Transcript
Page 1: kajian tentang peran orang tua dalam mendampingi anak saat ujian sekolah

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Peran Orang Tua Dalam Membimbing Anak Belajar di Rumah

Belajar bagi seorang siswa tidak hanya dilakukan di sekolah saja, tetapi juga

dilakukan di rumah dan di masyarakat. Belajar yang dilakukan di rumah meliputi

melengkapi catatan, mempelajari ulang bahan yang telah di dapat, meringkas

bahan pelajaran, mengerjakan pekerjaan rumah dan mempersiapkan bahan

pelajaran hari berikutnya.

Membimbing dalam arti memberi bimbingan (guidance) menurut Slameto

(1995) yaitu “ membimbing individu agar dapat mengatur hidupnya sendiri,

mengembangkan pendapat sendiri, mengambil keputusan-keputusan yang

dihadapi, dan memikul bebannya sendiri”. Orang tua dapat membimbing,

mengarahkan anak untuk hidup mandiri sesuai dengan potensi yang ada seoptimal

mungkin, sebatas pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.

Menurut Nasution (1985: 26), Peran orang tua dalam membimbing anak

belajar di rumah mengatasi masalah-masalah dalam belajar, memantau jadwal

anak baik jadwal sekolah dan dirumah, memperhatikan kesehatan anak dan

memberikan hadiah maupun peringatan. Orang tua dapat memperhatikan dan

mengawasi pendidikan anak melalui melatih dan mendorong anak untuk hidup

mandiri sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya, misalnya memupuk rasa

percaya diri dan berani mengatasi berbagai masalah yang muncul dalam dirinya

Orang tua perlu memperhatikan dan mengawasi pendidikan anaknya,

sebab tanpa adanya perhatian dan pengawasan yang berkelanjutan dari orang

tuanya, pendidikan anak tidak dapat berjalan dengan lancar. Memperhatikan dan

mengawasi pendidikan anak dipahami sebagai upaya komunikasi orang tua

dengan anak berupa memberi pertanyaan, memberi perintah/larangan,

mendengarkan jawaban, yang dimaksudkan sebagai penguat disiplin belajar

sehingga pendidikan anak tidak terbengkalai. Hal ini perlu dilakukan karena anak

lebih lama di rumah daripada di sekolah dan di tempat lainnya. Membiarkan anak

Page 2: kajian tentang peran orang tua dalam mendampingi anak saat ujian sekolah

6

tumbuh dan berkembang secara liar, akan menjadikan anak tersebut sulit

diatur/dan dikendalikan oleh orang tuanya, sehingga kelak mengalami masa depan

yang tidak menggembirakan.

Menurut Stainback dan Susan (1999: 30), Peran orang tua dalam

membimbing anak belajar di rumah berarti membantu perkembangan sikap, nilai,

kebiasaan dan keterampilan yang mendorong keberhasilan siswa melalui

kesediaan orang tua untuk memotivasi anak sehingga berprestasi dalam belajar.

Dalam hal memotivasi anak agar berprestasi, orang tua dapat menumbuhkan

motivasi anaknya dengan cara menghargai prestasi anak, memberikan hukuman

untuk anak-anaknya yang mendapatkan nilai buruk dan hukuman ini sifatnya

harus mendidik, menyediakan fasilitas belajar yang cukup, dan orang tua harus

bersedia melibatkan diri dalam belajar anak.

Menurut Grant Martin (2000: 25), Peran orang tua dalam membimbing

anak belajar di rumah yaitu orang tua harus bersedia menjadi pendengar aktif,

membantu anak menyusun jadwal dan pelaksanaannya, memperhatikan kondisi

fisik terutama kesehatan anak, menperhatikan kondisi psikis anak dengan

memberikan hadiah maupun peringatan, dapat mengenali dan mengembangkan

gaya belajar anak. Hal ini orang tua mempunyai tanggung jawab untuk

memperhatikan dan membantu anak dalam mengatasi masalah-masalah yang

menghambat belajarnya.

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa peran

orang tua dalam membimbing anak belajar di rumah berarti kegiatan orang tua

dalam memperhatikan dan mengawasi pendidikan anak melalui memotivasi anak

untuk berprestasi dalam belajar, memperhatikan dan mengatasi masalah-masalah

yang menghambat dalam belajar anak, mengenali dan mengembangkan gaya

belajar anak.

Page 3: kajian tentang peran orang tua dalam mendampingi anak saat ujian sekolah

7

1. Memotivasi Anak Untuk Berprestasi Dalam Belajar

Unsur penting yang harus ada agar anak memperoleh prestasi belajar yang

optimal ialah motivasi belajar. Menurut Winkle (1991 : 39) motivasi belajar

adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang

memberikan arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki oleh

siswa tercapai. Menurut Prayitno (1989: 13) Motivasi belajar merupakan suatu

energi yang menggerakkan aktifitas siswa kepada tujuan belajar. Menurut Kasijan

(Yuni Wijayanti, 2001: 13) motivasi belajar adalah dorongan yang dibentuk oleh

pengalaman-pengalaman yang mengarahkan seseorang untuk belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan pengertian motivasi

belajar adalah faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas

ialah dalam hal gairah atau semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan

mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar

Orang tua dapat membimbing untuk menumbuhkan atau membangkitkan

motivasi belajar pada diri anak secara berkelanjutan sesuai dengan situasi dan

kondisi anak pada saat itu. Melalui kesediaan orang tua untuk memotivasi anak,

diharapkan anak tersebut memiliki kemandirian dalam belajar dan berupaya atau

berinisiatif serta bertanggung jawab terhadap tugas-tugas belajar. Anak-anak yang

dirinya termotivasi meyakini bahwa yang menentukan keberhasilan maupun

kegagalan di sekolah adalah kerja keras. Berani kerja keras akan meningkatkan

hasil belajar, sedangkan malas dalam belajar bisa menyebabkan hasil belajar

menurun.

Ada beberapa peranan orang tua untuk menumbuhkan motivasi belajar

anak melalui:

a. Menghargai prestasi anak. Hal ini akan sangat memacu anak untuk lebih

giat dalam berprestasi, dan bagi anak yang belum berprestasi akan

termotivasi untuk mengejar atau bahkan mengungguli anak yang telah

berprestasi disekolahnya, baik dalam akademik maupun non akademik.

Hadiah deberikan untuk memberikan rasa senang kepada anak, sebab

merasa dihargai karena prestasinya yang baik.

Page 4: kajian tentang peran orang tua dalam mendampingi anak saat ujian sekolah

8

b. Memberikan peringatan pada anak. Peringatan ini berupa hukuman,

hukuman ini diberikan dengan harapan agar anak tersebut mau merubah

diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Hukuman di sini hendaknya

yang mendidik, seperti menghafal, mengerjakan soal, ataupun membuat

rangkuaman. Hendaknya jangan yang bersifat fisik, seperti dipukul atau

dicubit.

c. Menyediakan fasilitas belajar yang cukup sehingga anak belajar dengan

maksimal.

d. Bersedia melibatkan diri dalam belajar anak. Hal ini dilakukan dengan cara

mendampingi anak saat belajar, memberi pengarahan, peringatan, dan

melakukan kontrol atas aktivitas anak, memberi dukungan kepada anak,

memberi penghargaan terhadap anak, menjadi teladan bagi anak-anak.

2. Memperhatikan dan Mengatasi Masalah-Masalah Yang Menghambat

Belajar Anak

Dalam hidupnya, semua anak pernah menghadapi situasi yang

membuatnya kecewa, sakit hati, hancur, takut, stres. Hal tersebut dapat terjadi

karena masalah dengan teman, adik/kakak, orang tua, guru, lingkungan, atau

masalah dengan dirinya sendiri. Orang tau berkewajiban dan bertanggung

jawab membimbing anak dalam menghadapi masalahnya, walaupun masalah

tersebut bukan masalah orang tau, anaklah yang memiliki masalah.

Menurut Gordon (1983: 25), mengatakan “anak-anak yang mendapat

bantuan untuk mengatasi masalah-masalahnya dapat mempertahankan

kesehatan psikologis merakan dan merasa lebih kuat serta lebih percaya diri.

Anak-anak yang tidak memperoleh bantuan, akan mengidap masalah-masalah

emosional yang terus berkembang’. Orang tua perlu membimbing anaknya

yang sedang mengalami masalah-masalah tertentu. Jika masalah anak tidak

segera ditolong, perilaku anak yang mempunyai masalah tersebut akan

mengganggu orang tua, akhirnya masalah anak bisa menjadi masalah orang

tua.

Page 5: kajian tentang peran orang tua dalam mendampingi anak saat ujian sekolah

9

Orang tua perlu mengetahui bahwa anaknya sedang menghadapi masalah,

maka orang tua perlu mengamati perilakunya apakah ia sering melamun, sulit

memusatkan perhatian, tidak bergairah, kepala sering pusing, dan menjadi rendah

diri. Orang tua dapat membimbing anaknya yang sedang mengalami masalah

melalui:

a. Bersedia menjadi pendengar aktif ketika anak sedang mengalami masalah.

b. Memantau jadwal yang telah tersusun baik jadwal sekolah maupun jadwal

dirumah.

c. Memperhatikan kondisi fisik anak dengan memperhatikan kesehatan anak.

d. Memperhatikan kondisi psikis anak dengan memberikan hadiah maupun

peringatan.

3. Mengenali dan Mengembangkan Gaya Belajar Anak

Setiap individu tidak hanya belajar dengan kecepatan yang berbeda tetapi

juga memproses informasi dengan cara yang berbeda. Cara memproses informasi

yang diperoleh dikenal dengan istilah gaya belajar.

Menurut De Porter dan Mike (1999: 24), gaya belajar seseorang adalah

kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan bagaimana ia mengatur serta

mengolah informasi yang merupakan proses kerja internal saraf-saraf otak.

Seseorang menyerap informasi yang diterima melalui apa yang dilihat, didengar,

dan disentuh atau diraba, ketiga cara menyerapa informasi itu disebut modalitas

belajar. Tentang bagaimana seseorang mengatur dan mengolah informasi yang

merupakan proses kerja internal saraf otak, tidak dapat diamati oleh siapapun.

Selanjutnya De Porter dan Mike (1999: 25) mengemukakan bahwa, gaya

belajar seseorang adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan di

sekolah dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Hal ini berarti jika seseorang akrab

dengan gaya belajarnya sendiri, maka ia dapat mengambil langkah-langkah

penting untuk membantu diri sendiri belajar lebih cepat dan mudah.

Menurut DePorter dan Hernacki (2002: 20), gaya belajar adalah kombinasi

dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat tiga jenis gaya

belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses

informasi (perceptual modality). Ketiga gaya belajar tersebut adalah gaya belajar

Page 6: kajian tentang peran orang tua dalam mendampingi anak saat ujian sekolah

10

Visual (belajar dengan cara melihat), Auditory (belajar dengan cara mendengar),

dan Kinesthetic (belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh).

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan gaya belajar

adalah kombinasi dari bagaimana anak dapat menyerap dan mengatur serta

mengolah informasi sebagai kunci untuk mengembangkan kinerja dalam

pekerjaan di sekolah dan siswa dapat menyerap informasi yang diterima melalui

apa yang dilihat, didengar dan disentuh/diraba. Ketiga cara menyerap tersebut

disebut modalitas. Modalitas tersebut di kelompokkan menjadi 3 karakteristik

belajar yaitu karakteristik belajar visual, karakteristik belajar auditorial dan

karakteristik belajar kinestetik.

Orang tua perlu mengetahui karakter belajar anak di rumah baik karakter

belajar visual, auditorial, maupun kinestetik. Adapun karakter belajar anak

dirumah adalah sebagai berikut :

a. Karakteristik belajar visual antara lain : mementingkan penampilan

(keindahan/kerapihan tulisan), berbicara dengan cepat, pembaca cepat dan

tekun, mencoret-coret tanpa arti ketika belajar di kelas maupun berbicara di

telepon.

b. Karakteristik belajar auditorial antara lain : suka berbicara sendiri, mudah

terganggu oleh keributan, lebih suka berbicara daripada menulis, dan senang

membaca dengan keras.

c. Karakteristik belajar kinestetik antara lain : berpikir lebih baik ketika

bergerak atau berjalan, banyak menggerakkan anggota tubuh ketika

berbicara, dan merasa sulit untuk diam.

Setelah mengetahui karakter belajar anak di rumah, orang tua dapat

membimbing anaknya untuk mengembangkan gaya belajarnya melalui :

a. Memeriksa hasil belajar disekolah

b. Membantu belajar anak untuk menghadapi ulangan/tes

c. Mengingatkan anak akan tugas-tugas/pekerjaan rumahnya.

Page 7: kajian tentang peran orang tua dalam mendampingi anak saat ujian sekolah

11

2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). ). Kemampuan-

kemampuan yang dimiliki tiap siswa tentu berbeda karena pengalaman belajar

yang dialami antara siswa satu dengan siswa lain juga berbeda. Aspek

perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang

dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow yang mencakup aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel dalam Purwanto, 2008:45).

Menurut Purwanto (2008: 46) hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa

akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan

atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian

itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat

berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 44), hasil belajar merupakan hal

yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik

bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental

tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan

pelajaran. Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom dalam Agus Suprijono

(2009: 6) secara garis besar membagi menjadi 3 ranah, yakni ranah kognitif,

ranah afektif, dan ranah psikomotoris.

1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual.

2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap.

3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan

dan kemampuan bertindak.

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa yang mencakup aspek kognitif,

afektif dan psikomotorik.

Page 8: kajian tentang peran orang tua dalam mendampingi anak saat ujian sekolah

12

Keberhasilan tingkat perkembangan dapat diukur dan dinilai berdasarkan

evaluasi hasil belajar siswa. Nilai-nilai tersebut dapat dibandingkan dengan nilai-

nilai peserta lain atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu. Evaluasi hasil

belajar dimulai dengan mengukur apakah siswa sudah menguasai ilmu yang

dipelajari atas bimbingan guru sesuai dengan tujuan yang rumuskan. Kemudian

guru akan memberikan penilaian terhadap siswa berdasarkan pengukuran dari

kriteria tertentu.

Hal tersebut sejalan dengan Sudjana (2011: 1) yang mengungkapkan

bahwa lingkup sasaran penilaian mencakup tiga sasaran pokok, yakni (a) program

pendidikan, (b) proses belajar mengajar, dan (c) hasil belajar. Penilaian program

pendidikan atau penilaian kurikulum menyangkut penilaian terhadap tujuan

pendidikan, isi program, strategi pelaksanaan program, dan sarana pendidikan.

Penilaian proses belajar mengajar menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru,

kegiatan siswa, pola interaksi guru-siswa, dan keterlaksanaan program belajar

mengajar. Sedangkan penilaian hasil belajar menyangkut hasil belajar jangka

pendek dan hasil belajar jangka panjang. Dalam penelitian ini, pembahasan

dibatasi pada penilaian hasil belajar dan penilaian proses belajar mengajar.

Penilaian program pendidikan sama sekali tidak dibahas sebab penelitian ini

hanya fokus pada strategi pembelajaran yaitu strategi pembelajaran inkuiri.

Penilaian proses dan hasil belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil

merupakan akibat dari proses.

Menurut Arikunto (2009: 25) evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data

untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai. Selain mengacu pada tujuan,

evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan kegiatan belajar yang

dilaksanakan. Untuk memperoleh data evaluasi pembelajaran dalam penelitian

perlu dilakukan kegiatan pengumpulan data dan pengukuran. Peneliti sering

menggunakan beberapa macam cara (teknik) dan alat (instrument) pengumpulan

data agar dapat saling melengkapi, sehingga kelemahan yang terdapat pada salah

satu alat pengumpul data dapat diatasi oleh alat pengumpul data yang lain.

Page 9: kajian tentang peran orang tua dalam mendampingi anak saat ujian sekolah

13

Teknik pengukuran dibedakan menjadi dua yaitu tes dan nontes.

1. Tes

Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk

memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang

setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang

dianggap benar (Suryanto Adi, dkk., 2009). Tes adalah salah satu contoh

instrumen atau alat pengukuran yang paling banyak dipergunakan untuk

mengetahui kemampuan intelektual seseorang. Menurut Allen dan Yen 1979:

2.5)

Trait pendidikan meliputi keterampilan, pengetahuan, kecerdasan,

kemampuan, atau bakat sesesorang atau kelompok. Berdasarkan definisi

tersebut, dapat dijelaskan bahwa tes merupakan informasi yang berbentuk

pertanyaan atau tugas/latihan, dipergunakan untuk mengukur kemampuan yang

ada pada seseorang atau sekelompok orang. Sebagai alat ukur dalam bentuk

pertanyaan, maka tes harus dapat memberikan informasi mengenai

pengetahuan dan kemampuan objek yang diukur. Sedangkan sebagai alat ukur

berupa tugas/latihan, maka tes harus dapat mengungkap keterampilan dan

bakat seseorang atau sekelompok orang.

Tes merupakan alat ukur yang standar dan objektif sehingga dapat

digunakan secara meluas untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis

atau tingkah laku individu. Dengan demikian berarti sudah dapat dipastikan

akan mampu memberikan informasi yang tepat dan objektif tentang objek yang

hendak diukur baik berupa psikis maupun tingkah lakunya, sekaligus dapat

membandingkan antara seseorang dengan orang lain. Jadi dapat disimpulkan

bahwa tes adalah suatu cara atau alat untuk mengadakan penilaian yang

berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh

peserta didik atau sekelompok peserta didik, sehingga menghasilkan nilai

tentang tingkah laku atau prestasi peserta didik tersebut. Prestasi atau tingkah

laku tersebut dapat menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi/tujuan

pembelajaran atau tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi yang telah

Page 10: kajian tentang peran orang tua dalam mendampingi anak saat ujian sekolah

14

diberikan dalam proses pembelajaran, dan dapat pula menunjukkan kedudukan

peserta didik yang bersangkutan dalam kelompoknya.

Dalam kaitan dengan rumusan tersebut, sebagai alat asesmen hasil

belajar, tes minimal mempunyai dua fungsi, yaitu untuk:

1) Mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi atau tingkat

pencapaian terhadap seperangkat tujuan tertentu.

2) Menentukan kedudukan atau perangkat peserta didik dalam kelompok,

tentang penguasaan materi atau pencapaian tujuan pembelajaran tertentu.

Fungsi satu lebih dititik-beratkan untuk mengukur keberhasilan

program pembelajaran, sedang fungsi dua lebih dititikberatkan untuk mengukur

keberhasilan belajar masing-masing individu peserta tes. Dilihat dari tujuannya

dalam bidang pendidikan, tes dapat dibagi menjadi:

a. Tes Kecepatan (Speed Test) Tes ini bertujuan untuk mengases peserta tes

(testi) dalam hal kecepatan berpikir atau keterampilan, baik yang bersifat

spontanitas (logik) maupun hafalan dan pemahaman dalam mata pelajaran

yang telah dipelajarinya. Waktu yang disediakan untuk menjawab atau

menyelesaikan seluruh materi tes ini relatif singkat dibandingkan dengan tes

lainnya, sebab yang lebih diutamakan adalah waktu yang minimal dan dapat

mengerjakan tes itu sebanyak-banyaknya dengan baik dan benar, cepat dan

tepat penyelesaiannya. Tes yang termasuk kategori tes kecepatan misalnya

tes intelegensi dan tes keterampilan bongkar pasang suatu alat.

b. Tes Kemampuan (Power Test) relatif sukar karena menyangkut berbagai

konsep dan pemecahan masalah serta menuntut peserta tes untuk berfikir

pada level yang tinggi yakni menerapkan (apply), menganalisis (analyse),

mengevaluasi (evaluate), dan membuat (create).

c. Tes Hasil Belajar (Achievement Test) Tes ini dimaksudkan untuk mengases

hal yang telah diperoleh dalam suatu kegiatan seperti Tes Hasil Belajar

(THB), tes harian (formatif) dan tes akhir semester (sumatif). Tes ini

bertujuan untuk mengases hasil belajar setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran dalam suatu kurun waktu tertentu.

Page 11: kajian tentang peran orang tua dalam mendampingi anak saat ujian sekolah

15

d. Tes Kemajuan Belajar (Gains/Achievement Test) Tes kemajuan belajar

disebut juga dengan tes perolehan. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui

kondisi awal testi sebelum pembelajaran dan kondisi akhir testi setelah

pembelajaran. Untuk mengetahui kondisi awal testi digunakan pre-tes dan

kondisi akhir testi digunakan post-tes.

e. Tes Diagnostik (Diagnostic Test) Tes diagnostik adalah tes yang

dilaksanakan untuk mendiagnosis atau mengidentifikasi kesukaran-

kesukaran dalam belajar, mendeteksi faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya kesukaran belajar, dan menetapkan cara mengatasi kesukaran

atau kesulitan belajar tersebut, seperti tes diagnostik matematika, tes

diagnostik IPA.

f. Tes Formatif Tes formatif adalah tes hasil belajar yang digunakan untuk

mengetahui sejauh mana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh peserta

didik dalam suatu program pembelajaran tertentu seperti tes harian,

ulangan harian.

g. Tes Sumatif Istilah sumatif berasal dari kata “sum” yang berarti jumlah.

Dengan demikian tes sumatif berarti tes yang ditujukan untuk mengetahui

penguasaan peserta didik terhadap sekumpulan materi pelajaran (pokok

bahasan) yang telah dipelajari, seperti UAN (Ujian Akhir Nasional), THB.

Dilihat dari jawaban peserta didik yang dituntut dalam menjawab atau

memecahkan persoalan yang dihadapinya, maka tes hasil belajar dapat dibagi

menjadi 3 jenis yakni tes lisan (oral test), tes tertulis (written test), dan tes

tindakan atau perbuatan (performance test). Penggunaan setiap jenis tes

tersebut seyogyanya disesuaikan dengan kawasan (domain) perilaku peserta

didik yang hendak diukur. Misalnya tes tertulis atau tes lisan dapat digunakan

untuk mengukur kawasan kognitif, sedangkan kawasan psikomotorik cocok

dan tepat apabila diukur dengan tes tindakan, dan kawasan afektif biasanya

diukur dengan skala perilaku, seperti skala sikap.

2. Non Tes

Jika tes adalah seperangkat pertanyaan yang memiliki jawaban benar

atau salah, teknik non-tes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak

Page 12: kajian tentang peran orang tua dalam mendampingi anak saat ujian sekolah

16

memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen non-tes dapat berbentuk

kuesioner atau inventori. Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan atau

pernyataan, peserta didik diminta menjawab atau memberikan pendapat

terhadap pernyataan. Inventori merupakan instrumen yang berisi tentang

laporan diri yaitu keadaan peserta didik, misalnya potensi peserta didik. Hasil

pengukuran melalui instrument non tes berupa angka disebut kuantitatif dan

bukan berupa angka seperti pernyataan sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat

kurang, dan sebagainya disebut kualitatif.

Teknik nontes sangat penting dalam mengases peserta didik pada ranah

afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan

pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik nontes, beberapa di antaranya

seperti unjuk kerja (performance), penugasan (proyek), tugas individu, tugas

kelompok, laporan, ujian praktik dan portofolio

Berdasarkan penjelasan mengenai macam-macam tes, penelitian ini

menggunakan tes sumatif untuk mengukur hasil belajar yang dilaksanakan

pada tengah semester.

Hasil belajar ditunjukkan dengan skor atau angka yang menunjukkan

nilai-nilai dari sejumlah mata pelajaran yang menggambarkan pengetahuan dan

ketrampilan yang diperoleh siswa, serta untuk dapat memperoleh nilai

digunakan tes terhadap mata pelajaran terlebih dahulu. Hasil tes inilah yang

menunjukkan keadaan tinggi rendahnya hasil yang dicapai oleh siswa.

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat

keberhasilan yang dicapai oleh siswa kelas IV SDN Gugus Gajah Mada

Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora melalui nilai hasil ulangan tengah

semester pada semester II tahun ajaran 2011/2012 yang meliputi 3 mata

pelajaran yaitu IPS, Matematika, dan Bahasa Indonesia.

Alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran

dinamakan dengan instrumen. Instrumen sendiri terdiri atas instrumen butir-

butir soal apabila cara pengukuran dilakukan dengan menggunakan tes, dan

apabila pengukuran dilakukan dengan cara mengamati atau mengobservasi

dapat menggunakan instrumen lembar pengamatan atau lembar observasi.

Page 13: kajian tentang peran orang tua dalam mendampingi anak saat ujian sekolah

17

Instrumen yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran

maupun kompetensi yang dimiliki siswa harus divalidasi terlebih dahulu,

maksudnya adalah instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya

diukur.

Hasil dari pengukuran melalui teknik tes dan nontes tersebut digunakan

sebagai dasar penilaian. Untuk memberikan penilaian juga didasarkan pada

kriteria tertentu. Hal ini sejalan dengan Sulistya (2010:2.8) bahwa evaluasi itu

merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil

pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut

dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil

pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau

ditetapkan setelah pelaksanaan pengukuran. Kriteria tersebut dapat berupa

proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimal), atau batas keberhasilan, kriteria tersebut juga dapat pula

berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok, atau berbagai patokan

yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan

sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan Penilaian Acuan

Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK), sedang kriteria yang

ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada

keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan Penilaian Acuan Norma/

Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR).

Di dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20

Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) adalah Kriteria Ketuntasan Belajar (KKB) yang

ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan

untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi

merupakan nilai batas ambang kompetensi.

2.3 Penlitian Yang Relevan

Mince Taka (2004), dalam penelitian yang berjudul “Upaya Orang Tua

Siswa kelas IV SD Inpres Palindi Mburung dalam membantu/membimbing

putra-putrinya belajar. Tujuan penelitian untuk mendiskripsikan upaya-upaya

Page 14: kajian tentang peran orang tua dalam mendampingi anak saat ujian sekolah

18

yang dilakukan orang tua dalam membantu/membimbing putra-putrinya

belajar. Kesimpulannya adalah pada umumnya orang tua memiliki kepedulian

yang besar dalam membantu/membimbing belajar anaknya. Orang tua

memiliki kepedulian terhadap kesulitan belajar anaknya. Orang tua telah

berupaya maksimal dalam membantu/membimbing belajar meskipun tidak

dalam waktu yang telah terjadwal. Kelebihan dalam penelitian ini adalah peran

orang tua yang memiliki kepedulian yang besar dalam membimbing putra-

putrinya belajar akan mempengaruhi prestasi belajar anak, seperti prestasi

belajarnya meningkat, rajin belajar belajar dirumah maupun disekolah.

Kekurangan dalam penelitian ini adalah kurangnya kepedulian orang tua dalam

membimbing putra-putrinya belajar dirumah, hal ini akan mempengaruhi

prestasi belajar anak, seperti prestasi belajarnya menurun dan anak malas

belajar.

Dwi Astuti (2002), dalam penelitian yang berjudul “Kegiatan Orang

Tua Dalam Membimbing Anak Belajar di Rumah Pada Siswa kelas II SLTP

Negeri 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2001/2002”. Tujuannya penelitian adalah

untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh orang tua siswa dalam

membimbing anaknya belajar di rumah. Hasilnya menunjukkan bahwa

sebagian besar orang tua menyatakan melakukan kegiatan membimbing

anaknya belajar di rumah. Hal ini berarti bahwa orang tua telah menyadari

tanggung jawabnya untuk mendidik dengan baik. Hanya sebagian orang tua

yang memberi penghargaan berupa kata-kata posistif “bagus”, dan sebagian

lain tidak melakukannya, mungkin disebabkan oleh faktor budaya setempat

yang tidak terbiasa menghargai dengan kata-kata. Hanya sebagian orang tua

yang bersedia membawa keluhan-keluhan anak berkaitan dengan kesulitan

belajar yang dialaminya bersama guru pembimbing, mungkin disebabkan oleh

kesibukan orang tua sehingga tidak mempunyai waktu untuk datang ke sekolah

dan menemui guru pembimbing. Kelebihan dalam penelitian ini bahwa orang

tua dapat membimbing anaknya ketika anak belajar di rumah hal ini didorong

oleh kata-kata “bagus” untuk mendorong anak untuk semangat dalam hal

Page 15: kajian tentang peran orang tua dalam mendampingi anak saat ujian sekolah

19

belajar. Kelemahan dalam penelitian banyaknya aktifitas orang tua sehingga

tidak dapat membimbing anaknya untuk belajar.

Puji lestari (2001), dalam penelitian yang berjudul “Kegiatan Orang

Tua Pekerja dalam Membantu belajar Anak di rumah Khususnya yang Masih

Belajar di SD. Tujuan penelitian untuk mengetahui kegiatan para orang tua

dalam membimbing dan membantu anak belajar di rumah. Kesimpulannya,

bentuk belajar yang paling banyak dilakukan oleh orang tua dengan jam kerja

shift adalah mendorong anak mempelajari ulangan-ulangan terdajulu kemudian

melatihnya. Di samping itu bentuk bimbingan belajar banyak dilakukan oleh

orang tua pekerja, namun secara teori tidak termasuk dalam pengembangan

keterampilan adalah menjawab kesulitan yang dihadapi anak saat belajar.

Walaupun bukan merupakan satu-satunya faktor yang berpengaruh, namun

anak yang berprestasi kebanyakan mendapatkan bimbingan dalam bentuk

mempelajari ulangan-ulangan terdahulu kemudian melatihnya. Waktu belajar

anak berprestasi tersebut adalah pukul 18.00-20.00.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Shobirin (STAIN, 2006) yang

berjudul "Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar

Pendidikan Agama Islam Pada Siswa SD Negeri 2 Siderejo Pulokulon

Grobogan Tahun Pelajaran 2006/2007. Tujuannya untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh perhatian orang tua terhadap motivasi belajar pendidikan

agama islam. Berdasarkan penelitian tersebut terbukti bahwa perhatian orang

tua terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Islam dapat memningkatkan

motivasi anak untuk belajar. Hasil penelitiannya adalah ada pengaruh positif

antara perhatian orang tua terhadap motivasi belajar. Peneliti menyimpulkan

bahwa semakin besar perhatian orang tua terhadap pendidikan agama Islam

anak, semakin besar motivasi anak untuk belajar.

Yenny Rahayu Trihastutiningsih (UMS, 2005) dalam skripsinya dengan

judul Pengaruh Bimbingan Orang Tua dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi

Belajar Ekonomi Siswa Kelas II SLTP Negeri 1 GiriartoWonogiri Tahun

Ajaran 2003/2004, tujuannya untuk mengetahui pengaruh bimbingan orang tua

dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar. Hasil penelitiannya adalah ada

Page 16: kajian tentang peran orang tua dalam mendampingi anak saat ujian sekolah

20

pengaruh yang positif antara bimbingan orang tua dan motivasi belajar

terhadap prestasi belajar. Peneliti menyimpulkan bahwa: 1). Tinggi rendahnya

prestasi belajar ekonomi siswa ditentukan oleh tinggi rendahnya bimbingan

orang tua dan motivasi belajar siswa; 2). Bimbingan orang tua Motivasi belajar

memiliki pengaruh lebih besar (dominan) terhadap prestasi belajar ekonomi.

2.4 Kerangka Berfikir

Keberhasilan siswa dalam belajar yang di tandai oleh hasil belajar yang

dicapainya tidak hanya dipengaruhi oleh proses pendidikan yang dilakukan

oleh pihak sekolah, faktor lain pendukung yang sangat penting adalah peran

orang tua dalam membimbing anak belajar dirumah.

Orang tua juga harus tahu bahwa anak punya naluri untuk minta

dipahami. Menciptakan suasana yang kondusif dan rasa aman pada saat anak

belajar di rumah membuat anak akan terdorong untuk belajar aktif, karena hal

tersebut merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah

motivasi untuk belajar, karena tinggi rendahnya hasil belajar seseorang

ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal dari siswa. Salah satu faktor

eksternal adalah orang tua. Orang Tua mempunyai peran yang menentukan

keberhasilan belajar anaknya karena ada hubungan batin, untuk itu kedekatan

maupun perhatian penuh dari orang tua kepada anaknya sangat diperlukan,

agar hasil belajar anaknya meningkat.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua dalam membimbing

anaknya belajar dirumah antara lain dapat dilakukan dengan cara: (1)

memotivasi anak melalui memberikan pujian, memberikan perintah,

menyediakan buku, perlengkapan dan fasilitas belajar, mendampingi belajar,

membantu mengerjakan tugas (2) Orang tua juga harus memperhatikan dan

mengatasi masalah-masalah yang menghambat belajar anak dengan cara

memberikan pujian, memberikan perintah, menyediakan buku, perlengkapan

dan fasilitas belajar, mendampingi belajar, membantu mengerjakan tugas, (3)

Orang tua juga dapat mengenali dan mengembangkan gaya belajar anak

melalui memperhatikan memerikasa hasil belajar disekolah, membantu belajar,

dan mengingatkan tugas-tugas/pekerjaan rumah.

Page 17: kajian tentang peran orang tua dalam mendampingi anak saat ujian sekolah

21

Kondisi yang terjadi di lingkungan sekitar SD Negeri Gugus Gajah

Mada Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora para orang tua sering kali

melalaikan pendidikan anaknya dan memberikan sepenuhnya kepada guru

untuk diberikan pendidikan di sekolah-sekolah dan melupakan kewajibannya

untuk mendidik di rumah. Para orang tua hanya sibuk mengejar karir atau

pekerjaannya tanpa memperdulikan perkembangan anak-anaknya. Mereka

beranggapan bahwa pendidikan di sekolah sudah lebih dari cukup dan tidak

memperhatikan prestasi belajar anaknya. Minimnya pengawasan orang tua

mengenai perkembangan pendidikan anak-anaknya dan jarang menjadi

pendamping belajar sehingga siswa-siswa memiliki hasil belajar rata-rata

menengah ke bawah. Peran orang tua akan membuat anak akan terdorong

untuk belajar secara aktif, karena bentuk dari peran orang tua merupakan salah

satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi anak untuk belajar

sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa peran orang tua yang tepat dan sesuai dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka pengaruh peran orang tua dalam

membimbing anak belajar di rumah terhadap hasil belajar dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 2.1

Skema Kerangka Berfikir Penelitian Pengaruh Peran Orang Tua

Dalam Membimbing Anak Belajar di Rumah Terhadap Hasil Belajar

Keterangan:

X : Peran orang tua membimbing anak belajar di rumah

X2 : Memotivasi anak untuk berprestasi dalam belajar (memberikan pujian,

memberikan perintah, menyediakan buku, perlengkapan dan fasilitas

belajar, mendampingi belajar, membantu mengerjakan tugas).

X

X1

X2

X3

Y

Page 18: kajian tentang peran orang tua dalam mendampingi anak saat ujian sekolah

22

X2 : Mengatasi masalah-masalah belajar (mengatasi kesulitan belajar,

membantu menyusun jadwal sekolah dan dirumah, menjaga kesehatan

dan memberikan hadiah).

X3 : Mengembangkan gaya belajar anak (memeriksa hasil belajar disekolah,

membantu belajar, dan mengingatkan tugas-tugas/pekerjaan rumah)

Y : Hasil belajar

2.5 Hipotesa Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir tersebut dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ha : Ada pengaruh peran orang tua dalam membimbing belajar terhadap

hasil belajar siswa kelas IV SDN Terakreditasi A Gugus Gajah Mada.

Ho : Tidak ada pengaruh peran orang tua dalam membimbing belajar

terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN Terakreditasi A Gugus

Gajah Mada.


Recommended