PEMERIKSAAN SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF
Untuk menegakkan diagnosa, kita harus melakukan anamnesis dan berbagai
pemeriksaan agar diagnosis penyakit pasien tepat dan rencana perawatan dan
pengobatan yang akan dilakukan pun menjadi efektif. Dalam melakukan anmnesis,
kita melakukan komunikasi interpersonal antara dokter dan pasien.
1. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada pihak
lain untuk mendapatkan umpan balik, baik secara langsung (face to face) maupun
dengan media. Berdasarkan definisi ini maka terdapat kelompok maya atau faktual
(Burgon & Huffner, 2002). Contoh kelompok maya, misalnya komunikasi melalui
internet (chatting, face book, email, etc.). Berkembangnya kelompok maya ini karena
perkembangan teknologi media komunikasi.
Terdapat definisi lain tentang komunikasi interpersonal, yaitu suatu proses
komunikasi yang bersetting pada objek-objek sosial untuk mengetahui pemaknaan
suatu stimulus (dalam hal ini: informasi/pesan) (McDavid & Harari).
Fungsi Komunikasi Interpersonal
1. Untuk mendapatkan respon/ umpan balik. Hal ini sebagai salah satu tanda
efektivitas proses komunikasi. Bayangkan bagaimana kalau tidak ada umpan
balik, saat Anda berkomunikasi dengan orang lain.
2. Untuk melakukan antisipasi setelah mengevaluasi respon/ umpan balik.
Contohnya, setelah apa yang akan kita lakukan setelah mengetahui lawan
bicara kita kurang nyaman diajak berbincang.
3. Untuk melakukan kontrol terhadap lingkungan sosial, yaitu kita dapat
melakukan modifikasi perilaku orang lain dengan cara persuasi. Misalnya,
iklan yang arahnya membujuk orang lain.
Beberapa unsur atau elemen komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut
(Burgon & Huffner, 2002):
Kisi-kisi dalam Melakukan Konsultasi Gigi :
1. Membangun Hubungan Dokter Gigi – Pasien
a. Perilaku Non Verbal :
Kontak mata, ekspresi wajah, postur, posisi dan pergerakan, fokal
(termasuk kecepatan, volume dan kekerasan bicara)
Jika harus menulis atau menggunakan komputer dilakukan tanpa
menghambat dialog dan pengumpulan data
Memperlihatkan sikap percaya diri
b. Pengembangan Penyusunan Data :
Menerima legitimasi sudut pandang dan perasaan pasein tanpa menghakimi
Berempati selama berkomunikasi dan menghargai perasaan pasien
Memberikan dukungan dengan memperlihatkan sikap pengertian,
keinginan menolong dan membangun kemitraan
Bersikap senhsitif terhadap topik pembicaraan yang bersifat rahasia yang
berkaitan dengan pemeriksaan fisik
c. Keterlibatan Pasien :
Berbagi pendapat dengan pasien untuk meningkatkan keterlibatan di dalam
proses
Menjelaskan secara rasional setiap pertanyaan atau langkah-langkah
pemeriksaan fisik yang dapat timbul selama proses tetapi tidak
berhubungan.
Jelaskan proses danh mintalah ijin pesien selama pemeriksaan dan
perawatan berlangsung.
2. Tahapan Keterampilan Khusus
1. Tahap Inisiasi
Membuat hubungan dengan pasien
Menyapa dengan hangat , kontak mata dan kontak fisik jika diperlukan
Konfirmasi nama pasien dan memperkenalkan diri
Orientasi pada pasien, ekspresi wajah dan suara ramah
Mempersilahkan pasien duduk dengan nyaman, mempertimbangkan
adanya temen atau pendamping pasien bila diperlukan
Menunjukkan kepedulian terhadap perasaan dan keperluan pasien
2. Tahap Identifikasi Keluhan Pasien Saat Ini (Patient’s Presenting Problem)
Menggunakan pertanyaan pembuka yang layak seperti :
Apa yang menyebabkan pasien datang hari ini ?
Apa yang ingin pasien diskusikan hari ini ?
3. Tahap Pengumpulan Informasi
Penggalian Masalah Pasien :
Menggali dan mendengarkan secara aktif pendapat, kebutuhan , dan
harapan pasien melalui pertanyaan-pertanyaan terbuka. Mempersilakan
pasien bicara dengan bebas tentang masalah dan sejarah masalah yang
dihadapi. Mendengar secara aktif yang didukung dengan ketrampilan mem-
parafrase, menyimpulkan dan merefleksikan.
Identifikasi masalah-masaalh yang berhubungan termasuk menggali
dampak psikososial masalah, persepsi pasien terhadap perawatan gigi
(misalnya rasa takut terehadap perawatan). Diskusikan prioritas masalah.
Gunakan gaya bertanya yang sesuai (pada umumnya dari pertanyaan
terbuka berlanjut ke arah pertanyaan tertutup)
4. Tahap Pemeriksaan Fisik
Menempatkan pasien pada keadaan nyaman, tidak merasa terancam dengan
tindakan pemeriksaan fisik yang akan dilakukan :
Memperkenalkan dan menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan
Memberi kesempatan pasien untuk terlibat dan fokus kepada persoalan
pasien.
Menanyakan pasien apakah proses pemeriksaan dapat dilanjutkan
2. Pemeriksaan Subjektif dan Objektif
Perawatan yang tepat dimulai dengan diagnosis yang tepat. Untuk sampai
pada diagnosis yang tepat diperlukan ilmu pengetahuan, keterampilan dan seni : ilmu
pengetahuan penyakit serta gejala-gejalanya, keterampilan untuk melakukan cara
menguji yang tepat, dan seni menyatakan impresi, fakta dan pengalaman ke dalam
pengertian.
Gejala adalah kesatuan informasi, yang dicari di dalam diagnosis klinis dan
diidefinisikan sebagai fenomena atau tanda-tanda suatu permulaan keadaan sakit yang
normal dan indikatif. Gejala dapat diklasifikasikan sebagai berikut : gejala subjektif
adalah gejala yang dialami dan dilaporkan oleh pasien kepada dokter, gejala objektif
adalah gejala yang dipastikan oleh dokter melalui berbagai uji/tes. Pengertian
mengenai keduanya adalah penting agar sampai pada identifikasi penyakit yang tepat
dan disamping itu sampai pada suatu diagnosis masalah yang membawa pasien
kepada seorang klinisi.
a. Pemeriksaan Subjektif (Anamnesis)
Anamnesis merupakan percakapan professional antara dokter dengan pasien
untuk mendapatkan data/riwayat penyakit yang dikeluhkan pasien. Informasi tentang
Gambar 1. Prosedur menegakkan diagnose untuk menentukan perawatan yang tepat Sumber : Pathway of the Pulp. 6th ed.
riwayat pasien dibagi menjadi 3 bagian : riwayat sosial, dental dan medis. Riwayat ini
memberikan informasi yang berguna merupakan dasar dari rencana perawatan.
1. Pengenalan dan pembukaan diri terdiri dari :
Mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Melakukan kontak mata dengan pasien
2. Menanyakan identitas pasien, terdiri dari :
Nama : Tn/Ny.
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
3. Menanyakan Keluhan Utama saat ini (presenting complaint) : keluhan saat
pasien datang atau keluhan yang membuat pasien datang menemui dokter gigi
4. Menanyakan sejarah keluhan utama, meliputi :
Kapan keluhan terjadi (onset)
Lamanya keluhan berlangsung (duration)
Lokasi keluhan
Faktor-faktor yang memperingan
Faktor-faktor yang memperberat
Kronologis (investigation thus far) :
Perawatan yang telah diterima
5. Riwayat medis sebelumnya : riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita
sebelumnya
Guna menghindari informasi yang tidak relevan dan untuk mencegah
kesalahan kelalaian dalam uji klinis, klinisi harus melakukan pemeriksaan rutin.
Rangkaian pemeriksaan harus dicatat pada kartu pasien dan harus dijadikan sebagai
petunjuk untuk melakukan kebiasaan diagnostik yang tepat. Yang termasuk dengan
penyakit sistemik adalah :
a. Penyakit jantung congenital
b. Demam rematik
c. Kelainan darah
d. Penyakit saluran pernapasan
e. Asma
f. Hepatitis
g. Penyakit gastrointestinal
h. Penyakit ginjal atau saluran kencing
i. Penyakit tulang atau sendi
j. Penyakit diabetes
k. Penyakit kulit
l. Kelainan congenital
m. Alergi
n. Pengobatan belakangan atau yang sedang dilakukan
o. Operasi sebelumnya atau penyakit serius
p. Kelainan subnormal mental
q. Epilepsy
r. Riwayat penyakit serius dalam keluarga
6. Riwayat dental sebelumnya : riwayat penyakit dental yang pernah diderita
sebelumnya
7. Riwayat penyakit keluarga : riwayat penyakit yang bersifat herediter
8. Kebiasaan kultural dan sosial : dapat berupa informasi yang berhubungan
dengan lingkungan sosioekonomi dan pekerjaan, riwayat perjalanan keluar
negeri, riwayat seksual, hobby dan kebiasaan-kebiasaan pasien yang relevant.
9. Harapan pasien
b. Pemeriksaan Objektif (Pemeriksaan Klinis)
Pemeriksaan Ekstraoral
Setiap kelainan ektraoral yang nampak yang dicatat selama pencatatan riwayat
dapat diperiksa lebih lanjut. Penampilan umum-besar dan berat, corak kulit, mata,
bibir, simetri wajah, dan kelenjar limfe.
Pemeriksaan Intra-oral
Gejala objektif ditentukan oleh pengujian dan observasi yang dilakukan oleh
seorang klinisi. Pengujian-pengujian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan visual dan taktil
Uji klinis yang paling sederhana adalah pemeriksaan berdasarkan penglihatan.
Hal ini terlalu sering hanya dilakukan sambil lalu selama pemeriksaan, dan sebagai
hasilnya, banyak informasi penting hilang. suatu pemeriksaan visual dan taktil
jaringan keras dan lunak yang cermat mengandalkan pada pemeriksaan “three Cs”:
color, contour, dan consistency (warna, kontur dan konsistensi). Pada jaringan lunak,
seperti gusi, penyimpangan dari warna merah muda sehat dapat dengan mudah
dikenal bila terdapat inflamasi. Suatu perubahan kontur yang timbul dengan
pembengkakan, dan konsistensi jaringan yang lunak, fluktuan, atau seperti bunga
karang yang berbeda dengan jaringan normal, sehat dan kuat adalah indikatif dari
keadaan patologik.
2. Tes Perkusi
Tujuan tes perkusi adalah :
- Mengevaluasi status periodonsium yang meliputi gingiva, tulang alveolar,
ligament periodontal, dan sementum sekitar gigi dan apical gigi.
- Menentukan ada atau tidak adanya penyakit periradikuler yang meliputi
jaringan dentin, sementum, dan ligament periodontal.
- Terdapat dua metode tes perkusi, yaitu :
Vertical
Tes vertical dilakukan dengan cara pengetukan pada arah vertical
atau searah dengan daerah periapical yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya kelainan periapical. Jika tes perkusi
vertical positif, berarti terdapat kelainan di daerah periapical.
Horizontal
Tes horizontal dilakukan dengan cara pengetukan pada arah
horizontal atau kearah dentin, pulpa, sementum untuk mengetahui
ada atau tidak adanya kelainan pada daerah tersebut. Jikat
esperkusi horizontal positif, berarti terdapat kelainan di
peridonsium (Ghom, 2007)
Cara melakukan tes perkusi :
- Pukulan cepat dan tidak terlalu keras pada permukaan oklusal atau incisal
dari gigi yang diduga mengalami karies
- Gigi tetangga di perkusiter lebih dahulu kemudian diikuti gigi yang
menjadi keluhan
- Reaksi yang lebih valid didapat dari pergerakan tubuh pasien (gerak reflex
pasien)
- Respon
Positif (+)
Negative (-)
3. Tes Tekan
Tujuan tes tekan adalah :
- Untuk mengetahui adanya fraktur atau kelainan pada periapical.
Cara melakukan tes tekan :
- Pasien menggigit objek yang keras misalnya gulungan kapas
- Atau bisa juga dengan memberikan tekanan dengan jari
- Respon
Positif (+)
Negative (-)
4. Vitality Test
Tes vitalitas merupakan sebuah tes yang bertujuan untuk menentukan diagnosa
dan menentukan apakah gigi tersebut masih vital atau sudah nonvital. Gigi vital
merupakan gigi yang masih punya suplai darah, sedangkan gigi nonvital tidak.
Terdapat berbagai macam tes vitalitas, yaitu: Thermal Test, Elictric Pulp Testing,
Test Cavity.
1. Thermal Test
a. Cold Test
Bahan yang digunakan:
- CO2 snow, merupakan metode yang baik karena memiliki temperature -
50°C dan perubahan bentuknya dari solid ke gas sehingga tidak berpotensi
untuk menstimulus gigi yg berada di dekatnya.
- Ethyl Chloride
- Dichlorodifluoromethane (DDM), prosedurnya adalah dengan
menyemprotkan DDM ke cotton pellet kemudian aplikasikan ke gigi yang
ingin dites. Sama dengan CO2 snow, DDM tidak memiliki liquid state.
- Ice sticks, mempunyai liquid state sehingga memungkinkan stimulus gigi
yg berdekatan. Jika cold test dengan menggunakan ice sticks dilakukan
maka terlebih dahulu gigi posterior.
b. Heat Test
Bahan yang digunakan adalah Gutta percha yg sebelumnya gigi
tersebut diolesi petroleum jelly untuk mencegah perekatan, kemudian gutta
percha dipanaskan dan aplikasikan pada gigi. Tes ini dilakukan jika pasien
mempunyai keluhan saat memakan atau meminum-minuman panas. Alternatif
lain adalah dengan membungkus gigi dengan rubber dam kemudian alirkan
cairan dingin ataupun panas. Bila gigi memberikan respon berarti gigi vital,
jika tidak makan nonvital.
2. Electric Pulp Testing (EPT)
a. Menggunakan arus listrik untuk stimulasi respon saraf pulpa, alat yang
digunakan contohnya adalah Analytic Technology pulp tetster.
b. Prosedur:
1. Gigi yang akan dites dikeringkan untuk mencegah short-
circulating melalui saliva periodontium.
2. Gigi ditutupi dengan rubber dam antara contact point untuk
mencegah konduksi gigi berdekatan.
3. Ujung EPT dilapisi pasta gigi sebagai conducting media
4. Pasien diminta menahan metal handle hingga ada sensasi geli,
kesemutan.
5. Tes ini tidak dianjurkan untuk pasien dengan cardiac
pacemaker.
6. Gigi vital berarti dapat merasakan sensasi geli, kesemutan,
sedangkan nonvital tidak.
c. EPT kurang efektif bila dibandingkan dengan thermal test dan test cavity.
3. Test Cavity
a. Dilakukan ntuk memastikan respon dari pulp test sebelumnya
sudah akurat.
b. Caranya dengan melubangi gigi menggunakan high speed
handpiece tanpa anestesi lokal.
c. Jika gigi vital maka pasien dapat merasakan sakit yang tajam
ketika sampai dentin, sedagkan gigi nonvital tidak merasakan
respon apapun.
d. Operator juga harus hati-hati mempertimbangkan jika pasien
ternyata merasakan sakit akibat vibrasi dan tekanan dari alat
sehingga bisa menginterpretasikan tes dengan benar.
Setelah melakukan berbagai pemeriksaan, dokter akan meminta persetujuan
pasien dengan menunjukkan informed consent. Pada lembar informed consent ini,
jika pasien setuju untuk dilakukannya tindakan maka pasien akan menandatangani
lembar tersebut. Berikut adalah contoh dari lembar informed consent :
Informed Consent
Saya yang bertanda tangan di bawah ini (selaku suami/istri/ayah/ibu/............dari) :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Telah mendapat informasi mengenai tindakan medis yang akan dilakukan dengan akibat samping/resiko yang mungkin terjadi. Saya menerima persetujuan ini dengan penuh kesadaran dan tidak akan mengajukan tuntutan.
Demikian surat persetujuan ini saya buat tanpa paksaan/tekanan pihak tertentu.
Talegong,
Supervisor Operator Pasien/Wali
Sumber :
http://aton29.wordpress.com/2010/04/27/komunikasi-intrapersonal/
M. Ghojali Bagus A.P., S.Psi. Buku Ajar Psikologi Komunikasi – Fakultas Psikologi
Unair 2010.
http://www.psikologizone.com/definisi-komunikasi-interpersonal/06511922
Lamlanto, Nurhaida. 2010. Prosedur Menegakkan Diagnosis dalam Praktik
Kedokteran Gigi. Makassar : Fakultas Kedokteran Gigi Univesitas Hassanudin