SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017
MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN
[AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS]
[Pengelolaan Penetasan Telur]
[Endang Sujana, S.Pt., MP.]
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2017
1
a. Kompetensi Inti :
Menguasai struktur, materi, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran/paket keahlian Agribisnis Ternak Unggas yang diampu
b. Kompetensi Dasar (KD)/ Kelompok Kompetensi Dasar (KKD) :
Mengelola penetasan penetasan telur
c. Materi Pembelajaran :
XII. Pengelolaan Penetasan Telur
Telur Tetas
Ayam yang dipelihara untuk tujuan penghasil telur konsumsi umumnya tidak memakai
pejantan dalam kandangnya, karena telur konsumsi tidak perlu dibuahi. Lain halnya dengan
ayam petelur yang dipelihara untuk tujuan penghasil telur tetas, di dalam kandangnya perlu
ada pejantan. Hal ini dimaksudkan agar telur yang dihasilkan telah dibuahi atau fertil, sebab
bila tidak fertil telur tersebut tidak akan menetas. Namun demikian dalam kenyataan sering
dijumpai telur tersebut tidak fertil seluruhnya.
Fertilitas Telur
Fertilitas diartikan sebagai persentase jumlah telur yang fertil berdasarkan jumlah telur
yang dieramkan. Secara alam, fertilisasi terjadi di infundibulum, sekitar 15 menit setelah
terjadi ovulasi. Sperma bergerak sepanjang oviduct, dengan lama perjalanan 30 menit
untuk mencapai infundibulum, apabila tidak ada telur yang sudah terbentuk. Gerakan
sperma ini dibantu oleh cilia dari oviduct, antiperistaltik otot dan motilitas sperma.
Bila pejantan dan betina dikawinkan, secara individu fertilitas yang cukup tinggi akan
diperoleh setelah 2 – 3 hari melakukan perkawinan. Akan tetapi bila pejantan dikawinkan
dengan sekelompok betina, koleksi telur tetas biasanya dilakukan setelah 2 minggu
pejantan ada di dalam kandang. Apabila pejantan diambil dari kelompok betina dalam
kandang, dalam waktu 5 – 6 hari setelah perkawinan terakhir fertilitasnya masih cukup baik,
setelah itu akan terus menurun. Selama 5 – 6 hari fertilitas masih cukup baik karena di
infundibulum ada tempat menyimpan sperma yang masih mampu membuahi telur.
3
Pengelolaan Penetasan
a. Terminal dan Holding Room
Sanitasi Hatching Egg/HE
Program sanitasi/Biosecurity sangat penting dalam proses penetasan. Hal ini
disebabkan oleh rentannya produk DOC terhadap infeksi mikroorganisme. Selain itu
sisa-sisa proses penetasan berupa sisa telur pecah, bangkai DOC dan lain-lain yang
komponennya sangat padat protein (zat organic) merupakan media yang sangat baik
untuk perkembangan virus, bakteri dan jamur yang pada akhirnya bisa
mempengaruhi mutu DOC.
Kegiatan sanitasi di hatchery meliputi sanitasi orang, sanitasi HE, Sanitasi
peralatan, sanitasi ruangan dan lingkungan, sanitasi air dan udara yang masuk ke
dalam hatchery, serta sanitasi egg tray dan egg van. Tahapan sanitasi HE meliputi:
- Bersihkan HE yang baru diterima dengan spray udara (compressor), untuk
menghilangkan kotoran yang menempel
- Spray HE segera dengan desinfektan (H2O2 50% 20 cc + BKC 1,6 cc + 1 liter air)
- Fumigasi HE segera dengan triple dosis selama 20 menit, kemudian masukkan ke
dalam holding room.
- Lakukan fogging dengan larutan BM Solution/Sinergize terhadap egg buggy di
holding room setiap hari selama 5 menit
- Lakukan penguapan formalin terhadap HE di setter 2 kali seminggu, dan fumigasi
di setter (multi stage) perlu dilakukan 1 minggu sekali dengan 1 kali dosis dan
waktu fumigasi diluar masa inkubasi 36-96 jam.
- Fumigasi di hatcher setelah mesin di cuci dan kosong 3 kali dosis, sedangkan
setelah transfer fumigasi cukup 1 kali dosis.
Penerimaan dan Penyimpanan HE
Merupakan proses awal kegiatan di hatchery untuk memproduksi DOC. Telur
tetas yang diproduksi dan diterima dari Breeder farm harus memenuhi standar berat,
kebersihan dan terstandarisasi dengan baik. Tahapan penerimaan HE meliputi :
4
sanitasi di terminal dan holding room, menerima HE, grading HE, sanitasi HE dan stock
opname.
Ruangan penerimaan telur tetas harus selalu bersih, kering dan tersanitasi
dengan baik dengan temperatur 25-27oC dan kelembaban 60-70%. Proses fumigasi
yang dilakukan dengan cara : dilakukan selama 20 menit (timer), konsentrasi
formaldehyde 36-40%, temperatur ruangan fumigasi 27-29oC, RH 65-75%, dosis
fumigant per 2,83 M3 dibutuhkan PK 20 gram + 40 cc formalin, udara tersirkulasi dan
terdapat exhaust fan.
Ilustrasi 24. Penerimaan He, Fumigasi dan Grading HE di Holding Room
Persiapan Setting HE
Holding room merupakan suatu ruangan tertutup yang digunakan untuk
penyimpanan sementara telur tetas dengan persyaratan-persyaratan khusus. Adapun
fungsinya untuk penyimpanan stock telur tetas pada temperatur dan kelembaban
tertentu dengan tujuan menghentikan sementara (stagnasi) pertumbuhan embrio
serta untuk memenuhi jumlah setting.
5
Tabel 21. Standard Umur dan Berat HE Ayam Broiler dan Layer
Broiler Layer
Umur (mg) Berat HE (g) Umur (mg) Berat HE (g)
25-28 46-52 21-24 45-49
29-34 52-56 25-29 50-53
≥ 35 > 56 ≥ 30 > 53
Persyaratan holding room :
- Holding room harus selalu bersih dan tersanitasi. Spray desinfektan : BM Solution +
formalin 10% + Sinergyze setiap sore hari. Cuci total bila ada kesempatan kosong.
- Hoding room harus selalu tertutup (gunakan strip curtain plastic pada pintu)
- Pengaturan temperature dan kelembaban dalam holding room yang dianjurkan
tertera pada Tabel 22.
Tabel 22. Temperatur, Humidity dan Posisi Telur Selama Penyimpanan
Lama Koleksi (Penyimpanan)
Temperatur (oC)
Humidity (%)
Posisi Bagian Tumpul Telur
1-3 hari 19-21 75-77 Di atas 4-7 hari 14-16 77-80 Di atas 8-14 hari 11-12 80-85 Di bawah dan perlu turning,
Jika perlu tutup dengan plastic bags permeable
(polythene)
Lebih jelas selama persiapan setting HE di Holding Room dapat dilihat pada
Ilustrasi 25.
b. Manajemen Setter
Setting HE
Sebelum melakukan setting HE ke dalam mesin setter, maka sebaiknya
dilakukan Pre warming. Manfaat pre warning diantaranya :
1. Telur menetas lebih cepat dalam udara hangat.
2. Mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan suhu normal
operasional setter.
6
3. Menghemat pemakaian listrik.
4. Menaikkan hatchability untuk telur yang tersimpan lebih dari 4 hari.
Ilustrasi 25. Penyimpanan He, dan persiapan Setting HE di Holding Room
Namun Pre warning juga memeiliki kerugian diantaranya :
1. Kemungkinan terjadinya kontaminasi selama proses pre warming.
2. Tidak seragamnya waktu penetasan.
3. Resiko telur retak pada saat perlakuan pre warming.
Pelaksanaan Pre Warming dilakukan di depan mesin Setter atau koridor
dengan spray H2O2 50% + BKC. Waktu pre warming dan lama penyimpanan yang
direkomendasikan dapat dilihat pada Tabel 23. Seperti pada mesin type single stage,
sehingga uniformity temperatur semua telur seragam dan kemungkinan kontaminasi
dapat dihindari.
Tabel 23. Waktu pre warming, Lama Penyimpanan dan Temperatur
Ruangan
Waktu Penyimpanan Lama Pre-warming Temperatur Ruangan
0 - 3 hari
4 - 7 hari
8 - 14 hari
3 - 6 jam
6 - 12 jam
12 - 18 jam
24 – 27 o C
24 – 27 o C
24 – 27 o C
Catatan : Idealnya pre warming dilakukan dengan menggunakan setter itu sendiri
7
Ilustrasi 26. Persiapan setting dan Pre Warming HE
Masa Inkubasi
Persyaratan-persyaratan Setter yang mempengaruhi proses penetasan :
- Temperatur ruangan Setter : 26 – 31 o C dan kelembaban 60 - 70 %.
- Set point temperatur inkubator : 99.5 – 100 o F.
- Set point kelembaban diukur dengan termometer basah (wet bulb): 82–84o F
- Kelembaban yang dibutuhkan dalam inkubator : 50 – 55 %.
- Direkomendasikan intake udara segar yang masuk keruangan setter : 5
CFM/1.000 butir telur tetas.
- Tekanan udara di ruangan setter harus positif (± 10%).
- Turning setiap jam mulai umur 1 hari sampai menjelang transfer.
- Egg weight loss saat transfer : 11,5 – 12,5 % (hari ke 19).
- Perhatikan dan jaga kerja cooling dan heat harus seimbang dan normal.
Masa perkembangan embrio di dalam telur dapat di lihat pada Ilustrasi 27.
c. Manajemen Hatcher
Mesin hatcher atau mesin penetasan merupakan bagian dari inkubator yang
fungsinya sangat penting dan membutuhkan persyaratan khusus.
Persyaratan khusus hatcher adalah :
1. Temperatur ruang hatcher : 25 – 27 o C.
2. Kelembaban ruang hatcher : 55 – 60 %.
3. Umumnya set point mesin hatcher sebagai berikut :
8
Ilustrasi 27. Gambar Perkembangan Embrio Ayam
Set point James Way Chick Master
Dry bulb 98.3 – 98.5 98.5
Low humidity 84 85
Hight humidity 86 90
Ventilasi harus diatur agar keseimbangan input oksigen ke dalam ruang hatcher
cukup dan konsentrasi CO2 terkendali. Berkaitan dengan hal ini rekomendasi berikut
dapat dikerjakan :
Konsentrasi CO2 yang
dipertahankan
O2 yang ada di ruangan Hatcher
0.1 % 19.3 cfm per 1000 embryo
0.2 % 9.65 cfm per 1000 embryo
0.3 % 6.5 cfm per 1000 embryo
9
Transfer dan Candling
Transfer telur tetas dilakukan setelah fase setter selesai yaitu umur
pengeraman 18 hari, untuk selanjutnya teur dipindahkan ke dalam mesin hatcher.
Fumigasi dan penguapan formalin :
Setelah transfer telur selesai, segera lakukan fumigasi dengan kekuatan 1kali dosis.
Penguapan formalin dilakukan pada saat mulai menetas, dengan dosis 60 cc per m3.
Ilustrasi 28. Proses transfer dari setter ke hatcher
Periode Menetas
Panen, Seleksi dan Delivery
Pull chick (panen)
Vaksinansi dan sexing
Packing DOC
Truk dan perlengkapannya.
Dokumen pengiriman DOC meliputi : surat jalan, tanda terima, dan form
komplain pelanggan.
Denah susunan box dalam truk.
A. Instruksi kerja :
1. Proses pemuatan :
a. Pastikan truk dalam kondisi layak jalan, bersih dan peralatan penunjangnya
berfungsi dengan baik, terutama ventilasi.
b. Pengemudi memakai pakaian seragam dan atribut yang disediakan perusahaan.
10
c. Sebelum memuat DOC, fogging ruangan truk dengan desinfektan.
d. Masukkan DOC ke dalam truk dengan hati-hati berdasarkan rute pengiriman dan
denah box DOC dalam truk.
e. Hitung jumlah DOC yang dimuat dan harus sesuai dengan jumlah yang tercantum
dalam surat jalan.
f. Tutup dan kunci pintu mobil dengan benar serta segel dengan alat yang telah
disediakan.
2. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengiriman DOC :
a. Jumlah sopir untuk 1 truk yang digunakan dalam pengiriman DOC adalah 2 orang.
b. Hindari jalan macet dan usahakan mencari rute alternatif terdekat.
c. Hindari pengiriman pada siang hari yang panas.
d. Pengiriman yang kurang dari 2 jam tidak diperkenankan untuk istirahat makan
dan minum.
e. Apabila terpaksa berhenti, cari tempat yang teduh dan aman, mesin harus tetap
dihidupkan dan kipas dinyalakan.
f. Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, segera hubungi bagian delivery atau
pimpinan terkait dengan cara menelpon kepada yang bersangkutan melalui
wartel terdekat.
g. Tidak diperbolehkan membawa, mengirim barang yang bukan milik perusahaan.
h. Dilarang menaikkan penumpang tanpa seizin pimpinan.
i. Dokumen perjalanan (karcis tol, karcis parkir, bon solar, retribusi) disimpan dan
susun yang rapi untuk dipertanggungjawabkan sesuai prosedur administrasi
perusahaan.
j. Kecepatan maksimal dilingkungan perusahaan adalah 25 km/jam.
k. Kecepatan maksimal di jalan disesuaikan dengan : kondisi jalan, aturan rambu
lalu lintas yang ada dan mempertimbangkan keselamatan diri sendiri, orang lain
dan DOC.
3. Langkah-langkah setelah DOC tiba di lokasi pelanggan :
11
a. Menyerahkan dokumen DOC pada pelaggan.
b. Tunjukkan pada pelanggan bahwa segel masih utuh.
c. Turunkan box DOC sesuai dengan jumlah pesanan/denah/kode.
d. Tunggu sampai dokumen pengirim diisi dan ditandatangani pelanggan.
e. Setelah selesai, sopir bisa melanjutkan pengiriman berikutnya atau kembali ke
Hatchery.
f. Apabila terjadi penolakan DOC oleh pelanggan, atau alamat tidak jelas, segera
hubungi bagian delivery atau pimpinan terkait dengan cara menelpon kepada
yang bersangkutan melalui wartel terdekat.
g. Selesai pengiriman truk harus segera dicuci dan disanitasi.
Weight Loss (%)
Weight loss adalah penyusutan berat telur selama proses inkubasi di setter dalam satuan
persen. WL erat hubungannya dengan humidity dan berpengaruh besar terhadap
hatchability dan qualitas DOC yang akan dihasilkan.
Secara umum WL yang dianjurkan adalah 12 – 14 %, namun lebih detilnya dapat dibuat
acuan sebagai mana tertera di Tabel 24.
Tabel 24. Penyusutan Berat Telur (Weight Loss) pada Broiler dan Layer
Usia Induk Jenis % Weight Loss
20 – 30 w Broiler 11 – 12
20 – 28 w Layer 11 – 12
30 – 50 w Broiler 12,1 – 13
29 – 35 w Layer 12,1 – 13
≥ 50 w Broiler 13,1 – 14
≥ 36 w Layer 13,1 – 14
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian WL :
- Berat HE - Usia induk
- Lama koleksi HE di cooling room - Set point
- Waktu transfer - Kualitas kerabang telur