I. GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
1. DEFINISI
Kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok mengalami perasaan
gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas sistem saraf autonom dalam
berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik. Kecemasan
merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan, keadaan
emosional yang dimiliki seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau
kejadian dalam hidupnya. Kecemasan adalah perasaan yang tidak
menyenangkan, tidak enak, khawatir dan gelisah. Keadaan emosi ini tanpa
objek yang spesifik, dialami secara subjektif dipacu oleh ketidaktahuan yang
didahului oleh pengalaman baru, dan dikomunikasikan dalam hubungan
interpersonal.
Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder) merupakan
salah satu jenis gangguan kecemasan dengan karakteristik kekhawatiran yang
tidak dapat dikuasai dan menetap, biasanya terhadap hal-hal yang sepele/tidak
utama. Individu dengan gangguan cemas menyeluruh akan terus menerus
merasa khawatir tentang hal-ha yang kecil/sepele.
2. GAMBARAN TENTANG KECEMASAN
Neale dkk (2001) mengatakan bahwa kecemasan sebagai perasaan takut
yang tidak menyenangkan dan apprehension, dapat menimbulkan beberapa
1
keadaan psikopatologis sehingga mengalami apa yang disebut gangguan
kecemasan. Walaupun sebagai orang normal, diakui atau tidak, kita dapat saja
mengalami kecemasan, namun kecemasan pada orang normal berlangsung
dalam intensitas atau durasi yang tidak berkeanjangan sehingga individu
dapat tetap memberikan respon yang adaptif.
Untuk memahami kecemasan yang mempengaruhi beberapa area dari
fungsi-fungsi individu, bahwa kecemasan seharusnya melibatkan atau
memiliki 3 komponen dasar, yaitu :
Adanya ungkapan yang subjektif (subjective reports) mengenai
ketegangan, ketakutan dan tidak adanya harapan untuk
mengatasinya.
Respon-respon perilaku (behavioral rensponses), seperti
menghindari situasi yang ditakuti, kerusakan pada fungsi bicara dan
motorik dan kerusakan tampilan untuk tugas-tugas kognitif yang
kompleks.
Respon-respon fisiologis (physiological responses), termasuk
ketegangan otot, peningkatan detak jantung dan tekanan darah, nafas
yang cepat, mulut yang kering nausea, diare, dan dizziness.
3. ETIOLOGI
Upaya untuk menjelaskan penyebab dari munculnya gangguan kecemasan,
Accocella dkk (1976) memaparkan dari beberapa sudut pandang teori.
Menurut para ahli psikofarmaka, Gangguan Kecemasan Menyeluruh
2
bersumber pada neurosis, bukan dipengaruhi oleh ancaman eksternal tetapi
lebih dipengaruhi oleh keadaan internal individu.
Individu yang mengalami Gangguan Kecemasan Menyeluruh, menurut
pendekatan psikodinamika berakar dari ketidakmampuan egonya untuk
mengatasi dorongan-dorongan yang muncul dari dalam dirinya secara terus
menerus sehingga ia akan mengembangkan mekanisme pertahanan diri.
Mekanisme pertahanan diri ini sebenarnya upaya ego untuk menyalurkan
dorongan dalam dirinya dan bisa tetap berhadapan dengan lingkungan. Tetapi
jika mekanisme pertahanan diri ini dipergunakan secara kaku, terus-menerus
dan berkepanjangan maka hal ini dapat menimbulkan perilaku yang tidak
adaptif dan tidak realistis.
Ada beberapa mekanisme pertahanan diri yang bisa dipergunakan oleh
individu, antara lain:
Represi, yaitu upaya ego untuk menekan pengalaman yang tidak
menyenangkan dan dirasakan mengancam ego masuk ke
ketidaksadaran dan disimpan di sana agar tidak menganggu ego lagi.
Tetspi sebenarnya pengalaman yang sudah disimpan itu masih punya
pengaruh tidak langsung terhadap tingkahlaku si individu.
Rasionalisasi, yaitu upaya ego untuk melakukan penalaran sedemikian
rupa terhadap dorongan-dorongan dalam diri yang dilarang tampil oleh
superego, sehingga seolah-olah perilakunya dapat dibenarkan.
Kompensasi, upaya ego untuk menutupi kelemahan yang ada di salah
satu sisi kehidupan dengan membuat prestasi atau memberikan kesan
3
sebaliknya pada sisi lain. Dengan demikian, ego terhindar dari ejekan
dan rasa rendah diri.
Penempatan yang keliru, yaitu upaya ego untuk melampiaskan suatu
perasaan tertentu ke pihak lain atau sumber lain karena tidak dapat
melampiaskan perasaannya ke sumber masalah.
Regresi, yaitu upaya ego untuk menghindari kegagalan-kegagalan atau
ancaman terhadap ego dengan menampilkan pikiran atau perilaku yang
mundur kembali ke taraf perkembangan yang lebih rendah.
Para ahli dari aliran humanistik-eksternal mengatakan bahwa konsep
kecemasan bukan hanya sekedar masalah, yang bersifat individual tetapi juga
merupakan hasil konflik antara individu dengan masyarakat atau lingkungan
sosialnya.
Jika individu melihat perbedaan yang sangat luas antara pandangannya
tentang dirinya sendiri dengan yang diinginkan maka akan`muncul perasaan
inadekuat dalam menghadapi tantangan di kehidupan ini, dan hal ini
menghasilkan kecemasan. Jadi menurut pandangan humanis eksternalis, pusat
kecemasan adalah konsep diri, yang terjadi sehubungan dengan adanya gap
antara konsep diri yang sesungguhnya (real self) dan diri yang diinginkan
(idea self). Hal ini muncul sehubungan tidak adanya kesempatan bagi
individu untuk mengaktualisasikan` dirinya sehingga perkembangannya
menjadi terhalang. Akibatnya, dalam menghadapi tantangan atau kendala
dalam menjalani hari-hari, di kehidupan selanjutnya, ia akan mengalami
kesulitan untuk membentuk konsep diri yang positif. Setiap kita sebenarnya
perlu mengembangkan suatu upaya untuk menjadi diri sendiri (authenticity), 4
sedangkan indivisu yang neurotis, atau mengalami gangguan kecemasan
adalah individu yang gagal menjadi diri sendiri (inauthenticity) karena
mereka mengembangkan konsep diri yang keliru/palsu.
Sementara para ahli dari pendekatan behavioristik mengatakan bahwa
kecemasan muncul karena terjadi kesalahan dalam belajar, bukan hasil dari
konflik intrapsikis, individu belajar menjadi cemas. Ada 2 tahapan belajar
yang berlangsung dalam diri individu yang menghasilkan kecemasan yaitu:
Dalam pengalaman individu, beberapa stimulus netral tidak berbahaya
atau tidak menimbulkan kecemasan, dihubungkan dengan stimulus yang
menyakitkan (aversive) akan menimbulkan kecemasan (melalui
respondent condotioning)
Individu yang menghindar dari stimulus yang sudah terkondisi, dan
sejak penghindaran ini menghasilkan pembebasan/terlepas dari rasa
cemas, maka respon menghindar ini akan menjadi kebiasaan (melalui
operant conditioning)
Dari sudut pandang kognitif, gangguan kecemasan terjadi karena adanya
kesalahan dalam mempersepsikan hal-hal yang menakutkan. Berdasarkan dari
teori kognitif, masalah yang terjadi dari individu yang mengalami gangguan
kecemasan adalah terjadinya kesalahan persepsi atau kesalahan interpretasi
terhadap stimulus internal maupun eksternal. Individu yang mengalami
gangguan kecemasan akan melihat suatu hal yang tidak benar-benar
mengancam sebagai sesuatu yang mengancam. Jika individu mengalami
pengalaman sensasi dalam tubuh yang tidak biasa, lalu
5
mengintepretasikannya sebagai sensasi yang bersifat catastropic, yaitu suatu
gejala bahwa ia sedang mengalami sesuatu hal seperti serangan jantung, maka
akan timbul rasa panik.
4. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis bervariasi, diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh
ditegakkan apabila dijumpai gejala-gejala antara lain keluhan cemas,
khawatir, was-was, ragu untuk bertindak, perasaan takut yang berlebihan,
gelisah pada hal-hal yang sepele dan tidak utama yang mana perasaan
tersebut mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya, sehingga pertimbangan
akal sehat, perasaan dan perilaku terpengaruh. Selain itu spesifik untuk
Gangguan Kecemasan Menyeluruh adalah kecemasanya terjadi kronis secara
terus-menerus mencakup situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan,
kesulitan finansial), cemas akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol,
cemas akan`mendapatkan serangan jantung. Sering penderita tidak sabar,
mudah marah, sulit tidur.
Untuk lebih jelasnya gejala-gejala umum ansietas dapat dilihat pada tabel
di bawah:
Tabel 1. Gejala-gejala Gangguan Cemas Menyeluruh
Ketegangan Motorik 1. Kedutan otot/ rasa gemetar
2. Otot tegang/kaku/pegal
3. Tidak bisa diam
4. Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik 5. Nafas pendek/terasa berat
6. Jantung berdebar-debar
7. Telapak tangan basah/dingin
6
8. Mulut kering
9. Kepala pusing/rasa melayang
10. Mual, mencret, perut tak enak
11. Muka panas/ badan menggigil
12. Buang air kecil lebih sering
Kewaspadaan berlebihan dan
Penangkapan berkurang
13. Perasaan jadi peka/mudah ngilu
14. Mudah terkejut/kaget
15. Sulit konsentrasi pikiran
16. Sukar tidur
17. Mudah tersinggung
5. DIAGNOSIS
Diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh (DSM-IV halaman 435, 300.02)
ditegakkan bila terdapat kecemasan kronis yang lebih berat (berlangsung
lebih dari 6 bulan; biasanya tahunan dengan gejala bertambah dan kondisi
melemah) dan termasuk gejala seperti respons otonom (palpitasi, diare,
ekstremitas lembab, berkeringat, sering buang air kecil), insomnia, sulit
berkonsentrasi, rasa lelah, sering menarik nafas, gemetaran, waspada
berlebihan, atau takut akan sesuatu yang akan terjadi. Ada kecenderungan
diturunkan dalam keluarga, memiliki komponen genetik yang sedang dan
dihubungkan dengan fobia sosial dan sederhana serta depresi mayor (terdapat
pada 40% atau lebih pasien; meningkatkan resiko bunuh diri. Biasanya pada
kondisi ini tidak`ditemukan etiologi stres yang jelas, tetapi harus dicari
penyebabnya.
7
Diagnosis gangguan cemas menyeluruh menurut PPDGJ-III ditegakkan
berdasarkan :
Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai
beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada
keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau
“mengambang”).
Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung
tanduk, sulit berkonsentrasi, dsb)
Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai); dan
Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat,
jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing
kepala, mulut kering, dsb)
Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa
hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama
Gangguan Anxietas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak
memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F.32.-), gangguan
anxietas fobik (F.40.-), gangguan panik (F42.0), atau gangguan
obsesif-kompulsif (F.42.-)
8
6. PENANGANAN
Terapi pada Gangguan Kecemasan Menyeluruh pada umumnya dapat
dilakukan dengan 2 cara yakni terapi psikologis (psikoterapi) atau terapi
dengan obat-obatan (farmakoterapi). Angka-angka keberhasilan terapi yang
tinggi dilaporkan pada kasus-kasus dengan diagnosis dini. Psikoterapi yang
sederhana sangat efektif, khususnya dalam konteks hubungan pasien dengan
dokter yang baik, sehingga dapat membantu mengurangi farmakoterapi yang
tidak perlu.
Penanganan dengan psikoterapi juga dapat dijelaskan melalui pendekatan
psikodinamika, humanistik eksistensialis atau pendekatan behavioristik
maupun kognitif.
Menurut para ahli psikodinamika, karena gangguan ini berakar pada
keadaan internal individu sehubungan dengan adanya konflik intrapsikis
yang dialami individu sehingga ia mengembangkan suatu bentuk mekanisme
pertahanan diri, maka upaya menanganinya juga terarah pada pemberian
kesempatan bagi individu untuk mengeluarkan seluruh isi pikiran atau
perasaan yang muncul di dalam dirinya. Asumsinya adalah jika individu bisa
menghadapi dan memahami konflik yang dialami, ego akan lebih bebas dan
tidak harus terus berlindung di balik mekanisme pertahanan diri yang
dikembangkannya.
Teknik dasar yang digunakan disebut free association, individu diminta
untuk menjelaskan secara sederhana tentang hal-hal yang ada di dalam
pikirannya, tanpa melihat apakah itu logis atau tidak, tepat atau tidak,
ataupun pantas atau tidak. Hal-hal dari alam bawah sadar atau tidak sadar
9
yang diungkapkan akan dicatat oleh terapis untuk diinterpretasikan. Tehnik
ini juga bisa dimanfaatkan saat menggunakan teknik dream interpretation;
individu diminta untuk menceritakan mimpinya secara detail dan tepat.
Kedua teknik ini memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dalam
melaksanakan teknik-teknik tersebut di atas, ada dua hal yang biasanya
muncul, yaitu apa yang disebut dengan resistance (yaitu individu bertahan
dan beradu argumen dengan terapis saat terapis mulai sampai pada bagian
sensitif), dan transference (yaitu individu mengalihkan perasaannya pada
terapis dan menjadi bergantung.
Sementara para ahli dari pendekatan humanistik eksistesialis yang melihat
kecemasan sebagai hasil konflik diri yang terkait dengan keadaan sosial
dimana pengembangan diri menjadi terhambat, maka mereka lebih
menyarankan untuk membangun kembali diri yang rusak (damaged self).
Tekhniknya sering disebut sebagai client centered therapy yang berpendapat
bahwa setiap individu memiliki kemampuan yang positif yang dapat
dikembangkan sehingga ia membutuhkan situasi yang kondusif untuk
mengeksplorasi dirinya semaksimal mungkin.
Teknik yang digunakan untuk mengurangi kecemasan adalah systematic
desentisitization, yaitu mengurangi kecemasan dengan menggunakan konsep
hirarki ketakutan, menghilangkan ketakutan secara perlahan-lahan mulai dari
ketakutan yang sederhana sampai ke hal yang lebih kompleks. Pemberian
reinforcement (penguat) juga dapat digunakan dengan secara tepat
memberikan variasi yang tepat antara pemberian reward- jika ia
memperlihatkan perilaku yang mengarah keperubahan ataupun punishment –
10
jika tidak ada perubahan perilaku atau justru menampilkan perilaku yang
bertolak belakang dengan rencana perubahan perilaku. Adanya model yang
secara nyata dapat dilihat dan menjadi contoh langsung kepada individu juga
efektif dalam upaya melawan pikiran-pikiran yang mencemaskan.
Pendekatan kognitif yang melihat gangguan kecemasan sebagai hasil dari
kesalahan dalam mempersepsikan ancaman (misperception of threat)
menawarkan upaya mengatasinya dengan mengajak individu berpikir dan
mendesain suatu pola kognitif baru. Desain kognitif yang melibatkan 3
bagian yaitu :
Identifikasi interpretasi negatif yang dikembangkan individu
tentang sensasi tubuhnya
Tentukan dugaan atau asumsi dan arahkan alternatif intrepretasi,
yang noncatastropic.
Bantu individu menguji validitas penjelasan dan alternatif-
alternatif tersebut.
Pertimbangkan penggunaan obat-obatan maupun psikoterapi. Anti
depresan yang baru, venlafaksin XR, tampaknya cukup efektif dan aman
untuk pengobatan gangguan cemas menyeluruh. Gunakan benzodiazepin
dengan tidak berlebihan(diazepam, 5 mg per oral, 3-4 kali sehari atau 10 mg
sebelum tidur) untuk jangka pendek(beberapa minggu hingga beberapa
bulan); biarkan penggunaan obat-obatan untuk mengikuti perjalanan
penyakitnya. Pertimbangkan pemberian buspiron untuk pengobatan awal
atau untuk pengobatan kronis (20-30 mg/hari dalam dosis terbagi). Pasien
tertentu yang telah terbiasa dengan efek cepat benzodiazepin akan
11
merasakan kurangnya efektivitas buspiron. Anti depresan trisiklik, SSRI, dan
MAOI bermanfaat terhadap pasien-pasien tertentu (terutama bagi mereka
yang disertai dengan depresi). Sedangkan pasien dengan gejala otonomik
akan membaik dengan β-bloker (misal, propanolol 80-160 mg/hari).
Tabel 2. Sediaan Obat Anti-Anxietas dan Dosis Anjuran (menurut IiMS Vol. 30-2001)
Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran
1.
Diazepam
Diazepin
Lovium
Stesolid
Tab. 2-5 mg
Tab. 2-5 mg
Tab. 2-5 mg
Amp. 10mg/2cc
10-30 mg/h
2.
Chlordiazepoxide
Cetabrium
Arsitran
Tensinyl
Drg. 5-10 mg
Tab. 5 mg
Cap. 5 mg
15-30 mg/h
3.
LorazepamAtivan
Renaquil
Tab. 0,5-1-2 mg
Tab. 1 mg
2-3 x 1 mg/h
4.
Clobazam Frisium Tab. 10 mg 2-3 x 1m mg/h
5.
AlprazolamXanax
Alganax
Tab. 0,25-0,5 mg
Tab. 0,25-0,5 mg
0,75-1,50 mg/h
6.
Sulpiride Dogmatil Cap. 50 mg 100-200 mg/h
7.
Buspirone Buspar Tab. 10 mg 15-30 mg/h
8.
Hydroxyzine Iterax Caplet 25 mg 3x25 mg/h
Obat anti-anxietas Benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptornya
(benzodiazepine receptors) akan meng-reinforce “the inhibitory action of
GABA-ergic neuron”, sehingga hiperaktivitas tersebut di atas mereda.
12
Latihlah pasien dengan teknik relaksasi (misal biofeedback, meditasi,
otohipnotis). Bantulah pasien untuk memahami akan sifat kronis penyakitnya
dan mengerti akan adanya kemungkinan untuk selamanya hidup dengan
beberapa gejala yang memang tidak akan hilang.
7. PROGNOSIS
Prognosis Gangguan Kecemasan Menyeluruh sukar untuk untuk
diperkirakan. Namun demikian beberapa data menyatakan peristiwa
kehidupan berhubungan dengan onset gangguan ini. Terjadinya beberapa
peristiwa kehidupan yang negatif secara jelas meningkatkan kemungkinan
akan terjadinya gangguan. Hal ini berkaitan pula dengan berat ringannya
gangguan tersebut.
KESIMPULAN
Kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan, tidak enak,
khawatir dan gelisah. Keadaan emosi ini tanpa objek yang spesifik, dialami
secara subjektif dipacu oleh ketidaktahuan yang didahului oleh pengalaman baru,
dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Neale dkk (2001)
mengatakan bahwa kecemasan sebagai perasaan takut yang tidak menyenangkan
dan dapat menimbulkan beberapa keadaan psikopatologis sehingga mengalami
apa yang disebut Gangguan Kecemasan.
Gambaran klinis bervariasi dapat dijumpai keluhan cemas, khawatir, was-
was, ragu untuk bertindak, perasaan takut yang berlebihan, gelisah pada hal-hal
yang sepele dan tidak utama yang mana perasaan tersebut mempengaruhi seluruh
13
aspek kehidupannya, sehingga pertimbangan akal sehat, perasaan dan perilaku
terpengaruh. Selain itu spesifik untuk Gangguan Kecemasan Menyeluruh adalah
kecemasanya terjadi kronis secara terus-menerus mencakup situasi hidup (cemas
akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial), cemas akan terjadinya bahaya,
cemas kehilangan kontrol, cemas akan`mendapatkan serangan jantung. Sering
penderita tidak sabar, mudah marah, sulit tidur.
Diagnosis gangguan cemas menyeluruh menurut PPDGJ-III ditegakkan
jika penderita menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja
(“mengambang”). Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
berkonsentrasi), ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak
dapat santai); dan overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat,
jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering, dsb).
Terapi pada Gangguan Kecemasan Menyeluruh pada umumnya dapat
dilakukan dengan 2 cara yakni terapi psikologis (psikoterapi) atau terapi dengan
obat-obatan (farmakoterapi). Obat pilihan yang digunakan adalah antianxietas
(golongan benzodiazepine khuusnya diazepam dan alprazolam. Anti depresan
juga dapat dikombinasikan misalnya golongan SSRI yakni fluoxetine.
14
Recommended