SGD KEPERAWATAN INTEGUMEN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
INFEKSI JAMUR, BAKTERI VIRUS
Disusun oleh:
Kelompok 1 Kelas A-1
Program Studi S1 Pendidikan Ners
Moh. Saifullah 131011126
Siti Nuraini Masnuroh 131111002
Nindya Ghabriella 131111004
Rochmatul Anys 131111006
Yunita Praptiwijaya 131111008
Vera Evelyn Juliani 131111010
Annisa Agustina 131111013
Anna Nurwachidah 131111015
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberi
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Infeksi Jamur, Bakteri
dan Virus”.
Makalah ini disusun khusus untuk memenuhi tugas Keperawatan
Integumen Semester 6 tahun ajaran 2013/2014. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada:
1. Seluruh dosen Keperawatan Integumen Fakultas Keperawatan tahun
ajaran 2013/2014
2. Kedua orang tua para penulis yang telah memberikan dukungan moral,
spiritual maupun material
3. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan makalah ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Akan tetapi, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Segala kritik, koreksi, dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi perbaikadi masa mendatang.
Surabaya, Maret 2014
Penulis
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, Bakteri, Virus
| ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................1
1.3 Manfaat........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................2
2.1 Definisi.........................................................................................................2
2.2 Etiologi.........................................................................................................2
2.3 Patofisiologi.................................................................................................3
2.4 Manifestasi Klinis........................................................................................3
2.5 Pemeriksaan Diagnostik...............................................................................4
2.6 WOC (Terlampir).........................................................................................4
2.7 Penatalaksanaan...........................................................................................4
2.8 Komplikasi...................................................................................................5
2.9 Prognosis......................................................................................................6
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................7
3.1 Pengkajian Umum........................................................................................7
3.2 Diagnosa Keperawatan Umum....................................................................9
3.3 Intervensi dan Rasional..............................................................................10
3.4 Kasus..........................................................................................................14
3.5 Pengkajian Kasus.......................................................................................14
3.6 Analisa Data Kasus....................................................................................16
3.7 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Kasus...........................................16
BAB IV PENUTUP.............................................................................................20
4.1 Kesimpulan................................................................................................20
4.2 Saran...........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................iv
LAMPIRAN 1..........................................................................................................v
LAMPIRAN 2........................................................................................................vii
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangInfeksi merupakan proses invasif oleh organisme dan berproliferasi di dalam tubuh
sehingga menimbulkan penyakit (Potter & Perry, 2005). Sedangkan infeksi kulit merupakan suatu penyakit yang ditimbulkan karena suatu bakteri/kuman, virus, dan jamur. Penularannya dapat disebabkan dengan kontak langsung yaitu dengan menyentuh kulit yang terinfeksi maupun tidak langsung melalui perantara benda-benda yang terkontak dengan organisme pembawa infeksi.
Status ekonomi dan tingkat pengetahuan (pendidikan) individu sangat berpengaruh terhadap penyakit infeksi kulit. Semakin rendah status ekonomi dan tingkat pengetahuan individu maka resiko kejadian infeksi kulit semakin tinggi. Faktor terjadinya musibah seperti banjir semakin mendukung rantai penularan infeksi kulit. Salah satu contoh kasus tahun 2003, lebih dari 100 orang warga kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut, Jawa Barat, terserang penyakit gatal-gatal diikuti bintik-bintik merah dan hitam disekujur tubuh. Dokter puskesmas di daerah tersebut menjelaskan bahwa penyakit kulit tersebut bernama scabies akibat infeksi jamur dari air yang kurang bersih. (Cecep Hendar dan Wahyu Wacana/Sup, indosiar.com :2003).
Dari fakta kejadian di atas perlu digarisbawahi bahwa infeksi kulit khususnya jamur, virus, dan bakteri tidak dapat dianggap remeh. Efek yang muncul dapat mengganggu keberlangsungan hidup individu baik itu fisik maupun psikologis individu. Kompetensi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang tepat diharapkan dapat menjembatani permasalahan di bidang integumen khususnya mengenai infeksi jamur, virus, dan bakteri yang akan dibahas dalam makalah ini.
1.2 Tujuan1.2.1 Tujuan Umum
Setelah pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mampu memberikan asuhan keperawatan terhadap klien dengan infeksi jamur, bakteri, dan virus.
1.2.2 Tujuan KhususMenjelaskan serta mengidentifikasi definisi, etiologi, patofisiologi, WOC,
manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, komplikasi, serta prognosis dari infeksi serta infeksi bakteri, virus, dan jamur itu.
1.3 ManfaatMahasiswa mampu mengidentifikasi, memahami serta melakukan asuhan keperawatan
pada klien dengan infeksi jamur, virus, dan bakteri secara komprehensif, tepat, dan efisien.
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
4
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DefinisiInfeksi merupakan proses invasif oleh organisme dan berproliferasi di dalam tubuh
sehingga menimbulkan penyakit (Potter & Perry, 2005). Sedangkan infeksi kulit merupakan suatu penyakit yang ditimbulkan karena suatu bakteri/kuman, virus dan jamur.
1. Infeksi Bakteri (Pioderma)Infeksi bakteri pada kulit bisa primer atau sekunder. Infeksi kulit primer berawal dari
kulit yang sebelumnya tampak normal, dan biasanya infeksi ini disebabkan oleh satu macam mikroorganisme. Infeksi kulit sekunder terjadi akibat kelainan kulit yang sudah ada sebelumnya atau akibat disrupsi keutuhan kulit karena cedera atau pembedahan. Pada kedua keadaan ini, beberapa jenis mikrooganisme dapat terlibat, misalnya Staphylococcus aureus atau streptokus grup A. Infeksi bakteri primer yang sering terjadi, antara lain :
a. Impertigo bulosa. Merupakan infeksi superfisial kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus, ditandai oleh pembentukan bula dari vsikel asalnya. Bula tersebut mengalami ruptur dan meninggalkan lesi merah serta basah.
b. Folikulitis. Merupaka infeksi stafilokokus yang timbul dalam folikel rambut. Lesi bisa bersifat superfisial atau dalam. Sering terlihat pada daerah dagu laki-laki yang mencukur janggutnya dan pada tungkai wanita.
c. Furunkel (bisul). Merupakan inflamasi kulit akut yang timbul dalam satu atau lebih folikel rambut dan menyebar ke lapisan dermis sekitarnya. Lebih sering terjadi pada daerah yang mengalami iritasi. Seperti:posterior leher, aksila atau pantat (gluteus).
2. Infeksi VirusInfeksi yang paling sering terjadi adalah Herpes zoster. Herpes zoster merupakan
kelainan inflamatorik viral dimana virus penyebabnya menimbulkan erupsi vesikuler yang nyeri di sepanjang distribusi saraf sensork dari satu atau lebih ganglion posterior.
3. Infeksi Mikotik (Fungus)Fungus (jamur) yang merupakan anggota dunia tanaman yang berukuran kecil dan
makan dari bahan organik, merupakan penyebab berbagai jenis infeksi kulit yang sering ditemukan, antara lain :
a. Tinea Pedis (jamur kaki/athlete’s foot). Merupakan infeksi jamur yang paling sering ditemukan. Infeksi ini sering menjangkiti para remaja dan dewasa muda kendati dapat terjadi pada setiap kelompok usia serta kedua jenis kelamin.
b. Tinea korporis (penyakit jamur badan). Menjangkiti bagian muka, leher, batang tubuh dan ekstremitas. Pada bagian yang terinfeksi akan tampak lesi berbentuk cincin atau lingkaran yang khas.
c. Tinea kapitia (penyakit jamur kulit kepala). Merupakan infeksi jamur menular yang menyerang batang rambut dan penyebab kerontokan rambut yang sering ditemukan di antara anak-anak.
d. Tinea unguiun (inikomikosis). Merupakan infeksi jamur yang kronis pada kuku jari kaki atau kuku jari tangan. Biasanya disertai dengan infeksi jamur yang lama pada kaki.
2.2 Etiologi
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
5
Etiologi dari infeksi parasit dibedakan berdasarkan jenis parasitnya. Dalam Muttaqin (2012), berbagai macam etiologi infeksi pada sistem integument meliputi :
1. Infeksi JamurInfeksi jamur dapat terjadi di superfisial, subkutan, atau sistemik, hal ini
tergantung dari karakteristik organisme yang menginfeksi host nya. Pada infeksi jamur superfisial, yaitu pada stratum korneum, rambut, dan kuku, dapat dibagi menjadi dua yaitu infeksi yang memicu respon inflamasi dan yang tidak memicu respon inflamasi. Infeksi yang memicu respon inflamasi disebabkan oleh dermatofit sedangkan yang tidak memicu respon inflamasi disebabkan oleh piedra.
Penyebab terjadinya infeksi jamur ini adalah kelompok jamur dari dermatofit seperti microsporum, Trichophyton, dan epidermophyton. Yang terbanyak di Indonesia adalah T. Rubrum dermatofita yang lain adalah E. Floccosum, T. Mentagrophytes, M. Canis, M. gypseum, T. cocentricum, T. schoenleini dan T. tonsurans. Kemudian juga disebabkan dari jamur candida patogen yaitu candida albican.
Infeksi jamur dibagi menjadi beberapa klasifikasi berdasarkan tempat yang diserang dan jenis jamur yang menjadi penyebabnya, yaitu daerah jari-jari tangan dan kaki, rambut, kuku, daerah lipatan paha, ketiak, punggung, glutea.\
2. Infeksi VirusAda beberapa virus yang bisa menyebabkan infeksi virus diantaranya adalah
Human papiloma virus (HPV), varicela zoster, herpes zoster, herpes simplex, pox virus variolae,. Contoh penyakit yang disebabkan virus adalah varicela (cacar air), variola (cacar/smallpox), herpes zoster (cacar ular), herpes simplex, veruka (kutil/common wart).
3. Infeksi BakteriAda 2 jenis yaitu infeksi bakteri primer yang sering sekali disebabkan oleh
stafilakok koagulase positif dan streptokok beta hemolitik dan infeksi bakteri sekunder. Staphycoccus Aureus suatu bakteri koagulase positif merupakan kokus patogen utama pada kulit. Kokus ini adalah gram positif, berbentuk bola dan bergerombol dalam bundle-bundel kecil. Kokus ini mudah tumbuh dimedia biakan. Dalam media padat dalam 24 jam akan tumbuh koloni-koloni berkilat, berwarna kekuningan dan besar.
Bakteri-bakteri lain seperti difteroid aerobic, difteroid anaerobic, dan bakteri gram negatif serta bakteri tahan asam dapat pula menyebabkan berbagai infeksi kulit. Rentang infeksi ini mulai dari yang ringan, seperti infeksi yang asimtomatik eritrasma sampai penyakit sistemik seperti lepra.
2.3 Patofisiologi Secara alamiah, kulit dan permukaan epitel memiliki sistem innate protective yang
akan menahan organisme patogen masuk. Substrat asam lemak bersifat toksik pada mikroorganisme sehingga bisa menghancurkan mikroorganisme patogen yang masuk. Sayangnya ada mikroorganisme yang dapat menghasilkan exfoliative toxin yang menyebabkan nekrolisis epidermis dan esotoksin yang menyebabkan toxic shock syndrome. Jenis jenis mikroorganisme penyebab toksin seperti ini antara lain : Staphylococcus aureus, S. epidermis.
2.4 Manifestasi KlinisBerikut ini merupakan beberapa manifestasi klinis umum yang dapat muncul dari
infeksi berdasarkan etiologinya menurut muttaqin (2012) dan Sidharta (1994):
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
6
Infeksi Jamur yaitu peradangan kulit disertai eritema dan gatal, dapat ditemukan sisik pada tepi kulit, nyeri, terjadi penebalan (pembengkakan), terdapat lesi, infeksi di vagina menimbulkan rabas yang berwarna putih seperti keju, infeksi di mulut menimbulkan ulkus – ulkus putih yang dikelilingi eritema dan sangat nyeri dan lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia, dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat disebut kerion pada dermatofitosis
Infeksi Bakteri yaitu perasaan tidak nyaman dan gatal – gatal, demam, apnea, sianosis, takikardia, penurunan berat badan, muntah, letargi, ruam, petekie, kemerahan, nyeri tekan, kulit terasa panas, bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d'orange) pada selulitis, kulit melepuh berisi cairan pada impetigo, menggigil, dan sakit kepala (pada kasus-kasus tertentu), tekanan darah menurun, pada pemeriksan fisik ditemukan daerah pembengkakan yang terlokalisir (edema), yang pada beberapa kasus dapat ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening.
Infeksi Virus yaitu demam, malaise, nyeri terutama pada persendian, gatal, kemerahan pada kulit, kerusakan integritas jaringan, sesak nafas.
2.5 Pemeriksaan diagnostika. Riwayat dan hasil pemeriksaan fisik.b. Pemeriksaan mikroskopik dengan goresan kulit mengunakan kalium hidroksida
untuk identifikasi hyphae (spora karakteristik dan filament jamur)c. Mengobservasi area terkena dengan sinar UV khusus (lampu Wood) dapat pula
mengindentifikasi infeksi jamur. Spora memancarkan cahaya biru-hijau dengan penyinaran ini. Bila hyphae atau spora tidk tampak, kulit hasil goresan dibiakkan untuk menegakkan diagnosis.
2.6 WOC (Terlampir)
2.7 Penatalaksanaan
1. Infeksi JamurHealth Education:a. Keringkan handuk setelah dipakai dan ganti sesering mungkinb. Mandi rutin (min : 2x/hari), memakai sabun dan bersihc. Simpan atau gantung pakaian di tempat keringd. Pola hidup sehat. Hal-hal yang mempengaruhi tumbuhnya jamur adanya udara
yang panas, lembab, kebersihan diri yang kurang, kegemukan, sosial ekonomi rendah, pemakaian obat-obatan yang lama, adanya penyakit kronis seperti TBC atau keganasan, dan penyakit endokrin (diabetes mellitus).
e. Rajin menjemur kasur, agar bila ada jamur ataupun mikroorganisme patologi bisa mati terkena terik matahari.
Kolaborasi:a. Infeksi kulit diobati dengan obat anti jamur khusus yang diberikan secara topikal
atau kadang-kadang sistemik. b. Kandidiasis diterapi dengan krim atau supositoria antijamur. c. Mitra seksual dari wanita dengan infeksi ragi vagina yang kronik juga munkin
perlu diterapi.d. Infeksi dalam mungkin memerlukan terapi anti jamur spesifik. (Corwin, 2008)
Terdapat banyak obat anti jamur topikal untuk pengobatan infeksi dermatofit, antara lain mikonazol, sulkonazol, dan terbinafin. Obat oral (bersifat sistemik) seperti griseofulvin, terbinafin atau itrakonazol. Obat topikal tdak efektif pada tinea kapitis.
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
7
Obat pilihan untuk infeksi kuku adalah terbinafin oral – 250 mg perhari selama 6 minggu untuk infeksi kuku jari tangan dan selama 3 bulan untuk infeksi kuku jari kaki. (Brown, 2005).
2. Infeksi Bakteria. Infeksi Streptokokus Selulitis
Infeksi bakteri oleh Streptococus pyrogenesis. Bila diduga selulitis diobati dengan penisilin yaitu memberi benzilpenisilin intravena. Bila terserang tungkai, istirahat di tempat tidur. Bila timbul daerah nekrosis jaringan yang luas maka perlu dilakukan tindakan bedah dengan mengangkat jaringan nekrotik (debridement).
b. Furunkulosis (Bisul)Infeksi oleh S. Aureus. Pengobatan dengan anti bakteri topikal seperti mupirosi, obat anti bakteri untuk mandi, misalnya triklosan 2% dan flukloksasilin dalam waktu yang lama.
c. KarbunkelInfeksi oleh S. Aureus pada folikel rambut yang berdekatan. Pengobatan : flukloksasilin
d. ImpetigoPada infeksi lokal pengobatan dengan antibiotik topikal seperti mupirosin. Pada infeksi yang lebih luas dengan antibiotik sistemik seperti flukloksasilin atau eritromisin.
e. Staphylococal scalded skin syndromePengobatan dengan flukloksasilin parenteral.
f. EritrasmaEritrasma bisa diobati dengan imidazol topikal (misalnya klortrimazol. Mikonazol), asam fusidat topikal, atau pemberian eritromisin oral selama dua minggu.
3. Infeksi Virusa. Herpes Zoster
Pengobatan dengan asiklofir oral, valasiklovir atau famsiklovir. Untuk zoster yang menyebar luas siklovir intravena munkin dapat menyelamatkan jiwa.
b. Herpes simpleksAnalgesic dalam dosis yang kuat dalam masa serangan primer. Kotrimoksazol oral dalam dosis 2x2 tab./hari. Zat pengering antiseptic seperti Povidoniodine, larutan garam faali, sebagai obat kompres.
c. Varisela Untuk panasnya dapat diberikan asetosal atau antipiretik lain. Antihistamin oral diberikan bila ada gatal. Secara topikal diberikan bedak (losio kalamin). Istirahat dan tirah baring.
d. Kandiloma AkuminataPenutupan lesi dengan tingtura podofilin 25%, daerah sekitarnya dilapisi Vaseline untuk menghindari iritasi. Pilihan lain adalah memakai krem 5-fluorourasil, bedah listrik, bedah eksisi, atau bedah beku. (Brown, 2005)
2.8 Komplikasi
1. Infeksi Jamura. Infeksi mendalam menyebabkan morbiditas yang bermakna.b. Jaringan parut kulit atau alopesia (rambut rontok) akibat tinea kapitis.
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
8
c. Lesi mulut yang nyeri dan menurunnya berat badan pada penderita AIDS.d. Kelinan kulit karena mikosis yang dalam menyerupai infeksi kronis seperti
infeksi tuberkulosis, frambusia, atau infeksi piokokus yang kronis (Corwin, 2008)
2. Infeksi BakteriKomplikasi tergantung dari efek yang ditimbulkan agen bakteri yang menginvasi.
Pada kasus folikulitis, furunkel dan karbunkel dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut, bakteremia atau selulitis, dan penyebaran kuman yang meluas menyebabkan cacat pada katup jantung atau arthritis pada persendian. Keadaan yang sangat parah terjadi selulitis yang dalam dengan nekrosis jaringan yang parah disertai toksemia bisa cepat menyebabkan kematian. Selulitis pada ekstremitas bawah lebih besar kemungkinan menjadi tromboflebitis pada pasien lansia (Brown, 2005).
3. Infeksi VirusHerpes zoster tidak menimbulkan komplikasi pada kebanyakan orang. Bila timbul
komplikasi, hal-hal berikut dapat terjadi adalah sebagai berikut (Brown, 2005):a. Zoster trigeminus dapat menimbulkan gangguan mata seperti konjungtivitas,
keratitis, dan/atau iridosiklitis yang mebabkan peradangan sebagian atau seluruh bagian mata yang mengancam penglihatan.
b. Postherpetic neuralgia / Neuralgia Pasca HerpesMerupakan komplikasi yang paling umum. Merupakan nyeri di daerah kulit yang dipersarafi oleh saraf yang terkena herpes zoster. Nyeri ini bisa menetap selama beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya herpes zoster. Kadang pada oragtua bisa timbul bekas jaringan parut.
c. Kelemahan otot oleh karena zoster motoris yang menyerang serabut saraf.Timbul penyakit Eksema herpetikum, penyakit ini merupakan infeksi herpes yang
tersebar luas di tubuh dan terjadi pada eksema atopik. Bisatimbul limfadenopati dan kelemahan tubuh
2.9 PrognosisApabila ditangani dengan cara yang tepat, prognosis infeksi ini biasanya cukup baik.
Faktor kesehatan lain yang turut mempengaruhi, seperti diabetes, imunodefisiensi, kerusakan sirkulasi, dan neuropati, berisiko lebih besar untuk terkena infeksi yang berkembang dan meluas. Kesembuhan dari infeksi juga sangat dipengaruhi oleh hygiene dari pasien. Prognosis untuk infeksi jamur biasanya baik, infeksi jamur bereaksi baik dengan terapi obat yang tepat dan segera menghilang. (Siregar, 2002)
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
9
BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Umum
3.1.1 Anamnesaa. Identitas/ data demografi
1. usia ( aging proses)2. suku bangsa - ras 3. pekerjaan - paparan sinar matahari, kimia, iritasi zat atau substansi yang
abrasive - lingkungan yang menjadi faktor masalah kulit 4. Status sosial ekonomi meliputi latar belakang status ekonomi klien untuk
mengidentifikasi faktor lingkungan yang dapat menjadi faktor penyebab penyakit kulit (berapa jam terpapar sinar matahari, bagaimana dengan personal hygienenya).
b. Riwayat Penyakit SekarangKapan terjadinya penyakit kulit yang diderita, apakah keluhan utamanya seperti sering gatal/ menggaruk pada area mana, ada lesi pada kulit penyebab terjadinya penyakit, apa yang dirasakan klien dan apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi sakitnya sampai pasien bertemu perawat yang mengkaji.
c. Riwayat penyakit keluargaAdanya riwayat keluarga mengidap penyakit kulit akibat infeksi jamur, virus, atau bakteri
d. Riwayat psikososialperasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
e. Riwayat penyakit dahuluKaji apakah klien pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya, berapa lama pasien pernah mengalaminya, dan pengobatan apa yang dilakukan pasien.
f. Riwayat dietKaji BB, bentuk tubuh, dan makanan yang disukai
3.1.2 Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik yang dilakukan adalah inspeksi dan palpasi.a. Warna
Pemeriksaan fisik pada infeksi virus biasanya bersifat lokal, lesi menyebar di seluruh tubuh dimulai suatu vesikula dan akan berkembang lebih banyak di seluruh tubuh. Setelah 5 hari kebanyakan lesi mengalami krustasi dan lepas. Ciri khas infeksi virus pada vesikula adalah terdapat bentukan umbilikasi yaitu vesikula di mana bagian tengahnya cekung didalam.Pemeriksaan fisik pada infeksi bakteri, ditemukan karakteristik lesi adalah vesikel yang berkembang menjadi sebuah bula kurang dari 1 cm pada kulit normal, dengan sedikit atau tidak ada kemerahan disekitarnya. Awalnya
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
10
vesikel berisi cairan bening yang menjadi keruh. bula akan pecah, pabila bula pecah akan meninggalkan jaringan parut di pinggiran.Infeksi jamur : lesi pada bagian muka, leher, ekstremitas, lesi berbentuk cincin atau lingkaran yang khas dan berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama.
b. Kelembapan Kelembapan kulit yang dikaji adalah tingkat hidrasi kulit terhadap basah dan minyak. Kelembapan biasa dipengaruhi oleh usia. Semakin tua usia seseorang, kelembapan akan semakin menurun. Apabila ada infeksi bakteri, virus, dan jamur maka kelembapan akan cenderung mengering atau basah disekitar lesi.
c. Suhu Suhu dikaji menggunakan dorsal tangan secara keseluruhan. Dalam keadaan normal permukaan kulit akan terasa hangat secara keseluruhan. Apabila ada infeksi biasanya akan memyebabkan hipertermi.
d. Turgor Turgor adalah elastisitas kulit. Pengkajian fisik bisa dilihat dengan cara mencubit kulit, berapa lama kulit dan jaringan dibawahnya kembali ke bentuk semula. Angka normal turgor < 3 detik.
e. Texture Texture bisa dilihat dengan menekankan ibu jari secara lembut ke daerah kulit. Normal terasa halus, lembut dan kenyal. Abnormal terasa bengkak atau atrofi.
f. Lesi Lesi dilihat dimana lokasinya, distribusi, ukuran, warna, adanya drainase.
g. EdemaEdema adalah penumpukan cairan yang berlebih pada jaringan. Pemeriksaan pitting edema dilakukan pada tibia dan kaki. Yang perlu dikaji dari edema adalah konsistensi, temperature, bentuk, mobilisasi.
h. Odor Odor atau bau ditemui apabila ada bakteri pada kulit, infeksi, hygine tidak adekuat.
i. KukuInpeksi : ketebalan, waran, bentuk, teksturPalpasi : CRT 3-5 detik.
3.1.3 Pemeriksaan Diagnostika. Biopsi Kulit
Mendapatkan jaringan untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopik dengan cara eksisi dengan scalpel atau alat penusuk khusus ( skin punch) dengan mengambil bagian tengah jaringan. Indikasi Pada nodul yang asal nya tidak jelas untuk mencegah malignitas. Dengan warna dan bentuk yang tidak lazim. Pembentukan lepuh.
b. Patch TestDigunakan untuk mengenali substansi yang menimbulkan alergi pada pasien dibawah plester khusus ( exclusive putches ). indikasi - Dermatitis, gejala kemerahan, tonjolan halus, gatal- gatal. Reaksi + lemah. - Blister yang halus, papula dan gatal –gatal yang hebat reaksi + sedang. - Blister/bullae, nyeri, ulserasi reaksi + kuat. Penjelasan pada pasien sebelum dan sesudah pelksanaan patch test : - Jangan menggunakan obat jenis kortison selam satu minggu sebelum tgl pelaksanaan. - Sample masing – masing bahan tes dalam jumlah yang sedikit dibubuhkan pada plester berbentuk cakaram kemudian ditempel pada punggung,dengan jumlah ynag bervariasi.( 20 – 30 buah.). - Pertahankan agar daerah punggung tetap kering pada saat plester masih
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
11
menempel. - Prosedur dilaksanakan dalam waktu 30 menit. - 2- 3 hari setelah tes plester dilepas kemudian lokasi dievaluasi.
Pengerokan Kulit Sampel kulit dikerok dari lokasi lesi, jamur, yang dicurigai.dengan menggunakan skatpel yang sudah dibasahi dengan minyak sehingga jaringan yang dikerok menempel pada mata pisau hasil kerokan dipindahkan ke slide kaca ditutup dengan kaca objek dan dipriksa dengan mikroskop.Pengambilan bahan dapat dengan kerokan biasa atau dengan menggunakan cellotape yang ditempel pada lesi. Setelah diambil, bahan diletakkan di atas gelas obyek lalu diteteskan larutan KOH 20% atau campuran 9 bagian KOH 20% dengan 1 bagian tinta parker blueback superchrome X akan lebih memperjelas pembacaan karena memberi tampilan warna biru yang cerah pada elemen-elemen jamur.Hasil positif apabila Hifa pendek, lurus, bengkok (seperti huruf i, v, j) dan gerombolan spora budding yeast yang berbentuk bulat mirip seperti sphagetti with meatballs.Hasil negative apabila bila tidak ada lagi hifa, maka berarti bukan pitiriasis versikolor walaupun ada spora.
c. Pemeriksaan Cahaya Wood ( Light Wood) Menggunakan cahaya UV gelombang panjang yang disebut black light yang akan menghasilakan cahaya berpedar berwarna ungu gelap yang khas.cahaya akan terlihat jelas pada ruangan yang gelap, digunakan untuk memebedakan lesi epidermis dengan dermis dan hipopigmentasi dengan hiperpigmentasi. 5. Apus Tzanck Untuk memeriksa sel – sel kulit yang mengalami pelepuhan. Indikasi - Herpes zoster,varisella, herpes simplek dan semua bentuk pemfigus. - Secret dari lesi yang dicurigai dioleskan pada slide kaca diwarnai dan periksa
g. Tzank smear Tujuan: melihat multinucleated giant cell untuk virus dan vesikobulosa Cara pemeriksaan : i.Bahan pemeriksaan diambil dari dasar vesikel dengan cara dikerok ii.Oleskan pada kaca objek lalu fiksasi iii.Warnai dengan giemsa iv.Lihat dengan mikroskop Hasil pemeriksaan :Herpes zostersel datia dengan inti akantolisis. Vesikubulosasel Tzank
h. Pemeriksaan darah, menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih, eosinofil dan peningkatan laju sedimentasi eritrosit (Tucker, 1998:633).
i. Pewarnaan gram dan kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan, menunjukkan adanya organisme campuran (Issebacher 1999:634).
j. Rontgen Sinus-sinus para nasal (selulitis perioribital).k. Kultur virus dari apusan dasar vesikel, spesimen biopsi, skraping kornea. l. Histopatologis
Histopatologi lesi kulit varisela zoster sama sel epidermis (pada lapisan germinal dan bagian dalam stratum spinosum) menunjukkan ballooning degeneration dengan hilangnya intercellular bridges (akantholisis) yang nantinya akan dipisahkan oleh edema interselular.
m. Pemerikasaan antigen dan antibody
3.2 Diagnosa Keperawatana. Nyeri berhubungan dengan respons inflamasi local sekunder dari kerusakan saraf
perifer kulitb. Kerusakan integitas jaringan kulit berhubungan dengan nekrosis local sekunder
dari akumulasi pus pada jaringan folikel rambut.
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
12
c. Hipertermi berhubungan dengan respons inflamasi sistemik sekunder dari proses supurasi lokal.
d. Gangguan gambaran citra diri berbuhbungan dengan perubahan struktur kulit.e. Risiko terhadap penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan penularan
kontak (langsung, tidak langsung, kontak dengan droplet)f. Kebutuhan pemenuhan informasi berhubungan dengan tidak adekuat sumber
informasi, risiko penularan, ketidaktahuan program perawatan dan pengobatan.g. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, kondisi sakit, dan
perubahan kesehatan.
3.3 Intervensi KeperawatanNyeri berhubungan dengan respons inflamasi local sekunder dari kerusakan saraf perifer kulitTujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang/jilamg atau teradaptasiKriteria evaluasi :
Secara sbyektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri 0-1 (0-4) ngidenti.
Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri Pasien tidak gelisah
Intervensit RasionalKaji nyeri dengan pendekatan PQRST Menjadi parameter dasar untuk mengetahui sejauh
mana intervensi yang diperlukan dan sebagai evaluasi keberhasilan dari intervensi manajemen nyeri keperwatan
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non-invansif
Pendekatan dengan mengggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri
Lakukan manajemen nyeri keperawatan1. Atur posisi fisiologis 2. Istirahatkan pasien3. Manajemen lingkungan :
lingkungan tenang dan batasi pengunjung
4. Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam
5. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri
6. Lakukan manajemen sentuhan
1. Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan O2 kejaringan yang mengalami iskemia
2. Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2 jaringan perifer dan akan meningkatkan suplai darah pada jaringan yang mengalami peradangan
3. Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengnjung akan membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada diruangan
4. Meningkatkan asupan O2 sehingga menurunkan nyeri sekunder dari iskemia jaringan
5. Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorphin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri
6. Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
13
membantu menurunkan nyeri. Masase ringan dapat meningkatkan liran darah dan dengan otomatis membantu suplai darah dan oksigen ke area nyeri dan menurunkan sensasi nyeri
Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung
Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan pasien terhadap rencana terapeutik
Kolaborasi pemberian analgesic Analgesic memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang
Hipertermi berhubungan dengan respons inflamasi sistemik sekunder dari proses supurasi lokalTujuan : dalam aktu 1 x 24 jam perawatan suhu tubuh menurunKriteria evaluasi : suhu tubuh normal 36-37 CIntervensi RasionalMonitor suhu tubuh pasien Peningkatan suhu tubuh yang berkelanjutan pada
pasien akan memberikan komplikasi pada kondisi penyakit yang lebih parah dimana efek dari peningkatan tingakat metabolisme umum dan dehidrasi akibat hipertermi.
Beri kompres dingin di kepala dan aksila Memberikan respons dingin pada pusat pengatur panas dan pada pembuluh darah besar
Pertahankan tirah baring total selama fase akut
Mengurangi peningkatan proses metabolism umum
Pertahankan asupan cairan minimal 2.500 ml sehari
Selain sebagai pemenuhan hidrasi tubuh, juga akan meningkatkan pengeluaran panas tubuh melalui system perkemihan, maka panas tubuh juga dapat dikeluarkan melalui urine
Kolaborasi pemberian analgesic-antipiretik Analgetik diperlukan untuk penurunan respons nyeri , antipiretik diperlukan untuk menurunkan panas tubuh dan memberikan perasaan yang nyaman pada pasien
Kerusakan integitas jaringan kulit berhubungan dengan nekrosis local sekunder dari akumulasi pus pada jaringan folikel rambut.
Tujuan : Dalam 5 x 24 jam integritas kulit membaik secara optimalKriteria Evaluasi :
a. Pertumbuhan jaringan meningkatb. Keadaan luka membaikc. Pengeluaran pus pada luka tidak ada lagid. Luka menutup
Intervensi RasionalKaji kerusakan jaringan lunak yang terjadi pada klien
Menjadi data dasar untuk memberikan informasi intervensi perawatan luka, alat apa yang akan digunakan dan jenis balutan apa yang akan digunakan
Lakukan perawatan luka :a. Lakukan perawatan luka dengan
baik dan teknik sterilb. Kaji keadaan luka dengan teknik
membuka balutan dengan mengurangi stimulus nyeri, bila
a. Perawatan luka denganperawatan luka dengan teknik steril dapa mengurangi kontaminasi kuman langsung ke area luka
b. Manajemen membuka luka dengan mengguyur larutan NaCl ke kasa dapat mengurangi stimulus nyeri
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
14
melekat kuat kasa diguyur dengan NaCl
c. Lakuakan pembilasan luka dari arah dalam keluar dengan cairan NaCl
d. Tutup luka dengan kasa antimikroba steril dan dikompres dengan NaCl
e. Lakukan nekrotomi
c. Teknik pembuangan jaringan dan kuman di area luka dan diharapkan keluar dari area luka
d. NaCl merupakan larutan fisiologis yang lebih mudah diabsorpsi oleh jaringan dibandingkan dengan larutan antiseptic, serta dicampur dengan antibiotic agar dapat mempercepat penyembuhan luka
e. Jaringan nekrotik pada luka furunkel akan memperlambat proses epitelisasi jaringan luka sehingga memperlambat perbaikan jaringan
Tingkatkan asupan nutrisi Diet TKTP diperlukan untuk meningkatakn asupan dari kebutuhan pertumbuhan jaringan
Evaluasi kerusakan jaringan dan perkembangan pertumbuhan jaringan
Apabila masih belum mencapai dari criteria evaluasi 5x24 jam, maka perlu dikaji ulang faktor-faktor menghambat pertumbuhan luka
Gangguan gambaran citra diri berbuhbungan dengan perubahan struktur kulitTujuan : dalam waktu 1 x 24 jam citra diri pasien meningkatKriteria evaluasi :
Mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi
Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasiIntervensi RasionalKaji perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan
Menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi
Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas
Pasien dapat beradaptasi dengan perubahan dan pengertian tentang peran individu dimasa mendatang
Monitor gangguan tidur peningkatan kondentrasi, letargi, dan withdrawl
Dapat mengindikasi terjadinya depresi yang umumnya terjadi dimana keadaan ini memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut
Kolaborasi untuk oemberian regimen MDT Multi Drug Therapi (MDT) diberikan selama 6-9 bulan dan diminum didepan petugas
Risiko terhadap penularan infeksi berhubungan dengan pemajanan penularan kontak (langsung, tidak langsung, kontak dengan droplet)Tujuan : Resiko penularan berkurangKriteria Evaluasi :
a. Mengungkapkan kebutuhan untuk diisolasi sampai tidak menularkan infeksi.b. Menggambarkan cara penularan penyakit.c. Memperagakan cuci tangan yang cermat selama perawatan di rumah sakit
Intervensi RasionalIdentifikasi penjamu yang rentan berdasarkan pada fokus pengkajian terhadap faktor-faktor risiko dan riwayat pemajanan.
Mengetahui penjamu yang rentan diharapkan dapat menhindari faktor-faktor resiko.
Identifikasi cara penularan berdasarkan pada agen-agen penginfeksi.a. Melalui udarab. Kontak- Langsung- Tidak langsung.- Kontak dengan droplet.c. Penularan melalui media makanan, air,
Mengetahui cara penularan dapat mencegah dan intervensi secara dini dan tepat
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
15
darah.d. Penularan melalui ector (serangga, hewan)Amankan ruangan yang digunakan, tergantung pada jenis infeksi dan praktek ygiene dari orang yang terinfeksi.
Meminimalisir resiko infeksi yang ada diruangan tersebut
Ajarkan klien mengenai rantai infeksi dan tanggung jawab pasien baik di rumah sakit maupun di rumah.
Cuci seluruh tubuh sekali sehari dengan sabun antiseptik. Cuci tangan beberapa kali sehari sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. Hindari berbagi handuk dengan anggota keluarga lainnya. Ganti pakaian dan pakaian dalam secara teratur
Kebutuhan pemenuhan informasi berhubungan dengan tidak adekuatnya sumber informasi, ketidaktahuan program perawatan dan pengobatanTujuan : Terpenuhnya pengetahuan pasien tentang kondisi penyakitKriteria Evaluasi :
a. Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksib. Tindakan yang dibutuhkan dengan kemungkinan komplikasic. Mengenal perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya komplikasi
Intervensi RasionalBeritahukan pasien terdekat mengenai dosis, aturan dan efek pengobatan
Informasi dibutuhkan untuk meningkatkan perawatan diri, untuk menambah kejelasan efektivitas pengobatan, dan mencegah komplikasi
Jadwalkan kontrol ulang Mengatur tindak lanjut kunjungan dalam waktu 2 minggu untuk memeriksa respons terhadap pengobatan
Anjurkan untuk tidak memencet bisul Apabila frunkel pecah, cairannya dapat menyebar kuman ke sekitar kulit yang normal
Jelaskan cara perawatn kebersihan diri Menurunkan respons penularan infeksi. Kebersihan pribadi yang baik, termasuk mandi, mencuci tangan, serta menjaga kuku pendek dan bersih dapat mengurangi risiko folikulitis. Memakai pakaian longgar daripada ketat membantu mengurangi gesekan pada kulit terutama folikel rambut.
Anjurkan aktivitas dan kegiatan untuk meningkatkan imunitas
Jika berlebihan berat badan, anjurkan untuk mengurangi berat badan dan berolahraga secara teratur. Anjurkan diet sehat seimbang dengan daging, banyak buah, sayuran. Bila mengalami kekurangan zat besi, anjurkan untuk mengkonsumsi tablet zat besi agar membantu peningkatan imunitasCuci seluruh tubuh sekali sehari dengan sabun antiseptik. Cuci tangan beberapa kali sehari sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. Hindari berbagi handuk dengan anggota keluarga lainnya. Ganti pakaian dan pakaian dalam secara teratur
Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, kondisi sakit, dan perubahan kesehatan.Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam kecemasan pasien berkuran
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
16
Kriteria Evaluasi :a. Pasien menyatakan kecemasan berkurangb. Mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang
mempengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan, wajah rileksIntervensi RasionalKaji tanda verbal dan non verbal kecemasan, damping pasien dan lakukan tindakan bila menujukkan perilaku merusak
Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi, marah dan gelisah
Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerja sama, dan mungkin memperlambat penyembuhan
Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat
Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu
Tingkatkan control sensasi pasien Control sensasi pasien (dan dalam menurunkan ketakutan) dengan cara memberikan informasi tentang keadaan pasien, menekankan pada penghargaan terhadap sumber-sumber koping (pertahanan diri) yang psitif, membantu latihan relaksasi dan teknik-teknik pengalihan, serta memberikan respons balik yang positif
Orientasikan pasien terhadap prosedur rutin dan aktifitas yang diharapkan
Orientasi dapat menurunkan kecemasan
Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan ansietasnya
Dapat menghilangkan ketegangan kekhawatiran yang tidak diekspresikan
Berikan privasi untuk pasien dan orang terdekat
Member waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas, dan perilaku adaptasi. Adanya keluarga dan teman yang dipilih pasien melayani aktivitas dan pengalihan (misalnya: mambaca) akan menurunkan perasaan terisolasi
Kolaborasi :Berikan anticemas sesuai indikasi, contohnya diazepam
Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan
3.4 KasusTn.C (40 th) datang ke poli kulit RSUA dengan keluhan gatal-gatal hebat, yang
biasanya semakin memburuk pada malam hari. Pada sela jari tangan, pada pergelangan tangan, sikut, ketiak, terlihat adanya terowongan tungau. Klien mengatakan jarang mandi jika pulang kerja karena pulang sudah larut malam.
3.5 Pengkajian Kasusa. Anamnesa
1. Data demografiNama : Tn. CAlamat : SurabayaUmur : 40 tahunPekerjaan : Kuli bangunanAgama : IslamPendidikan : SD
2. Keluhan utama
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
17
Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan merasakan gatal terutama pada malam hari.
3. Riwayat kesehatan sekarangPasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi edema karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat.
4. Riwayat kesehatan dahuluPasien pernah masuk Rs karena alergi
5. Riwayat kesehatan keluargaDalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami yaitu kurap, kudis.
6. Riwayat dietSebelum sakit BB pasien 75 kg setelah sakit menjadi 73 kg.
7. Pola fungsi kesehatana) Pola persepsi terhadap kesehatan
Apabila sakit, klien biasa membeliobat di tko obat terdeat atauapabila tidak terjadi perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat.
b) Pola aktivitas latihanAktivitas latihan selama sakit :Aktivitas 0 1 2 3 4MakanMandiBerpakaianEliminasiMobilisasi di tempat tidur
c) Pola istirahat tidurPada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat pada malam hari.
d) Pola nutrisi metabolikTidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.
e) Pola elimnesiKlien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, wrna kuning bau khas dan BAK 4-5x sehari, dengan baua khas warna kuning jernih.
f) Pola kognitif perceptualSaat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan penglihatan normal.
g) Pola peran hubunganPasien merupakan ayah dari 3 orang anak dengan 1 orang istri.
h) Pola konep diriPasien bekerja sebagai kuli bangunan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
i) Pola seksual reproduksiPada klien scabies mengalami gangguan pada seksual reproduksinya.
j) Pola koping1) Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa gatal,
dan pasien menjadi malas untuk bekerja.2) Kehilangan atau perubahan yang terjadi3) perubahan yang terjadi klien malas untuk melakukan aktivitas sehari-
hari.4) Takut terhadap kekerasan : tidak
k) Pandangan terhadap masa depan1) klien optimis untuk sembuh
b. pemeriksaan fisik
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
18
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk pengkajian sistem integumen adalah dengan inspeksi dan palpasi.a) Kulit
Ditemukan bercak pada sela jari tangan, pada pergelangan tangan, sikut, ketiak, terlihat adanya terowongan tungau. Kelembaban daerah tersebut terkesan basah namun suhu badab klien meningkat.
b) Turgor : 4 detik.c) Texture : teraba bengkakd) Lesi : Pada sela jari tangan, pada pergelangan tangan, sikut, ketiak, terlihat
adanya terowongan tungau.e) Edema : tidak ditemukan f) Odor : bau pada daerah sela jari tangan, pada pergelangan tangan, sikut,
ketiak.
3.6 Analisa DataData Etiologi Masalah keperawatanDO : Adanya luka dengan pussycat dikulitTerdapat eritem (kulit kemerahan)Adanya lesi dikulitBadan pasien teraba hangatSuhu : ?36ºC
Scabies
Lesi di kulit
Eritema
Nyeri
Nyeri akut
DOKlien tampak gelisahKlien tampak cemasKantung mata klien terlihat bengkakKlien sering terbangun dimalam hari karena gatal
Scabies
Eritema
Gatal d malam hari
Pasien sering terbangun di malam hari
Gangguan pola tidur
Gangguan pola tidur
DOKlien tampak gelisahKlien tampak cemasKlien tampak menahan gatal
Scabies
Perubahan posisi kesehatan
Kurang pengetahuan
Kevemasan
Gangguan rasa aman
DOKlien tampak menahan gatalKlien tampakKlien merasa malu dengan penyakit yang dialaminya
Scabies
Eritema
Gangguan penampakkan kulit pada daerah tertentu
Perubahan fungsi tubuh
Gangguan citra tubuh
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
19
DOadanya lesiadanya luka dengan pussycat dikulit
scabies
respon inflamasi
erupsi kulit
Gangguan integritas kulit
3.7 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan1) Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi.
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam nyeri yang dirasakan klien dapat segera Kriteria Hasil :a. Secara subyektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri 0-1 (0-4) ngidenti.b. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeric. Pasien tidak gelisah
Intervensi RasionalKaji nyeri dengan pendekatan PQRST Menjadi parameter dasar untuk mengetahui
sejauh mana intervensi yang diperlukan dan sebagai evaluasi keberhasilan dari intervensi manajemen nyeri keperwatan
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non-invansif
Pendekatan dengan mengggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri
Lakukan manajemen nyeri keperawatan1. Atur posisi fisiologis2. Istirahatkan pasien3.Manajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi pengunjung4. Ajarkan teknik relaksasi pernapasan
dalam5. Ajarkan teknik distraksi pada saat
nyeri6. Lakukan manajemen sentuhan
1. Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan O2 kejaringan yang mengalami iskemia
2. Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2 jaringan perifer dan akan meningkatkan suplai darah pada jaringan yang mengalami peradangan
3. Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengnjung akan membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada diruangan
4. Meningkatkan asupan O2 sehingga menurunkan nyeri sekunder dari iskemia jaringan
5. Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorphin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri
6. Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan nyeri.
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
20
Masase ringan dapat meningkatkan liran darah dan dengan otomatis membantu suplai darah dan oksigen ke area nyeri dan menurunkan sensasi nyeri
Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung
Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan pasien terhadap rencana terapeutik
Kolaborasi pemberian analgesic Analgesic memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang
2) Dx 2 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gatal yang dirasakan.Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam istirahat tidur terpenuhi karena berkurangnya nyeri dan rasa gatal.Kriteria hasil :a. Nyeri dan rasa gatal menghilangb. Pasien adekuat dalam kebutuhan tidurnyac. Pasien terlihat segar dan cukup tidur
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji tidur klien a. Mengetahui apakah kebutuhan tidur klien terpenuhi
b. Ciptakan suasana yang membuat klien merasa nyaman misal tempat tidur yang bersih dan rapi
b. Lingkungan yang nyaman akan meningkatkankebutuhan tidur nya (tidur dengan nyenyak)
c. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
c. Dengan mengatahui pentingnya tidur maka pasien akan berusaha untuk tidur agar dapat mendapatkan manfaatnya
d. Fasilitas untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur misal membaca
d. Dengan memberikan kegiatan sebelum tidur maka klien akan mudah lelah dan cepat tidur
3) Dx 3 : Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam cemas berkurang karena meningkatnya pengetahuan tentang penyakit.Kriteria Hasil :
a. Pasien mengerti mengenai penyakitnyab. Pasien tidak lagi gelisahINTERVENSI RASIONAL
a. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan
a. Pasien tenang setelah mengungkapkan perasaannya
b. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya
b. Pasien kooperatif dengan program perawatan dan pengobatan
c. Berikan penjelasan kepada pasien mengenai :
a) Kondisi penyakitnya b) Program perawatan dan
pengobatan yang akan dilakukanc) Hubungan istirahat dengan
c. Pengetahuan pasien meningkat tentang penyakit, tanda-tanda, kondisi yang dialami, serta kemungkinan yang akan terjadi
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
21
kondisi penyakitnya.d. Libatkan keluarga untuk
mendampingikliend. Dengan melibatkan keluarga maka
tingkat pengetahuan keluarga juga semakin bagus sehingga akan memberikan support sistem pada pasien
4) Dx 4 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder.Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam konsep diri dipertahankan dan ditingkatkan.Kriteria hasil :
a. Klien lebih menerima keadaannyab. Klien mampu mengidentifikasi kekuatan personal dirinyac. Klien mempertahankan interaksi sosial
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji secara vebral dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya
a. Untuk mengetahui persepsi klien terhadap tubuhnya
b. Membantu pasien untuk selalu bersikap realistis dan positif selama pengobatan pada penyuluhan kesehatan dan menyusun tujuan dalam keterbatasan
b. Meningkatkan dan menjalin rasa saling percaya antara pasien dengan perawat
c. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan, dan prognosis penyakit
c. Jika klien mengetahui mengenai pengobatan, perawatan, dll maka klien akan lebih kooperatif dalam pengobatan untuk kesembuhannya
5) Dx 5 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi yang terbukaTujuan : Dalam 5 x 24 jam integritas kulit membaik secara optimalKriteria Evaluasi :
a. Pertumbuhan jaringan meningkatb. Keadaan luka membaikc. Luka menutup
Intervensi RasionalKaji kerusakan jaringan lunak yang terjadi pada klien
Menjadi data dasar untuk memberikan informasi intervensi perawatan luka, alat apa yang akan digunakan dan jenis balutan apa yang akan digunakan
Lakukan perawatan luka :a. Lakukan perawatan luka dengan
baik dan teknik sterilb. Kaji keadaan luka dengan teknik
membuka balutan dengan mengurangi stimulus nyeri, bila melekat kuat kasa diguyur dengan NaCl
c. Lakuakan pembilasan luka dari arah dalam keluar dengan cairan NaCl
d. Tutup luka dengan kasa antimikroba steril dan dikompres dengan NaCl
e. Lakukan nekrotomi
a. Perawatan luka denganperawatan luka dengan teknik steril dapa mengurangi kontaminasi kuman langsung ke area luka
b. Manajemen membuka luka dengan mengguyur larutan NaCl ke kasa dapat mengurangi stimulus nyeri
c. Teknik pembuangan jaringan dan kuman di area luka dan diharapkan keluar dari area luka
d. NaCl merupakan larutan fisiologis yang lebih mudah diabsorpsi oleh jaringan dibandingkan dengan larutan antiseptic, serta dicampur dengan antibiotic agar dapat mempercepat penyembuhan luka
e. Jaringan nekrotik pada luka furunkel akan memperlambat proses epitelisasi jaringan
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
22
luka sehingga memperlambat perbaikan jaringan
Tingkatkan asupan nutrisi Diet TKTP diperlukan untuk meningkatakn asupan dari kebutuhan pertumbuhan jaringan
Evaluasi kerusakan jaringan dan perkembangan pertumbuhan jaringan
Apabila masih belum mencapai dari criteria evaluasi 5x24 jam, maka perlu dikaji ulang faktor-faktor menghambat pertumbuhan luka
BAB IVPENUTUP
4.1 KesimpulanInfeksi merupakan proses invasif oleh organisme dan berproliferasi di dalam
tubuh sehingga menimbulkan penyakit (Potter & Perry, 2005). Sedangkan infeksi kulit merupakan suatu penyakit yang ditimbulkan karena suatu bakteri/kuman, virus, dan jamur. Penularannya dapat disebabkan dengan kontak langsung yaitu dengan menyentuh kulit yang terinfeksi maupun tidak langsung melalui perantara benda-benda yang terkontak dengan organisme pembawa infeksi.
Secara alamiah, kulit dan permukaan epitel memiliki sistem innate protective yang akan menahan organisme patogen masuk. Substrat asam lemak bersifat toksik pada mikroorganisme sehingga bisa menghancurkan mikroorganisme patogen yang masuk. Sayangnya ada mikroorganisme yang dapat menghasilkan exfoliative toxin yang menyebabkan nekrolisis epidermis dan esotoksin yang menyebabkan toxic shock syndrome. Jenis jenis mikroorganisme penyebab toksin seperti ini antara lain : Staphylococcus aureus, S. epidermis.
Infeksi Jamur yaitu peradangan kulit disertai eritema dan gatal, dapat ditemukan sisik pada tepi kulit, nyeri, terjadi penebalan (pembengkakan),dll. Infeksi Bakteri yaitu perasaan tidak nyaman dan gatal – gatal, demam, apnea, sianosis, takikardia, penurunan berat badan, muntah, letargi, ruam, petekie, kemerahan, nyeri tekan, kulit terasa panas, bengkak,dll. Infeksi Virus yaitu demam, malaise, nyeri terutama pada persendian, gatal, kemerahan pada kulit, kerusakan integritas jaringan, sesak nafas., dll.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk pengkajian sistem integumen adalah dengan inspeksi dan palpasi. Sehingga masalah keperawatan yang sering muncul pada penyakit ini adalah Nyeri, Kerusakan integitas jaringan kulit, Hipertermi, Gangguan gambaran citra diri , Risiko terhadap penularan infeksi, Kebutuhan pemenuhan informasi, Kecemasan.
4.2 SaranInfeksi kulit khususnya jamur, virus, dan bakteri tidak dapat dianggap remeh. Efek
yang muncul dapat mengganggu keberlangsungan hidup individu baik itu fisik maupun psikologis individu. Kompetensi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang tepat diharapkan dapat mengatasi masalah di bidang integumen khususnya mengenai infeksi jamur, virus, dan bakteri.
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
23
Daftar Pustaka
Brown, Graham. Robin. 2005. Dermatologi : Catatan Kuliah Robin Graham-Brown. Jakarta: Erlangga
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta : EGCCapernito,J,L. 1999. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 2
(terjemahan). Jakarta : EGCCorwin, elizabeth J., 2008. Buku saku Patpfisiologi, Ed.3. Jakarta : EGC Corwin.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Ed 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGCDepartemen farmakologi FK UNSRI. 2004. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : EGCDjuanda, Adhi. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 3. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas IndonesiaDjohansjah, M. 1991. Pengelolaan Luka Bakar. Surabaya : Airlangga University PressHarahap, Marwali.2001.Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrateshttp://www.anneahira.com/patofisiologi-kulit.htm diakses pada tgl 13 maret 2014Long, Barbara, C. 1996. Perawatan medikal Bedah, Volume 1 (terjemahan). Bandung :
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 3. Jakarta : Media
AesculapiusMuttaqin Arif & Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Jakarta : Salemba MedikaSidharta , Priguna. 1994. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian RakyatSiregar, Sp.KK (K). 2002. Penyakit Jamur Kulit, E/2. Jakarta: EGC
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
24
Bakteri menginvasi kulit (100.000/mm2)
Hilangnya resistensi pejamu:sawar fisik yang terganggu, respon biokimiawi/humoral yang menurun, respon selular yang menurun
Lingkungan lembab
Peurunan fungsi imunitas
Infeksi bakteri
Melepas: Enzim, Eksotoksin, Endotoksin
Respon inflamasi
MK: Nyeri
Infeksi menyebar
Respon imunitas
Baik
MK: Gg. integritas kulitAbses
Buruk
Terbentuk jaringan parut Infeksi kronis
MK: Hipertemi
MK: Gg Citra diri
Lampiran 1
Web Of Caution (WOC)
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
25
Virus kontak dg sel rentan
Replikasi virus di epidermis
Imunitas ↓
Infeksi virus
Tumbuh Veruka vulgaris
Penebalan di stratum korneum
MK: Gg. citra diri
Respon inflamasi
MK: nyeri
Erupsi kulitGatal
MK: hipertermi
MK: Gg integritas kulit
Jamur kontak dg kulit
Eritematosa
MK: nyeri
Respon inflamasiInfeksi jamur
Pembentukan skuama
Gatal
Imunitas ↓
Kerontokkan rambutKulit rapuh
MK: Gg Integritas Kulit
MK: hipertermi
MK: Gg citra diri
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
26
Lampiran 2
Infeksi Virus Infeksi Jamur Infeksi BakteriEtiologi Human papiloma virus
(HPV)herpes zosterherpes simplexvaricela (cacar air)variola (cacar/smallpox)herpes zoster (cacar ular)veruka (kutil/common wart)
kelompok jamur dermatofit: microsporum, Trichophyton, dan epidermophyton, E. Floccosum, T. Mentagrophytes, M. Canis, M. gypseum, T. cocentricum, T. schoenleini dan T. tonsurans.
terbanyak di Indonesia: T. Rubrum
jamur candida patogen yaitu candida albican.
bakteri primer disebabkan oleh stafilakok koagulase positif, streptokok beta hemolitik
infeksi bakteri sekunder
Staphycoccus Aureus suatu bakteri koagulase positif
difteroid aerobicdifteroid anaerobicbakteri gram negatif bakteri tahan asam
Manifestasi Klinis
DemamMalaiseNyeri terutama pada
persendianGatalKemerahan pada kulit Kerusakan integritas
jaringanSesak nafas
Peradangan kulit, eritema dan gatal
Sisik pada tepi kulit
Nyeri Pembengkakan Lesi infeksi di vagina
menimbulkan rabas yang berwarna putih
perasaan tidak nyaman
gataldemam apneasianosistakikardiapenurunan berat badanmuntahletargiruam
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
27
seperti keju infeksi di mulut
menimbulkan ulkus – ulkus putih yang dikelilingi eritema dan sangat nyeri dan lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia, dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat disebut kerion pada dermatofitosis
petekienyeri tekankulit terasa panasbengkaktampak seperti kulit
jeruk yang mengelupas (peau d'orange) pada selulitis
kulit melepuh berisi cairan pada impetigo
menggigilsakit kepala (pada
kasus-kasus tertentu)tekanan darah
menurunPenatalaksanaan a. Herpes Zoster
Pengobatan dengan asiklofir oral, valasiklovir atau famsiklovir. Untuk zoster yang menyebar luas siklovir intravena
b. Herpes simpleksAnalgesic dalam dosis yang kuat dalam masa serangan primer. Kotrimoksazol oral dalam dosis 2x2 tab./hari. Zat pengering antiseptic seperti Povidoniodine, larutan garam faali, sebagai obat kompres.
c. Varisela untuk panas dapat diberikan asetosal atau antipiretik lain. Antihistamin oral diberikan bila ada gatal. Secara topikal diberikan bedak (losio kalamin). Istirahat dan tirah baring.
d. Kandiloma AkuminataPenutupan lesi dengan tingtura podofilin 25%, daerah sekitarnya dilapisi Vaseline untuk
Health Education :
f. Keringkan handuk setelah dipakai dan ganti sesering mungkin
g. Mandi rutin (min : 2x/hari), memakai sabun dan bersih
h. Simpan atau gantung pakaian di tempat kering
i. Pola hidup sehat. Hal yang mempengaruhi tumbuhnya jamur: udara yang panas, lembab, kebersihan diri yang kurang, kegemukan, sosial ekonomi rendah, pemakaian obat-obatan yang lama, adanya penyakit kronis
a. Infeksi Streptokokus SelulitisBila diduga selulitis diobati dengan penisilin. Bila terserang tungkai, istirahat di tempat tidur. Bila timbul daerah nekrosis jaringan yang luas maka perlu tindakan bedah mengangkat jaringan nekrotik (debridement).
b. Furunkulosis (Bisul)Pengobatan dengan anti bakteri topikal seperti mupirosi, obat anti bakteri untuk mandi, misalnya triklosan 2% dan flukloksasilin dalam waktu yang lama.
c. KarbunkelPengobatan : flukloksasilin
d. ImpetigoPada infeksi lokal pengobatan dengan antibiotik topikal seperti mupirosin.
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
28
menghindari iritasi. Pilihan lain adalah memakai krem 5-fluorourasil, bedah listrik, bedah eksisi, atau bedah beku
seperti TBC atau keganasan dan penyakit endokrin (diabetes mellitus).
j. Rajin menjemur kasur, agar bila ada jamur ataupun mikroorganisme patologi bisa mati terkena terik matahari.
Kolaborasi :e. Infeksi kulit:obat
anti jamur khusus yang diberikan secara topikal atau kadang-kadang sistemik.
f. Kandidiasis diterapi dengan krim atau supositoria antijamur.
g. Mitra seksual dari wanita dengan infeksi ragi vagina yang kronik juga munkin perlu diterapi.
Infeksi dalam memerlukan terapi anti jamur spesifik
Pada infeksi yang lebih luas dengan antibiotik sistemik seperti flukloksasilin atau eritromisin.
e. Staphylococal scalded skin syndromePengobatan dengan flukloksasilin parenteral.
f. Eritrasmadiobati dengan imidazol topikal (misalnya klortrimazol,Mikonazol) asam fusidat topikal, atau pemberian eritromisin oral selama dua minggu.
Komplikasi a. Zoster trigeminus dapat menimbulkan gangguan mata seperti konjungtivitas, keratitis, dan/atau iridosiklitis yang mebabkan peradangan sebagian atau seluruh bagian mata yang mengancam penglihatan.
b. Postherpetic neuralgia/ Neuralgia pasca Herpes. Merupakan nyeri di daerah kulit yang dipersarafi oleh saraf yang
a. Infeksi mendalam menyebabkan morbiditas yang bermakna.
b. Jaringan parut kulit atau alopesia (rambut rontok) akibat tinea kapitis.
c. Lesi mulut yang nyeri dan menurunnya berat badan pada penderita AIDS.
d. Kelinan kulit
tergantung dari efek yang ditimbulkan agen bakteri yang menginvasi.
Pada kasus folikulitis, furunkel dan karbunkel dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut, bakteremia atau selulitis
penyebaran kuman yang meluas
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
29
terkena herpes zoster. Nyeri ini bisa menetap selama beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya herpes zoster. Kadang pada oragtua bisa timbul bekas jaringan parut.
c. Kelemahan otot oleh karena zoster motoris yang menyerang serabut saraf.
d. Timbul penyakit Eksema herpetikum, penyakit ini merupakan infeksi herpes yang tersebar luas di tubuh dan terjadi pada eksema atopik. Bisa timbul limfadenopati dan kelemahan tubuh
karena mikosis yang dalam
menyebabkan cacat pada katup jantung atau arthritis pada persendian.
Keadaan yang sangat parah terjadi selulitis yang dalam dengan nekrosis jaringan yang parah disertai toksemia bisa cepat menyebabkan kematian
Selulitis pada ekstremitas bawah lebih besar kemungkinan menjadi tromboflebitis pada pasien lansia
Keperawatan Integumen Kelompok I (A-1/2011)Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Infeksi Jamur, bakteri, virus
30
Recommended