Transcript
Page 1: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN BURUNG WALET SARANG PUTIH (Aerodromus fuciphagus) BERDASARKAN PERBEDAAN FREKUENSI PEMBERIAN

TELUR SEMUT RANG-RANG (Oecophyla smaragdina) PADA FASE STARTER

Naskah Publikasi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Guna memperoleh gelar Sarjana Sains

Oleh

ISYANA ALIF MARTHANI

NIM. M 0401036

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSETUJUAN

SKRIPSI

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN BURUNG WALET SARANG PUTIH (Aerodromus fuciphagus) BERDASARKAN PERBEDAAN FREKUENSI PEMBERIAN

TELUR SEMUT RANG-RANG (Oecophyla smaragdina) PADA FASE STARTER

Oleh : Isyana Alif Marthanti NIM. M040103655

Telah disetujui untuk diujikan

Surakarta,

Menyetujui

Pembimbing I

Shanti Listyawati, M.Si NIP. 19690608 199702 2 001

Pembimbing II

Estu Retnaningtyas N, STP., M.Si NIP. 19680709 200501 2 001

Mengetahui Ketua Jurusan Biologi

Dra. Endang Anggarwulan, M.Si NIP. 19500320 197803 2 001

Page 3: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya

sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh

gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka

gelar kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.

Surakarta, Januari 2011

Isyana Alif Marthani

NIM. M0406055

Page 4: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN BURUNG WALET SARANG PUTIH (Aerodromus fuciphagus) BERDASARKAN PERBEDAAN FREKUENSI PEMBERIAN

TELUR SEMUT RANG-RANG (Oecophyla smaragdina) PADA FASE STARTER

Isyana Alif Marthani

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi pemberian telur Oecophyla smaragdina pada pertumbuhan dan kelangsungan hidup anakan Aerodromus fuciphagus pada fase starter. Penelitian menggunakan anakan A. fuciphagus umur satu hari dengan berat rata-rata 1, 62 gram. Anakan A. fuciphagus dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok sebagai kontrol yang diberi larva O. smaragdina dan kelompok lainnya diberi telur O. smaragdina yang masing-masing kelompok dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan. Kelompok pertama diberi pakan dengan frekuensi tiga kali per hari, kelompok kedua diberi pakan dengan frekuensi lima kali per hari, dan kelompok ketiga diberi pakan dengan frekuensi tujuh kali per hari selama 21 hari. Masing-masing kelompok diberi pakan sebanyak 30% dari berat badan. Pengamatan yang dilakukan adalah kandungan nutrisi telur O. smaragdina, pertambahan berat badan dan kecepatan pertumbuhan bulu pada anakan A. fuciphagus, kelangsungan hidup anakan A. fuciphagus, dan kualitas media pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan frekuensi pemberian telur O. smaragdina menghasilkan perbedaan pertumbuhan dan kelangsungan hidup pada anakan A. fuciphagus. Pemberian telur O. smaragdina dengan frekuensi pemberian tujuh kali per hari menghasilkan pertambahan berat badan, kecepatam pertumbuhan bulu, dan kelangsungan hidup paling tinggi. Pemberian pakan telur O. smaragdina menghasilkan pertambahan berat badan, pertumbuhan bulu, dan kelangsungan hidup anakan A. fuciphagus lebih tinggi dibandingakan pemberian pakan larva O. smaragdina. Kata kunci : Aerodromus fuciphagus, Oecophyla smaragdina, pertumbuhan, kelangsungan hidup

Page 5: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

GROWTH AND SURVIVAL OF YOUNG WHITE-NEST SWIFTLET

(Aerodromus fuciphagus) BASED ON THE FEEDING FREQUENCY OF RANG-RANF ANT (Oecophyla smaragdina) EGGS

IN THE STARTER PHASE

Isyana Alif Marthani Departement of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,

Sebelas Maret University, Surakarta

The aim of this research is to determine the effect of feeding frequency of Oecophyla smaragdina on growth and survival of young Aerodromus fuciphagus in the starter phase. The research evaluates the experiment with young A. fuciphagus of a day old with an average weight 1.62 grams. Young A. fuciphagus is devided into two groups. One group is controlled by given a larvae O. smaragdina and the other is given an egg O. smaragdina. Each group is devided into three treatments. The first group, feeds with frequency of three times per day. The second group, feeds with frequency of five times per day. The third group feeds with frequency of seven times per day for 21 days. Observations made are nutrient content of egss O. smaragdina, weight gain and feather growth rate in young of A. fuciphagus, survival of young A. fuciphagus, and the quality of maintenance media. The result of the research is that different frequency of egss O. smaragdina affects the growth and survival of young A. fuciphagus. Giving eggs O. smaragdina with frequency of seven times per day produces the highest body weight and rate of feather growth as well as survival. The egg O. smaragdina produces weight gain, feather growth, and higher survival than larvae O. smaragdina.

Keyword : Aerodromus fuciphagus, Oecophyla smaragdina, growth, survival

Page 6: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTTO

Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan pada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha

Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. Al Baqarah : 32)

Kemenangan kita yang paling besar bukanlah karena kita tak pernah jatuh, melainkan karena kita bangkit setiap kali jatuh

(Confusius)

Page 7: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Suami tercinta atas do’a, kasih sayang, perjuangan, dan kesabaran yang diberikan

Safira dan Kayisa sumber inspirasi dan semangat

Almamater tercinta

Page 8: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya yang tak tehingga sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul : “Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Anakan Burung Walet Sarang Putih (Aerodromus fuciphagus) Berdasarkan Perbedaan Frekuensi Pemberian Telur Semut Rang-Rang (Oecophyla smaragdina) pada Fase Starter”.

Dalam pelaksanaan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak masukan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang sangat bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada: 1. Prof. Drs. Sutarno, M. Sc., Ph. D., selaku dekan Fakultas MIPA

Universitas Sebelas Maret. 2. Dra. Endang Anggarwulan, M. Si., selaku Ketua Jurusan Biologi

Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. 3. Nita Etikawati, M. Si., selaku Pembimbing Akademik. 4. Shanti Listyawati, M. Si., selaku Pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya penulisan skripsi ini.

5. Estu Retnaningtyas., STP.,M. Si., selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya penulisan skripsi ini.

6. Dr. Agung Bidiharjo selaku Penelaah I yang telah memberikan saran dan masukan.

7. Dr. Sugiyarto, M. Si., selaku Penelaah II yang telah memberikan saran dan masukan.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, namun penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya serta dapat menjadi bahan inspirator bagi penelitian selanjutnya.

Surakarta, Januari 2010

Penyusun

Page 9: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL…………………………………………………...

HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................

ABSTRAK…………………………………………………………...…

ABSTRACT…………………………………………………………….

HALAMAN MOTTO…………………………………………………..

HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………..

KATA PENGANTAR………………………………………………….

DAFTAR ISI……………………………………………………………

DAFTAR TABEL………………………………………………………

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………...

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………..

A. Latar Belakang………………………………………………

B. Rumusan Masalah………………………………………...…

C. Tujuan Penelitian……………………………………………

D. Manfaat Penelitian…………………………………………..

BAB II. LANDASAN TEORI………………………………………….

A. Tinjauan Pustaka…………………………………………….

B. Kerangka Pemikiran ...............................................................

C. Hipotesis .................................................................................

BAB III. METODE PENELITIAN……………………………………

A. Waktu dan Tempat Penelitian……………………………….

B. Bahan dan Alat………………………………………………

C. Cara Kerja…………………………………………………...

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

ix

x

xii

xiv

xv

1

1

3

3

4

5

5

14

17

18

18

18

19

Page 10: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D. Teknik Pengumpulan Data......................................................

E. Analisa Data ...........................................................................

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………

A. Pertumbuhan Anakan A. fuciphagus ....................................

B. Kelangsungan Hidup Anakan A. Fuciphagus........................

C. Kualitas Media Pemeliharaan ...............................................

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………

A. Kesimpulan………………………………………………….

B. Saran…………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..

LAMPIRAN ……………………………………………………………

RIWAYAT HIDUP PENULIS…………………………………………

25

26

27

31

39

45

48

48

49

50

53

63

Page 11: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.

Tabel 2.

Tabel 3.

Tabel 4.

Tabel 5.

Komposisi Senyawa Telur O. smaragdina dan Larva Semut serta

Kebutuhan Senyawa Gizi Anakan Burung Pemakan Serangga

Pertambahan Berat Badan Anakan A. fuciphagus Berdasarkan

Frekuensi Pemberian Telur O. smaragdina………………………….

Data pertumbuhan bulu anakan A. fuciphagus berdasarkan

frekuensi pemberian telur O. smaragdina ......................................

Kelangsungan hidup atau Survival Rate (SR) anakan A.

fuciphagus berdasarkan frekuensi pemberian telur O. smaragdina

pada akhir penelitian ……………………………………………..

Kualitas Media Pemeliharaan Anakan A. fuciphagus Berdasarkan

Pemberian Telur O. smaragdina …………………………………….

28

31

37

39

46

Page 12: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.

Gambar 2.

Gambar 3.

Skema Kerangka Pemikiran .....................................................

Rata-rata berat badan anakan A. fuciphagus setiap 7 hari

pengamatan berdasarkan frekuensi pemberian telur O.

smaragdina ...............................................................................

Grafik rata-rata kelangsungan hidup anakan A. fuciphagus

setiap 7 hari pengamatan setelah berdasarkan frekuensi

pemberian telur O. smaragdina .............................................

16

32

40

Page 13: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1.

Lampiran 2.

Lampiran 3.

Lampiran 4.

Lampiran 5.

Lampiran 6.

Lampiran 7.

.

Analisis Pertambahan Berat badan Anakan A. fuciphagus

dengan pakan larva O. smaragdina ………………………….

Analisis Kelangsungan Hidup Anakan A. fuciphagus dengan

Pakan Larva O. smaragdina …………………………………

Analisis Pertambahan Berat Badan pada Anakan

A. fuciphagus dengan Pakan Telur O. smaragdina ………….

Analisis Kelangsungan Hidup Anakan A. fuciphagus dengan

pakan telur O. smaragdina …………………………………...

Analisis Pertambahan Berat Badan Anakan A. fuciphagus

berdasarkan Kelompok Pakan yang diberikan ……………….

Analisis Kelangsungan Hidup Anakan A. fuciphagus

berdasarkan Kelompok Pakan yang diberikan ……………….

Data Kuantitatif ………………………………………………

53

54

55

56

57

58

59

Page 14: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Burung Walet merupakan burung spesies Aerodramus yang

menghasilkan sarang dari campuran air liur. Sarang Walet menjadi

komoditas penting dan harganya mencapai jutaan rupiah per kilogram.

Indonesia adalah negara produsen sarang Burung Walet terbesar di dunia.

Mayoritas sarang Burung Walet asal Indonesia berasal dari panen gua dan

panen rumahan (Mardiastuti, 1997).

Burung Walet merupakan burung liar, dan selama ini telah dilakukan

metode pemikatan Burung Walet untuk dikembangbiakkan. Selain itu, saat

ini telah dikembangkan pula sistem beternak Burung Walet yaitu

menangkarkan dari anakan sampai menjadi Burung Walet dewasa yang

kawin dan membuat sarang. Salah satu kendala yang dialami peternak

Burung Walet adalah tingginya tingkat kematian dan pertumbuhan yang

relatif lambat pada anakan umur 1-21 hari. Tingginya tingkat kematian dan

pertumbuhan yang lambat pada fase ini karena burung mengalami kelaparan

yang kemungkinan disebabkan belum diketahui tentang kualitas pakan

yaitu telur semut rang-rang (Oecophyla smaragdina) dan pola pemberian

pakan yang tepat seperti saat anakan diasuh oleh induknya (Marzuki, 1997)

Dalam beternak Walet pakan memegang peranan yang sangat

penting. Pakan dibutuhkan untuk kelangsungan hidup, membentuk sel-sel

Page 15: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

baru, mengganti bagian tubuh yang rusak, pertumbuhan, dan reproduksi

(Marzuki, 1997). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan komposisi

tubuh menurut Williams (1998) adalah pakan, genotip, jenis kelamin, dan

hormon. Pakan merupakan sumber nutrisi bagi kehidupan dan pertumbuhan.

Kualitas pakan terutama ditentukan oleh kandungan kalori dan protein, bila

kandungan kalori dan protein dalam pakan kurang mencukupi maka

masukan senyawa tersebut pada burung akan rendah sehingga pertumbuhan

menjadi lambat, daya tahan tubuh rendah sehingga burung menjadi rentan

penyakit (Bairlein, 1996).

Pakan yang semula digunakan pada ternak Burung Walet Sarang

Putih (Aerodramus fuciphagus) adalah campuran telur dan larva O.

smaragdina. Kandungan nutrisi larva O. smaragdina telah diketahui dapat

memenuhi kebutuhan nutrisi pada pertumbuhan anakan A. fuciphagus.

Tetapi pemberian campuran pakan tersebut menyebabkan beberapa anakan

A. fuciphagus mengalami diare. kondisi ini kemungkinan disebabkan

kandungan kitin pada larva O. smaragdina yang sulit dicerna oleh anakan A.

fuciphagus, sehingga saat ini pakan yang digunakan peternak A. fuciphagus

adalah O. smaragdina walaupun kandungan nutrisinya belum diketahui

(Marzuki, 1997).

Selain kualitas pakan, frekuensi pemberian pakan yang tepat dapat

meningkatkan konsumsi pakan maupun zat makanan, serta dapat

meningkatkan daya cernanya sehingga produktifitas meningkat.

Page 16: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Pemanfaatan suatu bahan pakan dapat ditingkatkan dengan pengaturan

pemberian pakan yang optimal (Siregar, 1994). Menurut Schneider dan

William (1975) penentuan waktu pemberian pakan harus cermat dilakukan

dengan mengamati kebiasaan burung sehari-hari terutama perilaku induk

pada saat memberi makan anakan A. fuciphagus. Dengan latar

belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai kandungan nutrisi

O. smaragdina dan frekuensi pemberian pakan yang tepat untuk dapat

meningkatkan pertumbuhan, kecepatan pertumbuhan bulu, dan menurunkan

angka kematian pada anakan A. fuciphagus.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat dibuat suatu rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Berapakah kadar karbohidrat, protein, dan lipid pada telur O.

smaragdina?

2. Bagaimana pengaruh frekuensi pemberian telur O. smaragdina

terhadap pertumbuhan, kelangsungan hidup, dan kecepatan

pertumbuhan bulu anakan A. fuciphagus?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Page 17: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

1. Mengetahui pengaruh frekuensi pemberian telur O. smaragdina

terhadap pertumbuhan, kelangsungan hidup, dan kecepatan

pertumbuhan anakan A. fuciphagus.

2. Mengetahui kadar karbohidrat, protein, dan lipid pada telur O.

Smaragdina.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam

teknik pemberian pakan pada pemeliharan anakan A. fuciphagus.

Page 18: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Klasifikasi dan Morfologi Walet Sarang Putih (Aerodramus

fuciphagus)

Kingdom : Animalia

Phyllum : Cordata

Class : Aves

Ordo : Apodiformes

Famili : Apodidae

Marga : Aerodramus

Species : Aerodramus fuciphagus

(MacKinnon, 1990)

A. fuciphagus berukuran sedang, berwarna coklat kehitam-

hitaman. Tubuh bagian atas coklat kehitaman dengan tungging abu-abu

pucat atau coklat, ekornya sedikit menggarpu, tubuh bagian bawah

coklat. Iris coklat gelap, paruh berwarna hitam, kaki berwarna hitam.

Sarang A. fuciphagus dibuat pada celah-celah batu karang pantai

atau dalam gua kapur yang dalam. Seluruh sarangnya terbuat dari ludah

yang mengeras dan sangat berharga sebagai “sarang burung putih”.

Bertelur dua butir yang berbentuk memanjang dengan cangkang

berwarna putih. Bersarang secara musiman. A. Fuciphagus merupakan

5

Page 19: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

burung liar yang memiliki ekholokasi atau kemampuan melokasikan

gema di kegelapan gua dengan suara panggilan gemerincing yang keras

(MacKinnon, 1990).

2. Habitat dan Penyebaran A. fuciphagus

A. Fuciphagus adalah burung aerial, sepanjang hari terbang tanpa

istirahat di udara sambil mencari makan berupa serangga terbang. Burung

ini mencari makanan di beberapa tipe habitat yaitu hutan, sawah, tegal,

sungai, dan rawa (Marzuki, 1997; Chasanatun, 1998). Tempat beristirahat

(pada malam hari) dan berbiak A. Fuciphagus adalah di gua-gua atau di

celah-celah batu. Selain itu, A. Fuciphagus juga menggunakan atap

rumah untuk beristirahat dan berbiak. Adaptasi baru ini mendorong orang

untuk mengembangkan budidaya rumah Walet (MacKinnon, 1990).

Penyebarannya di alam meliputi Filipina, Kalimantan, Sumatera, Jawa,

dan Bali (MacKinnon, 1990).

Beberapa faktor abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anakan A. Fuciphagus adalah temperatur dan kelembaban

udara. Sesuai habitat aslinya yang berada di dalam gua, Burung Walet

membutuhkan suhu ruang antara 27-30o C, kelembabannya antara

85-95% dan intensitas cahaya 0.6 lux (Marzuki, 1997). Tetapi

anakan pada fase starter belum memiliki bulu untuk menjaga suhu

tubuhnya sehingga anakan membutuhkan suhu lebih tinggi yaitu 31-34o

C dan kelembaban 70% (Nugroho dkk, 1996).

Page 20: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Menurut Marzuki (1997) kotoran burung yang ada di dalam

sarang akan mengeluarkan gas-gas yang berbahaya terutama bagi anakan

burung yaitu CO2 dan amonia. Sedangkan jenis predator yang sering

memangsa dan menganggu pertumbuhan anakan A. Fuciphagus adalah

semut dan tikus.

Dalam ekosistem gua A. Fuciphagus juga memiliki peranan

penting. Bersama dengan kelelawar, Burung Walet merupakan pemasok

utama energi dan materi bagi ekosistem gua. Kotoran Walet dan

kelelawar yang menjadi guano atau tubuh Burung Walet dan kelelawar

yang mati merupakan sumber makanan bagi komunitas biota gua

(MacKinnon, 1996).

3. Sistem Pencernaan A. fuciphagus

Pada mulut terdapat paruh yang sangat kuat dan berfungsi untuk

mengambil makanan. Makanan yang diambil oleh paruh kemudian masuk

kedalam rongga mulut lalu menuju esofagus. Bagian bawah esofagus

membesar berupa kantong yang disebut tembolok, kemudian masuk ke

lambung kelenjar. Disebut lambung kelenjar (proventrikulus) karena

dindingnya mengandung kelenjar yang menghasilkan getah lambung yang

berfungsi untuk mencerna makanan secara kimiawi. Selanjutnya makanan

masuk menuju lambung pengunyah yang disebut lambung pengunyah

karena dindingnya mengandung otot-otot kuat yang berguna untuk

menghancurkan makanan, dan masuk menuju usus halus (Yeh, 2005)

Page 21: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Enzim yang dihasilkan oleh pankreas dan empedu dialirkan kedalam

usus halus. Hasil pencernaan berupa sari-sari makanan diserap oleh kapiler

darah pada dinding usus halus. Burung mempunyai dua usus buntu yang

terletak antara lambung dan usus. Usus buntu berguna untuk memperluas

daerah penyerapan sari makanan. Sisa makanan didorong ke usus besar

kemudian ke dalam poros usus (rektum) dan akhirnya dikeluarkan melalui

kloaka ( Pearce, 2006)

Burung Walet adalah pemakan serangga primer. Jenis serangga

yang menjadi makanan utamanya adalah serangga terbang. Berdasarkan

penelitian dengan analisis isi lambung burung, Prawiradilaga (1990)

mendapati 37 marga dari 10 bangsa serangga yang menjadi makanan

Burung Walet. Urutan dominasi bangsa serangga tersebut adalah Burung

Walet adalah Hymenoptera (40%), Ephemerptera (26,4%), dan

Homoptera (15,4%).

Burung pemakan serangga juga mengontrol jumlah serangga atau

hama di alam ataupun di ekosistem pertanian agar tetap stabil. Dari

kajian Prawiladilaga (1990), 72,5% marga serangga makanan burung

pemakan serangga-termasuk Burung Walet adalah serangga hama. Balen

(1989) memperkirakan tiap harinya satu ekor Burung Walet

mengkonsumsi 22 individu serangga.

Page 22: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

4. Pertumbuhan A. fuciphagus

Pertumbuhan merupakan proses pertambahan berat badan, proses

pematangan alat reproduksi, proses pertumbuhan bulu (Rasyaf, 1993)

perubahan bentuk, komposisi tubuh seperti otot, tulang, dan organ serta

komponen kimia terutama lemak, air, dan protein. (Soeparno,1992).

Faktor yang mempengaruhi kondisi tubuh menurut Williams (1982)

adalah pakan, genotip, dan jenis kelamin. Untuk mencapai pertumbuhan

yang optimal harus mempunyai kualitas dan kuantitas pakan yang sesuai

dengan kebutuhan pada setiap periode hidup burung.

Periode Pertumbuhan pada burung dibagi menjadi 3 fase yaitu

fase starter (0-3 minggu), fase grower (3-6 minggu), dan fase layer (lebih

dari 6 minggu). Pada fase starter kebutuhan energi dan protein lebih

tinggi daripada fase layer, karena pada fase starter burung menggunakan

kalori dan protein untuk pertumbuhan dan aktifitas (Johnston, 1993),

maka burung memerlukan pakan kurang lebih 30% dari total berat badan

(Marzuki, 1997).

5. Pakan

Pakan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat dimakan,

dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorbsi serta bermanfaat bagi

hewan yang dibudidayakan (Kamal, 1994). Pakan yang dikonsumsi

berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan ,

produksi dan penimbunan lemak (North, 1984)

Page 23: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Pakan alami terdiri atas organisme hidup yang diproduksi atau

dipelihara secara terpisah dalam unit produksi atau sengaja dikumpulkan

dari alam. Organisme pakan alami yang terdapat pada serangga

mengandung sejumlah unsur gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

dan kelangsungan hidup seperti protein, mineral, vitamin, dan sumber

energi lain (Redford, 1984).

Protein hewani memiliki nilai lebih yaitu kandungan nutrisi yang

lebih lengkap seperti asam amino lisin dan metionin. Susunan asam

amino bahan pakan hewani sangat mirip dengan asam amino tubuh

hewan, daya cerna tinggi, dan kaya mineral. Asam amino lisin dan

metionin tinggi diperlukan untuk pertumbuhan (Rohaeni, 2003).

Pada beberapa spesies burung pemakan serangga, induk burung

menggunakan larva serangga sebagai makanan anakan sejak menetas

sampai berumur 6 minggu (Landry, et al., 1986). Larva serangga

merupakan salah satu jenis pakan yang memiliki kandungan nutrisi

lengkap yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan burung muda.

Keseimbangan asam amino larva serangga hampir sama dengan

vertebrata dan lebih baik daripada protein nabati( Robel, et al., 1995).

Kandungan nutrisi larva serangga per 100 gram adalah energi

141,3 kkal, air 67,2 %, protein 57,7 %, dan karbohidrat 2,3 %, lemak

13,4 % (Morton, 1973). Larva serangga juga mengandung komponen

kitin. Aspek yang paling dominan pada serangga yang memiliki efek

Page 24: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

negatif pada pencernaan burung adalah kitin (Speakman, 1997). Kitin

relatif tidak dapat dicerna dan dapat menghambat akses enzim

pencernaan untuk lemak dan protein (Bryant dan Bryant, 2000). Efisiensi

pada pencernaan tanpa kitin sangat tinggi, koefisien energi

metabolismenya bisa mencapai 100% sedangkan pencernaan larva

serangga yang mengandung kitin hanya 50-80% (Karasov, 2001). Pada

beberapa spesies burung pemakan serangga, induk burung selalu

membuang bagian serangga yang mengandung kitin sebelum

memberikannya pada anakan burung (Kaspari, 2000).

Berbeda dengan burung dewasa, anakan burung membutuhkan

makanan yang tinggi protein. Protein sangat penting untuk pertumbuhan,

penelitian pada anakan beberapa burung pemakan serangga menyebutkan

pakan yang mengandung 13,5% protein meningkatkan berat badan hanya

60 % dalam 4 hari, sedangkan pakan dengan kandungan protein 51,8 %

meningkatkan berat badan 93% (Street dan MacDonald, 1977). Menurut

Wahju (1997) dalam penggunaan beberapa macam protein yang terdapat

dalam bahan-bahan pakan perlu diperhatikan untuk mencapai hasil

terbaik dalam setiap perkembangan, pertumbuhan, dan produksi.

Ketersediaan pakan berpengaruh terhadap pertumbuhan.

Pertumbuhan yang maksimal dapat dicapai jika ketersediaan pakan baik

kualitas maupun kuantitas adalah cukup. Perbedaan spesies dan ukuran

Page 25: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

serta adanya keanekaragaman kondisi lingkungan dalam budidaya

memerlukan teknik pemberian pakan yang berbeda (NRC, 1994).

6. Frekuensi Pemberian Pakan

Frekuensi pemberian pakan adalah kekerapan waktu pemberian

pakan dalam sehari. Pada hampir semua jenis burung, frekuensi

pemberian pakan meningkat pada saat anakan mulai memasuki fase

grower karena anakan mengalami masa transisi yaitu saat anakan burung

tidak lagi dierami induknya. Peningkatan frekuensi pemberian pakan

berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi pada anakan seiring

pertambahan usia (O’Connor, 1985) dan nafsu makan yang meningkat

akibat penurunan suhu tubuh anakan saat tidak lagi dierami induknya

(Taylor dan Kamp, 2002). Pada burung-burung tropis waktu pemberian

pakan oleh induk pada anakan yang sudah tidak dierami lagi adalah

setiap 169 menit (O’Connor, 1985).

Faktor lain yang menyebabkan peningkatan frekuensi pemberian

pakan adalah ukuran lambung yang lebih kecil daripada burung dewasa

sedangkan anakan burung mempunyai tingkat metabolisme lebih tinggi

daripada burung dewasa sehingga anakan membutuhkan persentasi pakan

yang lebih banyak. Maka untuk memenuhi kebutukan energi dan protein

anakan perlu masukan kalori dan protein dalam pakan secara kontinyu

(Nir, et al., 1978).

Page 26: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Pemberian pakan pada waktu yang tepat dan teratur berkaitan erat

dengan proses sekresi enzim pencernaan yang mendapat rangsangan

berupa pakan dalam saluran pencernaan, proses tersebut terjadi secara

kontinyu (Ganong, 2002 dan Nir, et al., 1978).

Frekuensi pemberian pakan erat kaitannya dengan frekuensi lapar.

Kekerapan frekuensi pemberian pakan ini sengaja diatur untuk memacu

pertumbuhan dengan anggapan pemberian pakan sedikit demi sedikit

namun dengan frekuensi lebih sering, anakan tidak akan lekas kenyang

dan nafsu makan tetap terjaga (Nir, et al., 1978).

7. Mortalitas

Mortalitas atau kelangsunganhidup adalah peluang hidup pada

periode tertentu. Tingkat kematian pada suatu populasi dipengaruhi oleh

faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar meliputi kondisi lingkungan

abiotik, kompetisi antar spesies, pemangsa dan kekurangan pakan. Faktor

dalam meliputi umur dan kemampuan untuk mencerna makanan

(Klasing, 1998).

Variasi mortalitas pada anakan burung berbeda pada tiap spesies.

Predasi merupakan penyebab utama tingkat kematian pada anakan

maupun telur burung. Selain karena predasi, tingkat mortalitas pada

anakan juga banyak disebabkan oleh kelaparan dan iklim. Anakan belum

memiki bulu sehingga membutuhkan suhu lebih tinggi daripada burung

dewasa untuk menjaga suhu tubuhnya. Pengeraman dilakukan oleh induk

Page 27: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

agar suhu tubuh anakan tetap hangat dan menghindari resiko hypothermia

yang bisa mengakibatkan kematian (O’Connor, 1985).

Menurut Lack (1968) bahwa kematian dan suplai makanan adalah

faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan pada burung. Angka

kematian yang disebabkan predator dapat dikurangi dengan

memperpendek periode bersarang pada anakan burung, karena pada saat

burung belum bisa terbang maka predator akan sangat mudah memangsa

anakan burung. Untuk itu anakan memerlukan energi besar untuk tumbuh

yang didapatkan dengan peningkatan suplai pakan dari induk. Laju

pertumbuhan pada anakan burung dapat dioptimalkan dengan mengetahui

pola mortalitas pada setiap spesies burung.

B. Kerangka pemikiran

Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian Pengaruh

Frekuensi Pemberian Pakan terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan

Hidup Anakan Burung Walet Sarang Putih (Aerodramus fuciphagus) adalah

sebagai berikut:

Frekuensi pemberian pakan erat kaitannya dengan frekuensi lapar.

Kekerapan frekuensi pemberian pakan diatur untuk memacu pertumbuhan

dengan anggapan pemberian pakan sedikit demi sedikit namun dengan

frekuensi lebih sering, anakan tidak akan lekas kenyang dan nafsu makan

tetap terjaga (Nir et al, 1978). Asupan makanan yang kontinyu menjaga

masukan kalori dan protein pada burung terpenuhi sehingga pertumbuhan

Page 28: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

menjadi optimal, kecepatan pertumbuhan bulu meningkat, serta daya tahan

tubuh meningkat sehingga burung menjadi tahan terhadap penyakit.

Pemberian pakan pada waktu yang tepat dan teratur juga berkaitan

erat dengan proses sekresi enzim pencernaan yang mendapat rangsangan

berupa pakan dalam saluran pencernaan secara kontinyu. Sekresi enzim

dalam saluran pencernaan yang teratur akan mengurangi gangguan

pencernaan yang sering terjadi pada saat anakan Burung Walet berada

dalam fase starter (Ganong, 2002 dan Nir, et al., 1978) sehingga tingkat

mortalitas yang tinggi pada fase tersebut menurun. Kerangka pemikiran

secara skematis tersaji pada Gambar 1.

Page 29: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Frekuensi pemberian pakan

Kelompok 3 Kelompok 2

Kelompok 1

Pemberian pakan

3 kali perhari

Pemberian pakan

5 kali perhari

Pemberian pakan

7 kali perhari

Evaluasi

Pertambahan berat badan Mortalitas

Anakan Burung Walet Sarang Putih

(Aerodramus fuciphagus)

Kemungkinan terjadi penambahan berat badan,peningkatan

kecepatan pertumbuhan bulu, dan penurunan tingkat mortalitas

pada frekuensi pemberian pakan tinggi

Telur Semut Rang-rang

Komposisi Karbohidrat, Protein, dan Lemak

Peningkatan kecepatan pertumbuhan bulu

Page 30: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

C. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

1. Pemberian pakan dengan frekuensi tinggi meningkatkan laju

pertumbuhan anakan Burung Walet Sarang Putih

(Aerodramus fuciphagus)

2. Pemberian pakan dengan frekuensi tinggi menurunkan tingkat

mortalitas anakan Burung Walet Sarang Putih (Aerodramus

fuciphagus)

3. Pemberian pakan dengan frekuensi tinggi meningkatkan kecepatan

pertumbuhan bulu anakan Burung Walet Sarang Putih

(Aerodramus fuciphagus)

4. Komposisi kimiawi dari telur Semut Rang-rang (Oecophyla

smaragdina) dapat memacu laju pertumbuhan dan menurunkan

tingkat mortalitas anakan Burung Walet Sarang Putih (Aerodramus

fuciphagus)

Page 31: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

BAB III

METODE PENELITIAN

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2008. Pelaksanaan

terhadap hewan uji dilakukan di Sub. Lab. Biologi Laboratorium Pusat

MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. Analisis proksimat pakan

dilaksanakan di Laboratorium Kimia, Pusat Studi Pangan dan Gizi PAU

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan adalah inkubator untuk pemeliharaan anakan

Burung Walet Sarang Putih (Aerodramus fuciphagus), pinset untuk

pemberian pakan, timbangan analitik, hygro-thermometer untuk mengukur

suhu dan kelembaban udara di dalam inkubator, lux meter untuk mengukur

intensitas cahaya pada inkubator, oven, tanur pengabuan, bunsen, desikator,

cawan petri, kertas saring, alat extraksi soxhlet, labu kjeldahl, alat destilasi,

autoklaf, gelas ukur, gelas beker, erlenmeyer, hot plate.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan, antara lain : Anakan A. fuciphagus

sebanyak 30 ekor dengan umur 1 hari dan berat badan rata-rata 1,6 gr

diperoleh dari pengumpul telur dan anakan A. fuciphagus di Bangil Jawa

16

17

Page 32: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Timur, telur semut rang-rang (Oecophyla smaragdina), aquades, HCL,

dietileter, H2SO4, K2SO4 anhidrat, asam borat, merkuri oksida (HgO), metal

biru, metal merah.

C. Cara Kerja

1. Rancangan percobaan

Dosis pemberian pakan pada anakan Burung Walet Sarang Putih

mengacu Biro Penelitian dan Rehabilitasi Sarang Burung (1997) adalah

30% dari berat badan. Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan

acak lengkap (RAL) dengan 3 macam perlakuan dan 10 ulangan pada

masing-masing perlakuan. Hewan uji dibagi menjadi 3 kelompok dengan

perincian sebagai berikut:

Perlakuan 1 : pakan 30% dari berat badan diberikan 3 kali sehari, yaitu

pukul 07.00 WIB, 12.00 WIB, 19.00 WIB.

Perlakuan 2 : pakan 30% dari berat badan diberikan 5 kali sehari, yaitu

pukul 07.00 WIB, 11.00 WIB, 12.00 WIB, 15.00 WIB,

19.00 WIB

Perlakuan 3 : pakan 30% dari berat badan diberikan 7 kali perhari, yaitu

pukul 07.00 WIB, 09.00 WIB, 11.00 WIB, 13.00 WIB,

15.00 WIB, 17.00 WIB, 19.00 WIB.

Perlakuan diberikan selama 21 hari pada anakan umur 1 hari.

Perubahan jumlah pakan dilakukan pada hari ke-7, hari ke-14, dan hari ke-

Page 33: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

21 setelah selesai penimbangan hewan uji dengan dosis 30% dari berat

badan.

2. Tahap Persiapan

Pembersihan tempat kerja dan inkubator dengan disinfektan agar

bebas hama dan penyakit. Anakan A. fuciphagus ditimbang terlebih dahulu

dan diletakkan pada inkubator dengan kondisi terkontrol.

3. Pengukuran Berat Tubuh

Pengukuran berat tubuh anakan A. fuciphagus dilakukan pada hari

ke-1, hari ke-7, hari ke-14, dan hari ke-21. Pengukuran dilakukan dengan

menimbang anakan A. fuciphagus dengan timbangan analitik.

4. Pengamatan Kualitas Inkubator

Untuk mengetahui kelayakan inkubator bagi kelangsungan hidup

anakan Walet maka dilakukan pengamatan terhadap suhu dan kelembaban

setiap hari menggunakan alat hygro-thermometer, intensitas cahaya

menggunakan alat lux meter, serta sterilitas terhadap hama dan predator.

5. Perhitungan Pertumbuhan Berat A. fuciphagus

Pengukuran berat tubuh rata-rata anakan A. fuciphagus diukur pada

awal dan akhir penelitian, berdasarkan rumus menurut Weatherley (1972):

∆W = Wt – Wo

∆W : pertumbuhan berat tubuh anakan Walet (gr) Wt : berat tubuh rata-rata pada akhir penelitian (gr) Wo : berat tubuh rata-rata pada awal penelitian (gr)

Page 34: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

6. Perhitungan Kecepatan Pertumbuhan Bulu A. fuciphagus

Pengukuran kecepatan pertumbuhan bulu dilakukan dengan

mengamati dan menetapkan waktu perubahan warna kulit anakan A.

fuciphagus menjadi kehitaman sebagai ciri-ciri pertumbuhan bulu (Marzuki,

1997)

7. Penghitungan Kelangsungan Hidup A. fuciphagus

Penghitungan kelangsungan hidup anakan A. fuciphagus ada

masing-masing perlakuan dengan menghitung jumlah anakan A. fuciphagus

yang hidup pada awal sampai akhir penelitian dengan rumus menurut

Effendie (1979).

%100xN

NSR

o

t=

SR : tingkat kelangsungan hidup (%) Nt : jumlah anakan Walet yang hidup rata-rata pada akhir penelitian (ekor) No : jumlah anakan Walet yang hidup rata-rata pada awal penelitian (ekor)

8. Analisis Nutrisi

Sebelum dianalisis, terlebih dahulu dilakukan penyiapan bahan dasar

yaitu: Telur O. smaragdina segar memiliki kadar air 60-70% sehingga

perlu diturunkan kadar airnya dengan dilakukan pengepresan. Telur O.

smaragdina tersebut kemudian ditimbang seberat 20 gr dan disterilkan pada

suhu 121oC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit. Sampel telur O.

smaragdina dianalisis nutrisinya dengan metode analisis proksimat, yaitu:

a. Kadar Air

Page 35: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Menggunakan metode pemanasan. Sampel ditimbang sekitar 2

gram kemudian sampel dimasukkan dalam cawan yang sudah dikatahui

beratnya. Cawan yang berisi sampel dimasukkan dalam oven dan

dikeringkan pada suhu 100-105oC selama sekitar 3 jam. Setelah itu

didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Cawan yang berisi

sampel dimasukkan lagi dalam oven 100-105oC selam 1 jam kemudian

didinginkan dalam desikator dan ditimbang lagi. Langkah tersebut

dilakukan berulang-ulang sehingga dicapai berat yang tetap (Sudarmaji

dkk, 1997). Perhitungannya:

%100)100/(12

32 ´--

=BBBB

ggAir

B1 = Berat cawan kosong B2 = Berat cawan dengan sampel sebelum dikeringkan B3 = Berat cawan dengan sampel setelah dikeringkan (Sudarmaji dkk., 1997)

b. Abu

Dilakukan dengan menimbang abu hasil pembakaran. Sampel

ditimbang 2 gram dan dimasukkan dalam cawan kemudian dibakar

dengan api kecil diatas pembakar bunsen sampai tidak berasap lagi.

Cawan yang berisi sampel tersebut dimasukkan ke dalam tanur dan

diabukan pada suhu 500-550oC sampai sampel bebas dari karbon yang

berwarna keabu-abuan sampai putih kemudian didinginankan

dalam desikator dan ditimbang (Sudarmaji dkk., 1997).

Page 36: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Perhitungannya :

%100)100/(12

32 ´--

=BBBB

ggAir

B1 = Berat cawan kosong (gram) B2 = Berat cawan dengan sampel sebelum diabukan (gram)

B3 = Berat cawan dengan sampel setelah diabukan (gram) (Sudarmaji dkk., 1997).

c. Lemak

Menggunakan metode Soxhlet. Sampel ditimbang 2 gram dan

dimasukkan dalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan 30 ml HCL 8 N

dan 20 ml akuades. Erlenmeyer tersebut dipanaskan dengan hot plate

hingga isinya mendidih selama 15 menit (dihitung mulai saat mendidih)

kemudian disaring dalam keadaan panas dengan kertas saring basah.

Kertas saring dan residu dicuci dengan akuades sampai bebas dari

asam kemudian dikeringkan dengan oven 100-1050C. Residu

diekstrak dengan dietileter menggunakan alat ekstraksi soxhlet selama

2 jam. Ekstrak ditampung dalam labu yang telah diketahui berat

kosongnya. Dietileter diuapkan dengan destilasi pendingin balik. Labu

yang berisi lemak diangin-anginkan sampai bebas eter kemudian

dikeringkan dalam oven 100-105oC. labu yang berisi lemak

dimasukkan dalam oven lagi, didinginkan dan ditimbang lagi, langkah

ini dilakukan hingga tercapai berat yang tetap (Sudarmaji dkk., 1997).

Page 37: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Perhitungannya:

%100)100/(0

12 ´-

=B

BBgglemakKadar

B1 = Berat sample (gram) B2 = Berat cawan dengan sampel sebelum diabukan (gram) B3 = Berat cawan dengan sampel setelah diabukan (gram) (Sudarmaji dkk., 1997).

d. Protein

Manggunakan metode Kjedahl. Sampel ditimbang 2 gram dan

dimasukkan dalam labu Kjedahl kemudian ditambah 20 ml H2SO4

pekat, 0,7 gHgO, dan 10 g K2SO4. Sampel didestruksi dalam ruang asam

dengan panas dan beberapa tetes sampai tak berasap lagi. Destruksi

diteruskan dengan panas lebih tinggi hingga cairan menjadi jernih dan

didinginkan. Destruat dilarutkan dengan 50 ml akuades dan

dipindahkan secara kuantitatif ke dalam alat destilasi. Alat destilasi

dihubungkan dengan penampung Erlenmeyer yang berisi 50 ml asam

borat 3% dan beberapa tetes indicator (campuran metil biru dan metil

merah dengan perbandingan 1:2) kemudian didihkan selama 15 menit.

setelah mendidih ditambahkan NAOH berlebih (perubahan warna

jernih menjadi coklat). Destilasi dilakukan sampai volume destilat

dalam penampung mencapai sekitar 200 ml. destilat ditritasi dengan

HCL 0,1 N. Blanko dikerjakan dengan akuades sebagai pengganti

sampel (Sudarmaji dkk., 1997).

Page 38: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Perhitungannya :

%100)(

)100/( 21 ´-

=B

VVggnitrogenKadar

V1 = Banyaknya ml HCL yang digunakan pada sampel V2 = Banyaknya ml HCL yang digunakan dalam blanko B = Berat sampel

Kadar protein (g/100g) = N x Faktor konversi

N = Kadar nitrogen

Untuk sampel yang belum diketahui nilai factor konversinya,

gunakan 6,25 sebelum memperoleh nilai yang sebenarnya (Sudarmaji

dkk., 1997).

e. Karbohidrat

Menggunakan metode carbohydrat by different. Kadar

karbohidrat dapat diperoleh dari selisih perhitungan berat sampel

dikurangi berat air, abu, protein, dan lemak yang dinyatakan dalam

persen (Sudarmaji dkk., 1997).

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengamatan kelangsungan hidup dan pertumbuhan anakan A.

Fuciphagus dilakukan setiap hari, sedangkan pengukuran kelangsungan

hidup dan berat rata-rata untuk masing-masing perlakuan dilakukan pada

Page 39: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

awal dan akhir penelitian. Pengamatan kondisi inkubator yang berupa suhu,

kelembaban, hama, dan predator dilakukan setiap hari.

E. Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis

varians (ANAVA) untuk mengetahui nyata atau tidaknya pengaruh

perlakuan yang diberikan terhadap parameter yang diukur dalam penelitian

ini. Apabila diketahui adanya pengaruh yang berbeda nyata, maka

dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf

signifikan 5% untuk mengetahui tingkat perbedaan antar perlakuan,

sedangkan untuk data kualitas inkubator dibandingkan dengan rentang

optimumnya berdasarkan literatur.

Page 40: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Usaha budidaya A. fuciphagus secara intensif membutuhkan

kualitas, kuantitas, dan pola pemberian pakan yang tepat sesuai dengan

kebutuhan setiap periode hidup A. fuciphagus. Dalam mengambil makanan,

anakan A. fuciphagus umur 0- 7 hari tidak selektif karena anakan belum

dapat melihat sehingga akan memakan apa saja yang dimasukkan ke dalam

mulutnya. Akibatnya asupan gizi sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan

yang diberikan. Hal ini penting karena dapat mempengaruhi pertumbuhan

anakan A. fuciphagus.

Pakan yang digunakan dalam budidaya A. fuciphagus adalah telur

O. smaragdina. Pemberian telur O. smaragdina sebagai pakan pada

budidaya A. fuciphagus karena telur tersebut tidak mengandung kitin. Kitin

pada serangga memiliki efek negatif karena relatif tidak dapat dicerna dan

dapat menghambat suplai enzim pencernaan untuk lemak dan protein

(Bryant & Bryant, 2000), menurunkan kuantitas bakteri probiotik,

Bifidibacterium dan Lactobacillus dalam lambung (Tanaka, et al., 1997).

Efisiensi pada pencernaan tanpa kitin sangat tinggi, koefisien energi

metabolisme bisa mencapai 100%, sedangkan pencernaan larva serangga

yang mengandung kitin hanya 50-80% (Karasov, 2001).

Pada penelitian ini telur O. smaragdina diberikan 30 % dari berat

badan anakan A. fuciphagus dengan variasi frekuensi pemberian yaitu 3 kali

Page 41: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

per hari, 5 kali per hari, dan 7 kali per hari. Variasi frekuensi yang

digunakan mengacu pada frekuensi pemberian pakan induk burung tropis

liar pemakan serangga pada anakannya salah satunya adalah burung jalak

yaitu setiap 169 menit (O’Connor, 1985) atau kurang lebih setiap 3 jam

sekali. Aktivitas pemberian pakan oleh induk burung dimulai pada pagi

hingga petang hari (Klasing, 1997). Berdasarkan pertimbangan tersebut,

maka diharapkan dapat menghasilkan frekuensi yang ideal pada budidaya A.

fuciphagus.

Pakan yang akan digunakan selama penelitian diujikan terlebih

dahulu kualitasnya untuk mengetahui kandungan protein, karbohidrat,

lemak, abu, dan air. Kandungan komponen ini dapat dilihat dalam tabel 1

Tabel 1. Komposisi Senyawa Telur O. smaragdina dan Larva Semut serta Kebutuhan Senyawa Gizi Anakan Burung Pemakan Serangga

Komposisi

Nutrien

Telur O. smaragdina

(%)a

Larva O. smaragdina

(%)b

Kebutuhan Senyawa Gizi Anakan Burung Pemakan Serangga

(%)c

Protein

Lemak

Karbohidrat

Air

Abu

15,2

3,9

4,1

65,5

0,8

17,7

3,4

2,3

67,2

-

14,1

2,6

3,9

78

-

Keterangan a. Hasil analisis proksimat b. Redford (1984) c. Street dan Macdonald ( 1977)

Page 42: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Hasil analisis proksimat pakan yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu telur O. smaragdina mempunyai kandungan protein dan air lebih

rendah daripada pakan berupa larva serangga, sedangkan kadar lemak dan

karbohidrat pada telur O. smaragdina lebih tinggi daripada pada larva

semut. Kandungan nutrisi larva semut menurut Redford (1984), adalah

protein 17,7%, karbohidrat 2,3%, lemak 3,4%, dan air 67,2%. Saat ini

belum ada data yang jelas mengenai kebutuhan nutrisi pakan yang ideal

bagi anakan A. fuciphagus, maka pada penelitian ini menggunakan data

penelitian pada tiga jenis burung pemakan serangga yang dinyatakan oleh

Street dan Macdonald (1977) sebagai dasar pembanding, mengingat A.

fuciphagus termasuk burung pemakan serangga. Kebutuhan nutrisi pada

anakan burung pemakan serangga meliputi protein 14,15%, karbohidrat

3,9%, lemak 2,6%, dan air 78%, sesuai dengan pernyataan tersebut, maka

kandungan nutrisi pakan ini dari hasil analisis proksimatnya dapat

dinyatakan sudah dapat memenuhi kebutuhan nutrisi anakan A. fuciphagus.

Molekul yang paling penting dalam tubuh suatu organisme adalah

protein karena menurut Lehninger (1982) protein merupakan makromolekul

penyusun protoplasma aktif dalam semua sel hidup. Adapun fungsi-fungsi

protein antara lain sebagai pembentuk hormon, enzim, antibodi,

memperbaiki jaringan rusak, dan membentuk jaringan baru (Tacon, 1987).

Kadar protein pakan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan

dan kelangsungan hidup anakan burung (Beckerton, et al.,2002; Cole, et

Page 43: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

al., 1992). Kualitas protein ditentukan oleh jumlah dan susunan asam

aminonya (Hiromoto, et al., 2000). Namun dalam prakteknya, suatu

organisme tidak hanya membutuhkan protein dalam mendukung kehidupan,

tetapi juga membutuhkan nutrisi lain seperti karbohidrat, lemak, vitamin,

dan mineral dalam jumlah cukup yang masing-masing fungsinya saling

berkesinambungan dalam mendukung kehidupan organisme tersebut

(Cilleirs dan Hayes, 2000).

Selain kualitas pakan, frekuensi pemberian pakan yang tepat dapat

meningkatkan konsumsi pakan maupun zat makanan serta dapat

meningkatkan daya cernanya sehingga produktivitas meningkat.

Pemanfaatan suatu bahan pakan dapat ditingkatkan dengan pengaturan

pemberian pakan yang optimal (Siregar, 1985). Frekuensi pemberian pakan

juga berkaitan dengan frekuensi lapar. Kekerapan frekuensi pemberian

pakan diatur untuk memacu pertumbuhan dengan anggapan pemberian

pakan sedikit demi sedikit namun dengan frekuensi lebih sering,

mengakibatkan anakan A. fuciphagus tidak lekas kenyang dan nafsu makan

tetap terjaga (Nir et al., 1978), juga berkaitan dengan proses sekresi enzim

pencernaan yang mendapat rangsangan berupa pakan dalam saluran

pencernaan secara kontinyu. Adanya makanan dalam mulut secara refleks

merangsang sekresi lambung. Sekresi enzim dalam saluran pencernaan yang

teratur akan mengurangi gangguan pencernaan yang sering terjadi pada saat

anakan berada dalam fase starter (Ganong, 2002 dan Nir et al., 1978).

Page 44: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Asupan makanan yang kontinyu menjaga masukan kalori dan

protein pada anakan A. fuciphagus terpenuhi sehingga pertumbuhan menjadi

optimal, kecepatan pertumbuhan bulu meningkat, serta daya tahan tubuh

meningkat, sehingga anakan A. fuciphagus menjadi tahan terhadap penyakit

sehingga angka kelangsungan hidup pada fase tersebut meningkat.

A. Pertumbuhan Anakan A. fuciphagus

Berdasarkan hasil penelitian selama 21 hari dapat diperoleh

gambaran mengenai pertumbuhan berat, pertumbuhan bulu, kelangsungan

hidup anakan A. fuciphagus. Parameter tersebut didukung dengan hasil

analisis kualitas media pemeliharaan.

Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran, panjang, maupun

berat (Kimball, 1994), proses pematangan alat reproduksi dan proses

pertumbuhan bulu (Rasyaf, 1993). Dalam penelitian ini, parameter yang

digunakan untuk menjelaskan data pertumbuhan adalah pertambahan berat

dan pertumbuhan bulu.

Tabel 2. Pertambahan Berat Badan Anakan A. fuciphagus Berdasarkan Frekuensi Pemberian Telur O. smaragdina

Jenis Pakan Frekuensi Pemberian

Pakan

Pertambahan Berat Badan ±

SD (gram)

Rata-rata Pertambahan

Berat Badan ± SD (gram)

Telur O. smaragdina

3 kali 10,76 ±0,58a 12,35±1,45a 5 kali 12,20±0,23b

7 kali 14,09±0,20c Larva

O. smaragdina 3 kali 8,70±0,48d

10,13±1,36b 5 kali 9,90±0,30e 7 kali 11,78±0,43f

Page 45: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Keterangan : angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya beda nyata (P<0,05) antara perlakuan. SD : Standar Deviasi Gambar 2. Rata-rata berat badan anakan A. fuciphagus setiap 7 hari pengamatan berdasarkan frekuensi pemberian telur O. smaragdina.

Gambar 2 menyajikan data pertumbuhan anakan A. fuciphagus

dalam penelitian yaitu berat individu pada tiap perlakuan. Hasil analisis

sidik ragam dari data hasil pengamatan pertumbuhan anakan A. fuciphagus

menunjukkan adanya pengaruh yang nyata dari perlakuan frekuensi

pemberian telur O. smaragdina setelah 21 hari pemeliharaan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa berat individu anakan A. fuciphagus

tertinggi dicapai pada pemberian pakan 7 kali per hari dan terendah pada

pemberian pakan 3 kali per hari.

Pada tabel 2 terlihat bahwa dari pemberian telur O. smaragdina 7

kali sehari diperoleh pertambahan berat tubuh rata-rata sebesar 14,09 gram

dan dari hasil uji DMRT 5%. Perlakuan tersebut berbeda nyata (P<0.05)

dengan frekuensi pemberian telur O. smaragdina 3 kali sehari yaitu 10,76

gram, dan frekuensi pemberian telur O. smaragdina 5 kali sehari sebesar

12,20 gram. Berbeda nyata (P<0.05) berarti frekuensi pemberian telur O.

smaragdina berpengaruh terhadap pertambahan berat badan A. fuciphagus

Hasil pengukuran berat tubuh rata-rata anakan A. fuciphagus tiap perlakuan

untuk setiap waktu pengamatan disajikan pada gambar 2.

Page 46: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Sebagai kontrol, pemberian larva O. smaragdina dengan frekuensi

3, 5, dan 7 kali per hari. Pada tabel 2 terlihat bahwa dari perlakuan

pemberian telur O. smaragdina diperoleh pertambahan berat badan rata-

rata sebesar 12,35 gram. Hasil uji DMRT 5% menunjukkan perlakuan

tersebut beda nyata (P<0,05) dengan perlakuan pemberian larva O.

smaragdina sebesar 10,13 gram. Dari analisis sidik ragam menunjukkan

bahwa perlakuan memperlihatkan beda nyata pada pemberian telur O.

smaragdina memperlihatkan respon pertumbuhan lebih baik daripada

pemberian larva O. smaragdina.

Larva serangga mengandung kitin yang dapat memberi efek negatif

antara lain mempengaruhi metabolisme protein dan lemak serta menurunkan

koefisien energi metabolisme. Dalam saluran pencernaan, kitin memiliki 2

mekanisme kerja. Pertama yaitu dapat mengikat asam lemak dan asam

empedu menjadi suatu komplek yang tidak dapat diserap tubuh dan

akhirnya terbuang bersama kotoran. Kedua, akan membungkus butiran

lemak yang telah bercampur dengan enzim lipase pankreas (Kurniastuti,

2007). Sifat kitin tidak bisa dicerna dan mempunyai daya pengikat lemak

yang tinggi sehingga mampu menghambat absorbsi lemak oleh tubuh

(Pavinatto, 2005). Ketika kitin terkena asam lambung, senyawa tersebut

akan berubah menjadi jeli. Lemak yang berasal dari asupan makanan yang

masuk, baik sesudah atau sebelum diemulsikan oleh getah lambung agar

dapat diabsorbsi oleh usus, akan bertemu dengan kitin. Kitin yang berubah

Page 47: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

menjadi jeli tersebut akan membungkus molekul lemak dari makanan

(Rismana, 2003). Sehingga asupan nutrisi yang diperlukan khususnya lemak

pada anakan A. fuciphagus yang diberi larva O. smaragdina akan berkurang,

karena tidak dapat diserap tubuh dan terbuang bersama kotoran.

Gambar 2 menunjukkan bahwa pertumbuhan anakan A. fuciphagus

pada fase starter berdasarkan pemberian telur O. smaragdina mulai terlihat

pada hari ke-7, pertumbuhan anakan A. fuciphagus mulai meningkat. Pada

pengamatan harian, dari hari ke-0 sampai hari ke-2 pertambahan berat

anakan A. fuciphagus pada semua perlakuan hampir sama. Pada tahap awal

anakan beberapa spesies burung pemakan serangga masih memiliki

cadangan makanan, akibatnya makanan yang diberikan belum banyak

berpengaruh pada pertumbuhan anakan (Konarzewski et al., 2003). Ketika

memasuki hari ke-3 sampai hari ke-7, anakan mulai bergantung pada

makanan yang diberikan. Oleh karena itu, setelah tujuh hari pengaruh pakan

yang diberikan pada anakan A. fuciphagus mulai terlihat. Seperti yang

ditunjukkan pada gambar 1, pertambahan berat anakan A. fuciphagus dari

setiap perlakuan mulai hari ke-7 cenderung meningkat. Hal ini disebabkan

A. fuciphagus masih dalam fase pertumbuhan pada saat dipelihara.

Pertumbuhan yang pesat ini disebabkan kandungan nutrisi yang terdapat

dalam telur O. smaragdina yang diberikan dapat digunakan secara efisien

untuk proses fisiologi tubuh anakan A. fuciphagus.

Page 48: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Burung pemakan serangga memiliki esofagus yang sempit, tetapi

memiliki lambung lebih luas yang diperlukan untuk menyediakan lebih

banyak pepsin dan HCL untuk mencerna protein (Wooleer et al., 1990),

mengingat telur ataupun larva O. smaragdina yang dikonsumsi oleh anakan

A. fuciphagus mengandung protein dengan presentase nutrisi tertinggi

dibanding nutrisi lain di dalamnya. Selain itu, protein juga sangat penting

bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup anakan A. fuchiphagus.

Menurut Barton dan Houston (1993), tingkat konsumsi pakan

dipengaruhi oleh kecepatan pakan meninggalkan saluran pencernaan.

Anakan A. fuciphagus mempunyai kapasitas lambung yang terbatas

dibandingkan burung dewasa. Saat pemberian pakan pada pemberian telur

O. smaragdina 3 kali jumlah pakan yang diberikan setiap waktu pemberian

lebih banyak daripada jumlah pakan pada pemberian telur O. smaragdina 5

kali dan pemberian telur O. smaragdina 7 kali. Jumlah pakan pada

pemberian telur O. smaragdina 3 kali per hari tersebut melebihi kapasitas

lambung anakan A. fuciphagus sehingga terlihat telur O. smaragdina

berdesakan di esofagus karena tidak semua pakan bisa memasuki lambung,

sedangkan jumlah pakan yang diberikan pada pemberian telur O.

smaragdina 7 kali per hari lebih sedikit dengan frekuensi pemberian yang

lebih banyak. Saat pemberian pakan, seluruh telur O. smaragdina yang

diberikan dapat memasuki lambung, terlihat bahwa tidak ada pakan yang

masih berdesakan di esofagus. Selain itu volume makanan yang berlebih

Page 49: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

menyebabkan anakan A. fuciphagus lekas kenyang sehingga menurunkan

nafsu makannya (Royama, 1976). Saat memasuki minggu yang kedua,

nafsu makan anakan pada perlakuan pemberian pakan 3 kali per hari dan

pemberian pakan 5 kali per hari mengalami penurunan dan mengalami

puncaknya pada saat anakan A. fuciphagus memasuki minggu ketiga yaitu

pada umur 14 hari, terlihat anakan tidak membuka mulut dan tidak

memakan telur O. smaragdina yang diberikan.

Dengan meningkatkan frekuensi pemberian pakan yaitu pemberian

pakan sedikit demi sedikit maka makanan yang ada dalam saluran

pencernaan tidak terlalu banyak sehingga lebih banyak kesempatan untuk

dicerna (Shim dan Vohra, 1984). Peningkatan frekuensi pemberian pakan

tidak hanya akan meningkatkan konsumsi pakan tetapi juga meningkatkan

jumlah bahan pakan yang tercerna dan akan menambah nutrisi yang dapat

dimanfaatkan untuk kebutuhan tubuh (Austin, 1977). Menurut Soeparno

(1992) konsumsi pakan mempunyai pengaruh yang besar terhadap

pertambahan berat badan. Konsumsi pakan yang menurun pada anakan A.

fuciphagus pada kelompok pemberian telur O. smaragdina 3 kali per hari

dan pemberian telur O. smaragdina 5 kali per hari menyebabkan nutrisi

yang didapatkan anakan terutama untuk pertumbuhan juga menurun

sehingga terlihat bahwa berat badan anakan kelompok pemberian telur O.

smaragdina 3 kali per hari dan pemberian telur O. smaragdina 5 kali per

hari lebih rendah daripada pemberian telur O. smaragdina 7 kali per hari.

Page 50: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Pakan dan kebiasaan makan berubah sesuai dengan tahap

kehidupan. Jumlah yang diperlukan oleh anakan burung tergantung dari

umur dan ukuran lambung. Kemampuan lambung pada anakan burung

terbatas dibanding burung dewasa maka untuk memenuhi kebutuhan energi

dan protein, anakan perlu masukan kalori dan protein dalam pakan secara

kontinyu (Nir et al.,1978). Pemenuhan kebutuhan pakan secara kontinyu

perlu dilakukan dengan mengatur frekuensi pemberian pakan.

Tabel 3. Data pertumbuhan bulu anakan A. fuciphagus berdasarkan

frekuensi pemberian telur O. smaragdina. Jenis Pakan Frekuensi Pemberian

Pakan Pertumbuhan Bulu

(Hari ke-) Telur O.smaragdina 3 kali 8

5 kali 7 7 kali 6

Larva O.smaragdina 3 kali 10 5 kali 8 7 kali 7

Pertumbuhan bulu pada anakan A. fuciphagus tiap perlakuan juga

berbeda. Pada pemberian pakan dengan menggunakan telur O. smaragdina

7 kali per hari, anakan mengalami pertumbuhan bulu lebih cepat yaitu pada

hari ke-6, sedangkan anakan A. fuciphagus dengan pemberian larva O.

smaragdina dengan frekuensi pemberian yang sama mengalami

pertumbuhan bulu pada hari ke-7.

Pengamatan harian yang dilakukan pada anakan A. fuciphagus

menunjukkan bahwa pada perlakuan pemberian pakan telur O. smaragdina

7 kali per hari, anakan mengalami pertumbuhan bulu lebih cepat daripada

Page 51: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

anakan A. fuciphagus pada pemberian telur O. smaragdina 3 kali per hari

dan 5 kali per hari. Pada pemberian telur O. smaragdina 7 kali per hari

anakan A. fuciphagus mengalami pertumbuhan bulu pada hari ke-6. Pada

pemberian telur O. smaragdina 5 kali per hari, anakan mengalami

pertumbuhan bulu pada hari ke-7 sedang pada pemberian telur O.

smaragdina 3 kali per hari pertumbuhan bulu anakan mulai terjadi pada hari

ke-8 pemeliharaan.

Kebutuhan asam amino saat A. fuciphagus mengalami pertumbuhan

bulu akan meningkat. Karena asam amino dibutuhkan burung untuk

mensintesis folikel dan kantung bulu,serta pembuluh darah epidermis

(Klasing, 1998). Folikel dan kantung bulu terdiri lebih dari 90% masa

protein. Komposisi asam amino pada bulu sangat berbeda dengan protein

tubuh ataupun protein dalam telur (Wetherbee, 1997). Bulu diperkaya

kandungan asam amino sistein, valin, dan leusin (Weller, 1987). Pada saat

pertumbuhan bulu, usia anakan A. fuciphagus sudah memasuki minggu

kedua sehingga anakan sudah sangat tergantung pada makanan yang

diberikan. Nafsu makan anakan terutama pada kelompok pemberian telur O.

smaragdina 3 kali dan 5 kali per hari sudah mulai menurun sehingga nutrisi

yang diperlukan untuk pertumbuhan bulu tidak terpenuhi. Hal ini

menyebabkan pertumbuhan bulu pada anakan A. fuciphagus kelompok

pemberian telur O. smaragdina 3 kali per hari dan pemberian telur O.

Page 52: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

smaragdina 5 kali lebih lambat daripada anakan A. fuciphagus dengan

pemberian telur O. smaragdina 7 kali per hari.

B. Kelangsungan Hidup Anakan A. fuciphagus

Berdasarkan hasil penelitian selama 21 hari dapat diperoleh

gambaran mengenai pertumbuhan berat, pertumbuhan bulu, kelangsungan

hidup anakan A. fuciphagus. Parameter tersebut didukung dengan hasil

analisis kualitas media pemeliharaan.

Mortalitas atau kelangsungan hidup adalah peluang hidup pada

periode tertentu. Tingkat kematian pada suatu populasi dipengaruhi oleh

faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar meliputi kondisi lingkungan

abiotik, kompetisi antar spesies, pemangsa dan kekurangan pakan. Faktor

dalam meliputi umur dan kemampuan untuk mencerna makanan (Klasing,

1998).

Tabel 4. Kelangsungan hidup atau Survival Rate (SR) anakan A. fuciphagus berdasarkan frekuensi pemberian telur O. smaragdina pada akhir penelitian.

Jenis Pakan Frekuensi Pemberian Pakan

Kelangsungan Hidup± SD

Kelangsungan Hidup ± SD

(%)

Telur O. smaragdina

3 kali 46,62±18,23a 75,52±26,64a 5 kali 79,96±18,29b

7 kali 100±0,00c

Larva O. smaragdina

3 kali 13,32±18,23d 37,74±24,74b 5 kali 46,62±18,23e

7 kali 53,28±18,23f Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan ada beda nyata (P<0,05) antara perlakuan SD : Standar Deviasi

Page 53: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Gambar 3. Grafik rata-rata kelangsungan hidup anakan A. fuciphagus

setiap 7 hari pengamatan setelah berdasarkan frekuensi pemberian telur O. smaragdina.

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

hari ke-1 hari ke-7 hari ke-14 hari ke-21

jum

lah

indi

vidu

(eko

r)

3 kali pemberian telur O. smaragdina

5 kali pemberian telur O. smaragdina

7 kali pemberian telur O. smaragdina

3 kali pemberian larva O. smaragdina

5 kali pemberian larva O. smaragdina

7 kali pemberian larva O. smaragdina

Pada gambar 3 terlihat bahwa dari pemberian telur O. smaragdina 7

kali per hari diperoleh kelangsungan hidup anakan A. fuciphagus rata-rata

sebesar (100%) dan dari hasil uji DMRT 5% (lampiran 2), perlakuan

tersebut berbeda nyata (P<0.05) dengan pemberian telur O. smaragdina 3

kali per hari (66,6%), dan pemberian telur O. smaragdina 5 kali per hari

(33,3%). Hasil pengukuran kelangsungan hidup rata-rata anakan A.

fuciphagus tiap perlakuan untuk setiap waktu pengamatan disajikan pada

gambar 2.

Sebagai kontrol, pemberian larva O. smaragdina dengan frekuensi

3, 5, dan 7 kali per hari. Pada tabel 4 terlihat bahwa dari perlakuan

pemberian telur O. smaragdina diperoleh kelangsungan hidup rata-rata

Page 54: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

sebesar 75,52 %. Perlakuan tersebut beda nyata (P<0,05) dengan perlakuan

pemberian larva O. smaragdina sebesar 37,74% . Dari analisis sidik ragam

menunjukkan bahwa perlakuan memperlihatkan beda nyata pada pemberian

telur O. smaragdina memperlihatkan respon kelangsungan hidup lebih baik

daripada pemberian larva O. smaragdina.

Kelangsungan hidup dan pertumbuhan anakan A. fuciphagus sangat

ditentukan oleh dua faktor utama yaitu nutrisi dalam pakan dan kualitas

lingkungan sebagai media pemeliharaan anakan A. fuciphagus.

Pertumbuhan yang maksimal dapat dicapai apabila kuantitas dan kualitas

penyediaan makanan cukup baik, serta didukung oleh kondisi media

pemeliharaan yang sesuai dengan kebutuhan anakan burung (Klasing, et al.,

1997). Menurut Marzuki (1997) rendahnya kelangsungan hidup pada

anakan A. fuciphagus pada fase starter yang dibudidayakan banyak

disebabkan oleh penyakit, kelaparan, media pemeliharaan yang kurang

ideal. Penyakit yang sering menjangkiti anakan A. fuciphagus adalah diare

(Marzuki, 1997), yang kemungkinan disebabkan oleh kurang sterilnya

media pemeliharaan dan kandungan kitin pada larva serangga yang biasa

diberikan pada budidaya anakan A. fuciphagus. Pada penelitian ini, pakan

yang diberikan adalah telur O. smaragdina karena tidak mengandung kitin

dan larva O. smaragdina sebagai kontrol, dan diharapkan dapat

meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup anakan A. fuciphagus.

Page 55: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Hasil budidaya anakan A. fuciphagus dilakukan Marzuki (1997)

dengan pemberian larva serangga sebanyak 30% berat badan anakan A.

fuciphagus selama 18 hari dengan frekuensi pemberian pakan 5 kali per

hari. Namun hasil penelitian pemberian telur O. smaragdina pada anakan A.

fuciphagus selama 21 hari pemeliharaan dengan dosis pakan yang sama

tetapi dengan frekuensi pemberian pakan yang lebih besar yaitu 7 kali per

hari memberikan kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang lebih baik.

Tingkat kelangsungan hidup yang dicapai pada penelitian ini dengan

pemberian telur O. smaragdina dengan frekuensi pemberian 7 kali sehari

adalah 100% sedangkan pada budidaya yang dilakukan Marzuki (1997)

hanya mencapai 55%. Perbedaan kelangsungan hidup dan pertumbuhan

pada anakan A. fuciphagus mungkin disebabkan oleh pemberian telur O.

smaragdina yang tidak mengandung kitin sehingga meningkatkan energi

metabolisme dibanding pencernan larva serangga yang mengandung kitin.

Selain itu frekuensi pemberian pakan yang tinggi juga berpengaruh pada

kelangsungan hidup dan pertumbuhan anakan A. fuciphagus.

Pemberian frekuensi pakan yang berbeda pada penelitian ini

menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang berbeda pula.

Pemberian pakan 7 kali sehari memberikan pertumbuhan berat badan dan

kelangsungan hidup tertinggi sedangkan pemberian pakan 3 kali sehari

memberikan hasil terendah. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa frekuensi

pemberian pakan paling banyak yaitu 7 kali sehari selain sesuai dengan

Page 56: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

frekuensi pemberian pakan induk burung pemakan serangga di alam liar ,

juga memungkinkan makanan masuk sedikit demi sedikit ke dalam

lambung. Anakan A. fuciphagus memiliki kapasitas lambung yang terbatas,

sehingga makanan yang masuk sedikit demi sedikit tetapi kontinyu akan

memberikan kesempatan makanan untuk dicerna, sedangkan pemberian

pakan 3 kali sehari dengan jumlah pakan yang sama memberikan hasil

pertumbuhan dan kelangsungan hidup terendah, hal ini diduga karena

volume makanan yang masuk terlalu banyak maka makanan yang ditelan

pun melebihi kapasitas lambung anakan A. fuciphagus. Bila terjadi demikian

maka makanan yang masuk tidak dapat dicerna dengan sempurna, karena

makanan berdesakan dalam saluran cerna yang melebihi kapasitas lambung,

dan makanan akan keluar lagi dari usus dalam keadaan belum tercerna

dengan baik dan belum terserap sarinya oleh usus (Voronov, 1974). Selain

itu volume makanan yang berlebih menyebabkan anakan A. fuciphagus

lekas kenyang sehingga menurunkan nafsu makannya (Royama, 1976). Hal

ini terlihat saat masuk minggu yang kedua, nafsu makan anakan pada

pemberian telur O. smaragdina 3 kali per hari mulai turun dan mengalami

puncaknya pada saat anakan A. fuciphagus memasuki minggu ketiga yaitu

pada umur 14 hari. Perilaku anakan A. fuciphagus saat mencium bau pakan

yang didekatkan di sekitar paruhnya adalah dengan membuka mulutnya.

Hal ini terjadi karena penglihatan anakan burung pada fase starter belum

sempurna (Klasing, 1998). Tetapi pada saat memasuki minggu ke-2, anakan

Page 57: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

A. fuciphagus terutama pada pemberian telur O. smaragdina 3 kali per hari

tidak menghabiskan seluruh telur O. smaragdina yang diberikan. Nafsu

makan yang turun menyebabkan konsumsi makan menjadi berkurang,

sehingga asupan nutrisi yang diperlukan anakan A. fuciphagus tidak

terpenuhi yang menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat yang pada

akhirnya bisa menyebabkan kematian. Pada saat memasuki hari ke-9,

beberapa anakan A. fuciphagus pada kelompok pemberian telur O.

smaragdina 3 kali per hari dan kelompok pemberian telur O. smaragdina 5

kali per hari terlihat pucat, lemah, dan nafsu makan menurun. Memasuki

hari ke-10 beberapa anakan A. fuciphagus pada kelompok pemberian telur

O. smaragdina 3 kali per hari mengalami kematian dan terjadi kematian

setiap hari secara acak pada kelompok pemberian telur O. smaragdina 3

kali per hari dan kelompok pemberian telur O. smaragdina 5 kali per hari

sampai berakhirnya penelitian. Anakan A. fuciphagus yang mengalami

kematian memiliki ciri-ciri yang hampir seragam yaitu tubuh kurus dan

pucat. Jumlah kematian yang terjadi pada kelompok pemberian telur O.

smaragdina 3 kali per hari lebih banyak daripada kematian yang terjadi

pada kelompok pemberian telur O. smaragdina 5 kali per hari yang diberi

perlakuan pemberian telur O. smaragdina dengan frekuensi yang lebih

tinggi, sedangkan pada pemberian telur O. smaragdina 7 kali per hari,

kelangsungan hidup mencapai 100%. Dari keseluruhan parameter yang

diukur dan diamati pada penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian telur

Page 58: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

O. smaragdina 7 kali per hari merupakan perlakuan yang paling baik

karena menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup tertinggi

dibandingkan perlakuan yang lain.

C. Kualitas Media Pemeliharaan

Selain faktor kualitas dan frekuensi pemberian pakan, kualitas media

pemeliharaan juga memegang peranan yang besar dalam mendukung

pertumbuhan dan kelangsungan hidup anakan A. fuciphagus. Pada

penelitian ini, parameter kualitas media pemeliharaan yang diukur adalah

suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan sterilitas terhadap hama dan

predator. Alasan pemilihan parameter ini karena beberapa parameter

tersebut diketahui mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup

anakan A. fuciphagus.

Suhu merupakan kualitas media yang sangat berpengaruh pada

pertumbuhan dan kelangsungan hidup anakan A. fuciphagus. Pengukuran

terhadap suhu dilakukan dengan tujuan untuk menstabilkan suhu media

sesuai dengan kebutuhan ideal anakan A. fuciphagus. Pada penelitian ini

pengukuran suhu, kelembaban, intensitas cahaya, serta sterilitas terhadap

hama dan predator dilakukan setiap hari sebelum pemberian telur O.

smaragdina.

Dari pengukuran kualitas media pemeliharaan selama 21 hari

terdapat fluktuasi dari masing-masing parameter kualitas media. Hasil

Page 59: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

pengukuran kualitas media pemeliharaan selama penelitian dapat dilihat

dalam tabel 5. Pada tabel 5 terlihat bahwa kualitas media pemeliharaan

anakan A. fuciphagus dalam penelitian ini masih dalam kisaran yang layak.

Suhu merupakan salah satu parameter yang sangat penting peranannya

dalam mendukung pertumbuhan, metabolisme, dan kelangsungan hidup

anakan A. fuciphagus.

Setiap burung mempunyai suhu minimum, optimum, dan maksimum

untuk hidupnya. Juga mempunyai kemampuan menyesuaikan diri sampai

batasan tertentu (Ricklefs, 1989). Anakan A. fuciphagus pada fase starter

belum memiliki bulu yang sempurna untuk menghangatkan tubuhnya

sehingga anakan memerlukan kisaran suhu ideal 27-30oC, kelembaban

antara 85-95%, dan intensitas cahaya 0,6 lux (Marzuki,1997). Sehingga

kisaran suhu media selama penelitian masih dalam batas toleransi yaitu 27-

29oC.

Tabel 5. Kualitas Media Pemeliharaan Anakan A. fuciphagus Berdasarkan Pemberian Telur O. smaragdina.

Parameter Kisaran kualitas media pemeliharaan pada kelompok perlakuan

Kelayakan

Perlakuan Pemberian telur O. smaragdina

3 kali 5 kali 7 kali

Suhu (oC)

Kelembaban (%)

Intensitas cahaya (lux)

Hama dan predator

27,3-29,5 27,3-29,3 27,4-29,5

86-90 85-90 86-90

0,6 0,6 0,6

Tidak ada Tidak ada Tidak ada

27-30

85-95

0,6

Tidak ada

Page 60: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Hama yang sering mengganggu anakan A. fuciphagus yang

dibudidayakan adalah semut dan tikus, semut sering menggigit anakan

karena pada saat menetas anakan belum memiliki bulu, sedangkan tikus

sering memangsa anakan A. fuciphagus. Sehingga media pemeliharaan

dibuat tertutup dan dikelilingi kapur semut sehingga media pemeliharaan

anakan A. fuciphagus tetap steril.

Secara keseluruhan, kualitas media pemeliharaan anakan A.

fuciphagus yang diukur pada penelitian ini masih menunjukkan kisaran

normal (Tabel 5). Oleh karena itu, kualitas media pemeliharaan anakan A.

fuciphagus selama penelitian ini dapat dikatakan tidak berpengaruh terhadap

perbedaan kelangsungan hidup dan pertumbuhan anakan A. fuciphagus.

Page 61: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perbedaan frekuensi pemberian telur O. smaragdina menghasilkan

perbedaan pertumbuhan pada anakan A. fuciphagus. Pada pemberian

telur O. smaragdina 7 kali sehari anakan A. fuciphagus mengalami

pertambahan berat badan tertinggi.

2. Perbedaan frekuensi pemberian telur O. smaragdina menghasilkan

perbedaan kelangsungan hidup pada anakan A. fuciphagus. Pada

pemberian telur O. smaragdina 7 kali sehari anakan A. fuciphagus

mempunyai kelangsungan hidup tertinggi.

3. Perbedaan pemberian pakan berupa telur O. smaragdina dan larva

O. smaragdina menghasilkan perbedaan pertumbuhan, pertumbuhan

bulu, dan kelangsungan hidup pada anakan A. fuciphagus. Pemberian

pakan telur O. smaragdina menghasilkan pertambahan berat badan,

pertumbuhan bulu, dan kelangsungan hidup lebih tinggi daripada pakan

larva O. smaragdina.

Page 62: PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ANAKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai alternatif bahan pakan

lain yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup

anakan A. fuciphagus.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai frekuensi pemberian

pakan ideal bagi anakan A. fuciphagus.


Recommended