Download rtf - PBL blok 7

Transcript

Sesak Nafas pada Seorang Perempuan Berusia 37 Tahun

Prizilia Saimima102012061Email : [email protected] KedokteranUniversitas Kristen Krida WacanaJln. Arjuna Utara No 06 Jakarta Barat 11510

PENDAHULUAN

Pernafasan pada manusia sangat penting untuk tetap hidup. Setiap manusia membutuhkan udara untuk bernafas. Sistem pernapasan pada manusia adalah sistem menghirup oksigen dari udara serta mengeluarkan karbon dioksida dan uap air. Dalam proses pernapasan, oksigen merupakan zat kebutuhan utama. Oksigen untuk pernapasan diperoleh dari udara di lingkungan sekitar. Dalam bernafas membutuhkan alat-alat pernafasan, alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan udara yang mengandung oksigen dan mengeluarkan udara yang mengandung karbon dioksida dan uap air. Tujuan proses pernapasan yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas terjadi pelepasan energi. Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran pernapasan dan mekanisme pernapasan.1Saluran pernapasan atau tractus respiratorius (respiratory tract) adalah bagian tubuh manusia yang berfungsi sebagai tempat lintasan dan tampat pertukaran gas yang diperlukan untuk proses pernapasan. Saluran ini berpangkal pada hidung atau mulut dan berakhir pada paru-paru.Pada kasus dikatakan bahwa seorang perempuan umur 37 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sesak napas sejak dua hari yang lalu. Ia mengaku sudah bebrapa kali menderita penyakit seperti ini. Pada pemeriksaan fisik didapat bunyi nafas vasicular mengeras, ekspirasi memanjang dan ada wheezing. Maka pada kasus ini perempuan tersebut mengalami gangguan pada pernafasan dengan gejala-gejala seperti di kasus. Alat-alat pernapasan antara lain : Hidung, faring dan laring, tenggorokan ( trakea ), cabang-cabang tenggorokan ( bronkus ) cabang-cabang bronkus ( bronkiolus ) lalu paru-paru.Secara sederhana pernapasan seseorang dimulai dari hidung ke rongga pernapasan, ke faring lalu ke trakea lalu ke bronkus dan bronkiolus, paru-paru dan ke alveolus.

Proses pernapasan pada manusia dimulai dari hidung. Udara yang diisap pada waktu menarik nafas (inspirasi) biasanya masuk melalui lubang hidung (nares) kiri dan kanan selain melalui mulut. Pada saat masuk, udara disaring oleh bulu hidung yang terdapat di bagian dalam lubang hidung. Pada waktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi. Semula kedudukan diafragma melengkung keatas sekarang menjadi lurus sehingga rongga dada menjadi mengembang. Hal ini disebut pernapasan perut. Bersamaan dengan kontraksi otot diafragma, otot-otot tulang rusuk juga berkontraksi sehingga rongga dada mengembang. Hal ini disebut pernapasan dada.Akibat mengembangnya rongga dada, maka tekanan dalam rongga dada menjadi berkurang, sehingga udara dari luar masuk melalui hidung selanjutnya melalui saluran pernapasan akhirnya udara masuk ke dalam paru-paru, sehingga paru-paru mengembang. Setelah melewati rongga hidung, udara masuk ke kerongkongan bagian atas (naro-pharinx) lalu kebawah untuk selanjutnya masuk tenggorokan (larynx). Setelah melalui tenggorokan, udara masuk ke batang tenggorok atau trachea, dari sana diteruskan ke saluran yang bernama bronchus atau bronkus. Saluran bronkus ini terdiri dari beberapa tingkat percabangan dan akhirnya berhubungan di alveolus di paru-paru. Udara yang diserap melalui alveoli akan masuk ke dalam kapiler yang selanjutnya dialirkan ke vena pulmonalis atau pembuluh balik paru-paru. Gas oksigen diambil oleh darah. Dari sana darah akan dialirkan ke serambi kiri jantung dan seterusnya. Selanjutnya udara yang mengandung gas karbon dioksida akan dikeluarkan melalui hidung kembali. Pengeluaran napas disebabkan karena melemasnya otot diafragma dan otot-otot rusuk dan juga dibantu dengan berkontraksinya otot perut. Diafragma menjadi melengkung ke atas, tulang-tulang rusuk turun ke bawah dan bergerak ke arah dalam, akibatnya rongga dada mengecil sehingga tekanan dalam rongga dada naik. Dengan naiknya tekanan dalam rongga dada, maka udara dari dalam paru-paru keluar melewati saluran pernapasan.1Struktur makro organ-organ respirasi

Gambar 1. Sistem Pernapasan

Saluran pernapasan terbagi kedalam dua bagian yaitu:Saluran/organ pernapasan bagian atas yang terdiri atas:HidungBerbentuk pyramid, pangkalnya berkesinambungan dengan dahi dan ujung bebasnya disebut puncak hidung. Ke arah inferior memiliki dua pintu masuk berbentuk bulat panjang yakni nares yang terpisah oleh septum nasi. Hidung terdiri atas rangka hidung dan cuping hidung yang terdiri dari jaringan ikat. Rangka hidung terdiri dari tulang pada bagian atas dan tulang rawan pada bagian bawah. Rangka bagian tulang terdiri dari os nasale, processus frontalis maxillae dan bagian nasal ossis frontalis. Rangka tulang rawannya terdiri dari cartilage septi nasi, cartilage nasi lateralis dan cartilago ala nasi major dan minor yang bersama-sama dengan tulang di dekatnya saling dihubungkan. Otot-otot yang melapisi hidung adalah M. Nasalis dan M. Depressor septi nasi. Pendarahan hidung bagian luar disuplai oleh cabang-cabang A. facialis, A. dorsalis nasi cabang A. ophtalmica dan A. infraorbitalis cabang A.Maxillaris interna. Pembuluh baliknya menuju V. Facialis dan V.ophtlamica. persarafan motorik hidung oleh N.VII dan persarafan sensorik hidung sisi medial punggung hidung sampai ujung hidung oleh N. infra trochlearis dan N. Nasalis externus cabang N.V1 dan sisi lateral oleh N.infraorbitalis cabang N.V2.2 Pada dinding lateral rongga hidung terdapat 3 elevasi yaitu: concha nasalis superior, medius, dan inferior dan atapnya terdiri dari 3 regio yaitu regio sphenoidalis, ethmoidalis, dan rego fronto-nasale. Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh processus palatinus ossis maxilla dan lamina horizontalis ossis palatum yang berhubungan dengan rongga mulut melalui foramen incisivus. Meatus nasi superior, inferior dan medial merupakan jalan udara rongga nasal yang berada di bawah concha.1 Sinus paranasalis sinus paranasalis terdiri dari:2sinus frontalis yang terletak di dalam os frontal dan bermuara kebagian anterior meatus nasi medius, diperdarahi oleh A. supra orbitalis dan A.Etmoidalis anterior dan dipersarafi oleh N. Supra orbitalis. Sinus ethmoidalis yang tersusun sebagai cellulaeethmoidalis dan membentuk 3 kelompom yaitu sinus infundibular (anterior), sinus bullar (medius), dan kelompok posterior.Sinus sphenoidalis yang terletak di dalam corpus ossis sphenoidalis dan bermuara ke dalam recescus spheno ethmoidalis, diperdarahi oleh A. ethmoidalis posterior dan cabang pharyngeal A. Maxillaris interna serta dipersarafi oleh N. ethmoidalis posterior dan cabang orbital ganglion pterygopalatinum. Sinus maxillaries terletak pada os maxilla, lantainya berproyeksi sesuai dengan akar gigi gelgi premolar 1,2, molar 3 dan caninus. Bermuara ke hiatus semilunaris.Pharynx (tekak) Pharynx merupakan sebuah pipa muskulomembranosa yang membentang dari basis cranii sampai setinggi vertebra cervical 6 atau tepi bawah cartilage cricoidea. Paling lebar di bagian superior. Di sebelah kaudal dilanjutkan dengan oesophagus (kerongkongan). Tempat ini merupakan bagian tersempit saluran pencernaan selain appendix vermiformis. Di sebelah cranial pharynx dibatasi oleh bagian posterior corpus ossis sphenoidalis dan pars basilaris ossis occipitalis. Disebelah dorsal dan lateral pharynx terdapat jaringan penyambung longgar yang menempati spatium peripharingeale. Di sebelah ventral, pharynx terbuka ke dalam rongga hidung, mulut dan larynx dengan demikian dinding antriornya tidak sempurna. Ke arah lateral pharynx berhubungan dengan cavum thympani lewat auditiva eusthachii.2 Berdasarkan letaknya pharynx dibagi menjadi 3 yaitu nasopharynx, oropharinx, dan larinpharinx. Nasopharinx terdapat di area yang terdapat epitel bersilia dan tonsil serta merupakan muara tuba eustachius. Adenoid atau tonsila pharyngeal berada di sekitar bursa pharingea.3 Peradangan tonsila ini menimbulkan hipertrofi (pembesaran) akibatnya mungkin menyumbat/menghambat aliran udara melalui hidung dan penderita bernapas melalui mulut, menampilkan ekspresi wajah adenoid.2 Rongga nasofaring tidak pernah tertutup, berbeda dengan orofaring dan laringofaring. Ke arah ventral nasofaring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana yang masing-masing terpisah oleh septum nasi.Oropharynx terbentang mulai dari palatum molle sampai tepi atas epiglotiss atau setinggi corpus vertebra cervical 2 dan 3 bagian atas. Di sebelah ventral berhubungan dengan isthmus oropharyngeum dan berhadapan dengan aspek pharyngeal lidah.2 Oropharinx berfungsi menampung udara dari nasopharinx dan makanan dari mulut. Pada bagian ini terdapat tonsila palatine pada bagian posterior dan tonsila lingualis (dasar lidah). 3 Laringopharynx merupakan bagian terbawah pharynx yang berhubungan dengan esophagus dan pita suara yang berada dalam trachea. Laringopharynx berfungsi untuk proses menelan dan dan respirasi. Laringopharinx terletak di bagian depan pada laring sedangkan trakea dibagian belakang.3Persarafan pada pharynx berasal dari plexus pharingeus. Jaringan kelenjar pada mukosa pharynx dan otot polos pembuluh darah menerima persarafan otonom melalui plexus pharingeus tersebut. Penutupan isthimus pharyngeum yang bervariasi diperlukan dalam proses menelan, meniup dan berbicara. Penutupan maksimum sewaktu meniup untuk mencegah udara keluar lewat hidung. Penutupan sewaktu menelan berfungsi mencegah regurgitasi ke dalam nasopharynx. Penutupan maksimal sewaktu bicara menghasilkan bunyi huruf konsonan (c,g,b,p).2

Larynx ( Pangkal tenggorok)Larynx merupakan saluran udara yang bersifat sphincter dan juga organ pembentuk suara, membentang antara lidah sampai trachea atau pada laki-laki setinggi vertebra cervical 3 sampai 6 tetapi sedikit lebih tinggi pada anak dan perempuan dewasa. tulang rawan pada larynx terdiri dari cartilago thyreoidea, cartilago cricoidea dan cartilage epiglottis yang masing-masing sebuah serta cartilage arytaenoidea, cartilage cuneiforme dan cartilage corniculatum yang masing-masing sepasang. Cartilage thyreoidea merupakan tulang rawan terbesar dan membentuk sebuah sudut yang menonjol yang dikenal sebagai prominentia laringea (adams apple) yang sangat jelas pada laki-laki namun pada perempuan tidak jelas. Epiglottis merupakan tulang rawan berbentuk daun si sebelah dorsal lidah dan berfungsi pada saat proses menelan. Sewaktu menelan epiglottis bergerak ke atas dan ke muka serta terdesak diantara pangkal lidah dan larynx, melengkung ke belakang di atas aditus laryngis dengan demikian menutupi aditus tersebut. Bolus/gumpalan makanan menggelincir melewati permukaan anterior epiglottis. Pada manusia fungsi ini kurang berarti.2Fungsi utama pada larynx adalah sumber utama pembentukan suara, sebagai proteksi jalan nafas bawah dari benda asing dan untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk. Pada larynx terdapat glottis yang merupakan lubang antara pita suara dan larynx.3 Untuk meningkatkan nada suara, ketegangan plica vocalis ditingkatkan; plica vocalis mungkin memanjang sampai 50% pada nada yang lebih tinggi. Pada saat berbisik, glottis bagian intermembranosa (untuk pembentukan suara) tertutup, tetapi intercartilagenia (untuk pernapasan) tetap terbuka lebar.2

Saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas: Trachea (tenggorok)Trachea merupakan lanjutan dari larynx, membentang mulai setinggi cervical 6 sampai tepi atas vertebra thoracal 5. Ujung caudal trachea terbagi menjadi bronkus principalis dextra dan sinistra. Cincin terakhir tulang rawan trakea disebut carina yang merupakan taju berbentuk kuku segitiga yang melengkung ke bawah dan belakang diantara bronchi. Trachea diperdarahi oleh A. thyreoidea inferior, sementara ujung thoracalnya didarahi oleh Aa. Bronchiales yang naik untuk beranastomosis dengan A. thyroidea inferior tersebut.

Bronchus dan brochiolus Setinggi discus intervertebrale torachal 4/5 trachea bercabang menjadi bronchus principalis dextra dan sinistra. Bronchus principalis dextra lebih lebar, lebih pendek dan lebih vertical daripada daripada sinistra, panjangnya sekitar 2,5 cm. Diameter lebar yang lebih besar dan arahnya lebih vertikal, menjelaskan kekerapan suatu benda asing yang tersedak, lebih sering memasuki bronchus principalis dextra daripada sinistra.2,3 Perbedaan antara bronchus dan bronciolus adalah pada bronchioles tidak terdapat tulang rawan. Saluran pernapasan mulai dari trachea sampai bronkiolus terminalis tidak mengalami pertukaran gas dan merupakan area yang dinamakan anatomical dead space. Awal dari proses pertukaran gas adalah pada bronkiolus respiratoris.

Alveoli Alveoli merupakan kantong udara yang berukuran sangat kecil dan merupakan akhir dari bronkiolus respiratorius sehingga memungkinkan pertukaran oksigen dan karbondioksida. Dan fungsi utamanya adalah untuk pertukaran gas kapiler pulmonal dan alveoli.3

Pulmo (paru)Masing-masing organ ini terletak dalam cavum pleurae dan saling dipisahkan oleh jantung dan isi mediatinum lainnya, kecuali struktur yang melintasi hilus pulmonalis. Mengapung di air sewaktu di dalamnya terisi udara dan digunakan sebagai bahan penelitian pada bayi yang baru lahir. Paru kanan terbagi atas 3 lobus yaitu superior, medial, inferior, sedangkan lobus kiri hanya terbagi 2 yaitu superior dan inferior saja.2 Diafragma Merupakan jaringan musculofibrosa yang berbentuk dua belah kubah, diantara rongga thorax dan rongga perut. Merupakan otot pernapasan utama. Sewaktu inspirasi serabut-serabut otot berkontraksi dan menarik centrum tendineum kearah bawah. Kubah diafragma bergerak turun dan sedikit maju ke depan. Dahulu dianggap serabut-serabut crus dextra ini berfungsi sebagai spinchter oesophagus, namun kini dipandang sebagai otot intrinsic bagian bawah oesophagus.2PleuraMerupakan selaput serosa yang membentuk sebuah kantong tertutup yang terinvaginasi oleh paru. Bagian pleura yang melekat pada permukaan paru dan fissure-fissura interlobaris paru disebut pleura visceralis atau pleura pulmonalis sedangkan yang melapisi permukaan dalam separuh dinding thorax, menutupi sebagian besar diafragma dan struktur-struktur yang menempati daerah tengah thorax disebut pleura parietalis. Daerah diantara kedua rongga pleura disebut mediastinum (ruang interpleura).2

Struktur mikro organ respirasiHidung Kulit yang menutupi hidung dilapisi rambut sangat halus dengan kelenjar sebasea besar. Bagian dalam hidung dilapisi empat jenis epitel. Epitel berlapis gepeng kulit berlanjut ke dalam melalui nares ke dalam vestibulum, di mana sejumlah rambut kaku dan besar menonjol ke saluran udara. Mereka ini diduga membantu menahan partikel debu yang besar dalam udara yang dihirup. Beberapa milimeter ke dalam vestibulum, epitel berlapis gepeng ini beralih menjadi epitel kolumnar atau kuboid tanpa silia. Mereka ini berlanjut menjadi epitel bertingkat kolumnar bersilia yang menutupi sisa dari rongga hidung, kecuali daerah kecil di dinding dorsal yang dilapisi epitel olfaktoris sensoris. 4

Epitel hidung terdiri atas: Sel-sel kolumnar bersilia, Sel goblet, Sel-sel basofilik kecil pada dasar epitel, dianggap sebagai sel-sel induk bagi penggantian jenis sel yang lebih berkembangPada manusia, jumlah sel goblet berangsur bertambah dari anterior ke posterior. Selain mukus, epitel juga mensekresi sedikit cairan yang membentuk lapisan di antara bantalan mukus dan permukaan epitel. Silia melecut di dalam lapis cairan ini, mendorong lapis mukus di atasnya ke arah faring. Di bawah epitel terdapat lamina propria tebal yang mengandung kelenjar submukosa, terdiri atas sel-sel mukosa dan serosa. Di dalam lamina propia juga terdapat sel plasma, sel mast, dan kelompok jaringan limfoid. Di bawah epitel konka inferior terdapat pleksus vena luas yang merupakan tempat terjadinya mimisan. 4,5Reseptor bagi sensasi mencium terdapat di dalam epitel olfaktoria, daerah khusus pada mukosa hidung yang terdapat di atap rongga hidung dan meluas ke bawah sampai pada kedua sisi septum serta sedikit ke atas konka nasalis superior. Epitel olfaktoris adalah epitel bertingkat silindris tinggi, terdiri atas tiga jenis sel berbeda:4Sel penyokongSel penyokong atau sel sustentakular berbentuk panjang dengan inti lonjongnya yang terletak lebih ke apikal atau superfisial pada peitel. Permukaan aspeksnya yang lebar mengandung mikrovili halus yang menonjol ke dalam lapisan mukus permukaan. Bagian belakang dari sel-sel ini lebih langsing.Sel basalSel basal adalah sel kecil pendek yang terletak di basis epitel dan di antara basis sel-sel penyokong dan sel olfaktoris. Merupakan sel-sel kecil basofilik kuat.Sel olfaktorisSel olfaktoris adalah neuron bipolar sensoris. Inti bulat atau lonjongnya menempati daerah pada epitel yang terletak di antara inti sel penyokong dan sel basal. Aspeks sel ofaktoris langsing dan mengarah ke permukaan epitel. Memancar dari apeks ini adalah silia olfaktoris non-motil dan panjang yang terletak paralel terhadap permukaan epitel dalam mukus di atas epitel. Silia ini berfungsi sebagai reseptor untuk bau. Terjulur keluar dari basis sel yang langsing terdapat akson yang masuk ke dalam jaringan ikat lamina propria di bawahmya, tempat mereka bergabung dalam berkas-berkas kecil nervus olfaktorius tanpa mielin, yaitu fila olfaktoria. Saraf ini akhirnya keluar dari cavum nasi dan berjalan ke dalam bulbus olfaktorius otak.Di bawah epitel olfaktoris terdapat lamina propria, banyak mengandung kapiler, pembuluh limfe, arteriol dan venul. Selain nervus olfaktorius, lamina propria juga mengandung kelenjar olfaktoris tubuloalveolar bercabang dari Bowman. Kelenjar serosa ini mencurahkan sekretnya melalui saluran sempit yang menembus epitel olfaktoris dan bermuara pada permukaan. Sekret kelenjar ini membasahi mukosa olfaktoris dan menyediakan pelarut yang dibutuhkan bagi substansi bebauan. 4,5Rongga hidung/kavum nasi dipisahkan oleh septum nasi. Kavum nasi dibagi 2 yaitu vestibulum nasi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan berubah menjadi epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet sebelum masuk fossa nasalia, terdapat kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Yang kedua yaitu fossa nasalis. Pada dinding lateral rongga hidung terdapat 3 tonjolan tulang yang disebut konka. Konka nasalis medial dan inferior dilapisi epitel bertingkat toraks bersilia bersel goblet sedangkan konka nasalis superior dilapisi epitel khusus. Fungsi dari membrana mukosa hidung adalah sebagai berikut:1Penyaringan partikel kecilSilia pada epitelium respiratorik melambai ke depan dan belakang dalam suatu lapisan mukus. Gerakan dan mukus membentuk suatu perangkap untuk partikel yang kemudian akan disapu ke atas untuk ditelan, dibatukkan, atau dibersinkan keluar.Penghangatan dan pelembaban udara yang masukUdara kering akan dilembabkan melalui evaporasi sekresi serosa dan mukus serta dihangatkan oleh radiasi panas dari pembuluh darah yang terletak di bawahnya. Resepsi odorEpitelium olfaktori yang terletak di bagian atas rongga hidung di bawah lempeng kribriform, mengandung sel-sel olfaktori yang mengalami spesialisasi untuk indera penciuman.

Sinus paranasalisPada sinus paransalis terdapat epitel bertingkat toraks bersilia bersel goblet. Lamina propria lebih tipis dari cavum nasi dan melekat pada periosteum bibawahnya. Kelenjar-kelenjar disini memproduksi mukos yang akan dialirkan ke kavum nasi oleh gerakan silia-silia.4FaringNasofaring epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet, dibawah membrane basalis, pada lamina propria terdapat kelenjar campur. Pada bagian posterior terdapat jaringan limfoid yang membentuk tonsila faringea yang pada anak-anak sering membesar dan meradang (adenositis).Orofarings epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan Laringofarings epitel bervariasi, sebagian besar berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.4Laring Laring epitel bertingkat toraks bersilia bersel goblet kecuali ujung plica vocalis berlapis gepeng. Dindingnya terdiri dari tulang rawan hialin dan tulang rawan elatin, jaringan ikat, otot skelet, dan kelenjar campur. Laring berfungsi untuk membentuk suara (fonasi) dan mencegah benda-benda asing memasuki jalan nafas dengan adanya reflex batuk.4Otot-otot PernapasanOtot-otot dinding dada yang murni sejati (M. Serratus posterior, Mm. Levatores costarum, Mm. Intercostales, M. Subcostalis dan M. Transversus thoracis serta diaphragma) berfungsi sebagai otot-otot pernapasan yang normal. Biasanya otot-otot anggota badan atas yang melekat pada rangka dada (M. Pectoralis major, M. Pectoralis minor, M. Serratus anterior, dan M. Latissimus dorsi) berfungsi juga sebagai otot tambahan inspirasi dalam dan kuat, yakni membantu mengangkat iga-iga untuk memperluas rongga thorax. Juga M. Sternocleidomastoideus dan Mm. Scaleni pada leher berperan sebagai otot-otot inspirasi tambahan dengan memfiksasi tulang-tulang yang menjadi tempat lekatnya; dengan demikian, memungkinkan otot-otot yang menghubungkan tulang-tulang tersebut dengan iga-iga di sebelah bawahnya bekerja lebih efektif mengangkat iga bagian bawah. Beberapa otot punggung dan bagian dorsal leher (M. Longissimus dan M. Iliocostalis) serta otot-otot anterolateral dinding perut turut berperan sebagai otot-otot pernapasan. M. Serratus posterior superior terletak pada batas leher dan punggung. Dikatakan otot ini berfungsi untuk mengangkat empat iga bagian atas, menambah diameter antero-posterior thorax dan mengangkat sternum. M. Serratus posterior inferior terletak pada batas daerah thorax dan lumbal; menarik iga-iga ke bawah dengan mencegah tarikan diaphragma ke arah atas. Kini diperkirakan Mm. Serratus posterior superior dan serratus posterior inferior tidak memiliki fungsi utama sebagai motorik, tetapi lebih berfungsi sebagai propioseptif; dimana otot-otot ini lebih banyak membuat kelenturan columna vertebralis segmen-segmen cervical dan lumbal.5

Perubahan tekananUdara mengalir masuk dan keluar paru selama tindakan bernapas karena berpindah mengikuti gradien tekanan antara alveolus dan atmosfer yang berbalik arah secara bergantian dan ditimbulkan oleh aktivitas siklik otot pernapasan. Terdapat tiga tekanan yang berperan penting dalam ventilasi. 7-8Tekanan Atmosfer (barometrik)Merupakan tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer pada benda di permukaan bumi. Pada ketinggian permukaan laut tekanan ini sama dengan 760 mm Hg. Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan penambahan ketinggian di atas permukaan laut karena lapisan-lapisan udara di atas permukaan bumi juga semakin menipis.

Tekanan Intra-alveolusDikenal juga sebagai tekanan intraparu, merupakan tekanan di dalam alveolus. Karena alveolus berhubungan dengan atmosfer melalui saluran napas penghantar, udara cepat mengalir menuruni gradien tekanannya setiap tekanan intra-alveolus berbeda dari tekanan atmosfer, udara terus mengalir sampai kedua tekanan seimbang. Tekanan IntrapleuraMerupakan tekanan di dalam kantung pleura. Dikenal juga dengan nama tekanan intrathoraks, yaitu tekanan yang ditimbulkan di luar paru di dalam rongga thoraks. Tekanan intrapleura biasanya lebih rendah daripada tekanan atmosfer, rerata 756 mm Hg saat istirahat. Tekanan intrapleura tidak menyeimbangkan diri dengan tekanan atmosfer atau intra-alveolus karena tidak ada komunikasi langsung antara rongga pleura dan atmosfer atau paru. Karena kantung pleura adalah suatu kantung tertutup tanpa lubang, maka udara tidak dapat masuk atau keluar meskipun mungkin terdapat gradien tekanan antara kantung pleura dan daerah sekitar. Setiap gas dalam suatu campuran memiliki nilai tekanan yang sebanding dengan komposisi gas tersebut dalam campuran gas yang ada. Tekanan itu disebut dengan tekanan parsial gas. 7Tekanan Parsial OksigenOksigen terus diabsorpsi ke dalam darah paru-paru, dan oksigen baru terus memasuki alveolus dari atmosfir. Makin cepat oksigen diabsorpsi, makin rendah konsentrasinya di dalam alveolus. Konsentrasi oksigen di dalam alveolus maupun tekanan parsialnya diatur oleh keseimbangan antara kecepatan absorpsi oksigen ke dalam darah dan kecepetan masuknya oksigen baru ke dalam paru-paru. Tekanan parsial oksigen normal dalam alveoli adalah 104 mm Hg. 7-8Suatu alveolus paru di dekat suatu kapiler memperlihatkan difusi molekul oksigen antara udara alveolus dan darah paru. Meskipun demikian, PO2 darah vena yang sedang memasuki kapiler hanya 40 mm Hg karena sejumlah besar oksigen telah dikeluarkan dari darah ini ketika ia mengalir melalui kapiler jaringan. PO2 dalam alveolus adalah 104 mm Hg, memberikan perbedaan tekanan awal sebesar 64 mm Hg terhadap kapiler paru. Oleh karena itu jauh lebih banyak oksigen yang berdifusi ke dalam kapiler paru daripada dalam arah sebaliknya. Karena sejumlah kecil darah vena paru melintasi alveoli yang teraerasi jelek dan tak menjadi teroksigenisasi, PO2 di dalam aorta menjadi sekitar 95 mm Hg. 7-8Proses difusi oksigen dari kapiler jaringan ke cairan interstisial prinsipnya sama seperti yang terjadi di paru. PO2 di dalam cairan interstisial rata-rata sekitar 40 mm Hg sedangkan di arteri kira-kira 95 mm Hg. Akibatnya okigen berdifusi ke cairan interstisial sel. karena oksigen selalu digunakan oleh sel, PO2 intrasel tetap lebih rendah daripada PO2 cairan interstisial. Namun karena figusi oksigen melalui membran sel sangat cepat, PO2 intrasel hampir sama dengan cairan interstisial. 7-8Tekanan Parsial Karbon DioksidaKarbon dioksida terus dibentuk di dalam tubuh kemudian dikeluarkan ke dalam alveolus, ia terus dikeluarkan dari alveolus oleh proses ventilasi. Oleh karena itu terdapat dua faktor yang menentukan konsentrasi dan tekanan parsial karbon dioksida di dalam paru-paru yaitu kecepatan eksresi karbon dioksida dari darah ke dalam alveolus dan kecepatan pengeluaran karbon dioksida dari alveolus oleh ventilasi. Tekanan parsial karbon dioksida alveolar yang normal adalah 40 mm Hg. 7-8Karena karbon dioksida terus dibentuk dalam jumlah besar di dalam sel, PCO2 intrasel cenderung meningkat. Difusi CO2 kira-kira 20 kali lebih mudah daripada difusi oksigen sehingga ia berdifusi dari sel dengan sangat cepat ke dalam cairan interstisial lalu ke kapiler darah. PCO2 intrasel diperlihatkan sebesar 46 mm Hg sedangkan di dalam cairan interstisial dekat kapiler sekitar 45 mm Hg. Darah arteri yang memasuki kapiler jaringan mengandung karbon dioksida dengan tekanan kira-kira 40 mm Hg. Ketika darah mengalir melalui kapiler, PCO2 darah meningkat mendekati PCO2 cairan interstisial sebesar 45 mm Hg. Ketika tiba di paru, PCO2 darah vena kira-kira 45 mm Hg sedangkan di alveolus 40 mm Hg. Akibatnya terjadi difusi karbon dioksida menuju alveolus untuk dilepaskan ketika ekspirasi. 7-8Fisiologi Sistem PernapasanSistem pernapasan mempunyai fungsi utama untuk menyediakan oksigen (O2) dan mengeluarkan karbondioksida (CO2) dari tubuh. Fungsi ini merupakan fungsi yang vital bagi kehidupan. Oksigen dibutuhkan dalam metabolisme sel untuk menghasilkan energi bagi tubuh yang dipasok terus-menerus, sedangkan karbondioksida merupakan bahan toksik yang harus segera dikeluarkan dari tubuh. Bila CO2 menumpuk di dalam darah akan menyebabkan penurunan pH sehingga dapat menimbulkan keadaan asidosis yang mengganggu fungsi tubuh dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Proses pernapasan berlangsung melalui beberapa tahapan, yaitu : Ventilasi paru, yang berarti pertukaran udara antara atmosfer dan alveolus paru. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah.Pengangkutan oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel jaringan tubuh.Udara bergerak masuk dan keluar paru karena adanya selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Diantaranya itu perubahan tekanan intrapulmonar, tekanan intrapleural, dan perubahan volume paru. Keluar masuknya udara pernapasan terjadi melalui 2 proses mekanik, yaitu :Inspirasi : proses aktif dengan konsentrasi otot-otot inspirasi untuk menaikkan volume intratoraks, paru-paru ditarik dengan posisi yang lebih mengembang, tekanan dalam saluran pernapasan menjadi negatif dan udara mengalir ke dalam paru-paru.Ekspirasi : proses pasif dimana elastisitas paru (elastic recoil) menarik dada kembali ke posisi ekspirasi, tekanan recoil paru-paru dan dinding dada seimbang, tekanan dalam saluran pernapasan menjadi sedikit positif sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru, dalam hal ini otot-otot pernapasan berperan.

Transpor O2 dan CO2Konsumsi O2 saat istirahat pada orang dewasa adalah sekitar 250 ml/menit, dan meningkat hingga >4000 ml/menit saat olahraga berat. Namun demikian, solubilitas O2 di plasma tetap rendah dan pada P02 sebesar 13 kPa darah hanya mengandung 3 ml/L O2 terlarut dalam larutan. Oleh karena itu, sebagian besar O2 yang diangkut terikat dengan hemoglobin di sel darah merah. Setiap gram hemoglobin bisa bergabung dengan 1,34 ml O2 sehingga, untuk konsetrasi hemoglobin [Hb] sebesar 150 gr/L, jumlah O2 maksimum yang terkandung dalam darah 200 ml/L (kapasitas 02). Jumlah O2 sebenarnya yang berikatan dengan hemoglobin (kandungan O2) bergantung pada PO2, dan presentase saturasi O2 = kandungan/kapasitas x 100. Setiap molekul hemoglobin dapat mengikat hingga empat molekul O2; terikatnya O2 dengan hemoglobin bersifat kooperatif, sehingga pengikatan setiap molekul O2 akan mempermudah pengikatan berikutnya. Hal ini menyebabkan peningkatan tajam pada kurva dissosiasi hemoglobin O2, suatu kurva yang menjelaskan hubungan antara kandungan O2 darah dengan PO2. Kurva ini mendatar pada PO2 sekitar 8 kPa disebabkan semua tempat pengikatan sudah terisi. Jadi untuk PO2 arteri normal (sekitar 13 kPa) dan [Hb] normal, darah tersaturasi sekitar 97% dan mengandung sedikit kurang dari 200 ml O2/L. Karena kurva dissosiasi ini mendatar pada daerah ini, maka setiap peningkatan O2 (bernapas di udara yang kaya O2) akan sedikit berpengaruh terhadap kandungan O2 darah. Pada bagian kurva yang meningkat tajam, (PO2