Download docx - Laporan Kelompok 1 FIX

Transcript
Page 1: Laporan Kelompok 1 FIX

SKENARIO B

A 17-year-old woman is admitted to the labour ward by ambulance because of a severe

headache and reduced fetal movements. This is her first pregnancy.

She did not discover that she was pregnant until very late and was uncertain of her last

menstrual period date so was dated by ultrasound scan at 23 weeks at that time the blood

pressure was 120/68 mmHg and protein urine was negative. According to that scan she is

now 37 weeks.

The blood pressure was last checked 1 week ago and was 132/74 mmHg and protein urine

was still negative. Booking blood test were all normal.

This morning she woke with a frontal headache which has persisted despite paracetamol. She

says that her vision is a bit blurred but she cannot be more specific about this. She also

reports nausea and epigastric discomfort, but has not vomited. She denies leg or finger

swelling.

Examination

In the examination findings:

Upon admission,

Height= 152 cm; Weight: 65 kg;

her BP was 180/110 mmHg. HR: 83x/min, RR: 24x/m. She is apyrexial.

Her face is minimally swollen and funduscopy is normal.

Cardiac and respiratory examination are normal.

Abdominally she is tender in the epigastrium and beneath the right costal margin, but the

uterus is soft and non-tender.

The legs and fingers are middly oedematous and lower limb reflexes are very brisk, with

clonus.

Obstetric examination:

1

Page 2: Laporan Kelompok 1 FIX

Outer examination: Fundal hight 32 cm, cephalic presentations, 3/5 palpable, no contraction

of the uteri

FHR: 150 x/menit

LABORATORY RESULTS

Normal range for pregnancy

Haemoglobin 11,6 g/dL 11-14 g/dL

Packed cell volume 42,2% 31-38%

Mean cell volume 79 fL 74,4-95,6 fL

White cell volume 5x103/mm3 6-16x103/mm3

Platelets 126x103/mm3 150-400x103/mm3

Sodium 141 mmol/L 130-140 mmol/L

Potasium 4.0 mmol/L 3,3-4,1 mmol/L

Urea 3,8 mmol/L 2,4-4,3 mmol/L

Creatinine 92 μmol/L 34-82 μmol/L

SGOT 189 IU/L 6-32 IU/L

SGPT 74 IU/L 30-300 IU/L

Gamma Glutamyl Transmirase 34 IU/L 5-43 IU/L

Lactat Dehidrogenase 853 IU/L < 600 IU/L

Bilirubin 12 μmol/L 3-14 μmol/L

Albumin 24 g/L 28-37 g/L

Uric acid 0.46 mmol/L 0,14-0,38 mmol/L

Urinalysis +++ protein

2

Page 3: Laporan Kelompok 1 FIX

A.Klarifikasi Istilah

1.reduced fetal movements : Penurunan pergerakan fetus

2. frontal headache : Sakit kepala pada daerah frontal

3.proteinuri : adanya protein serum yang berlebihan dalam urine

4.Booking blood test :

5.Epigastric discomfort : Sensasi tidak menyanangkan pada daerah epigastrium

6.Nause : Sensasi tidak menyenangkan mengacu pada epigastrium dan abdomen dengan

kecendrungan untuk muntah.

7.Leg or fingers swelling : pengumpulan cairan secara abnormal di dalam ruang jaringan

intercellular tubuh yang terjadi pada kaki dan jari

8.Paracetamol : Analgesik dan antipiretik yang mempunyai efek serupa dengan aspirin tapi

efek anti radangnya lemah.

9.Apyrexial : Tidak demam

B.Identifikasi Masalah

1. Seorang wanita 17 tahun G1P0A0 dibawa ke ruang bersalin karena menderita sakit kepala

berat dan penurunan gerakan fetus.

2.Riwayat Kehamilan :

- baru mengetahui hamil ketika d USG umur fetus 23 minggu dengan TD 120/68

mmHg dan proteinuri (-)

-1 minggu lalu TD : 132/74 mmHg dan proteinuri (-).

- Sekarang umur janin 37 minggu

3.Keluhan Tambahan :

-Pagi ini dia bangun dengan sakit kepala bagian frontal yang tidak sembuh dnegan

paracetamol

-Pengelihatannya agak sedikit kabur tetapi tidak yakin

3

Page 4: Laporan Kelompok 1 FIX

-Dia mengeluh mual dan tidak nyaman pada daerah epigastrium.tidak muntah

-Dia menyangkal pembengkakan pada kaki dan jari

4.Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

C.Analisis masalah

1.Bagaimana fisiologi terkait kehamilan?

Perubahan pada organ-organ reproduksi :

a. Uterus

Hormon estrogen & progesteron ↑ →Uterus membesar→hipertrofi otot polos

uterus, serabut-serabut kolagen menjadi higroskopik → uterus bisa mengikuti

pertumbuhan janin Berat uterus Normal : ± 30 gr. Pada akhir kehamilan (40 mgg)

→ 1000 gr

Ukuran uterus pd kehamilan cukup bulan :

30 x 25 x 20 cm dgn kapasitas > 4000 cc

Taksiran kasar perbesaran uterus pada perabaan tinggi fundus :

a. tidak hamil / normal : sebesar telur ayam (+ 30 g)

b. kehamilan 8 minggu : telur bebek

c. kehamilan 12 minggu : telur angsa

d. kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat

e. kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat

f. kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat

g. kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid

h. kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid

i. 36-42 minggu : 3 sampai 1 jari bawah xyphoid

Pada trimester akhir, isthmus lebih nyata menjadi bagian dari korpus uteri, dan

berkembang menjadi segmen bawah uterus. Karena kontraksi otot-otot bagian atas

uterus, segmen bawah uterus menjadi lebih lebar dan tipis; tampak batas yang

nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen bawah yang lebih tipis.

Tiga Trimester :

TM I : uk 0 – 12 mgg

4

Page 5: Laporan Kelompok 1 FIX

TM II : uk 13 – 28 mgg

TM III : uk 29 – 40 mgg

Posisi uterus dlm kehamilan

Pd permulaan kehamilan dlm letak antefleksi (letak Normal) & retofleksi

pd 4 bln kehamilan, rahim tetap berada dlm rongga pelvis. Stlh itu baru memasuki

rongga perut yg dlm pembesarannya dpt mencapai batas hati.

b. Servik Uteri

Servik uteri bertambah vaskularisasinya & mjd lunak → Tanda Goodell

c. Vagina / vulva

Terjadi hipervaskularisasi akibat pengaruh estrogen dan progesteron,

warna merah kebiruan (tanda Chadwick).

Proliferasi sel & hiperemia dr lap. Jaringan vagina mjd lebih tebal & lentur

→ untuk persiapan lewatnya bayi.

Sekresi vagina jadi lebih kental, putih & asam akibat dari me↑ jumlah

glikogen pada lapisan

d. Ovarium

Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta, terutama

fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium

tenang/beristirahat. Tidak terjadi pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak

terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal menstruasi.

e. Dinding Perut

Pembesaran rahim → peregangan → robeknya selaput elastis di bawah

kulit → Striae Gravidarum

Bila terjadi peregangan yg hebat ( hidramnion & gemeli ) → Diastasis

rekti bahkan hernia.

Kulit perut pada linea alba bertambah pigmentasinya → Linea nigra

(warna hitam).

f. Mammae

o Perubahan dimulai pada TM I → lebih besar & sensitif puting jadi lebih besar

& gelap

5

Page 6: Laporan Kelompok 1 FIX

o Areola mamae lebih gelap & luas Kelenjar sebasea pd areola mamae ( kelenjar

Montgomery ) → hipertrofi → puting & areola lembab Setelah ¾ mgg

kehamilan → pembesaran payudara → ductus lactiferous menjadi bercabang

dengan cepat pd 3 bulan pertama

o Pembentukan lobules & alveoli mulai memproduksi & mensekresi cairan yg

kental kekuningan → Kolostrum Pd TM III → aliran darah didlmnya lambat

& payudara mjd besar lagi

o Pembesaran payudara → perubahan titik pusat berat tubuhnya.

o Dgn dilahirkannya plasenta pengaruh Estrogen, Progesteron &

Somatomamotropin terhadap hipotalamus hilang shg Prolaktin dpt dikeluarkan

& laktasi terjadi.

Perubahan pada organ sistem tubuh lain

a. Sistem gastrointestinal

Estrogen dan hCG meningkat dengan efek samping mual dan muntah-

muntah, selain itu terjadi juga perubahan peristaltik dengan gejala sering

kembung, konstipasi, lebih sering lapar / perasaan ingin makan terus

(mengidam), juga akibat peningkatan asam lambung. Pada keadaan patologik

tertentu dapat terjadi muntah-muntah banyak sampai lebih dari 10 kali per hari

(hiperemesis gravidarum).

b. Sistem respirasi

Sistem respirasi pada seorang hamil pada kehamilan 32 minggu keatas

umumnya merasakan sesak dan pendek nafas, hal ini karena usus-usus tertekan

oleh uterus yg membesar kearah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa

bergerak.

Kebutuhan oksigen meningkat sampai 20%, selain itu diafragma juga

terdorong ke kranial -> terjadi hiperventilasi dangkal (20-24x/menit) akibat

kompliansi dada (chest compliance) menurun. Volume tidal meningkat. Volume

residu paru (functional residual capacity) menurun. Kapasitas vital menurun.

c. Sistem sirkulasi / kardiovaskular

6

Page 7: Laporan Kelompok 1 FIX

Turunnya tekanan darah pada kehamilan normal : karena vasodilatasi

perifer. Vasodilatasi perifer disebabkan penurunan tonus otot polos arteriol,

akibat

1. meningkatnya kadar progesteron dalam sirkulasi

2. menurunnya kadar vasokonstriktor (adrenalin/noradrenalin/ angiotensin II)

3. menurunnya respons dinding vaskular terhadap vasokonstriktor akibat

produksi vasodilator / prostanoid yang juga tinggi (PGE2 / PGI2)

4. menurunnya aktifitas susunan saraf simpatis vasomotor

Pada trimester ketiga akan terjadi peningkatan tekanan darah yang normal

ke tekanan darah sebelum hamil. + 1/3 pasien pre-eklampsia : terjadi pembalikan

ritme diurnal, tekanan darah naik pada malam hari. Juga terdapat perubahan lama

siklus diurnal menjadi 20 jam per hari, dengan penurunan selama tidur, yang

mungkin disebabkan perubahan di pusat pengatur tekanan darah atau pada refleks

baroreseptor.

d. Regulasi volume darah.

Pengendalian garam dan homeostasis juga meningkat pada pre-eklampsia.

Kemampuan mengeluarkan natrium terganggu, tapi derajatnya bervariasi. Pada

keadaan berat mungkin juga tidak ditemukan edema (suatu "pre-eklampsia

kering").

Jika ada edema interstisial, volume plasma lebih rendah dibandingkan

wanita hamil normal, dan dengan demikian terjadi hemokonsentrasi. Porsi

cardiac output untuk perfusi perifer relatif turun. Perfusi plasenta melakukan

7

Page 8: Laporan Kelompok 1 FIX

adaptasi terhadap perubahan2 ini, maka pemakaian diuretik adalah TIDAK sesuai

karena justru akan memperburuk hipovolemia. Plasenta juga menghasilkan renin,

diduga berfungsi cadangan untuk mengatur tonus dan permeabilitas vaskular

lokal demi mempertahankan sirkulasi fetomaternal.

Perubahan metabolisme steroid tidak jelas. Kadar aldosteron turun, kadar

progesteron tidak berubah. Kelainan fungsi pembekuan darah ditunjukkan

dengan penurunan AT III. Rata-rata volume darah pada penderita pre-eklampsia

lebih rendah sampai + 500 ml dibanding wanita hamil normal.

e. Sistem traktus urinarius

Ureter membesar, tonus otot-otot saluran kemih menururn akibat

pengaruh estrogen dan progesteron. Kencing lebih sering (poliuria), laju filtrasi

meningkat sampai 60%-150%. Dinding saluran kemih dapat tertekan oleh

perbesaran uterus, menyebabkan hidroureter dan mungkin hidronefrosis

sementara.

Kadar kreatinin, urea dan asam urat dalam darah mungkin menurun

namun hal ini dianggap normal.

f. Otak 

Pada hamil normal, perfusi serebral tidak berubah, namun pada pre-eklampsia

terjadi spasme pembuluh darah otak, penurunan perfusi dan suplai oksigen otak

8

Page 9: Laporan Kelompok 1 FIX

sampai 20%. Spasme menyebabkan hipertensi serebral, faktor penting terjadinya

perdarahan otak dan kejang / eklampsia.

g. Hati 

Terjadi peningkatan aktifitas enzim-enzim hati pada pre-eklampsia, yang

berhubungan dengan beratnya penyakit.

h. Kulit

Peningkatan aktifitas melanophore stimulating hormon menyebabkan

perubahan berupa hiperpigmentasi pada wajah (kloasma gravidarum), payudara,

linea alba (-> linea grisea), striae lividae pada perut, dsb.

Peningkatan Berat Badan selama Kehamilan

Normal berat badan meningkat sekitar 6-16 kg, terutama dari pertumbuhan isi

konsepsi dan volume berbagai organ / cairan intrauterin.

Berat janin + 2.5-3.5 kg, berat plasenta + 0.5 kg, cairan amnion + 1.0 kg, berat

uterus + 1.0 kg, penambahan volume sirkulasi maternal + 1.5 kg, pertumbuhan

mammae + 1 kg, penumpukan cairan interstisial di pelvis dan ekstremitas + 1.0-1.5

kg.

Fisiologi vaskularisasi plasenta

Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari

cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut

menembus Myometrium berupa arteri arkuata dan arteri arkuata memberi cabang

arteri radialis. Arteria radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan

arteri basalis memberi cabang arteri spiralis.

Pada hamil normal, tanpa sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas ke

dalam lapisan otot arteri spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut

sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar

arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen

arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri

spiralis ini memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular,

dan peningkatan aliran darah pada utero plasenta. Akibatnya, aliran darah ke janin

9

Page 10: Laporan Kelompok 1 FIX

cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin

pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini dinamakan " remodelling arteri spiralis".

2.Apa dampak kehamilan yang dideteksi terlambat?

Hal Ini bisa menyebabkan si ibu kurang menjaga kesehatan diri dan janin sehingga Ibu tidak

memeriksaan kehamilannya.

3.Bagaimana hubungan usia ibu dengan keadaan kehamilannya?

MacGillivray, 1958 mengatakan preeklampsia terjadi 5,6% pada primipara dan hanya 0,3%

terjadi pada multipara. karena pada primigravida pembentukan antibodi penghambat

(blocking antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan risiko terjadinya

preeklampsia. Perkembangan preeklampsia semakin meningkat pada umur kehamilan

pertama dan kehamilan dengan umur yang ekstrem, seperti terlalu muda atau terlalu tua.

Hubungan usia 17 tahun terhadap kehamilannya yaitu biasa anak hamil dengan usia muda

cenderung mendapatkan penolakan sosial dari lingkungan, pada kasus ini kemungkinan

terjadi buruknya antenatal care, gizi yang tidak baik, dan tingginya insiden untuk

menyembunyikan kehamilan.

4.Apa penyebab terjadinya sakit kepala berat dan penurunan pergerakan fetus pada

kehamilan?

Penyebab sakit kepala berat :

Hipertensi (dalam kehamilan)

TIA/stroke

Migraine

Glaukoma akut

Gangguan saraf optik (gangguan visus, bisa terjadi pada optalmopati Grave derajat akhir)

Tumor otak

Trauma

Infeksi

Pada kasus kemungkinan etiologinya hipertensi. Tekanan darah yang tinggi dapat

menyebabkan hiperperfusi otak dan vasogenik edema yang dapat menimbulkan rasa nyeri

kepala. Nyeri kepala pada masa hamil dapat merupakan  gejala pre-eklampsia.

Penyebab patologis berkurangnya gerakan janin :

10

Page 11: Laporan Kelompok 1 FIX

1.    Sedatif ( kokain, alkohol, opiat)

2.    Penurunan perfusi plasenta

3.    Anemia janin

4.    Kelainan neurologis

5.    Oligohidramnion atau polihidramnion

6.    Infeksi janin

5.Bagaimana mekanisme sakit kepala berat dan penurunan pergerakan fetus pada kehamilan?

Sakit kepala hebat terjadi akibat adanya hiperfusi otak yang mengakibatkan

vasospastik edema sehingga menimbulkan nyeri. Hal ini terjadi akibat pada

preeclampsia terjadi vasokonstriksi sistemik sehingga menyebabkan spasme aretri

pada otak, selain itu disfungsi endotel yang terjadi akibat radikal bebas yang dilepas

plasenta akan meningkatkan permeabilitas membrane endotel yang diperparah dengan

proteinuria dapat menyebabkan transudasi cairan dan edema, hal ini akan

meningkatkan tekanan intracranial dan menimbulkan nyeri. Sakit kepala lebih pada

bagian frontal dihipotesiskan akibat adanya aktivasi mekanik dari pressure sensitive

ocular fiber pada divisi ophtalmika nervus trigimenus V1. Hal ini sering terjadi pada

kasus hipertensi yang tinggi. Dikatakan bahwa terjadi alterasi di aliran darah ocular

choroidal akibat hipertensi dan vasokonstriksi. Akibat hipertensi akan menginduksi

choroidal overperfusi dan terjadi kongesti ocular yang relative cepat. Hal ini

mengakibatkan intermittent mechanical activation of pressure, yang kemudian

mensesitisasi serat saraf sensitive pada optalmic sehingga terjadi nyeri kepala. Sakit

ini juga mengikuti irama sirkadian dikaitkan dengan aktiitas sistem saraf otonom yang

salah satunya adalah peningkatan tekanan intraocular pada pagi hari, inilah yang

menyebabkan gejala sakit kepala sering terjadi di pagi hari.

Penurunan pergerakan janin terjadi akibat adanya lingkaran setan hipoperfusi plasenta

akibat vasokontriksi dan hipertensi. Pada Preeklampsi terjadi penurunan aliran darah ke janin

khususnya ekstrimitas, ginjal dan perut, untuk mensuplai organ yang lebih vital pada janin.

Akibatnya akan terjadi penurunan suplai oksigen dan ATP. Energy yang kurang ini akan

mengakibatkan penurunan aktivitas janin. Selain itu akibat kurangnya oksigen akan terjadi

metabolism anaerob pada janin dengan hasil penumpukkan laktat tang akan menimbulkan

asidosis. Asidosis ini menyebabkan janin tidak sadar dan berhenti bergerak.

11

Page 12: Laporan Kelompok 1 FIX

6.Mengapa sakit kepala tidak sembuh dengan paracetamol?

Karena paracetamol tidak mengatasi penyebab awalnya yaitu hipertensi dalam kehamilan

sehingga sakit kepalanya tidak hilang. Kerja paracetamol menghambat COX 1 dan COX 2

sementara dalam kasus sakit kepala disebabkan karena hiperperfusi ke otak akibat hipertensi

sehingga gejala sakit kepala tetap ada (persistent) walaupun mungkin gejalanya berkurang.

7.Mengapa dia mengalami penurunan pengelihatan tapi funduskopi normal?

Hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia) pasokan darah ke arteri di retina berkurang

spasme arteri retina (dapat pula disertai edema karena proteinuria) gangguan penglihatan

(dapat berupa pandangan kabur, skotoma, amaurosis, dan ablatio retina)

Karena terjadispasmus arteriola terutama dekat dengan discus optikulus perubahan aliran

darah dalam pusat penglihatan di cortex cerebri bisa jadi edema pada arteri retina.

Fundruskopinya normal untuk membedakan hipertensi menahun sama eclampsia, kalo

preeclampsia tidak ada pendarahan dan eksudat sedangkan hiperetensi menahun itu ada.

8.Apa Dampak penggunaan paracetamol pada ibu hamil?

Paracetamol termasuk dalam kategori B dimana belum ada penelitian yang

memastikan bahwa paracetamol tidak aman untuk ibu hamil. Aman jika dosis rendah dan

jangka pendek.

9.Apa penyebab dan mekanisme nausea dan epigartrium discomfort pada kasus ini?

Hal ini disebabkan akibat terjadinya subkaspular hematoma. Pada PE, hipertensi dan

vasokontriksi pada arteri hepatica akan menyebabkan hypoxia bahkan iskemia pada

sel hepar. Bila ini berlanjut akan terjadi nekrosis pada sel hepatosit. Nekrosis selain

mnyebabkan kematian sel juga akan menyebabkan destruksi pembuluh darah di

sekitar sel yang akan menyebabkan perdarahan atau dapat dikatakan terjadi nekrosis

hemoragik periporta perifer lobules hepar, yang kemudian disusul terjadinya rupture

hepatika. Perdarahan ini dapat keluar dan mengisi ruang kapsula glisoni yang

melingkupi hepar. Akibatnya akan terjadi regangan pada kapsula glisoni yang akan

menimbulkan manifestasi nyeri epigastrium dan mual. Selain itu hipertensi pada PE

akan meningkatkan respon simpatis yang salah satunya berdampak pada traktus

gastrointestinal. Akibat rangsangan berlebih ini akan terjadi hypoxia duodenal yang

mengakibatkan penumpukan ion H+ dan otomatis peningkatan HCL. Hal inilah yang

12

Page 13: Laporan Kelompok 1 FIX

menimbulkan nyeri epigastrik. Akumulasi gas akibat peningkatan HCL akan

menyebabkan perasaan mual.

Secara skematis gambarannya adalah :

Vasokontriksi di arteri hepatica hipoperfusi iskemia nekrosis dimana

pembuluh darah juga ikut rusak perdarahan merembes ke kapsula glisson

peregangan kapsula glisson nyeri epigastrium.

Bila terjadi perdarahan sel periportal lobus perifer nekrosis sel hepar dan

peningkatan enzim hepar Perdarahan dapat meluas hingga di bawah kapsula hepar

subkapsular hematoma rasa nyeri di epigastrium

Hipertensi rangsangan simpatis hipoksia duodenal mual

10.Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik dan bagaimana mekanisme ?

Kesadaran compos mentis

Pemeriksaan Scenario Nilai normal Intepretasi

Tekanan darah 180/110 100-120/60-80 Hipertensi

RR 24 x Tidak hamil: 16-

20 x

Takipneu akibat

kehamilan

Nadi 83 60-100 normal

Suhu Normal 36,5-37.,2 normal

Wajah Minimaly swolen Tidak ada edema edema

Funduskopi,

thorax

Normal - Normal

Abdomen Tender

epigastrium

beneath right

costal margin.

Uterus soft and

not tender

Tidak ada tender

epigastrium

Terjadi

kemungkinan

subkapsular

hematoma. Tidak

terjadi

peningkatan tonus

pada uterus

Ekstrimitas Mildly edema Tidak ada edema edema

Reflex Lower limb reflex

very brisk with

Reflex +2, tidak

ada klonus

Gangguan pada

sistem saraf

13

Page 14: Laporan Kelompok 1 FIX

clonus

Mekanisme

Hipertensi

Hipertensi terjadi akibat kegagalan invasi trofoblas pada arteri spiralis untuk

mengubahnya menjadi bentuk yang lebih elastic akibat kegagalan ekspresi beberapa

molekul adhesi dan juga dipengaruhi faktor resiko seperti primigraida dan usia muda.

Hal ini akan mengakibatkan terjadinya iskemia plasenta. Plasenta kemudian akan

mengeluarkan radiikal bebas akibat terjadinya iskemia berupa hidroksil. ROS ini

bersifat toksis terhadap membrane endotel pembuluh darah dan akan merusak

membrane yang banyak mengandung asam lemak tak jenuh untuk diubah menjadi

peroksida lemak. Peroksida lemak yang dibawa oleh lipoprotein ini juga merusak

membrane endotel lebih parah yaitu pada nucleus dan protein sel endotel. Akibatnya

terjadilan disfungsi endotel. Akibat disfungsi ini akan terjadi gangguan metabolism

zat vasodilator seperti prostasiklin, NO. dan terjadi peningkatan zat vasokonstriktor

seperrti endhotelin 1. Disfungsi endotel juga akan memacu terjadinya agregasi

trombosit untuk menutupi ldarah yang rusak pada endotel. Agregasi ini akan memicu

diproduksinya tromboksan yang merupakan vasokonstriktor kuat. Peningkatan rasio

vasokonstriktor dibanding vasodilator ini akan menyebabkan hipertensi sistemik.

Edema

Akibat disfungsi endotel akan terjadi peningkatan permeabilitas membrane yang

memacu transudasi cairan ke intertistial. Selain itu adanya proteinuria akan

menyebabkan hipoalbuminemia. Hal ini akan menurunkan tekanan onkotik plasma

yang memicu terjadinya difusi cairan dari intravascular ke intertistial sehingga

terjadilah edema

Nyeri epigastrik

Hal ini disebabkan akibat terjadinya subkaspular hematoma. Pada PE, hipertensi dan

vasokontriksi pada arteri hepatica akan menyebabkan hypoxia bahkan iskemia pada

sel hepar. Bila ini berlanjut akan terjadi nekrosis pada sel hepatosit. Nekrosis selain

mnyebabkan kematian sel juga akan menyebabkan destruksi pembuluh darah di

sekitar sel yang akan menyebabkan perdarahan atau dapat dikatakan terjadi nekrosis

hemoragik periporta perifer lobules hepar, yang kemudian disusul terjadinya rupture

hepatika. Perdarahan ini dapat keluar dan mengisi ruang kapsula glisoni yang

melingkupi hepar. Akibatnya akan terjadi regangan pada kapsula glisoni yang akan

14

Page 15: Laporan Kelompok 1 FIX

menimbulkan manifestasi nyeri epigastrium dan mual. Selain itu hipertensi pada PE

akan meningkatkan respon simpatis yang salah satunya berdampak pada traktus

gastrointestinal. Akibat rangsangan berlebih ini akan terjadi hypoxia duodenal yang

mengakibatkan penumpukan ion H+ dan otomatis peningkatan HCL. Hal inilah yang

menimbulkan nyeri epigastrik. Akumulasi gas akibat peningkatan HCL akan

menyebabkan perasaan mual.

Peningkatan reflex dan klonus

Pada PE akan terjadi edema serebri, vasospasme dan iskemin serebri. Hal ini akan

mengakibatkan terjadinya gangguan pada sistem saraf pusat yang memacu terjadinya

hiperefleksia dan klonus. Klonus merupakan salah satu indicator awal untuk

terjadinya eklampsia.

11.Bagaimana mekanisme kebnormalan hasil pemeriksaan laboratorium?

Hal Kasus Nilai Normal Interpretasi

Hemoglobin 11,6 g/dl 11-14 g/dl Normal

Packed cell volume 42,2 % 31-38 % Meningkat

Mean cell volume 79 fl 74.4-95.6 fL Normal

White cell count 5000 / mm3 6000-16000 /mm3 Leukopenia

Platelet 126000 / mm3 150.000-400000/

mm3

Trombositopenia

Sodium 141 mmol/L 130-140 mmol/L Meningkat

Potassium 4.0 mmol/L 3,3-4.1 mmol/L Normal

Urea 3.8 mmol/L 2,4-4,3 mmol/L Normal

Creatinin 92mikromol/L 34-82 mikromol/L Meningkat

SGOT 189 IU/L 6-32 IU/L Meningkat

SGPT 74 IU/L 30-300 IU/L Normal

Gamma glutamyl 34 IU/L 5-43 IU/L Normal

15

Page 16: Laporan Kelompok 1 FIX

transaminase

Lactat dehidrogenase 853 IU/L <600 IU/L Meningkat

Bilirubin 12 mikromol/L 3-14 mikromol/L Normal

Albumin 24 g/dl 28-37 g/dl Hipoalbuminemia

Uric acid 0.46 mmol/L 0.14-0.38 mmol/L Meningkat

Urinalysis +++ protein - Protein Proteinuria

- hipovolemia oliguria bahkan anuria penurunan filtrasi glomerulus

menurunnya sekresi asam urat dan kreatinin kadar asam urat dan kreatinin serum

meningkat

- Kerusakan sel glomerulus permeabilitas membran basalis meningkat kebocoran

dan mengakibatkan proteinuria.

- Hematokrit meningkat karena hipovolemia menggambarkan beratnya preeclampsia.

- hipoalbuminemia

o albumin dibentuk dari asam amino dan mineral di dalam mikrosom sel.

Bila ibu hamil dengan intake asam amino dan mineral yang << maka albumin

tidak dapat dibentuk →hipoalbuminemia.

o Pada PEB terjadi kerusakan endotel + ekstravasasi cairan → hipoalbumin.

- Faktor resiko hipoperfusi uteroplasenta aktivasi endotel aktivasi koagulasi ->

trombositopenia

- Vasokontriksi hepar iskemia nekrosis hepar mengeluarkan enzim-enzim

seperti SGOT dan laktat dehidrogenase

12.Apa DD kasus ini?

16

Page 17: Laporan Kelompok 1 FIX

Sumber: Acta Clinica, 2010;65-2 (Sibai, BM. Imitators of Severe Preeclampsia. Obstet

Gynecol 2007;109:956-66

13.Apa pemeriksaan tambahan yang perlu dilakukan?

Berdasarkan pemeriksaan yang ada di kasus, sebenarnya sudah bisa ditegakkan

diagnosis preeklamsi berat dengan komplikasi sindroma HELLP.

Pemeriksaan Penunjang lain yang diperlukan untuk menyingkirkan DD:

1. Pemeriksaan darah tepi:

Pada sindroma HELLP akan terlihat gambaran spherocytes, schistocytes, triangular cell dan

burr cell.

17

Page 18: Laporan Kelompok 1 FIX

Gambar 1. Schistocytes dan Spherocytes (Dikutip dari Weinstein)

Gambar 2. Burr cell (Dikutip dari Weinstein )

Sumber: Weinstein L. Syndrome of Hemolysis, Elevated Liver Enzymes and Low Trombosit

counts : A Severe Consequence of Hypertension in Pregnancy. AmJ Obstet Gynecol 1982 ;

142 : 159 – 67.

18

Page 19: Laporan Kelompok 1 FIX

2. Pemeriksaan Patologi Anatomi:

Gambaran histopatologisnya berupa nekrosis parenkhim periportal dan atau fokal yang

disertai dengan deposit hialin yang besar dari bahan seperti fibrin yang terdapat pada

sinusoid. Pada penelitian dengan imunoflourescen dijumpai mikrotrombi fibrin dan deposit

fibrinogen pada sinusoid dan daerah hepatoselular yang nekrosis.

Gambar 3. Deposisi fibrin pada daerah periportal (Dikutip dari Barton )

Sumber: Barton JR, Riely CA, Adamec TA, etal. Hepatic Hispatologic in Condition does

not Correlate with Laboratory Abnormalities in HELLP Syndrome (hemolysis, elevated liver

enzymes and low trombosit counts). AmJ. Obstet Gynecol 1992 ; 167 : 1538– 43.

14.Apa WD kasus ini?

pre eclampsia berat dengan sindroma HELLP

15.Apa etiologi kasus ini?

Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.

Faktor resiko

19

Page 20: Laporan Kelompok 1 FIX

Terdapat banyak faktor resiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat

dikelompokkan dalam faktor resiko sebagai berikut :

1. Primigravida, primipaternitas

2. Hiperplasentosis, misalnya mola hitadinosa, kehamilan multipel, diabetes mellitus,

hidrops fetalis, bayi besar

3. Umur yang ekstrem

4. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia

5. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil

6. Obesitas

16.Bagaimana epidemiologi kasus ini? Sintesis

17.Bagimana manifestasi kasus ini? Sintesis

18.Bagaimana patofisiologi kasus ini?

Banyak teori yang coba menjelaskan mekanisme dari PEB. Salah satunya adalah

iskemia plasenta. Secara umum dari awal terjadi kegagalan invasi trofoblast ke arteri

spiralis. Normalnya invasi sitotrofoblast akan merubah arteri spiralis dari struktur

kecil dan muscular menjadi memiliki kapasita besar dan resistensi rendah untuk

menjamin aliran darah fetomaternal. Proses ini terjadi dengan penggantian

endothelium tunika media oleh sitotrofoblas. Proses ini disebut pseudovaskularisasi.

Proses ini dimulai dari trimester 1 sampai umur kehamilan 18-20 minggu. Namun,

pada PE akan terjadi kegagalan alterasi pada ekspresi molekul yang dibutuhkan untuk

diferensiasi sitotrofoblas guna proses psudovaskularisasi, misalnya tidak terjadi

upregulasi dari MMP-9 dan HLA-g. hal ini menyebabkan sitortrofoblas gagal

mengantikan tunika media, akibatnya arteri akan tetap intact dan sifatnya lebih ke

vasokonstriksi. Juga dikatakan terjadi penurunan faktor proangiogenic dan

peningkatan faktor antiangiogenik pada plasenta yang memicu PE

20

Page 21: Laporan Kelompok 1 FIX

Menurut Jaffe dkk. (1995), pada preeklampsia ada dua tahap perubahan yang

mendasari patogenesanya. Tahap pertama adalah: hipoksia plasenta yang terjadi

karena berkurangnya aliran darah dalam arteri spiralis. Hal ini terjadi karena

kegagalan invasi sel tropoblast pada dinding arteri spiralis pada awal kehamilan dan

awal trimester kedua kehamilan sehingga arteri spiralis tidak dapat melebar dengan

sempurna dengan akibat penurunan aliran darah dalam ruangan intervilus diplasenta

sehingga terjadilah hipoksia plasenta.1

Gambar 1 . Skema Patogenesis Preeklampsia (Robson S. C.,1999)1

Hipoksia plasenta yang berkelanjutan ini akan membebaskan zat-zat toksis seperti

sitokin, radikal bebas dalam bentuk lipid peroksidase dalam sirkulasi darah ibu, dan

akan menyebabkan terjadinya oxidatif stress yaitu suatu keadaan di mana radikal

21

Page 22: Laporan Kelompok 1 FIX

bebas jumlahnya lebih dominan dibandingkan antioksidan (Robert J. M., 2004).

Oxidatif stress pada tahap berikutnya bersama dengan zat toksis yang beredar dapat

merangsang terjadinya kerusakan pada sel endothel pembuluh darah yang disebut

disfungsi endothel yang dapat terjadi pada seluruh permukaan endothel pembuluh

darah pada organ-organ penderita preeklampsia.

Pada disfungsi endothel terjadi ketidakseimbangan produksi zat-zat yang bertindak

sebagai vasodilator seperti prostasiklin dan nitrat oksida, dibandingkan dengan

vasokonstriktor seperti endothelium I, tromboxan, dan angiotensin II sehingga akan

terjadi vasokonstriksi yang luas dan terjadilah hipertensi. Peningkatan kadar lipid

peroksidase juga akan mengaktifkan sistem koagulasi, sehingga terjadi agregasi

trombosit dan pembentukan thrombus. Secara keseluruhan setelah terjadi disfungsi

endothel di dalam tubuh penderita preeklampsia jika prosesnya berlanjut dapat terjadi

disfungsi dan kegagalan organ seperti:

Pada ginjal: hiperuricemia, proteinuria, dan gagal ginjal.

Penyempitan pembuluh darah sistemik ditandai dengan hipertensi.

Perubahan permeabilitas pembuluh darah ditandai dengan oedema paru dan oedema

menyeluruh.

Pada darah dapat terjadi trombositopenia dan coagulopathi.

Pada hepar dapat terjadi pendarahan dan gangguan fungsi hati.

Pada susunan syaraf pusat dan mata dapat menyebabkan kejang, kebutaan, pelepasan

retina, dan pendarahan.

Pada plasenta dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, hipoksia janin, dan

solusio plasenta.1

Menurut Hubel (1989), Vasokonstriksi merupakan dasar patogenesis Preeklampsia.

Vasokonstriksi menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan

hipertensi. Adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel

setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriole disertai perdarahan

mikro pada tempat endotel. Selain itu Hubel mengatakan bahwa adanya

vasokonstriksi arteri spiralis akan menyebabkan terjadinya penurunan perfusi

22

Page 23: Laporan Kelompok 1 FIX

uteroplasenter yang selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi plasenta. Hipoksia/

anoksia jaringan merupakan sumber reaksi hiperoksidase lemak, sedangkan proses

hiperoksidasi itu sendiri memerlukan peningkatan konsumsi oksigen, sehingga

dengan demikian akan mengganggu metabolisme di dalam sel Peroksidase lemak

adalah hasil proses oksidase lemak tak jenuh yang menghasilkan hiperoksidase lemak

jenuh. Peroksidase lemak merupakan radikal bebas. Apabila keseimbangan antara

perok sidase terganggu, dimana peroksidase dan oksidan lebih dominan, maka akan

timbul keadaan yang disebut stess oksidatif.2

23

Page 24: Laporan Kelompok 1 FIX

Gambar 2. Kesimpulan Patofisiologi Preeklampsia2

19.Bagaimana tatalaksana dalam kasus ini?

Rujuk ke dokter spesialis kandungan

Pengobatan medikamentosa pasien preeklampsia berat adalah : 

a. Segera masuk rumah sakit. 

b. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap 30 menit, refleks

patella setiap jam. 

24

Page 25: Laporan Kelompok 1 FIX

c. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc/jam)

500 cc. 

d. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam. 

e. Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4). 

Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4) IV (20% dalam 20 cc) selama 1 gr/menit

kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4

gram di pantat kiri dan 4 gr di pantat kanan (40% dalam 10 cc) dengan jarum no

21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan xylocain 2% yang

tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM. 

Dosis ulang : diberikan 4 gr IM 40% setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu

dosis ulang diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak

melebihi 2-3 hari. 

Syarat-syarat pemberian MgSO4 

o Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10% 1 gr (10% dalam

10 cc) diberikan IV dalam 3 menit. 

o Refleks patella positif kuat. 

o Frekuensi pernapasan lebih 16 x/menit. 

o Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/KgBB/jam)

MgSO4 dihentikan bila : 

o Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, refleks fisiologis

menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan

selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot

pernapasan karena ada serum 10 U magnesium pada dosis adekuat adalah 4-

7 mEq/liter. Refleks fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar

12-15 mEq/liter dapat terjadi kelumpuhan otot pernapasan dan > 15

mEq/liter terjadi kematian jantung.

Bila timbul tanda-tanda keracunan MgSO4

Hentikan pemberian MgSO4

Berikan calcium gluconase 10% 1 gr (10% dalam 10 cc) secara IV dalam

waktu 3 menit

Berikan oksigen

Lakukan pernapasan buatan

25

Page 26: Laporan Kelompok 1 FIX

o MgSO4 dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sedah terjadi

perbaikan (normotensi).

Di RSU Dr soetomo Surabaya batas tekanan darah pemberian antihipertensi

ialah apabila tekanan sistolik ≥180 mmHg dan/atau tekanan diastolic ≤110 mmHg.

Tekanan darah diturunkan secara bertahap yaitu penurunan awal 25% dari tekanan

sistolik dan tekanan darah diturunkan mencapai <160/105 atau MAP <125.

o Antihipertensi lini pertama

Nifedipin dosisi 10-20 mg per oral diulangi setelah 30 menit, maksimum 120

mg dalam 24 jam

Antihipertensi lini kedua

Sodium nitropuriside : o,25 mikrogram i.v/kg/menit; ditingkatkan 0,25

mikrogram i.v/kg/5 menit

Diazokside 3060 mg i.v/5 menit atau i.v infuse 10 mg/menit/dititrasi

ACEI tidak diberikan pada ibu hamil

Antihipertensi ACE inhibitor diduga terlibat dalam kecacatan janin. Yang paling

banyak yaitu enalapril. Konsekuensi paling berat yaitu disgenesis tubulus ginjal

yang menyebabkan oligohidramnion awitan dini, hipoplasia paru, dan kontraktur

ekstremitas, serta kematian perinatal. Barr dan Cohhen, 1991, hipokalvaria –

hipoplasia tulang tengkorak diduga terlibat dengan pajanan ACEI.

Glukokortikoid

Diberikan pada sindroma HELLP. Deksametason 10 mg i.v tiap 12 jam

Tujuan pemberian deksametason yaitu untuk kehamilan preterm, meningkatkan

pematangan paru janin dan mempercepat perbaikan gejala klinik dan laboratorik.

Perbaikan gejala klinik diketahui dengan meningkatnya produksi urin, trombosit,

menurunnya tekanan darah, menurunnya kadar LDH, dan AST.

Sikap terhadap kehamilannya

Berdasar Williams Obstetrics ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan

gejala-gejala preeclampsia berat selama perawatan maka sikap kehamilan dibagi

menjadi :

Aktif berarti kehamilan segera diakhiri / diterminasi bersamaan

dengan pemberian pengobatan medikamentosa

26

Page 27: Laporan Kelompok 1 FIX

Konservatif L: berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian

pengobatan medikamentosa

Perawatan aktif : sambil mengobati kehamilan diakhiri :

Indikasi perawatan aktif ialah bila didapatkan satu / lebih keadaan di bawah ini :

Ibu

o Umur kehamilan ≥ 37 minggu dikatakan preeclampsia berat.

o Adanya tanda/gejala impending eclampsia

o Kegagalan terapi pada perawatan konservatif yaitu keadaan klinik dan

laborarorik memburuk

o Diduga terjadi solusio plasenta

o Timbul onset persalinan, ketuban pecah, dan perdarahan

Janin

o Adanya tanda-tanda fetal distress

o Adanya tanda-tanda intrauterine growth restriction (IUGR)

o NST nonreaktif dengan profil biofisik abnormal

o Terjadinya oligohidramnion

Laboratorik

o Adanya tanda-tanda sindroma HELLP khususnya menurunnya

trombosit dengan cepat

Dalam kasus didapatkan usia kehamilan ibu ≥37 minggu dan ada tanda sindroma

HELLP sehingga harus diterminasi. Sehingga dipersiapkan untuk kelahiran. Karena di

dalam kasus belum ada kontraksi maka bisa diinduksi persalinan dengan injeksi

oksitosin 10 IU (1 ampul).

20.Apa komplikasi kasus ini?

Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi dibawah ini biasanya

terjadi pada Preeklampsia berat dan eklampsia.

1. Solusio plasenta. Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan

lebih sering terjadi pada Preeklampsia.

2. Hipofibrinogenemia. Pada Preeklampsia berat

27

Page 28: Laporan Kelompok 1 FIX

3. Hemolisis. Penderita dengan Preeklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala

klinik hemolisis yang di kenal dengan ikterus. Belum di ketahui dengan pasti apakah

ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis

periportal hati sering di temukan pada autopsi penderita eklampsia dapat

menerangkan ikterus tersebut.

4. Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal

penderita eklampsia.

5. Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlansung sampai

seminggu.

6. Edema paru-paru.

7. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada Preeklampsi – eklampsia merupakan

akibat vasopasmus arteriol umum.

8. Sindrom HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.

9. Kelainan ginjal

10. Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-kejang

pneumonia aspirasi.

11. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra – uterin.

21.Apa prognosis kasus ini?

Penderita sindroma HELLP mempunyai kemungkinan 19 – 27 % untuk mendapat

resiko sindroma ini pada kehamilan berikutnya. Dan mempunyai resiko sampai 43% untuk

mendapat preeklampsia pada kehamilan berikutnya. sindroma HELLP kelas I merupakan

resiko terbesar untuk berulangnya sindroma ini pada kehamilan selanjutnya.

Abramovici dkk (1999) melaporkan angka kematian bayi 5,5 %, dari 269 bayi dengan

ibu sindroma HELLP. Hampir 90% penyebab kematian karena sindroma gagal nafas.

Morbiditas dan mortalitas bayi tergantung dari usia kehamilan dari pada ada atau tidaknya

sindroma HELLP.

22.Bagaimana preventiv pada kasus ini?

28

Page 29: Laporan Kelompok 1 FIX

1. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-tanda

sedini mungkin (Preeklampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya

penyakit tidak menjadi lebih berat.

2. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya Preeklampsia kalau ada faktor-

faktor predeposisi

3. Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak

selalu berarti berbaring ditempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan

dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein, dan rendah lemak,

karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.

4. Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda Preeklampsia dan mengobatinya segera

apabila di temukan.

5. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila

setelah dirawat tanda-tanda Preeklampsia tidak juga dapat di hilangkan.

23. Berapa KDU kasus ini?

KDU : 2

Hipotesis

Seorang wanita 17 tahun G1P0A0 dibawa ke ruang bersalin karena menderita sakit kepala

berat penurunan gerakan fetus et causa pre eclampsia berat dengan sindroma HELLP.

29

Page 30: Laporan Kelompok 1 FIX

Kerangka Konsep

Learning issue

A. HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

Sampai sekarang penyakit hipertensi dalam kehamilan (HDK) masih merupakan masalah

kebidanan yang belum dapat dipecahkan dengan tuntas. HDK adalah salah satu dari trias

penyebab utama kematian ibu di camping perdarahan dan infeksi. Penanganan kasus HDK

atau Gestosis atau EPH Gestosis masih tetap merupakan kontroversi karena sampai saat ini

Ny. A, 17 Tahun, G1P0A0 Usia Kehamilan 37 Minggu

Faktor Risiko :

Primigravida Usia

Gangguan Invasi Trofoblast

Iskemik Plasenta

Tekanan darah meningkat

Sindrom HELLP

Edema Nyeri Kepala

Nyeri Epigastrium

Penurunan pergerakan

janin

Peningkatan reflex/klonus

30

Page 31: Laporan Kelompok 1 FIX

etiologi dan patofisiologi penyakit HDK masih belum jelas diketahui, sehingga penanganan

yang definitif belum mungkin dijalankan dengan sempurna. Hanya tenninasi kehamilan yang

dapat dianggap sebagai terapi yang definitif.

DEFINISI

HDK adalah komplikasi kehamilan setelah kehamilan 20 minggu yang ditandai dengan

timbulnya hipertensi, disertai salah satu dari : edema, proteinuria, atau kedua-duanya.

KLASIFIKASI

Batasan yang dipakai The Committee on Terminology of the American College of Obstetrics

and Gynecology (1972) adalah sebagai berikut :

A. HDK sebagai penyulit yang berhubungan langsung dengan kehamilan :

1) Pre-eklamsia

2) Eklamsia

B. HDK sebagai penyulit yang tidak berhubungan langsung dengan kehamilan :

Hipertensi kronik

C. Pre-eklamsia/ eklamsia pada hipertensikronik/ superimposed.

D. Transient hypertension.

E. HDK yang tidak dapat dikiasifikasikan.

DEFINISI DAN KRITERIA

1) Hipertensi ialah :

a) bila tekanan darah sistolik 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik >_ 90 mmHg.

31

Page 32: Laporan Kelompok 1 FIX

b) atau kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg.

c) atau kenaikan tekanan darah diastolik ? 15 mmHg.

Untuk mengukur tekanan darah yang pertama dilakukan dua kali setelah istirahat duduk 10

menit. Pengukuran tekanan darah ini harus dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali dengan

selang waktu 6 jam dan ibu dalam keadaan istirahat.

2) Edema

Akumulasi cairan ekstra vaskuler secara menyeluruh, dengan kriteria :

a) Adanya pitting edema di daerah pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah dan tangan

setelah bangun pagi.

b) Kenaikan berat badan melebihi 500 gram/minggu atau 2000 gr/bulan atau 13 kg/seluruh

kehamilan.

3) Proteinuria

Adanya proteinuria dalam urine :

a) Melebihi 0,3 gram/liter dalam 24 jam.

b) Melebihi 1 gram/liter dalam dua kali pengambilan urine selang 6 jam secara acak, atau

c) Pemeriksaan kualitatif .- 2+ pads pengambilan urine secara acak.

Urine harus diambil dengan kateter atau porsi tengah (midstream urine/MSU).

4) Pre-eklamsia

Ialah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema akibat kehamilan, setelah umur

kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20

minggu bila terjadi penyakit trofoblas.

32

Page 33: Laporan Kelompok 1 FIX

5) Eklamsia

Adalah timbulnya kejang pada penderita pre-eklamsia yang disusul dengan koma. Kejang ini

bukan akibat dari kelainan neurologik.

6) Hipertensi kronik

Hipertensi yang menetap oleh sebab apapun, yang ditemukan pada umur kehamilan kurang

dari 20 minggu, atau hipertensi yang menetap setelah 6 minggu pasca persalinan.

7) Superimposed pre-eklamsia/ eklamsia

Adalah timbulnya pre-eklamsia atau eklamsia pada hipertensi kronik.

8) Transient hypertension

Adalah hipertensi dalam kehamilan pada wanita yang tekanan darahnya normal sebelum

hamil dan tidak mempunyai gejala-gejala hipertensi kronik atau pre-eklamsia atau eklamsia.

Gejala ini akan hilang setelah 10 hari pasca persalinan.

PREEKLAMPSIA BERAT

Definisi

Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat

kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia

adalah preeklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul akibat kelainan

neurologi. Govan (1961) mengatakan dari 110 wanita yang meninggal karena hipertensi

dalam kehamilan, 39 diantaranya disebabkan oleh perdarahan serebral. Insiden eklampsia di

Inggris 2-6 per 10.000 kelahiran dengan kematian maternal 1,8% dan kematian neonatal 7%1,2

Pasien preeklampsia-eklampsia membutuhkan perawatan di instalasi perawatan

intensif untuk hipertensi yang sukar dikontrol, pada keadaan kejang, edema paru, oliguria

refrakter, koagulopati, perdarahan dan perawatan postoperasi. 2

33

Page 34: Laporan Kelompok 1 FIX

Etiologi

Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori –

teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu

disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan. Tetapi

terdapat suatu kelainan yang menyertai penyakit ini yaitu :

- Spasmus arteriola

- Retensi Na dan air

- Koagulasi intravaskuler

Walaupun vasospasme mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi

vasospasme ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai eklampsia.3

            Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah iskemia

plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang bertalian

dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang

menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering kali

sukar ditemukan mana yang sebab mana yang akibat

Faktor resiko

Terdapat banyak faktor resiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat

dikelompokkan dalam faktor resiko sebagai berikut :

7. Primigravida, primipaternitas

8. Hiperplasentosis, misalnya mola hitadinosa, kehamilan multipel, diabetes mellitus,

hidrops fetalis, bayi besar

9. Umur yang ekstrem

10. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia

11. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil

12. Obesitas

34

Page 35: Laporan Kelompok 1 FIX

Kriteria Preeklampsia

Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih

gejala berikut tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg di

mana tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah

dan sudah menjalani tirah baring, proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4 + dalam

pemeriksaan kualitatif, oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam, kenaikan

kadar kreatinin plasma, gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala,

skotoma dan pandangan kabur, nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas

abdomen (akibat teregangnya kapsula Glisson), edema paru-paru dan sianosis, hemolisis

mikroangiopatik, trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit

dengan cepat, gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin

dan aspartate aminotransferase, pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat, atau

sindroma HELLP.3

Patofisiologi Hipertensi Dalam Kehamilan3,4

Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan

jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam

kehamilan, tetapi tidak ada satu pun teori tersebut yang dianggap mutlak benar.

Teori-teori yang sekarang banyak dianut adalah :

1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta

2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel

3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin

4. Teori adaptasi kardiovaskular

5. Teori genetik

6. Teori defisiensi gizi

7. Teori inflamasi

Pada teori kelainan vaskularisasi plasenta dikatakan tidak terjadinya invasi

sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya.

Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri

spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri

spiralis relatif mengalami vasokonstriksi dan terjadi kegagalan “remodeling arteri

35

Page 36: Laporan Kelompok 1 FIX

spiralis” sehingga aliran darah uteroplasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan

iskemia plasenta.

Iskemia plasenta karena kegagalan “remodeling arteri spiralis” ini

menghasilkan radikal hidroksil yang sangat toksis terhadap membran sel endotel

pembuluh darah. Radikal hidroksil akan merusak membran sel, yang mengandung

banyak asam lemak tidak jenuh men jadi peroksida lemak. Peroksida lemak

merusak membran sel, nukleus dan protein sel endotel sehingga terjadilah disfungsi

endotel. Dengan adanya disfungsi endotel ini maka akan terjadi penurunan

produksi prostasiklin (PGE2), agregasi trombosit memproduksi tromboksan suatu

vasokonstriktor kuat (TXA2), perubahan khas pada sel endotel kapilar glomerulus,

peningkatan permeabilitas kapilar, peningkatan produksi bahan vasopresor yaitu

endotelin, dan peningkatan faktor koagulasi.

Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin menyebutkan pada

hipertensi dalam kehamilan terjadi penurunan ekspresi HLA-G (Human Leukocyte

Antigen Protein G). HLA-G berperan dalam modulasi respons imun sehingga ibu

tidak menolak hasil konsepsi (plasenta), mempermudah invasi sel trofoblas ke

dalam jaringan desidua ibu, dan melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel

Natural Killer (NK) ibu.

Sedangkan teori adaptasi kardiovaskular ditemukan kehilangan daya

refrakter terhadap bahan vasokonstriktor sehingga pembuluh darah menjadi sangat

peka terhadap bahan-bahan vasopresor.

Secara genetik, genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam

kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotip janin. Telah terbukti

bahwa pada ibu yang mengalami preeklampsia, 26% anak perempuannya akan

mengalami preeklampsia pula.

Defisiensi gizi juga berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan.

Penelitian menyebutkan konsumsi minyak ikan dapat mengurangi risiko

preeklampsia. Dan juga penelitian di Equador, Andes dengan metode uji klinik

ganda tersamar bahwa ibu hamil yang diberi suplemen kalsium yang cukup, kasus

yang mengalami preeklampsia adalah 14% sedang yang diberi glukosa 17%.

36

Page 37: Laporan Kelompok 1 FIX

Stimulus inflamasi dikarenakan lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi

darah. Makin banyak sel trofoblas plasenta misalnya pada plasenta besar, hamil

ganda, maka reaksi stres oksidatif akan sangat meningkat, sehingga jumlah sisa

debris trofoblas juga makin meningkat. Beban reaksi inflamasi jauh lebih besar

yang akan mengaktivasi sel endotel, dan sel-sel makrofag (granulosit) yang lebih

besar pula.

Gambar 1. Patofisiologi hipertensi dalam kehamilan (diambil dari Cunningham)

Perubahan Sistem Dan Organ pada Preeklmapsia

Pada preeklampsia terjadi penurunan volume plasma (hipovolemia) 30-40%,

yang diimbangi dengan vasokonstriksi sehingga terjadi hipertensi.

Di ginjal, akibat hipovolemia dapat terjadi oliguria bahkan anuria sehingga

terjadi penurunan filtrasi glomerulus yang mengakibatkan menurunnya sekresi

37

Page 38: Laporan Kelompok 1 FIX

asam urat dan kreatinin. Sehingga kadar asam urat dan kreatinin serum meningkat.

Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan permeabilitas membran basalis

meningkat sehingga terjadi kebocoran dan mengakibatkan proteinuria.

Perubahan pada hepar dasarnya vasospasme, iskemia dan perdarahan. Bila

terjadi perdarahan sel periportal lobus perifer, akan terjadi nekrosis sel hepar dan

peningkatan enzim hepar. Perdarahan dapat meluas hingga di bawah kapsula hepar

dan disebut subkapsular hematoma yang menimbulkan rasa nyeri di epigastrium.

Pada kardiovaskular terjadi peningkatan cardiac afterload akibat hipertensi

dan penurunan cardiac preload akibat hipovolemia. Edema paru disebabkan payah

jantung kiri, kerusakan sel endotel pada pembuluh darah kapiler paru, dan

menurunnya diuresis.

Perubahan lain seperti elektrolit, neurologik seperti gangguan visus atau

kejang eklamptik, gangguan koagulasi, viskositas darah meningkat sehingga

resistensi perifer meningkat sehingga menurunnya aliran darah ke organ, edema.

Pada janin bisa terjadi kenaikan morbiditas dan mortalitas janin akibat

IUGR, oligohiramnion, prematuritas, dan solusio plasenta.

Manifestasi Klinis

Diagnosis preeklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dari tiga gejala, yaitu :

- Edema

- Hipertensi

- Proteinuria

Berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. Edema

terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Tekanan

darah ≥ 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg atau tekanan diastolik >

15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolik pada

trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakat preeklamsia.

Proteiuria bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan

38

Page 39: Laporan Kelompok 1 FIX

kualitatif menunjukkan +1 atau 2; atau kadar protein ≥ 1 g/l dalam urin yang dikeluarkan

dengan kateter atau urin porsi tengah, diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam.

Disebut preeklamsia berat bila ditemukan gejala :

- Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg.

- Proteinuria + ≥5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup.

- Oliguria (<400 ml dalam 24 jam).

Gejala lainnya dapat berupa:

- Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan.

- Nyeri epigastrum dan ikterus.

- Trombositopenia.

- Pertumbuhan janin terhambat.

- Mual muntah

- Nyeri epigastrium

- Pusing

- Penurunan visus.

Penatalaksanaan

Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat selama

perawatan maka perawatan dibagi menjadi : 

a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan

medisinal. 

1. Perawatan aktif 

Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan

fetal assesment (NST dan USG). Indikasi : 

39

Page 40: Laporan Kelompok 1 FIX

a. Ibu 

• Usia kehamilan 37 minggu atau lebih 

• Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi konservatif

yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah

24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan) 

b. Janin 

• Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG) 

• Adanya tanda IUGR (janin terhambat) 

c. Laboratorium 

• Adanya “HELLP Syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar,

trombositopenia) 

2. Pengobatan mediastinal 

Pengobatan mediastinal pasien preeklampsia berat adalah : 

a. Segera masuk rumah sakit. 

b. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap 30 menit, refleks

patella setiap jam. 

c. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc/jam)

500 cc. 

d. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam. 

e. Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4). 

Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4) IV (20% dalam 20 cc) selama 1 gr/menit

kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4

gram di pantat kiri dan 4 gr di pantat kanan (40% dalam 10 cc) dengan jarum no

21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan xylocain 2% yang

tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM. 

Dosis ulang : diberikan 4 gr IM 40% setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu

40

Page 41: Laporan Kelompok 1 FIX

dosis ulang diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak

melebihi 2-3 hari. 

Syarat-syarat pemberian MgSO4 

o Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10% 1 gr (10% dalam

10 cc) diberikan IV dalam 3 menit. 

o Refleks patella positif kuat. 

o Frekuensi pernapasan lebih 16 x/menit. 

o Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/KgBB/jam)

MgSO4 dihentikan bila : 

o Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, refleks fisiologis

menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan

selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot

pernapasan karena ada serum 10 U magnesium pada dosis adekuat adalah 4-

7 mEq/liter. Refleks fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar

12-15 mEq/liter dapat terjadi kelumpuhan otot pernapasan dan > 15

mEq/liter terjadi kematian jantung.

Bila timbul tanda-tanda keracunan MgSO4

Hentikan pemberian MgSO4

Berikan calcium gluconase 10% 1 gr (10% dalam 10 cc) secara IV dalam

waktu 3 menit

Berikan oksigen

Lakukan pernapasan buatan

o MgSO4 dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sedah terjadi

perbaikan (normotensi).

f. Deuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung

kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg IM.

g. Anti hipertensi diberikan bila :

Desakan darah sistolik > 180 mmHg, diastolik > 110 mmHg atau MAP lebih

125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolik <105 mmHg

(bukan < 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta.

Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.

Bila diperlukan penurunan tekanan darah secepatnya dapat diberikan obat-

41

Page 42: Laporan Kelompok 1 FIX

obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang

dapat dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan

dengan tekanan darah.

Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet

antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali.

Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai

diberikan secara oral (syakib bakri,1997)

b. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan

medisinal.

1. Indikasi : bila kehamilan paterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda

inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.

2. Pengobatan medisinal : sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan aktif.

Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan IV, cukup intramuskular saja dimana gram

pada pantat kiri dan 4 gram pada pantat kanan.

3. Pengobatan obstetri :

a. Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif

hanya disini tidak dilakukan terminasi.

b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda preeklampsia ringan,

selambat-lambatnya dalam 24 jam.

c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan medisinal gagal

dan harus diterminasi.

d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dulu MgSO4

20% 2 gr IV.

4. Penderita dipulangkan bila :

a. Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda preeklampsia ringan dan telah

dirawat selama 3 hari.

b. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan preeklamsia ringan : penderita dapat

dipulangkan dan dirawat sebagai preeklampsia ringan (diperkirakan lama perawatan

1-2 minggu).

42

Page 43: Laporan Kelompok 1 FIX

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan spesimen urine mid-stream untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi

urin.

2. Pemeriksaan darah, khususnya untuk mengetahui kadar ureum darah (untuk menilai

kerusakan pada ginjal) dan kadar hemoglobin.

3. Pemeriksaan retina, untuk mendeteksi perubahan pada pembuluh darah retina.

4. Pemeriksaan kadar human laktogen plasenta (HPL) dan esteriol di dalam plasma serta

urin untuk menilai faal unit fetoplasenta (Helen Farier : 1999)

5. Elektrokardiogram dan foto dada menunjukkan pembesaran ventrikel dan

kardiomegali. 

terhambat (IUGR) sebanyak 30% dan sindrom gangguan pernafasan (RDS).(4)

43

Page 44: Laporan Kelompok 1 FIX

Daftar Pustaka

1. Pangemanan WT. Diagnosis dini dan prediksi hipertensi dalam kehamilan. Dalam

makalah lengkap POGI cabang Palembang. PIT VI Surakarta, 1991; 1-28

2. Kee ND, Gin T. Preeclampsia and eclampsia. In: Bersten DA, Sani N, Oh DT. Oh’s

Intensive Care Manual. Edinburgh: Butterworth Heinemann, 2003; 593-613

3. Angsar DM. Hipertensi dalam kehamilan. Dalam: Saifuddin BA, Rachimhadhi T,

Wiknjosastro HG. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2008; 530-61.

4. Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF. Williams obstetrics. 21th edition. New York:

McGraw Hill, 2001: 567-619

44