PERDAGANGAN SEMBAKO MASYARAKAT TIONGHOA
DI KABUPATEN MELAWI
KALIMANTAN BARAT 2004-2008
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Sejarah
Oleh:
Puro Juan Handry
NIM : 114314004
PROGRAM STUDI SEJARAH
JURUSAN SEJARAH FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO:
Pergunakanlah kesempatan sebaik mungkin, jangan sia-
siakan kesempatan yang telah diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERSEMBAHAN
Skripsi berjudul "Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa Di
Kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008" ini penulis persembahkan untuk
kedua orang tua tersayang yang telah memberikan kesempatan yang besar kepada
saya untuk menuntut ilmu di tanah perantauan. Karya ini juga dipersembahkan
untuk almamater Program Studi Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata
Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa Di
Kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008 ini bertujuan untuk menjawab
dua permasalahan. Pertama, bagaimana dinamika perdagangan sembako
masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi. Kedua, bagaimana relasi sosial
ekonomi antara orang Tionghoa dengan masyarakat setempat.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dan studi lapangan. Analisis
dilakukan dengan menggunakan metode heuristik (pengumpulan data), kritik
sumber, analisis sumber, wawancara dan observasi, hingga penulisan. Studi ini
menggunakan pendekatan sosiologi untuk memahami bagaimana perdagangan
sembako masyarakat Tionghoa dapat diterima dengan baik oleh masyarakat di
kabupaten Melawi. Konsep interaksi sosial digunakan sebagai landasan teori
untuk menggambarkan dinamika perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di
kabupaten Melawi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebudayaan masyarakat yang dapat
beradaptasi dengan baik dapat diterima oleh kabudayaan lain. Dalam prakteknya,
penerimaan terhadap masyarakat Tionghoa yang dilakukan oleh masyarakat di
kabupaten Melawi mendapat respon yang sangat baik dan masih berjalan sampai
saat ini.
Kata Kunci: Perdagangan Sembako, Masyarakat Tionghoa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Thesis entitle, Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa Di Kabupaten
Melawi Kalimantan Barat 2004-2008, aims to address two issues. First, how the
Tionghoa people run their groceries bussines in Melawi District. Second, how is
the social-economics reationship betwen Tionghoa people with the local people.
This research is literature research and field obsevation. It use heuristic
method, source critics, souce analysis, interview, obsevation, and historiography
to analize the topics. This study use sociological approachment to understand how
Melawi Distirict people well received the groceries bussines by Tionghoa people.
Social interaction concept is use as theoritical frame to describe how the Tionghoa
people run their groceries bussines at Melawi District.
The result of this research is showing that the well adapt culture can be
well receive by other cultures. Practically, the good respons by the local people in
order to receive the Tionghoa people at Melawi District still running.
Key Words: Groceries Bussines, Tionghoa People.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Skripsi ini menyita banyak waktu dan pikiran dan sangat melelahkan.
Namun, semua itu terbayar dengan terselesaikannya skripsi ini, meskipun sedikit
terlambat dari yang ditargetkan. Tentu saja, banyak ucapan terima kasih yang
harus disampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu selama penulisan
skripsi ini.
1. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus Kristus dan
Bunda Maria yang telah memberikan berkatnya kepada saya selama masa
perkuliahan sampai penulisan skripsi.
2. Ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya yang selalu
mendukung dan mendoakan, serta perjuangan dan dorongan dari mereka
yang tidak kenal lelah. Tanpa mereka skripsi ini akan menjadi lebih
berat.
3. Untuk adik saya Mersy Cahyati yang selalu mengingatkan saya untuk
mengerjakan skripsi.
4. Untuk Angela Astri Purwanti, S. Pd. Yang selalu memberikan semangat
dan dukungan kepada saya selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini
sampai selesai.
5. Untuk keluarga besar di Menukung, Sepauk, dan Sungai Ayak yang
selalu memberi dukungan selama masa perkuliahan.
6. Untuk para dosen jurusan sejarah Pak Rio, Pak Heri, Bu Ning, Pak Pur,
Pak Sandiwan, Pak Yerry, Romo Bas dan Mas Heri yang senantiasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
memberikan pelajaran dan ilmu-ilmu Humaniora selama masa
perkuliahan.
7. Untuk teman-teman Sejarah angkatan 2011 yang terkasih. Riko, adalah
teman yang selalu menghibur selama masa-masa perkuliahan. Yasmine,
yang sudah memberi bantuan dan dukungan selama masa perkuliahan.
Deslin, yang selalu memberikan dukungan kepada saya dan teman-teman
angkatan selama masa perkuliahan dan penulisan skripsi. Fauzan, adalah
teman yang selalu menyegarkan pikiran dan mau berbagi cerita dengan
saya selama masa perkuliahan. Bito, adalah teman serta abang yang
selalu memberikan motifasi dan nasehat kepada saya selama masa
perkuliahan sampai penulisan skripsi ini selesai..
8. Untuk teman-teman Lingkar Sejarah. Amor, Belo, Popon, Penyik, Ndoi,
Novi, Elsa, Lisa, Toni, Lalong, Erik, Wowok, Edut, Tiur, Rosma, Ageng,
Jeray, Dede, Adul, Adit Cinta Perdana, Berang, Luiz, Agung, Laras,
Dion, Judah Ongek dan semua yang telah membantu namun tidak dapat
saya sebutkan satu per satu. Terimakasih semuanya.
9. Untuk teman-teman Markas. Erik S, Cornel, Jon Sejira, Kris, Reza
“Puhak”, Winda, Oyon, Asni, Eka “Geleng”, yang mau menerima saya
selama masa penulisan skripsi dan memberikan tempat untuk
mengerjakan skripsi ini sampai selesai.
10. Untuk Forum Komunikasi Mahasiswa Pelajar Kabupaten Melawi
Yogyakarta. Bang Yovie, Bang Markus, Karte, Heri K, Rudiwan,
Firmus, Apri Paskalis, Ivan Takiki, Sepriani, Rendra, Nata, Elian, Epa P,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
dan semua anggota forum yang telah banyak membantu saya selama
berada di Yogyakarta, terima kasih.
11. Untuk teman kontrakan K-132. Tiko, Opin, Feri, Okta, Layo, Akbar,
Bang Jon, Bang Jo, yang selalu membantu saya selama masa penulisan
skripsi dan menghibur saya disaat jenuh, terima kasih banyak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
MOTTO .......................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ........................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
LEMBAR PERSETUJUAN AKADEMIS ................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
I.2. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ............................................ 4
I.2.1. Rumusan Masalah .................................................................... 4
I.2.2. Ruang Lingkup ........................................................................ 4
I.3. Tujuan Penulisan............................................................................... 6
I.4. Manfaat Penulisan ............................................................................ 7
I.5. Kajian Pustaka .................................................................................. 7
I.6. Landasan Teori ................................................................................. 12
I.7. Metode Penelitian ............................................................................. 17
I.7.1. Lokasi Penelitian ..................................................................... 17
I.7.2. Metode Penelitian .................................................................... 17
I.7.3. Metode Pencarian Data ............................................................ 17
I.8. Sistematka Penulisan ........................................................................ 18
BAB II KABUPATEN MELAWI SELINTAS
II.1. Kabupaten Melawi........................................................................... 20
II.2. Penduduk Kabupaten Melawi.......................................................... 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
II.3. Mata Pencaharian Masyarakat Kabupaten Melawi ......................... 27
II.4. Wilayah Kabupaten Melawi ............................................................ 29
II.5. Peta dan Demografi ......................................................................... 30
BAB III PERDAGANGAN SEMBAKO MASYARAKAT TIONGHOA DI
KABUPATEN MELAWI
III.1. Awal Peralihan Profesi .................................................................. 37
III.2. Pencapaian dan Hambatan ............................................................ 44
III.3. Perkembangan Perdagangan Sembako Saat Ini ............................ 48
BAB IV HUBUNGAN MASYARAKAT LOKAL DENGAN MASYARAKAT
TIONGHOA
IV.1. Masyarakat Kabupaten Melawi .................................................... 52
IV.2. Masyarakat Tioghoa di Kabupaten Melawi .................................. 56
IV.3. Relasi Masyarakat Melawi dan Masyarakat Tionghoa ................. 59
IV.4. Dampak Perdagangan Sembako ................................................... 64
BAB V PENUTUP
Kesimpulan ............................................................................................ 66
Saran ....................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 71
LAMPIRAN .................................................................................................... 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Masyarakat Tiongkok sudah lama berada di Indonesia karena urusan
perdagangan dan pelayaran pada masa itu. Pada masa pelayaran, mereka banyak
menghampiri daerah-daerah pesisir dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan daerah
pesisir lainya. Hal tersebut mereka lakukan untuk beristirahat dan berinteraksi
dengan masyarakat di sekitar pesisir. Mereka juga membawa barang-barang yang
dapat dijual-belikan dengan masyarakat pesisir.
Tionghoa adalah sebutan untuk orang Cina yang berada di Indonesia.
Awal kedatangan mereka sebagai pekerja di pertambangan emas1 dan perkebunan,
kemudian mereka mulai beralih profesi sebagai pedagang keliling dan sembako
yang bertujuan untuk bertahan hidup. Bekerja di pertambangan emas dan
perkebunan memang sudah lama mereka lakukan, hasil dari kedua pekerjaan
tersebut sangatlah cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari bahkan
lebih. Menyadari bahwa pertambangan emas tidak dapat dilakukan setiap waktu
dan hasilnya pun tidak selalu sama, maka masyarakat Tionghoa memiliki
alternatif lain yaitu dengan berjualan dari hasil perkebunan mereka, hal itu mereka
lakukan supaya kebutuhan sehari-sehari dan seterusnya dapat terpenuhi.
Memang pertambangan emas sangat menjanjikan dan hasilnya pun tidak
sedikit bila ditukarkan dengan rupiah sehingga membuat siapa saja yang bekerja
1 Mary Somers Heidhues. Penambang Emas, Petani, dan Pedagang di
“Distrik Tionghoa” Kalimantan Barat. Jakarta. Yayasan Nabil. 2008.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
di pertambangan emas ini akan senang jika mendapatkan hasil tambang yang
sangat banyak. Pertambangan emas ini dilakukan di kecamatan-kecamatan bagian
dalam seperti Ella dan Menukung, yang mana sumber emasnya masih banyak dan
biasanya berada di daerah pesisir sungai.
Jika hanya mengandalkan pertambangan emas saja mereka akan sangat
sulit untuk mendapatkan hasil yang maksimal, mengingat pertambangan emas
yang berada di Melawi merupakan pertambangan ilegal tanpa adanya ijin dari
pihak yang berwenang dan mereka juga melakukan pekerjaan secara diam-diam
agar tidak diketahui oleh pihak yang berwenang seperti polisi dan tentara. Sadar
akan hal tersebut, masyarakat Tionghoa lebih memilih pertambangan emas
menjadi pekerjaan yang tidak tetap dalam artian menjadi pekerjaan kedua dan
yang utama adalah berdagang sembako serta usaha-usaha lainnya.
Pada awal perdagangan sembako, mereka menjual barang dagangan
seperti cengkeh, kopi, dan beras kepada sesama pedagang dan kepada masyarakat
tempat mereka berdomisili. Setelah sekian lama, mereka mulai menjual barang-
barang sembako yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. Selain menjual
barang-barang keperluan sehari-hari, para pedagang sembako ini juga menjual
keperluan lainnya yang sering digunakan seperti minyak tanah, bensin, dan solar.
Pada perkembangan berikutnya mulai berdiri bangunan-bangunan atau ruko yang
menjadi tempat untuk orang-orang Tionghoa berdagang. Peralihan profesi
dilakukan karena adanya peluang kerja pada bidang ekonomi.
Masyarakat Tionghoa dengan suku Hakka atau Khek sudah lama berada
di Indonesia. Masuknya orang-orang Tionghoa ini ke Kalimantan Barat kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
lebih pada akhir abad ke-18.2 Hal ini membuat mereka menetap di tempat-tempat
yang disinggahi. Pulau Kalimantan merupakan pulau yang mayoritas
masyarakatnya adalah orang-orang Dayak dan merupakan salah satu pulau yang
ditempati oleh masyarakat Tionghoa.
Awal datangnya masyarakat Tionghoa di Kalimantan Barat adalah untuk
bekerja di pertambangan emas dan perkebunan, tempat pertama yang mereka
singgahi adalah kota Sambas. Penyebaran masyarakat Tionghoa di Kalimantan
Barat berawal dari kota Sambas dan menyebar ke kota-kota lainnya termasuk di
kota Nanga Pinoh yang sekarang menjadi Kabupaten Melawi. Penerimaan
masyarakat Dayak terhadap pendatang dari luar pulau sangat baik tergantung pada
sikap pendatang kepada mereka.
Penerimaan yang baik juga berlaku kepada orang Tionghoa yang datang
dan menetap di pulau Kalimantan khususnya di daerah Melawi mereka datang
kurang lebih pada awal abad ke-19. Penerimaan yang baik merupakan
penghargaan tersendiri bagi para pendatang baru.
Masyarakat Tionghoa di kabupaten Melawi sangat menarik, mengapa bisa
demikian? karena masyarakat Tionghoa yang berada di Kabupaten Melawi
berbeda dengan masyarakat Tionghoa yang berada di Pontianak dan kota-kota
lain. Perbedaan tersebut dikarenakan mereka tidak saja berdagang tetapi juga
memiliki kebun dan peternakan. Untuk menggarap kebun dan peternakan, orang
Tionghoa biasanya mengandalkan masyarakat Dayak untuk menggarap dan
2 http://habibpadilah.blogspot.com/2012/12/asal-mula-nama-nanga-pinoh-dan-
sejarah_7234.html. Diunduh tanggal: 8 juni 2015. 11:37 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
mengurus ternak, terkadang mereka melakukannya sendiri. Kepercayaan terhadap
masyarakat setempat sudah ada sejak mereka datang dan menetap di kabupaten
Melawi. Kerjasama seperti mengurus ternak dan kebun yang dilakukan tidak
semata-mata untuk mencari penghasilan saja, tetapi untuk menjalin relasi yang
lebih baik.
Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi
Kalimantan Barat 2004-2008 ini dipilih karena untuk melihat perubahan-
perubahan dan perkambangan yang terjadi dalam kurun waktu lima tahun dalam
berbagai bidang seperti bidang ekonomi yang menjadi pokok penelitian ini.
I.2. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup
I.2.1. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat di buat rumusan masalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana dinamika perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di
Kabupaten Melawi ?
b. Bagaimana relasi sosial ekonomi antara orang Tionghoa dengan
masyarakat setempat ?
I.2.2. Ruang Lingkup
Alasan pemilihan periode 2004 sampai 2008 adalah untuk menunjukan
lepasnya Melawi dari kabupaten Sintang yang pada awalnya menjadi satu
kabupaten. Tahun 2004 dipilih sebagai awal penelitian karena pada tahun ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
merupakan rencana awal akan didirikannya sebuah kabupaten baru yaitu
Kabupaten Melawi, berserta berbagai keinginan masyarakat seperti keinginan
untuk mendirikan kabupaten sendiri dan mandiri setelah lepas dari Kabupaten
Sintang. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa tahun 2004 dipilih sebagai awal
dari penelitian ini. Sedangkan tahun 2008 dipilih sebagai akhir dari penelitian ini
karena penelitian ini akan melihat perkambangan perekonomian yang terjadi di
dearah Melawi terutama perdagangan sembako masyarakat Tionghoa, apakah
semakin meningkat atau tidak. Hal tersebut merupakan perkembangan
perekonomian masyarakat khususnya masyarakat Tionghoa yang berada di
Melawi. Kurun waktu lima tahun ini akan digunakan sebagai penjelas bagaimana
perkambangan itu terjadi. Adapun perubahan waktu dapat terjadi setelah
penelitian ini dilakukan lebih lanjut.
Awalnya Melawi tergabung dalam kabupaten Sintang, seiring banyaknya
keinginan masyarakat untuk mendirikan kabupaten sendiri dan melalui
pertimbangan yang cukup lama pada akhirnya bertepatan pada tahun 2004 Melawi
diresmikan menjadi kabupaten dengan Bupati pertama Drs. Suman Kurik, M.M.3
Tahun 2004 adalah periode pertama Melawi menjadi Kabupaten. Sama
seperti kabupaten-kabupaten lainnya, Kabupaten Melawi juga mengalami
perubahan-perubahan yang cukup mencolok baik dibidang pemerintahan, sosial
budaya dan ekonomi. Secara khusus dibidang ekonomi perkembangannya pun
secara perlahan mulai tampak.
3 http://www.pn-sintang.go.id/index.php/profil/yuridiksi. Diunduh tanggal
15 september 2015. 01:20 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Tahun 2005, mulai banyak berdiri tempat untuk berjualan sembako di
Melawi sampai di kecamatan bagian dalam. Hal ini bertujuan untuk memudahkan
penjualan barang-barang yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, dan orang-
orang Tionghoa juga banyak yang pindah ke setiap kecamatan tersebut.
Tahun 2006, penjualan sembako juga dilakukan melalui jalur sungai
Melawi menggunakan kapal bandong untuk membawa barang-barang sembako.
Orang Tionghoa merupakan pelaku utama dalam penjualan menggunakan kapal
bandong ini.
Tahun 2007, perdagangan sembako yang dilakukan oleh orang Tionghoa
mulai menyebar sampai di pedalaman, dan untuk menjual barang sembako
dipedalaman mereka menggunakan motor yang diberi keranjang agar dapat
mengakses ke tempat tersebut.
Tahun 2008, penyebaran masyarakat Tionghoa yang berprofesi sebagai
pedagang sembako sudah mulai banyak dan hampir di setiap kecamatan dapat
dijumpai masyarakat Tionghoa yang berasal dari berbagai daerah seperti Sintang,
Sepauk, Singkawang, dan Nanga Pinoh.
Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah Kabupaten Melawi,
Kalimantan Barat. Untuk observasi, wawancara dan studi pustaka dilakukan di
Kota Nanga Pinoh dan Pontianak untuk melakukan studi arsip.
I.3. Tujuan Penulisan
Penelitian ini, bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan bagaimana
“Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi Kalimantan
Barat 2004-2008” terbentuk sebagai salah satu perubahan dan bersosialisasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dengan masyarakat di Kabupaten Melawi. Jika diuraikan lebih detail, maka
penelitian ini bertujuan untuk:
a. Secara akademis, penelitian ini menjelaskan bagaimana relasi sosial-
ekonomi yang terjadi didalam bidang ekonomi.
b. Secara praktis, penelitian ini menjelaskan bagaimana hubungan timbal
balik yang terjadi antara masyarakat Tionghoa dengan masyarakat
Kabupaten Melawi.
I.4. Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian sejarah ekonomi
Indonesia, khususnya yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa di daerah
kalimantan dan memberikan sumbangan informasi tentang tradisi dan kebudayaan
masyarakat Tionghoa di Indonesia.
Memberi informasi bagi masyarakat Tionghoa itu sendiri, masyarakat
daerah setempat dan untuk para pedagang mengenai cara berdagang sembako
masyarakat Tionghoa.
I.5. Kajian Pustaka
Sampai penulisan ini dilakukan, tidak ada sebuah buku pun yang
menuliskan tentang “Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa” meski ada
banyak kajian sejenis yang dilakukan oleh para peneliti sejarah mengenai etnik
Tionghoa di Indonesia seperti buku atau hasil penelitian yang berkaitan dengan
perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di Indonesia, yang ditulis oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Hendri Gunawan dengan judul Resiprositas dan Patronase: Jejaring Pengusaha
Tionghoa di Kabupaten Sitaro Sulawesi Utara 1965-2013. Buku ini memaparkan
bagaimana terjadinya relasi antara masyarakat Tionghoa dengan masyarakat
SITARO Sulawesi Utara, dikatakan juga bahwa selain menjalin relasi tersebut,
mereka juga melakukan pertukaran jasa seperti masyarakat setempat menjual hasil
bumi mereka kepada masyarakat Tionghoa yang pada posisi ini sebagai pembeli
dan pemborong.
Pada bagaian awal buku ini menjelaskan bagaimana latar belakang
terjadinya penelitian yang dilakukan oleh Hendri Gunawan mengenai jejaring
pengusaha Tionghoa di Kabupaten Sitaro Sulawesi Utara. Banyaknya data-data
yang diperlukan untuk penelitian ini dihasilkan melalui berbagai cara yang
digunakan dalam penentuan sumber yang dapat dipercaya, mengerti keadaan
ditempat tersebut, observasi langsung, kedekatan emosional, serta melakukan
wawancara dengan orang-orang yang dianggap dapat membantu dalam penelitian
ini.
Bagian kedua buku ini menjelaskan bagaimana sejarah kepulauan Siau-
Tagulandang dan Biaro (SITARO) sempat menjadi lintasan perniagaan.
Kedatangan masyarakat Tionghoa di kawasan ini membuat warga SITARO
bersikap lebih terbuka terhadap kehadiran bangsa-bangsa asing dan masyarakat
Tionghoa yang datang ke tempat ini tidak hanya sekedar berdagang saja, ada
diantara mereka yang terlibat penuh didalam organisasi-organisasi, serta
perkawinan campur antara masyarakat Tionghoa dengan Masyarakat SITARO.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Bagian ketiga, menjelaskan aktivitas perekonomian atau perdagangan
yang telah ditekuni oleh masyarakat Tionghoa tidak hanya sebatas menyediakan
dan menjual kebutuhan pokok saja, melainkan menjadi pembeli dan penampung
hasil bumi terutama pala, kopra dan hasil laut. Dari aktivitas perdagangan ini
kemudian menciptakan jejaring relasi antara masyarakat Tionghoa dengan
masyarakat lokal yang didasarkan pada kebutuhan saling memerlukan satu dengan
yang lainnya, serta jejaring ini pula yang memudahkan terjadinya proses
pembauran antara mereka.
Pada bagian keempat dan kesimpulan buku ini menjelaskan bahwa
hubungan antara pengusaha dan pedagang Tionghoa terbentuk dalam relasi
resiprositas, urusan dagang tidak hanya sekedar istilah “ada uang ada barang”
melainkan juga saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya.
Buku yang ditulis oleh Julianto Ibrahim dengan judul OPIUM DAN
REVOLUSI: Perdagangan dan Penggunaan Candu di Surakarta Masa Revolusi
(1945-1950), Tahun 2013. Buku ini menjelaskan bagaimana usaha orang-orang
cina dalam berbisnis candu pada masa Revolusi Indonesia. Selain menkonsumsi
sendiri dan dijual, mereka juga menjadikan candu sebagai bisnis yang
menguntungkan. Surakarta pada masa itu merupakan salah satu daerah yang
banyak sekali terdapat bandar-bandar candu.
Buku yang ditulis oleh Mery Somers Heidhues dengan judul Penambang
Emas, Petani, dan Pedagang di “Distrik Tionghoa” Kalimantan Barat, tahun 2008.
Buku ini menjelaskan bahwa orang Tionghoa di Kalimantan Barat memiliki
karateristik yang berbeda dibandingkan masyarakat Tionghoa Indonesia lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Kebanyakan dari mereka bukanlah pedagang yang sukses, melainkan pedagang
kecil, pemilik toko, nelayan dan petani.
Mary Somers mengatakan, “orang Tionghoa di Kalimantan Barat bukan
“penyinggah” atau orang-orang yang hanya tinggal untuk sementara, karena
Orang Tionghoa di Kalimantan Barat mempertahankan kebudayaan asli mereka”.
Selain itu mereka juga masih menggunakan bahasa Tionghoa secara turun
termurun. Hal ini lah yang membuat mereka berbeda dengan etnis Tionghoa
lainnya dalam segi penggunaan bahasa sehari-hari. Dikarenakan kebanyakan etnis
Tionghoa yang berada di pulau Jawa, menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa
daerah di tempat mereka bermukim untuk berkomunikasi dengan sesama etnis
Tionghoa.
Awal kedatangan orang-orang Tionghoa pada abad ke-18 di Kalimantan
Barat dikarenakan paksaan dari pekerjaan menjadi buruh tambang dan
perkebunan. Para imigran Tionghoa ini mengatur sendiri jadwal kedatangan
mereka sehingga perbedaan antara etnis Tionghoa di Kalimantan Barat dengan
Tionghoa yang berada di daerah lainnya berbeda. Kelompok imigran terbanyak di
Kalimantan Barat adalah orang Tionghoa bukan dari kalangan suku lain Negara
Indonesia. Hampir semua orang Tionghoa yang bermigrasi ke Kalimantan Barat
berasal dari provinsi Guangdong, Tiongkok selatan, sisanya orang-orang Hokkien
dari propinsi Fujian. Bahasa Tionghoa yang mereka gunakan pun beragam
diantaranya ada Hakka, Teochiu, Kanton dan Hainan. Dua kelompok etnis
terbesar di Kalimantan Barat adalah Teochiu dan Hakka. Orang-orang Teochiu
berasal dari daerah pesisir Timur Laut Guangdong dan orang Hakka berasal dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
pedalaman Fujian datang ke Kalimantan Barat dengan penggunaan bahasa yang
sama. Kelompok Hakka merupakan kelompok perintis yang tinggal di
perkampungan dan daerah pertambangan untuk bekerja sebagai penambang,
berladang dan juga menjadi pedagang kecil. Berbeda halnya dengan kelompok
Teochiu yang lebih memilih untuk tinggal di perkotaan untuk berdagang, bahkan
kini kelompok Teochiu membentuk populasi terbesar etnis Tionghoa di kota
Pontianak dan daerah Selatan Pontianak. Kelompok Hakka sendiri menempati
daerah Utara kota Pontianak. Sejak tahun 1811 Pontianak merupakan kota transit
orang-orang Tionghoa ketika datang ke Kalimantan Barat, yang nantinya akan
menyebar ke daerah-daerah pedalaman sekitarnya. Kebanyakan para buruh
Tionghoa menghabiskan uangnya untuk membeli makanan-makanan enak, berjudi
dan menghisap candu. Hanya sedikit buruh yang menabung hasil kerjanya untuk
biaya kepulangan mereka ke Tiongkok atau mengirim uang kepada keluarganya di
sana.
Etnis Tionghoa membentuk pusat perdagangan di kota yang terletak di
tepian sungai Kapuas. Selain sebagai tempat berdagang, pasar yang dibangun itu
juga digunakan sebagai tempat tinggal. Pemilihan tempat tinggal juga bagian dari
karakteristik para imigran ini. Seperti orang-orang Tionghoa yang tinggal terpisah
dengan orang-orang Melayu dan Arab Orang-orang Melayu dan Arab cenderung
memilih bermukim dekat dengan istana sultan yang terletak di antara Sungai
Kapuas dan Sungai Landak. Hal ini tidak hanya terjadi di kota Pontianak saja,
melainkan di kota-kota kecil di Kalimantan Barat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Dari pembacaan yang dilakukan terhadap sumber diatas, dapat dilihat
bahwa penulis buku tentang perdagangan etnis Tionghoa di Indonesia berusaha
untuk membuktikan bahwa etnis Tionghoa selalu dekat dengan perdagangan.
I.6. Landasan Teori
Untuk mendukung penelitian tentang “Perdagangan Sembako Masyarakat
Tionghoa di Kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008”, pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan sosiologi lebih spesifik mengenai interaksi sosial.
Pendekatan ini digunakan karena perdagangan sembako memerlukan interaksi
antara penjual dan pembeli, interaksi ini sangat penting bukan saja didalam
perdagangan sembako melainkan juga untuk setiap aktifitas yang dilakukan oleh
manusia pasti akan menggunakan interaksi sebgai sarana berkomunikasi antar
sesama mahluk hidup.
Interaksi sosial merupakan gambaran tentang proses berhubungan yang
saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Pengertian interaksi sosial
adalah sebagai hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu
dengan kelompok, dan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.4
Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktifitas sosial, menyangkut
hubungan antara individu, individu dengan kelompok, maupun antara kelompok
dengan kelompok.
Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih,
dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara
4Dadang Supardan. PENGANTAR ILMU SOSIAL: Sebuah Kajian
Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara. 2008. Hal: 151.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
aktif. Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak
yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi.
Syarat Terjadinya Interaksi Sosial dapat berlangsung jika memenuhi dua
syarat di bawah ini, yaitu :
a. Kontak sosial
Adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan
awal terjadinya interaksi sosial, dan masing - masing pihak saling bereaksi antara
satu dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik.
b. Komunikasi
Artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain.
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada beberapa faktor
berikut ini.
a. Sugesti
Sugesti adalah pemberian pengaruh pandangan seseorang kepada orang
lain dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/pengaruh
tersebut tanpa berpikir panjang. Sugesti biasanya dilakukan oleh orang yang
berwibawa, mempunyai pengaruh besar, atau terkenal dalam masyarakat. Contoh
sugesti salah satunya adalah obat dengan harga mahal yang merupakan produk
impor yang dianggap pasti manjur untuk menyembuhkan penyakit. Anggapan
tersebut merupakan sugesti yang muncul akibat harga obat yang mahal dan
embel-embel produk luar negeri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
b. Imitasi
Imitasi adalah tindakan atau usaha untuk meniru tindakan orang lain
sebagai tokoh idealnya. Imitasi cenderung secara tidak disadari dilakukan oleh
seseorang. Imitasi pertama kali akan terjadi dalam sosialisasi keluarga. Misalnya,
seorang anak sering meniru kebiasaan-kebiasaan orang tuanya seperti cara
berbicara dan berpakaian. Namun, imitasi sangat dipengaruhi oleh lingkungannya
terutama lingkungan di sekolah. Karena seseorang (terutama saat seseorang sudah
menginjak usia remaja) cenderung lebih sering di sekolah dan bersosialisasi
dengan temannya dengan berbagai macam kebiasaan.
c. Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang
untuk menjadi sama dengan orang lain. Identifikasi mengakibatkan terjadinya
pengaruh yang lebih dalam dari sugesti dan imitasi karena identifikasi dilakukan
oleh seseorang secara sadar. Contoh identifikasi: seorang pengagum berat artis
terkenal, ia sering mengidentifikasi dirinya menjadi artis idolanya dengan meniru
model rambut, model pakaian, atau gaya perilakunya dan menganggap dirinya
sama dengan artis tersebut.
d. Simpati
Simpati adalah suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada orang
lain. Perasaan simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang atau
sekelompok orang atau suatu lembaga formal pada saat-saat khusus. Contoh
simpati adalah pada peringatan ulang tahun, pada saat lulus ujian, atau pada saat
mencapai suatu prestasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
e. Empati
Empati adalah kemampuan mengambil atau memainkan peranan secara
efektif dan seseorang atau orang lain dalam kondisi yang sebenar-benarnya,
seolah-olah ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain tersebut seperti
rasa senang, sakit, susah, dan bahagia. Empati hampir mirip dengan sikap simpati.
Perbedaannya, sikap empati lebih menjiwai atau lebih terlihat secara emosional.
Contoh empati adalah saat kita turut merasakan empati terhadap masyarakat
Yogyakarta yang menjadi korban letusan Gunung Merapi.
f. Motivasi
Motivasi adalah dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang
diberikan seorang individu kepada individu yang lain sedemikian rupa sehingga
orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau melaksanakan apa yang
dimotivasikan secara kritis, rasional, dan penuh tanggung jawab. Contoh motivasi
adalah guru yang memberikan motivasi kepada siswa supaya siswanya semakin
giat belajar.
Tidak selamanya interaksi berjalan sesuai dengan rencana. Kontak sosial
yang berlangsung kadang-kadang dapat berjalan sesuai dengan apa yang kita
inginkan, namun sebaliknya suatu interaksi akan mengalami gangguan dan
bahkan terhenti seandainya terjadi hal-hal berikut:
Subjek-subjek yang terlibat dalam interaksi tidak mempunyai harapan lagi
untuk mencapai tujuan. Interaksi yang terjadi tidak lagi bermanfaat atau tidak
mendatangkan keuntungan. Tidak adanya adaptasi atau penyesuaian antara pihak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
pihak yang saling berinteraksi. Salah satu pihak atau keduanya tidak bersedia lagi
mengadakan interaksi.
Jenis - jenis interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Interaksi antara individu dan individu
Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi
positif, jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika
hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).
2. Interaksi antara individu dan kelompok
Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk
interaksi sosial individu dan kelompok bermacam-macam sesuai situasi dan
kondisinya.
3. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok
Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan
bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk
membicarakan suatu proyek.
Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial terjadi pada saat itu, mereka
saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi.
Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua
syarat, yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi yang terjadi antara
individu.
Terjadinya interaksi sosial memang selalu dirasakan oleh setiap individu
dalam bermasyarakat, kelompok, dan bahkan didalam kehidupan sehari-hari. Hal
ini juga yang membuat terjalinnya hubungan antara masyarakat Tionghoa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
berprofesi sebagai pedagang dengan masyarakat setempat yang menjadi
konsumen atau pembeli.
I.7. Metodologi Penulisan
I.7.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Melawi dan beberapa
kecamatan yang berada di Kabupaten Melawi, seperti Kecamatan Nanga Pinoh,
Menukung dan Ella.
I.7.2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode sejarah.
Metode pengumpulan data pada penelitian Perdagangan Sembako Masyarakat
Tionghoa di kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008 ini dilakukan
dengan mengumpulkan sumber tertulis, sumber lisan, studi pustaka, studi arsip
dan juga melalui wawancara serta observasi.
I.7.3. Metode Pencarian Data
Sumber tertulis akan diperoleh dari buku, koran, jurnal, ataupun internet
yang berkaitan dengan topik penelitian.
Studi pustaka dan studi arsip akan dilakukan di Kota Nanga Pinoh dan
Pontianak. Hasil dari studi pustakan dan studi arsip ini akan dipergunakan untuk
mendukung penulisan penelitian ini.
Wawancara akan dilakukan di Kota Nanga Pinoh dengan beberapa orang
dari para pedagang dan juga para pembeli ataupun pelanggan. Hasil dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
wawancara ini akan cermati lebih lanjut agar bisa menjadi data pendukung dari
penelitian ini.
Observasi akan dilakukan di Kota Nanga Pinoh dan beberapa kecamatan
yang ada di Kabupaten Melawi guna untuk mengetahui tempat-tempat yang akan
dipergunakan untuk mengerjakan penelitian ini. Hasil dari observasi ini akan
digunakan sebagai lokasi pendukung dari penelitian ini berlangsung.
Sumber lisan akan dilakukan dengan beberapa orang yang menjadi pelaku
dari perdagangan sembako ini. Hasil dari sumber lisan ini akan digunakan untuk
penulisan penelitian ini.
Data-data yang didapat baik dari studi pustaka maupun transkrip
wawancara dan kuisioner oleh peneliti kemudian diuji dan dianalisis secara kritis,
supaya hasil penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan.5 Data yang berupa
buku-buku yang diperoleh dari perpustakaan kemudian diperbandingkan dengan
sumber lain, sehingga data-data tersebut dapat dipercaya.6
I.8. Sistematika Penulisan
Penulisan ini akan dibagi menjadi lima bab. Pada setiap bab akan
dijelaskan mengenai topik diatas. Adapun pembagian bab dan sub-bab sebagai
berikut:
5Louis Gottschalks. Mengerti sejarah. UI, Jakarta, 1985. Hlm. 32
6Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yayasan Bentang Budaya,
Yogyakarta,1995. Hlm. 99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
BAB I Pendahuluan. Berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, kajian pustaka, landasan teori, metodologi
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II Kabupaten Melawi Selintas, [berisi tentang sejarah Kabupaten
Melawi, Demografi (komposisi penduduk, tingkat pendidikan, Mata Pencaharian
penduduk).
BAB III Perdagangan Sembako masyarakat Tionghoa. Pada bab ini
menjelaskan bagaimana proses perdagangan sembako masyarakat Tionghoa dapat
berjalan tanpa dipengaruhi oleh iklim dan letak geografis tempat tersebut.
BAB IV Hubungan masyarakat lokal dengan masyarakat Tionghoa. Pada
bab ini dijelaskan hubungan yang terjalin antara masyarakat lokal dengan
masyarakat Tionghoa sehingga dapat terjadi kerjasama diantara keduanya, dan
berbagai tanggapan yang muncul dari pandangan masyarakat setempat mengenai
perdagangan sembako yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa.
BAB V Penutup. Pada bab ini berisikan kesimpulan untuk menjawab
pertanyaan yang ada pada rumusan masalah. Serta saran dan kritik atas
Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi Kalimantan
Barat 2004-2008.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
KABUPATEN MELAWI SELINTAS
II.1. Kabupaten Melawi
Pulau Kalimantan merupakan salah satu pulau yang ada di Indonesia.
Adapun beberapa provinsi yang ada di Kalimantan sebagai berikut Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan
Kalimantan Utara. Pembahasan bab ini terlebih dikhususkan di Kalimantan Barat.
Sintang adalah salah satu kabupaten yang berada di Kalimantan Barat.
Nanga Pinoh termasuk dalam kabupaten Sintang dan menjadi kota kabupaten
paling akhir dari Kalimantan Barat.1 Kabupaten Melawi adalah kabupaten yang
baru terbentuk dan merupakan pemekaran dari Kabupaten Sintang pada tahun
2004.
Pada awalnya Melawi menjadi bagian dari kabupaten Sintang, seiring
banyaknya keinginan masyarakat Nanga Pinoh untuk mendirikan kabupaten
sendiri dan melalui pertimbangan yang cukup lama pada akhirnya bertepatan pada
tahun 2004 Melawi diresmikan menjadi kabupaten dengan Bupati pertama Drs.
Suman Kurik, MM. Hal ini memang baru di telinga masyarakat Kalimantan Barat
karena mereka lebih mengetahui Nanga Pinoh dibandingkan dengan Melawi.2
1 J.U. Lontaan. Sejarah – Hukum Adat Dan Adat Istiadat Kalimantan – Barat.
Bumirestu, Jakarta, 1975. Hal. 208.
2 http://www.pn-sintang.go.id/index.php/profil/yuridiksi. Diunduh tanggal 15
september 2015. 01:20 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Pembentukan Kabupaten Melawi tersebut bertujuan untuk mewujudkan
aspirasi masyarakat yang berkembang untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
Tahun 2004 adalah periode pertama Melawi menjadi Kabupaten. Sama
seperti kabupaten-kabupaten lainnya, Kabupaten Melawi juga mengalami
perubahan-perubahan yang cukup mencolok baik di bidang pemerintahan, sosial
budaya dan ekonomi. Perbaikan diberbagai bidang pun dilakukan agar
perkambangan kedepannya semakin membaik.
Tahun 2005, pemerintah daerah memusatkan perhatiannya untuk
perbaikan jalan menuju ke kecamatan-kecamatan kecil bagian dalam dan mulai
banyak berdiri tempat-tempat yang akan digunakan untuk berjualan seperti bahan
pangan, sandang dan papan di Melawi sampai di kecamatan bagian dalam. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan penjualan barang-barang yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari.
Tahun 2006, pendidikan mulai lebih diperhatikan oleh pemerintah
Kabupaten Melawi. Pada tahun ini hampir di setiap kecamatan-kematan memiliki
sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas sehingga
anak-anak dari setiap kecamatan tidak perlu lagi harus ke kabupaten untuk
melanjutkan sekolah tingkat lanjut mereka. Serta perkambangan dari proses
penjualan sembako juga dilakukan melalui jalur sungai Melawi menggunakan
kapal untuk membawa barang-barang sembako. Orang Tionghoa merupakan
pelaku utama dalam penjualan ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Tahun 2007 merupakan tahun ketiga Melawi menjadi Kabupaten,
perkembangan dan perbaikan di segala bidang sudah memadai. Serta di tahun
2008 khususnya di bidang perekonomian para pedagang sudah menyebar sampai
ke pedalaman atau kecamatan-kecamatan bahkan masyarakat Tionghoa pun mulai
menyebar juga sampai di setiap kecamatan-kecamatan di Kabupaten Melawi.
Pada perkembangan saat ini, pemanfaatan lahan selalu dilakukan agar
perkembangan diberbagai bidang bisa mencukupi akan kebutuhan masyarakat
dengan latar belakang ekonomi yang berbeda.
Setelah pembentukan Kabupaten, berbagai pembaharuan dan penerimaan
pun dilakukan guna untuk membantu perkembangan di Kabupaten Melawi.
Penerimaan terhadap para pendatang mulai mengalami peningkatan, yang
awalnya hanya masyarakat Tionghoa dan Melayu pada masa perkembangan dan
pembaharuan ini menjadi sangat banyak seperti di desa Belimbing. Desa
Belimbing ini bermayoritaskan masyarakat Flores dan Jawa yang datang untuk
bekerja di perkebunan sawit.
II.2. Penduduk Kabupaten Melawi
Mayoritas penduduk asli Kabupaten Melawi adalah orang-orang Dayak.
Masyarakat Tionghoa dan Melayu adalah pendatang yang menetap di Kabupaten
Melawi. Akan tetapi hal ini menjadi menarik khususnya di kota Nanga Pinoh,
mayoritas penduduknya adalah orang-orang Tionghoa dan Melayu sedangkan
masyarakat Dayak lebih banyak tinggal dipedalaman atau di setiap kecamatan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
kecamatan yang ada di Nanga Pinoh itu sendiri.3 Hal terjadi karena banyaknya
pendatang sehingga secara tidak langsung hal tersebut menjadi penyebab
masyarakat Dayak lebih memilih tinggal di setiap kecamatan-kecamatan yang
berada di Kabupaten Melawi. Tetapi penerimaan mereka terhadap pendatang
sangat baik, bahkan ada diantara mereka yang menikah dengan para pendatang
tersebut.
Perkembangan berikutnya para pendatang yang datang dari luar pulau
Kalimantan barat bukan hanya masyarakat Tionghoa dan melayu, akan tetapi
masyarakat Flores, Jawa, Batak, dan Padang juga bertransmigrasi ke Kabupaten
Melawi. Para pendatang ini memanfaatkan potensi alam dan luas wilayah
Kabupaten Melawi untuk bekerja diperkebunan, khususnya perkebunan sawit.
Seiring berkembangnya tingkat pendidikan di Indonesia sekarang ini,
masyarakat di Kabupaten Melawi sudah mulai banyak yang menempuh
pendidikan sampai ke tingkat S1 bahkan sampai ke tingkat S2 dan S3.4
Kebanyakan anak-anak yang berasal dari Kabupaten Melawi melanjutkan
pendidikan ke tingkat S1 di kota-kota besar seperti Pontianak, Yogyakarta, Solo,
Madiun, Semarang dan ada yang sampai ke Luar Negeri.5 Tingkat pendidikan
masyarakat Melawi secara umur sudah mengalami perkembangan yang cukup
pesat, karena kemauan untuk berpendidikan sudah mulai banyak.
3 http://habibpadilah.blogspot.com/2012/12/asal-mula-nama-nanga-pinoh-dan-
sejarah_7234.html. Diunduh tanggal: 8 juni 2015. 11:37 WIB.
4 Badan Pusat Statistik Kabupaten Melawi Tahun 2008
5 https://melawiraya.wordpress.com/profil-melawi/. Diunduh tanggal 23
November 2015. 22.30 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Tabel dibawah ini akan menunjukan tingkat pendidikan menurut wilayah
atau setiap kecamatan yang berada di Kabupaten Melawi.6
6 http://sp2008.bps.go.id/index.php/site/id=6110000000&wilayah=Melawi.
Diunduh tanggal 10 september 2015. 20:30 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Penduduk Berumur 5 Tahun Keatas Menurut Wilayah dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Kabupaten Melawi Perkotaan + Perdesaan | Laki-laki + Perempuan
Nama
Kecamatan
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan
Tidak
Sekolah
Tidak
Tamat
SD
SD SMP SMA SMK Diploma
I/II
Diploma
III
S1 S2/S3 Jumlah
10 Sokan 3.326 3.268 3.920 1.659 763 49 104 30 49 2 13.170
20 Tanah
Pinoh
1.512 2.809 3.926 2.391 1.729 44 212 70 129 1 12.823
21 Tanah
Pinoh
Barat
2.271 2.635 3.367 1.460 469 21 66 17 15 0 10.321
30 Sayan 2.166 2.991 5.087 2.604 1.010 31 114 50 90 2 14.145
40 Belimbing 2.482 4.757 6.105 2.831 1.604 78 129 41 143 2 18.172
41 Belimbing
Hulu
1.319 1.965 3.069 913 470 15 66 31 33 1 7.882
50 Nanga
Pinoh
3.108 7.120 9.398 6.250 7.037 291 591 575 1.272 79 35.721
51 Pinoh
Selatan
1.385 2.237 3.305 1.158 632 40 95 18 54 2 8.926
52 Pinoh
Utara
2.399 2.698 3.610 858 647 28 72 33 45 3 10.393
60 Ella Hilir 3.267 4.283 3.881 1.323 699 37 122 33 64 1 13.710
70 Menukung 3.413 4.153 5.276 1.542 842 57 111 43 71 2 15.510
Kabupaten
Melawi
26.648 38.916 50.944 22.989 15.902 691 1.682 941 1.965 95 160.773
Tabel 1.1. Data Sensus Penduduk Kabupaten Melawi 2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan di Kabupaten
Melawi bisa dibilang sudah mulai memadai seiring berkembangnya teknologi dan
sadarnya masyarakat mengenai pentingnya pendidikan pada masa sekarang ini.
Sadar akan pendidikan pada masa sekarang ini banyak sekali membantu
anak-anak yang memiliki kemauan untuk sekolah ketingkat yang lebih lanjut
mendapatkan pendidikan yang mereka inginkan. Dengan harapan mereka dapat
memajukan daerahnya dengan pendidikan yang telah mereka dapatkan semasa
sekolah baik ditingkat lanjut ataupun ditingkat sarjana.
Perkembangan teknologi dan informasi pada masa kini membuat
pendidikan sangatlah penting bagi setiap individu, hal ini juga dirasakan oleh
masyarakat kabupaten Melawi. Pendidikan adalah fondasi utama untuk
menghadapi masa global yang sangat berkembang saat ini, jika dimulai sejak usia
dini maka anak-anak yang berada di daerah kecamatan bagian dalam tidak akan
tertinggal dengan anak-anak yang bersekolah di daerah perkotaan. Untuk
pendidikan di kabupaten Melawi pada saat ini sudah merata dari daerah kabupaten
sampai ke kecamatan bagian dalam.
Perkembangan yang selalu meningkat setiap tahunnya merupakan hasil
dari kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan agar anak-anak mereka
dapat merasakan sekolah ke jenjang yang setinggi-tingginya dan dapat berguna
bagi daerah dan juga negara. Banyak orang tua yang menyekolahkan anak-anak
mereka sampai ke jenjang sarjana dan magister, hal ini merupakan bukti bahwa
orang tua mampu menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang tersebut dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
jerih payah dan perjuangan mereka yang hanya memiliki pekerjaan sebagai petani
dan pekebun.
II.3. Mata Pencaharian Masyarakat Kabupaten Melawi
Wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebagian besar berupa dataran rendah
yang dikelilingi sungai, baik sungai besar dan sungai kecil. Dengan wilayah
daratannya yang sangat luas menyebabkan mata pencaharian penduduknya sangat
beragam. Wilayah tempat tinggal penduduk yang menyebar secara tidak merata
menyebabkan mata pencaharian masyarakat cukup beragam dan wilayah mata
pencaharian juga tidak terkonsentrasi pada satu wilayah. Namun demikian,
sebagian besar penduduk yang tinggal di wilayah Kabupaten Melawi bekerja di
bidang pertanian, yang meliputi kehutanan, perkebunan, pertanian tanaman
pangan, perikanan, dan peternakan.
Mengandalkan sungai sebagai sarana merupakan kebiasaan bagi
masyarakat Kabupaten Melawi terlebih khusus yang berada di kecamatan-
kecamatan, dimana dengan menggunakan sungai mereka bisa mencari ikan,
membuat tambak untuk memelihara ikan, berjualan buah musiman seperti durian,
tengkawang, dan cengkeh ke kecamatan lainnya yang berada tidak jauh dari
kecamatan mereka. Rumah apung biasanya digunakan sebagai terminal speed
boat7 dan juga sebagai tempat untuk berjualan barang-barang keperluan sehari-
hari.
7 Speed Boat adalah sarana transportasi yang menggunakan jalur sungai. Alat
transportasi ini sangat sering dipergunakn penduduk sebelum jalur darat dikembangkan
oleh pemerintah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Di daerah Nanga Pinoh, mata pencaharian masyarakatnya adalah
berdagang. Dimana kebanyakan masyarakat yang tinggal di Nanga Pinoh adalah
masyarakat Tionghoa, sehingga berdagang adalah prioritas utama mereka. Ada
juga yang memiliki toko material bangunan, bengkel, mini market, toko alat-alat
olahraga, dan rumah makan.
Selain dari berdagang dan mencari ikan, ada juga yang bekerja di
pertambangan emas, berladang, dan berkebun. Pertambangan emas khususnya di
Kabupaten Melawi ini tidaklah menetap, melainkan berpindah dari satu tempat
ketempat lain. Ada dua jenis pertambangan emas yaitu darat dan sungai.
Pertambangan emas yang menggunakan jalur darat biasanya menyemprotkan air
ke tanah sehingga membentuk seperti gua, sedangkan pertambangan emas yang
menggunakan jalur sungai menggunakan mesin penghisap pasir untuk mengambil
emas dari dasar sungai. Pada saat ini kedua jenis pertambangan emas tersebut
masih sering digunakan sampai sekarang. Berladang dan berkebun adalah mata
pencaharian pokok masyarakat di Kabupaten Melawi khususnya di kecamatan-
kecamatan.
Berladang juga berpindah-pindah dan biasanya yang ditanam adalah padi.
Berbeda dengan sawah yang ada di Jawa, ladang merupakan lahan kering yang
bisa ditanami padi dan hanya bisa sekali panen saja, agar bisa ditanami kembali
setelah masa panen selesai, biasanya masyarakat membakar lahan tersebut agar
tanahnya kembali subur dan bisa ditanami padi kembali. Masyarakat membuat
kebun untuk ditanami sayur-sayuran dan buah-buahan, dan kebun selalu dibuat
berdekatan dengan ladang bahkan satu lahan, agar proses pengurusannya tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
susah. Sehingga dengan demikian masyarakat bisa mengurusi kedua lahan
tersebut sekaligus.
Meningkatnya jumlah penduduk juga mempengaruhi mata pencaharian
setiap tahunnya. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya kekurangan lapangan
pekerjaan, meningkatnya perekonomian masyarakat, dan bertambahnya tingkat
pendidikan. Dan hal-hal tersebut selalu menjadi masalah utama beberapa tahun
belakangan. Secara khusus didalam bidang perekonomian dan mata pencaharian
masyarakat di kabupaten Melawi bisa mengandalkan sarana kekayaan alam, lahan
yang telah tersedia, dan berbagai sarana lainnya yang bisa mereka gunakan untuk
bertahan hidup dan mencari nafkah untuk keluarga mereka.
Mata pencaharian yang telah disebutkan di atas adalah mata pencaharian
sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Melawi, dan sampai
saat ini masih dilakukan. Pemanfaatan lahan untuk bertani, berkebun,
penambangan emas, dan lain-lainnya ini dilakukan dengan tekun oleh mereka.
Mereka juga mengolah lahan perkebunan dan ladang agar hasil yang akan dipanen
juga sesuai dengan keinginan mereka.
II.4. Wilayah Kabupaten Melawi
Kabupaten Melawi merupakan salah satu kabupaten yang berada di
Propinsi Kalimantan Barat. Kabupaten ini terletak di antara garis 07°-1020°
Lintang Selatan dan 1117°-11227° Bujur Timur.8 Wilayah Kabupaten Melawi
8 https://infonusa.wordpress.com/2015/05/09/kabupaten-melawi/. Diunduh
tanggal 15 september 2015. 01:10 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
dilihat dari letak geografisnya, terletak di antara beberapa wilayah sebagai berikut
:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sintang
Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Tengah
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sintang
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Ketapang
Pada awal berdirinya, Kabupaten Melawi terdiri dari 7 kecamatan, 82 desa dan
292 dusun, yang kemudian dilakukan pemekaran beberapa kecamatan baru yang
dibentuk berdasarkan Perda No. 32 Tahun 2007 Tentang Pembentukan
Kecamatan Pinoh Utara, Kecamatan Pinoh Selatan, Kecamatan Belimbing Hulu
dan Kecamatan Tanah Pinoh Barat, sehingga sekarang ini Kabupaten Melawi
terdiri dari 11 kecamatan, 169 desa dan 525 dusun, dimana kecamatan terluas
adalah Kecamatan Sokan dengan luas 1.577,2 km2 atau 14,83% dari luas
Kabupaten Melawi (10.640,8 km2), sedangkan kecamatan terkecil adalah
Kecamatan Belimbing Hulu dengan luas 454,0 km2 atau 4,27% dari luas
Kabupaten Melawi.9
II.5. Peta dan Demografi
Peta
Awalnya Kabupaten Melawi memiliki 7 kecamatan yaitu kecamatan
Nanga Pinoh, kecamatan Ella, kecamatan Tanah Pinoh, kecamatan Belimbing,
kecamatan Sokan, kecamatan Sayan dan kecamatan Menukung. Pada saat ini
9 Ibid.,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
sudah menjadi 11 kecamatan dan jarak antara satu kecamatan dengan kecamatan
lainnya memiliki jarak tempuh yang cukup jauh. Pada perkembangannya jarak
bukanlah menjadi masalah karena alat transportasi sudah memadai sehingga untuk
menempuh perjalanan dari satu kecamatan ke kecamatan lainnya tidak lagi seperti
dulu.
Gambar 1.1 Peta Kabupaten Melawi
Sumber : http://loketpeta.pu.go.id/assets/cms/uploads/images/media-peta/peta-
infrastruktur/pii-6100/6110_2008.gif. Diunduh tanggal 26 maret 2016. 01.30 WIB
Dari peta di atas dapat dilihat bahwa jarak antara satu kecamatan dengan
kecamatan lain sangatlah jauh dan harus menempuh perjalanan selama berjam-
jam agar bisa sampai ke setiap kecamatan-kecamatan tersebut.
Jarak bukanlah halangan bagi masyarakat Melawi, mereka menempuh
jarak yang kurang lebih harus memakan waktu 1 sampai 6 jam perhari untuk
dapat sampai ke kabupaten, dan kembali lagi ke kecamatan dengan jarak tempuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
yang sama. Saat musim kemarau dan hujan, kegiatan yang mereka lakukan sehari-
hari tetap berjalan, kecuali saat hujan lebat sehingga menyebabkan banjir dan
kegiatan mereka seperti bertani otomatis terhenti karena lahan mereka biasanya
terendam oleh air.
Demografi
Perkembangan penduduk di suatu daerah bisa menjadi potensi sekaligus
permasalahan bagi daerah tersebut. Permasalahan yang paling esensial adalah
berkaitan dengan penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas penduduk
yang masih rendah, penyediaan lapangan usaha serta penyediaan bahan pangan.
Faktor yang sangat umum yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk di suatu
daerah antara lain adalah angka kematian, angka kelahiran, dan angka migrasi.
Kejadian ini biasa disebut dengan kejadian vital penduduk.
Jelasnya mengenai perkembangan penduduk Kabupaten Melawi dapat
dilihat dari tabel berikut ini :10
10
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3831/bab ii.docx.
Diunduh tanggal 3 september 2015. 00:30 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Tabel 1.2.
PERKEMBANGAN PENDUDUK KABUPATEN MELAWI
TAHUN 2005 – 2008
Tahun Jumlah Penduduk ( Jiwa )
Laki – Laki Perempuan Jumlah
2005 78.872 75.779 154.651
2006 83.618 80.586 164.204
2007 87.357 82.451 169.808
2008 92.587 85.987 178.574
2009 98.087 91.349 189.427
2010 91,529 87,116 178.645
Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Melawi 2010
Apabila dilihat dari perbandingan jumlah penduduk antar kecamatan,
jumlah penduduk Kecamatan Nanga Pinoh lebih besar dibandingakan dengan
kecamatan-kecamatan lain yang ada di Kabupaten Melawi, hal ini
mengindikasikan bahwa kecenderungan penduduk Kabupaten Melawi untuk
menetap dan bertempat tinggal di Ibukota Kabupaten lebih banyak dari pada yan
memilih tinggal di kecamatan-kecamatan.
Jumlah penduduk terbanyak yakni Kecamatan Nanga Pinoh yaitu sebesar
39,604 jiwa dan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Belimbing Hulu
yaitu sebesar 8,687 jiwa. Total jumlah penduduk Kabupaten Melawi sebesar
178,645 jiwa. Dengan adanya jumlah penduduk yang tidak merata menandakan
tingkat kepadatan penduduk pada ibukota kabupaten lebih banyak dikarenakan
masyarakat lebih menyukai tinggal di ibukota kabupaten dari pada kota
kecamatan.
Masyarakat Melawi lebih banyak memilih tinggal di kabupaten karena
untuk ketersediaan berbagai macam kebutuhan lebih lengkap jika dibandingkan
dengan kota kecamatan yang mana untuk akses ke kabupaten masih harus
menempuh jarak yang cukup jauh dengan kondisi jalan yang masih rusak dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
berlumpur. Hal inilah yang membuat masyarakat lebih memilih tinggal di ibukota
kabupaten daripada mereka harus menempuh perjalanan yang cukup lama dengan
keadaan jalan yang bisa dikatakan cukup rusak untuk dilalui oleh kendaraan-
kendaraan roda dua dan empat.
Untuk kejelasan mengenai jumlah penduduk dan kepadatan penduduk
Kabupaten Melawi dapat di lihat pada tabel berikut :11
Tabel 1.3.
JUMLAH PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK
KABUPATEN MELAWI TAHUN 2008
No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah
Penduduk Laki – Laki Perempuan
1. Kecamatan Belimbing 10,513 9,678 20,191
2. Kecamatan Nanga
Pinoh
20,219 19,385 39,604
3. Kecamatan Ella Hilir 7,769 7,511 15,280
4. Kecamatan Menukung 8,973 8,412 17,385
5. Kecamatan Sayan 7,951 7,688 15,639
6. Kecamatan Tanah
Pinoh
7,214 6,964 14,178
7. Kecamatan Sokan 7,423 7,350 14,773
8. Kecamatan Belimbing
Hulu
4,555 4,132 8,687
9. Kecamatan Pinoh
Utara
5,902 5,599 11,501
10. Kecamatan Pinoh
Selatan
5,142 4,832 9,974
11. Kecamatan Tanah
Pinoh Barat
5,868 5,565 11,433
Total 91,529 87,116 178,645 Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Melawi 2010
Dari hasil registrasi penduduk tahun 2009 secara keseluruhan penduduk
Kabupaten Melawi lebih banyak penduduk masuk dari penduduk yang pindah.
11 Ibid.,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Dari komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kabupaten Melawi
jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk
perempuan dengan komposisi 91,529 jiwa laki-laki dan 87,116 jiwa penduduk
perempuan.
Dilihat dari beberapa tabel mengenai perkembangan penduduk di
Kabupaten Melawi, dapat kita lihat bagaimana laju pertumbuhan penduduk
sangatlah mempengaruhi jumlah perkembangan penduduk selalu meningkat dan
ini akan berakibat terhadap lahan tempat tinggal, lapangan pekerjaan, tingkat
pendidikan, dan perekonomian. Dan juga terjadi peningkatan dibidang pendidikan
dan jumlah perekonomian setiap tahunnya.
Sampai saat ini perkembangan dan jumlah penduduk yang berada di
kabupaten Melawi sangatlah meningkat pesat, dapat dilihat pada tabel-tabel di
atas. Dan tidak sedikit dari anak-anak dan orang dewasa yang merantau untuk
mencari lapangan pekerjaan yang lebih baik dan luas, sebab di kabupaten Melawi
lapangan pekerjaannya sudah mulai penuh dan sidikit rumitnya untuk dapat
bekerja disana membuat hal tersebut harus terjadi. Anak-anak yang melanjutkan
sekolah juga banyak melanjutkan pendidikan mereka di luar pulau Kalimantan
dengan anggapan bahwa di luar pulau Kalimantan mereka dapat hidup dan belajar
lebih baik jika dibandingkan dengan pendidikan mereka yang berada di pulau
Kalimantan.
Sebagai contoh pulau yang paling banyak didatangi oleh anak-anak yang
melanjutkan sekolah dan pendidikan mereka adalah pulau Jawa. Yogyakarta
sebagai pilihan utama bagi mereka untuk mendapatkan pendidikan yang lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
baik karena perkembangan pendidikan lebih cepat dan sesuai berada di kota
Yogyakarta. Bagi penduduk Kalimantan Barat, kota Yogyakarta merupakan kota
yang penuh dengan pelajar dan mahasiswa sehingga hal ini membuat para orang
tua lebih memilih kota Yogyakarta untuk menyekolahkan putra dan putri mereka
dengan anggapan bahwa setelah mereka selesai dan mendapatkan pekerjaan dapat
menaikan taraf hidup mereka dan juga keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
PERDAGANGAN SEMBAKO MASYARAKAT TIONGHOA
DI KABUPATEN MELAWI
III.1. Awal Peralihan Profesi
Perpindahan suatu bangsa ke negara lain biasanya dilakukan untuk
mencari kehidupan yang lebih baik. Ada beberapa alasan yang menjadi faktor
utama sehingga mereka melakukan migrasi ke negara lain. Seperti wilayah
geografis yang kurang menguntungkan untuk bercocok tanam, tanah/lahan yang
tandus, mengalami kekeringan, tekanan politik dan ekonomi, dan lain sebagainya
menjadi alasan utama yang membuat mereka migrasi ke daerah/negara lain.
Adapun keterkaitan dengan situasi dan kondisi negara yang sedang merosot akibat
perang maupun bencana alam juga menjadi alasan untuk bermigrasi.
Pada abad IV, orang-orang Tionghoa telah berlayar ke Indonesia untuk
melakukan kegiatan perdagangan. Rute pelayaran para orang Tionghoa untuk
melakukan kegiatan perdagangan itu adalah dengan menyusuri pantai Asia Timur
dan pulang melalui Kalimantan Barat dan Filipina dengan menggunakan angin
musiman.1
Pada abad VII, hubungan antara Tiongkok dengan Kalimantan Barat sudah
semakin sering terjadi, tetapi belum ada yang menetap dan lama kelamaan orang-
orang Tionghoa dari Tiongkok mulai berdatangan.2
1J.U. Lontaan. Sejarah – Hukum Adat Dan Adat Istiadat Kalimantan – Barat.
Bumirestu, Jakarta, 1975. Hal 245.
2Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Pada abad XVII, bangsa Tionghoa hijrah ke Kalimantan Barat dengan
menempuh dua rute. Rute pertama melalui Indocina untuk berlayar menuju ke
Malaya dan menyebar ke pantai Sumatera Timur, Kepulauan Bangka-Belitung
serta pantai Kalimantan Barat, terutama pantai Sambas dan Mempawah. Rute
kedua melalui Kalimantan bagian Utara berlayar untuk ke daerah Paloh dan
Sambas kemudian ke pedalaman Sambas dan Mempawah Hulu, hal ini dilakukan
guna untuk penggalian dan mendapatkan tambang-tambang emas.3
Kurang lebih pada abad XVIII, imigran dari Tiongkok datang besar-
besaran untuk kepentingan pertambangan emas, karena pada masa itu pemerintah
Sambas dan Mempawah menggunakan tenaga-tenaga orang Tionghoa sebagai
tenaga wajib rodi untuk dipekerjakan disetiap tambang-tambang emas yang ada di
Kalimantan Barat. Rombongan dari Tiongkok yang datang ke daerah Kalimantan
Barat adalah “KONGSI” dengan tujuan utamanya adalah mencari emas. Seiring
berkembangannya perkongsian-perkongsian dari orang Tionghoa, hal ini secara
tidak langsung mengusir orang-orang Dayak yang daerahnya dikuasai oleh
perkongsian Tionghoa. Akhirnya orang-orang Dayak pindah ke daerah yang lebih
aman dan jauh dari orang-orang Tionghoa.4
Kedatangan para imigran Tionghoa ke Indonesia dibagi menjadi beberapa
kelompok atau suku yang terdiri dari dua provinsi yaitu Fukien dan
3Ibid., hal 247.
4Ibid., hal 248.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Kwantung.5Kelompok-kelompok ini dibedakan berdasarkan perbedaan kultur
golongan-golongan subetnis seperti Hokkien, Hakka dan Canton.6 Berikut adalah
orang-orang Tionghoa yang datang ke Indonesia yang dibedakan kedalam
beberapa golongan, yaitu :
1. Hokkien, merupakan suku bangsa yang berasal dari provisi Fukien atau
Fujien, Tiongkok bagian selatan. Golongan ini merupakan suku bangsa
yang pertama kali datang dan menetap di Jawa. Golongan ini merupakan
golongan terbesar hingga abad ke-19, dan biasanya mereka bekerja
sebagai pedagang maupun buruh.
2. Teochiu, adalah suku bangsa yang berasal dari daerah orang-orang
Hokkien. Mereka tinggal di pedalaman Swatow dan sepanjang barat daya
kota pelabuhan. Di Indonesia mereka tinggal di sepanjang pantai
Sumatera, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat terutama di Pontianak.
Biasanya mereka bermata pencaharian sebagai petani, pedagang sayur dan
pertanian komersial lainnya.7
3. Hakka atau Khek. Orang-orang Hakka berasal dari wilayah utara
Kwantung, yaitu suatu daerah yang berbukit-bukit dan tidak begitu subur.
Di Indonesia, mereka banyak menetap di Pulau Sumatera, Bangka dan
5Puspa Vasanty. “Kebudayaan Orang Tionghoa di Indonesia”, dalam Koentjaranigrat. Manusia Dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan, Jakarta,
1993, hal. 353.
6G. William Skinner. “Golongan Minoritas Tionghoa”, dalam Melly G. Tan (ed). “Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia: Suatu Masalah Pembinaan
Kesatuan Bangsa. PT. Gramedia, Jakarta, 1979, hal. 6.
7Ibid., hal. 7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
beberapa wilayah lainnya. Pekerjaan mereka lebih banyak di perkebunan
dan pertambangan.8
4. Kwongfu atau Canton, merupakan suku bangsa yang berasal dari Canton
dan Macao yang kemudian datang dan bermukim di pantai timur dan
selatan Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Kedatangan orang-orang
Tionghoa ke Indonesia kebanyakan bekerja di pertambangan timah di
daerah Bangka. Orang-orang Canton lebih terkenal sebagai tenaga tukang
yang terampil dalam membuat perabotan rumah tangga.9
Orang-orang Tionghoa yang tersebar ke Indonesia berasal dari suku-
bangsa yang telah disebutkan di atas. Dan masyarakat Tionghoa yang berada di
kabupaten Melawi kebanyakan berasal dari suku Hakka atau Khek, yang datang
untuk bekerja di pertambangan dan perkebunan. Daerah-daerah yang disebutkan
merupakan daerah yang sangat penting dalam pertumbuhan perdagangan orang
Tionghoa ke seberang lautan. Kepandaian berdagang ini yang ada di dalam
kebudayaan suku-suku Tionghoa telah terwariskan selama berabad-abad lamanya
dan masih tampak jelas pada orang Tionghoa di Indonesia. Di antara pedagang-
pedagang Tionghoa di Indonesia tidak semua suku dari Tiongkok ini berhasil dan
hanya beberapa saja yang berhasil. Hal ini juga disebabkan karena sebagian besar
dari mereka sangat ulet, tahan uji, hemat, sederhana, tanggung-jawab, kerjasama,
kuat dan rajin.
8Drs. Hidayat ZM. “Masyarakat Dan Kebudayaan Tionghoa di
Indonesia”. Tarsito, Bandung, 1997, hal. 22.
9G. William Skinner. Op. Cit., hal. 8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Keberhasilan sebagai pedagang yang telah diwarisi tentu juga telah
mewariskan sifat-sifat yang dapat mendukung keberhasilan tersebut seperti sifat
disiplin, efisien, energik, fokus, gesit, jeli, kerja keras, kreatif, rajin, ramah, sabar,
semangat, tanggungjawab, tekun, teliti, tepat waktu, teratur, terkendali, dan ulet.
Semua sifat-sifat ini tentu tidak begitu saja dimiliki, tetapi sangat berkaitan
dengan sistem pendidikan panjang sejak lahir (pembudayaan) yang diwarisi oleh
warga Tionghoa.
Rupanya keberhasilan dalam suku-suku pedagang inilah yang menjadi
stempel umum yang dilihat sebagai etos kerja yang perlu diteladani, tanpa
memperhatikan imigran Tionghoa lain, yang berasal dari suku-bangsa lain,
kebanyakan dari mereka tidak berprofesi di dunia perdagangan, dan banyak juga
yang hidup dalam kemiskinan.
Para imigran Tionghoa yang datang ke Indonesia dalam berbagai golongan
ini menunjukkan bahwa mereka berasal dari daerah yang berbeda-beda dan
dengan kondisi daerah yang berbeda juga. Kedatangan para imigran Tionghoa ke
Indonesia secara garis besar mempunyai alasan yang sama, yaitu keadaan politik
dan ekonomi yang melanda Tiongkok, sehingga untuk mendapatkan penghidupan
yang lebih baik mereka harus bermigrasi.
Kedatangan Masyarakat Tionghoa ke Indonesia semakin meningkat
setelah munculnya kota-kota dagang di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan wilayah
lainnya. Kota-kota dagang tersebut muncul seiring dengan pertumbuhan
penduduk dan pemukiman orang-orang Tionghoa yang diikuti juga dengan
perkembangan perekonomian di wilayah tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Kurang lebih pada abad XVIII/XIX, penyebaran orang-orang Tionghoa di
Kalimantan Barat telah sampai ke pedalaman. Penyebaran terjadi karena
persediaan tambang emas sudah mulai berkurang dan mereka harus segera
mencari tempat-tempat baru untuk mendapatkan emas. Hal ini yang menyebabkan
banyaknya orang-orang Tionghoa yang menetap dan menikah dengan masyarakat
Dayak dan Melayu yang berada dipedalaman dan perkotaan, dengan demikian
penerimaan masyarakat lokal terhadap orang-orang Tionghoa mulai terjadi karena
orang-orang Tionghoa yang datang kepedalaman adalah mereka yang datang
hanya untuk bekerja bukan pemerintah atau pun anggota penting dari
perkongsian.10
Perkembangan setelah kemerdekaan Indonesia, banyak masyarakat Cina
atau sering disebut orang Tionghoa yang menetap dan menjadi warga negara
Indonesia. Mereka yang awalnya bekerja dipertambangan emas dan perkebunan
telah beralih profesi, ada yang menjadi pedagang kecil, pemilik modal usaha, dan
pembisnis. Peralihan profesi ini terjadi karena beberapa faktor seperti mulai
sulitnya mencari lahan untuk pertambangan emas, pemilik lahan pertambangan
yang sudah tidak mengoperasikan pertambangan emas, dan mulai banyak yang
pindah keperkebunan serta usaha lainnya. Terlebih khusus masyarakat Tionghoa
yang berada di kabupaten Melawi, mereka telah beralih profesi dari pekerja
tambang menjadi pemilik modal usaha dan pedagang sembako untuk menghidupi
diri dan keluarga mereka, hal tersebut dilakukan karena untuk bertahan hidup
dengan alasan mencari pertambangan emas sudah sangat sulit untuk dewasa ini.
10J.U. Lontaan. Op. Cit., hal 246.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Seperti jawaban oleh salah seorang narasumber ketika menjawab
pertanyaan mengenai peralihan profesi “Pertambangan emas khsusunya di
wilayah Melawi memang sudah sangat banyak dan itu tidak akan bertahan lama,
karena model petambangannya yang masih berpindah-pindah dan juga harus
mencari daerah yang banyak memiliki sumber emasnya. Maka dari itu saya
memilih menjadi pedagang saja dan berdagang sembako juga bisa menghasilkan
uang serta bisa membantu memenuhi keperluan masyarakat sehari-hari”.11Dilihat
dari penuturan oleh narasumber, maka peralihan profesi merupakan jalan keluar
bagi masyarakat Tionghoa khususnya yang berada di Kabupaten Melawi,
Kalimantan Barat.
Peralihan profesi dari penambang emas ke pengusaha dan pedagang
adalah cara yang dipilih oleh masyarakat Tionghoa, dan ada juga yang menjadi
pemilik modal untuk membuka usaha disektor ekonomi, seperti menyediakan
tempat yang bisa disewa untuk berjualan buah-buahan, makanan ringan, dan
warung makan. Hal ini dilakukan untuk memanfaatkan lahan yang telah mereka
beli dari pemilik lahan tersebut.
Peralihan profesi ini bukan hanya semata-mata untuk tidak bekerja lagi di
penambangan emas. Peralihan ini dikarenakan faktor ekonomi pada masa itu dan
untuk memperbaiki hal tersebut, masyarakat Tionghoa yang berada di Kabupaten
Melawi beralih profesi dari penambang emas menjadi pedagang sembako.
Penambangan emas masih dilakukan tetapi tidak sesering seperti sebelumnya.
11 Wawancara dengan bapak Khong Fu Khiu, tanggal 04 Januari 2016, di
kecamatan Ella, Kabupaten Melawi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Kesadaran akan pentingnya kebutuhan hidup sehari-hari, maka berdagang atau
berjualan sembako menjadi alternatif utama bagi masyarakat Tionghoa yang
berada di Kabupaten Melawi.
III.2. Pencapaian dan Hambatan
Setiap pekerjaan pasti akan memiliki cara bagaimana untuk mencapai hasil
yang maksimal dan juga memiliki cara untuk mengatasi hambatan didalam
mencapai hasil tersebut. Pencapaian merupakan hasil dari setiap usaha dan
pekerjaan yang telah diusahakan dari awal atau mulai berdirinya usaha tersebut.
Sedangkan hambatan merupakan hal yang terjadi dan pasti dirasakan oleh semua
kalangan masyarakat yang memiliki usaha dibidang apa pun maupun tidak
memiliki usaha.
Masyarakat Tionghoa di Kalimantan Barat memang selalu membawa
budayanya yakni dengan budaya berdagang dengan barang apapun yang mereka
miliki. Hal ini masih dilakukan sampai saat ini dan sudah menjadi warisan turun-
temurun kepada anak cucu mereka.
Pencapaian yang telah dilakukan oleh masyarakat Tionghoa selama
mereka melakukan perdagangan sembako adalah penciptaan peluang kerja bagi
masyarakat Tionghoa sendiri dan bagi masyarakat lokal daerah Kalimantan Barat.
Hal ini mereka lakukan agar kerjasama yang telah mereka capai selama ini dengan
masyarakat Melawi dapat berjalan dengan baik dan terbina dengan baik. Adapun
beberapa pecapaian yang telah dilakukan oleh masyarakat Tionghoa adalah
sebagai berikut; pembukaan peluang kerja dibidang ekonomi khususnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
perdagangan sembako, bahan-bahan bangunan, lahan perkebunan karet, dan
berbagai macam bidang lainnya.
Masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi banyak melakukan
perubahan-perubahan terutama dibidang ekonomi. Dari mulai berkembangnya
pembelian barang-barang sembako secara besar-besaran sampai pengaktifan
kembali pasar-pasar yang sudah lama tidak beroperasi. Hal ini dinilai mampu
menaikan tafar hidup masyarakat Tionghoa dan masyarakat kabupaten Melawi.
Pengatifan kembali pasar-pasar yang telah lama tidak beroperasi ini bertujuan
untuk dapat memudahkan penjualan bahan makanan yang diperlukan untuk
kehidupan sehari-hari. Banyak juga yang melakukan penjualan barang-barang
sembako sampai ke kecamatan-kecamatan pedalaman, hal ini mereka lakukan
agar masyarakat di pedalaman pun bisa merasakan dan menikmati apa yang
tersedia di daerah perkotaan terutama bahan-bahan sembako.
Rusaknya jalan untuk menuju ke setiap kecamatan-kecamatan tidak
membuat masyarakat Tionghoa berhenti, mereka menggunakan sepeda motor
yang diberi keranjang agar dapat membawa barang-barang sembako dalam jumlah
yang cukup banyak sehingga persediaan barang sembako tersebut dapat tercukupi
meskipun harus menempuh perjalanan dari kabupaten Melawi kurang lebih satu
sampai dua jam untuk sampai ke setiap kecamatan-kecamatan bagian pedalaman
tersebut. Saat musim penghujan pun meraka tetap melakukan perjalanan untuk
menjual barang-barang dagangan mereka, bahkan tidak bisa terelakan saat musim
hujan para pedagang ini harus rela menunggu sampai jalan yang mereka lalui
benar-benar bisa dilewati/kering.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Jalan utama untuk sampai ke setiap kecamatan bagian pedalaman ini
masih tanah kuning dan pemerintah juga merasa kesulitan untuk memperbaiki
jalan karena jarak tempuh dan medan yang lumayan sulit dilalui. Bagi masyarakat
Tionghoa, hal ini merupakan suatu peluang untuk mendagangkan barang-barang
sembako mereka kepada masyarakat kabupaten Melawi yang bertempat tinggal di
kecamatan bagian pedalaman. Dengan demikian kemudahan untuk berinteraksi
dengan masyarakat kecamatan bagian pedalaman dapat dengan mudah dilakukan.
Penggunaan bahasa daerah setempat menjadi modal utama bagi masyarakat
Tionghoa agar dapat dengan mudah berkomunikasi dan berinteraksi dengan
masyarakat setempat. Hal ini menjadi modal utama mereka untuk melariskan
barang dagangan mereka.
Hambatan memang selalu ada dalam setiap kegiatan apapun. Dalam
perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di kabupaten Melawi, Kalimantan
Barat pun mengalami hambatan yang cukup sulit seperti yang telah dijelaskan
pada pembahasan di atas.
Pada saat memasuki musim kemarau, para pedagang sembako yang
menggunakan sepeda motor untuk berjualan ke setiap kecamatan-kecamatan
bagian pedalaman mengalami kesulitan dengan kondisi jalan yang begitu berdebu
karena jalan untuk mencapai ke setiap kecamatan tersebut harus melalui jalan-
jalan yang biasanya dilewati oleh Logging,12
hal ini menyebabkan sulitnya
penglihatan dengan jarak yang cukup jauh. Sehingga tidak menutup kemungkinan
12Logging adalah alat berat yang biasanya digunakan untuk mengangkat
kayu dan bahan-bahan material yang diperlukan oleh perusahaan setempat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
terjadinya kecelakaan antar kendaraan ataupun terjatuh karena tergelincir dengan
kondisi jalan yang berkerikil..
Tidak jauh berbeda dengan musim kemarau, pada saat musim hujan pun
jalan yang dilalui oleh para pedagang sembako ini juga menggunakan jalan utama.
Ada sedikit perbedaan ketika musim hujan, para pengendara harus rela menunggu
sampai berjam-jam bahkan tidak menutup kemungkinan mereka kembali lagi ke
kabupaten sampai jalan yang akan mereka lalui benar-benar aman untuk
melanjutkan perjalanan agar bisa kembali berjualan ke setiap kecamatan-
kecamatan pedalaman.
Hambatan saat menggunakan jalur darat tidak jauh berbeda dengan jalur
sungai. Penggunaan jalur sungai ini merupakan cara lama yang bisa dilakukan
oleh masyarakat Tionghoa. Penggunaan kapal bandong13
untuk mengangkut
barang-barang sembako jauh lebih banyak muatannya jika dibandingkan dengan
sepeda motor yang menggunakan keranjang. Muatan kapal bandong dapat
mencapai satu ton, tergantung ukuran dari kapal tersebut dan untuk sampai ke
kecamatan bagian pedalaman memakan waktu dua sampai tiga hari..
Tidak jauh berbeda dengan pembahasan sebelumnya, saat musim hujan air
sungai akan naik (pasang). Hal ini akan memudahkan bagi para pengemudi motor
bandung untuk pergi ke kabupaten, jarak yang ditempuh adalah satu hari
perjalanan tanpa membawa barang-barang sembako menggunakan jalur sungai.
Saat kembali ke setiap kecamatan dengan membawa barang-barang sembako yang
13Kapal bandong adalah kapal dengan ukuran sedang yang dapat memuat barang-
barang sampai satu ton. Kapal ini sudah menggunakan mesin Mitsubisi(mesin Truck)
agar dapat dengan mudah dan cepat dalam perjalanan membawa barang-barang sembako
dan material.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
sudah terisi penuh memerlukan waktu dua sampai tiga hari perjalanan karena
harus melawan arus sungai untuk dapat sampai ke kecamatan.
Pada saat musim kemarau, kapal-kapal bandong ini tidak dapat beroperasi
seperti biasanya, hal ini disebabkan oleh turun(surut)nya air sungai. Pada saat
kemarau, masyarakat Tionghoa biasanya mengirim barang sembako
menggunakan mobil-mobil yang mudik ke setiap kecamatan-kecamatan bagian
pedalaman dan barang muatan hanya separuh saja karena mobil-mobil tersebut
juga membawa penumpang yang mudik.
Hambatan-hambatan tersebut tidak menjadi suatu masalah yang sulit bagi
masyarakat Tionghoa untuk terus menjual barang-barang sembako milik mereka.
Dengan adanya perbaikan jalan menuju ke kecamatan-kecamatan hal ini menjadi
salah satu kesempatan yang baik bagi mereka agar dapat melanjutkan penjualan
barang sembako ke setiap kecamatan pedalaman.
Adanya hambatan dalam proses perdagangan merupakan hal yang sudah
biasa terjadi. Dengan adanya hambatan maka pencapaian dari hasil perjuangan
para masyarakat Tionghoa yang berprofesi sebagai pedagang akan sangat
bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi masyarakat Melawi.
III.3. Perkembangan Perdagangan Sembako Saat Ini
Berkembanganya suatu daerah sangat tergantung pada pemerintahan.
Bagimana cara pemerintah daerah tersebut dapat memajukan sistem pendidikan,
ekonomi, politik, dan sistem-sistem lainya. Dalam hal ini, masyarakat Tionghoa
juga berpengaruh pada beberapa sistem tersebut seperti pendidikan dan ekonomi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Mereka selalu membantu dalam kedua hal tersebut. Mereka menyakini bahwa
dengan berkembangnya kedua hal diatas maka suatu daerah dapat berkembang.
Pada masa awal perdagangan sembako di Kabupaten Melawi, hanya
masyarakat Tionghoa saja yang berjualan. Perkembangannya berikutnya
penyebaran masyarakat Tionghoa yang berprofesi sebagai pedagang sembako
sudah mulai banyak masuk ke beberapa tempat bukan saja hanya di Kabupaten
Melawi, bahkan sampai ke kecamatan bagian dalam pun dapat dijumpai
masyarakat Tionghoa yang berjualan sembako.
Tahun 2004 adalah periode pertama Melawi menjadi Kabupaten. Sama
seperti kabupaten-kabupaten lainnya, Kabupaten Melawi juga mengalami
perubahan-perubahan yang cukup mencolok baik dibidang pemerintahan, sosial
budaya dan ekonomi. Perbaikan diberbagai bidang pun dilakukan agar
perkambangan kedepannya semakin membaik. Pada bidang infrastruktur
perbaikan jalan menuju ke setiap kecamatan-kecamatan pun sudah dilakukan.
Tahun 2005, pemerintah daerah memusatkan perhatiannya untuk
perbaikan jalan menuju ke kecamatan-kecamatan kecil bagian dalam dan mulai
banyak berdiri tempat-tempat yang akan digunakan untuk berjualan seperti bahan
pangan, sandang dan papan di Melawi sampai di kecamatan bagian dalam.
Perbaikan ini ditujukan untuk keperluan masyarakat di bagian kecamatan-
kecamatan, dan juga untuk memudahkan penjualan barang-barang yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Tahun 2006, pendidikan mulai lebih diperhatikan oleh pemerintah
Kabupaten Melawi. Pada tahun ini hampir di setiap kecamatan-kecamatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
memiliki sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas
sehingga anak-anak dari setiap kecamatan tidak perlu lagi harus ke kabupaten
untuk melanjutkan sekolah tingkat lanjut mereka. Pentingnya pendidikan pada
usia dini sangatlah diperlukan, agar anak-anak tidak tertinggal dari perkembangan
dunia yang semakin modern. Pada tahun ini pun perkambangan dari proses
penjualan sembako juga dilakukan melalui jalur sungai Melawi menggunakan
kapal untuk membawa barang-barang sembako. Orang Tionghoa merupakan
pelaku utama dalam penjualan ini.
Tahun 2007 merupakan tahun ketiga Melawi menjadi Kabupaten,
perkembangan dan perbaikan di segala bidang sudah memadai. Hal ini
memberikan kemudahan untuk masyarakat yang bertempat tinggal di kecamatan-
kecamatan pedalaman agar bisa dengan mudah menuju kota kabupaten untuk
mengurus berbagai macam hal-hal yang bersangkutan dengan pemerintahan dan
perekonomian.
Serta di tahun 2008 khususnya dibidang perekonomian para pedagang
sudah menyebar sampai ke pedalaman/kecamatan-kecamatan bahkan masyarakat
Tionghoa pun mulai menyebar juga sampai di setiap kecamatan-kecamatan di
Kabupaten Melawi.
Dengan diperhatikan dan telah dikembangkannya hal-hal yang telah
disebutkan di atas, maka suatu daerah akan dengan cepat menyesuaikan keadaan
daerah tersebut dengan keadaan yang berada di daerah lain. Begitu juga dengan
perdagangan sembako, dalam hal ini perkembangan perdagangan sembako dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
berkembang dengan cepat seiring dengan keadaan sosial masyarakat yang
semakin membaik.
Pada awalnya para pedagang sembako yang mayoritas adalah masyarakat
Tionghoa ini bertempat tinggal di kabupaten Melawi. Semakin banyak keperluan
masyarakat setempat akan sembako, maka masyarakat Tionghoa yang pada
awalnya bertempat tinggal di kabupaten sampai pindah ke setiap kecamatan-
kecamatan pedalaman untuk terus menjual sembako. Karena adanya rasa atau
hubungan kekeluargaan dengan masyarakat setempat, penjualan barang sembako
dapat dengan mudah dilakukan dan semakin berkembang.
Seiring berkembangnya waktu dan permintaan dari masyarakat setempat
akan barang-barang kebutuhan sehari-hari, proses penjualan barang-barang
sembako yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa di kabupaten Melawi
mengalami peningkatan yang cukup mencolok yaitu pengiriman barang-barang
sembako lebih cepat dibandingkan dengan biasanya. Hal ini yang membuat
perkembangan dan penyebaran orang-orang Tionghoa ke setiap kecamatan bagian
pedalaman semakin meningkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HUBUNGAN MASYARAKAT MELAWI DENGAN
MASYARAKAT TIONGHOA
IV.1. Masyarakat Kabupaten Melawi
Mayoritas penduduk Kabupaten Melawi adalah orang-orang Dayak dan
orang Melayu. Orang-orang dayak ini hidup berdampingan dengan masyarakat
pendatang lainnya yang datang ke kabupaten Melawi. Masyarakat Dayak
biasanya hidup di bagian pedalaman karena menurut mereka hal tersebut akan
mereka semakin dekat kepada alam. Hutan adalah sumber kehidupan bagi
masyarakat Dayak di Pulau Kalimantan secara umum. Hal ini tidak jauh berbeda
dengan masyarakat Dayak yang berada di kabupaten Melawi, mereka juga banyak
yang memilih tinggal di kecamatan bagian pedalaman yang suasana alamnya
masih hijau dan masih banyak memiliki sumber-sumber mata pencaharian mereka
untuk kehidupan sehari-hari.
Ada beberapa alasan lain yang menyebabkan masyarakat Dayak yang
berada di kabupaten Melawi lebih memilih tinggal di bagian pedalaman
dibandingkan dengan tinggal di daerah perkotaan. Alasan-alasan tersebut adalah
mulai berkurangnya sumber daya alam di perkotaan karena padatnya penduduk
dan sudah mulai banyak pembangunan, dan mulai banyaknya pendatang-
pendatang baru dari berbagai daerah yang tinggal di daerah perkotaan sehingga
hal ini secara tidak langsung menjadi penyebab masyarakat Dayak lebih memilih
tinggal di setiap kecamatan-kecamatan yang berada di Kabupaten Melawi.
Walaupun demikian, penerimaan mereka terhadap pendatang-pendatang baru ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
sangat baik, bahkan ada diantara mereka yang menikah dengan para pendatang
tersebut.
Masyarakat Dayak yang berada di kecamatan bagian dalam biasanya tidak
jauh berbeda dengan yang ada di kota atau kabupaten. Hubungan mereka selalu
terjaga dengan baik karena kebanyakan masyarakat Dayak yang berada di kota
atau kabupaten adalah sanak famili mereka sendiri dan juga ada yang memilih
tinggal di kota daripada tinggal di desa atau kecamatan. Hal tersebut terjadi karena
adanya rasa ingin berkembang dan maju sehingga membuat beberapa dari mereka
lebih memilih tinggal di kota, bukan berarti yang di kecamatan tidak ingin maju
dan berkembang, mereka juga menginginkan hal serupa. Tetapi jika mereka
tinggal di kota kebun dan ladang mereka tidak ada yang mengurusi dan merawat,
hal inilah yang membuat mereka lebih memilih tetap tinggal di kecamatan atau
desa.
Masyarakat kabupaten Melawi biasanya bermata pencaharian sebagai
pedagang, penjual sayur, petani, pekebun, berladang, dan yang baru berkembang
saat ini adalah bekerja di perusahaan sawit, serta menjadi Pegawai Negeri Sipil
(PNS). Adapun beberapa pekerjaan tersebut menjadi modal utama untuk
menghidupi keluarga dan diri mereka sendiri. Karena kurangnya lapangan
pekerjaan dan sulit untuk masuk atau mendaftar dipekerjaan yang diinginkan,
tidak sedikit masyarakat yang berada di kabupaten Melawi menjadi pengangguran
karena sulitnya untuk mendapatkan pekerjaan.
Untuk mengurangi pengangguran, pemerintahan kabupaten memberikan
beberapa pekerjaan alternatif seperti menjadi juru parkir di minimarket, kernet bus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
malam, tukang bersih-bersih di kantor Bupati dan kantor-kantor Dinas, dan ada
juga yang menjadi kuli panggul dibeberapa toko klontong milik masyarakat
Tionghoa. Tidak sedikit dari mereka yang menjadi pekerja tetap untuk membantu
di toko klontong tersebut.
Berladang dan berkebun karet merupakan pekerjaan utama yang sampai
saat ini masih sering dilakukan oleh masyarakat Melawi secara umum. Hal ini
merupakan penghasilan utama dan selalu menjadi ciri khas dari masyarakat
Dayak, dengan perkembangan jaman saat ini yang mana segala bentuk keperluan
sehari-hari sudah mengalami perkembangan seperti harga beras yang sudah mulai
mahal, harga bawang merah dan bawang putih yang mulai naik, dan beberapa
bahan-bahan sembako yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari tidak mudah
dijangkau. Untuk mengantisipasi kenaikan harga tersebut, masyarakat Melawi
mulai memperbanyak penanaman pohon karet dan sayur-sayuran yang diharapkan
mampu untuk mendapatkan hasil yang maksimal agar bisa terpenuhi segala
macam bentuk keperluan yang mereka perlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada masa sekarang ini masyarakat Melawi khususnya yang berada di
kecamatan bagian dalam sudah mulai banyak bergerak di bidang perkebunan dan
yang baru-baru ini masuk adalah perkebunan sawit. Hampir di setiap kecamatan
memiliki lahan untuk membudidayakan kelapa sawit. Masuknya perkebunan
kelapa sawit sudah mulai banyak dan harga jualnya juga tinggi sesuai dengan
kualitas dari buah sawit tersebut. Harga perkilonya kurang lebih Rp. 2000,- jika
satu lahan sawit bisa menghasilkan buah sawit saat panen mencapai 1 ton
otomatis hal ini akan menguntungkan sekali bagi para pekebun. Jika dibandingkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
dengan karet yang harganya tidak stabil, kelapa sawit saat ini masih memegang
posisi tertinggi untuk daerah Melawi dan sekitarnya.
Hubungan yang terjalin antara masyarakat perdesaan dengan masyarakat
perkotaan bisa dibilang sangat baik, hubungan diantara keduanya selalu terjalin
dengan semestinya. Hal ini terjadi karena kebanyakaan yang hidup dan tinggal di
perkotaan adalah mereka yang berangkat dari desa untuk mengadu nasib di daerah
kota Melawi. Dengan demikian mereka yang tinggal di perdesaan bisa lebih
mudah datang ke kabupaten untuk mendatangi keluarga mereka yang bekerja di
kabupaten Melawi. Hal ini menjadi menarik jika dilihat dari sisi hubungan yang
tetap terjalin biar pun mereka lama tidak berjumpa dan sampai-sampai ada yang
tidak bisa menghubungi satu sama lain terkait jauhnya jarak yang harus ditempuh
dan belum semua daerah dan masyarakat mendapatkan fasilitas telekomunikasi
dari pemerintah daerah.
Perkembangan berikutnya para pendatang yang datang dari luar pulau
Kalimantan Barat bukan hanya masyarakat Tionghoa dan melayu, akan tetapi
masyarakat Flores, Jawa, Batak, dan Padang juga bertransmigrasi ke Kabupaten
Melawi. Para pendatang ini memanfaatkan potensi alam dan luas wilayah
Kabupaten Melawi untuk bekerja diperkebunan, khususnya perkebunan sawit.
Para orang-orang trans ini datang untuk bekerja sebagai pekerja dibidang
pembudidayaan kelapa sawit yang berada di kabupaten Melawi. Daerah-daerah
yang sesuai dan bisa untuk ditanami kelapa sawit berada di tengah-tengah
perbatasan antara kabupaten Melawi dangan kabupaten Sintang mulai dari daerah
Beloyang sampai ke Batu Buil. Kedua daerah tersebut merupakan daerah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
paling banyak didatangi oleh orang-orang trans. Sebab daerah tersebut kondisi
lahannya sangat memungkinkan untuk ditanami kelapa sawit. Luasnya wilayah
kabupaten Melawi dan masih banyak tersedianya lahan kosong menjadikan kelapa
sawit sekarang ini sangat berkembang pesat yang pada awal tahun 2007 pertama
kali perusahaan kelapa sawit masuk ke daerah Batu Buil dan daerah sekitarnya.
Pada saat ini perkebunan kelapa sawit sudah masuk sampai ke kecamatan bagian
pedalaman. Banyak pro dan kontra yang terjadi dari kalangan masyarakat
sekitarnya. Tetapi, perkebunan karet masih menjadi yang pertama di daerah
Melawi.
IV.2. Masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi
Awal kedatangan masyarakat Tionghoa di kabupaten Melawi kurang lebih
pada abad 19, jauh sebelumnya di Kalimantan Barat khususnya kota Singkawang
sudah ada masyarakat Tionghoa yang tinggal dan menetap disana. Banyak sekali
masyarakat Tionghoa di Kalimantan Barat dan penyebaran mereka pun bisa
dikatakan merata ke setiap daerah di Kalimantan Barat. Di setiap kecamata-
kecamatan biasanya pasti ada masyarakat Tionghoa yang membuka usaha
penjualan barang-barang sembako. Hal ini menjadi unik, karena masyarakat
Tionghoa di Kalimantan Barat hampir sebagian besar dari mereka yang
mendirikan usaha dan menjadi pedagang sembako.
Penerimaan dari masyarakat Melawi terhadap mereka sangatlah baik. Hal
ini sangat tampak dengan adanya hubungan kerjasama yang telah terjalin sejak
awal kedatangan mereka di kabupaten Melawi. Penerimaan ini tidak hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
semata-mata untuk mendapatkan tempat di daerah masyarakat Dayak. Ini menjadi
sutau kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Tionghoa, karena masyarakat Dayak
dikenal sebagai masyarakat yang tidak mudah untuk didekati dan diajak
berinteraksi dengan bangsa atau suku lain. Hal ini membuktikan bahwa mereka
merasakan adanya kemiripan diantara kedua suku ini seperti mata sipit, bentuk
wajah, dan yang membedakan hanya warna kulitnya saja.
Pada awal kedatangan masyarakat Tionghoa ini memang hanya sedikit
saja dan hanya sub suku-suku tertentu saja yang berada di Melawi. Pada
perkembangannya hampir semua sub suku masyarakat Tionghoa sudah berada di
kabupaten Melawi. Mulai dari sub suku yang pekerjaannya bukan sebagai
pedagang melainkan sebagai buruh dipertambangan dan perkebunan sampai yang
menjadi pedagang juga datang untuk mengadu nasib di tanah rantau atau mengadu
nasib di negeri orang yang sama sekali belum pernah mereka kenal. Adanya
ketakutan dan kekhawatiran juga turut menyelimuti mereka pada awal kedatangan
mereka di kabupaten Melawi.
Pada kenyataannya penerimaan terhadap mereka sangatlah baik bahkan
ada diantara mereka yang menikah dengan masyarakat Melawi dan sampai
sekarang telah banyak masyarakat Tionghoa yang sudah menikah dengan
masyarakat Dayak dan Melayu. Biasanya mereka menikah dengan masyarakat
dari perdesaan sehingga hal inilah yang menyebabkan banyaknya masyarakat
Tionghoa di kecamatan bagian pedalaman kabupaten Melawi.
Mata pencaharian masyarakat Tionghoa yang berada di kabupaten Melawi
adalah sebagai pedagang sembako dan pemilik modal usaha. Karena ketekunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
mereka dalam mengerjakan sesuatu dan pasti membuahkan hasil yang bisa
dikatakan melebihi dari apa yang telah mereka perkirakan. Misalkan dibidang
perdagangan sembako, mereka rela menghabiskan modal sekian puluh bahkan
ratusan juta untuk modal usaha yang mereka tekuni dengan harapan akan
mendapatkan hasil yang bisa melebihi dari modal awal. Dengan tekun dan rajin
mereka setiap hari membuka toko untuk menjual barang-barang dagangan
mereka. Ada juga yang berjualan menggunakan sepeda motor yang diberi
keranjang sayur dengan maksud agar bisa membawa barang dagangan mereka ke
setiap kecamatan-kecamatan kecil di setiap desa dan bisa dalam satu hari mereka
bolak balik dari kecamatan ke kabupaten untuk mengantarkan barang-barang
sembako yang dipesan oleh masyarakat tempat mereka biasa berjualan. Hal
tersebut rela mereka lakukan demi menjalin relasi dengan masyarakat Dayak
secara umumnya.
Sebagai perantau di negeri orang pasti memiliki hambatan tersendiri, hal
ini juga dirasakan oleh masyarakat Tionghoa yang berada di kabupaten Melawi.
Pada awal kedatangan mereka rasa takut akan terjadinya sesuatu yang tidak
mereka inginkan selalu menjadi ancaman bagi mereka. Sulitnya berbicara bahasa
indonesia dan bahasa daerah setempat menjadi salah satu kendala mereka dalam
berkomunikasi dengan masyarakat di Melawi.
Pada tahun-tahun berikutnya penggunaan bahasa indonesia dan bahasa
daerah setempat walaupun masih sedikit baku setidaknya masyarakat Tionghoa
sudah bisa berkomunikasi dengan masyarakat Melawi. Sampai saat ini
penggunaan bahasa indonesia dan bahasa daerah sudah lancar, dan terkadang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
tidak sedikit dari para orang tua yang menggunakan bahasa indonesia dan bahasa
daerah dengan mencampurkan nada/logat khas bahasa cina. Masyarakat di
kabupaten Melawi bukan hanya terdiri dari satu atau dua suku saja, melainkan
banyak sekali suku-suku yang lain seperti Dayak, Melayu dan beberapa suku
pendatang lainnya. Suku Dayak sendiri terdiri dari berbagai macam sub-suku
sehingga di daerah yang satu dengan daerah lainnya suku Dayaknya bisa saja
berbeda dan bahasa yang digunakan pun juga berbeda. Tidak sedikit dari mereka
yang mengerti dan paham penggunaan bahasa Indonesia. Menariknya masyarakat
Tionghoa yang berada di Melawi bisa menyesuaikan dengan cepat bagaimana
penggunaan bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari masyarakat
setempat, dan mereka dapat dengan cepat menggunakan bahasa setempat juga
walaupun masih banyak yang salah dalam pengucapannya.
IV.3. Relasi Masyarakat Melawi Dengan Masyarakat Tionghoa
Relasi atau hubungan yang terjadi di satu atau kelompok masyarakat
merupakan hal yang sudah semestinya, banyaknya interaksi dan komunikasi
antara beberapa orang atau kelompok akan menimbulakan suatu relasi diantara
mereka. Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai
cukup pengetahuan dan pengendalian akan diri sendiri. Hal ini juga tampak pada
masyarakat Tionghoa dengan masyarakat Melawi hubungan mereka terjalin
karena adanya hal-hal yang telah disebutkan di atas. Seperti pertukaran barang
dengan barang (barter) merupakan hal utama yang masih sering dilakukan sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
sekarang dan ini menjadikan hubungan antara mereka menjadi baik antara satu
dengan lainnya.
Seperti yang telah dijelaskan di sub-bab pada bab ini, dari jenis pekerjaan
yang mereka kerjakan hampir sama persis dan itu merupakan cara agar mereka
dapat bekerjasama dalam hal pekerjaan dan lainnya. Ketika masyarakat Tionghoa
membangun toko sembako, membuka ladang, membuka lahan perkebunan baru,
dan mendirikan rumah masyarakat Tionghoa tidak bisa bekerja sendirian untuk
membangun semua itu dan yang sering membantu mereka adalah masyarakat
Dayak. Saling membantu antar suku untuk membangun hubungan antar sesama
atau berbeda suku merupakan hal yang harus terus dilakukan oleh setiap
masyarakat.
Hubungan antara masyarakat Tionghoa dengan masyarakat Dayak dan
Melayu di kabupaten Melawi sangatlah baik. Hal ini terbukti dari penerimaan
mereka terhadap masyarakat Tionghoa yang selalu baik dan mau berbagi lahan
pekerjaan yang mana untuk di daerah Melawi sendiri lahan kosong yang dapat
dijadikan sebagai lahan pekerjaan masih banyak dan harus membeli dari pemilik
lahan tersebut. Secara khusus pembagian lahan yang berada di kabupaten Melawi
selalu berdasarkan dengan suku, suku Melayu memiliki lahan di bagian hulu,
masyarakat Tionghoa memiliki lahan di bagian tengah, dan masyarakat Dayak
memiliki lahan di bagian hilir. Uniknya di setiap tempat yang terdapat masyarakat
Tionghoa di Melawi, mereka selalu mendapatkan lahan pekerjaan di bagian
tengah dan pasti dikelilingi oleh masyarakat Dayak dan Melayu. Hal ini sudah
terjadi dari dulu dan masih ada sampai saat ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Interaksi yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa kepada masyarakat
Melawi sangat baik dan dari interaksi tersebut dapat terjalin suatu kerjasama
terutama di bidang ekonomi dan dalam hal ini adalah perdagangan sembako. Pada
awal perdagangan sembako yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa di
kabupaten Melawi, mereka banyak menjual makanan saja seperti telur, sayur-
sayuran, daging, dan beberapa bahan makanan yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan menjual barang-barang sembako tersebut mereka bisa
berinteraksi dengan masyarakat yang berada di kabupaten Melawi, keperluan
yang dijual sangat diperlukan oleh orang-orang setempat.
Berkaitan dengan pembahasan di atas, metode penjualan yang dilakukan
oleh masyarakat Tionghoa dalam menjual barang-barang sembako adalah dengan
berbagai cara seperti barter menggunakan beras dan pakaian. Pada
perkembangannya penggunaan barter ini masih dilakukan sampai sekarang
terutama di daerah pedalaman, untuk di daerah perkotaan mereka menggunakan
cara promosi dengan harga yang murah dan dengan harapan mereka bisa
mendapatkan pelanggan yang banyak. Hal tersebut berhasil dan selalu menjadi
cara andalan dalam melariskan penjualan barang-barang sembako mereka.
Hubungan yang terjalin antara masyarakat Melawi dengan para pendatang
sangatlah baik, tanpa melihat ras dan suku mereka. Hal serupa juga terjadi kepada
masyarakat Tionghoa yang datang dan berjualan sembako di dearah masyarakat
Melawi ini. Sikap toleransi dan saling membatu selalu diterapkan oleh masyarakat
Melawi dengan siapapun baik saudara, keluarga, ataupun kenalan yang mereka
anggap berhak dan pantas untuk mendapatkannya. Saling membantu dan gotong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
royong membuat manusia dapat bersosialisai, saling membantu, dan saling
mengenal satu dengan lainnya. Hubungan yang terjalin dari hal tersebut yang
membuat setiap kelompok masyarakat dapat menyatu dengan kelompok
masyarakat lainnya.
Penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari juga menjadi
salah satu kunci untuk dapat berkomunikasi dengan masyarakat lain yang berada
di Indonesia, hal ini sangat tampak dalam kehidupan kita mulai dari jaman dahulu
sampai sekarang ini. Dalam masyarakat Dayak khususnya pengguanaan bahasa
Indonesia masih bisa dibilang sangatlah kurang dan tidak sedikit diantara mereka
yang tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia sampai saat ini. Biasanya yang
seperti penjelasan di atas adalah para orang tua yang pada masa mudanya tidak
mendapatkan pendidikan dan sering hidup dibagian pedalaman serta sangat jarang
berkomunikasi dengan masyarakat pendatang seperti saat ini. Walaupun
penggunaan bahasa mereka masih sedikit terbata-bata dan tidak lancar, mereka
sering mengajak para pendatang untuk saling berkomunikasi didalam sebuah
pertemuan yang sering diadakan di daerah mereka.
Sebelum datangnya masyarakat Tionghoa ke kabupaten Melawi, untuk
memenuhi keperluan sehari-hari seperti sayur, beras, dan kebutuhan lainnya
mereka mengambil dari hasil kebun dan tidak setiap hari bisa dipanen untuk
keperluan mereka. Dengan adanya perdagangan sembako ini sangatlah membantu
mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari tanpa harus menunggu
panen dari kebun lagi, bagi mereka perdagangan sembako ini sangatlah menbantu
dan mempermudah mereka untuk mendapatkan kebutuhan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Dengan adanya perdagangan sembako ini sangat memudahkan siapa saja
yang ingin memenuhi kebutuhan mereka dalam kehidupan sehari-hari, hal ini
terbukti dengan adanya penjualan barang-barang sembako disetiap pasar modern
maupun pasar tradisional, sembako merupakan barang utama yang dicari oleh
masyarakat dimanapun dan kapanpun.
Peran masyarakat Tionghoa dalam menjual barang-barang sembako
mendapatkan apresiasi yang baik dari penduduk setempat seperti yang telah
dinyatakan oleh salah satu narasumber dari masyarakat setempat yang telah
diwawancarai pada saat sedang membeli barang-barang sembako “bagi saya,
dengan adanya penjualan barang-barang sembako dan kebutuhan sehari-hari yang
dilakukan oleh orang cina di sini sangatlah membantu kami masyarakat yang
datang dari desa”1, dari hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa mereka
sangatlah terbantu dengan adanya penjualan barang-barang sembako yang
dilakukan oleh masyarakat Tionghoa.
Dari pernyataan di atas dapat memberikan sesuatu yang menarik yaitu
penerimaan masyarakat Melawi terhadap masyarakat Tionghoa sangatlah baik dan
terbuka dengan mereka tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Hal tersebut
sudah terbukti dan sampai saat ini masih berjalan dengan baik bahkan dengan para
pendatang lain yang berasal dari Flores, Jawa dan Batak, penerimaan mereka juga
hampir sama persis dengan apa yang telah mereka lakukan dengan masyarakat
Tionghoa.
1 Wawancara dengan bapak Yogi, tanggal 16 Januari 2016, di kecamatan
Menukung, Kabupaten Melawi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
IV.4. Dampak Perdagangan Sembako
Setiap pekerjaan pasti akan menimbulkan dampak, baik secara positif
ataupun negatif tergantung bagaimana penilaian dari pihak-pihak yang terkait
dengan pekerjaan tersebut, ada yang memberikan tanggapan positif mengenai
pekerjaan tersebut dan ada juga yang memberikan tanggapan negatif.
Dampak-dampak tersebut akan muncul dalam setiap pekerjaan,
perdagangan sembako juga mengalami hal serupa berbagai tanggapan baik itu
positif maupun negatif yang mereka dapatkan dari masyarakat sekitar atau
kelompok masyarakat tertentu.
Dampak positif perdagangan sembako
a. Membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
keperluan lainnya yang dibutuhkan oleh mereka.
b. Menaikan taraf hidup dari hasil penjualan barang-barang sembako
yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa.
c. Menjadi contoh bagi masyarakat Melawi untuk mencari pekerjaan
yang lebih baik untuk menghidupi keluarga.
d. Memberikan pekerjaan bagi masyarakat lokal yang ingin mencari
pekerjaan sebagai buruh angkut.
Dampak negatif perdagangan sembako
a. Tidak disukai oleh masyarakat yang tidak setuju dengan pembangunan
untuk toko sembako.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
b. Banyak mendapatkan kritikan dari pihak keluarga yang garis
keturunannya sudah memiliki banyak harta, mereka memandang
rendah para penjual sembako.
c. Mendapatkan protes dari pelanggan jika harga yang ditawarkan lebih
mahal dari harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dalam hal ini
yang sangat berpengaruh adalah harga beras dan bahan-bahan dapur.
Dari kedua dampak di atas dapat dilihat bahwa perdagangan sembako
sangatlah dipengaruhi oleh harga-harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah
pusat terkait naik turunnya harga barang-barang sembako yang dibutuhkan oleh
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari ini.
Para pedagang tidak bisa berbuat banyak untuk mengantisipasi masalah
tersebut sebab mereka juga ingin mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan
barang-barang sembako tersebut, jika mereka mengalami berkurangnya pelanggan
yang biasa membeli barang-barang sembako mereka dalam jumlah yang besar
pada saat harga sembako sedang stabil dan membeli dalam jumlah yang sangat
sedikit saat harga sembako melonjak tinggi, mereka tidak bisa berbuat apa-apa
dan hanya bisa mengikuti saja sampai harga sembako kembali stabil.
Dampak-dampak yang ditimbulkan dari perdagangan sembako sangatlah
normal, khususnya di kabupaten Melawi, kenaikan harga sembako tidak terlalu
menjadi suatu persoalan yang berat sebab untuk di Kalimantan sendiri biaya
hidupnya sudah terbilang besar jika dibandingkan dengan daerah Jawa yang
terkenal dengan biaya hidupnya yang relatif lebih murah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi
Kalimantan Barat Periode 2004-2008, merupakan topik yang menarik untuk
dibahas. Banyak sekali aspek-aspek yang dapat dilihat dari bidang ekonomi secara
khusus dan dari penulisan ini dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai topik
tersebut untuk menjawab pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah :
Perdagangan sembako yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa
merupakan salah satu cara agar mereka dapat bertahan untuk menghidupi keluarga
dan memperbaiki hidup yang awalnya hanya menjadi pekerja tambang emas
sekarang menjadi pemilik modal usaha dan pemilik beberapa lahan pertambangan
emas yang berada di kabupaten Melawi. Kesadaran untuk memajukan
kesejahteraan hidup dan usaha dalam segala bidang membuat masyarakat
Tionghoa berani mengambil berbagai langkah dalam usaha mereka, berawal dari
penjual kain, menjadi pekerja dipertambangan emas dan diperkebunan sampai
menjadi penggusaha dan pemilik modal menjadikan perjalanan yang cukup
panjang yang harus dihadapi oleh masyarakat Tionghoa dalam memulai usaha
mereka.
Awal kedatangan masyarakat Tionghoa di Kalimantan Barat, terutama
kabupaten Melawi memang menjadi sesuatu yang baru bagi mereka karena harus
kembali beradaptasi dengan lingkungan dan masyarakat yang belum pernah
mereka kenal sama sekali. Pada perkembangan berikutnya penyesuaian terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
masyarakat Melawi sangatlah cepat bahkan dalam waktu beberapa tahun saja
mereka sudah ada yang bisa menguasai beberapa bahasa daerah setempat untuk
mempermudah komunikasi antara mereka dengan kelompok-kelompok
masyarakat setempat.
Interaksi antara masyarakat Tionghoa dengan masyarakat kabupaten
Melawi sangatlah baik dan mereka dapat menjalin hubungan serta kerja sama
dalam pekerjaan, saling membantu dalam masyarakat ini menjadi contoh akan
adanya toleransi antar manusia tanpa memandang suku, ras, dan asal mereka.
Relasi yang terjadi dalam perdagangan sembako ini menimbulkan
kerjasama dalam kelompok masyarakat yang mana kelompok-kelompok tersebut
adalah masyarakat Tionghoa dengan masyarakat kabupaten Melawi yang saling
membangun hubungan agar dapat berkomunikasi dengan baik tanpa adanya
konflik diantara mereka, saling membantu dan gotong royong membuat manusia
dapat bersosialisai, saling membantu, dan saling mengenal satu dengan lainnya.
Hubungan yang terjalin dari hal tersebut yang membuat setiap kelompok
masyarakat dapat menyatu dengan kelompok masyarakat lainnya.
Peningkatan ekonomi sangat tampak dalam kurun waktu empat tahun
sejak Melawi menjadi kabupaten, pencapaian-pencapaian diberbagai bidang sudah
hampir seluruhnya tercapai meskipun ada beberapa bidang seperti perbaikan jalan
yang sampai saat ini masih berjalan. Peran masyarakat Tionghoa dalam berbagai
bidang ini sangat membantu pemerintah kabupaten Melawi dalam menyelesaikan
kekurangan-kekurangan yang ada di masyarakat Melawi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Relasi menjadi suatu kebutuhan yang harus dilakukan oleh setiap individu
kepada individu lainnya agar dapat menjadi kelompok masyarakat yang padu dan
bisa berkerjasama dalam hal apapun di lingkungan masyarakat tempat tinggal
mereka.
Interaksi dan relasi sangat diperlukan dalam perdagangan sembako yang
dilakukan oleh masyarakat Tionghoa, dengan adanya interaksi dan relasi mereka
dapat menjalin kerjasama dan saling membantu dalam hal apapun dengan
masyarakat khususnya masyarakat kabupaten Melawi. Hal ini sudah terbukti
dilapangan sampai saat ini masih berjalan dengan baik dan terus menjadi suatu
yang diperlukan dalam bidang apapun baik ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
Dari penulisan skripsi ini banyak hal-hal yang bisa diambil dan diterapkan
kedalam kehidupan sehari-hari seperti interaksi dan relasi sosial yang dapat
digunakan untuk menjalin suatu hubungan dengan masyarakat yang berbeda ras,
suku, dan budaya. Masyarakat Tionghoa juga menerapkan cara tersebut dan
berhasil untuk masuk ke masyarakat di kabupaten Melawi dan masyarakat-
masyarakat yang berada di Indonesia, interaksi dan relasi yang baik dan tepat akan
mendapatkan reaksi yang baik juga dari masyarakat.
Perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di kabupaten Melawi belum
banyak diketahui oleh masyarakat secara luas dan khususnya masyarakat diluar
pulau Kalimantan Barat, data-data yang didapatkan belum terlalu banyak dan
masih sangat kurang dari apa yang diharapkan dalam penulisan ini. Meskipun
penulisan-penulisan mengenai kehidupan masyarakat Tionghoa cukup banyak,
namun yang menbahas mengenai perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat masih sangat sedikit. Berawal dari
penulisan skripsi ini diharapkan kepada pihak-pihak yang tertarik dengan topik
tersebut dapat membuat tulisan-tulisan mengenai perdagangan sembako
masyarakat Tionghoa di kabupaten Melawi, Kalimantan Barat yang lebih lengkap
dengan data-data yang baru dan lengkap serta dapat dilihat dari segala bidang.
Saran
Dari penulisan skripsi ini banyak sekali pelajaran-pelajaran yang dapat
diambil sebagai sudut pandang dalam mendalami suatu pekerjaan. Masyarakat
Tionghoa yang berada di Kabupaten Melawi berhasil dalam pekerjaan mereka
karena ketekunan dan pantang menyerah dalam menghadapi segala masalah yang
muncul dari setiap pekerjaan yang mereka tekuni. Beralih profesi dari pekerja di
pertambangan emas menjadi pedagang sembako menjadikan mereka terus
memperbaiki diri dari segi ekonomi dan sosial.
Masyarakat Tionghoa yang berada di Kabupaten Melawi dapat menjadi
contoh bagi masyarakat secara luas yang menggeluti bidang pekerjaan yang sama
baik sebagai pedagang ataupun sebagai pekerja di pertambangan, cara-cara
bertahan hidup dan adanya keinginan untuk mencari alternatif lain dalam
pekerjaan agar bisa melanjutkan dan bisa bertahan hidup, mereka tidak malu
untuk bekerja di bidang apapun dengan harapan bahwa kehidupan mereka kelak
dapat lebih baik dari yang sebelumnya.
Tidak mudah menyerah dalam suatu masalah menjadi kunci keberhasilan
masyarakat Tionghoa yang berada di kabupaten Melawi, jatuh bangun dari usaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
mereka menjadi sebuah kunci kesuksesan yang telah didapatkan oleh mereka. Hal
ini selalu disampaikan kepada anak-anak mereka agar bisa bertahan dalam kondisi
apapun.
Dengan meneladani cara kerja masyarakat Tionghoa secara umum dapat
menjadi suatu bekal yang bisa digunakan untuk bisa menjadi seseorang yang lebih
baik dalam lingkungan kerja maupun lingkungan kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Daftar Pustaka
Buku
Dadang Supardan. 2008. PENGANTAR ILMU SOSIAL: Sebuah Kajian
Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.
Drs. Hidayat ZM. 1997. Masyarakat Dan Kebudayaan Cina di Indonesia.
Bandung : Tarsito.
Gottschalks, Louis. 1985. Mengerti sejarah. Jakarta: UI.
Heidhues, Mary Somers. 2008. Penambang Emas, Petani, dan Pedagang di
“Distrik Tionghoa” Kalimantan Barat. Jakarta: Yayasan Nabil.
Hendri Gunawan. 2014. Resiprositas dan Patronase: Jejaring Pengusaha
Tionghoa Di Kabupaten SITARO Sulawesi Utara 1965-2013. Yogyakarta:
Kepel Press.
Julianto Ibrahim. 2013. OPIUM DAN REVOLUSI: Perdagangan dan Penggunaan
Candu di Surakarta Masa Revolusi (1945-1950). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rhineka Cipta.
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang
Budaya.
Lan, Nio Joe. 2013. Peradaban Tionghoa Selayang Pandang. Penerbit Gramedia
Pustaka Utama.
Lontaan, J.U. 1975. Sejarah – Hukum Adat Dan Adat Istiadat Kalimantan –
Barat. Jakarta: Bumirestu.
Puspa Vasanty. 1993. Kebudayaan Oran Tionghoa di Indonesia, dalam
Koentjaranigrat. Manusia Dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:
Djambatan.
Ricklefs, MC. 2011. Sejarah Indonesia Modern cetakan ke-10. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Sartono Kartodirdjo. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah.
Jakarta: Gramedia.
Skinner, William G. 1979. Golongan Minoritas Tionghoa, dalam Melly G. Tan
(ed). Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia: Suatu Masalah Pembinaan
Kesatuan Bangsa. Jakarta : PT. Gramedia.
Tan, Melly G (ed). 1979. Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia: Suatu Masalah
Pembinaan Kesatuan Bangsa. Jakarta : PT. Gramedia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Veth, P.J. 1865. Borneo Bagian Barat. Diterbitkan oleh INSTITUT
DAYAKOLOGI PONTIANAK.
Internet
http://habibpadilah.blogspot.com/2012/12/asal-mula-nama-nanga-pinoh-
dan-sejarah_7234.html
http://www.pn-sintang.go.id/index.php/profil/yuridiksi
http://loketpeta.pu.go.id/assets/cms/uploads/images/media-peta/peta-
infrastruktur/pii-6100/6110_2008.gif.
https://infonusa.wordpress.com/2015/05/09/kabupaten-melawi/.
http://sp2008.bps.go.id/index.php/site/id=6110000000&wilayah=Melawi.
https://melawiraya.wordpress.com/profil-melawi/.
Wawancara :
No Nama Usia Alamat
1 Sim Meng Jiu 65 Tahun Kecamatan Menukung
2 Heri 25 Tahun Kecamatan Menukung
3 Iwan 50 Tahun Kecamatan Menukung
4 A Khong 58 Tahun Kecamatan Nanga Pinoh
5 Yogi 30 Tahun Kecamatan Nanga Pinoh
6 Ku Nyau Sin 48 Tahun Kecamatan Nanga Pinoh
7 A Nyap Ko 35 Tahun Kecamatan Ella
8 Kong Fu Khiu 68 Tahun Kecamatan Ella
9 Yamin 40 Tahun Kecamatan Ella
10 Simin 50 Tahun Kecamatan Ella
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Kapal Bandong
(http://www.pontianakpost.co.id/sites/1-Kapal-bandong.jpg)
(http://assets.kidnesia.com/media_kidnesia/embed/kapal-bandong.jpg)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Speed Boat
(http://bp.blogspot.com/bukitrayaboat.jpg)
(https://yudhihendros.files.wordpress.com/2012/09/naik-speedboat_arah-
depan.jpg)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Jalan Utama Menuju Ke Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Melawi
(http://persakmi.or.id/content/uploads/2016/05/image001-1.jpg)
(http://cdn2.tstatic.net/tribunnews/foto/berita/2015/1/11/Perbaikan_jalan.jpg)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Rumah Apung/Lanting
(http://photobucket.com/albums/bakanekobaka/NangaPinoh/160920126183.jpg)
(http://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/warga-meniti-kayu-
bulat-yang-berfungsi-sebagai-jalan-menuju-_150707135511-527.jpg)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Pertambangan Emas di Kabupaten Melawi
(http://assets.kompas.com/data/photo/2011/07/21/1934037620X310.JPG)
(http://assets-.kompasiana.com/statics /5570d89e0423bd420e8b4567.jpeg)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Toko sembako masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi
(https://4.bp.blogspot.com/cara-sukses-usaha-toko-kelontong-dan-warung-
sembako-di-rumah-dengan-modal-kecil.jpg)
(https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI