Download docx - Polin Lansia Hipertensi

Transcript

BAB 1LAPORAN KASUS HIPERTENSII. IDENTITAS PASIENNama Pasien:Tn. EUmur: 55 tahunJenis Kelamin: Laki-lakiPekerjaan: BuruhAlamat: Cipedes, Tasikmalaya

II. Anamnesisa. Keluhan utama: Nyeri kepalab. Riwayat Penyakit Sekarang: Os datang ke Puskesmas Cipedes dengan keluhan Nyeri kepala sejak 1 minggu yang lalu, ketika nyeri kepala muncul keringat dan Os merasa sesak. Keluhan ini diakui berlangsung terus menerus dan semakin memberat ketika os sedang stress.Selain itu os juga mengeluhkan nyeri pada bagian belakang leher dan rasa pegal-pegal pada punggung serta kaki.Os juga merasa kesemutan ditangan dan kaki, namun os mengaku tidak merasa mual atau sampai muntah. Jantung berdebar-debar (-), gangguan penglihatan (-), BAB dan BAK normal.c. Riwayat Pengobatan:Os mengaku bahwa ia terkadang mengkonsumsi obat sakit kepala yang dijual di warung untuk mengatasi nyeri kapala yang dialaminya. Seminggu yang lalu, Os sudah berobat ke puskesmas diberi captopril tapi tidak ada perubahan.Os tetap merasakan pusing dan nyeri kepala.d. Riwayat Penyakit Dahulu:Riwayat penyakit jantung (-), DM (-), riwayat operasi (-), asma (-), bronkitis (-).e. Riwayat Penyakit Keluarga:Os mengaku ayahnya dulu pernah menderita tekanan darah tinggi. Saat ini tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti os.f. Riawayat Alergi:Os tidak mempunyai riwayat alergi.g. Riwayat Psikososial:Os mengaku seringkali mengkonsumsi makanan yang asin seperti ikan asin hampir setiap hari.Os juga sering mengkonsumsi makanan yang digoreng, jarang mengkonsumsi buah dan sayur serta jarang berolahraga. Makan teratur sehari 3 kali, os mengaku mengkonsumsi rokok sehari 1 bungkus, alkohol (-).III. Pemeriksaan FisikKeadaan umum: Tampak sakit sedangKesadaran: Compos mentisTekanan darah: 170/110 mmHgFrekuensi nadi: 92 x/menitFrekuensi nafas: 20 x/menitSuhu: 36,7oCBerat badan: 65 KgStatus generalisKepalaKepala: Bentuk normal.MataOD : Bentuk normal, Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, palpebral superior et inferior tidak edema, pupil bulat, reflek cahaya (+), mata cekung (-)OS : Bentuk normal, Konjungtiva tidakanemis, skelra tidak ikterik, palpebral superior et inferior tidak edema, pupil bulat, reflek cahaya (+), mata cekung (-)

Telinga: Bentuk normalHidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum nasi, tidak ada sekretMulut: Bentuk normal, perioral tidak sianosis, bibir lembabLeher: Pembesaran KGB -/-

ThoraxInspeksi : Bentuk dan ukuran : Bentuk dada kiri dan kanan simetris, Palpasi Trakea: Tidak ada deviasi trakea Gerakan dinding dada: Simetris kiri dan kanan Fremitus vocal: Simetris kiri dan kananPerkusi Sonor seluruh lapang paruAuskultasi Cor: S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-). Pulmo: Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru Rhonki (-/-) Wheezing (-/-)AbdomenInspeksi: Bentuk : SimetrisAuskultasi Bising usus (+) normalPerkusi Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)Palpasi Nyeri tekan epigastrium (-)IV. Pemeriksaan PenunjangTidak dievaluasiV. Diagnosis KerjaHipertensi derajat 2VI. Anjuran Penatalaksanaan Penyakita. Promotif: Menjelaskan tentang penyakit hipertensib. Preventif: Diet rendah garam, olahraga teratur, menghindari faktor risiko seperti merokok, alkohol dan stress

c. Kuratif: Terapi Medikamentosa: Captopril 25 mg 3x1 Parasetamol500 mg 3x1 tab/2 tab10-15 mg/kg BB/x 910 - 1365 mg Terapi nonmedikamentosa : Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus memperhatikan kebiasaan makan penderita hipertensi Menghindari stress. Ciptakan suasana yang menenangkan bagi pasien penderita hipertensi Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan kepada pasien penderita hipertensi untuk melakukan olahraga senam aerobic atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. Selain itu menghentikan kebiasaan merokok dan mengurangi minum minuman beralkohol.VII. Prognosis : Dubia at bonam

BAB IIITINJAUAN PUSTAKAI. DEFINISIHipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanandiastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasienberistirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling sedikit selama 5menit sampai 30 menit setelah merokok atau minum kopi.Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk membedakannyadengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang diketahui. Menurut TheSeventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2.II. EPIDEMIOLOGIPenyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada didunia . Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensikemungkinan besar juga akan bertambah . Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasushipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan padaangka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.III. ETIOLOGISampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti.Hipertensiprimer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus.Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan.Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain.Adapun penyebab paling umum pada penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati.Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.I. FAKTOR RISIKOFaktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dannutrisi.a. Faktor genetikAdanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.b. UmurInsidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya. Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai decade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.c. Jenis kelaminPrevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.d. EtnisHipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit putih.Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopressin lebih besar. e. ObesitasBerat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA (NIH, 1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT 1 g proteinuria.

b) Algoritme Penanganan HipertensiGambar 3.3 Algoritme penanganan hipertensi menurut JNC 7.

c) Modifikasi Gaya HidupPelaksanaan gaya hidup yang positif mempengaruhi tekanan darah memiliki implikasi baik untuk pencegahan dan pengobatan hipertensi. Promosi kesehatan modifikasi gaya hidup direkomendasikan untuk individu dengan pra-hipertensi dan sebagai tambahan terhadap terapi obat pada individu hipertensi. Intervensi ini untuk risiko penyakit jantung secara keseluruhan. Meskipun dampak intervensi gaya hidup pada tekanan darah akan lebih terlihat pada orang dengan hipertensi, dalam percobaan jangka pendek, penurunan berat badan dan pengurangan NaCl diet juga telah ditunjukkan untuk mencegah perkembangan hipertensi. Pada penderita hipertensi, bahkan jika intervensi tersebut tidak menghasilkan penurunan tekanan darah yang cukup untuk menghindari terapi obat, jumlah obat atau dosis yang dibutuhkan untuk mengontrol tekanan darah dapat dikurangi. Modifikasi diet yang efektif menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan, mengurangi asupan NaCl, meningkatkan asupan kalium, mengurangi konsumsi alkohol, dan pola diet yang sehat secara keseluruhan.Mencegah dan mengatasi obesitas sangat penting untuk menurunkan tekanan darah dan risiko penyakit kardiovaskular. Rata-rata penurunan tekanan darah 6,3/3,1 mmHg diobseravsi setelah penurunan berat badan sebanyak 9,2 kg. Berolah raga teratur selama 30 menit seperti berjalan, 6-7 perhari dalam seminggu, dapat menurunkan tekanan darah. Ada variabilitas individu dalam hal sensitivitas tekanan darah terhadap NaCl, dan variabilitas ini mungkin memiliki dasar genetik. Berdasarkan hasil meta-analisis, menurunkan tekanan darah dengan membatasi asupan setiap hari untuk 4,4-7,4 g NaCl (75-125 meq) menyebabkan penurunan tekanan darah 3.7-4.9/0.9-2.9 mmHg pada hipertensi dan penurunan lebih rendah pada orang darah normal. Konsumsi alkohol pada orang yang mengkonsumsi tiga atau lebih minuman per hari (minuman standar berisi ~ 14 g etanol) berhubungandengan tekanan darah tinggi, dan penurunan konsumsi alkohol dikaitkan dengan penurunan tekanan darah. Begitu pula dengan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) meliputi diet kaya akan buah-buahan, sayuran, dan makanan rendah lemak efektif dalam menurunkan tekanan darah.

Tabel 3.3 Modifikasi gaya hidup untuk mencegah dan mengatasi hipertensi.

Jadi, modifikasi gaya hidup merupakan upaya untuk mengurangi tekanan darah, mencegah atau memperlambat insiden dari hipertensi, meningkatkan efikasi obat antihipertensi, dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.

d) Terapi FarmakologiJenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oleh JNC 7 adalah: a. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosteron Antagonist b. Beta Blocker (BB) c. Calcium Chanel Blocker atau Calcium antagonist (CCB) d. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI) e. Angiotensin II Receptor Blocker atau Areceptor antagonist/blocker (ARB) Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan target tekanan darah tercapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut, atau berpindah ke antihipertensif lain dengan dosis rendah. Efek samping umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah. Kombinasi obat yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien adalah: a. CCB dan BB b. CCB dan ACEI atau ARB c. CCB dan diuretika d. AB dan BB e. Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat

Tabel 3.4. Indikasi dan Kontraindikasi Kelas-kelas Utama Obat Antihipertensi.

Tabel 3.5. Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC 7.

VII. KOMPLIKASIHipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal. Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu:

Tabel 3.6 Komplikasi Hipertensi

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi beratselain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkanoleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yangdapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (TransientIschemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yanglama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna. Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanyatingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target sertafaktor risiko lain seperti merokok, dislipidemia dan diabetes melitus. 21Tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun, merupakan faktor risiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari tekanandarah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko penyakitkardiovaskuler sebanyak dua kali.

VIII. PROGNOSISHipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang tepat. Terapi dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obatan antihipertensi biasanya dapat menjaga tekanan darah pada tingkat yang tidak akan menyebabkan kerusakan pada jantung atau organ lain. Kunci untuk menghindari komplikasi serius dari hipertensi adalah mendeteksi dan mengobati sebelum kerusakan terjadi.

DAFTAR PUSTAKA1. Wade, A Hwheir, D N Cameron, A. 2003. Using a Problem Detection Study (PDS)to Identify and Compare Health Care Privider and Consumer Views of Antihypertensive therapy. Journal of Human Hypertension, Jun Vol 17 Issue 6.2. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: FK UI. 20063. Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM UNHAS. 2007.http;//www.CerminDuniaKedokteran.com/index.php?option=com_content&tas k=view&id=38&Itemid=12). Diakses tanggal 8 April 2014, pukul 20.00 WIB.4. Sharma S, et all. Hypertension. Last Update Aug 8, 2008. http//:www.emedicine.com. [Diakses pada tanggal 8 April 2014].5. Anonim.Hipertensi.Primer.http://www.scribd.com/doc/3498615/HIPERTENSI PRIMER?autodown=doc. [Diakses pada tanggal 8 April 2014].6. Oktora R. Gambaran Penderita Hipertensi Yang Dirawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Periode Januari Sampai Desember 2005, Skripsi, FK UNRI, 2007, hal 41-42.7. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive Vascular Disease. Dalam: Robn and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition. Philadelpia: Elsevier Saunders, 2005.8. Cortas K, et all. Hypertension. Last update May 11 2008. http//:www.emedicine.com. [Diakses pada tangal 8 April 2014].9. Shapo L, Pomerleau J, McKee M. Epidemiology of Hypertension and Associated Cardiovascular Risk Factors in a Country in Transition. Albania: Journal Epidemiology Community Health 2003.10. Widayanto D. Apa Manfaat Garam Sebagai Bahan Pengawet. http://id.answers.yahoo.com/question/index;_ylt=Aj3eh2PdCnd0po.ZrHRTkNLVRg x.;_ylv=3?qid=20080814042051AAWyOOk. [Diakses pada tanggal 8 April 2014].11. Sianturi G. Cegah Hipertensi dengan Pola Makan. Last update 27 Februari 2003. www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1046314663,16713, - 24k. [Diakses pada tanggal 8 April 2014].

2