitian terkait vitamin C adalah sebagai berikut :

1. Sang-Yeon Suh (2012) menyatakan bahwa pemberian vitamin C secara intravena

dapat mengurangi kelelahan  selama dua jam, dan efeknya berlangsung selama

satu hari. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada efek samping di antara dua

kelompok. Dosis tinggi intravena vitamin C terbukti aman dan efektif terhadap

kelelahan dalam penelitian ini(8).

2. Siems (2008) menyatakan bahwa penggunaan vitamin C mampu meningkatkan

stabilitas kolagen di kulit(9).

Page 13: vitamin dan multivitamin

3. Michael (2002) menyatakan bahwa Vitamin C ditoleransi dengan baik sebagai

suplemen yang dapat mencegah flu dan memperpendek durasi gejala sehingga

dapat pulih lebih cepat(10). Akhilender (2003) dalam penelitiannya yang menguji

vitamin C setelah gejala flu terjadi, ada beberapa bukti yang menunjukkan

manfaat lebih besar pada penggunaan vitamin C dengan dosis tinggi dibandingkan

dengan dosis yang lebih rendah(11).

c. Defisiensi vitamin C

Penyakit kekurangan vitamin C yang klasik yang terjadi pada orang dewasa adalah

skorbut. Penyakit ini ditandai dengan kelelahan abnormal, kelelahan otot, perdarahan, gigi

menjadi goyah dan mudah tanggal, dan mudah terkena penyakit infeksi. Sedangkan penyakit

pada anak-anak yaitu Muller-Ballow (yang sekarang juga jarang terjadi).

d. Dosis Vitamin C

(7)

Penggunaan vitamin C yang meningkat terjadi pada kondisi :

a. Aktivitas tubuh yang berat (misalnya olahraga berat)

b. Tumor ganas

c. Penyinaran dengan sinar rontgen

d. Penyakit infeksi akut dan kronis

e. Penyakit metabolisme (misalnya diabetes)

f. Selama kehamilan dan menyusui.

Page 14: vitamin dan multivitamin

III. VITAMIN E

Vitamin E atau tokoferol adalah berbagai turunan kroman, yang pada posisi 2

mengandung rantai samping dengan 16 atom C. Vitamin E dapat dianggap produk

kondensasi hidrokuinon termetilasi dengan fitol, yang mempunyai kerja paling kuat yaitu

alfa-tokoferol.

a. Sumber vitamin E

Sampai saat ini diketahui bahwa tokoferol hanya disintesis pada tanaman. Sumber

vitamin E yang terbesar terdapat pada kecambah, padi-padian dan minyak tanaman. Juga

sayur-sayuran mempunyai kandungan vitamin E yang tinggi.

(12)

b. Peran fisiologi vitamin E

Vitamin E bekerja pada metabolisme yaitu pada proses oksidasi-reduksi dan sebagai

penangkap radikal bebas, menghambat pembentukan peroksida oleh asam lemak tinggi tak

jenuh pada lipid membran serta menghambat oksidasi zat tubuh lainnya. Theresa (2006)

menyatakan bahwa Sirkulasi awal dan akhir dari konsentrasi α-tocopherol secara positif

berhubungan dengan pertumbuhan janin. Menurut American Academy of Dermatology,

Vitamin E digunakan dalam krim, lotion, atau bentuk serum, vitamin E dapat memperbaiki

kulit kering, kulit kasar(13).

Page 15: vitamin dan multivitamin

c. Defisiensi vitamin E

Kekurangan vitamin E dapat mempengaruhi sistem saraf dan mata. Hal ini juga dapat

menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Kekurangan vitamin E sangat jarang, tetapi dapat

berkembang di orang-orang yang tidak bisa menyerap lemak secara normal. Hal ini karena

vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan membutuhkan lemak untuk

diserap. Orang yang tidak mendapatkan cukup vitamin E memiliki kemungkinan yang lebih

tinggi terhadap risiko penyakit jantung dan kanker.

d. Dosis Vitamin E

(12)

Page 16: vitamin dan multivitamin

MULTIVITAMIN

Multivitamin adalah suatu sediaan yang ditujukan untuk menambah kebutuhan akan

vitamin, mineral dan unsur nutrisi lainnya. Dalam multivitamin terdiri dari berbagai

mikronutrien seperti vitamin dan mineral. Penggunaan multivitamin hanya dibenarkan pada

saat kebutuhannya meningkat, atau selama minum obat-obatan tertentu.

A. Fungsi fisiologis multivitamin

1. Multivitamin dapat digunakan untuk menggantikan vitamin alami (yang diperoleh

dari makanan).

2. Bayi baru lahir perlu tambahan vitamin dan mineral untuk membantu proses

pertumbuhannya.

3. Multivitamin yang dikonsumsi setiap hari dapat menyelesaikan semua masalah

pada anak yang susah makan. Suplemen vitamin sebaiknya diberikan kepada anak

semenjak anak masih kecil.

B. Penelitian terkait multivitamin

1. Vitamin C dan E merupakan vitamin yang digunakan untuk melawan efek

paparan sinar matahari. Dalam penelitian yang dipresentasikan pada tahun 2002

Annual Meeting of the American Academy of Dermatology, Duke University

researcher Sheldon Pinnell and colleagues menunjukkkan bahwa Fotoproteksi

yang cukup dapat diperoleh dari vitamin C dan E yang diberikan secara topikal.

Vitamin C topikal dapat mencegah penuaan akibat paparan cahaya matahari

berkepanjangan yang dapat menyebabkan kanker kulit. Karen E. Burke, MD,

dalam rilis berita, menyatakan bahwa Suplementasi dengan Vitamin E alami

dalam 400 mg per hari telah dicatat dapat mengurangi photodamage, keriput dan

memperbaiki tekstur kulit. Penelitian ini telah didukung oleh penelitian yang lebih

baru. The Journal of Investigative Dermatology yang melaporkan pada Februari

2005 bahwa orang-orang yang menggunakan vitamin C dan E dalam jangka

panjang mengurangi sunburns dari paparan radiasi UVB radiasi. Selanjutnya, para

peneliti melihat penurunan faktor terkait dengan kerusakan DNA dalam sel kulit,

sehingga mereka menyimpulkan bahwa vitamin antioksidan membantu

melindungi terhadap kerusakan DNA(14).

Page 17: vitamin dan multivitamin

2. Segger (2004) menyatakan bahwa vitamin C dan E, karotenoid, selenium, seng,

asam amino dan glukosaminoglikan, ekstrak blueberry dan Pycnogenol®mampu

memperbaiki elastisitas dan kehalusan kulit (memperbaiki tanda-tanda penuaan

kulit)(15).

3. Gaia (2009) menyatakan bahwa terjadi penurunan angka kematian total terkait

dengan penggunaan suplemen vitamin C dan E, hal ini berhubungan dengan

penurunan risiko mortalitas akibat CVD (Cardiovascular Disease(16).

4. Mirela (2012) menyatakan bahwa Retinil palmitat bekerja pada epitelisasi kulit

yang kering dan kasar, serta pada peningkatan keratinisasi yang abnormal.

Ascorbyl tetraisopalmitate, prekursor vitamin C dapat mengurangi kerusakan sel

yang dipicu oleh UVB dan efektif menekan UVB yang menginduksi pigmentasi.

Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari turunan vitamin

C dalam peningkatan hidrasi kulit, yang sangat penting untuk metabolisme kulit

normal, pencegahan perubahan kulit dan penuaan dini. Tokoferil asetat

merupakan penetral radikal bebas yang dapat mengurangi kerusakan DNA dan

tingkat kematian pada keratinosit. Selain itu, dapat meningkatkan stratum

korneum hidrasi dan mengurangi kekasaran kulit(17).

Adapun contoh sediaan multivitamin yang beredar di Indonesia antara lain

adalah Redoxon, Durol, Curcuma Plus, Stimuno, Sakatonik, Curvit CL, Biolysin,

Fitkom, Feroglobin, Vidoran smart, Cerebrofort, dan Scott’s emulsion(4).

Page 18: vitamin dan multivitamin

PEMBAHASAN JURNAL

(Terkait vitamin A, C dan E)

Jurnal 1

A randomized, controlled comparative study of the wrinkle reduction

benefits of a cosmetic niacinamide⁄peptide⁄retinyl propionate product

regimen vs. a prescription 0.02% tretinoin product regimen

HPM Smedts, JH de Vries, M Rakhshandehroo, MF Wildhagen, AC Verkleij-Hagoort, EA

Steegers, RPM Steegers-Theunissen

Tujuan :Membandingkan efektivitas produk kosmetik regimen

niacinamide/peptida/retinyl propionate dengan produk kosmetik regimen

0.02% tretionin dalam mengurangi kerutan halus pada wajah.

Metode :Dilakukan dalam waktu 8 minggu secara randomized pada 196 wanita denga

range usia 40-65 tahun. Subyek yang memenuhi syarat adalah yang memiliki

keriput cukup parah pada kedua sisi wajah mereka. Tingkat keparahan keriput

dinilai menggunakan skala dari grade 0 hingga 5. Sebelum diberikan regimen

dosis, wajah subyek di prekondisikan selama 2 minggu dengan diberikan

pembersih wajah serta pelembab wajah sebanyak 2x sehari. Setelah itu subjek

secara acak diberikan regimen NPP (niacinamide/peptida/retininyl propionate)

atau tretionin selama 8 minggu. Subjek yang diberikan NPP regimen,

diberikan krim SPF 30 pada pagi hari dan krim malam pada malam hari

merata di seluruh wajah, dimana sebelumnya diberikan pengobatan untuk

mengatasi keriput (Olay Professional Pro-X Deep Wrinkle Treatment; Procter

& Gamble Company) 2x sehari pada pagi dan malam hari. Pada krim SPF 30

mengandung niacinamide 5% dan peptide. Kemudian subjek secara acak

diberikan 0.02% tretionin dalam basis emollient secara merata ke seluruh

wajah setiap malam, selain itu direkomendasikan juga penggunaan pelembab

SPF 30 pada setiap pagi selama 2 minggu pertama pengobatan. Setelah

diawali pengobatan 2 minggu pertama, subjek diberikan 0.02% tretionin setiap

malam. Toleransi produk dinilai melalui eritema klinis dan kekeringan

grading, subjek penilaian diri, dan penentuan integritas kulit penghalang

(kehilangan air transepidermal) dan perubahan protein stratum korneum.

Page 19: vitamin dan multivitamin

Peningkatan garis halus dan kerutan pada wajah diukur oleh seorang ahli

visual dengan mengunakan Rapid Evaluation of Anti aging Leads (REAL 3.0)

system.

Hasil : Setelah 8 minggu pengobatan, munculnya garis-garis halus dan kerutan wajah

membaik pada kedua kelompok yang diukur dengan penilaian visual yang ahli

dengan REAL (P = 0.05), tretinoin rejimen, P <0.01, NPP rejimen. Regimen

NPP memberikan peningkatan secara signifikan lebih besar daripada rejimen

tretinoin (P <0.01). Sebuah persentase yang signifikan lebih tinggi pada

rejimen NPP (58%) dinilai terlihat lebih baik setelah 8 minggu pengobatan,

menghasilkan perbaikan yang diberi nilai positif minimal +1 pada setiap sisi

wajah mereka dengan setidaknya dua dari tiga grade , dibandingkan dengan

regimen tretinoin (41%). Setelah 4 minggu pengobatan, eritema secara

signifikan meningkat pada kelompok rejimen tretinoin dan secara signifikan

lebih tinggi dibandingkan dari regimen kelompok NPP (P = 0.01). Eritema

pada rejimen kelompok NPP lebih rendah pada 4, 6 dan 8 minggu

dibandingkan dengan 2 minggu dan tidak lagi secara signifikan berbeda dari

awal. Di 6 dan 8 minggu, eritema memang menurun dalam rejimen tretinoin

tetapi tetap jauh lebih tinggi dari pada awal.

Kesimpulan : Keberhasilan suatu produk yang diresepkan untuk memperbaiki penampilan

garis-garis halus dan kerutan wajah dapat dicapai dengan rejimen kosmetik

yang sudah tepat, yang juga memberikan manfaat tambahan dalam estetika,

toleransi kulit dan kepatuhan pasien. Regimen dosis NPP lebih baik dalam

memperbaiki kerutan halus pada kulit dan juga memiliki efek eritema yang

lebih rendah bila dibandingkan dengan regimen dosis tretionin 0.02%(18).

Page 20: vitamin dan multivitamin

Jurnal 2

Intravenous Vitamin C administration reduces fatigue in office workers: a

double-blind randomized controlled trial

Sang-Yeon Suh, Woo Kyung Bae, Hong-Yup Ahn, Sung-Eun Choi, Gyou-Chul Jung6and

Chang Hwan Yeom

Tujuan : Untuk menentukan kemanjuran dosis tinggi injeksi vitamin C pada kelelahan

(fatigue) peda pekerja sehat dalam penelitian terkontrol acak (a randomized

controlled trial)

Metode : Double-blind, random allocated, placebo controlled trial yang dilakukan

pada dua perusahaan di Republik  Korea.

Peserta direkrut antara Maret  dan April 2008. Di acak 73 peserta untuk 

kelompok vitamin C, dan 74 peserta untuk kelompok plasebo. Para peserta

menerima pengobatan tunggal intravena  baik vitamin C (10 g) atau normal

saline.

Kriteria inklusi sbb:

1. umur 20 - 49  tahun

2. pekerja tetap di perusahaan

3. terlihat sehat

4. tidak ada asupan suplemen vitamin selama dua  hari sebelum

pendaftaran

5. berpartisipasi secara sukarela. 

Kriteria eksklusi sbb :

1. Penyakit akut  (seperti common cold atau gastroenteritis akut)

2. Penyakit kronis (seperti diabetes, hipertensi, penyakit hati atau 

penyakit ginjal)

3. riwayat batu ginjal atau gout sebelumnya

4. sedang hamil atau menyusui

5. hipersensitivitas  terhadap vitamin atau injeksi intravena.

Hasil : Skor kelelahan yang diukur dua jam setelah intervensi dan satu hari setelah

intervensi berbeda secara signifikan antara kedua kelompok (p = 0,004), skor

kelelahan menurun pada kelompok vitamin C setelah dua jam dan tetap

rendah selama satu hari. Percobaan juga menyebabkan kadar vitamin C lebih

Page 21: vitamin dan multivitamin

tinggi dan kadar plasma stres oksidatif rendah dibandingkan dengan kelompok

plasebo (p <0,001, p <0,001, masing-masing). Ketika analisis data

disempurnakan dengan pembagian setiap kelompok menjadi subkelompok

high-baseline dan low-baseline, teramati bahwa kelelahan berkurang pada

kelompok vitamin C level baseline rendah setelah dua jam dan setelah satu

hari (p = 0,004).

Kesimpulan : Peneliti menunjukkan bahwa pemberian dosis tinggi intravena vitamin C

mengurangi kelelahan secara signifikan dibandingkan dengan plasebo pada

pekerja kantoran. Selain itu, efek intervensi terkuat terdapat pada subyek

dengan kadar vitamin C lower baseline dan menariknya, efeknya berlangsung

sampai hari berikutnya. Temuan ini memiliki potensi implikasi klinis. Pasien

dengan kelelahan yang parah, seperti pasien kanker yang rawat inap, dan

pasien dengan resiko deficiency vitamin C, akan menunjukkan respon yang

lebih baik. Dengan demikian, injeksi IV vitamin C mengurangi kelelahan

selama dua jam dan efeknya berlangsung selama satu hari. Tidak ada

perbedaan yang signifikan pada efek samping antara dua kelompok. Dosis

tinggi intravena vitamin C terbukti aman dan efektif terhadap kelelahan dalam

penelitian ini(8).

Jurnal 3

Effect of vitamin C on collagen biosynthesis and degree of birefringence in

polarization sensitive optical coherence tomography (PS-OCT)

S. R. Sharma, R. Poddar, P. Sen, and J. T. Andrews

Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian vitamin C pada biosintesis kolagen dan

derajat birefringence dengan pengukuran kerusakan jaringan menggunakan

polarization sensitive optical coherence tomography (PS-OCT).

Metode : Penelitian ini menggunakan 10 responden yang dibagi ke dalam 2 kelompok.

kelompok 1 (plasebo) dan kelompok 2 (perlakuan). Pada kelompok 1

menerima emulsi plasebo sedangkan kelompok 2 menerima emulsi yang

mengandung 5% asam askorbat (vitamin C). Kedua kelompok ini memperoleh

perlakuan setiap hari selama 6 bulan, kemudian mRNA masing-masing

responden di uji dengan PS-OTC

Page 22: vitamin dan multivitamin

Hasil : Telah terbukti bahwa dengan pemberian vitamin C dapat meningkatkan

sintesis kolagen dan peningkatan kolagen ini sesuai dengan adanya

peningkatan birefringence. Pemberian vitamin C akan meningkatkan mRNA

kolagen dan dengan demikian ada peningkatan yang jelas di birefringence,

yang akan memungkinkan PS-OCT untuk mendiagnosis kerusakan jaringan

dengan sensitif. Oleh karena itu, Vitamin C dapat digunakan dalam

penyembuhan luka bakar karena meningkatkan biosintesis kolagen. PS-OCT

dapat digunakan untuk mengukur perubahan birefringence. Seperti vitamin C

yang terlibat dalam biosintesis kolagen akan ada peningkatan asimetris

kolagen yang akan mengakibatkan peningkatan birefringence tersebut.

Kesimpulan : Birefringence merupakan kunci yang terlibat dalam biosintesis kolagen untuk

mendiagnosis kerusakan jaringan bila digunakan dengan PS-OCT. Ditemukan

peningkatan sebanyak delapan kali lipat biosintesis kolagen dalam pemberian

vitamin C(19).

Jurnal 4

High maternal vitamin E intake by diet or supplements is associated with

congenital heart defects in the offspring

HPM Smedts, JH de Vries, M Rakhshandehroo,MF Wildhagen, AC Verkleij-Hagoort,

EA Steegers, RPM Steegers-Theunissen

Tujuan : Untuk mengkaji hubungan antara diet ibu hamil dan asupan suplemen

antioksidan vitamin E, retinol, dan terjadinya cacat jantung bawaan(CHDs).

Metode : Kuesioner frekuensi makanan yang meliputi asupan 4 minggu sebelumnya

diisi pada 16 bulan setelah indeks masa kehamilan. Data dibandingkan antara

kasus dan control menggunakan Mann-Whitney U test. Perkiraan resiko untuk

hubungan antara CHD dan diet assupan vitamin E, retinol diperkirakan dalam

suatu model regresi logistic multivariabel.

Hasil : Diet asupan tinggi vitamin E pada kelompok kontrol yang menerima vitamin

E 13,3 (8,1-20,4) mg/hari memiliki resiko penyakit cacat jantung bawaan lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menerima vitamin E

Page 23: vitamin dan multivitamin

12,6 (8,5-19,8) mg / hari (P =0,05). Risiko Penyakit cacat jantung bawaan

meningkat dengan meningkatnya diet asupan vitamin E (P-trend = 0,01).

Periconception penggunaan suplemen vitamin E di atas 14,9 mg / hari

menyebabkan peningkatan sembilan kali lipat risiko penyakit cacat jantung

bawaan. Sedangkan Intake retinol tidak secara signifikan terkait dengan

Resiko Penyakit cacat jantung bawaan.

Kesimpulan : Diet tinggi vitamin E pada ibu hamil berhubungan dengan peningkatan

resiko penyakit cacat jantung bawaan(20).

Jurnal 5

Vitamin E effect on controlled ovarian stimulation of unexplained infertile

women

Nedim Cicek, Ozlem Gun Eryilma, Esma Sarikaya, Cavidan Gulerman, Yasemin Genc

Tujuan : Untuk menentukan efek pemberian vitamin E terhadap hasil pengobatan

wanita dengan infertilitas yang dijelaskan dengan adanya stimulasi ovarium

dan inseminasi intrauterine (IUI).

Metode : Penelitian ini dilakukan secara prospektif dengan ramdomize control trial, uji

klinis untuk menilai dampak pemberian Vitamin E pada wanita infertil yang

menjalani induksi ovulasi dan IUI. Penelitian ini dilakukan antara Juni 2011

dan Desember 2011 di Pelatihan Zekai Tahir Burak Perempuan dan Penelitian

Rumah Sakit, Endokrinologi Reproduksi dan Infertilitas Departemen, Ankara,

Turki. Penelitian ini melibatkan dua kelompok yaitu kelompok plasebo dan

kelompok kontrol. kelompok kontrol diberi perlakuan atau ovarium stimulasi

dengan klomifen sitrat dengan Vit E 400 IU / hari p.o. sedangkan kelompok

plasebo menjalani induksi ovulasi tanpa Vitamin E dan hasil Pengobatan

dibandingkan antar kelompok.

Hasil : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua kelompok sehubungan

dengan hasil demografis. Namun terdapat perbedaan ketebalan endometrium

yang signifikan pada pemberian hCG antara kedua kelompok (p00.001).

Pemberian Vitamin E tidak memiliki efek yang bermakna terkait dengan

implantasi dan tingkat kehamilan yang sedang berlangsung. Namun hasil

penting dari penelitian ini adalah semakin tinggi implantasi dan angka

Page 24: vitamin dan multivitamin

kehamilan yang sedang berlangsung diamati pada pemberian Vit E meskipun

perbedaan itu tidak signifikan.

Kesimpulan : Administrasi vitamin E dapat meningkatkan respon endometrium pada

wanita infertil yang dijelaskan melalui kemungkinan antioksidan dan efek

antikoagulan. Hal ini juga dapat memodulasi efek antiestrogenik klomifen

sitrat dan masalah pada endometrium yang tipis dalam siklus (21).

Page 25: vitamin dan multivitamin

DAFTAR PUSTAKA

(1) Bender, David A.,Mayes Peter A., 2009, Biokimia Harper, edisi 27, EGC, Jakarta.

(2) Mutschler Ernst, 1991, Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi, Penerbit ITB,

Bandung.

(3) Katherine Hammond Chessman And Vanessa J. Kumpf, 2008, Assessment Of

Nutrition Status And Nutrition Requirements In Pharmacotherapy A Pathophysiologic

Approach, 7th Edition, Mc Graw Hill, United State Of America, 2349.

(4) Anonim, 2010, ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia, Ikatan Sarjana Farmasi

Indonesia, Jakarta.

(5) Nan C. Jensen and Linda B. Bobroff, 2009, Facts about Vitamin A, IFAS Extension,

University of Florida

(6) C. G. Fthenakis, D. H. Maes, And W. P. Smith, Esteel Auder., 1991, In Vivo

Assessment Of Skin Elasticity Using Ballistometry , J. Soc.Cosmect. Hem., 4 (2) :

211-222.

(7) Linda B. Bobroff and Isabel Valentín-Oguendo, 2010, Facts about Vitamin C, IFAS

Extension, University of Florida

(8) Sang-Yeon Suh, Woo Kyung Bae, Hong-Yup Ahn, Sung-Eun Choi, Gyou-Chul Jung

and Chang Hwan Yeom., Suh et al. 2012, Intravenous Vitamin C administration

reduces fatigue in office workers: a double-blind randomized controlled trial,

Nutrition Journal, 11 (7).

(9) W. Siems, R. Brenke, S. Sattler, C. Christ, A. Daser, 2008, Improvement in skin

elasticity and dermal revitalization in the treatment of cellulite and connective tissue

weakness by means of Extracorporeal Pulse Activation Therapy: EPAT, Aesthetic

Surgery Journal_ New York.

(10) Michael Van Straten., Peter Josling, B.Sc. Hons., Advances In Therapy®, 2002,

Preventing the Common Cold With a Vitamin C Supplement: A Double-Blind,

Placebo Controlled Survey, Nutrition Journal, 19 (3).

(11) K Akhilender Naidu, 2003, Vitamin C in human health and disease is still a

mystery ? An overview, Nutrition Journal, 2 (7).

(12) Jennifer Hillan, 2006, Facts about Vitamin E, IFAS Extension, University of Florida

(13) Theresa O Scholl, Xinhua Chen, Melissa Sims, and T Peter Stein ., 2006, Vitamin E:

maternal concentrations are associated with fetal growth, Am J Clin Nutr, 84 (8):

1442–1448.

Page 26: vitamin dan multivitamin

(14) Charlotte Grayson Mathis, 2005, Nutrients for Healthy Skin: Inside and Out;

Vitamins, minerals, and other nutrients can give your skin the youthful glow of good

health, WebMD Inc, United Stated.

(15) D Segger and F Scho¨nlau, 2004, Supplementation with Evelle1 improves skin

smoothness and elasticity in a double-blind, placebo-controlled study with 62 women,

Journal of Dermatological Treatment, 15 : 222–226.

(16) Gaia Pocobelli, Ulrike Peters, Alan R. Kristal, and Emily White., 2009, Use of

Supplements of Multivitamins, Vitamin C, and Vitamin E in Relation to Mortality,

American Journal of Epidemiology, 170 (4).

(17) Mirela Donato Gianeti, Lorena Rigo Gaspar, Flávio Bueno de Camargo Júnior and

Patrícia Maria Berardo Gonçalves Maia Campos., 2012, Benefits of Combinations of

Vitamin A, C and E Derivatives in the Stability of Cosmetic Formulations, Molecules

article, 17 : 2219-2230.

(18) J.J.J. Fu, G. G. Hillebrand, P. Raleigh, J. Li, M. J. Marmor, et. al., 2009, A

randomized, controlled comparative study of the wrinkle reduction benefits of a

cosmetic niacinamide⁄peptide⁄retinyl propionate product regimen vs. a prescription

0Æ02% tretinoin product regimen, British Journal of Dermatology, 10 : 1365-2133.

(19) S. R. Sharma, R. Poddar, P. Sen, and J. T. Andrews, 2007, Effect of vitamin C on

collagen biosynthesis and degree of birefringence in polarization sensitive optical

coherence tomography (PS-OCT), African Journal of Biotechnology, 7 (12): 2049-

2054.

(20) HPM Smedts, JH de Vries, M Rakhshandehroo,MF Wildhagen, AC Verkleij-

Hagoort, 2009, High maternal vitamin E intake by diet or supplements is associated

with congenital heart defects in the offspring, BJOG, 116:416–423.

(21) Nedim Cicek, Ozlem Gun Eryilma, Esma Sarikaya, Cavidan Gulerman, Yasemin

Genc, 2012, Vitamin E effect on controlled ovarian stimulation of unexplained

infertile women, J Assist Reprod Genet, 29:325–328.