HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA
DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE
DI DESA SENDANGMULYO KABUPATEN BLORA
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana
Kedokteran
Diajukan Oleh :
Imba Wahyu Ginandra
J 50011 0075
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA DENGAN
PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA
SENDANGMULYO KABUPATEN BLORA
Yang diajukan Oleh :
ABSTRAK
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA
DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE
DI DESA SENDANGMULYO KABUPATEN BLORA
Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Imba Wahyu Ginandra, Burhannudin Ichsan, Erika Diana Risanti
Latar Belakang: Demam berdarah dengue merupakan penyakit akibat virus
melalui perantara nyamuk yang penyebarannya sangat cepat dan merupakan salah
satu contoh penyakit yang dapat menyebabkan kedaruratan kesehatan. Upaya
promotif dan preventif melalui peningkatan kualitas pengetahuan dan perilaku
kepala keluarga dapat menjadi alternatif karena mahalnya upaya kuratif dan
rehabilitatif. Kurangnya pengetahuan dan buruknya perilaku pencegahan dapat
menjadi permasalahan dalam pemberantasan demam berdarah dengue.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
tingkat pengetahuan kepala keluarga dengan perilaku pencegahan demam
berdarah dengue.
Metode: Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan
cross sectional. Jumlah responden sebanyak 36 kepala keluarga yang dipilih
dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Untuk mengetahui
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan demam
berdarah dengue digunakan uji Chi-square.
Hasil: Sebagian besar kepala keluarga berpengetahuan tinggi yaitu sebanyak 23
orang (63,9 %) dan yang pengetahuannya rendah sebanyak 13 orang (36,1 %).
Hasil analisis statistik menunjukkan nilai p = 0,005.
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan
kepala keluarga dengan perilaku pencegahan demam berdarah dengue di Desa
Sendangmulyo Kabupaten Blora.
Kata kunci: pengetahuan, perilaku, demam berdarah dengue.
ABSTRACT
The Correlation between Patriarchs’ Knowledge Level with the Prevention
Behaviour of Dengue Hemorrhagic Fever in Sendangmulyo, Blora District.
Medical Faculty Muhammadiyah University of Surakarta.
Imba Wahyu Ginandra, Burhannudin Ichsan, Erika Diana Risanti
Introduction: Dengue Hemorrhagic Fever is a disease caused by a virus through
the intermediary of mosquitoes that spread very quickly and is one example of a
disease that can cause public health emergencies. Promotive and preventive
efforts through improving the quality of the knowledge and behaviour of the
patriarchs can be an alternative since the expensiveness of curative and
rehabilitative efforts. The lack of knowledge and poor prevention behaviour can
be a problem in the eradication of Dengue Hemorrhagic Fever.
Objective: This research aimed to know the correlation between patriarchs’
knowledge level and prevention behaviour of Dengue Hemorrhagic Fever.
Method: The design of this research is an analytic observational with a cross-
sectional approach. The total of respondents is thirty six (36) patriarchs who are
chosen by using cluster random sampling technique. The researcher uses Chi-
square test by SPSS 21 to find out the correlation between patriarchs’ knowledge
level and prevention behaviour of Dengue Hemorrhagic Fever.
Result: The total of patriarchs who have high level of knowledge is twenty-three
patriarchs (63. 9 %) and those who have poor level of knowledge are thirteen
patriarchs (36. 1 %). The statistical analysis shows the value of p is 0. 005.
Conclusion: There is a significant correlation between patriarchs’ knowledge
level and the prevention behaviour of Dengue Hemorrhagic Fever in
Sendangmulyo, Blora.
Key words: knowledge, behaviour, Dengue Hemorrhagic Fever.
PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit akibat
virus dengue melalui perantara nyamuk yang penyebarannya paling cepat.
Demam berdarah termasuk contoh penyakit yang dapat menyebabkan
kedaruratan kesehatan. Penyakit DBD ini disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui perantara nyamuk Aedes Aegypti (Profil Kesehatan Jawa
Tengah, 2012).
Terdapat sekitar 2,5 miliar orang tinggal di negara endemik dan terjadi
50 juta infeksi virus dengue setiap tahunnya. DBD umumnya banyak
ditemukan di daerah yang beriklim tropis dan subtropis seperti Asia
Tenggara, diantaranya yaitu Indonesia (WHO, 2009). Jumlah kasus DBD di
Indonesia pada tahun 2012 ditemukan sejumlah 90.245 kasus dengan angka
kematian 816 orang (Depkes RI, 2013). Angka kejadian DBD di Provinsi
Jawa Tengah mencapai 19,29 per 100.000 penduduk di tahun 2012. Jumlah
kasus di Kabupaten Blora mencapai 752 kejadian dengan angka kematian
sebesar 12 orang (Dinkes Jateng, 2012).
Permasalahan pada pengendalian penyakit DBD dapat disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan serta perilaku dan sosialisasi pemerintah tentang
upaya pengendalian DBD (Bahtiar, 2012). Upaya pencegahan DBD melalui
peningkatan kualitas pengetahuan masyarakat tentang cara penyebaran dan
pemberantasan penyakit DBD melalui upaya promotif dan preventif bisa
menjadi jalan alternatif. Sementara itu, upaya kuratif dan rehabilitatif
membutuhkan waktu yang lebih lama, biaya yang cenderung lebih mahal, dan
masyarakat yang bergantung pada upaya pemerintah (Waris & Yuana, 2013).
Menurut KEPMENKES No 581/MENKES/SK/VII/1992 tentang
Kebijakan Nasional pengendalian DBD, pemberantasan DBD dapat
dilakukan melalui peningkatan ilmu pengetahuan serta peningkatan perilaku
hidup sehat dan kemandirian dalam pengendalian DBD. Beragamnya tingkat
pengetahuan, sikap, dan perilaku dapat menjadi penghambat tindakan
pengendalian DBD (Depkes, 2011).
Pengetahuan ditujukan untuk mengetahui cara pencegahan, gejala dan
tanda, serta penanganan penyakit DBD agar keluarga dan dirinya sendiri tidak
terjangkit DBD. Pengetahuan seseorang tentang kesehatan dapat
mempengaruhi perilaku kesehatannya sebagai hasil dari intermediate impact,
yang selanjutnya akan meningkatkan indikator kesehatan (Farida &
Anugerahwati, 2012). Faktor lain yang lebih penting dalam pemberantasan
penyakit DBD adalah perilaku pencegahan DBD dalam masyarakat itu
sendiri. Perilaku muncul sebagai wujud dari pengetahuan, sikap, dan
tindakan. Menurut Lefcourt (1982), pengendalian perilaku kesehatan pada
seseorang berkaitan dengan informasi yang dimilikinya atau dalam hal ini
disebut sebagai pengetahuan (Chotidjah, 2012). Menurut studi yang
dilakukan oleh Indah et al (2011) tentang pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat Aceh dalam pencegahan DBD menunjukakan adanya hubungan
yang bermakna antara pengetahuan responden dengan perilaku pencegahan
DBD dengan nilai p = 0,000 (Indah et al, 2011).
Fungsi pengetahuan sebagai wujud perilaku pencegahan DBD dalam
masyarakat bisa dinilai dari lingkungan yang lebih sederhana yaitu keluarga,
terutama kepala keluarga. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1994
menyebutkan fungsi keluarga termasuk kepala keluarga di dalamnya
mempunyai fungsi dalam pembinaan lingkungan, yaitu mengelola kehidupan
keluarga dengan tetap memelihara lingkungan sekitarnya (Puspitawati, 2012).
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian ini adalah analitik observasional dengan
pendekatan cross sectional. Survei cross sectional adalah suatu penelitian
untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek,
dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
waktu saja (Notoatmojo, 2010). Tempat penelitian ini adalah Desa
Sendangmulyo Kabupaten Blora, penelitian diselesaikan pada bulan
Desember 2014.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga yang
bertempat tinggal di Desa Sendangmulyo Kabupaten Blora. Sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga dari total populasi yang tinggal
di Desa Sendangmulyo Kabupaten Blora yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Jumlah sampel yang dipilih adalah 36 sampel. Teknik pengambilan
sampel yang dipakai adalah pengambilan sampel secara kelompok (cluster
random sampling), yaitu cara pengambilan sampel berdasarkan unit
geografis, unit organisasi, dan sebagainya, kemudian mengambil sampel dari
kelompok tersebut (Notoatmodjo, 2010).
Variabel dalam penelitian ini antara lain variabel bebas yaitu
pengetahuan kepala keluarga tentang demam berdarah dengue dan variabel
terikat yaitu perilaku pencegahan demam berdarah dengue. Data diperoleh
dari sampel dengan penilaian langsung dari hasil jawaban pada kuesioner
pengetahuan dan perilaku yang telah dijawab responden. Analisis data yang
digunakan adalah uji Chi square.
HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Responden
a. Umur Kepala Keluarga
Tabel 1 : Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan
Umur Frekuensi Presentase (%)
20 – 29 tahun 2 5,6
30 – 49 tahun 29 80,6
50 – 60 tahun 5 13,9
Total 36 100,0
Berdasarkan hasil analisis distribusi usia kepala keluarga yang
ditampilkan pada tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
didominasi oleh kelompok umur 30-49 tahun yaitu sebanyak 29 kepala
keluarga (80,6 %). Kepala keluarga dengan kelompok umur 20 – 29
tahun sebanyak 2 orang (5,6 %), sedangkan pada kelompok umur 50 –
60 tahun terdapat 5 kepala keluarga (13,9 %).
b. Pendidikan Kepala Keluarga
Tabel 2 : Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentase (%)
Tamat SD 17 47,2
SMP 13 36,1
SMA 3 8,3
Akademi/Perguruan Tinggi 3 8,3
Total 36 100,0
Berdasarkan hasil analisis distribusi pendidikan kepala keluarga
pada tabel 2, menunjukkan bahwa sebagian besar responden merupakan
tamatan SD dengan jumlah sebanyak 17 orang (47,2 %), kemudian
diikuti sebanyak 13 kepala keluarga (36,1 %) yang lulus SMP.
Sedangkan untuk kepala keluarga yang berpendidikan SMA sebanyak 3
orang (8,3 % ) dan lulus Akademi atau Perguruan Tinggi juga sebanyak
3 orang (8,3 %).
c. Pekerjaan Kepala Keluarga
Tabel 3 : Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)
Petani 21 58,3
Swasta 12 33,3
PNS 3 8,3
Total 36 100,0
Berdasarkan hasil analisis distribusi jenis pekerjaan kepala
keluarga pada tabel 3 didapatkan bahwa pekerjaan sebagai petani
merupakan pekerjaan yang paling banyak ditekuni, yaitu sebanyak 21
orang (58,3 %). Kepala keluarga dengan pekerjaan swasta sebanyak 12
orang (33,3 %), serta pekerjaan sebagai PNS sebanyak 3 orang (8,3 %).
d. Tingkat Pengetahuan Kepala Keluarga tentang Demam Berdarah
Dengue
Tabel 4 : Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan tentang Demam Berdarah Dengue
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)
Rendah 13 36,1
Tinggi 23 63,9
Total 36 100,0
Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan kepala keluarga
pada tabel 4, menunjukkan bahwa sebagian besar kepala keluarga
sudah berpengetahuan baik, yaitu sebanyak 23 orang (63,9 %).
Sedangkan untuk kepala keluarga dengan tingkat pengetahuan rendah
sebanyak 13 orang (36,1 %).
e. Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Dengue Kepala Keluarga
Tabel 5 : Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Perilaku
Pencegahan Demam Berdarah Dengue
Perilaku Frekuensi Presentase (%)
Tidak Baik 14 38,9
Baik 22 61,1
Total 36 100,0
Berdasarkan hasil penelitan perilaku pencegahan DBD oleh kepala
keluarga pada tabel 5, didapatkan bahwa kepala keluarga dengan
perilaku pencegahan yang baik sebanyak 22 orang (61,1 %) dan yang
berperilaku tidak baik dalam pencegahan sebanyak 14 orang (38,9 %).
2. Analisis Bivariat
Tabel 6 : Hasil Uji Chi Square
Tingkat
Pengetahuan
Perilaku Pencegahan
Total (P) Tidak Baik Baik
N % N % N %
Rendah 9 69,2 4 30,8 13 100
0,005 Tinggi 5 21,7 18 78,3 23 100
Total 14 38,9 22 61,1 36 100
Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil uji statistik Chi square
menggunakan program SPSS 21 didapatkan nilai probabilitas signifikansi
(p) sebesar 0,005. Nilai p < 0,05 menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara tingkat pengetahuan kepala keluarga dengan perilaku pencegahan
DBD di desa Sendangmulyo, kecamatan Ngawen, Blora. Hasil uji Chi-
square menunjukkan bahwa dari 36 responden didapatkan 18 orang (78,3
%) kepala keluarga dengan tingkat pengetahuan baik memiliki tindakan
yang baik dalam pencegahan DBD. Kepala keluarga dengan tingkat
pengetahuan rendah akan tetapi perilaku pencegahannya baik ditemukan
sebanyak 4 orang (30,8 %).
PEMBAHASAN
Penelitian yang melibatkan 36 kepala keluarga sebagai responden ini
menunjukkan hasil bahwa kepala keluarga dengan tingkat pengetahuan tinggi
sebagian besar besar juga berperilaku baik dalam pencegahan DBD yaitu
sebanyak 18 orang (78,3 %), sementara kepala keluarga dengan tingkat
pengetahuan tinggi tetapi perilakunya dalam pencegahan DBD tidak baik
hanya berjumlah 5 orang (21,7 %). Kepala keluarga dengan tingkat
pengetahuan rendah dan berperilaku tidak baik dalam pencegahan DBD
didapatkan sejumlah 9 orang (69,2 %), sedangkan untuk kepala keluarga
dengan tingkat pengetahuan rendah tetapi berperilaku baik hanya berjumlah 4
orang (30,8 %). Menurut Notoatmodjo (2007), Sebelum beperilaku terutama
dalam menghadapi perilaku baru, seseorang harus lebih dulu mengethaui
manfaat perilaku tersebut bagi dirinya dan keluarganya (Notoatmodjo, 2007).
Hasil dari analisis data menggunakan uji Chi square menunjukkan nilai p
sebesar 0,005 yang berarti terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan
kepala keluarga tentang DBD dengan perilaku pencegahan DBD. Hasil
tersebut sesuai dengan tingkat pengetahuan kepala keluarga yang tinggi
disertai dengan perilaku pencegahan DBD yang baik pula.
Pengetahuan merupakan salah satu penentu perilaku kesehatan yang
timbul dari seseorang atau masyarakat disamping tradisi, kepercayaan, sikap,
dan sebagainya. Ketersediaan fasilitas serta perilaku dan sikap para petugas
kesehatan juga berperan dalam mendukung dan memperkuat terbentuknya
perilaku. Pengetahuan menurut teori Lawrence Green digolongkan sebagai
faktor predisposisi bersama dengan keyakinan, sikap, kepercayaan, dan nilai-
nilai. Sedangkan ketersediaan fasilitas dapat dikategorikan sebagai faktor
pendukung dan perilaku serta sikap petugas kesehatan sebagai faktor
pendorong. Ketiga faktor inilah yang mempengaruhi perilaku kesehatan
seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku seseorang juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Besarnya pengaruh faktor lingkungan yang terkadang melebihi karakteristik
individu itu sendiri dapat menentukan perilaku yang ditimbulkannya. Hal ini
terjadi karena nilai-nilai, motif, sikap, serta sifat kepribadian saling
berinteraksi satu sama lain dan selanjutnya juga berinteraksi dengan faktor
lingkungan. Manusia memiliki karakteristik reaksi perilaku yang menarik,
salah satunya yaitu sifat diferensialnya. Artinya bahwa, satu stimulus yang
diterima seseorang dapat menghasilkan tanggapan-tanggapan yang berbeda,
ataupun sebaliknya jika seseorang menerima banyak stimulus yang berbeda
dapat menimbulkan satu tanggapan yang sama. Teori tindakan beralasan yang
dikemukakan oleh Brehm dan Kassin yang dikutip oleh Azwar (2013),
menjelaskan secara sederhana bahwa suatu tindakan akan dilakukan oleh
seseorang apabila tindakan tersebut dianggapnya positif dan ingin agar orang
lain melakukan hal yang sama (Azwar, 2013).
Sebagian besar tingkat pendidikan kepala keluarga yang menjadi
responden hanya tamat SD yaitu sebanyak 17 orang (47,2 %), akan tetapi
sebanyak 63,9 % kepala keluarga memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi
dalam mengetahui gejala, penyebab, upaya pertolongan, tempat
perkembangbiakan nyamuk Ae. Aegypti, pencegahan serta pemberantasan
penyakit DBD. Umumnya semakin rendah tingkat pendidikan akan dapat
menghambat berkembangnya sikap seseorang dalam menerima informasi dan
nilai-nilai baru yang didapatkannya sehingga dapat berpengaruh pada
perilaku sesorang dalam pecegahan DBD (Harmani & Hamal, 2013). Fakta
yang terjadi dari hasil penelitian ini dapat disebabkan karena sebagian besar
kepala keluarga mengaku telah mendapatkan informasi mengenai DBD yang
jelas melalui kegiatan penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan
serta informasi dari media elektronik seperti televisi dan radio.
Hasil analisis Chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
tingkat pengetahuan kepala keluarga dengan perilaku pencegahan DBD
dengan nilai p sebesar 0,005. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Indah et al (2011) yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan DBD (Indah et al,
2011). Hasil yang sama juga ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh
Ayudhya et al (2014), didapatkan nilai p value = 0,042 yang berarti terdapat
hubungan signifikan antara pengetahuan dan tindakan pecegahan DBD
(Ayudhya et al, 2014).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Sendangmulyo,
Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora dan pembahasan hasil penelitian
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara tingkat
pengetahuan kepala keluarga dengan perilaku pencegahan demam berdarah
dengue.
DAFTAR PUSTAKA
Anugerahwati, N., Farida, I., 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
Penyakit DHF dengan Prevalensi DHF. Jurnal Ilmiah Keperawatan
STIKES Hang Tuah Surabaya. Vol. 3, No. 2:67-77
Ayudhya, P., Ottay, R.I., Kaunang, W.P.J., Kandou, G.D., Pandelaki, A.J., 2014.
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat tentang Penyakit Demam
Berdarah dengan Pencegahan Vektor di Kelurahan Malalayang 1 Barat
Kota Manado. Jurnal Kedokteran Tropik. Vol. 2, No. 1:9-13
Azwar, S., 2013. Sikap Manusia : Teori dan Pegukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Bahtiar, Y., 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tokoh Masyarakat dengan
Perannya dalam Pengendalian Demam Berdarah di Wilayah Puskesmas
Kawalu Kota Tasikmalaya. Aspirator. Vol. 4, No. 2:73-84
Chotidjah, S., 2012. Pengetahuan Tentang Rokok. Pusat Kendali Eksternal dan
Perilaku Merokok. Makara. Vol. 16, No. 1:49-56
Depkes RI 2011. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue.
pppl.depkes.go.id/_asset/_download/manajemen%20DBD_all.pdf.
Diakses pada tanggal 23 Oktober 2014.
2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. http://depkes.go.id
/index.php?vw=2&pg=vwSecPublikasiData. Diakses pada tanggal 6 Mei
2014.
Dinkes Jateng 2013. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
www.depkes.go.id/downloads/RE%20Jateng%20%2020%20Feb%.2013.
pdf. Diakses pada tanggal 20 Mei 2014
Harmani, N., Hamal, D.K., 2013. Hubungan antara Karakteristik Ibu dengan
Perilaku Pencegahan Penyakit DBD di Kecamatan Karang Tengah
Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat Tahun 2013.
http://lemlit.uhamka.ac.id/files/dbd.pdf. Diakses pada tanggal 12 Januari
2015.
Indah, R., Dahlia , Hermawati, D., 2011. Studi Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Masyarakat Aceh dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue.
Prosiding Seminar Hasil Kebencanaan TDMRC Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh. http://www.tdmrc.org/id/wp-content/uploads/2011/04/34-
39_studi _pengetahuan_sikap.pdf. Diakses pada tanggal 30 November
2014.
Notoatmodjo, S., 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
, S., 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Puspitawati, H., et al., 2013. Fungsi Keluarga, Pembagian Peran dan Kemitraan
Gender dalam Keluarga.
ikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/kemitraan_gender. pdf.
Diakses pada tanggal 28 Mei 2014.
Waris, L., Yuana, W.T., 2013. Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat terhadap
Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Batulicin Kabupaten Tanah
Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Epidemiologi dan Penyakit
Bersumber Binatang. Vol. 4, No. 3:144-49
WHO 2009. Dengue Guidlines for Diagnosis, Treatment, Prevention, and Control.
http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241547871.
eng.pdf?ua=1. Diakses pada tanggal 6 Mei 2014.