BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam dengue (dengue fever) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue. Penyakit ini banyak terjadi di Indonesia. Penyakit ini didapat
melalui gigitan nyamuk aydes aegepty yang merupakan vektor dari virus dengue.
Angka kejadian yang tinggi membuat penyakit ini mendapat perhatian khusus
dalam penanganannya.
Demam dengue ( dengue fever ) dan demam berdarah dengue ( dengue
haemorrhagic fever ) disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue ada 4 jenis
( serotipe ) yaitu DEN 1, 2, 3 dan 4. Demam dengue mulai dikenal mulai abad ke-
18 dan dulu dikenal sebagai penyakit demam lima hari. Infeksi virus dengue
pertama kali disebut dengan dengue primer, sedangkan jika seseorang terinfeksi
oleh virus dengue untuk kedua kalinya oleh serotipe yang lain disebut dengue
sekunder.
Infeksi DD/DBD dapat ditularkan pada manusia melalui gigitan vector
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus betina. Di Indonesia, nyamuk ini
tersebar di seluruh Indonesia (terutama pada musim penghujan), kecuali di daerah
pada ketinggian di atas 1000m dari permukaan laut. Nyamuk betina mengisap
darah vertebrata sedangkan nyamuk jantan menghisap air madu atau air gula dari
tanaman. Bila sudah dewasa, nyamuk mempunyai sayap berwarna hitam, badan
dan kaki berbercak putih, lalu bertelur di mana saja di wadah-wadah
penampungan air. Nyamuk ini mempunyai jarak terbang kira-kira 50 m dan
menggigit terutama siang hari, di dalam rumah atau tempat-tempat yang tidak
diterangi sinar matahari .
Gejala yang ditimbulkan oleh seseorang ketika terinfeksi virus ini
biasanya adalah demam, mual, nyeri kepala, nyeri belakang mata yang diikuti
menurunnya jumlah trombosit dan leukosit. Hal ini dapat menyebabkan pasien
jatuh dalam kondisi yang lebih berat seperti ddemam berdarah dengue (dengue
haemorraghic fever) yang diikuti perdarahan atau bahkan dengue sindrom syok
yang ditandai dengan kegagalan sirkulasi.
Pengetahuan mengenai penyakit dan penaganan yang tepat pada kasus,
memberikan hasil yang bermakana pada mortalitas dan disabilitas pasien.
1.2 Tujuan
Memenuhi tugas laporan kasus Clerkship FK Unisma pada Laboratorium
Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Islam Malang mengenai dengue fever.
1.3 Manfaat
Mengetahui mengenai penyakit dan penaganan pada pasien dengan
infeksi virus dengue.
BAB IILAPORAN KASUS
2.1 STATUS PASIEN
A. Anamnesis
1. Identitas Pasien
Nama : An. Y
Umur : 4 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Nama Ayah : Tn. D
Pekerjaan : Swasta
Nama Ibu : Ibu. N
Pekerjaan : PNS
Agama : Kristen
Alamat : Malang
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Tanggal Periksa : 07 Maret 2015
2. Keluhan utama :
Terjadi Demam secara cepat, kadang-kadang naik dan turun sejak 3 Hari yang
lalu
3. Keluhan sekarang :
Keluhan disertai sakit kepala dan mual serta nafsu makan berkurang saat sakit,
tidak terdapat diare pada anak Y, sebelummya mengalami batuk pilek.
4. Riwayat penyakit dahulu
Penrnah mengalami Ispa dan tidak pernah mengalami hal serupa.
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
6. Riwayat pengobatan :
Minum obat panas Parasetamol, tidak memberikan efek penurunan panas
secara berarti.
7. Riwayat Sosial Ekonomi :
Ekonomi keluarga Tn. D cukup dan Keluarga Tn D menggunakan BPJS.
8. Riwayat Imunisasi :
Ibu mengatakan imunisasi anak Y lengkap.
Hepatitis (+) :pada saat lahir, 1 bulan, 6 bulan
Polio (+) : pada saat lahir, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
BCG (+) : 2 bulan
DPT (+) :2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 18 bulan
Campak (+) : 9 bulan
9. Riwayat gizi :
Makan tidak teratur, 2-3 kali sehari, banyak mengkonsumsi sayuran.
10. Anamnesis Sistem
Kulit : Warna kulit putih, pucat (-), gatal (-), kulit kering (-).
Kepala : Sakit kepala (+), pusing (-), rambut putih (-), rambut
mudah rontok (-), luka pada kepala (-)
Mata : Pandangan mata berkunang-kunang (-/-), penglihatan
kabur (-/-), ketajaman penglihatan berkurang (-/-)
Hidung : Tersumbat (-/-), mimisan (-/-)
Telinga : Pendengaran berkurang (-/-), berdengung (-/-),
keluar cairan (-/-), nyeri (-/-)
Mulut : Sariawan (-), mulut kering (-), lidah pahit (-)
Tenggorokan : Sakit menelan (-), serak (-)
Leher : Nyeri tengkuk (-), Kaku (-), Benjolan (-)
Pernafasan : Sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-)
Kadiovaskuler : Nyeri dada (-), berdebar-debar (-)
Gastrointestinal : Mual (+), muntah (-), diare (-), konstipasi
(-), nyeri perut (-), Feses (N)
Genitourinaria : BAK lancar, warna kuning, nyeri (-)
Neurologik : Kejang (-), lumpuh (-), kesemutan dan rasa
tebal (-)
Muskuloskeletal : Kaku sendi (-), nyeri sendi (-), nyeri otot
(-), lemah otot (-)
Ekstremitas :
o Atas kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-)
o Atas kiri : bengkak (-), sakit (-), luka (-)
o Bawah kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-)
o Bawah kiri : bengkak (-), sakit (-), luka (-)
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
o Kesan : Tampak Lemah
o Kesadaran : Compos mentis
o GCS : 456
2. Tanda Vital
o Tensi : 100/70 mmHg
o Nadi : 82 x/menit
o Pernafasan : 22 x/menit
o Suhu : 37.9 oC
o BB : 15 Kg
o TB : -
3. Kulit
Warna putih, sianosis (-), jaundice (-), turgor (N), makula (-), pustula (-),
papula (-), tumor (-)
4. Kepala
Bentuk normocephal, luka (-), makula (-), papula (-), nodul (-). Rambut:
mudah dicabut (-), warna hitam pekat.
5. Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil
isokor (3mm/3mm), sekret (-)
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), secret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas (-/-)
7. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), tremor (-), sianosis (-), bibir
simetris
8. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-/-), sekret (-/-), pendengaran berkurang (-/-), nyeri
tekan tragus (-/-)
9. Tenggorokan
Hiperemi (-), tonsil (-)
10. Thoraks
Bentuk normochest, simetris, pernafasan thorakoabdominal, retraksi (-),
pembesaran kelenjar limfe (-) stridor (-)
12. Abdomen
I : Dinding perut datar, spider nevi (-)
A : Peristaltic (+) normal
P : Timpani seluruh lapang perut
P : Supel, nyeri tekan (-) pada regio hipocondria dextra, Mc. Burney (-),
hepar dan lien tidak teraba
13. Sistem Collumna Vertebralis :
Inspeksi : Deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
C. RESUME
An. Y datang ke Rumah Sakit Islam Malang dengan di Antar Kedua
Orang Tuanya Karena Badan nya panas naik turun sejak 3 hari sebelumnya, ibu
pasien menjelaskan pasien merasa mual, sakit kepala dan nafsu makan berkurang
semenjak sakit, sebelumnya pasien tidak pernah mengalami hal serupa.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan pasien tampak lemah, kesadaran
compos mentis, GCS 456, tensi 110/70 mmHg, HR 72x/menit, RR 22x/menit, dan
suhu 37,9 0.
2.2 Diagnosa Banding
1. Dengue Fever
2. Dengue Hemorragic Fever
3. Typhoid Fever
4. Malaria
2.3 Pemeriksaan Penunjang
Hematologi
No Jenis HasilPemeriksaan
Nilai Normal
1 Hemoglobin 12.5 g/dl (11.5-13.5)
2 Leukosit 2.64 - /mm3 (5.0-14.5 ribu)
3 Trombosit 107 - /mm3 (150-440 ribu)4 Hematokrit 36.2 % (34-40)
5 Eritrosit 4.34 /mm3 (4.11-5,95 juta)
6 PDW 14.5 fl (9-13)7 MPV 8.45 fl (7,2-11,1)
8 Index MCV MCH MCHC
83.423.834.4
fl (75-87)pg (24-30)% (31-37)
9. Diff :BasofilEosinofilLimfositMonositNeutrofilLarge. Imm cellAtyp. Limfosit
0.30,5 –
50.5 +19.4 +29.3 –
4.60.1
0-11-6
30-452-8
50-70
10 LED 12
HASIL PEMERIKSAAN WIDAL
Salmonella Thyposa
Salmonella Thyposa O (-) (-) Negatif
Salmonella Thyposa H (+) (+) 1:160
Salmonella Thyposa O-B (-) Negatif
Salmonella Parratypi O-B (+) 1:160
HASIL PEMERIKSAAN SEROLOGI
Ig G Negatif
Ig M Negatif
2.4 DIAGNOSA KERJA
Suspect Dengue Fever
2.5 Planning Pemeriksaan Penunjang
- Darah Lengkap
- SGOT-PT
- NS1
2.6 Planning Tata Laksana
Edukasi :
- Tirah baring selama demam
- Monitor
suhu
Trombosit
Farmakologi :
- Paracetamol sirup 3x1 ½ sendok teh
Terapi Cairan (Rehidrasi):
Pemberian IVFD RA dengan kebutuhan cairan =
10 Kg I : 100
10 Kg II : 50
Terapi Cairan An.Y
15 Kg = (10x100=1000) + (5x50=250) = 1250
(1250cc x 15 Tetes) x (24x60) = 18750/1440 = 13 Tetes / menit.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi Dengue Fever
Demam dengue (dengue fever, DF) adalah penyakit yang terutama
terdapat pada anak remaja atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam,
nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash)
dan limfadenopati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan
bola mata, rasa mengecap yang terganggu, trombositopenia ringan dan bintik-
bintik perdarahan (petekie) spontan.1
Infeksi virus dengue, dapat tidak bergejala ( asimtomatik ), ataupun
bermanifestasi klinis ringan yaitu demam tanpa penyebab yang jelas
( undifferentiated febrile illness ), demam dengue ( DD ), dan bermanifestasi berat
yaitu demam berdarah dengue ( DBD ) tanpa syok atau dengan syok yang disebut
sindroma syok sindrom ( SSS ) atau dengue shock syndrome ( DSS ). Tanda
penyakit DD/DBD umumnya adalah demam dan tanda perdarahan dan tanda lain
seperti pembesaran hati ( hepatomegali ).3
3.2 Epidemiologi dan Faktor Resiko Dengue Fever
Infeksi virus Dengue di Indonesia sejak abad ke- 18. Infeksi virus dengue
menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai demam lima hari atau juga disebut
sebagai demam sendi. Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang
dalam lima hari, disertai dengan nyeri pada sendi, nyeri otot, dan kepala
Diperkirakan lebih dari 50 juta kasus infeksi virus Dengue terjadi tiap
tahunnya dengan jumlah rawat inap sebesar 500.000 dan angka kematian lebih
dari 20.000 jiwa di dunia. Tahun 2006 di Indonesia didapatkan laporan kasus
dengue sebesar 106.425 orang dengan tingkat kematian 1,06%. Peningkatan kasus
setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan terjadinya tempat
perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi,
kaleng bekas, dan tempat penampungan air lainnya).
Seluruh wilayah Indonesia mempunyai risiko untuk terjangkit penyakit
DBD karena virus penyebab clan nyamuk penularnya tersebarluas baik di rumah
maupun tempat- tempat umum, kecuali yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter
diatas permukaan laut. Pada saat ini seluruh propinsi di Indonesia sudah terjangkit
penyakit ini baik di kota maupun desa terutama yang padat penduduknya dan arus
transportasinya lancar. Menurut laporan Ditjen PPM clan PLP penyakit ini telah
tersebar di 27 propinsi di Indonesia. Dari 300 kabupaten di 27 propinsi pada tahun
1989 (awal Pelita V ) tercatat angka kejadian sebesar 6,9 % dan pada akhir Pelita
V meningkat menjadi 9,2 %. Pada kurun waktu yang sama angka kematian
tercatat sebesar 4,5 %.
Demam berdarah tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat dan
Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan distribusi kejadian tinggi
dan merata. Mortalitas akibat penyakit ini dikarenakan kebocoran plasma dan
syok.
Beberapa faktor resiko yang diketahui berkaitan dengan peningkatan angka
kejadian dan tranmisi virus yaitu :
1. Vektor
Perkembangan vektor, kebiasaan vektor menggigit, jumlah vektor dan penyebaran
vektor
2. Pejamu
Penderita di lingkungan, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis
kelamin
3. Lingkungan
Curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk
3.3 Etiologi Demam Dengue
Demam dengue ( dengue fever ) dan demam berdarah dengue ( dengue
haemorrhagic fever ) disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue ada 4 jenis
( serotipe ) yaitu DEN 1, 2, 3 dan 4. Demam dengue mulai dikenal mulai abad ke-
18 dan dulu dikenal sebagai penyakit demam lima hari. Infeksi virus dengue
pertama kali disebut dengan dengue primer, sedangkan jika seseorang terinfeksi
oleh virus dengue untuk kedua kalinya oleh serotipe yang lain disebut dengue
sekunder.2
3.4 Karakteristik Virus Dengue
Dengue merupakan penyakit tropis dan virus penyebabnya bertahan dalam
suatu siklus yang melibatkan manusia dan Aedes aegypti. Aedes aegypti adalah
sejenis nyamuk rumah yang lebih senang menggigit manusia di siang hari.
Dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina, yang lebih menyukai untuk
menyimpan telurnya di dalam wadah yang berisi air bersih dan terletak di sekitar
habitat manusia.
Virus dengue dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan vektor
pembawanya, yaitu nyamuk dari genus Aedes seperti Aedes aegypti betina dan
Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan
menyebabkan penyakit ini. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah
menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut. Sesudah masa
inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat
mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya.
Nyamuk betina juga dapat menyebarkan virus dengue yang dibawanya ke
keturunannya melalui telur (transovarial).4
Virus dengue dapat menyebabkan manifestasi klinis yang bermacam-macam
dari asimtomatik sampai fatal. Demam dengue atau dengue fever (DF) merupakan
manifestasi klinis yang ringan, sedang DBD atau dengue hemorrhagic fever /
dengue shock syndrome (DHF/DSS) merupakan manifestasi klinik yang berat
Beberapa faktor resiko yang berperan dalam berkembangnya demam dengue
menjadi DHF adalah:8
Jenis dan serotipe virus (DHF bisa terjadi pada infeksi primer oleh virus
serotipe tertentu)
Adanya antibodi anti-dengue akibat infeksi sebelumnya atau akibat
berpindahnya antibodi dari ibu ke janin yang dikandungnya
Faktor genetik (misalnya faktor ras tampaknya berperan karena
berdasarkan data, di Kuba DHF lebih banyak ditemukan pada orang kulit
putih)
Usia (di Asia Tenggara, DHF lebih banyak menyerang anak-anak,
sedangkan di Amerika DHF bisa menyerang semua kelompok umur)
Resiko yang lebih tinggi pada infeksi sekunder
Resiko yang lebih tinggi dari lokasi dimana lebih dari 2 serotipe virus
beredar secara bersamaan pada kadar yang tinggi (transmisi
hiperendemik).
3.5 Patogenesis
Infeksi virus dengue mengaktivasi antibodi terhadap virus oleh CD4 dan
CD8. Fagositosis oleh monosit menyebabkan replikasi virus pada monosit
sehingga virus bereplikasi di makrofag. Selain itu akan terjadi pembentukan
aktivitas komlemen C3a dan C5a. Infeksi makrofag menyebabkan produksi
interferon gama dan aktivasi TNFα,IL-1, PAF, IL-6, hiatamin yang menyebbakan
disfungsi nedotel sehingga terjadi kebocoran plasma. Kondisi yang terjadi terus
menerus akan menyebabkan penurunan volume intravaskuler sehingga dapat
terjadi shock. Trombositopenia disebabkan oleh pemendekan masa hidup dan
supresi tulang. Koagulopati konsumtif terjadi akibat interaksi virus dengan
endotel.5
3.6 Differential Diagnosa
Demam pada fase akut mencakup spektrum infeksi bakteri dan virus yang
luas. Pada hari-hari pertama diagnosis DD sulit dibedakan dari DBD, Malaria,
Thypoid fever dan ITP yang disertai demam. Demam Pada hari ke 3-4,
kemungkinan diagnosis DD dan akan menjadi DBD, apabila gejala klinis lain
seperti manifestasi perdarahan dan pembesaran hati menjadi nyata. Kesulitan
kadang-kadang dialami dalam membedakan syok pada DBD dengan sepsis; dalam
hal ini trombositopeni dan hemokonsentrasi disamping penilaian gejala klinis lain
seperti tipe dan lama demam dapat membantu. Semua penyakit dengan demam
tinggi mendadak meliputi : Faringitis akut; ISK akut; Infeksi susunan saraf akut;
Malaria; Proses supurasi; Chikungnya dapat dipertimbangkan sebagai diagnosis
banding.6
3.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium (Darah Lengkap)
Leukosit : dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relatif ( >45% dari total leukosit).
Trombosit : terdapat trombositopenia pada hari ke-3 – 8
Hematokrit : Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hemtokrit ≥20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam
2. Pemeriksaan Serologi
Dilakuan pemeriksaan IgG dan IgM
IgG : pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi
sekunder igG mulai terdeteksi hari ke-2
IgM : terdeteksi mulai hari ke-3, menghilang setelah 60-90 hari
3. Faal Hepar (SGOT/SGPT)
Pada pemeriksaan faal hepar akan ditemukan terjadinya peningkatan SGOT/SGPT
akibat kerja hepar yang berlebih.
4. NS 1
Antigen NS 1 dapat dideteksi pada awal demam hari pertama sampai hari
kedelapan. Sensitivitas NS 1 berkisar 63% - 93,4% yang setara dengan gold
standar kultur virus.
3.8 Tatalaksana
Pada dasarnya terapi DF adalah bersifat suportif dan simtomatis.
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran
plasma dan memberikan terapi substitusi komponen darah bilamana diperlukan.
Dalam pemberian terapi cairan, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah
pemantauan baik secara klinis maupun laboratoris.7
Terapi nonfarmakologis yang diberikan meliputi tirah baring (pada
trombositopenia yang berat) dan pemberian makanan dengan kandungan gizi yang
cukup, lunak dan tidak mengandung zat atau bumbu yang mengiritasi saluran
cerna. Sebagai terapi simptomatis, dapat diberikan antipiretik berupa parasetamol,
serta obat simptomatis untuk mengatasi keluhan dispepsia. Pemberian aspirin
ataupun obat antiinflamasi nonsteroid sebaiknya dihindari karena berisiko
terjadinya perdarahan pada saluran cerna bagaian atas (lambung/duodenum).7
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Dasar Penegakan Diagnosis
4.1.1 Anamnesa
Pasien biasanya mengalami demam dan tidak enak badan. Gejala prodormal
terjadi selama 2-3 hari. Beberapa gejala yang mengikuti adalah :
1. sakit kepala
2. nyeri retro orbita
3. nyeri sendi dan nyeri otot
4. keluhan gastrointestinal seperti mual dan muntah
5. lemah
6. Anorexia
7. Nyeri tenggorokan
8. Gejala perdarahan ringan seperti ptekie,
Pada kondisi yang lebih parah, pasien dapat mengeluh nyeri perut, BAB
bewarna hitam, muntah, kejang (pada anak). Jika terjadi shock syndrom, maka
pasien akan gelisah dan mengalami gejala gagal sirkulasi seperti berdebar, gelisah
dan kulit basah dan dingin.
4.1.2 Pmeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang rutin dilakukan adalah darah lengkap. Beberapa
parameter yang dapat menunjang diagnosis adalah sebagai berikut :
1. Leukosit
Dapat normal atau turun . Hari ke-3 dapat terjadi limfositosis relatif
(>45% dari total) disertai adanya limfosit plasma biru >15%
2. Trombosit
Terdapat trombositopenia pada hari 3-8
3. Hematokrit
Kebocoran plasma apabila peningkatan ≥20% dari awal. Biasanya
meningkat pada hari ke-3
4. Hemostasis
Dilakukan apabila terjadi perdarahan dan dicurigai ada kelainan
pembekuan
5. Protein, SGOT/SGPT, ureum kreatinin apabila terdapat gangguan
fungsi organ
6. Elektrolit untuk memantau hasil terapi cairan
7. Imunoserologi IgM, IgG dan NS-1
IgM meningkat mulai hari 3-5, bertahan hingga 3 minggu kemudian
IgG meningkat mulai hari ke 14
NS1 terdeteksi mulai awal demam hari 1-8. Sensitiv 63-93% dan
spesifik 100%
Pemeriksaan radiologis diperlukan apabila terdapat kecurigaan efusi
pleura. USG dapat dilakukan untuk melihat ada tidaknya acites
4.2 Penatalaksanaan
Demam dengue (Dengue Fever/DF)
Bed rest
Analgetik dan antipiretik (hindari asetosal dan ibuprofen)
Cairan rumatan (bila perlu pasang infus)
Demam dengue ringan tidak perlu rawat inap tapi pantau keadaan klinis
dan laboratorium tiap hari
4.3 Prognosa
Demam Dengue jika ditangani dengan segera dan tepat penanganan maka
akan memiliki prognosa dubia et Bonam.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pasien An.Y didiagnosa dengan suspect dengue fever dari anamnesa,
pemeriksaan fisik dan penunjang. Pada pemeriksaan ditemukan penurunan
Trombosit dan Leukosit, disertai sakit kepala dan mual. Tetapi pada serologi Ig G
dan Ig M mempunyai Hasil negatif. Dari tes Widal menunjukkan hasil yang tidak
signifikan untuk mengarah ke Thypoid Fever.
5.2 Saran
1. Pasien sebaiknya dilakukan observasi lebih lanjut hingga jumlah trombosit
dapat stabil walaupun keluhan sudah tidak ada. Pemeriksaan rumple leed untuk
melihat perdarahan sebaiknya dilakukan. Pemeriksaan serologi spesifik bisa
dilakukan apabila dirasa perlu dan persetujuan pasien.
2. Memberikan KIE keluarga Pasien disarankan untuk menjaga pola makan
pasien, mengurangi aktifitas diluar ruangan, lebih banyak istirahat untuk
memulihkan kondisi, dan menjaga kebersihan diri maupun lingkungan sekitar.
3. Menjelaskan kepada pasien dalam pencegahan penyakit Dengue Fever seperti;
Menggunakan prinsip 3 M yaitu menguras kamar mandi, menutup tempat
penampungan air, dan mengubur benda-benda bekas, atau dengan memberikan
serbuk abate pada kamar mandi agar tidak menjadi sarang jentik nyamuk,
melakukan penyemprotan kamar dengan obat nyamuk atau menggunakan lotion
anti nyamuk pada siang hari, serta selalu menjaga kerapian ruangan agar tidak
menjadi sarang nyamuk.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hendarwanto.1996. Dengue dalam : H.M. Noer. Sjaifoellah : Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI : 417-426.
2. Hadinegoro SRH, Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T. Tatalaksana
Demam Dengue/Demam Berdarah Dengue pada Anak. Dalam Naskah
lengkap Demam Berdarah Dengue ; Pelatihan bagi Peatih Dokter Spesialis
Anak & Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dalam Tatalaksana Kasus DBD.
Balai Penerbit FK-UI, 2000 ; 80-135.
3. Hendarwanto. Dengue dalam Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-3,
1996. Balai Penerbit FK-UI.417-26.
4. Staf pengajar FK UI. Infeksi Virus: Dengue. 2005. Buku Kuliah Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 3. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UI; hlm
1709-1713.
5. Soegijanto S. 2002 Patogenesa dan Perubahan Patofisiologi Infeksi Virus
Dengue. www.pediatrikcom/buletin/20060220-8ma2gi-buletindoc ; [cited
2010]; Available from: www.pediatrikcom/buletin/20060220-8ma2gi-
buletindoc.
6. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. 2006. Demam Berdarah
Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jilid III. Perhimpunan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
7. Pohan, Herdiman. dan Khie Chen. Diagnosis dan Terapi Cairan pada
Demam Berdarah Dengue. 2009. Medicinus: Medical Journal of
Pharmaceutical Development and Medical Application; Vol.22 No.1; hlm
3-7.
Recommended