TUGAS PBL
LETIH (FATIGUE)
Disusun oleh : KELOMPOK 5
No. Nama NPM
1. Dwi Nifsiatul Afrida 08700107
2. Fenty Sulistyo Hertanti 08700109
3. I Nyoman Yudiartono 08700113
4. Riva Nita Harmila 08700115
5. Dinar Mustika Nuri 08700117
6. Lahar Satrya Wiranagara 08700119
7. Adelbertus Putra Bali 08700121
8. Indra Sukma Tenggara 08700123
9. I Gede Ardi Pratama 08700125
10. Hartaz Zasika Ekosari 08700127
11. Andri Hery Gunawan 08700129
12. Nina Awinda Lia 08700131
PEMBIMBING TUTOR: Drh. Bagus Uda Palgunadi, M. Kes.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
1
TAHUN AKADEMIK 2009/2010
KATA PENGANTAR
Segenap rasa puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, makalah dan hasil diskusi PBL kelompok
kami selesai tepat pada waktunya.
Adapun makalah ini disajikan beberapa hasil diskusi terkait dengan skenario 1 yaitu
“Letih (Fatigue)”. Serta beberapa klarifikasi istilah dan pembahasan masalah skenario 1 yang
menitikberatkan pada kemampuan mahasiswa kedokteran dalam penegakan diagnosis mulai
dari proses anamnesa hingga tercapainya suatu hipotesa akhir dalam kasus “Letih (Fatigue)”
ini. Di mana, akan disajikan juga beberapa penatalaksanaan dari kasus tersebut.
Diharapkan semoga hasil diskusi kelompok kami yang berbentuk makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada seluruh pembaca.
Akhir kata, “Tidak ada gading yang tak retak”. Kami sadar akan kekurangan kami
dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
segenap pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, baik itu rekan – rekan,
tutor serta para narasumber.
Surabaya, April 2010
Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 3
BAB I SKENARIO .................................................................................................................. 4
BAB II KATA KUNCI ............................................................................................................ 5
BAB III IDENTIFIKASI ISTILAH ......................................................................................... 6
BAB IV MINIMAL PROBLEM ............................................................................................. 7
BAB V PEMBAHASAN.......................................................................................................... 8
BAB VI HIPOTESIS AWAL DAN DIFFERENTIAL DIAGNOSA .................................... 13
BAB VII ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSA ............................................... 14
BAB VIII TESIS AKHIR ...................................................................................................... 16
BAB IX MEKANISME DIAGNOSIS ................................................................................... 22
BAB X METODE TERAPI ................................................................................................... 25
BAB XI PROGNOSA DAN KOMPLIKASI ........................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 28
3
BAB I
SKENARIO 1
Seorang pasien anak berusia 11 tahun, dibawa oleh ibunya datang ke tempat praktik anda
di puskesmas karena mengeluh sering pusing dan tampak pucat. Nilai rapor sekolahnya
menurun. Pasien sendiri merasakan cepat lelah, kalau main bola rasanya mau pingsan.
4
BAB II
KATA KUNCI
Pada skenario 1 ini, kami menemukan kata kunci yang akan kami bahas lebih lanjut, kata
kunci tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Pusing
2. Pucat
3. Lelah
4. Pingsan
5
BAB III
IDENTIFIKASI ISTILAH
1. Pusing :
- berat di kepala
- sensasi seperti berputar
- nyeri di kepala
2. Pucat :
Lebih putih atau lebih terang dari biasanya karena kekurangan sel darah merah.
3. Lelah :
Kondisi dimana kekuatan menurun yang dirasakan tidak seperti biasanya. Bisa karena
ATP yang kurang, bahan pembentuk ATP kurang, bahan pembakar (O2) kurang, atau
bahan pengangut O2 (hemoglobin) kurang.
4. Pingsan :
Kehilangan kesadaran karena oksiden di otak turun.
6
BAB IV
MINIMAL PROBLEM
Pada skenario 1 ini, kami menemukan problem yang akan kami bahas lebih lanjut,
problem tersebut antara lain sebagai berikut :
Apa saja penyebab letih dan bagaimana terjadinya ?
Penyakit apa saja yang menimbulkan letih ?
Bagaimana cara menentukan diagnosa pastinya ?
Bagaimana prinsip pengobatan dan terapi pada kasus ini ?
Bagaimana cara pencegahan masalah ini ?
7
BAB V
PEMBAHASAN
A. Batasan
Dalam laporan ini akan dibahas masalah penyebab lelah
B. Anatomi/ Histologi / Fisiologi / Patofisiologi/ Patomekanisme
DARAH
Darah adalah bagian dari tubuh manusia yang berbentuk cair dimana memiliki 2 bagian
yaitu bagian padat yang terdiri dari sel- sel darah itu sendiri dan bagian cair yang terdiri
dari plasma darah. Plasma darah mengandung protein plasma, ion-ion elektrolit serta
berbagai substansi yang diperlukan oleh tubuh. Sel darah sendiri terdiri dari: eritrosit (sel
darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (keping darah).
Eritrosit:
Eritrosit atau sel darah merah dibentuk di sumsum tulang dengan CFU-E yang
mengandung prekursor eritrosit pertama kali yaitu Pronormoblast. Pronormoblast akan
membelah dan berdifferensiasi menjadi Eritrosit matur yang tidak berinti dengan
mengikat Hb yang selanjutnya akan berfungsi sebagai pengikat Oksigen. Hemoglobin
dibentuk dari Heme yaitu lingkaran protoporfirin yang mengikat ion Fe di tengahnya dan
globin yaitu suatu asam amino yang terdapat dalam pool. Hemoglobin akan memberi
warna kemerahan pada bagian perifer eritrosit (2/3 perifer sel) sedangkan bagian yang
tidak tersaturasi oleh hemoglobin akan terwarna lebih pucat pada bagian inti sel (1/3
tengah sel). Eritrosit yang mengandung Hb berfungsi untuk mengikat O2 dan diedarkan
ke seluruh jaringan tubuh.
Leukosit:
Leukosit atau sel darah putih adalah sel- sel dengan morfologi lebih besar dari eritrosit.
Seperti halnya eritrosit Leukosit juga dibentuk di sumsum tulang dengan regulasi oleh
GM-CSF (Granulosit Monosit- Colony Stimulating Factor) dimana sel mieloid ini akan
berdiferensiasi menjadi 3 sel yaitu: Granulosit, Monosit, dan Megakariosit. Sedangkan
leukosit yang lain berfungsi untuk membentuk sistem kekebalan tubuh/antibodi yaitu
Limfosit berasal dari LSC (Limfoid Stem Cell). Granulosit terdiri dari 3 jenis sel
berdasarkan bentuk inti dan sitoplasmanya, yaitu: Netrofil, Eosinofil, dan Basofil.
8
Netrofil adalah sel darah putih yang berperan sebagai garis pertahanan pertama terhadap
infeksi atau peradangan, memiliki inti sel yang terfragmentasi dengan sitoplasma yang
halus. Eosinofil berfungsi untuk reaksi alergi dan infeksi parasitik, dimana memiliki 2
inti yang terhubung oleh kromatin- kromatin halus dengan sitoplasma yang lebih kasar
dan berwarna halus. Sedangkan Basofil memiliki morfologi yang lebih spesifik lagi
dengan sel yang dipenuhi sitoplasma dengan granul- granul yang berwarna biru hampir
menutupi seluruh sel. Fungsi dari basofil ini adalah berperan dalam reaksi alergai dengan
melepaskan granul- granulnya yang mengandung substansi yang dapat meningkatkan
permeabilitas vasculer. Basofil yang terdapat dalam jaringan ekstramedullar disebut
dengan sel mast.
Monosit memiliki sel yang berukuran besar dengan inti yang menyerupai kacang atau
ginjal. Fungsi dari monosit ini adalah perannya dalam sistem fagositosis zat/antigen
asing. Monosit yang terdapat dalam jaringan disebut Makrofag.
Limfosit adalah leukosit yang berfungsi untuk membentuk antibodi. Ada dua jenis
limfosit yaitu Limfosit-T yang berperan dalam imunitas seluler dan Limfosit –B
yangberperan dalam imunitas humoral.
Megakariosit adalah sel terbesar dalam sumsum tulang dimana dalam differensiasinya
mengalami pembelahan inti tanpa diikuti pembelahan sel sehingga terbentuk sel besar
dengan inti yan banyak. Membran- membran batas sitoplasma (dekarmasi) akan
membentuk trombosit yang berasal dari pecahan megakariosit.
9
C. Pemeriksaan Fisik Penyakit
Identitas Pasien
Nama : An. Ponari
Umur : 11 tahun
Pekerjaan : pelajar
Alamat : desa Blambang Mojokerto (daerah perkebunan)
Jenis Kelamin : laki-laki
Anamnesa
Keluhan utama :
- Lemah
Riwayat penyakit sekarang :
- Terasa lemah sejak 3 minggu yang lalu
- Semakin hari semakin lemah dan tampak pucat
- Akhir-akhir ini sulit berkonsentrasi dan sering melamun
- Kalau melakukan aktivitas agak berat cepat lelah dan sempat mau pingsan
- Sering pusing
- Sering gatal-gatal
- Terkadang tampak seperti sesak dapas
- Timbul bintik-bintik merah (ruam) di seluruh tubuh
- Tidak ada batuk
- Tidak sering terbangun kalau malam karena sering kencing
- Pasien tidak sedang stress
- Satu bulan ini tampak kurus
- Perut agak membuncit
- Nafsu makan mulai turun
- BAB seperti ada cacing
Riwayat penyakit dahulu :
- Sebelumnya tidak pernah mengalami seperti ini
- Belum pernah operasi
10
Riwayat penyakit keluarga :
- Adiknya dulu pernah sakit seperti ini, tapi sekarang sudah sembuh setelah berobat
ke dokter.
Riwayat Sosial-Ekonomi :
- Kondisi lingkungan perkebunan
- Kebersihan kurang, tidak ada jamban
- Sebelum makan tidak mencuci tangan pakai sabun
- Sering main di tanah tidak pakai sandal
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : lemah, letih, lesu, tampak pucat.
Vital Sign
Tensi : 100/60 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Respiratory rate : 18 x/menit
Suhu : 37○ C
Kepala/leher : anemi + /icterus - /cyanosis - /dyspnea -
Ada pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks :
- Cor : tidak ada pembesaran
S1/S2single
Murmur ( - )
- Pulmo : simetris
Suara napas vesikuler ( + )
nyeri tekan ( - )
nyeri ketuk ( - )
Ronkhi ( - )
Wheezing ( - )
Abdomen :
- Simetris
11
- Hepar, lien, ren : tidak teraba
- Meteorismus ( - )
- Bising usus normal
UG : Normal
Ekstremitas : akral normal
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Lengkap
- Penurunan nilai Hb, HCT, dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
- Pemeriksaan darah tepi menunjukkan Anemia Hipokrom Mikrositer
- Eosinofilia
Pemeriksaan Besi Serum SI dan TIBC
- Kadar besi serum menurun dan TIBC meningkat
Pemeriksaan Feces
- Ditemukan telur cacing tambang
Pemeriksaan EKG : Normal
12
BAB VI
HIPOTESIS AWAL DAN
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
A. Hipotesis Awal
Diagnosa fisiologisnya adalah “Anemia Hipokromik-mikrositik”.
Sedangkan diagnosa kausalnya adalah “Infeksi Cacing Tambang”.
B. Diagnosa Banding
1. Anemia Aplastik
2. Anemia Sel Sabit
3. Kwasiorkor
13
BAB VII
ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
A. GEJALA KLINIS
1. Anemia Aplastik
Anemia aplastik adalah anemia normokromik normositik yang disebabkan oleh
disfungsi sumsum tulang sehingga sel-sel darah yang mati tidak diganti. Anemia
aplastik mungkin hanya mengenai sel-sel darah merah, atau mungkin berkaitan
dengan defisiensi semua jenis sel darah (pansitopenia). Penyebabnya adalah
perusakan sumsum tulang oleh proses otoimun, kanker sumsum tulang, defisiensi
vitamin, berbagai obat, radiasi, atau kemoterapi.
Gejala klinis
a. Tanda-tanda sistemik anemia yang klasik
- Peningkatan kecepatan denyut jantung karena tubuh berusaha memberi
oksigen lebih banyak ke jaringan.
- Peningkatan kecepatan pernapasan karena tubuh berusaha menyediakan lebih
banyak oksigen kepada darah.
- Pusing akibat berkurangnya aliran darah ke otak.
- Rasa lelah karena meningkatnya oksigenasi berbagai organ termasuk otot
jantung dan rangka.
- Kulit pucat karena berkurangnya oksigenasi.
- Mual akibat penurunan aliran darah saluran cerna dan susunan saraf pusat.
- Penurunan kualitas rambut dan kulit.
b. Apabila trombosit dan sel darah putih juga terkena, maka ada gejala tambahan
- Perdarahan dan mudahnya timbul memar.
- Infeksi berulang.
- Luka kulit dan selaput lendir yang sulit sembuh.
2. Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit adalah suatu gangguan resesif autosom yang disebabkan oleh
pewarisan dua salinan gen hemoglobin defektif, satu dari masing-masing orang tua.
14
Hemoglobin yang cacat tersebut, yang diberi nama Hemoglobin S (Hb S), menjadi
kaku dan membentuk konfigurasi seperti sabit apabila terpajan oksigen berkadar
rendah. Sel darah merah pada anemia sel sabit ini kehilangan kemampuannya
berubah bentuk sewaktu melewati pembuluh darah yang sempit sehingga aliran
darah ke jaringan di sekitarnya tersumbat. Hal ini menyebabkan iskemia dan infark
(kematian sel) di berbagai prgan tubuh, terutama tulang dan limpa. Rangsangan
yang sering menyebabkan terbentuknya sel sabit adalah stres fisik, demam, atau
trauma.
Gejala klinis
a. Terdapat tanda-tanda sistemik anemia.
b. Nyeri hebat akibat sumbatan vaskular pada serangan-serangan penyakit.
c. Infeksi bakteri berulang.
d. Splenomegali karena limpa membersihkan sel-sel yang mati.
3. Kwashiorkor
Kwashiorkor lebih banyak terdapat pada usia dua hingga tiga tahun yang sering
terjadi pada anak yang terlambat menyapih sehingga komposisi gizi makanan tidak
seimbang terutama dalam hal protein.
Gejala klinis
- Pertumbuhan terhambat
- Otot-otot berkurang dan melemah
- Edema terutama pada perut, kaki dan tangan
- Muka bulat seperti bulan
- Gangguan psikomotor
- Anak apatis
- Tidak ada nafsu makan
- Tidak gembira dan suka merengek
- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi cokelat kehitaman dan terkupas
- Rambut mengalami depigmentasi, menjadi lurus, kusam, halus dan mudah
rontok.
- Hati membesar dan berlemak
- Sering disertai : infeksi, anemia, diare
15
BAB VIII
TESIS AKHIR
Berdasarkan riwayat penyakit pemeriksaan fisik yang teliti maka dapat ditegakkan
diagnosa akhir yaitu : Anemia Hipokromik-mikrositik.
Anemia adalah suatu sindroma klinik dimana terjadi penurunan kuantitas dan atau
kualitas eritrosit sehingga kapasitas darah untuk melakukan fungsinya dalam memenuhi
kebutuhan oksigen jaringan menurun. Pengurangan massa sel darah merah ini dapat terjadi
apabila destruksi atau hilangnya eritrosit melebihi kemampuan sumsum tulang menggantikan
sel- sel ini.
Karakteristik dan tingkat keparahan anemia ditentukan oleh 3 parameter utama yaitu :
Hemoglobin (Hb), jumlah eritrosit itu sendri (RBC), dan Hematokrit (HCT/PCV). Anemia
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan proses/mekanismenya
a. Anemia karena Gangguan produksi = Gangguan pada Sumsul Tulang yang
menyebabkan An. Aplastik atau gangguan penyediaan eritropoetin
b. Anemia karena destruksi Eritrosit meningkat = Anemia Hemolitik
c. Anemia karena hilangnya darah = Anemia pada perdarahan akut/kronis
2. Berdasarkan Patofisiologisnya
a. Anemia karena gangguan SIH = Anemia Aplastik
b. Anemia karena gangguan proliferasi Normoblast = Anemia Megaloblastik
c. Anemia karena deffisiensi Hb = Anemia deffisiensi Besi
d. Anemia karena peningkatan Hemolisis
3. Berdasarkan morfologi Eritrosit
Didasarkan pada hasil indeks eritrosit, yaitu:
MCV = Menunjukkan ukuran rata- rata Eritrosit, harga normal : 80-100 fl
Menunjukkan ukuran eritrosit yang normal (normositer), lebih kecil
(mikrositer), atau lebih besar (makrositer)
MCH = Jumlah rata- rata Hb dalam Ertrosit, harga normal: 27-32 pg
16
Menunjukkan tingkat saturasi Hb oleh eritrosit apakah normal (normokrom),
atau lebih sedikit (Hipokrom)
MCHC = Konsentrasi rata-rata Hb, harga normal: 30-35%
Klasifikasi Anemianya sebagai berikut:
a. Anemia Hipkromik Mikrositer (MCV< 80 fl ; MCH< 27 pg )
- Anemia deffisiensi besi
- Anemia karena penyakit kronik
- Tallasemia
- Anemia Sideroblastik
b. Anemia Normokromik Normositer (MCV: 80-100 fl ; MCH: 27-32 pg)
- Anemia Aplastik
- Anemia Hemolitik
- Anemia Myeloptisik
- Anemia pasca perdarahan akut
- Anemia pada Lekemi akut
c. Anemia Makrositer (MCV > 100 fl)
- Anemia Megaloblastik
- Anemia Pernisiosa
Anemia Hipokromik Mikrositer
Adalah salah satu jenis anemia dimana ukuran rata- rata yang lebih kecil dari normal
dengan massa dan saturasi Hb rata- rata tiap selnya lebih rendah atau kepucatan yang lebih
sedikit. Gangguan pada pengadaan Hb untuk sel darah merah merupakan patofisiologi utama
pada jenis anemia ini. Hb dibentuk dari heme dan globin, suatu asam amino yang terdapat
dalam pool. Heme sendiri dibentuk dari lingkaran protoforfirin yang mengandung Fe di
tengahnya. Jadi pengadaan Hb yang kurang dapat disebabkan oleh deffisiensi besi (Fe2+) dan
atau asam amino yang membentuk lingkaran protoforfirin dan globin. Akibat kekurangan
besi maka eritrosit yang terbentuk menjadi lebih kecil atau mikrositer, hal ini disebabkan
hanya sedikit besi yang terikat dalam lingkaran protoporfirin dan enzim penentu kecepatan
sintesa Heme (ferokatalase) memerlukan besi untuk menghentikan sintesa heme. Maka
apabila terjadi kekurangan besi, pembelahan sel akan berlanjut selama beberapa siklus
17
tambahan dan menghasilkan sel-sel yan lebih kecil. Karena jumlah besi yang tersedia juga
kurang memadai, jumlah hemoglobin di setiap sel juga berkurang sehingga terjadi
hipokromik. Pada beberapa jenis anemia hipokromik mikrositer, kasus Anemia Deffisiensi
Besi merupakan kausa utama penyebab morfologi eritrosit yang demikian.
Anemia Defisiensi Besi
Merupakan kasus anemia paling sering dijumpai, dimana timbul akibat kosongnya
cadangan besi tubuh atau faktor diet yang kurang. Etiologi:
1. Perdarahan kronk
- Saluran cerna: tukak peptik, hemoroid, infeksi cacing tambang
- Saluran UG wanita: menorrhagi atau metrohagi
- Saluran kemih: hematuria
2. Faktor nutrisi
Rendah diet tinggi serat, Vitamin C dan makanan yang mengandung protein
3. Kebutuhan yang meningkat
Masa kehamilan, atau anak masa pertumbuhan
4. Malabsorbsi besi
Gastrektomi, kolitis kronik, atau ulkus peptikum
Gejala yang ditimbulkan umumnya sama seperti penderita anemia pada umumnya yaitu
pucat pada mukosa bibir, faring, telapak tangan, dasar kuku, konjunctiva, cepat lelah, lesu,
sakit kepala dan rasanya mau pingsan. Namun terdapat beberapa gejala khas yang menandai
penyakit ini:
a. Koilonychia: kuku sendok
b. Atrofi papil lidah
c. Stomatitis angularis: sariawan di ujung mulut
d. Disfagia: nafsu makan menurun
e. Atrofi mukosa gaster
Kelima gejala ini tidak selalu ada secara bersamaan tetapi salah satunya pasti menyertai
keadaan anemia jenis ini.
Untuk kasus infeksi cacing tambang yang berhabitat di mukosa usus halus. Cacing dewasa
dengan morfologi kepala yang mempunyai gigi penghisap dan alat pengait (bursa copulatrix)
akan mengaitkan dirinya di mukosa duodenum atau jejunum (tergantung species cacing
18
tambangnya) untuk memakan sari- sari makanan yang diserap usus, selain itu perlekatannya
pada dinding usus akan menyebabkan dinding usus terluka, cedera kapiler usus dan apabila
infeksi dilakukan oleh banyak banyak cacing maka akan terjadi perdarahan organ dalam
intraluminal intestine, akibatnya seseorang atau anak- anak yang sedang masa pertumbuhan
cenderung akan mederita anemia. Dan anemia yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang
adalah Anemia Hipokromik Mikrositer.
Hasil pemeriksaan Laboratorium untuk menegakkan diagnosis Anemia deffisiensi besi:
1. Penurunan Hb, Hematokrit (HCT), dan indeks eritrosit
Penurunan Hb < 10 g/dl, disebabkan karena kurangnya besi yang digunakan untuk sintesa
Hb.
Penurunan Hematokrit < 40%, karena bentuk eritrosit yang lebih kecil dari normal dalam
jumlah sel yang sama dalam keadaan normal maka dapat dipastikan rasio eritrosit per
plasma darah akan menurun.
Penurunan MCV < 80 fl, MCH < 27 pg, dan MCHC < 30% yang mengindikasikan
ukuran eritrosit yang lebih kecil.
2. Eosinofilia pada hitung jenis Leukosit
Peningkatan Eosinofil pada kasus Anemia ini disebabkan karena infeksi parasit cacing
yang menstimulasi peningkatan jumlah eosinofil dalam fungsinya untuk menghancurkan
parasit dengan mekanisme penghancuran ekstraseluler
3. Bentukan Eritrosit yang lebih kecil dengan Central Palor (CP) > ½ garis tengah
Peningkatan kepucatan Hb disebabkan oleh penurunan Hb. Hemoglobin yang normala
hanya mewarnai 2/3 bagian perifer sel, apabila kadarnya menurun maka kepucatan sel
(Central Palor) akan meningkat.
19
4. Penurunan Serum Iron (SI)
5. Peningkatan TIBC (Total Iron Binding Capacity)
Karena Besi yang beredar dalam serum sangat sedikit, maka kemampuan transferin untuk
mengikat besi akan meningkat. Hal ini dimaksudkan untuk menimbulkan besi serum
dalam keadaan normal kembali.
6. Penurunan Feritin (dalam serum/sumsum tulang)
Feritin adalah suatu protein yang terdapat dalam serum ataupun sumsum tulang. Dimana
pada keadaan normal akan berikatan dengan besi dan sifatnya lebih sebagai simpanan
simpanan besi bukan untuk pengikatan besi seperti yang dilakakan oleh Transferin.
Penurunan Feritin mengindikasikan penurunan jumlah simpanan besi dalam serum
ataupun dalam sumsum tulang.
7. Pemeriksaan simpanan besi dalam Sumsum Tulang
Pada hapusan sumsum tulang dengan pengecatan Bryliant Cresyl Blue akan didapatkan
penurunan jumlah besi jaringan dengan warna kuning kecoklatan.
20
PATOMEKANISME
Infeksi cacing tambang
21
Memakan sari- sari makanan (tertutama zat besi)
Deffisiensi Fe Fe yang masuk lingkaran protoporfirin
Gangguan fungsi enzim ferokatalase
Hb yang terbentuk
bentuk Eritrosit yang dihasilkan lebih kecil
Bentuk Eritrosit lebih kecil dengan kepucatan yang lebih besar dari normal
(CP > ½ garis tengah)
Ikatan HbO2
Oksigenasi Jaringan
Cepat lelah, letih, lesu
Injury pada mukosa usus
BAB IX
MEKANISME DIAGNOSIS
22
Anamnesa
Keluhan Utama Lelah
Riwayat Penyakit Sekarang
-dirasakan sejak 3 minggu-disertai pusing dan mau
pingsan- cepat lelah pada aktivitas
yang agak berat- Berat badan menurun-Nafsu makan menurun
- Ada sesak nafas- Ada bintik- bintik merah di sekujur tubuh dan gatal
Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya tidak pernah kena penyakit yang seperti ini
Riwayat Penyakit Keluarga
Adik pernah menderita penyakit yang sama
Riwayat Sosial - Lingkungan perkebunan- Sanitasi kurang-BAB di tanah
-Sering main tanpa alas kaki
Curiga infeksi cacingan
DD:-Anemia
-Hipotensi- Penurunan CO
-HipotiroidDM tipe II
23
Thorax:-Cor : S1,S2 normalNyeri dada (-)- Pulmo : Suara vesikuler, ronki (-), Wheezing (-)
Abdomen:-Simetris-Tidak ada pembesaran organ vital-Tidak ada meteorismus-Bising usus Normal
Genital:Normal
Ekstremitas:-Acral hangat- tanpa edema extremitas
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign :Suhu = 370CTekanan Darah = 100/60 mmHgRR = 18 kali/menitDenyut Nadi = 90 kali/menit
Kepala:a/ic/d = +/-/-/-
Leher:Tanpa pembesaran KGB
24
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium
Darah Lengkap Serum Feses
-Penurunan Hb, HCT dan indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
-diff.count: shift to the left
-Serum Iron (SI) menurun
-Peningkatan TIBC
-Ditemukan telur cacing
Anemia Deffiseinsi Besi Akibat Infeksi Cacing Tambang
BAB X
METODE TERAPI
A. Tujuan Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan Anemia Hipokromik-mikrositik adalah untuk melakukan
proses penyembuhan serta untuk menjaga kondisi berat badan anak tersebut.
B. Prinsip Tindakan Medis
1. Melakukan proses penyembuhan
a. Medica mentosa
obat cacing :
- Albendazole – single dose of 400 mg po
- Mebendazole – 100 mg po bid selama 3 hari
- Pyrantel pamoate – 11mg/kg po sekali sehari (maksimum 1 gram) untuk 3 hari
obat gatal :
- Antihistamin - hidroksizina dihidroklorida 50-100 mg per hari
- difenhidramina 5 mg/kgBB/hr dgn dosis maksimal 300 mg/hr.
vitamin :
- Asam Askorbat – 3x100 mg/hr
b. Suportif
Ditujukan untuk memberi asupan gizi yang cukup terutama zat besi yang banyak
hilang selama terjadi anemia:
- Makanan tinggi karbohidrat: Nasi, umbi- umbian, kacang- kacangan, mie, roti,
dan sebagainya.
- makanan tinggi protein: daging, ikan, telur, kacang kedele, susu, gandum,
jagung, dsb.
- makanan tinggi zat besi, misalnya sayur bayam
- makanan tinggi vitamin C: buah- buahan seperti jeruk, belimbing, dsb.
Selain status gizi faktor dari sanitasi lingkungan juga perlu diperhatikan dimana
perlu memberikan edukasi pentingnya memelihara kesahatan pada lingkungan
sekitar seperti, selalu memakai alas kaki, buang air besar pada tempatnya yaitu
25
jamban dan tidak pada tanah, serta selalu melakukan kegiatan gotong royong
untuk pembersihan lingkungan.
c. Pemantauan
Setelah diberikan terapi hendaknya pasien si anak perlu dipantau kondisi
kesehatannya dengan cara menyuruhnya untuk datang kembali dalam kurun
waktu 2 minggu setelah pengobatan dilakukan. Hal ini untuk mengetahui
kondisi atau perkembangan kesehatan si anak setelah diterapi.
2. Memperhatikan kondisi berat badan
Setelah diterapi dan diberikan tindakan suportif berupa peningkatan asupan gizi si
anak maka diharapkan berat badan yang tadinya menurun dapat meningkat kembali
sesuai dengan standar usianya
26
BAB XI
PROGNOSA DAN KOMPLIKASI
Komplikasi
Untuk penderita cacing tamabang, apabila keadaan berlangsung kronik dapat terjadi suatu
pneumonitis. Hal ini diakibatkan oleh migrasinya larva cacing melalui pembuluh darah atau
sirkulasi hingga akhirnya menembus kapiler paru.
Prognosis
Dalam kasus ini prognosis dapat dikatakan baik apabila terapi yang diberikan sesuai
dengan penyebab terjadinya anemia dan suportif yang diberikan kepada pasien dilakukan
dengan baik oleh si pasien.
Sedangkan, apabila terapi yang diberikan tidak sesuai dan pada saat monitoring datang
dengan sejumlah komplikasi sehingga mempersulit kemungkinan untuk sembuh secara total.
27
DAFTAR PUSTAKA
Burnside, Mc Glynn. 1995. Adams Diagnosis Fisik. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Elizabeth J.Corwin. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Guyton, Arthur C., Hall, John E. 2007. Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta.
Laboratorium Anatomi FK UWKS. 2008. Anatomi 2. Fakultas Kedokteran UWKS :
Surabaya.
Mansjoer, Arif M. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi Ketiga. Media
Aesculapius : Jakarta.
Sacher, Ronald A. dan Mc Pherson Richard A. 2007. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
28