TUGAS KELOMPOK
MATA KULIAH MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI
Disusun Oleh:
Kelompok 1:
Ary Rahmady Pratama 115040100111107
Legianto Dimas G 115040100111142
Devi Sri Warjani 115040101111091
Amalia Hanum 115040101111118
Binti Sa'adah 115040101111120
Karlita Dyah Puspitasari 115040101111169
Siti Hasanah 115040101111221
Bimo M. Nasrul Hak 115040107111009
Liya Barokah 115040113111008
Kelas: H
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan lokasi pabrik nata de coco
adalah :
1. Lokasi pasar
Industri nata de coco lebih baik dekat dengan pasar, dengan permintaan yang tinggi.
Karena jenis usaha nata de coco tidak harus dekat dengan bahan baku. contoh lokasi pasar
yang sesuai untuk permintaan nata de coco adalah misalnya dekat dengan industri minuman.
Sehingga memungkinkan kita sebagai pemasok nata de coco.
2. Sumber bahan baku
Lokasi usaha untuk semua jenis usaha nata de coco tidak menuntut tempat khusus dan
tidak harus dekat dengan sumber inputnya. Usaha nata de coco lembaran tidak harus dekat
dengan sumber pasokan air kelapa mengingat air kelapa yang digunakan tidak harus air
kelapa segar. Air kelapa bisa ditampung selama kurang lebih 5-6 hari sebelum memasuki
proses produksi. Begitu juga usaha nata de coco kemasan tidak harus dekat dengan sumber
nata de coco lembaran mengingat nata de coco lembaran dapat disimpan dengan teknologi
yang sederhana yaitu, mengganti air rendaman dan perebusan.
3. Transportasi
menghemat biaya transportasi, lokasi pasar menjadi pertimbangan penting. Maka
lebih baik industri nata de coco dekat dengan pasar dimana banyak permintaan akan nata de
coco. Akses jalan ke pasar harus dapat dilalui oleh transportasi berat seperti truk dan
sebagainya. Mengingat dalam kemudahan saat pengangkutan dan pengiriman.
4. Sumber energy atau tenaga listrik
Teknologi produksi nata de coco adalah teknologi sederhana dan tepat guna. Untuk
usaha nata de coco lembaran atau kemasan bisa dilakukan tanpa peralatan mekanis. Kalaupun
menggunakan peralatan mekanis, peralatan tersebut dapat dirancang sendiri. Sebagai contoh,
pisau/mesin pemotong nata lembaran menjadi kubus ukuran 1x1x1 cm3 dapat dirancang
sendiri dan dipesan di pasar lokal.
Jadi untuk industri dalam skala kecil masih bisa menggunakan listrik dari PLN tanpa
harus memiliki pembangkit listrik sendiri.
5. Iklim
Di lihat dari kendala produksi utama yang dihadapi oleh produsen adalah cuaca yaitu
musim penghujan. Pada musim penghujan input air kelapa mengalami penurunan supply,
musim hujan juga akan mengganggu suhu udara yang bisa sangat mempengaruhi proses
fermentasi. Kestabilan suhu kamar 28º - 31º C dibutuhkan dalam proses fermentasi. Maka
lokasi dengan curah hujan rendah adalah pilihan yang baik sebagai faktor pertimbangan
pendirian lokasi industri nata de coco.
6. Buruh dan tingkat upah
Produksi nata de coco tidak membutuhkan pendidikan formal atau pengetahuan khusus
tetapi lebih memerlukan ketrampilan dan ketekunan. Kebutuhan tenaga dapat dipenuhi dari
keluarga sendiri atau dari tetangga sekitar. Tenaga kerja biasanya ada yang tetap dan tidak
tetap (borongan). Tenaga kerja tetap bekerja kurang lebih 8 jam per hari, sedangkan tenaga
tidak tetap biasanya berdasarkan borongan. Misalnya untuk membersihkan nata de coco
lembaran tenaga kerja diupah Rp 50 per lempeng. (upah umum buruh nata de coco).
Contoh : Dalam proses pembuatan nata de coco di industri rumahan yang dimiliki
bapak Ari, terdapat 3 karyawan yang membantu. Para karyawan tersebut telah dididik oleh
bapak Ari menjadi sumber daya manusia yang ahli dalam pembuatan nata de coco. Setiap
karyawan menerima gaji sebesar Rp 10.000,- /hari. Pemberian gaji tersebut dilakukan setiap
satu minggu sekali. Bapak Ari kadang juga membarikan para karyawan bonus seperti
makanan, es, dan rokok.
7. Undang-undang & sistem perpajakan
Tidak terdapat hambatan legal (legal barriers) khusus untuk perusahaan baik pemerintah
daerah maupun penguasaan input. Perusahaan formal hanya perlu mendapatkan izin usaha
dari pemerintah daerah. Bahkan banyak yang informal karena merupakan usaha rumah tangga
yang berproduksi secara sporadis. Pasokan nata de coco tidak tergantung dari musim
mengingat pasokan kelapa yang bisa sepanjang tahun.
8. Sikap masyarakat
Industri rumahan nata de coco pada umumnya merupakan industri kecil. Industri ini
dapat didirikan dimana saja karena tidak memerlukan area yang luas. Namun mendirikan
industri rumahan ini sedapat mungkin dijauhkan dari pemukiman penduduk. Sebab jika
industri rumahan ini lokasinya dekat dengan pemukiman penduduk, akan menjadikan
pencemaran lingkungan. Karena bau limbah yang tidak enak dari industri rumahan tersebut.
Contoh : Untuk industri rumahan nata de coco milik bapak Ari, bertempat di Dusun
Sampangan, Desa Jambidan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul. Sekitar 5 km ke
arah selatan dari terminal kota Jogja. Dan bertempat agak jauh dari pemukiman warga,
sehingga pencemaran lingkungan pedesaan dapat dihindarkan.
9. Air dan limbah industri
Usaha nata perlu dilengkapi dengan sarana penanganan limbah. Untuk limbah padat
perlu dibangun bak yang kuat dan kedap air dan mempunyai tutup. Khusus untuk penanganan
limbah cair, perlu dibangun kolam penampung yang cukup jauh dari ruang pengolahan.
Limbah cair tersebut dialirkan melalui saluran yang tertutup.
Air digunakan untuk membersihkan bahan mentah, merendam dan merebus nata
potongan, melarutkan BTM, sterilisasi produk dan sanitasi. Air tersebut harus memenuhi
persyaratan untuk industri makanan, seperti tidak berwarna (jernih), tidak berbau, tidak
berasa, tidak mengandung logam berat dan bebas dari jasad renik patogen (penyebab
penyakit). Penggunaan air sumur atau air sunga harus diberi blow (anti bakteri). Lalu
diendapkan dan disaring berulang kali (lihat bagian sanitasi dan higiene).
2
3
4
5
6
7A
7B8
9B9A
10
11 1
OUTLET PERUSAHAAN NATA DE COCO
KETERANGAN:
1 = Gerbang masuk 7A = Gudang stok bahan baku
2= Kantor 7B = Gudang stok produk jadi
3 = Pos satpam 8 = Pabrik pengolahan
4 = Parkir 9A = Tempat pengolahan limbah (menjadi gas)
5 = Mushola 9B = Tempat pengolahan limbah (menjadi pupuk)
6 = Kantin 10 = Saluran limbah
TATA LETAK PERUSAHAAN NATA DE COCO
KETERANGAN :
SUPERMARKET
TOKO
PASAR TRADISIONAL
RUMAH
PERKEBUNAN KELAPA
JALAN RAYA
SUNGAI
PERUSAHAAN NATA DE COCO
ALASAN MEMILIH LOKASI
Pada pemilihan lokasi tempat usaha pembuatan nata de coco tersebut, tentunya
mempertimbangkan faktor – faktor pemilihan lokasi yang telah disebutkan sebelumnya.
Adapun pertimbangan kami memilih lokasi tersebut adalah karena tempat usaha nata de coco
berada pada lokasi yang strategis dimana tempat bahan baku (perkebunan kelapa) jaraknya
tidak terlalu jauh dengan perusahaan. Selain itu untuk tempat pemasarannya baik di pasar
tradisional maupun modern juga tidak berjauhan letaknya. Adapun untuk transportasi sendiri,
letak perusahaan yang berada di pinggir jalan raya memudahkan dalam proses pengangkutan
bahan baku maupun pemasaran bahan jadi. Para masyarakat setempat atau konsumen juga
mudah menemukan perusahaan ini karena memang letaknya yang tidak terpencil (tidak jauh
dari infrastruktur).
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PEMILIHAN LOKASI
Perusahaan
Kelebihan dari outlet perusahaan :
1. Saluran proses berurutan
gudang bahan produksi gudang produk
Saluran limbah
Pengolah limbah
2. Ada tempat pengolahan limbah, sehingga tidak mencemari lingkungan
3. Terdapat gudang bahan dan gudang produk jadi, sehingga produk yang sudah jadi tidak terkontaminasi
Tata Letak Perusahaan
Kelebihan dari tata letak perusahaan Nata de Coco :
1. Dekat dengan pasar, dengan demikian akan membuat perusahaan kami dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada para pelanggan, dan dapat mengurangi biaya distribusi.
2. Jauh dengan bahan baku, perusahaan nata de coco yang tata letaknya berjauhan dengan
bahan baku tidak berdampak negatif terhadap pengeluaran perusahaan. Hal ini
dikarenakan bahan baku utama pembuatan nata de coco tidak mengalami penyusutan
berat atau volume yang signifikan.
3. Ketersediaan tenaga kerja menjadi hal penting dalam kemajuan suatu industri.
Berdasarkan tata letak perusahaan yang kami dirikan, perusahaan kami dekat dengan
perumahan. Dengan demikian banyak tenaga kerja yang tersedia (yang berasal dari
warga setempat).
4. Lokasi pabrik nata de coco yang kami dirikan dekat dengan sarana transportasi, sehingga
dengan demikian terjadi kelancaran dalam pemasaran nata de coco yang kami produksi.
Kelancaran pemasaran produk nata de coco akan berpengaruh terhadap keuntungan usaha
yang kami dirikan.
5. Adanya jarak yang saling berdekatan antara tata letak sentra bahan baku (perkebunan
kelapa) dengan lokasi perusahaan. Sehingga dengan demikian lebih efisien waktu serta
biaya akomodasi yang bisa diminimalisir.
6. Jarak lokasi pasar dengan perusahaanmudah diakses guna melancarkan proses distribusi
pemasaran produk.
Kekurangan dari tata letak perusahaan Nata de Coco :
1. Pabrik yang kami dirikan, lokasinya jauh dari sumber bahan baku yang dipergunakan.
Maka perusahaan yang kami dirikan akan menanggung berbagai macam resiko. Resiko –
resiko ini antara lain : resiko sehubungan dengan angkutan bahan baku, resiko kerusakan
dalam angkutan, resiko biaya angkutan. Resiko kehilangan, resiko keterlambatan
informasi bahan baku, dll.
2. Tata letak tempat pengolahan limbah didalam perusahaan yang berdekatan dengan
sungai, dan pada akhirnya terbuang disungai. Dengan demikian akan mengakibatkan
kualitas sungai dan lingkungan sekitar tercemar serta dapat mengganggu bahkan merusak
ekosistem yang terdapat disungai tersebut.
3. Kurangnya jumlah mitra yang menyediakan atau memasok bahan baku, sehingga
dikhawatirkan apabila pada saat sentra bahan baku tersebut tidak berproduksi (tidak
panen) maka perusahaan nata de coco tersebut akan kesusahan dalam memperoleh bahan
baku dan produksi menjadi terhambat.
4. Kualitas bahan baku utama pembuatan nata de coco rendah, hal ini dikarenakan salah
memilih partner atau mitra kerja. Sebagai contoh: apabila mitra kerja utama tidak dapat
memasok bahan baku, maka kami akan mencari partner kerja yang jaraknya lumayan
jauh dari tempat produksi. Dengan jarak yang lumayan jauh ini dapat menurunkan
kualitas air kelapa, karena air kelapa tidak bisa bertahan dalam waktu yang cukup lama
dalam kondisi terbuka. Dalam kondisi terbuka, air kelapa mengalami kerusakan akibat
terkontaminasi oleh udara bebas sehingga air kelapa tersebut dapat terfermentasi secara
sendirinya yang mengakibatkan bau tak sedap pada air kelapa.
5. Pada proses pengolahan timbul bau tak sedap. Hal ini dikarenakan pada proses
fermentasi, bakteri Acetobacter xylinum memecah zat yang bersifat asam