20
199 O. Hasbiansyah. Konstelasi Paradigma Objektif dan Subjektif dalam Penelitian Komunikasi dan Sosial Konstelasi Paradigma Objektif dan Subjektif dalam Penelitian Komunikasi dan Sosial O. Hasbiansyah ABSTRAK Paradigma berkaitan dengan cara memandang terhadap realitas. Realitas yang sama akan tampak berbeda bila dilihat dengan paradigma yang berbeda. Dalam ilmu sosial dan komunikasi, terdapat sejumlah paradigma, biasanya secara sederhana dikelompokkan secara dikotomis ke dalam paradigma objektif, yang lebih populer dengan istilah kuantitatif, dan subjektif, yang lebih dikenal dengan sebutan kualitatif. Paradigma objektif memandang bahwa realitas itu tunggal dan objektif, kebenaran itu bersifat universal, ilmu dikembangkan dalam konteks yang bebas nilai. Paradigma subjektif memandang realitas sebagai majemuk, hasil konstruksi sosial, dan kebenaran yang diperoleh itu sifatnya relatif yang hanya berlaku pada wilayah geografis tertentu, serta ilmu dikembangkan tidak bebas nilia. Paradigma mengimplikasikan pada metode peneltian. Dalam paradigma objektif dikenal, antara lain, metode peneltian survei dan eksperimen. Dalam paradigma subjektif, dikenal, atara lain, pendekatan fenomenologi, studi kasus, etnografi, biografi, grounded theory. yang diperolehnya berdasarkan “penelitian,” baik secara langsung, yaitu secara sengaja mengamati keadaan orang-orang Jawa, maupun tidak langung, yaitu mendengar informasi dari sumber lain. Suatu hari kita menelepon seorang kawan pada jam 06.00. Ternyata ia masih tidur. Hari berikutnya, kita telepon lagi jam 06.30, ternyata ia masih tidur juga. Hari ketiga kita telepon lagi jam 07.00, kawan kita belum juga bangun. Untuk selanjutnya, ketiga informasi dari peristiwa tersebut menjadi semacam “data”, dan dengan data itu mungkin – betapapun tidak lengkapnya – kita membuat kesimpulan: antara jam 06.00-07.00, kawan kita pasti masih tidur. Akhirnya, mungkin kita memutuskan: tidak akan lagi menelepon si kawan itu pada jam-jam tersebut. “Penelitian-penelitian informal” seperti di atas, disadari atau tidak, dilakukan secara sengaja atau tidak, mewarnai kehidupan kita. Boleh jadi kesimpulan yang kita tetapkan itu benar, mungkin juga keliru. Dan kekeliruan itu sangat mungin terjadi, karena dalam mengamati dan memahami suatu informasi atau peristiwa, kita cenderung lebih 1. Pendahuluan 1.1 Penelitian: Sebuah Pengertian Sederhana Pengertian secara “Informal”. Dalam kehidupan sehari-hari, sesungguhnya kita hampir selalu terlibat dalam proses “penelitian”. Kita mempertanyakan, mengamati, menyelidiki, mengobservasi sesuatu; kita berusaha memahaminya, dan selanjutnya mungkin kita mengambil kesimpulan tertentu tentang hal tersebut. Kesimpulan itu akan mempengaruhi bagaimana kita menentukan sikap dan menetapkan tindakan. Ketika kita mengambil keputusan, biasanya keputusan itu didasarkan pada kesimpulan yang kita lakukan, dan kesimpulan itu didasarkan pula pada serangkaian informasi yang kita peroleh lewat “penelitian”: pengamatan langsung ataupun tidak langsung. Ketika seseorang menyatakan bahwa orang Jawa itu halus, tekun, tertutup, tentulah pernyataan tersebut didasarkan pada informasi

Konstelasi Paradigma Objektif dan Subjektif dalam

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

199O. Hasbiansyah. Konstelasi Paradigma Objektif dan Subjektif dalam Penelitian Komunikasi dan Sosial

Konstelasi Paradigma Objektif dan Subjektifdalam Penelitian Komunikasi dan Sosial

O. Hasbiansyah

ABSTRAK

Paradigma berkaitan dengan cara memandang terhadap realitas. Realitas yang sama akantampak berbeda bila dilihat dengan paradigma yang berbeda. Dalam ilmu sosial dan

komunikasi, terdapat sejumlah paradigma, biasanya secara sederhana dikelompokkan secaradikotomis ke dalam paradigma objektif, yang lebih populer dengan istilah kuantitatif, dan

subjektif, yang lebih dikenal dengan sebutan kualitatif. Paradigma objektif memandang bahwarealitas itu tunggal dan objektif, kebenaran itu bersifat universal, ilmu dikembangkan dalamkonteks yang bebas nilai. Paradigma subjektif memandang realitas sebagai majemuk, hasil

konstruksi sosial, dan kebenaran yang diperoleh itu sifatnya relatif yang hanya berlaku padawilayah geografis tertentu, serta ilmu dikembangkan tidak bebas nilia. Paradigma

mengimplikasikan pada metode peneltian. Dalam paradigma objektif dikenal, antara lain,metode peneltian survei dan eksperimen. Dalam paradigma subjektif, dikenal, atara lain,

pendekatan fenomenologi, studi kasus, etnografi, biografi, grounded theory.

yang diperolehnya berdasarkan “penelitian,” baiksecara langsung, yaitu secara sengaja mengamatikeadaan orang-orang Jawa, maupun tidak langung,yaitu mendengar informasi dari sumber lain.

Suatu hari kita menelepon seorang kawan padajam 06.00. Ternyata ia masih tidur. Hari berikutnya,kita telepon lagi jam 06.30, ternyata ia masih tidurjuga. Hari ketiga kita telepon lagi jam 07.00, kawankita belum juga bangun. Untuk selanjutnya, ketigainformasi dari peristiwa tersebut menjadi semacam“data”, dan dengan data itu mungkin – betapapuntidak lengkapnya – kita membuat kesimpulan:antara jam 06.00-07.00, kawan kita pasti masih tidur.Akhirnya, mungkin kita memutuskan: tidak akanlagi menelepon si kawan itu pada jam-jam tersebut.

“Penelitian-penelitian informal” seperti di atas,disadari atau tidak, dilakukan secara sengaja atautidak, mewarnai kehidupan kita. Boleh jadikesimpulan yang kita tetapkan itu benar, mungkinjuga keliru. Dan kekeliruan itu sangat munginterjadi, karena dalam mengamati dan memahamisuatu informasi atau peristiwa, kita cenderung lebih

1. Pendahuluan1.1 Penelitian: Sebuah Pengertian Sederhana

Pengertian secara “Informal”. Dalamkehidupan sehari-hari, sesungguhnya kita hampirselalu terlibat dalam proses “penelitian”. Kitamempertanyakan, mengamati, menyelidiki,mengobservasi sesuatu; kita berusahamemahaminya, dan selanjutnya mungkin kitamengambil kesimpulan tertentu tentang haltersebut. Kesimpulan itu akan mempengaruhibagaimana kita menentukan sikap dan menetapkantindakan.

Ketika kita mengambil keputusan, biasanyakeputusan itu didasarkan pada kesimpulan yangkita lakukan, dan kesimpulan itu didasarkan pulapada serangkaian informasi yang kita peroleh lewat“penelitian”: pengamatan langsung ataupun tidaklangsung. Ketika seseorang menyatakan bahwaorang Jawa itu halus, tekun, tertutup, tentulahpernyataan tersebut didasarkan pada informasi

MEDIATOR, Vol. 5 No.2 2004200

cepat mengambil kesimpulan sebelum informasinyaterkumpul lengkap.

Konon, menurut adat sejumlah suku Batak,ketika sepasang pria dan wanita hendakbertunangan di mana masing-masing pihakkeluarganya belum saling mengenal, salah satupihak atau kedua-duanya akan mengutus tim“peneliti” untuk melakukan penyelidikan secara in-cognito. Bila hasil “penelitian” menunjukkantidak ada masalah, pertunangan dapat dilanjutkan.Tetapi, jika hasil “penelitian” menemukan adanyasisi negatif yang tak termaafkan pada keluarga yangditeliti, maka pihak keluarga yang berkeberatandapat membatalkan pertunangan tersebut.1

Pengertian secara “Formal”. Penelitian dalampengertian informal dilakukan secara sangat infor-mal, mungkin tidak disadari, tanpa sengaja, tidakterikat dengan suatu metode, dan tidak tertulis.Sebaliknya, penelitian dalam pengertian formaldilakukan dengan menggunakan suatu metodeyang formal, disengaja, tertulis, serta memilikikriteria kesahihan tertentu. Penelitian dalampengertian formal juga dilakukan untukkepentingan tertentu secara formal. Misalnya:penelitian sebagai latihan dalam tugas mata kuliah,penelitian untuk skripsi/tesis/disertasi, penelitiantentang kecenderungan perilaku konsumen untukkepentingan strategi pemasaran suatu produk darisebuah perusahaan, penelitian tentang datademografis dan perilaku khalayak untukkepentingan perbaikan penampilan dan isi suatusurat kabar, penelitian untuk memahami polaperilaku seksual pada suku Dani di Papua, dsb.

Penelitian ditujukan untuk mengungkapkanapa yang sesungguhnya terjadi, menguji benartidaknya suatu dugaan, mencari jawaban mengapasuatu peristiwa terjadi, menguji teori, memahamisebuah fenomena secara mendalam, ataumenemukan dan membangun teori baru.

Dalam bahasa Inggris, penelitian disebut re-search. Research (re – search) berarti menemukankembali, atau mencari kembali. Penelitian tak lainadalah menemukan hukum-hukum atau prinsip-prinsip yang ada di alam kehidupan yangsebetulnya sudah berlaku dan berlangsung.Peneliti bukan menciptakan, tetapi menemukan.

Temuannya mungkin tidak memberikan informasidan penjelasan lengkap, sehingga menantangdilakukan penelitian lanjutan (Rakhmat, 1996).

Ketika pertama kali muncul tayangan acaratelenovela di TV swasta, banyak orang khawatirtayangan tersebut berpengaruh negatif bagi kaumibu. Kekhawatiran itu sebenarnya baru sekadardugaan. Untuk memperoleh jawaban lebih akurat,perlu dilakukan penelitian. Banyak orangmenyangsikan, benarkah pengaruh media massaitu perkasa seperti diklaim Teori Jarum Hipodermik?Untuk menjawabnya, banyak orang melakukanpenelitian pengaruh media massa, di berbagaitempat, dalam berbagai peristiwa. Sejumlahpenelitian menumbangkan anggapan teori ini, dansejumlah yang lainnya masih menemukan adanyakekuatan pengaruh media massa. Dari serangkaianpenelitian yang dilakukan, lahirlah, misalnya, TeoriUses and Gratifications dan Teori Agenda Set-ting.

Sebagian penelitian temuannya ditujukanuntuk digeneralisasikan, sebagian penelitianlainnya temuannya dimaksudkan untukmenggambarkan suatu peristiwa sebagai hal unikyang terjadi di sebuah wilayah dan tidak bisadigeneralisasikan.

1.2 Penelitian: Melalui “Jendela” Mana?Peneliti, sebelum melakukan penelitian,

disadari atau tidak, sebenarnya telah menetapkancara pandang tertentu dalam melihat realitas. Carapandang ini semacam “jendela” dalam mengamatifenomena. Suatu benda, bila dilihat dari sebuahrumah pada arah jendela yang berbeda, akantampak berbeda cakupan penampakannya. Dalamdunia ilmu, “jendela” semacam itu disebutparadigma, perspektif, atau pendekatan.

Dalam ilmu sosial, terdapat cukup banyakparadigma. Setiap paradigma menyediakan carapandang tertentu yang berbeda satu sama lain.Masing-masing paradigma mengimplikasikanprosedur dan metodologi penelitian yang berbeda.

Secara dikotomis, paradigma penelitian dalamilmu sosial, termasuk dalam ilmu komunikasi, dapatdikelompokkan ke dalam paradigma objektif dan

201O. Hasbiansyah. Konstelasi Paradigma Objektif dan Subjektif dalam Penelitian Komunikasi dan Sosial

paradigma subjektif. Sejumlah penulis, untuk istilahini, menggunakan terminologi lain, seperti:kuantitatif-kualitatif, objektif-interpretif, objektif-konstruktivis, atau positivis-pospositivis, atauklasik-konsruktivis.

Selama ini, diakui, paradigma penelitian sosialdidominasi paradigma kuantitaitf/objektif/positivistik. Paradigma ini telah berkembangdemikian lama yang pada awalnya dipinjam dariilmu-ilmu alam yang seringkali dikembangkanmelalui studi eksperimental (Marshal danRossman, 1995:1). Begitu lamanya paradigma inimenguasai mental set sebagian besar para ilmuwansosial, seakan-akan inilah satu-satunya paradigmauntuk memahami realitas, serta mengabaikan –bahkan menutup diri dari kemungkinan adanya—paradigma lainnya. Padahal, sesungguhnyaterdapat “jendela” lain untuk memhamai realitasitu. Jendela lain itu, kita kenal sekarang sebagaiparadigma/pendektan subjektif, atau dikenal puladengan istilah lainnya: kualitatif, interpretif, ataukonsruktivis. Pendekatan ini kini makin berkembangdan diminati para ilmwan sosial yang tidak puasdengan hanya menggunakan paradigma/pendekatan objekif.

Menurut Hidayat (2002), peneliti harusmemahami dan menjelaskan posisi metodologiyang dipakainya dalam kerangka suatu paradigma.Ketidakmampuan peneliti menjelaskan posisimetodologisnya dalam konstelasi paradigma akanmenyebabkan penelitiannya rentan terhadap kritikdan rapuh untuk ditumbangkan oleh sebuahpertanyaan yang sepele sekalipun.

1.3 Tujuan PenulisanTulisan ini ditujukan untuk menjelaskan

paradigma objektif dan subjektif dalam penelitiansosial. Di sini akan dijelaskan beberapa konsepdasar atau peristilahan yang sering digunakanberkaitan dengan konsep objektif dan subjektif.Secara garis besar, akan diuraikan pula asumsi-asumsi dasar dari kedua pendekatan tersebut sertavarian-varian yang terdapat di dalamnya. Tulisanini tidak ditujukan untuk memberikan acuan teknispelaksanaan penelitian dari berbagai paradigmayang ada, tetapi sekadar memberikan pemahaman

dasar, semacam pemetaan sederhana.

2. Paradigma Objektif dan Paradigma Subjektif2.1 Memahami Beberapa Konsep dan Asumsi Dasar

Terdapat beberapa konsep dasar yang perludipahami terlebih dahulu untuk memahami tulisanini selanjutnya. Konsep-konsep dasar itu, diantaranya, adalah paradigma, perspektif,pendekatan, subjektif-objektif, kualitatif-kuantitatif.

Paradigma, pendekatan, dan perspektif olehsejumlah penulis sering digunakan silih bergantiuntuk mengacu hal yang sama (lihat Mulyana,2001:16-18). Paradigma bisa didefinisikan sebagai“ . . . a set of basic beliefs (or metaphysics) thatdeals with ultimates or first principles . . . a worldview that defines, for its holder, the nature of the‘world’ . . .” (Guba, dalam Denzin dan Lincoln,1998:200). Sementara itu, Ritzer (2003:6-7)mengartikan paradigma sebagai:

“. . . pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentangapa yang menjadi pokok persoalan yangsemestinya dipelajari suatu cabang ilmupengetahuan (dicipline) .... Paradigma membantumerusmuskan tentang apa yang harus dipelajari,persoalan-pesoalan apa yang harus dijawab,bagaimana seharusnya menjawabnya, serta aturan-aturan apa yang harus diikti dalammenginterpretasikan informasi yang dikumpulkandalam rangka menjawab persoalan-persoalantersebut.”

Dengan demikian, paradigma memberikankerangka bagaimana seseorang memandang suaturealitas. Menurut Alwasilah (2002:78), apa yangkita perbuat (termasuk kegiatan penelitian) takmungkin terjadi tanpa merujuk pada paradigma.Selain berperan sebagai rujukan dan sudutpandang, paradigma juga berperan sebagaipembatas ruang dan gerak peneliti.

Pendekatan (approach), untuk tidak terlalubanyak diskusi dengan peristilahan yang terlalunyelimet, dalam tulisan ini disamakan denganparadigma. Paradigma adalah semacam cara

MEDIATOR, Vol. 5 No.2 2004202

pandang dalam memahami lingkungan sekitardalam kehidupan. Menurut Mulyana (2001:16),perspektif adalah suatu kerangka konseptual (con-ceptual framework), suatu perangkat asumsi, nilai,atau gagasan yang mempengaruhi persepsi kita,dan pada gilirannya mempengaruhi cara kitabertindak dalam suatu situasi.

Istilah objektif dan subjektif, seringkalidikaitkan dengan istilah kuantitatif dan kualitatif.Istilah objektif dalam frase “pendekatan objektif”,sering juga diasosiasikan sebagai empiris,behavioristik, positivistik, mekanistik, deter-minsitik, klasik, liniear, atau kuantitatif. Seangkan“subjektif” dalam frase “pendekatan subjektif” se-ring di hubungkan sebagai interpretif, fenomenolo-gis, konstruktivis, naturalistik, holistik, eksplorato-

ri, kualitatif (lih. Mulyana, 2001:21). Secarasederhana, hal ini digambarkan pada Gambar 1.

Di antara berbagai peristilahan itu, yang pal-ing sering digunakan untuk merujuk pembagianparadigama secara dikotomis adalah istilahKuantitatif dan Kualitatif.

Sebetulnya terminologi kuantitatif dankualitatif, dalam penelitian, mengandung duapengertian, yakni sebagai kategori/jenis/sifat datadan sebagai paradigma. Sebagai jenis data,kuantitaif menagacu pada data yang berupa angka-angka, atau kategori-kategori yang dikuantifikasi-kan. Skala ordinal, interval, dan rasio merupakan

contoh dari data kuantitatif. Sedangkan, kualitatifmengacu pada data yang tidak berupa angka dantidak dikuantifikasikan, berupa kategori-kategoriatau uraian tentang sesuatu. Contoh data kualitatifadalah yang berupa skala nominal atau jawabanresponden yang berupa uraian penjelasan.

Sebagai paradigma, istilah kuantitatif dankualitatif memiliki makna yang sangat berbeda.Kedua istilah itu mengacu pada cara pandang,bagaimana melihat realitas. Dalam tulisan ini, keduakonsep tersebut tidak mengacu pada pengertianpertama (sebagai jenis data), tetapi merujuk padapengetian yang kedua (sebagai paradigma).(Sehubungan dengan itu, pendekatan kuantitatif,dalam praktik, tidak hanya mengumpulkan datakuantitatif, tapi juga bisa data kualitatif. Begitu pulapendekatan kualitatif, tidak hanya menggunakandata kualitatif, tapi juga dapat menggunakan datakuantitatif).

Perbedaan di antara paradigma dapat dilihatdari tiga dimensi pokok paradigma, yang menurutGuba (dalam Hidayat, 2003) adalah: ontologi,epistemologi, dan metodologi. Ontologi berkaitandengan asumsi tentang realitas (What is the na-ture of “reality” ); epistemologi menyakut asumsitentang hubungan antara peneliti dan yang diteliti(What is the nature of the relationship betweenthe inquirer and the knowable); dan metodologiterkait dengan asumsi metodologis tentangbagaimana peneliti memperoleh pengetahuan(How should the inquirer go about finding outknowledge).

Dengan menambahkan dua dimensi paradigmalainnya, sebagaimana ditulis Cresswell (2002),perbedaan paradigma kuantitatif dan kualitatifditunjukkan pada Tabel 1. Secara rinci, perbedaanantara keduanya ditinjau dari asumsi otologis,epistemologis, aksiologis, retoris, dan metodologis.

Pendekatan objektif (kuantitatif) berpandang-an bahwa realitas itu objektif, ada “di sana”, empiris,terpisah, tidak tergantung dari pikiran atau persepsipeneliti. Dunia sosial seperti dunia alam fisika,terpisah dari pengamat, independen. Sementara itu,bagi pendekatan subjektif (kualitatif), realitas sosialitu tidak terpisahkan dari pikiran dan persepsisubjek (orang yang mengalami, peneliti). Setiap

Gambar 1. Peristilahan yang Terkait dengan

Konsep Objektif-Subjektif

Objektif Kuantitatif Positivistik Deduktif Klasik Empiris Deterministik Tradisional Konvensional Dsb.

Subjektif Kualitatif Pospositivistik Induktif Interpretif Konstruktivis Naturalistik Fenomenologis Humanistik Kritis, dsb.

203O. Hasbiansyah. Konstelasi Paradigma Objektif dan Subjektif dalam Penelitian Komunikasi dan Sosial

orang melakukan konstruksi dan memberiinterpretasi tentang realitas secara subjektif.Dalam paradigma kuantitatif, peneliti bersifatindependen dari yang diteliti. Kenal atau tidaknyapeneliti dengan responden, tidak terkait dengan

bobot penelitian. Semetara itu, dalam paradigmakualitatif peneliti sudah seharusnya berhubungandengan subjek yang diteliti secara langsung.Keintiman antara kedua pihak akan berpengaruhpada seberapa banyak pengetahuan tersembunyi(tacit knowledge) dari lapangan dapat terungkap,dan seberapa dalam informasi dan maknanya

dapat dimunculkan.Versi lain mengenai perbedaan paradigma

dilihat dari dimensi-dimensi ontologis,epistemologi, dan aksiologis, serta metodologisdiperlihatkan pada Tabel 2. Pada tabel ini,

pengelompokan paradigma tidak dilakukan secaradikotomis. Dalam kerangka dikotomi paradigmaobjektif – subjektif, paradigma klasik termasuk kedalam paradigma objektif (kuantitatif), sedangkanparadigma kritis dan konstruktivis termasuk kedalam paradigma subjektif (kualitatif).

Tanpa melihat dari dari segi paradigma, Berger

Tabel 1. Asumsi Paradigma Kuantitatif dan Kualitatif

Sumber: Firetone, Guba dan Lincoln, McCracken (dalam Cresswell, 2002:5). Lihat pula

Mulyana (2001:147-148).

Asumsi Pertanyaan Kuantitatif Kualitatif Asumsi Ontologis Bagaimana sifat

realitas? Realitas objektif, tunggal, terpisah dari peneliti

Realitas subjektif, ganda, seperti tampak dalam penelitian

Asumsi Epistemologis

Bagaimana hubungan peneliti dan yang diteliti?

Peneliti mandiri dari yang diteliti

Peneliti berhubungan dengan yang diteliti

Asumsi Aksiologi Apa peran nilai? Bebas nilai, tidak bias Tidak bebas nilai, bias Asumsi Retoris Apa itu bahasa

penelitian? Formal, berdasakan definisi keputusan. Memakai kata-kata kuantitatif yang sudah diterima

Informal, mengembangkan, bahasa pribadi, memakai kata-kata kualitatif yang sudah diterima

Asumsi Metodologis Bagaimana proses penelitian itu?

Proses deduktif, Sebab dan akibat, Desain statis – pengelompokan dilakukan sebelum penelitian, Naskah – terikat Generalisasi mengarah pada prediksi, penjelasan, dan pemahaman, Akurat dan dapat dipercaya melalui kebenaran dan pengujian

Proses induktif Pembentukan faktor-faktor mendadak Desain yang muncul – pengelompokan dilakukan selama penelitian Naskah - bebas Pola, teori berkembang untuk pemahaman. Akurat dan dapat dipercaya melalui pembuktian.

MEDIATOR, Vol. 5 No.2 2004204

Tabel 2 Perbedaan Beberapa Paradigma Penelitian

Sumber: Modifikasi dari Hidayat (2002).

DIMENSI KLASIK KRITIS KONSTRUKTIVIS Critical realism: Historical realism: Relativism: O

ntologi

Ada realitas yang “real” yang diatur oleh kaidah2 tertentu yang berlaku universal; walaupun kebenaran pengetahuan tsb. mungkin hanya bisa diperoleh secara probabilistik

Realitas yang teramati merupakan realitas “semu” (virtual reality) yang telah terbentuk oleh proses sejarah dan kekuatan2 sosial, budaya, dan ekonomi-politik

Realitas merupakan konstruksi sosial Kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial

Dualist/objectivist: Transactionalist/subjectivist: Transactionalist/subjectivist: Epistemologi

Ada realitas objektif, sebagai suatu realitas yang eksternal di luar diri peneliti Peneliti harus sejauh mungkin membuat jarak dengan objek penelitian.

Hubungan peneliti dengan yang diteliti selalu dijembatani nilai-nilai tertentu. Pemahaman tentang suatu realitas merupakan value mediated findings.

Pemahaman suatu realitas, atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi peneliti dengan yang diteliti.

Observer: Activist: Facilitator: Nilai, etika dan pilihan

moral harus berada di luar proses penelitian

Nilai, etika dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisah-kan dari penelitian

Nilai, etika dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisah-kan dari penelitian

Peneliti berperan sebagai disinterested scientist

Peneliti menempatkan diri sebagai transformative intellectual, advokat dan aktivis

Peneliti sebagai passionate participant, fasilitator yang menjembatani keragaman subjektivitas pelaku sosial

Aksiologi

Tujuan penelitian: Eksplanasi, prediksi dan

kontrol realitas sosial

Tujuan penelitian: kritik sosial, transformasi, emansipasi dan social empowerment

Tujuan penelitian: rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dan yang diteliti

Interventionist: Participative: Reflective /Dialectical: Pengujian hipotesis dalam

struktur hypothetico-deductive method; melalui lab. eksperimen atau survey eksplanatif, dengan analisis kuantitatif

Mengutamakan analisis komprehensif, kontekstual, dan multi-level analysis yang bisa dilakukan melalui penempatan diri sebagai aktivis / partisipan dalam proses transformasi sosial

Menekankan empati, dan interaksi dialektis antara peneliti-responden untuk merekontruksi realitas yang diteliti, melalui metode-metode kualitatif seperti participant observation observation

Kriteria kualitas penelitian: Kriteria kualitas penelitian: Kriteria kualitas penelitian:

Metodologi

Objectivity, Reliability, and Validity (internal dan external validity)

Historical situatedness: sejauhmana penelitian memperhatikan konteks historis, sosial, buidaya, ekonomi dan politik

Authenticity dan reflectivity: Sejauh mana temuan merupakan refleksi otentik dari realitas yang dihayati oleh para pelaku sosial

205O. Hasbiansyah. Konstelasi Paradigma Objektif dan Subjektif dalam Penelitian Komunikasi dan Sosial

(2000:140) melakukan pembedaan antara penelitiankuantitatif dan penelitian kualitatif sebagaimanatampak pada pada Tabel 3.

Sedari awal, peneliti dengan paradigmakuantitatif sudah menentukan terlebih dahulukonsep dan variabel, yang dijabarkan secara rinci

ke dalam sejumlah indikator, yang kemudiandimantapkan dalam instrumen penelitian berupakuesioner, beserta teknik analisis. Hal inimenunjukkan bahwa penelitian ini dilakukandengan asumsi yang tegar dan baku, hal yang tidakberlaku dalam penelitian kualitatif (lihat Brannen,2002:11-13):

Pendekatan kuantitatif memandang realitas itusesuatu yang objektif, apa adanya, siapa pun yangmelihatnya. Karena realitas itu sesuatu yangobjektif, maka ia dapat diukur. Peneliti denganpendekatan ini, untuk memahami realitas, akanmenentukan alat ukurnya terlebih dahulu. Alat ukurini dapat digunakan oleh peneliti mana pun, dandapat dipakai untuk mengukur realitas (variabel)yang sama. Dengan kata lain, si peneliti melakukankonstruksi menurut pikirannya tentang realitastersebut. Ketika ada orang yang sedang duduk dipinggir kolam sambil memegang batang pancing,misalnya, si peneliti mungkin akan mengajukanpertanyaan: sudah berapa lama memancing, berapaikan yang di dapat, apa jenis umpannya, dsb.Jawaban diarahkan oleh konstruksi pertanyaan. Sipeneliti sudah punya konstruksi pasti, bahwa siresponden sedang memancing.2

Sebaliknya, pendekatan kualitatif memandangbahwa realitas sosial itu merupakan hasilkonstruksi manusia. Oleh karena itu, setiap orang

memiliki pandangan, pengalaman, atau makna yangberbeda tentang suatu peristiwa. Setiap orangmelakukan konstruksi tentang realitas yangdihadapinya secara subjektif. Seorang penelitidengan pendekatan kualitatif, oleh karena itu, untukmemahami sebuah realitas tidak membawa alat ukur.

Ia menggali pandangan orang tentang realitas itu,tanpa dikerangka konstruksi pertanyaan. Kepadaorang yang sedang duduk di pinggir kolam, padacontoh di atas, si peneliti mungkin akan bertanya:sedang apa? Dengan pertanyaan ini, boleh jadi sipeneliti memperoleh jawaban mengejutkan.Mungkin saja si orang itu menjawab: “Saya sedangjengkel, istri saya ngomel terus di rumah. Daripadapuyeng dengerin omelannya, lebih baik mancing,enak kan di sini ......”3 Dari sini, peneliti dapatmenggali informasi lebih lanjut. Dalam hal ini,penelitian kualitatif mempelajari sesuatu dalam set-ting alamiahnya, mencoba memahami,menginterpretasi suatu fenomena berdasarkanmakna yang diberikan orang (Denzin dan Lincoln,1998:3). Lebih lanjut dijelaskan bahwa penelitiankualitatif secara implisit menekankan pada prosesmakna mengenai suatu fenomena atau peristiwa,sifat-sifat realitas sebagai hasil konstruksi sosial.Sebaliknya penelitian kuantitatif menekankan padapengukuran dan analisis mengenai hubunganberbagai variabel, bukan proses (Denzin dan Lin-coln, 1998:8).

Pada tataran yang lebih lanjut, penelitiankuantitatif lebih bersifat nomothetic, yakniberusaha memperoleh temuan-temuan yangberlaku umum, baik untuk semua konteks sosial,konteks waktu dan sejarah, maupun tempat.

Tabel 3 Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Penelitian Kuantitatif

Qualitative Research Quantitative Research

Evaluates Uses concepts to explicate Focuses on aesthetucs in texts Theoretical Interprets Leads to an evalaluation Interpretationcan be attacked

Counts, measures Processes data collected Focus on incidences of X in texts Statistical Describes, explains, and predicts Leads to a hypothesis or theory Methodology can be attacked

Sumber: Berger (2000:140).

MEDIATOR, Vol. 5 No.2 2004206

Dengan kata lain, penelitian berparadigmakuantitatif ingin mencapai kebenaran yang berlakuumum, the truth. Sementara itu, penelitian kualitatifbersifat ideographic, yakni menempatkan temuanpenelitian dalam konteks sosial-budaya sertakonteks waktu dan konteks historis, yang spesifik,di mana penelitian dilakukan. Jadi, penelitiankualitatif sekadar menemukan kebenaran spesifiklokal, a truth.

Selanjutnya, perkembangan paradigmakualitatif tidak terlepas dari ketidakpuasan sejumlahilmuwan sosial terhadap paradigma kuantitatif.Herbert Blumer adalah salah satu ilmuwan sosialyang sangat sengit mengkritik paradigmakuantitatif, terutama berkaitan dengan analisisvariabel (Mulyana, 2001: 151-155). Bagi Blumer,analisiss variabel tidak memadai untuk studimanusia. Menghubungkan variabel bebas danvariabel terikat tidak bisa menjelaskan bagaimanaproses hubungan itu terjadi. Penelitian hanyatefokus pada variabel yang diteliti, sementaraaktivitas lain diabaikan. Padahal, peralaku yangdiukur sebagaimana terkandung dalam variabel itu,bukanlah sesuatu yang terpisahkan dari aspek-aspek kehidupan lainnya. Dengan demikian, duniakehidupan responden (subjek yang diteliti) takterungkapkan. Kehidupan sosial mereka hanyaditangkap lewat konsep-konsep yang tidakbersandarkan pengalaman empiris orang-orangyang diteliti. Selain itu, dalam penelitian kuantitatif,peneliti bisa menjalankan telaahnya jauh dariresponsden dan lokasi penelitian. Bagaimanamungkin, dengan cara seperti ini kajiannya dapatmemberikan gambaran utuh mengenai apa yangterjadi di balik semua tu, makna di dalam ikatansosial, dan tempat dia berada. Menurut Blumer,seharusnya dalam meneliti kehidupan manusia,peneliti berada dalam situasi alamiah yang wajar.Peneliti harus tinggal bersama dengan subjek yangditeliti.

Sembari mengkritik paradigma kuantitatif,paradigma kualitatif juga menyodorkan beberapaprinsip, yang dipandang lebih utuh dalammemahami realitas kehidupan manusia. Secararingkas, Mulyana (2001:37) mendeskripsikanbeberapa prinsip pendekatan/paradigma subjektif

(kualitatifI) sebagai berikut:- Setiap manusia unik, tidak bisa digeneralisasikan,

tidak mengikuti hukum kausalitas, dan tidak bisadiramalkan dengan tepat.

- Kalaupun mengikuti hukum kausalitas, tatananperilaku manusia itu sangat kompleks, sehinggatemuan dalam penelitian itu tidak bisa permanen.

- Perilaku manusia tidak hanya ditentukan olehpengalaman masa lalu tetapi juga oleh tujuan dimasa depan.

- Hukum kausalitas pada manusia yangdeterminstik berimplikasi pada sikap permisifpada apa saja yang dilakukan manusia, karenamanusia tidak bertanggungjawab atas yangdilakukannnya, karena sudah merupakan produkdari faktor penyebanya.

2.2 Pengelompokan Pendekatan dalam Penelitian Sosial dan Komunikasi2.2.1 Paradigma Objektif (Kuantitatif)

Salah satu prinsip penting dalam penelitiankuantitatif adalah apa yang disebut hypothetico-deductive method, yakni suatu metode dalampenelitian yang melibatkan pengujian hipotesis dimana hipotesis tersebut dideduksi dari hipotesislain yang tingkat abstraksinya, atau perumusankonseptualnya, lebih tinggi. Pengertianhypothetico-deductive method merupakanrangkaian langkah-langkah penelitian yangdidasarkan atas sistem logika deduktif. Dalamhypothetico-deductive method, suatu penelitianempirik diawali oleh suatu proses deduktif, yangberawal dari pembentukan kerangka teori, untukmelahirkan hipotesis-hipotesis sebagai jawabantentatif bagi masalah penelitian yang lebih lanjutakan diuji (melalui pencarian supporting empiri-cal evidence) melalui suatu perangkat metodologitertentu (Hidayat, 2002).

Proses selanjutnya merupakan suatu prosesinduktif yang, antara lain, melibatkan penggunaanmetode-metode tertentu untuk menarik inferensidari sampel ke populasi (descriptive generaliza-tion), ataupun menarik generalisasi dari indikator-indikator yang dipergunakan mengukur variabelke konsep yang lebih umum, termasuk menarik

207O. Hasbiansyah. Konstelasi Paradigma Objektif dan Subjektif dalam Penelitian Komunikasi dan Sosial

generalisasi dari hipotesis yang diuji ke teori darimana hipotesis semula diturunkan (conceptualgeneralization atau theoretical generalization),ataupun menarik generalisasi dari temuanpenelitian dalam setting atau konteks tertentu kekonteks yang lebih umum. Secara visual, proses

ini dapat dilihat pada Gambar 2, atau gambaranyang lebih sederhana bisa dilihat pada Gambar 3.

Hasil pencermatan Hidayat (2003)menunjukkan bahwa sejumlah buku teksmetodologi membagi penelitian ke dalam tiga jenispenelitian, yakni eskploratif, deskriptif, daneksplanatif (dan ada beberapa buku teks yangmenambahkan satu jenis penelitian lagi, yaknipenelitian evaluatif).4 Keempat penelitian yangtersebut termasuk ke dalam penelitian lapangan.Sementara penelitian yang menyangkut analisisteks media adalah analisis isi (content analysis).

Bila studi lapangan merupakan jenis/tipe penelitianyang berlaku untuk semua ilmu sosial, studi teks(analisis isi) merupakan salah satu penelitian khasdalam ilmu komunikasi. Adapun penelitianlapangan yang khas komunikasi adalah dalamtataran model penelitian yang digunakan, di mana

dalam model tersebut tergambarkan varibel-variabel komunikasi yang hendak diteliti sertahubungan antarvariabel yang bersangkutan.Model-model penelitian komunikasi tersebutadalah model jarum hipodermik, model agenda set-ting, model uses and gratifications, model difusiinovasi.

Berikut akan dijelaskan secara ringkas tipologipenelitian yang diidentifikasikan oleh Hidayat.

Penelitian Deskriptif. Penelitian deskriptifbertujuan membuat deskripsi tentang suatu

Constructing theory Applying theory Inductive methods Deductive methods

ProblemsIdentification Theoretic hypotheses Theorizing Logic methods Theory Logical

Evaluation Deduction Data Theoretical interpretation explanation

Propositions Propositions I II IV III

Data Research methods Research Empirical research analysis application ypotheses Research methods Logical Instrumentation induction sampling Statistical hypotheses

Data collection, measurement Rectangles : informational components

Hypothesis testing Ovals : methodological contro

Gambar 2. The Wheel of Science - Hypothetico-Deductive Method

Sumber: Adopsi dari Wallace (1971, dalam Hidayat, 2002).

THEORY Theoretical Framework

EMPIRICAL GENERALIZATIONS

HYPOTHESES

EMPIRICAL OBSERVATIONS

MEDIATOR, Vol. 5 No.2 2004208

fenomena – atau deskripsi sejumlah fenomenasecara terpisah-pisah. Fenomena yang dipecah-pecah ke dalam variabel ditelaah satu per satu.Misalnya, penelitian untuk mengetahui

karakteristik tipe kelas menengah manakah yangpaling dominan di Indonesia.

Penelitian Eksploratif. Penelitian eksploratifpada dasarnya merupakan suatu usaha untukmenggali berbagai aspek dari gejala atau realitassosial tertentu. Tingkatan eksplorasi yangdilakukan dalam suatu penelitian eksploratif bisaberbeda-beda. Yang pertama adalah penelitianeksploratif yang merupakan suatu preliminarystudy, yang bertujuan untuk mengidentifikasimasalah, gejala, atau realitas sosial tertentu; penelitidalam tahap tersebut bahkan belum bisamerumuskan permasalahan yang sebenarnya,apalagi dimensi-dimensi dari permasalahan yangakan diteliti. Yang kedua adalah penelitian yangsejak awalnya telah mengidentifikasi masalah yang

akan diteliti, dan tujuan dilakukannya untukmemperoleh gambaran tentang dimensi-dimensiatau variabel-variabel ataupun strukturpermasalahan tersebut. Misalnya, penelitian untuk

mengetahui bagaimanakah tipologikarakteristik kelas menengah di In-donesia.

Penelitan Eksplanatif. Jikapenelitian deskriptif dan eksploratifhanya menggambarkan variabel-varibel penelitian satu persatu,maka penelitian eksplanatifberupaya menghubungkanantarvariabel yang diteliti. Rakhmat(1996) menyebut jenis penelitian inisebagai metode korelasional.Misalnya, penelitian untukmengetahui bagaimanakahpengaruh masing-masing tipe kelasmenengah terhadap prosesdemokratisasi di Indonesia.

Penelitian eksperimentaltermasuk juga ke dalam kelompokpenelitian eksplanatif. Penelitian inidirancang dalam setting yangdiatur secara sengaja oleh peneliti.Peneliti melakukan treatmenttertentu pada responden yangtelah dipilih untuk diketahuipengaruhnya.

Penelitian Evaluatif. Peneliti-an ini ditujukanuntuk mengevalua-si kemajuan suatu program ataukegiatan teretentu. Peneliti ingin menemukanseberapa jauh tujuan suatu program tercapai, atauseberapa efektif suatu kegiatan dilaksanakan.Misalnya, penelitian untuk mengetahui bagaimanaefektivitas dan efisiensi bantuan lembaga-lembagainternasional bagi lembaga-lembaga swadayamasyarakat dalam pemberdayaan masyarakatpedesaan?

Analisis Isi. Analisis isi dimaksudkan untukmeneliti isi komunikasi yang terkandung dalamsuatu teks yang terekam (visual/tulisan, atau au-dio). Menurut Stempel III (1983:11), analisis isi

Main Phases Intervening Processes Theory Deduction Hypotheses Operationalization Observation /

Data Collection

Data Processing Data Analysis Interpretation Findings

Gambar 3.

Struktur Logika Proses Penelitian Kuantitatif Sumber: Bryman (dalam Hidayat, 2002).

209O. Hasbiansyah. Konstelasi Paradigma Objektif dan Subjektif dalam Penelitian Komunikasi dan Sosial

mencakup empat langkah dalam prosedurpenelitiannya: penentuan satuan analisis,konstruksi kategori, penarikan sampel isi, danreliabilitas koding. Penentuan satuan analisismenyangkut apakah yang hendak diteliti itu kalimat,paragraf, atau artikel secara keseluruhan. Hal initergantung dari masalah dan tujuan penelitian.Konstruksi kategori merupakan aspek spesifikyang diteliti yang dipandang sebagai variabel yangdikaji. Penarikan sampel isi adalah menentukanjumlah satuan unit analisis yang akan diteliti,misalnya berapa artikel, atau berapa paragraf, dsb.Reliabilitas koding adalah pengujian secarastatistik tentang tingkat kesepakatan antarpenilai(koder) tentang isi pesan. Dalam hal ini, penelitiharus menentukan sejumlah orang yang akanmembaca/menilai suatu teks, dan setelah itu merekadimintai pendapat (dengan mengisi kuesioner)berkaitan dengan konstruksi kategori tadi (sebagaivariabel).

2.2.2 Pendekatan Subjektif (Kualitatif)

Berbeda dengan penelitian kuantitatif,penelitian kualitatif tidak bertujuan menguji

hipotesis atau merinci atau menelaah variabel-variabel. Masalah penelitian coba diungkap secarakomprehensif dan holistik, dengan menggunakanberbagai sumber. Peneliti kualitatif dituntut untuksabar dan tekun memasuki dunia kehidupan parasubjek yang diteliti, mendengarkannya,mencatatnya, menemukan maknanya menurutpandangan mereka, serta menginterpretasikannyaberdasarkan konteks yang mengitarinya.

Secara sederhana, proses penelitian kualitatifditunjukkan pada Gambar 4.

Secara umum, karakteristik penelitian kualitatif,menurut Miles dan Huberman, yang diringkasRakhmat (2004), adalah sebagai berikut:- Penelitian dilakukan dengan kontak yang intens

dan atau waktu lama di lapangan atau situasikehidupan. Situasi tersebut adalah situasi nor-mal-alamiah, yang mencerminkan kehidupansehari-hari individu, kelompok, masyarkat, atauorganisasi.

- Peneliti ingin memperoleh pandangan holistik(siste-mik, komprehensif, terpadu) mengenaikonteks yang diteliti, logikanya, susunannya,aturan implist dan eksplisitnya.

- Peneliti berusaha menangkap data berdasarkan

1 . P e r t a n y a a n P e n e l i t i a n 2 . P e n e t a p a n t e m p a t d a n s u b j e k p e n e l i t i a n 3 . P e n g u m p u l a n d a t a 5 b . P e n g u m p u l a n d a t a l e b i h l a n j u t 4 . I n t e r p r e t a s i d a t a 5 . K e r j a k o n s e p t u a l d a n T e o r e t i s 5 a . P e n a j a m a n p e r t a n y a a n p e n e l i t i a n 6 . M e n u l i s k a n t e m u a n / k e s i m p u l a n

G a m b a r 4 . T a h a p a n U t a m a P e n e l i t i a n K u a l i t a t i f

( S u m b e r : B r y m a n , 2 0 0 1 : 2 6 7 )

MEDIATOR, Vol. 5 No.2 2004210

persepsi aktor dari “orang dalam”, melalui prosesperhatian yang mendalam, pengertian yangempatis, dan dengan menangguhkan (bracket-ing) prakonsepsi tentang topik yang diteliti.Berdasarkan bahan-bahan ini, peneliti dapatmemisahkan tema-tema dan pernyataan tertentuyang dapat dikaji ulang bersama informan (aktor).

- Tugas peneliti adalah menjelaskan bagaimanaorang, dalam setting tertentu, memahami,menjelaskan, bertindak, dan menghadapi situasikeseharian mereka.

- Terdapat beberapa interpretasi tentang bahan/informasi, namun beberapa interpretasi lebihmendesak berdasarkan alasan teoretis ataukonsistensi internal.

- Pada mulanya digunakan instrumen yang relatifagak baku.

- Kebanyakan analisis dilakukan dengan kata-kata. Kata-kata dikumpulkan, diklasifikasi,dipecah-pecah ke dalam segmen semiotik. Kata-kata diorganisasikan, sehingga peneliti mampumengontraskan, membandingkan, menganalisis,dan menerapkan pola-pola padanya.

Proses penelitian kualitatif, secara umum,dapat dilukiskan seperti pada Gambar 4.

Pendekatan kualitatif bukanlah pendekatantunggal. Terdapat begitu banyak varian yangterdapat di dalamnya. Para penulis berbeda-bedadalam merinci jenis-jenisnya. Dengan mengga-bungkan pendapat Jacob (1987), Munhal dan Oiler(1986), Lancy (1993), Strauss dan Corbin (1990),Morse (1994), Moustakas (1994), Denzin & Lin-coln (1994), Miles & Huberman (1994), dan Slife &Williams (1995) (dalam Cresswell, 1998:6), makapenelitian kualitatif mencakup:- Studi Kasus- Grounded Theory- Fenomenologi- Penelitian Fenomenologis Empiris- Fenomenologi Transendental- Interaksionisme Simbolik- Biografis- Historis- Life Histories- Penelitian Historis

- Etnografi- Etnografi Holistik- Etnografi Komunikasi- Etnometodologi- Ethnoscience- Perspektif Antropologis- Antroplogi Sosial- Antropologi Kognitif- Studi Artefak- Praktik Interpretif (Interpretive Practices)- Interpretivisme- Perspektif Sosiologis- Penelitian Sosial Kolaboratif (Collaborative

Social Research)- Penelitian Personal- Studi Kognitif- Psikologi Ekologis- Analisis Percakapan (Conversational Analysis)- Hermeneutik- Penelitian Heuristik- Penelitian Klinis

Tulisan ini tidak akan membahas satu per satujenis penelitian di atas. Tulisan ini hanya akanmengacu pada pendapat Cresswel (1998) yangmembatasi penelitian kualitatif ke dalam lima –iamenyebutnya– tradisi: biografi, fenomenologi,grounded theory, etnografi, dan studi kasus –tanpa bermaksud mengabaikan tradisi lainnya.Menurut Cresswell, kelima tradisi inilah yang pal-ing populer dan paling sering digunakan penelitisebagaimana ia cermati dalam berbagai jurnal.Selain itu, kelima tradisi tersebut, bagi Cresswell(1998:5) mewakili berbagai ilmu sosial utama:biografi dari ilmu-ilmu humaniora dan ilmu-ilmusosial; fenomenologi dari psikologi, filsafat, (dansosiologi – pen.); grounded theory dari sosiologi;etnografi dari antropologi dan sosiologi; dan studikasus dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Selainitu, kelima tradisi penelitian kualitatif tersebut,menurut Cresswell, pada waktu terakhir ini banyakditulis sejumlah pengarang dengan langkah-langkah pelaksanaan penelitiannya.

Jika kita cermati, kelima tradisi penelitiankualitatif versi Cresswell lebih mengarah padapenelitian/studi lapangan (fieldwork). Sementara

211O. Hasbiansyah. Konstelasi Paradigma Objektif dan Subjektif dalam Penelitian Komunikasi dan Sosial

itu, penelitian tentang teks (media) tidak tercakupdi dalamnya.5 Dalam kaitan ini, penulis akanmeminjam uraian dari Sobur (2001) mengenaipenelitian kualitatif untuk studi teks media. Soburmembatasinya ke dalam tiga pendekatan: analisiswacana, analisis semiotik, dan analisis framing.

Berikut merupakan paparan ringkas mengenailima tradisi penelitian kualitatif lapangan, dan tigapenelitian kualitatif dalam studi teks.

Biografi. Penelitian biografi mempelajari hal-ihwal seorang individu berkaitan denganpengalamannya, sebagaimana diceritakan orangbersangkutan kepada peneliti, serta sumber-sumber lain yang relevan, seperti arsif/dokumen,anggota keluarganya, koleganya, dsb. Isu yangdikaji menyangkut moment penting (turning-pointmoment) orang yang bersangkutan. Studi inidilakukan apabila bahannya tersedia berkaitandengan individu yang bersangkutan, serta orangitu mau berbagi informasi tentang dirinya.(Cresswell, 1998:40,47).

Penelitian biografi, dilihat dari subjekpenelitian, memiliki varian yang mencakup: studibiografi, otobiografi, histori kehidupan (life his-tory), histori lisan (oral history). Dilihat dari segiparadigma, sebenarnya penelitian biografi memilikirentangan dari “objektif” hingga “subjektif”.Biografi dapat dilakukan secara “objektif” (objec-tively), yakni dengan sedikit interpretasi daripeneliti; secara “ilmiah” (scholarly) dengan latarbelakang historis subjek yang kuat dan organisasikarangan secara kronologis; secara “artistik” (ar-tistically), menjelaskan secara detil bagiankehidupan yang menyenangkan dengan cara yanghidup; atau dalam bentuk “naratif” yakni ditulisdengan gaya sastra. Pada ujung “objektif”,penelitian biografi dikenal dengan istilah classi-cal biography, sedangkan pada ujung “subjektif”dikenal dengan terminologi interpretive biogra-phy.

Denzin (dalam Cresswell, 1998:50-51), dalamkerangka paradigma subjektif, menjelaskanlangkah-langkah secara ringkas penelitian biografi:- Peneliti memulai dengan serangkaian tujuan

untuk mengungkap pengalaman subjek, dilihat

dari periodisasi kehidupannya secarakronologis, secara menyeluruh, atau padasegmen tertentu seperti dalam kehidupanpendidikannnya.

- Peneliti mengumpulan “cerita” tentang subjek,atau bahan biografi secara kontekstual dan nyata,dengan melakukan wawancara.

- Cerita ini diorganisasikan sekitar tema yangmenunjukkan pada peristiwa sangat pentingdalam kehidupan subjek.

- Peneliti mengembangkan dari makna cerita tadiberdasarkan subjek, untuk memberikanpenjelasan dan mencari sejumlah makna lainnya.

- Peneliti juga mengaitkan dengan struktur yanglebih luas untuk menjelaskan makna tadi, sepertiinteraksi sosial dalam kelompok, isu kultural,ideologi, konteks historis, dan memberikaninterpretasi terhadap pengalaman subjek itu. Bisajuga dengan interpretasi silang, jika subjek yangditeliti lebih dari satu orang.

Fenomenologi. Fenomenologi menjelaskanfenomena dan maknanya bagi individu, denganmelakukan wawancara pada sejumlah individu.Temuan ini kemudian dihubungan dengan prinsip-prinsip filosofis fenomenologi. Studi ini diakhiridengan esensi dari makna (Cresswell, 1998:40).Fenomenologi menjelaskan struktur kesadarandalam pengalaman manusia. Pendekatanfenomenologi berupaya membiarkan realitasmengungkapkan dirinya sendiri secara alami.

Cresswell (1998:54-55) menyodorkan prosedurpenting dalam melaksanakan studi fenomenologissebagai berikut:- Peneliti berupaya memahami perspektif filosofis

dibalik pendekatan yang digunakan, terutamakonsep mengenai kajian bagaimana orangmengalami sebuah fenomena. Penelitimenetapkan fenomena yang hendak dikaji melaluipara informan.

- Peneliti menuliskan pertanyaan penelitian yangmengungkap makna pengalaman bagi paraindividu, serta menanyakan kepada merekauntuk menguraikan pengalaman penting setiapharinya.

- Peneliti mengumpulkan data dari individu yang

MEDIATOR, Vol. 5 No.2 2004212

mengalamai fenomena yang diteliti. Datadiperoleh melalui wawancara yang cukup lamadengan sekitar 2 – 25 orang.

- Peneliti melakukan analisis data fenomenologis.Peneliti menginventarisasi pernyataan-pernyataan penting yang relevan dengan topik(tahap ini disebut horizonalization).Selanjutnya, peneliti mengklasifikasikanpernyataan-pernyataan tadi ke dalam tema-temaatau unit-unit makna, serta menyisihkanpenyataan yang tumpang tindih atau berulang-ulang (tahap ini disebut cluster of meaning). Padatahap ini, peneliti menuliskan apa yang dialami,yakni deskripsi tentang makna yang dialamiindividu (textural description); serta menuliskanbagaimana fenomena itu dialami oleh paraindividu (structural description).

- Peneliti melaporkan hasil penelitiannya. Laporanini memberikan pemahaman yang lebih baikkepada pembaca tentang bagaimana seseorangmengalami sesuatu. Laporan penelitianmenunjukkan adanya kesatuan makna tunggaldari pengalaman, di mana seluruh pengalamanitu memiliki “struktur” yang penting.

Grounded Theory . Studi ini untukmenghasilkan atau mengembangkan teori(Cresswell, 1998:40). Teori dikembangkan darisituasi-situasi partikular yang berkaitan. Situasiyang dimaksud mencakup saat ketika seseorangberinteraksi, melakukan tindakan, atau bereaksiterhadap sebuah fenomena. Untuk mengkajibagaimana orang bereaksi terhadap suatufenomena, peneliti mengumpulkan data melaluiwawancara, mengunjungi lapangan berkali-kali,mengembangkan dan menghubung-hubungkankategori-kategori informasi, menuliskan proposisiatau hipotesis teoretis atau menyajikan gambaranvisual tentang teori.

Proses analisis data dalam grounded theorydituturkan Cresswell sebagai berikut:- Open coding. Peneliti membentuk kategori-

kategori awal informasi mengenai fenomenayang dikaji melalui segmentasi informasi. Darikategori ini, peneliti mencari sejumlahsubkategori. Ia melakukan dimensionalisasi.

- Axial coding. Peneliti menyusun kembali datadengan cara baru. Peneliti memfokuskan padasetiap kategori dan melihatnya dalam pangkalandata secara keseluruhan, untuk mengindetifikasi(a) apa yang menyebabkan fenomena itu terjadi,(b) apa strategi atau tindakan subjek dalammerespons fenomena itu, (c) konteks dan kondisiapa yang mempengaruhi strategi tadi, (d) apakonsekuensi sebagai akibat strategi itu.

- Selective coding. Peneliti menjelaskan fenomenasentral secara sistematis dan menghubungkan-nya dengan kategori-kategori lainnya.

- Conditional matrix. Peneliti mengembangkanpotret fenomena secara visual dalam bentukmatrik, dan menjelaskan kondisi sosial, sejarah,ekonomi yang mempengaruhi fenomena yangdikaji tersebut.

Etnografi. Kajian ini pada awalnyadikembangkan dalam antropologi. Riset inimengkaji perilaku suatu kelompok atau individuyang terkait dalam suatu kebudayaan. Datadikumpulkan melalui wawancara, kemudian tema-tema hasil wawancara dimunculkan dandikembangkan (Cresswell, 1998:40). Etnografimendeskripsikan interpretasi tentang sosial-budaya atau sistem suatu kelompok. Yangdijelaskan mencakup pola perilaku, kebiasaan, dancara hidup. Peneliti melakukan observasi partispasidalam jangka waktu lama, mewawancarai dari satuorang ke orang lainnya sebagai anggota kelompok.Peneliti mencari makna dari perilaku, bahasa, daninterkasi dari kultur bersama dalam kelompok.Selain itu, yang dipelajari etnografi adalah segalahal yang dipakai (artefak) serta maknanya bagikelompok, menemukan mitos-mitos yangberkembang, cerita/legenda, ritual-ritual. MenurutVan Maneen (Moustakas, 1994:2), hasil penelitianetnografi adalah mendeskripsikan suatukebudayaan. Hasil penelitian ini dimungkinkanapabila peneliti mampu menjalin hubungan yangintim dengan para “aktor” dalam suatu kelompok,pada setting sosial tertentu, serta dalam berbagaiaktivitas kelompok yang besangkutan. Dalampenelitian etnografi, menurut Spradley (1997:3-4),peneliti bukan saja mempelajari masyarakat, tetapi

213O. Hasbiansyah. Konstelasi Paradigma Objektif dan Subjektif dalam Penelitian Komunikasi dan Sosial

Tabel 4 Komparasi Lima Tradisi dalam Penelitian Kualitatif

Dimeni Biografi Fenomenologi Grouded

Theory Etnografi Studi Kasus

Fokus Mengeksplorasi kehidupan indivdu

Memahami esensi tentang pengalaman mengenai suatu fenomena

Mengembangkan teori yang didasarkan pada data lapangan

Mendeskripsikan dan menginterpretasikan kelompok kultural dan social

Mengembangkan analisis mendalam tentang satu kasus atau sejumlah kasus

Asal disiplin ilmu

Antropologi, Sastra, Sejarah, Psikologi, Sosiologi

Filsafat, Sosiologi, Psikologi

Sosiologi Antropologi Budaya, Sosiologi

Ilmu Politik, Sosiologi, Studi Evaluasi, Studi tentang Kota, Ilmu-ilmu social lainnya

Pengumpulan data

Terutama wawancara dan dokumen

Wawancara yang lama dengan subjek 1-10 orang

Wawancara dengan 20-30 orang untuk mencapai data “jenuh” dalam menemuk kategori-kategori dan rincian teori

Terutama observasi dan wawancara ditambah artifak, selama waktu di lapangan (missal: 6 bulan – 1 tahun)

Berbagai sumber: dokument, catatan arsip, wawancara, artifak fisik

Analisis Data -Cerita -Epifani -Isi sejarah

-Penyataan -Makna -Tema-tema makna -Gambaran umum tentang pengalaman

-Open coding -Axial coding -Selective coding -Conditional matrix

-Deskripsi -Analisis -Interpretasi

-Deskripsi -Teme-teme -Pernyataan-pernyataan

Bentuk naratif Gambaran rinci mengenai kehidupan individu

Deskripsi tentang “esensi” mengenai pengalaman

Teori atau model teoretis

Deskripsi perilaku cultural kelompok atau individu

Kajian mendalam tentang kasus atau beberapa kasus

Sumber: Cresswell (1998:65). Sebagai perbandingan, lihat Patton (2002: 132-133).

juga belajar dari masyarakat. Untuk menemukanprinsip-prinsip hidup tersembunyi dari pandanganhidup suatu kelompok masyarakat, seorang penelitiharus menjadi seorang murid yang cermatmenyerap berbagai informasi dari subjek yangditelitinya. Peneliti menyerap informasi berdasarkanpandangan orang dalam.

Hasil penelitian etnografi menggambarkanpotret kultural (cultural portrait) yang holistik

suatu kelompok sosial. Peneliti menjelaksanbagaimana pandangan para aktor dalam kelompokitu tentang kebudayaan itu (emic), sertainterpretasi peneliti mengenai hal tersebutberdasarkan suatu perspektif (etic) (Cresswell,1998:60).

Konsep-konsep penting dalam etnografi,antara lain, adalah artifacts, behaviors, culturalportrait, cultural-sharing group, emic dan etic,

MEDIATOR, Vol. 5 No.2 2004214

fieldwork, gatekeeper, holistik, bahasa, key in-formants, obersvasi partisipan.

Studi Kasus. Riset ini menjelaskan suatukasus, yang terikat waktu dan tempat tertentu,serta mencari bahan kontekstual berkaitan dengansetting kasus tersebut. Data dikumpulkan dariberbagai sumber untuk mengungkapkan gambaranmendalam mengenai kasus tersebut. (Cresswell,1998:40).

Studi kasus adalah eksplorasi tentang “sistemterbatas” (bounded system) atau satu kasus (bisajuga beberapa kasus), secara rinci setelah melewatiwaktu tertentu, melalui pengumpulan data secaramendalam yang berasal dari berbagai sumberinformasi. Bounded system adalah terikat waktudan tempat tertentu mengenai suatu kasus. Kasusyang dipelajari bisa dibatasi berupa suatu pro-gram, peristiwa, kegiatan, atau sejumlah individu.Sumber informasi yang dapat digunakan, menurutYin (2000) adalah dokmentasi, catatan arsip,wawancara, observasi langsung, obsevasipartisipan, dan artifak fisik.

Secara ringkas, kelima tradisi penelitiankualitatif sebagaimana dipaparkan di atas,perbandingannya dapat dicermati pada Tabel 4.

Analisis Wacana . Dalam pengertiansederhana, wacana (discourse) adalah gagasan,ide, yang diungkapakan dalam bahasa baik secaratertulis mapun lisan, sebagai peristiwa komunikasi.Pengertian sederhana ini didukung oleh penjelasanSamsur (dalam Sobur, 2001:10), “Wacana adalahrekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwakomunikasi, biasanya terdiri atas seperangkatkalimat yang mempunyai hubungan pengertianyang satu dengan yang lain. Komunikasi itu dapatmenggunakan bahasa lisan, dan dapat pulamemakai bahasa tulisan.” Suatu ungkapandipandang sebagai wacana apabila ungkapan itumemiliki tema tertentu. Tanpa tema, ungkapan itutidak disebut wacana.

Analisis wacana merupakan kajian bahasa(linguistik) yang berupaya untuk mencari maknadari struktur kalimat serta pemilihan kata-katanya,dikaitkan dengan konteks saat wacana itudiungkapkan. Analisis wacana adalah telaah

tentang fungsi bahasa, sehingga analisis wacanadapat digunakan dalam menelaah pesan dalammedia, tulisan dalam buku, pidato-pidato presiden,atau obrolan-obrolan suatu kelompok sosial yangterekam.

Analisis wacana merupakan salah satumetode analisis isi pesan secara kualitatif. Iamenekankan pada pemaknaan teks dari strukturkebahasaan yang digunakan. Peneliti, melaluianalisis wacana, berusaha mengungkap isi pesanyang latent (tersebunyi) di balik pesan yang mani-fest.

Van Dijk mengajukan sebuah kerangka untukanalisis wacana. Berdasarkan kerangka yangdisodorkannya itu, hal-hal yang diamati dalam studiini adalah:1. Tematik: apa yang dikatakan? Yang dikaji

adalah topik utama dari teks.2. Skematik: bagaimana pendapat disusun dan

dirangkai?3. Semantik: makna yang yang ingin ditekankan

dalam teks. Yang tercakup dalam semantikadalah detil, latar, maksud, praanggapan,nominalisasi.

4. Sintaksis: bagaimana pendapat disampaikan?Yakni, bentuk kalimat, koherensi, kata ganti.

5. Stilistik: pilihan kata apa yang dipakai?6. Retoris: bagaimana dan dengan cara apa

pendekatan dilakukan? Dalam hal ini, grafis,metofora, dan ekspresi merupakan elemen-elemen teks yang ditelaah.

Analisis Semiotik. Secara singkat, semiotikaberbicara persoalan “tanda”. Tanda (sign)merupakan salah satu unsur yang begitu seringdigunakan dalam proses dan aktivitas komunikasi.Menurut Piliang (2003:19), semiotika (semiotics)adalah ilmu tentang tanda dan kode-kodenya sertapenggunaannya dalam masyarakat. Dalam kajiansemiotik, terdapat beberapa konsep penting (lih.Piliang, 2003:18-20; Piliang, 2004), di antaranya:- Teks: pesan-pesan yang menggunakan tanda

verbal atau visual.- Tanda (sign): segala sesuatu yang menghasilkan

makna.- Penanda (signifier): citraan dari sesuatu yang

215O. Hasbiansyah. Konstelasi Paradigma Objektif dan Subjektif dalam Penelitian Komunikasi dan Sosial

bersifat verbal atau visual, seperti suara, tulisan,atau benda.

- Petanda (signified): konsep abstrak atau maknayang dihasilkan oleh tanda.

- Icon: tanda sebagai tiruan dari sesuatu.- Index: tanda yang menunjuk sesuatu, memiliki

hubungan kausal.- Symbol: tanda yang menyimbolkan sesuatu,

bersifat arbitrer, sesuai kesepakatan.

Salah satu kerangka dalam analisis semiotikdiajukan berikut ini (Sudibyo, Hamad, Qodari dalamSobur, 2001:148):- Medan wacana (field of discourse): apa yang

dijadikan wacana oleh pelaku/media massamengenai sesuatu yang sedang terjadi.

- Pelibat wacana (tenor of discourse): menyangkutorang-orang yang dicantumkan dalam teks, sifatorang-orang itu, kedudukannya.

- Sarana wacana (mode of discourse): menyangkutperanan bahasa, penggunaan gaya bahasa.

Analisis Bingkai (Framing Analysis). Istilahframing mengacu pada pengertian bahwa pesansuatu media dikerangka/dibingkai oleh suatuperspektif atau pandangan ideologi tertentu.Pengerangkaan ini dapat dilihat pada sebuah topiktertentu pada sebuah media massa atau beberapamedia massa. Secara lebih spesifik, dalam pesrpektifkomunikasi, menurut Sobur (2001:162), analisisframing dipakai untuk membedah cara-cara atauideologi media saat mengonstruksi fakta. Analisisini berupaya membongkar, bagaimana perspektifyang digunakan wartawan ketika menyeleksi isudan menulis berita. Oleh karena itu, untukmemperoleh gambaran yang mendalam dankomprehensif, di samping mencermati teks tertulis,peneliti harus melengkapinya dengan wawancaramendalam dengan wartawan yang bersangkutan,pihak media, serta pihak-pihak terkait lainnya.

Kerangka analisis bingkai yang seringdigunakan, paling tidak tedapat dua macam: yangpertama dari Pan dan Kosicki, yang merupakanmodifikasi dari kerangka analisis wacana model VanDijk; yang kedua dari Gamson dan Modigliani.Dalam model Gamson dan Modigliani, dijelaskanbahwa berita atau artikel terdiri dari package

interpretatif yang mengandung konstruksi maknatertentu. Dalam package ini terdapat core framedan condensing symbols.- Core frame: pusat organisasi elemen-elemen ide

yang membantu komunikator untukmenunjukkan isu tertentu, serta memberikanpengertian yang relevan terhadap peristiwa, danmengarahkan makna isu.

- Condensing symbols: hasil pencermatanterhadap interaksi perangkat simbolik, sebagaidasar digunakannya perspektif. Konsep inimengandung dua substruktur: framing devicedan reasoning device. Dalam framing deviceterdapat: (1) metaphors: sejenis gaya bahasaperbandingan, yang mengandung dua gagasan.Yang pertama, objek kenyataan, yang dipikirkan;yang kedua, pembanding dari objek kenyataantadi; (2) exemplars: mengemas fakta tertentusecara mendalam agar memiliki bobot maknalebih untuk dijadikan rujukan; (3) catchphrases:istilah, bentukan kata, frase, yang khas sebagaicerminan fakta yang merujuk pada pemikirantertetntu, misalnya berupa jargon, slogan, atausemboyan; (3) depiction: penggambaran faktadengan menggunakan istilah atau kalimatkonotatif agar khalayak terarah ke citra ataumakna tertentu, misalnya dalam bentukeufimisme, akronimisasi; (4) visual images:penggunaan foto, gambar, diagram, tabel, kartununtuk mengekspresikan kesan tertentu, misalnyauntuk penolakan, pembenaran, penguatan, dsb.Reasonig device mencakup: (1) roots (analisiskausal): pembenaran isu denganmenghubungkan suatu objek atau lebih denganyang dianggap menjadi sebab timbulnya hal yanglain; (2) appeal to principle: pemikiran, prinsipyang digunakan untuk membenarkan isi teks,bisa berupa pepatah, doktrin ajaran, mitos, dsb.

3. PenutupKualitatif dan kuantitatif, atau subjektif dan

objektif, bukan persoalan benar atau salah, tapisoal pilihan paradigma. Suatu paradigma dapatdikatakan memiliki kelebihan dari paradigma laindalam suatu hal tertentu, tapi bisa jadi lemah dalam

MEDIATOR, Vol. 5 No.2 2004216

hal lainnya. Realitas kehidupan sosial manusiabegitu luas dan amat kompleks. Sementara itu,suatu paradigma hanya bisa memotret sebagiansaja dari keseluruhan realitas, dan tak mungkinmampu mengungkapkan totalitas dari realitas itu.Seorang peneliti, berdasarkan permasalahan yanghendak diteliti, serta pertimbangan waktu, tenaga,bahan yang tersedia, dapat menentukan paradigmayang hendak dipilih sebagai rujukan dan carapandang dalam penelitiannya.

Oleh karena itu, paradigma seyogianyadiperlakukan sebagai pilihan sudut pandang dalam

memahami realitas melalui suatu penelitian. Adamasalah tertentu yang lebih cocok didekati denganparadigma kuantitatif, ada pula masalah lain yanglebih sesuai dikaji dengan paradigma kualitatif, danada pula masalah yang dapat diteropong olehkedua-duanya.

Ketika peneliti menggunakan suatuparadigma, maka kriteria paradigma itulah yangharus digunakan untuk menilai kualitaspenelitiannya. Setiap paradigma memiliki sendirikriteria penilaian kualitas suatu penelitian (good-ness criteria). Oleh karena itu, menurut Hidayat

Tabel 5 Perbandingan Kriteria Penilaian Kualitas Penelitian

yang Dipergunakan Paradigma Klasik, Kritis, dan Konstruktivis Paradigma Kriteria Kualitas Penelitian

Internal Validity Isomorphism of findings

External Validity Generalizability

Reliability Stability/consistency of measurement

Klasik

Objectivity Distanced - neutral observer (for post-positivism: probabilistics and intersubjetivity)

Historical Situatedness of The Inquiry

I.e., that it takes account of the social, political, cultural, economic, ethnic and gender antecedents of the studied situation

“Conscientization” The extent to which the inquiry acts to erode ignorance and misapprehension

Kritis

“Unity of Theory And Praxis” The extent to which it provides a stimulus to action, i.e., to the transformation of the existing structure

Trustworthiness Credibility (paralleling internal validity) Transferability (paralleling external validity) Confirmability (“objectivity”)

Ontological authenticity (enlarges personal construction)

Educative authenticity (leads to improved understanding of others)

Catalytic authenticity (stimulates to action)

Konstruktivis

Authenticity

Tactical authenticity (empowers action) Sumber: Dimodifikasi dari Guba and Lincoln (1994, dalam Hidayat, 2002).6

217O. Hasbiansyah. Konstelasi Paradigma Objektif dan Subjektif dalam Penelitian Komunikasi dan Sosial

(2002), sulit atau bahkan tidak selayaknya kitamempergunakan kriteria yang berlaku dalamparadigma klasik untuk menilai kualitas sebuahpenelitian yang berpijak atas asumsi-asumsiepistemologis, ontologis, dan aksiologis dariparadigma lain, demikian pula sebaliknya. Tabel 5menggambarkan kriteria untuk menilai kualitaspenelitian pada masing-masing paradigma, yangseharusnya dijadikan pedoman bagi para penilai/penguji suatu hasil penelitian.

Catatan:1 Sumber: Hasil obrolan penulis dengan mahasiswa FK Unpad,

suku Batak Muslim bermarga Sagala, asal TapanuliSelatan, pada awal 1990-an.

2 Contoh analogi ini diambil dari ceramah JalaluddinRakhmat tentang Metode Penelitian Kualitatif, sebagai“kuliah selingan” dalam mata kuliah Kapita SelektaKomunikasi asuhan Prof. Dr. Hj. Nina W. Syam, Dra.,M.S., semester 2 – 2003/2004, pada Program S3Pascasarjana Unpad, atas inisiatif sejumlah mahasiswa.

3 Ibid.4 Para penulis metodologi penelitian mengklasifikasikan

jenis/metode penelitian berbeda-beda satu sama lain.Misalnya, Rakhmat (1996) mengklasifikasikan metodepenelitian ke dalam metode deskriptif, metodekorelasional, metode eksperimen, metode kuasi-eksperimen, dan metode historis. Sementara itu, analisisisi (kuantitatif) dimasukkan Rakhmat sebagai salahteknik pengumpulan data, bukan metode penelitian.

5 Sebagian penulis berpendapat, beberapa pendekatanpenelitian kualitatif yang biasa digunakan dalampenelitian lapangan, dapat pula digunakan dalam studiteks, di antaranya etnografi (Piliang, 2004).

6 Dalam buku aslinya, Lincoln dan Guba tidak menyusunkriteria kualitas penelitian dalam bentuk tabel. Kriteriakualitas penelitian yang ditunjukkan dalam tabeltersebut, sebagai hasil “olahan” Hidayat, tampak lebihsistematis dibandingkan sumber aslinya.

ReferensiAlwasilah, A.C. 2002. Pokoknya Kualitatif: Dasar-

dasar Merancang dan MelakukanPenelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Jayabekejasama dengan Pusat Studi Sunda.

Berger, Arthur Asa. 2000. Media and Communica-tion Research Methods: An Introduction toQualitative and Quantitative Approach. Lon-don Sage Publications.

Bryman, Alan. 2001. Sosial Research Methods. NewYork: Oxford University Press.

Cresswell, John W. 1998. Qualitative Inquiry andResearch Design: Chosing among Five Tra-ditions. London: Sage Publications, Inc.

_____. 2002. Design Penelitian: PendekatanKualitatif dan Kantitatif. (Terj. Angkatan IIIdan IV KIK-UI bekerjasama dengan NurKhabibah, dari judul asli: Research Design,Qualitative & Quatitiative Approaches. SagePublications, Inc., 1994). Jakarta: KIK Press.

Denzin, N.K. dan Y.S. Lincoln. 1988. The Lanscapeof Qualitative Research: Theories and Issues.London: Sage Publications.

Guba, E.G. dan Lincoln Y.S. 1998. “Competing Para-digms in Qualitative Research,’ in Norman K.Denzin and Yvonne S. Lincoln .eds. The Land-scape of Qualititative Research: Theories andIssues. London: SAGE Publications.

Hidayat, D.N. 2002. “Metodologi Penelitian dalamSebuah Multi-Paradigm Sciens,” JurnalKomunikasi MediaTor Volume 3 Nomor 2,2002.

_______. 2002. “Pelatihan Riset KomunikasiKuantitatif,” Puska Komunikasi UI, Jakarta.

Marshal, C. dan G..B. Rossman. 1995. DegigingQualitaif Research. 2th Edition. London: SagePublications.

Marshal, C. dan G.B. Rossman. 1995. DesigningQualitative Research. London: SAGE Publi-cations.

Moustakas, C. 1994. Phenomenolgical ResearchMethods. London: SAGE Publications.

Mulyana, Deddy. 2001. Metode PenelitianKualitatif: Paradigma Baru IlmuKomunikasi dan Ilmi Sposial Lainnya.Bandung: Rosda.

M

MEDIATOR, Vol. 5 No.2 2004218

Patton, Michael Quinn. 2002. Qualitative Research& Evaluation Methods. 3rd Edition. London:Sage Publications.

Piliang, Y.A. 2003. Hipersemiotika: Tafsir CulturalStudies atas Matinya Makna. Yogyakarta:Jalasutra.

______. 2004. “Semiotika Teks: Sebuah PendekatanAnalisis Teks,” Makalah disampaikan dalamSeminar Penelitian Kualitatif JurusanManajemen Komunikasi Fakultas IlmuKomunikasi Universitas Padjadjaran,Bandung, 12 Januari 2004.

Rakhmat, J. 1996. Metode Penelitan Komunikasi.Bandung: Rosdakarya.

______. 2004. “Karakteristik Penelitian Kualitatif:Suatu Pengantar,” Hand out disampaikandalam Seminar Penelitian Kualitatif JurusanManajemen Komunikasi Fakultas IlmuKomunikasi Universitas Padjadjaran,Bandung, 12 Januari 2004.

Ritzer, George. 2003. Sosiologi Ilmu PengetahuanBerparadigma Ganda. Cetakana ke-4.Saduran Alimandan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media: SuatuPengantar untuk Analisis Wacana, AnalisisSemiotik, dan Analisis Framing. Bandung:Remaja Rodakarya.

Spradley, J.P. 1997. Metode Penelitan Etnografi.Terj. Misbah Zulfa Elizabeth. Yogyakarta: Ti-ara Wacana Yogya.

Stempel III, G.H. 1983. Analisis Isi. Terj. JalaluddinRakhmat dan Arko Kasta Sukatendel.Bandung: Arai Komunikasi.

Yin, R. 2000. Studi Kasus (Desain dan Model).Cetakan ke-3. Terj. M. Djauzi Mudzakir.Jakarta: RajaGrafindo Persada.

M M M