13
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA SENDANGMULYO KABUPATEN BLORA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran Diajukan Oleh : Imba Wahyu Ginandra J 50011 0075 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA

  • Upload
    lamtruc

  • View
    250

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA

DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE

DI DESA SENDANGMULYO KABUPATEN BLORA

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Kedokteran

Diajukan Oleh :

Imba Wahyu Ginandra

J 50011 0075

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

Page 2: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA

ii

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA DENGAN

PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA

SENDANGMULYO KABUPATEN BLORA

Yang diajukan Oleh :

Page 3: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA

ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA

DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE

DI DESA SENDANGMULYO KABUPATEN BLORA

Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Imba Wahyu Ginandra, Burhannudin Ichsan, Erika Diana Risanti

Latar Belakang: Demam berdarah dengue merupakan penyakit akibat virus

melalui perantara nyamuk yang penyebarannya sangat cepat dan merupakan salah

satu contoh penyakit yang dapat menyebabkan kedaruratan kesehatan. Upaya

promotif dan preventif melalui peningkatan kualitas pengetahuan dan perilaku

kepala keluarga dapat menjadi alternatif karena mahalnya upaya kuratif dan

rehabilitatif. Kurangnya pengetahuan dan buruknya perilaku pencegahan dapat

menjadi permasalahan dalam pemberantasan demam berdarah dengue.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

tingkat pengetahuan kepala keluarga dengan perilaku pencegahan demam

berdarah dengue.

Metode: Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan

cross sectional. Jumlah responden sebanyak 36 kepala keluarga yang dipilih

dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Untuk mengetahui

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan demam

berdarah dengue digunakan uji Chi-square.

Hasil: Sebagian besar kepala keluarga berpengetahuan tinggi yaitu sebanyak 23

orang (63,9 %) dan yang pengetahuannya rendah sebanyak 13 orang (36,1 %).

Hasil analisis statistik menunjukkan nilai p = 0,005.

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan

kepala keluarga dengan perilaku pencegahan demam berdarah dengue di Desa

Sendangmulyo Kabupaten Blora.

Kata kunci: pengetahuan, perilaku, demam berdarah dengue.

Page 4: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA

ABSTRACT

The Correlation between Patriarchs’ Knowledge Level with the Prevention

Behaviour of Dengue Hemorrhagic Fever in Sendangmulyo, Blora District.

Medical Faculty Muhammadiyah University of Surakarta.

Imba Wahyu Ginandra, Burhannudin Ichsan, Erika Diana Risanti

Introduction: Dengue Hemorrhagic Fever is a disease caused by a virus through

the intermediary of mosquitoes that spread very quickly and is one example of a

disease that can cause public health emergencies. Promotive and preventive

efforts through improving the quality of the knowledge and behaviour of the

patriarchs can be an alternative since the expensiveness of curative and

rehabilitative efforts. The lack of knowledge and poor prevention behaviour can

be a problem in the eradication of Dengue Hemorrhagic Fever.

Objective: This research aimed to know the correlation between patriarchs’

knowledge level and prevention behaviour of Dengue Hemorrhagic Fever.

Method: The design of this research is an analytic observational with a cross-

sectional approach. The total of respondents is thirty six (36) patriarchs who are

chosen by using cluster random sampling technique. The researcher uses Chi-

square test by SPSS 21 to find out the correlation between patriarchs’ knowledge

level and prevention behaviour of Dengue Hemorrhagic Fever.

Result: The total of patriarchs who have high level of knowledge is twenty-three

patriarchs (63. 9 %) and those who have poor level of knowledge are thirteen

patriarchs (36. 1 %). The statistical analysis shows the value of p is 0. 005.

Conclusion: There is a significant correlation between patriarchs’ knowledge

level and the prevention behaviour of Dengue Hemorrhagic Fever in

Sendangmulyo, Blora.

Key words: knowledge, behaviour, Dengue Hemorrhagic Fever.

Page 5: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA

PENDAHULUAN

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit akibat

virus dengue melalui perantara nyamuk yang penyebarannya paling cepat.

Demam berdarah termasuk contoh penyakit yang dapat menyebabkan

kedaruratan kesehatan. Penyakit DBD ini disebabkan oleh virus dengue yang

ditularkan melalui perantara nyamuk Aedes Aegypti (Profil Kesehatan Jawa

Tengah, 2012).

Terdapat sekitar 2,5 miliar orang tinggal di negara endemik dan terjadi

50 juta infeksi virus dengue setiap tahunnya. DBD umumnya banyak

ditemukan di daerah yang beriklim tropis dan subtropis seperti Asia

Tenggara, diantaranya yaitu Indonesia (WHO, 2009). Jumlah kasus DBD di

Indonesia pada tahun 2012 ditemukan sejumlah 90.245 kasus dengan angka

kematian 816 orang (Depkes RI, 2013). Angka kejadian DBD di Provinsi

Jawa Tengah mencapai 19,29 per 100.000 penduduk di tahun 2012. Jumlah

kasus di Kabupaten Blora mencapai 752 kejadian dengan angka kematian

sebesar 12 orang (Dinkes Jateng, 2012).

Permasalahan pada pengendalian penyakit DBD dapat disebabkan oleh

kurangnya pengetahuan serta perilaku dan sosialisasi pemerintah tentang

upaya pengendalian DBD (Bahtiar, 2012). Upaya pencegahan DBD melalui

peningkatan kualitas pengetahuan masyarakat tentang cara penyebaran dan

pemberantasan penyakit DBD melalui upaya promotif dan preventif bisa

menjadi jalan alternatif. Sementara itu, upaya kuratif dan rehabilitatif

membutuhkan waktu yang lebih lama, biaya yang cenderung lebih mahal, dan

masyarakat yang bergantung pada upaya pemerintah (Waris & Yuana, 2013).

Menurut KEPMENKES No 581/MENKES/SK/VII/1992 tentang

Kebijakan Nasional pengendalian DBD, pemberantasan DBD dapat

dilakukan melalui peningkatan ilmu pengetahuan serta peningkatan perilaku

hidup sehat dan kemandirian dalam pengendalian DBD. Beragamnya tingkat

pengetahuan, sikap, dan perilaku dapat menjadi penghambat tindakan

pengendalian DBD (Depkes, 2011).

Page 6: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA

Pengetahuan ditujukan untuk mengetahui cara pencegahan, gejala dan

tanda, serta penanganan penyakit DBD agar keluarga dan dirinya sendiri tidak

terjangkit DBD. Pengetahuan seseorang tentang kesehatan dapat

mempengaruhi perilaku kesehatannya sebagai hasil dari intermediate impact,

yang selanjutnya akan meningkatkan indikator kesehatan (Farida &

Anugerahwati, 2012). Faktor lain yang lebih penting dalam pemberantasan

penyakit DBD adalah perilaku pencegahan DBD dalam masyarakat itu

sendiri. Perilaku muncul sebagai wujud dari pengetahuan, sikap, dan

tindakan. Menurut Lefcourt (1982), pengendalian perilaku kesehatan pada

seseorang berkaitan dengan informasi yang dimilikinya atau dalam hal ini

disebut sebagai pengetahuan (Chotidjah, 2012). Menurut studi yang

dilakukan oleh Indah et al (2011) tentang pengetahuan, sikap dan perilaku

masyarakat Aceh dalam pencegahan DBD menunjukakan adanya hubungan

yang bermakna antara pengetahuan responden dengan perilaku pencegahan

DBD dengan nilai p = 0,000 (Indah et al, 2011).

Fungsi pengetahuan sebagai wujud perilaku pencegahan DBD dalam

masyarakat bisa dinilai dari lingkungan yang lebih sederhana yaitu keluarga,

terutama kepala keluarga. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1994

menyebutkan fungsi keluarga termasuk kepala keluarga di dalamnya

mempunyai fungsi dalam pembinaan lingkungan, yaitu mengelola kehidupan

keluarga dengan tetap memelihara lingkungan sekitarnya (Puspitawati, 2012).

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian ini adalah analitik observasional dengan

pendekatan cross sectional. Survei cross sectional adalah suatu penelitian

untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek,

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada

waktu saja (Notoatmojo, 2010). Tempat penelitian ini adalah Desa

Sendangmulyo Kabupaten Blora, penelitian diselesaikan pada bulan

Desember 2014.

Page 7: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA

Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga yang

bertempat tinggal di Desa Sendangmulyo Kabupaten Blora. Sampel dalam

penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga dari total populasi yang tinggal

di Desa Sendangmulyo Kabupaten Blora yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi. Jumlah sampel yang dipilih adalah 36 sampel. Teknik pengambilan

sampel yang dipakai adalah pengambilan sampel secara kelompok (cluster

random sampling), yaitu cara pengambilan sampel berdasarkan unit

geografis, unit organisasi, dan sebagainya, kemudian mengambil sampel dari

kelompok tersebut (Notoatmodjo, 2010).

Variabel dalam penelitian ini antara lain variabel bebas yaitu

pengetahuan kepala keluarga tentang demam berdarah dengue dan variabel

terikat yaitu perilaku pencegahan demam berdarah dengue. Data diperoleh

dari sampel dengan penilaian langsung dari hasil jawaban pada kuesioner

pengetahuan dan perilaku yang telah dijawab responden. Analisis data yang

digunakan adalah uji Chi square.

HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Responden

a. Umur Kepala Keluarga

Tabel 1 : Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan

Umur Frekuensi Presentase (%)

20 – 29 tahun 2 5,6

30 – 49 tahun 29 80,6

50 – 60 tahun 5 13,9

Total 36 100,0

Berdasarkan hasil analisis distribusi usia kepala keluarga yang

ditampilkan pada tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

didominasi oleh kelompok umur 30-49 tahun yaitu sebanyak 29 kepala

keluarga (80,6 %). Kepala keluarga dengan kelompok umur 20 – 29

tahun sebanyak 2 orang (5,6 %), sedangkan pada kelompok umur 50 –

60 tahun terdapat 5 kepala keluarga (13,9 %).

Page 8: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA

b. Pendidikan Kepala Keluarga

Tabel 2 : Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan

Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentase (%)

Tamat SD 17 47,2

SMP 13 36,1

SMA 3 8,3

Akademi/Perguruan Tinggi 3 8,3

Total 36 100,0

Berdasarkan hasil analisis distribusi pendidikan kepala keluarga

pada tabel 2, menunjukkan bahwa sebagian besar responden merupakan

tamatan SD dengan jumlah sebanyak 17 orang (47,2 %), kemudian

diikuti sebanyak 13 kepala keluarga (36,1 %) yang lulus SMP.

Sedangkan untuk kepala keluarga yang berpendidikan SMA sebanyak 3

orang (8,3 % ) dan lulus Akademi atau Perguruan Tinggi juga sebanyak

3 orang (8,3 %).

c. Pekerjaan Kepala Keluarga

Tabel 3 : Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)

Petani 21 58,3

Swasta 12 33,3

PNS 3 8,3

Total 36 100,0

Berdasarkan hasil analisis distribusi jenis pekerjaan kepala

keluarga pada tabel 3 didapatkan bahwa pekerjaan sebagai petani

merupakan pekerjaan yang paling banyak ditekuni, yaitu sebanyak 21

orang (58,3 %). Kepala keluarga dengan pekerjaan swasta sebanyak 12

orang (33,3 %), serta pekerjaan sebagai PNS sebanyak 3 orang (8,3 %).

Page 9: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA

d. Tingkat Pengetahuan Kepala Keluarga tentang Demam Berdarah

Dengue

Tabel 4 : Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan tentang Demam Berdarah Dengue

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)

Rendah 13 36,1

Tinggi 23 63,9

Total 36 100,0

Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan kepala keluarga

pada tabel 4, menunjukkan bahwa sebagian besar kepala keluarga

sudah berpengetahuan baik, yaitu sebanyak 23 orang (63,9 %).

Sedangkan untuk kepala keluarga dengan tingkat pengetahuan rendah

sebanyak 13 orang (36,1 %).

e. Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Dengue Kepala Keluarga

Tabel 5 : Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Perilaku

Pencegahan Demam Berdarah Dengue

Perilaku Frekuensi Presentase (%)

Tidak Baik 14 38,9

Baik 22 61,1

Total 36 100,0

Berdasarkan hasil penelitan perilaku pencegahan DBD oleh kepala

keluarga pada tabel 5, didapatkan bahwa kepala keluarga dengan

perilaku pencegahan yang baik sebanyak 22 orang (61,1 %) dan yang

berperilaku tidak baik dalam pencegahan sebanyak 14 orang (38,9 %).

2. Analisis Bivariat

Tabel 6 : Hasil Uji Chi Square

Tingkat

Pengetahuan

Perilaku Pencegahan

Total (P) Tidak Baik Baik

N % N % N %

Rendah 9 69,2 4 30,8 13 100

0,005 Tinggi 5 21,7 18 78,3 23 100

Total 14 38,9 22 61,1 36 100

Page 10: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA

Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil uji statistik Chi square

menggunakan program SPSS 21 didapatkan nilai probabilitas signifikansi

(p) sebesar 0,005. Nilai p < 0,05 menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara tingkat pengetahuan kepala keluarga dengan perilaku pencegahan

DBD di desa Sendangmulyo, kecamatan Ngawen, Blora. Hasil uji Chi-

square menunjukkan bahwa dari 36 responden didapatkan 18 orang (78,3

%) kepala keluarga dengan tingkat pengetahuan baik memiliki tindakan

yang baik dalam pencegahan DBD. Kepala keluarga dengan tingkat

pengetahuan rendah akan tetapi perilaku pencegahannya baik ditemukan

sebanyak 4 orang (30,8 %).

PEMBAHASAN

Penelitian yang melibatkan 36 kepala keluarga sebagai responden ini

menunjukkan hasil bahwa kepala keluarga dengan tingkat pengetahuan tinggi

sebagian besar besar juga berperilaku baik dalam pencegahan DBD yaitu

sebanyak 18 orang (78,3 %), sementara kepala keluarga dengan tingkat

pengetahuan tinggi tetapi perilakunya dalam pencegahan DBD tidak baik

hanya berjumlah 5 orang (21,7 %). Kepala keluarga dengan tingkat

pengetahuan rendah dan berperilaku tidak baik dalam pencegahan DBD

didapatkan sejumlah 9 orang (69,2 %), sedangkan untuk kepala keluarga

dengan tingkat pengetahuan rendah tetapi berperilaku baik hanya berjumlah 4

orang (30,8 %). Menurut Notoatmodjo (2007), Sebelum beperilaku terutama

dalam menghadapi perilaku baru, seseorang harus lebih dulu mengethaui

manfaat perilaku tersebut bagi dirinya dan keluarganya (Notoatmodjo, 2007).

Hasil dari analisis data menggunakan uji Chi square menunjukkan nilai p

sebesar 0,005 yang berarti terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan

kepala keluarga tentang DBD dengan perilaku pencegahan DBD. Hasil

tersebut sesuai dengan tingkat pengetahuan kepala keluarga yang tinggi

disertai dengan perilaku pencegahan DBD yang baik pula.

Pengetahuan merupakan salah satu penentu perilaku kesehatan yang

timbul dari seseorang atau masyarakat disamping tradisi, kepercayaan, sikap,

Page 11: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA

dan sebagainya. Ketersediaan fasilitas serta perilaku dan sikap para petugas

kesehatan juga berperan dalam mendukung dan memperkuat terbentuknya

perilaku. Pengetahuan menurut teori Lawrence Green digolongkan sebagai

faktor predisposisi bersama dengan keyakinan, sikap, kepercayaan, dan nilai-

nilai. Sedangkan ketersediaan fasilitas dapat dikategorikan sebagai faktor

pendukung dan perilaku serta sikap petugas kesehatan sebagai faktor

pendorong. Ketiga faktor inilah yang mempengaruhi perilaku kesehatan

seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku seseorang juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Besarnya pengaruh faktor lingkungan yang terkadang melebihi karakteristik

individu itu sendiri dapat menentukan perilaku yang ditimbulkannya. Hal ini

terjadi karena nilai-nilai, motif, sikap, serta sifat kepribadian saling

berinteraksi satu sama lain dan selanjutnya juga berinteraksi dengan faktor

lingkungan. Manusia memiliki karakteristik reaksi perilaku yang menarik,

salah satunya yaitu sifat diferensialnya. Artinya bahwa, satu stimulus yang

diterima seseorang dapat menghasilkan tanggapan-tanggapan yang berbeda,

ataupun sebaliknya jika seseorang menerima banyak stimulus yang berbeda

dapat menimbulkan satu tanggapan yang sama. Teori tindakan beralasan yang

dikemukakan oleh Brehm dan Kassin yang dikutip oleh Azwar (2013),

menjelaskan secara sederhana bahwa suatu tindakan akan dilakukan oleh

seseorang apabila tindakan tersebut dianggapnya positif dan ingin agar orang

lain melakukan hal yang sama (Azwar, 2013).

Sebagian besar tingkat pendidikan kepala keluarga yang menjadi

responden hanya tamat SD yaitu sebanyak 17 orang (47,2 %), akan tetapi

sebanyak 63,9 % kepala keluarga memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi

dalam mengetahui gejala, penyebab, upaya pertolongan, tempat

perkembangbiakan nyamuk Ae. Aegypti, pencegahan serta pemberantasan

penyakit DBD. Umumnya semakin rendah tingkat pendidikan akan dapat

menghambat berkembangnya sikap seseorang dalam menerima informasi dan

nilai-nilai baru yang didapatkannya sehingga dapat berpengaruh pada

perilaku sesorang dalam pecegahan DBD (Harmani & Hamal, 2013). Fakta

Page 12: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA

yang terjadi dari hasil penelitian ini dapat disebabkan karena sebagian besar

kepala keluarga mengaku telah mendapatkan informasi mengenai DBD yang

jelas melalui kegiatan penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan

serta informasi dari media elektronik seperti televisi dan radio.

Hasil analisis Chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

tingkat pengetahuan kepala keluarga dengan perilaku pencegahan DBD

dengan nilai p sebesar 0,005. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Indah et al (2011) yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan DBD (Indah et al,

2011). Hasil yang sama juga ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh

Ayudhya et al (2014), didapatkan nilai p value = 0,042 yang berarti terdapat

hubungan signifikan antara pengetahuan dan tindakan pecegahan DBD

(Ayudhya et al, 2014).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Sendangmulyo,

Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora dan pembahasan hasil penelitian

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara tingkat

pengetahuan kepala keluarga dengan perilaku pencegahan demam berdarah

dengue.

DAFTAR PUSTAKA

Anugerahwati, N., Farida, I., 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang

Penyakit DHF dengan Prevalensi DHF. Jurnal Ilmiah Keperawatan

STIKES Hang Tuah Surabaya. Vol. 3, No. 2:67-77

Ayudhya, P., Ottay, R.I., Kaunang, W.P.J., Kandou, G.D., Pandelaki, A.J., 2014.

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat tentang Penyakit Demam

Berdarah dengan Pencegahan Vektor di Kelurahan Malalayang 1 Barat

Kota Manado. Jurnal Kedokteran Tropik. Vol. 2, No. 1:9-13

Azwar, S., 2013. Sikap Manusia : Teori dan Pegukurannya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Bahtiar, Y., 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tokoh Masyarakat dengan

Perannya dalam Pengendalian Demam Berdarah di Wilayah Puskesmas

Kawalu Kota Tasikmalaya. Aspirator. Vol. 4, No. 2:73-84

Page 13: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA

Chotidjah, S., 2012. Pengetahuan Tentang Rokok. Pusat Kendali Eksternal dan

Perilaku Merokok. Makara. Vol. 16, No. 1:49-56

Depkes RI 2011. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue.

pppl.depkes.go.id/_asset/_download/manajemen%20DBD_all.pdf.

Diakses pada tanggal 23 Oktober 2014.

2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. http://depkes.go.id

/index.php?vw=2&pg=vwSecPublikasiData. Diakses pada tanggal 6 Mei

2014.

Dinkes Jateng 2013. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

www.depkes.go.id/downloads/RE%20Jateng%20%2020%20Feb%.2013.

pdf. Diakses pada tanggal 20 Mei 2014

Harmani, N., Hamal, D.K., 2013. Hubungan antara Karakteristik Ibu dengan

Perilaku Pencegahan Penyakit DBD di Kecamatan Karang Tengah

Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat Tahun 2013.

http://lemlit.uhamka.ac.id/files/dbd.pdf. Diakses pada tanggal 12 Januari

2015.

Indah, R., Dahlia , Hermawati, D., 2011. Studi Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

Masyarakat Aceh dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue.

Prosiding Seminar Hasil Kebencanaan TDMRC Universitas Syiah Kuala,

Banda Aceh. http://www.tdmrc.org/id/wp-content/uploads/2011/04/34-

39_studi _pengetahuan_sikap.pdf. Diakses pada tanggal 30 November

2014.

Notoatmodjo, S., 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

, S., 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka

Cipta.

Puspitawati, H., et al., 2013. Fungsi Keluarga, Pembagian Peran dan Kemitraan

Gender dalam Keluarga.

ikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/kemitraan_gender. pdf.

Diakses pada tanggal 28 Mei 2014.

Waris, L., Yuana, W.T., 2013. Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat terhadap

Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Batulicin Kabupaten Tanah

Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Epidemiologi dan Penyakit

Bersumber Binatang. Vol. 4, No. 3:144-49

WHO 2009. Dengue Guidlines for Diagnosis, Treatment, Prevention, and Control.

http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241547871.

eng.pdf?ua=1. Diakses pada tanggal 6 Mei 2014.